PENDIDIKAN PANCASILA
DOSEN : NURAIMAN, M. Pd
DISUSUN OLEH
NIM : 1948201053
Sumber historis,
sosiaologis, politik
pendidikan pancasila
Periode Pengusulan Pancasila
Ahli sejarah, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana
Peta Konsep 3.4 yang dikutip oleh Mochtar Pabottinggi dalam
artikelnya yang berjudul Pancasila sebagai
Modal Rasionalitas Politik,menengarai bahwa
benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat
dalam gerakan Perhimpoenan Indonesia yang
sangat menekankan solidaritas dan kesatuan
bangsa. Perhimpoenan Indonesia menghimbau
agar segenap suku bangsa bersatu teguh Periode Pengesahan Pancasila
menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Putusan putusan penting yang dihasilkan
Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945 mencakup hal-hal berikut:
menyampaikan lima butir gagasan tentang 1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar
dasar negara sebagai berikut: Negara (UUD ‘45) yang terdiri atas
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia, embukaan dan Batang Tubuh. Naskah
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta
c. Mufakat atau Demokrasi, dengan sejumlah perubahan. Batang Tubuh
d. Kesejahteraan Sosial, juga berasal dari rancangan BPUPKI
e. Ketuhanan yang berkebudayaan. dengan sejumlah perubahan pula.
Konsep dan Urgensi Pancasila Sejarah mencatat bahwa pidato lisan Soekarno 2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden
inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh yang pertama (Soekarno dan Hatta).
dalam Arus Sejarah Bangsa Kementerian Penerangan Republik Indonesia 3. Membentuk KNIP yang anggota intinya
Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya adalah mantan anggota PPKI
Pancasila (1947).
ditambah tokoh-tokoh masyarakat dari
banyak golongan. Komite ini
dilantik 29 Agustus 1945 dengan ketua Mr.
Kasman Singodimejo.
Setelah kemerdekaan Indonesia
Periode Perumusan Pancasila diproklamasikan yang kemudian diikuti
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang dengan pengesahaan Undang-Undang Dasar
BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 adalah 1945, maka roda pemerintahan yang
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum seharusnya dapat berjalan dengan baik dan
Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama tertib, ternyata menghadapi
sejumlah tantangan yang mengancam
Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan
kemerdekaan negara dan eksistensi
naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Pancasila. Salah satu bentuk ancaman itu
Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
muncul dari pihak Belanda yang ingin
dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian hari
menjajah kembali Indonesia.
dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan
sejumlah perubahan di sana-sini.
1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa
melalui proses inkulturasi dan akulturasi. 2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa
Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia Indonesia
merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi Pancasila disebut juga sebagai kepribadian
dan akulturasi tersebut. Hasil inkulturasi, yaitu bangs Indonesia, artinya nilai-nilai ketuhanan,
proses perpaduan berbagai elemen budaya kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
dalam kehidupan masyarakat sehingga keadilan diwujudkan dalam sikap mental dan
menjadikan masyarakat berkembang secara tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian
dinamis. Akulturasi adalah perubahan besar itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas
karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama.
yang terjadi sebagai akibat dari kontak
Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau
Antar kebudayaan yang berlangsung lama. halnya sendiri, demikian pula halnya dengan
ideologi bangsa (Bakry, 1994: 157).
Alasan Diperlukannya
Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia Indonesia
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup
bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila
diyakini kebenarannya, kebaikannya,
sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa
disepakati oleh para pendiri negara (political
Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
consensus) sebagai dasar negara Indonesia
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan
(Bakry, 1994: 161).
menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry,
1994: 158).
Alasan
Diperlukannya
Kajian Pancasila
sebagai Dasar
Negara
Sumber Yuridis,
Historis,
Sosiologis, dan
Politis tentang
Pancasila sebagai
Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan
berkembang melalui suatu proses
yang cukup panjang. Pada mulanya, adat
istiadat dan agama menjadikekuatan yang
membentuk adanya pandangan hidup. Pada era
globalisasi dewasa ini, banyak hal yang akan
Argumen tentang merusak mental dannilai moral Pancasila yang
Dinamika dan menjadi kebanggaan bangsa dan negara
Tantangan Indonesia. Dengan demikian, Indonesia perlu
waspada dan berupaya agar ketahananmental-
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia tidak tergerus.
Dasar Negara Pancasila harus senantiasa menjadi benteng
moral dalam menjawab tantangan-tantangan
terhadap unsur-unsur kehidupan bernegara,
yaitu sosial, politik, ekonomi, budaya, dan
agama.
Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Dasar
Negara
Esensi pertikaian atara kedua tokoh itu ialah
pertentangan ideologi. Jadi segala sesuatu yang
merupakan Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang
pokok, penting,ekstrak dan konsentrat dari
segala sesuatu disebut esensi tergantung dalam
konteks dan penggunaannya. Memahami urgensi
pancasila sebagai dasar negara, bisa
menggunakan dua pendekatan yaitu, Pendekatan
Esensi dan Urgensi institusional dan pendekatan sumber daya
Pancasila sebagai Dasar manusia, Pendekatan institusional adalah
membentuk dan menyelenggarakan negara yang
Negara berdasarkan pada nilai-nilai pancasila sehingga
negara Indonesia dapat mewujudkan tujuan
negara atau terpenuhinya kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya
manusiaterdapat pada dua aspek, yaitu orang-
orang yang menjalankan pemerintahan dengan
cara melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara
murni dan konsekuen di dalam mengemban
tugas dan brtanggung jawab. Sehingga
kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan
yang mengedepankan kepentingan rakyat.