Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KASUS 2

KASUS
An. A mimisan dan gusi berdarah lalau diperiksakan di RSU daya kemudian di rujuk ke
Rumah sakit umum daerah pusat Dr. wahidin sudirohusodo
Data subjektif
a)Ny. S mengatakan An. A nyeri pada persendian kaki.
b)Terdapat stomatitis pada mulut An. A.
c)An. A makan lewat selang NGT.
d)Ny. S mengatakan An. A mual dan muntah.
e)Ny. S mengatakan An. A tidur hanya 3 –6 jam saja per hari selama di RS.
f)Ny. S mengaakan An. A sulit tidur dan rewel
Data objektif
a)An. A terlihat tidak mau turun dari gendongan ibunya.
b)TTV : RR: 35x/mnt, N: 120x/mnt, S: 37°C.
c)Terpasang NGT pada An. A
d)Mukosa bibir kering dan terdapat stomatitis.
e)A: BB= 11 kg, TB=92 cm, hasil Z-Score -2 SDB: HB= 12.8 g/dl, Leukosit= 4.5 ribu/ul.C:
Mulut= mukosa kering, terdapat stomatitis, Mata= konjungtiva tidak anemis, seklera tidak
ikterik, pupil isokor.D: Tidak mampu menelan makanan lewat mulut

Kasus 2.
a. Buatkan kosep kemoterapi pada anak
b. Tentukan masalah keperawatan berdasarkan kasus
c. Buatkan langkah-langkah persiapan kemoterapi

a. KONSEP KEMOTERAPI
A. DEFINISI
Kemoterapi adalah metode terapi sistemik terhadap kanker sistemik (misal leukimia,
mieloma, limfoma, tumor trofoblas getasional dll) dan kanker dengan metastasis klinis
ataupun subklinis. (Yudi Mulyana Hidayat,2013)
Pada kanker stadium lanjut lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya pilihan
metode terapi efektif
B. INDIKASI KHEMOTERAPI Menurut Brule, cs (WHO. 1973)
ada 7 indikasi pemberian khemoterapi,yaitu:
1. Untuk menyembuhkan kanker.
Hanya beberapa jenis kanker yang dapat disembuhkan oleh khemoterapi, seperti:
akutlimfoblastik leukemia, Burkitt limfoma, Wilm tumor pada anak-anak, choriokarsinoma
2. Memperpanjang hidup dan remisi.
Kanker yang sensitif terhadap khemoterapi dan walaupun penyakit progresif, seperti:
akutmyeloblastik leukemia, limfoma maligna stadium III atau IV, myeloma, metastase
melanomamaligna atau kanker mamma, kolon., ovarium, testis.
3. Memperpanjang interval bebas kanker
Walaupun kanker kelihatan masih lokal setelah operasi atau radioterapi, seperti:
limfomastadium II, melanoma maligna, kanker mamma, kolon, ovarium. Pengobatan perlu
waktu cukup lama dan dosis tinggi dengan interval yang panjang untuk memberikan
kesempatanjaringan normal pulih diantara pengobatan.
4. Menghentikan progresi kanker.
Progresi penyakit ditunjukkan secara subjektif, seperti anoreksia, penurunan berat
badan,nyeri tulang, dsb atau terdapat kelainan objektif seperti penurunan fungsi-fungsi
organdapat diberikan sitostatika, asalkan kemungkinan berhasilnya 25% atau lebih.
Misalnya padametastase kanker mamna, kolon, dsb.
5. Paliasi symptom.
Pada kanker yang terdapat pada tempat-tempat yang tidak cocok untuk radiasi, dapat
diberikan sitostatika walaupun obat itu tidak memberi respons yang baik sebagai
terapisistemik. Misalnya dapat diberikan instalasi sitostatika intrapleural, injeksi
intratumoraldengan thiotepa, dsb.
6. Mengecilkan volume kanker.Mengecilkan tumor pra-bedah atau pra-radioterapi seperti
pemberian bleomycin untukkanker mulut, saluran napas bagian atas atau pemberian
alkylator dengan kombinasinyapada limfoma stadium II.
7. Menghilangkan gejala para neoplasma.Pada metastase kanker yang memberikan sindroma
para neoplasma, misalnya pemberiankortikosteroid pada anemia hemolitik,
fibrinolisis,dermatomyositis, neuropathi perifer,degenerasi cerebelair, pemberian androgen
pada kakeksia., anoreksia atau pemberianmithramycin pada hiperkalsemia.

C. KONTRA INDIKASI KHEMOTERAPI


1. Kontra lndikasi Absoluta
a. Penyakit stadium terminal
b. Hamil trimester pertama kecuali akan digugurkan
c. Septicemia
d. Koma
2. Kontra lndikasi Relatifa
a. Usia lanjut terutama untuk tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya
rendah.
b. Status penampilan yang sangat jelek
c. Ada gangguan fungsi organ vital yang berat seperti: hati, ginjal. jantung, sumsum
tulan
D. CARA KERJA
Kemoterapi bekerja dengan membunuh sel-sel yang membelah. Sebagian besar sel kanker
membelah dengan cepat sehingga lebih mungkin dibunuh dengan kemoterapi. Beberapa sel
normal yang membelah dengan cepat juga dapat dihancurkan.
Kemo berbeda dari terapi radiasi , yang dapat menghancurkan sel-sel kanker di area tubuh
tertentu.Kemoterapi berfungsi untuk mengobati sel-sel kanker yang mungkin telah menyebar ke
seluruh tubuh.

Keterangan:
Siklus sel dikendalikan oleh serangkaian protein yang disebut siklin (eye/ins) disertai enzim
kinase yang bergantung pada siklin (CDKs)dan inhibitor terhadap enzim kinase yang
bergantung pada siklin (CDKIs). Kompleks siklin/CDK memicu proses siklus sel, khususnya dua
pintu jaga (checkpoint) utama yaitu GJS dan G/M, sedangkan CDKIsebaliknya menyebabkan
kompleks siklin/CDK nonaktif, meregulasi negatif urutan siklus sel. Semua protein tersebut
adalah produk dari berbagai gen regulator siklus se, misalnya gen RB (retinobalstoma) dan gen
p53 adalah gen inhibitor penting yang ikut meregulasi pintujaga GJS.

]aringan tumor tumbuh lebih cepat dari jaringan normal bukan karena waktu siklus sel tumor
memendek, melainkan karena tidak BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN
OBSTETRICS & GYNECOLOGY ------265 stabilnya genetika sel tumor hingga regulasi siklus
sel menjadi tak terkendali. Berbagai pene;itian atas tumor pada manusi menunjukkan sejumlah
gen supresor tumor yang ikut dalam regulasi siklus sel seperti p53, RbI dan CDKN2A dll
mengalami mutsi at au delesi, sedangkan sejumlah onkogen lain seperti CCND!,CDC25Bdan
KIPI, dll overaktif atau overekspresi. Perubahan tersebut menyebabkan siklus sel tak terkendali,
sel tumor berproliferasi cepat tanpa batas.

Dari segi kinetika siklus sel tumor, pertumbuhan tumor ditentukanoleh terus membelahnya sel
yang berada dalam siklus proliferasi sel. Sel lain yang berada diluar siklus proliferasi sel
mencangkup sel dalam fase statis (Go)' sel berdiferensiasi dan menua, sel tak berdaya
proliferasi. jenis tumor berbeda seringkali menunjukkan kinetika siklus sel berbeda pula. Hal ini
dapat dilihat dari beberapa parameter kinetika sel.

Parameter tersebut meliputi: fraksi pertumbuhan (GF = growth fraction; proporsi sel berploferasi
aktif dari total massa sel), waktu penggandaan (DT = doubling time; waktu yang diperlukan
volume tumor bertambah satu kali lipat), indeks pelabelan (LI = labeling index; proporsi sel fase
S dengan inti terlabel oleh timidin-tritium 3H-TdR dari total jumlah sel) dll. pemeriksaan
parameter ini dapat memahami kecepatan pertumbuhan tumor dan kepekaannya terhadap
obat. Obat kemoterapi tertentu seperti golongan antimetabolit terhadap sel dalam siklus
proliferasi fase G1 S, Gz ' dan M lebih peka dibandingkan sel dalam fase statis Go' Menurut
perbedaan efek atas berbagai fase multiplikasi sel, obat kemoterapi dapat dibagi menjadi dua
golongan: pertama adalah obat non-spesifik terhadap siklus sel (CCNSA),dapat membunuh sel
fase istirahat maupun sel multiplikasi; yang lain adalah obat spesifik sel (CCSA)membunuh sel
multiplikasi lebih banyak dibanding sel statis, yang terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi spesifik
fase tertentu dan non-spesifik fase tertentu.

Untuk membunuh lebih banyak sel kanker dalam fase siklus berbeda, menurut teori kinetika sel,
secara klinis sering dipakai obat dengan mekanisme kerja berbeda dalam kemoterapi
kombinasi atau secara sekuensial memakai obat yang tidak bergantung pada siklus sel dan
obat yang bergantung pada siklus sel (kemoterapi sekuensial). Juga dapat dipakai obat tertentu
(VCR) yang bekerja pada siklus tertentu (fase M), agar sebagian besar sel kanker dihambat
pada fase M, setelah sel kanker secara bersamaan masuk ke fase Sbaru dipakai obat untuk
fase siklus tersebut (misal, Ara-C) sehingga efek mematikan tumor menjadi lebih besar, ini
disebut sebagai kemoterapi sikronisasi. Selain itu, karena obat nonspesifik siklus menunjukkan
daya sitotoksik logaritmik terhadap sel kanker mengikuti aturan kinetika orde pertama, sering
kali digunakan dosis tinggi satu kali mematikan sejumlah besar sel kanker, sehingga memicu
sel fase Go memasuki siklus multiplikasi. Sel fase Go pada umumnya berbeda dalam fase statis
yang tidak peka terhadap obat kemoterapi, menjadi sumber residifnya tumor.

Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu


1. Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan dan radiasi.
2. Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi pada
kasus karsinoma stadium lanjut.
3. Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan dan atau radiasi
4. Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan terutama pada kasus
kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan limfoma).

E. CARA PEMBERIAN KEMOTERAPI


1. Secara intravena, disebut sebagai IV.
IV adalah tabung kecil yang dimasukkan ke dalam vena melalui kulit, biasanya di
lengan. Tabung terpasang ke tas yang menyimpan obat.
Obat kemo mengalir dari kantong ke vena, memasukkan obat ke dalam aliran
darah. Kemudian obat tersebut menyebar ke seluruh tubuh untuk menyerang sel
kanker.
Kadang-kadang, infus dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang lebih besar di bawah
kulit dada bagian atas. Dengan begitu, seorang anak bisa mendapatkan kemoterapi dan
obat-obatan lain melalui infus dan dokter tidak akan selalu menggunakan vena di
lengan.
2. diminum sebagai pil, kapsul, atau cairan yang ditelan
3. diberikan melalui suntikan ke otot atau kulit
4. disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang melalui jarum dimasukkan ke dalam ruang
berisi cairan di tulang belakang bagian bawah (di bawah sumsum tulang belakang)

F. HAL YANG DIPERHATIKAN SEBELUM PEMBERIAN KEMOTERAPI

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan <= 2
Skala status penampilan menurut ECOG ( Eastern Cooperative Oncology Group) adalah
sbb :
Grade 0 : masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas kerja
dan pekerjaan sehari-hari.
Grade 1 : hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor
ataupun pekerjaan rumah yang ringan.
Grade 2 : hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk tiduran
dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat
melakukan pekerjaan lain.
Grade 3 : Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50%
waktunya untuk tiduran.
Grade 4 : Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul hanya di
kursi atau tiduran terus.
2. Jumlah lekosit >=3000/ml
3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas 70
tahun.
G. EFEK SAMPING atau KOMPLIKASI PADA PEMBERIAN KEMOTERAPI
Karena sulit bagi dokter untuk memprediksi bagaimana tubuh akan bereaksi, seorang anak
yang sedang dirawat karena kanker diawasi dengan ketat. Efek samping bervariasi:
 Beberapa bisa saja tidak menyenangkan, sementara yang lain bisa jauh lebih serius.
 Beberapa muncul segera, sementara yang lain berkembang seiring waktu.
 Beberapa anak hanya memiliki beberapa, sementara yang lain memiliki banyak selama
perawatan.
Berikut adalah beberapa efek samping yang terkait dengan perawatan kanker ini,:
1. Kelelahan
2. Gejala mirip flu
3. Rasa sakit
4. Luka Mulut, Gusi, dan Tenggorokan
5. Masalah gastrointestinal
6. Perubahan Kulit
7. Perubahan Berat
8. Rambut rontok
9. Masalah Ginjal dan Kandung Kemih
10. Anemia
11. Masalah Pembekuan Darah
12. Neutropenia
13. Infeksi
H. PENYEBAB KOMPLIKASI PADA KEMOTERAPI
Sel kanker cenderung tumbuh cepat, dan obat kemo membunuh sel yang tumbuh
cepat.Tetapi karena obat-obatan ini menyebar ke seluruh tubuh, mereka dapat
memengaruhi sel-sel normal dan sehat yang juga tumbuh cepat. Kerusakan sel-sel sehat
menyebabkan efek samping. Efek samping tidak selalu seburuk yang Anda harapkan,
tetapi banyak orang khawatir tentang bagian dari pengobatan kanker ini.
Sel-sel normal yang paling mungkin rusak oleh kemo adalah:
1. Sel pembentuk darah di sumsum tulang
2. Folikel rambut
3. Sel-sel di mulut, saluran pencernaan, dan sistem reproduksi
Beberapa obat kemo dapat merusak sel-sel di jantung, ginjal, kandung kemih, paru-paru,
dan sistem saraf. Terkadang, Anda dapat minum obat dengan kemo untuk membantu
melindungi sel-sel normal tubuh Anda. Ada juga perawatan untuk membantu meringankan
efek samping

Hal yang perlu diperhatikan pada komplikasi atau efek samping pemberian kemoterapi
antara lain:
1. Setiap orang tidak mendapatkan setiap efek samping, dan beberapa orang mendapat
sedikit, jika ada.
2. Tingkat keparahan efek samping (seberapa buruknya) sangat bervariasi dari orang ke
orang. Pastikan untuk berbicara dengan tim perawatan kanker Anda tentang efek
samping mana yang paling umum dengan kemo Anda, berapa lama mereka akan
bertahan, seberapa buruk mereka, dan kapan Anda harus menghubungi kantor dokter
tentang mereka.
3. Dokter Anda mungkin memberi Anda obat-obatan untuk membantu mencegah efek
samping tertentu sebelum terjadi.
4. Beberapa obat kemo menyebabkan efek samping jangka panjang, seperti kerusakan
jantung atau saraf atau masalah kesuburan. Namun, banyak orang tidak memiliki
masalah jangka panjang dari kemoterapi. Tanyakan kepada dokter Anda apakah obat
kemo yang Anda peroleh memiliki efek jangka panjang.

I. JANGKA WAKTU KOMPLIKASI PADA PEMBERIAN KEMOTERAPI


 Sebagian besar efek samping mulai hilang setelah pengobatan kanker berakhir dan sel-
sel sehat memiliki kesempatan untuk tumbuh lagi. Berapa lama ini biasanya terjadi pada
kesehatan keseluruhan anak dan jenis serta jumlah obat dan / atau radiasi yang
dimilikinya.
 Namun, kadang-kadang, pengobatan kanker dapat menyebabkan perubahan abadi
pada tubuh yang sedang tumbuh. Efek-efek sampingan jangka panjang ini
(disebut efek-efek lambat )
Efek-efek lambat termasuk didalamnya
 dapat termasuk kerusakan pada jantung, paru-paru, otak, syaraf-syaraf, ginjal-ginjal,
kelenjar tiroid, atau organ-organ reproduksi. Dalam beberapa kasus, anak-anak dan
remaja yang telah menjalani beberapa jenis kemoterapi memiliki risiko lebih tinggi
terkena kanker tipe kedua di kemudian hari.
Tindakan pencegahan apa yang dapat diambil sebelum perawatan, jika
ada. Misalnya, beberapa remaja yang menjalani perawatan dengan risiko
kesuburandapat mengambil langkah-langkah pencegahan seperti pelestarian telur
atau sperma.

Segera hubungi pelayanan kesehatan bila muncul gejala efek samping kemoterapi seperti

1. Demam >40 derajat celcius


2. Memar berdarah atau tidak dapat dijelaskan
3. Reaksi ruam atau alergi, seperti pembengkakan mulut atau tenggorokan, gatal parah,
kesulitan menelan
4. Menggigil hebat
5. Nyeri atau pegal di tempat injeksi kemo atau tempat kateter
6. Rasa sakit yang tidak biasa, termasuk sakit kepala hebat
7. Napas tersengal atau sulit bernapas (Jika Anda kesulitan bernapas, panggil 911 dulu.)
8. Diare atau muntah yang berlangsung lama
9. Kotoran atau darah berdarah di urin Anda

Konsep asuhan Keperawatan

Pengkajian
1. Riwayat pasien dan keluarga:
a. Pengetahuan tentang jenis kanker & stadium
b. Pengobatan kanker sebelumnya;
2. Perilaku pasien/ keluarga terhadap pengobatan
a. Pengalaman efek samping dan tingkat keparahannya
b. Cara untuk meminimalkan efek samping
c. Efektifitas untuk menurunkan insiden dan keparahan efek samping
3. Diet (Asupan nutrisi)
4. Pengobatan alternatif/komplementer
5. Pengetahuan tujuan dari pengobatan
6. Evaluasi fisik à Pemeriksaan fungsi sistem hemopoietik, neurologi, mulut & kulit,
kardiovaskuler, pernapasan, perkemihan, sal. cerna, fungsi reproduksi/ seksual
7. Pengkajian Psikososial: Respons pasien dan keluarga terkait dengan
pengetahuan tentang penyakit & pengobatannya, misalnya pengalaman kemoterapi
8. Support sistem dan orang-orang terdekat
9. Data penunjang: lab, echo/ EKG, bone survey
10. Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin ada yang dapat
mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia, penyakit jantung, hipertensi,
diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati, kehamilan dan lain-lain.

11. Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan dengan penyakit
tersebut di atas ( klinis, imaging dan laboratorium). Pemeriksaan laboratorium terdiri
dari darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah puasa dan 2 jam pp (sesuai
indikasi), pemeriksaan jantung (EKG) atau kalau perlu ekokardiografi.

12. Bila fasilitas ada, dapat diperiksakan tumor marker CEA, Ca15-3 yang akan dipakai
sebagai data dasar dan kelak dapat digunakan dalam follow up terapi.

13. Pada pemberian kemoterapi siklus berikutnya, bila tidak ada kelainan pada
pemeriksaan fisik cukup diperiksakan darah lengkap saja. (HB, lekosit, trombosit,
netrofil dan fungsi ginjal )

14. Penentuan status performance ( ECOG)

b. Diagnosa Keperawatan
1) cemas
2) kurang pengetahuan
3) nyeri akut
4) kesiapan meningktkan pengetahuan
5) resiko trauma vaskuler
6) nyeri
7) defisit
8) cairan elektrolit
9) resiko infeksi
10) gangguan gambaran diri
11) resiko perdarahan
12) gangguan integritas kulit

c. LANGKAH PEMBERIAN KEMOTERAPI


Persiapan Pemberian Kemoterapi
1. Persiapan Pasien
1) Fisik penderita
2) Radiologi : terutama keadaan paru-paru
3) Laboratorium : terutama kadar hemoglobin, lekosit dan trombosit
4) Psikologis penderita dan keluarga
2. Persiapan Obat dan Alat : 5 tepat 1 waspada
Persiapan Obat : 5 tepat 1 waspada yaitu tepat indikasi, tepat jenis, tepat dosis,
tepat waktu, tepat cara, waspada efek samping obat (ESO)
Persiapan alat :
1) Baju pelindung/apron khusus
2) Sarung tangan steril
3) Kacamata untuk mencegah percikan obat
4) Masker, tutup kepala
5) Obat sitostatika yang diperlukan (sesuai dengan jenis dan dosis)
6) Pelarut sitostatika. Bila bentuk sediaan serbuk gunakan pelarut NaCl 0,9%
atau water for injection
7) Spuit disposable, kassa streril, kapas alcohol dalam wadah tertutup
8) Infusion set dan wing needle/venflon
9) Plastik hitam untuk mencegah obat sitostatika terpapar cahaya
10) Kotak aseptis untuk tempat pengoplosan obat

Prosedur Pemberian Sitostatika


1. Persiapan Perawat
1) Cuci tangan dengan sabun/desinfektan, bilas dengan air mengalir
2) Keringkan dengan handuk kering/tissue bersih atau dibawah mesin pengering
3) Pakai tutup kepala, kaca mata, masker penutup mulut dan hidung
4) Pakai sarung tangan steril, masukkan lengan baju dalam sarung tangan
5) Semprot kedua telapak tangan dengan alcohol
6) Siap bekerja di kotak aseptis
2. Prosedur Pengerjaan Obat Sitostatika Larutan dalam Ampul
1) Masukkan kedua tangan di kotak aseptis melalui 2 lubang yang tersedia
2) Nyalakan pembakar spiritus, lakukan tindakan pengoplosan obat di dekatnya (±
5-10 cm)
3) Buka spuit injeksi dari pembungkusnya. Biarkan jarum tertutup. Cek spuit apakah
berfungsi dengan baik
4) Ambil ampul berisi obat. Pastikan tidak ada cairan pada bagian atas dan bagian
leher ampul, jika ada cairan ketuk-ketuk dulu sampai cairan turun seluruhnya
5) Ambil kassa steril, Alaskan pada ampul untuk menyerap jika ada percikan obat
6) Ambil kapas alcohol, usapkan pada leher ampul, patahkan leher ampul
7) Buka tutup jarum, miringkan ampul, masukkan ujung jarum dalam cairan
kemuian sedotlah obat sampai volume yang dikehendaki
8) Tutup spuit injeksi yang berisi larutan obat
9) Beri etiket pada spuit injeksi
3. Prosedur Pengerjaan Obat Sitostatika Larutan dalam Vial
1) Masukkan kedua tangan di kotak aseptis melalui 2 lubang yang tersedia
2) Nyalakan pembakar spiritus, lakukan tindakan pengoplosan obat di dekatnya (±
5-10 cm)
3) Buka spuit injeksi dari pembungkusnya. Biarkan jarum tertutup. Cek spuit apakah
berfungsi dengan baik
4) Ambil vial berisi obat. Buka tutup vial, usap dengan kapas beralkohol
5) Buka tutup jarum spuit. Tusukkan jarum ke vial dengan sudut 90ountuk
mencegah pelepasan partikel karet
6) Balikkan vial, jarum harus tetap berada dalam larutan, sedot obat sesuai dosis
(tanpa udara)
7) Cabut spuit dari vial
8) Tutup jarum dengan penutupnya
9) Beri etiket
4. Prosedur Pengerjaan Rekonstitusi Kering Obat Sitostatika
1) Masukkan kedua tangan di untuk kotak aseptis melalui 2 lubang yang tersedia
2) Nyalakan pembakar spiritus, lakukan tindakan pengoplosan obat di dekatnya (±
5-10 cm)
3) Buka spuit injeksi dari pembungkusnya. Biarkan jarum tertutup. Cek spuit apakah
berfungsi dengan baik
4) Buka tutup vial pelarut
5) Usap dengan kapas beralkohol
6) Sedot pelarut dalam spuit, ambil vial berisi obat sitostatika kering, buka tutup vial,
alasi dengan kassa steril. Usap vial dengan kapas alcohol
7) Buka jarum, tusukkan jarum ke vial dengan sudut 45o-60o sampai jarum masuk
setengah bagian. Tegakkan sampai sudut 90o untuk mencegah pelepasan
partikel karet
8) Injeksikan pelarut ke dalam vial, jangan sampai ada udara yang masuk
9) Biarkan jarum tetap dalam vial, kocok dengan hati-hati sampai benar-benar larut
10) Balikkan vial. Jarum spuit harus berada dalam larutan, tekanan vial harus negatif.
Jika sulit injeksikan udara
11) Sedot obat sesuai dosis
12) Cabut jarum dan tutup kembali, Beri etiket

Anda mungkin juga menyukai