File PDF
File PDF
File PDF
Oleh :
TATI SETYAWATI PONIDJAN
1306346355
Oleh :
TATI SETYAWATI PONIDJAN
1306346355
Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa Karya
Ilmiah Akhir ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan yang berlaku di
Universitas Indonesia.
Jika dikemudian hari tsrnyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
lndonesia kepada saya
lUffitgn.e,[ .:::&,i,j \ i
T.EMPEL .,f\,
\
agTszRorgag+t+to4 \'\UMJ,Z
..L-r'^ '\)
F --\----a
i-= n" :. *.? /
+ U'=jRUPIAH 1.
'-
ENA[4 RIBU
Iftrya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujulq telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda tangan
'fanggal
M
16 Juni 2016
lil
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak
pada Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Anak, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Al=
H
Penguji I dr. Endang Windiastuti, Sp.A (K).
Disetujui di : Depok
Pada tanggal : 22 Juni 2016
IV
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya yang diberikan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
Karya Ilmiah Akhir ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak Kanker yang
Mengalami Masalah Nutrisi Melalui Intervensi Pendidikan Kesehatan Berbasis Teori
Model Adaptasi Roy”. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Ners Spesialis Keperawatan Anak
pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa
penulisan Karya Ilmiah Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Allenidekania, SKp., M.Sc., selaku supervisor utama, atas saran, arahan dan
bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
2. Happy Hayati, Ns., Sp.Kep.An., selaku supervisor yang telah memberikan arahan
dan bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.
3. Dr. Nani Nurhaeni S.Kp., M.N., selaku koordinator utama Praktek Klinik
Keperawatan Program Ners Spesialis Keperawatan Anak, yang telah memberikan
motivasi dan bimbingan selama praktik residensi.
4. Dr. Endang Windiastuti, Sp. A (K) selaku penguji yang telah memberikan arahan
dan masukan.
5. Nurhidayatun Ns., Sp.Kep.An. selaku penguji yang telah memberikan arahan dan
masukan.
6. Dra. Junaiti Sahar, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
7. Yeni Rustina, M.App.Sc., Ph.D., selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan saran dan arahan pada penulis selama pendidikan.
8. Ketua Program Studi dan seluruh staff pengajar Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.
9. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengembangkan ilmu di Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Besar harapan penulis, kiranya Karya Ilmiah Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan keperawatan di Indonesia, terlebih khusus pada keperawatan anak.
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesiq saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Noz exclusive Rayalty Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Beserta perangkat yang ada (ika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas lndonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 16 Juni 2016
vt1
Kata Kunci :
Anak kanker, asuhan keperawatan, Model Adaptasi Roy, nutrisi, pendidikan kesehatan
Keywords:
Children who have cancer, nursing care, Roy adaptation model, nutrition, health
education
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME………………………………………… ii
PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN……..………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………………………… vii
ABSTRAK…………………………………………………………………………... viii
ABSTRAC…………………………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………... xii
DAFTAR SKEMA…………………………………………………………………... xiii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………… xv
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2. Tujuan Penulisan.……………………………………………………………. 7
1.3. Sistematika Penulisan...……………………………………………………... 7
3. PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1. Pencapaian kontrak belajar…..…………………………………………..….. 70
3.1.1. Kontrak Belajar Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut…………. 70
3.1.2. Kontrak belajar Praktik Klinik Khusus ……………………………... 74
3.2. Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak dan Pencapaian
Kompetensi………………………………………………………………….. 75
3.2.1. Peran Pemberi Asuhan……………………………………………….. 76
3.2.2. Peran Sebagai Advokat.………………………………………………. 77
3.2.3. Peran sebagai Pendidik ………………………………………………. 78
3.2.4. Peran Sebagai Peneliti ……………………………………………….. 80
3.2.5. Peran sebagai Inovator………………………………………………... 80
3.3. Implementasi Evidence Based Nursing Practice……………………………. 81
x
Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016
4. PEMBAHASAN
4.1. Penerapan Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Kanker yang Mengalami Masalah Nutrisi…………………………. 84
4.2. Praktik Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Kompetensi.. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016
DAFTAR SKEMA
xiii
Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawatixiv
Ponidjan, FIK UI, 2016
DAFTAR TABEL
xv
Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker merupakan suatu penyakit yang berasal dari pertumbuhan sel tubuh yang
progresif dan abnormal. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya perubahan pada
deoxiribonucleid acid (DNA), sehingga sel kehilangan fungsinya secara normal.
Pertumbuhan sel kanker akan berlangsung cepat dan mendesak sel normal tubuh,
sistem pembuluh darah serta organ vital lainnya sehingga menghasilkan berbagai
gejala (James, Nelson, & Ashwill, 2013). Manifestasi klinis penyakit kanker
tergantung dari jenis kanker, lokasi pada tubuh, luasnya dan umur anak. Bila sel
kanker ini sudah menyebar (metastasis) dan menginfiltrasi organ tubuh yang lain
maka menyebabkan hilangnya fungsi organ secara progresif dan dapat berakhir
dengan kematian (Ball, Bindler, & Cowen, 2010).
Kanker sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, karena merupakan salah
satu penyebab utama kematian. Angka kematian penyakit kanker di tingkat dunia
pada tahun 2012, berkisar 8,2 juta orang (WHO, 2014), sedangkan pada tingkat
nasional angka kematian kanker berkisar 5,7 % dari keseluruhan kasus kematian
(Kemenkes RI, 2014). Menurut data dari GLOBOCAN, IARC pada tahun 2012
terdapat 14.067.894 kasus baru kanker pada tingkat dunia. Data dari Riskesdas
Kemenkes RI 2013, penyakit kanker di Indonesia memiliki prevalensi berkisar 1,4
per 1000 penduduk atau sekitar 347.792 penduduk dan menduduki peringkat ke 7
dari seluruh penyebab kematian.
Anak dengan penyakit kanker di Indonesia berkisar 2,5% dari keseluruhan penyakit
kanker yang ada (IARC, 2008). Terdapat 11.000 kasus kanker pada anak setiap
tahunnya dan sepertiga dari kanker anak adalah leukemia (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Marcdante, Kliegmen, Jenson, dan Behrhman (2011), jenis kanker yang
tersering pada anak adalah leukemia dan limfoma, kemudian diikuti dengan tumor
otak/susunan saraf pusat, sarcoma jaringan lunak, dan kanker tulang. Banyak tanda
dan gejala kanker bersifat non spesifik, namun sebagian besar anak dengan
penyakit kanker menunjukkan gejala demam, kelelahan dan anoreksia.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat pada anak kanker dapat menyebabkan
penurunan berat badan. Bila keadaan ini berlangsung terus, maka dapat
mengakibatkan terjadinya malnutrisi (undernutrition), yaitu tubuh mengalami
defisiensi energi, protein dan zat nutrient lainnya. Prevalensi malnutrisi pada anak
kanker dilaporkan berkisar antara 8%-60%. Jenis kanker yang berisiko terjadinya
malnutrisi adalah tumor padat, tumor otak dan leukemia nonlymphocytic (Ladas,
Sacks, Brophy & Rogers, 2006). Menurut Nieuwouldt (2011), malnutrisi
(undernutrition) memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang pada anak
kanker. Efek jangka pendek adalah penurunan massa otot dan lemak tubuh
sehingga merubah komposisi tubuh, respon dan toleransi terhadap kemoterapi
menurun, pengobatan menjadi lama, biokimia tubuh terganggu mengakibatkan
terjadinya anemia dan hipoalbuminemia, serta beresiko tinggi terjadinya infeksi.
Sedangkan efek jangka panjang adalah gangguan pertumbuhan, gangguan
perkembangan saraf (neurodevelopment), kepadatan tulang menjadi tidak normal,
penurunan kualitas hidup dan beresiko terjadinya kanker sekunder.
Mual muntah pada anak yang mendapat kemoterapi (chemotherapy induced nausea
and vomiting/CINV) dapat terjadi mulai beberapa menit hingga sampai beberapa
hari setelah pemberian kemoterapi. Berdasarkan hasil penelitian Aapro (2005),
25%-30% anak menderita mual muntah saat mendapat kemoterapi sekalipun sudah
diantisipasi dengan terapi antiemetic. Mual muntah yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan penurunan intake nutrisi dan akhirnya terjadi penurunan berat
badan (Geiger & Wolfgram 2013). Berdasarkan fakta ini maka anak yang
dikemoterapi dengan gejala mual muntah berisiko terjadinya masalah kekurangan
nutrisi.
Selain efek samping mual muntah, diare dapat terjadi pada anak kanker yang
mendapat radiasi di daerah abdomen dan pemberian kemoterapi seperti
prokarbazin, merkaptopurin, metotreksat, dactinomycin (Hockenberry & Wilson,
2009). Mukositis atau kerusakan mukosa dapat terjadi dimanapun sepanjang
saluran gastrointestinal yang menyebabkan hilangnya epitelium intestinal dan
timbul inflamasi sehingga terjadi diare. Mukositis juga dapat terjadi pada daerah
oral yang dapat memperberat gejala anoreksia karena nyeri dan ketidaknyamanan
saat makan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Masalah keperawatan terkait nutrisi pada anak kanker tidak hanya masalah nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan risiko kurang dari kebutuhan tubuh tetapi
menyangkut juga masalah nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh, seperti
obesitas/overweight. Menurut Withycombe et al. (2015) obesitas dapat terjadi pada
anak kanker yang mendapat pengobatan, seperti pemberian kemoterapi pada anak
dengan Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL). Obesitas terjadi saat program atau
pada akhir program kemoterapi setelah anak mendapat pengobatan kortikosteroid
dalam dosis tinggi yang lama. Data yang didapatkan dari penelitian Withycombe et
al. (2009) 23% anak dengan ALL menjadi obesitas pada akhir program kemoterapi.
Obesitas beresiko terjadi gangguan kardiovasikular dan gangguan metabolik
(Lughetti, Bruzzi, Predieri & Paolucci, 2012).
Masalah nutrisi yang kompleks pada anak kanker memerlukan perhatian perawat.
Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk meningkatkan masukan nutrisi seperti
memberikan pilihan pada anak untuk memilih makanan yang disukai, menyajikan
makanan secara aktraktif, menghindari makanan yang berbumbu kuat dan
menggunakan peralatan yang menarik. Namun walaupun pendekatan seperti ini
sudah dilakukan beberapa anak tetap tidak mau makan sehingga penurunan berat
badan tetap terjadi (Hockenberry & Wilson, 2009). Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
dapat dinilai dari status gizi anak. Status gizi adalah cerminan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada seseorang, yang diperoleh dari asupan dan penggunaan zat
gizi oleh tubuh. Menilai status gizi anak menggunakan pengukuran antropometri
seperti berat badan, tinggi/panjang badan, dan lingkar lengan atas. Adapun kategori
status gizi anak berada pada rentang normal sampai pada obesitas atau sangat
kurus/gizi buruk (Nasar, Djoko, Hartarti, & Budiwiarti, 2015). Nutrisi memegang
peranan penting pada perawatan anak kanker, karena terpenuhinya kebutuhan
Mengingat pentingnya kebutuhan nutrisi dan masalah nutrisi yang terjadi pada anak
kanker, maka perawat perlu melakukan penatalaksanaan nutrisi dalam konteks
asuhan keperawatan. Perawat spesialis memegang peranan penting melakukan
tugas sesuai standar kinerja yang telah ditetapkan, dari segi pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Sesuai standar kompetensi yang telah dirumuskan oleh
International Council of Nursing (ICN, 2009) kompetensi seorang ners spesialis
yaitu melakukan praktek secara profesional sesuai etik dan legal, baik dalam
manajemen dan asuhan keperawatan serta mengembangkan kualitas pelayanan
keperawatan. Standar kompetensi diperlukan agar masyarakat mendapatkan asuhan
keperawatan yang berkualitas. Perawat spesialis dalam memenuhi kompetensi ini
menjalankan praktek sesuai peran perawat antara lain sebagai pemberi asuhan
keperawatan, advokasi, pendidik, peneliti dan inovator (James, Nelson, & Ashwill,
2013).
Model Adaptasi Roy memandang anak sebagai suatu sistem adaptasi. Seorang anak
dalam kehidupnya akan berinteraksi dengan lingkungan dan mendapatkan berbagai
stimulus akibat perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
Ada 3 tipe stimulus yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus
residual. Agar dapat mempertahankan kehidupannya seorang anak harus berespon
positif terhadap perubahan lingkungan dengan melakukan adaptasi (Tomey &
Alligood, 2010). Masalah keperawatan muncul ketika anak tidak dapat beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan tersebut sehingga mempengaruhi status
kesehatannya. Mekanisme koping dibutuhkan untuk membentuk prilaku adaptif
terhadap perubahan lingkungan sehingga anak dapat mempertahankan
kesehatannya (Alligood, 2014).
Model Adaptasi Roy memberikan arahan bagi perawat dan sebagai landasan
berpikir dalam praktik keperawatan. Perawat menggunakan asuhan keperawatan
sebagai metode pemecahan masalah dengan melakukan intervensi untuk
mendukung mekanisme koping anak agar terjadi adaptasi (Alligood, 2014). Tujuan
penggunaan Model Adaptasi Roy pada karya ilmiah akhir ini dimaksudkan agar
anak dengan kanker dapat beradaptasi terhadap masalah nutrisi yang dialaminya
sehingga meningkatkan toleransi tubuh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Tujuan akhir yang diharapkan dari Model Adaptasi Roy adalah tercapainya sehat,
peningkatan kualitas hidup dan meninggal dengan damai (Tomey & Alligood,
2010).
Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2015), terdapat sekitar 650 kasus kanker anak
setiap tahunnya di Jakarta. Kasus ini tersebar pada beberapa tempat pelayanan
kesehatan di Jakarta termasuk RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita
dan RSPAD Gotot Soebroto. Pengalaman penulis saat praktik di ruang non infeksi
pada ketiga rumah sakit tersebut, sering ditemukan adanya masalah nutrisi pada
anak kanker, baik masalah risiko maupun masalah aktual. Perilaku inefektif yang
sering muncul adalah anoreksia, mual muntah, nutrisi kurang atau lebih dari
kebutuhan tubuh. Menurut Model Adaptasi Roy, nutrisi merupakan salah satu
indikator dalam mode adaptasi fisiologis. Nutrisi merupakan komponen penting
yang diperlukan oleh tubuh harus dipenuhi kebutuhannya. Untuk itu dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi, berbagai informasi mengenai nutrisi dapat diperoleh
anak dan keluarga melalui pendidikan kesehatan sebagai Evidence Based Practice
(EBP).
Berdasarkan gambaran diatas dan fenomena nutrisi yang ada pada anak kanker,
maka penulis menggunakan pendidikan kesehatan sebagai Evidence Based Practice
(EBP) dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak kanker dengan menggunakan
pendekatan teori Model Adaptasi Roy pada asuhan keperawatan. Laporan ini terdiri
dari lima kasus kelolaan yaitu kasus Osteosarkoma, Limfoma non hodgkin,
Hepatoblastoma, Tumor wilm’s, dan Leukemia limfoblastik akut. Masalah nutrisi
yang ditemukan pada kasus tersebut adalah satu kasus dengan risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tiga kasus dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan satu kasus dengan
obesitas. Setelah mengaplikasikan EBP dan menggunakan pendekatan model
adaptasi Roy maka hasil evaluasi pada asuhan keperawatan tersebut adalah satu
kasus dapat beradaptasi secara integrasi (masalah nutrisi tidak terjadi) dan empat
kasus beradaptasi secara kompensasi (masalah nutrisi teratasi sebagian).
konsep keperawatan dalam proses keperawatan serta aplikasi Model Adaptasi Roy
dalam proses keperawatan anak dengan kanker. Bab 3 merupakan pencapaian
kompetensi ners spesialis yang terdiri dari pencapaian kontrak belajar, pembahasan
praktik spesialis keperawatan anak dan pencapaian kompetensi serta implementasi
evidence based nursing practice. Bab 4 merupakan pembahasan tentang penerapan
Model Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pada anak dengan kanker yang
mengalami masalah nutrisi, serta pembahasan tentang praktik ners spesialis
keperawatan anak dalam pencapaian kompetensi. Bab yang terakhir yaitu bab 5
yang berisikan simpulan dan saran dari penulisan karya ilmiah akhir ini.
BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Bab ini menguraikan tentang ringkasan 5 kasus kelolaan dengan masalah nutrisi pada
anak kanker di 2 rumah sakit yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSAB Harapan
Kita. Selain itu pada bab ini juga memuat tentang tinjauan teoritis yang digunakan
sebagai acuan dalam kasus kelolaan, yaitu teori mengenai kanker pada anak, nutrisi
pada anak kanker, integrasi teori dan konsep model adaptasi Roy dalam asuhan
keperawatan serta aplikasi teori model adaptasi Roy pada 1 kasus yang terpilih.
2.1.2. Kasus 2
Anak A.N. Perempuan usia 4 tahun 8 bulan, masuk RS pada tanggal 3 maret
2016 dengan rencana prokemoterapi setelah selesai fase induksi protokol
pengobatan leukemia akut non limfoblastik pada tanggal 15-25 Januari 2016.
Sesuai pemeriksaan (06/01/2016) ditemukan sel blast 90%, pemeriksaan
aspirasi sum-sum tulang didapatkan kesimpulan AMoL (Acute monoblastic
leukemia) relaps dan pemeriksaan leukemia phenotyping kesan B-lineage
with abberant exp CD 13. Saat masuk RS klien kelihatan lemah, nilai Hb:
5,8 gr/dl. Klien mengalami demam yang naik turun, nyeri pada mata dan
anoreksia. Tanggal 8 maret 2016 klien dipindahkan ke ruang febril
neutropenia oleh karena nilai neutrophil 1%, mielosit 2%. Pengkajian
dilakukan residen pada tanggal 9 maret 2016 (hari perawatan ke 7) jam
08.00. Data mode adaptasi fisiologis yang diperoleh; kesadaran penuh,
frekuensi pernapasan 26x/menit, frekuensi nadi 127x/menit, suhu badan
38,3oC, tekanan darah 105/66 mmHg. Pada pemeriksaan fisik, tampak lemah
dan kurus, proptosis mata kanan dan kiri, penglihatan mata kanan relatif
baik. Berat badan 13,5 kg, tinggi badan 101 cm, lingkar lengan atas 13 cm.
Status gizi kurang, LLA/U 13/16,7 (-3<z<-2), terdapat penurunan berat
badan sekitar 2 kg dalam 3 bulan terakhir. Berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 8 maret 2016 didapatkan hasil; Hb:7,9 gr/dl, Ht:24,6%,
Trombosit: 27.800/µL, Leukosit: 84.300/µL, basophil 0%, eosinofil 0%,
neutrophil 1%, limfosit 2%, monosit 3% dan albumin (7/03/2016) 3,4 gr/dl.
Ibu mengatakan; selera makan anak menurun (anoreksia) dan mata kiri
membesar dengan cepat. Klien mengeluh nyeri pada mata kiri.
2.1.3. Kasus 3
An. M.A. laki-laki, usia 3 tahun 7 bulan, masuk RS pada tanggal 4 maret
2016 dengan keluhan perut semakin membesar sejak 4 bulan yang lalu,
terdapat penurunan berat badan sekitar 5 kg dalam 4 bulan terakhir. Klien
didiagnosis dengan hepatoblastoma sesuai pemeriksaan CT Scan abdomen
multiphase (02/02/2016) tampak massa morfologi di segmen 4,5,6 hepar,
dengan ukuran 17x10,6x14,7 cm. Klien dipindahkan dari ruang perawatan
bedah ke ruang perawatan anak non infeksi pada tanggal 12 maret 2016
dengan rencana prokemoterapi. Pengkajian dilakukan residen pada tanggal
14 maret 2016 jam 08.00 (hari perawatan ke 11). Data mode adaptasi
fisiologis yang diperoleh; kesadaran penuh, frekuensi pernapasan 22x/menit,
frekuensi nadi 114x/menit, suhu badan 36,6oC, tekanan darah 90/59 mmHg.
Pada pemeriksaan fisik, klien tampak lemah dan kurus, konjungtiva anemis,
iga gambang, ada baggy pants, perut tampak buncit, pergerakan terbatas,
lingkar perut bagian pusat 62 cm dan perut atas 58 cm, berat badan 13,3 kg,
tinggi badan 99 cm, lingkar lengan atas 11,3 cm. Status gizi buruk, LLA/U
11,3/16 (<-3 SD). Hasil pemeriksaan laboratorium (11/3/2016); hemoglobin
9,8 g/dl, hematokrit 30,7%, trombosit 413.000/µL, leukosit 16.680/µL,
eosinofil 0,4%, neutrofil 68,6%, limfosit 19,4%, monosit 11,2%, albumin
3,12 gr/dl. Pemeriksaan urine (11/3/2016) warna kuning keruh, bakteria
positif. Ibu mengatakan; selera makan anak menurun (anoreksia), klien
malas minum, balance cairan: -209 ml, diuresis; 0,78 ml/KgBB/jam Klien
mengeluh ada rasa nyeri pada perut dan pada jam 10.00; Suhu badan 37,9oC.
2.1.4. Kasus 4
Anak G.K. Perempuan, usia 2 tahun 2 bulan, masuk RS pada tanggal 3 April
2016 rencana prokemoterapi protokol Acute Lymphoblastic Leukemia
(ALL) 2013 High Risk fase akhir intensifikasi minggu ke 17. Sesuai
pemeriksaan BMP (Bone marrow puncture) dan dianostik molekuler
(29/10/2015), ditemukan sel atopik menyerupai limfoblast 8,5% dan
phenotyping kesan B-lineage. Program kemoterapi yang akan di berikan
adalah: Metotreksat 12 mg/it, Vincristin 0,8 mg/IV, Dexametasone 2x1,6
mg/po (tapering off) dan Cytarabine 45 mg/IV/drips 3x (pemberian selang
sehari). Pengkajian dilakukan oleh residen pada tanggal 4 April 2016 (hari
perawatan ke 2) jam 08.00. Data mode adaptasi fisiologis yang diperoleh;
kesadaran penuh, frekuensi pernapasan 24x/menit, frekuensi nadi
110x/menit, suhu badan 36,5oC, tekanan darah 90/65 mmHg. Pada
pemeriksaan fisik klien tampak gemuk, berat badan saat ini 16 kg, tinggi
badan 85 cm, lingkar lengan atas 19,3 cm. Berat badan sebelum kemoterapi
10 kg, status gizi obesitas BB/TB 16/11,4 (>+3SD). Ibu mengatakan nafsu
Masalah keperawatan yang ditegakkan pada an. G.K. adalah obesitas, risiko
cedera berhubungan dengan proses malignan dan kemoterapi, risiko infeksi.
Pada tanggal 7 April 2016, muncul masalah baru yaitu hipertermia.
Intervensi yang dilakukan adalah memberi makan sesuai program diet 1163
kkal/hari, monitor jumlah masukan nutrisi, pendidikan kesehatan modifikasi
perilaku makan, memberikan kemoterapi sesuai protokol, memantau
pemberian kemoterapi, menggunakan teknik aseptik pada prosedur tindakan,
menggunakan teknik mencuci tangan yang baik, memberikan kompres
hangat dan kolaborasi pemberian antipiretik.
2.1.5. Kasus 5
Anak S.A. Perempuan, usia 5 tahun, masuk RS pada tanggal 12 April 2016
rencana prokemoterapi. Sesuai pemeriksaan Patologi Anatomi massa
jaringan intraabdomen (Juni 2015), dan pemeriksaan USG Abdomen (Juli
2015) menunjukkan gambaran tumor wilms, ginjal kanan membesar dengan
massa besar terutama pole bawah. Sejak 1 September 2015 klien memulai
kemoterapi protokol tumor willms dan kemoterapi terakhir tanggal 22
Pebruari 2016 (minggu ke 25). hasil CT Abdomen tgl 17 Februari 2016;
terdapat perluasan massa ke ruang intraabdomen bawah serta ke region mid
abdomen (ukuran ± 80,7x135x83,3mm) dan ke superior/subhepatik ukuran
(60-70x40x82-83mm). Pengkajian dilakukan residen pada tanggal 13 April
2016 (hari perawatan ke 2) jam 08.00. Data mode adaptasi fisiologis yang
diperoleh; kesadaran penuh, frekuensi pernapasan 24x/menit, frekuensi nadi
120x/menit, suhu badan 36,7oC, tekanan darah 90/67 mmHg. Pada
pemeriksaan fisik tampak ada iga gambang, wasting, dan baggy pants. Perut
tampak membuncit, lingkar perut bagian pusat 55 cm, bagian perut atas 59
cm. Berat badan 14 kg, tinggi badan 113 cm, lingkar lengan atas 10 cm.
Sejak sakit, klien mengalami penurunan berat badan ± 6 kg. Status gizi
buruk, LLA/U 10/16,9 (<-3SD), ibu mengatakan nafsu makan anaknya
menurun. Pada kulit perut tampak kemerahan (eritema) bekas garukan, klien
mengeluh ada rasa gatal pada perut. Hasil pemeriksaan laboratorium
(12/04/2016); Hemoglobin 10,6 g/dl,Hematokrit 32,3%, Leukosit 13.900/µL,
neutrofil batang 0,0%, neutrofil segmen 82,7%, limfosit 9,6%,Trombosit
510/µL, Albumin 2,7 gr/dl, CRP 13,3 mg/L. Program kemoterapi saat ini
adalah protokol tumor willms (Stad.IV/ relaps) minggu 1: Ifosfamid 1000
mg/IV/hr (5x), Carboplatine 270 mg/IV/hr (2x),Etoposide 65 mg/IV/hr (5 x).
Kanker pada anak berbeda dengan kanker pada orang dewasa. Pada orang
dewasa sel kanker lebih banyak terdapat pada jaringan epithelial dan
berkembang menjadi tumor padat karsinoma. Sedangkan pada anak, sel
kanker lebih banyak berasal dari lapisan embrionik mesodermal, yaitu sel
yang akan bertumbuh menjadi otot, tulang, jaringan ikat, tulang rawan, organ
sesksual, ginjal, pembuluh darah dan limfe, darah dan organ limfoid
(Bowden & Greenberg, 2010). Pertumbuhan sel kanker pada anak lebih
cepat (relatively short period) dibandingkan dengan orang dewasa, anak
yang kelihatan sehat akan nampak sakit dalam beberapa hari atau beberapa
minggu. Pada orang dewasa, kanker merupakan hasil dari kebiasaan makan
dan gaya hidup sedangkan pada pada anak biasanya embryonic; berkembang
sejak dari masa fetus dan oncogenic (Ball, Bindler, & Cowen. 2010).
Kanker yang sering terdapat pada anak adalah leukemia akut, limfoma dan
tumor otak. Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL), Acute myeloblastic
leukemia (AML), tumor wilms, neuroblastoma, hepatoblastoma dan
retinoblastoma lebih sering pada bayi dan masa kanak-kanak awal. Kanker
tulang, hodgin, keganasan gonad adalah jenis kanker yang tersering didapat
pada masa remaja (Marcdante et al. 2011).
obatan, virus, dan alkylating agents. Terpapar bahan ini pada orang
tua sebelum konsepsi terjadi atau pada ibu yang sedang hamil
(Bowden & Greenberg, 2010).
Virus dan bahan kimia yang masuk dalam tubuh dapat merubah
system imun dan merubah gen normal yang mengatur pertumbuhan
dan perkembangan yang disebut dengan proto-oncogenes.
Perubahan gen ini akan menyebabkan terjadi deviasi sel sehingga
menjadi sel kanker (oncogenes). Jenis kanker yang terkait dengan
perubahan proto-oncogenes menjadi oncogenes adalah leukemia dan
limfoma burkit (Ball, Bindler, & Cowen, 2010; Pillitteri, 2010).
Perubahan gen termasuk juga autosomal dominant, autosomal
recessive, dan X-linked transfer. Perubahan gen seperti ini lebih
agresif dibandingkan dengan mutasi tunggal dari satu gen dan
biasanya muncul pada awal kehidupan karena diwarisi. Jenis kanker
yang dihubungkan dengan perubahan ini adalah retinoblastoma,
tomor wilms, kanker tyroid dan kanker usus. Abnormal kromosom
yang dapat merubah gen yaitu hyperploidy, translokasi, delesi dan
kerusakan kromosom. Perubahan kromosom dihubungkan dengan
peningkatan insidens kanker (Ball, Bindler, & Cowen, 2010).
Menurut Potter dan Perry (2006), nutrisi diperlukan sebagai energi untuk
fungsi organ dan pergerakkan tubuh, mempertahankan stabilitas suhu tubuh,
pertumbuhan dan perbaikan sel. Anak yang dirawat dirumah sakit
memerlukan makanan berkualitas dalam arti cukup energi (karbohidrat,
lemak) dan protein serta tambahan zat gizi lainnya jika diperlukan. Berbagai
faktor dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi antara lain umur, jenis
kelamin, status gizi, keadaan klinis dan penyakit yang diderita seperti
penyakit kanker (WHO, 2009).
Nutrisi yang adekuat pada anak kanker memegang peranan penting dalam
hasil pengukuran klinis, seperti respon pengobatan dan kualitas hidup.
Namun pada kenyataannya nutrisi pada anak kanker masih kurang
diperhatikan. Ditemukan 5-50% anak kanker dalam keadaan kekurangan gizi
pada saat didiagnosa dan pada saat pemberian terapi, angka malnutrisi ini
dapat meningkat menjadi 40-80%. Anak kanker rentan menjadi malnutrisi
karena meningkatnya kebutuhan berhubungan dengan penyakit, pengobatan
dan tumbuh kembangnya (Niuwouldt, 2011). Dilain sisi, pemberian
pengobatan kanker seperti kortikosteroid dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan berat badan (Withycombe et al. 2015). Untuk itu kebutuhan
nutrisi pada anak kanker, baik dengan status gizi normal, kurang atau buruk
dan lebih atau obesitas pada prinsipnya bertujuan agar berat badan menjadi
ideal (Sjarif et al. 2014).
agen kemoterapi ini adalah 80%. Diare pada anak kanker merupakan
predisposisi terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, dehidrasi, gagal ginjal dan gangguan integritas kulit.
Selain itu diare dapat menyebabkan kekurangan nutrisi karena
masalah absorbsi pada usus (Tomlinson & Kline, 2010).
Menurunnya aktivitas, kurangnya masukan nutrisi dan nyeri dapat
berkontribusi terjadinya konstipasi pada anak (James, Nelson, &
Ashwill, 2013). Penyebab konstipasi yang paling sering pada anak
kanker adalah pemberian terapi opioids analgesic dan vinca
alcaloids (seperti vincristine dan vinblastine). Kedua terapi ini dapat
menurunkan motilitas otot pada usus. Diperkirakan 50-95% anak
yang diberi terapi opioids analgesic mengalami konstipasi,
sedangkan pada pemberian vinca alcaloids diperkirakan 30%
(Woolery et al. 2006). Konstipasi dapat meningkatkan efek mual
muntah, nyeri pada perut, anoreksia dan penundaan pemberian
kemoterapi (Tomlinson & Kline, 2010).
Pada anak yang tidak dapat dipenuhi kebutuhan nutrisi melalui oral
maka perlu dipikirkan pemberian nutrisi enteral (NE) menggunakan
feeding tube seperti Nasogastric tube (Tomlinson & Kline, 2010).
Asupan nutrisi peroral < 70% pada anak kanker perlu dilakukan
pemasangan NGT untuk pemberian nutrisi enteral (Schoeman,
2015). Pemberian nutrisi enteral diberikan pada anak dengan fungsi
gastrointestinal yang masih normal (Sjarif et al. 2014). Namun pada
anak kanker dengan neutropenia memiliki risiko perdarahan karena
insersi NGT. Anak yang tidak mendapat nutrisi adekuat melalui
jalur enteral karena tidak berfungsinya saluran gastrointestinal,
makanan tidak dapat masuk ke dalam saluran gastrointestinal dan
tidak toleran tubuh terhadap nutrisi enteral maka dilakukan
pemberian nutrisi melalui jalur parentral (Montgomery et al. 2013).
Nutrisi parentral (NP) merupakan pemberian makronutrient dan
mikronutrien dalam bentuk cairan melalui pembuluh darah
(intavena). Cairan nutrisi parentral sebaiknya tidak melebihi dari
1.000 mOsm karena osmolaritas yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah vena. Komposisi nutrisi parentral dari total energi
biasanya adalah 70% dextrose dan asam amino, 30% lemak
(Tomlinson & Kline, 2010).
Ada 2 subsistem yang saling berhubungan yaitu pertama adalah sub sistem
proses kontrol terdiri dari regulator dan kognator. Sedangkan yang kedua
adalah subsistem afektor terdiri dari 4 mode adaptasi yaitu kebutuhan
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Regulator dan
kognator berperan sebagai mekanisme koping. Mekanisme koping adalah
kemampuan yang ada sejak lahir (Innate coping) atau yang didapat
(Acquired coping) untuk berinteraksi terhadap perubahan lingkungan. Innate
coping merupakan proses secara otomatis dan diturunkan secara genetik,
sedangkan Acquired coping diperoleh dari belajar (Tomey & Alligood,
2010).
Koping regulator adalah mode adaptif fisiologi yaitu respon otomatis melalui
persarafan, endokrin dan kimia tubuh. Sedangkan koping kognator adalah
respon dari 4 saluran kognitif dan emosi, yaitu proses informasi persepsi,
belajar, membuat keputusan dan emosi (Tomey & Alligood, 2010). 4 mode
adaptif merupakan satu kesatuan dan tak dapat dipisahkan. Hubungan dari
keempat mode adaptif ini akan nampak ketika terjadi stimulus yang berefek
terhadap satu atau lebih mode adaptif. Perilaku yang di hasilkan dapat
merupakan stimulus untuk mode adaptif yang lain (Roy, 2009).
Stumulus Respon
Fungsi fisiologis
Mekanisme koping adaptif
Konsep diri
Tingkat Regulator
Fungsi peran
adaptasi Kognator Respon
Interdependensi inefektif
Umpan balik
Lahir prematur
Genetik :
Trisomi 2,8 &20
Faktor lingkungan; Translokasi (1;4), (q12;q34)
orang tua terpapar Faktor predisposisi Hilangnya heterosigositas 11p15
radiasi, obat-obatan, Beckwits-Wiedeman Syndrome
virus, alkylating agen (BWS), Familial Adenomatous
Polyposis (FAP), Li-Fraumeni
Sel prekusor hati Syndrome, Trisomi 18, Glycogen
storage desease type I.
Penggunaan
Penurunan Proliferasi sel
protein tubuh
berat badan Metabolisme epitel &
untuk Pengkajian;
(respon meningkat mansenkimal
menghasilkan Perilaku
inefektif) imatur yang tidak
energi Stimulus
terkendali
Ketidak-
seimbangan Pembentukan
Mendesak organ
nutrisi massa (tumor)
sekitar
kurang dari pada lobus hati
kebutuhan
tubuh
Nosiseptor Efek samping
Pelepasan Hepatoblastoma Kemoterapi (respon inefektif)
Distensi terstimulasi
cytokines
abdomen (respon
(respon inefektif)
inefektif) Metastasis
Risiko cedera
Nyeri
Bone marrow Paru-paru
Malas
minum,
Kelemahan Massa menekan
anoreksia Eritrosit Leukosit Trombosit
(respon saluran pernapasan
(prespon
inefektif
inefektif)
Anemia Leukopenia Trombositopenia
(respon (respon (respon inefektif) Obstruksi saluran
Risiko inefektif) inefektif) pernapasan (respon
kekurangan inefektif)
volume Risiko
cairan keterlambatan
Risiko Infeksi Risiko Risiko
pertumbuhan
cedera (respon infeksi perdarahan
dan Gangguan
inefektif
perkembangan pertukaran
)
gas
Hipertermi
Intervensi dan Implementasi; merubah stimulus dan menambah kapasitas proses koping
Evaluasi
Integrasi; fungsi dan struktur dari Kompensasi; kognator dan Kompromi; tidak
proses kehidupan terpenuhi regulator diaktifkan oleh adekuatnya proses
kebutuhannya penolakan proses integrasi integrasi dan kompensasi
Sumber: Hockenberry & Wilson, 2009; Roy, 2009; Tomlinson & Kline, 2010; Permono et al. 2012.
2.4. Aplikasi Model Adaptasi Roy dalam Proses Keperawatan pada anak dengan
Kanker
Berikut ini akan diuraikan tentang asuhan keperawatan pada anak M.A.I. dengan
hepatoblastoma dan gizi buruk menggunakan pendekatan model adaptasi Roy di
ruang rawat anak non infeksi RSUP DR Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Anak M.A. laki-laki, usia 3 tahun 7 bulan masuk rumah sakit pada tanggal 4 maret
2016 jam 14.00 dengan keluhan perut semakin membesar sejak 4 bulan yang lalu
dan terdapat penurunan berat badan sekitar 5 kg dalam 4 bulan. Pengkajian
dilakukan residen pada tanggal 14 maret 2016 jam 08.00 (hari perawatan ke 11).
Sebelum ke RSCM pernah dilakukan USG pada RS. S. B. (Desember 2015),
dengan hasil terdapat massa di subhepar lobus kanan-kiri, hepar tidak membesar,
tumor padat ukuran 11x7x7cm. Selanjutnya pemeriksaan CT Scan abdomen
multiphase di RSCM (02/02/2016) tampak massa morfologi di segmen 4,5,6
hepar, dengan ukuran 17x10,6x14,7 cm. Klien selanjutnya dirawat di ruang
perawatan bedah anak (BCH), dengan rencana akan dilakukan pembedahan biopsi
hati. Selama di BCH, terdapat demam yang naik turun puncak 37,8oC. Klien sudah
dilakukan transfusi 2 kali (140 cc dan 120 cc, Hb awal 4,9 gr/dl). Klien batal
dilakukan biopsi karena AFP (Alfa Feto Protein) > 400.000 IU/ml dan tidak
mendapat tempat di PICU. Saat ini klien sudah dipindahkan ke ruang perawatan
anak non infeksi gedung A, sejak tanggal 12 Maret 2016 jam 15.00 dengan rencana
kemoterapi. Selama 2 hari di rawat (12-13 Maret 2016), klien mengeluh nyeri pada
daerah perut.
Tabel 2.9. Hasil Pengkajian Perilaku dan Stimulus pada An. M.A.
Stimulus
No Mode Perilaku
Adaptasi Fokal Konstektual Residual
Fisiologis
1. Oksigenisasi Tanda tanda vital : SB 36,6oC, Nadi Anemia Defisiensi Sistem
dan Sirkulasi 114x/mnt, RR 22x/m, TD 90/59 mmHg. zat adaptif
Bunyi napas anak vesikuler pada paru gizi/nutrient
kiri dan kanan, pergerakan dada
simetris, irama teratur. Tidak ada ronchi
dan wheezing, akral hangat, CRT <2
detik, konjungtiva anemis. Bunyi
jantung I dan II reguler, mur-mur dan
mg (6 ml) PO beradaptasi secara kompromi
Jam 11.00 terhadap ketidakseimbangan
4 Mengkaji karakterstik nyeri; klien tampak nutrisi.
merintih/menangis jika merasa nyeri. Intervensi : melakukan
Nyeri hilang timbul, bertambah jika klien monitoring nutrisi,manajemen
banyak bergerak, skala nyeri 3. nutrisi, memenuhi kebutuhan
4 Mengajarkan pada orang tua untuk nutrisi, yaitu makanan biasa
melakukan teknik distraksi yaitu 1000 kkal dan makanan cair
mendengarkan musik melalui handphone. F135 4x100 ml. Transfusi PRC.
4 Memberikan tindakan kenyamanan
dengan membelai dan mengusap bagian Diagnosis 2
perut bawah Respon Adaptif : turgor kulit
4 Melakukan evaluasi nyeri;klien dapat elastis, membran mukosa
beristirahat tenang, skala nyeri 1 lembab, akral hangat, CRT < 2
Jam 11.30 dtk. Hasil laboratorium;
5 Memberi edukasi pada orang tua tentang Kreatinin darah 0,20 mg/dl,
pentingnya stimulasi tumbuh kembang Natrium 137 mEq/L, Kalium
pada anak 5,39 mEq/L, Klorida 97,0
5 Menganjurkan pada ayah untuk selalu mEq/L.
datang berkunjung dan terlibat dalam Respon Inefektif : balance
perawatan anaknya. cairan 12 jam (06.00-18.00);
Jam 12.00 masukan 300 ml, haluaran 150
2,3,4 Mengukur tanda-tanda vital; SB 37oC, ml, Diuresis 0,93 ml/kgBB
Nadi 112x/mnt, RR 22x/m, TD 96/66 /jam, klien malas minum.
mmHg. Proses Adaptasi : Klien
2 Monitor status hidrasi klien; turgor kulit beradaptasi secara kompensasi
elastis, membran mukosa lembab, akral terhadap masalah risiko
hangat, CRT < 2 dtk kekurangan volume cairan.
3 Observasi tanda-tanda infeksi; daerah Intervensi : Observasi tanda-
sekitar kanul stopper tidak ada tanda tanda vital, status hidrasi,
flebitis (kemerahan,bengkak,nyeri). balance cairan. Berikan cairan
Jam 12.30 sesuai kebutuhan.
1 Mengatur posisi duduk pada klien
1 Memberikan klien nutrisi, diet makanan Diagnosis 3
biasa; klien makan ½ porsi. Respon Adaptif : suhu badan
2 Memberikan minum pada klien 50 ml klien; 37,1oC. sekitar kanul
Jam 13.00 stopper tidak ada tanda flebitis
1 Mengkaji kemampuan makan klien dan (kemerahan,bengkak, nyeri).
status nutrisi: klien malas makan Respon Inefektif : Leukosit
(anoreksia) dan tampak kurus., 16.14 103/µL, Eosinofil 0,5%,
konjungtiva anemis. Pemeriksaan laboratorium
4 Memberikan terapi paracetamol sirup 150 (urine) tanggal 11 Maret 2016
mg (6 ml) PO diperoleh hasil; warna kuning
Jam 15.00 keruh, bakteria positif, berat
1,2 Memberikan klien nutrisi (F135) 100 ml jenis 1.020, PH 6.0, nitrit
Jam 16.00. positif.
3 Mengontrol suhu ruangan; 23oC (sejuk) Proses Adaptasi : klien
5 Mengajak klien berkomunikasi, bercanda beradaptasi secara kompensasi
dan menonton video kartun anak-anak terhadap masalah hipertermia
menggunakan tab Intervensi : lakukan kompres
5 Memperkenalkan anak (pasien) hangat dan berikan
disamping kiri dan kanan tempat tidur paracetamol sirup 150 mg (6
klien. ml) PO jika ada demam.
Jam 17.30.
4 Klien mengeluh nyeri perut, skala nyeri 2 Diagnosis 4
4 Memberikan posisi nyaman dengan bantal Respon Adaptif : Klien dapat
disamping kiri-kanan beristirahat siang,skala nyeri 1
4 Observasi orang tua melakukan tehnik Respon Inefektif : ; klien
2 Menghitung balance cairan 24 jam nutrisi
(06.00-06.00); masukan 500 ml, haluaran Respon Inefektif : Klien
350 ml+IWL 399 ml, balance cairan -249 makan 1/2, diet makanan
ml. Diuresis 1,09 ml/kgBB/jam biasa, makanan cair 2 kali
Jam 09.00 tidak dihabiskan (diminum
1 Mengkaji lingkar perut klien; 64 cm dan 61 sekitar 70-80%). Ibu
cm. mengatakan anaknya kurang
1,2 Memberikan klien nutrisi (F135) 100 ml selera makan
4 Klien mengeluh nyeri perut, sambil Proses Adaptasi : Klien
merengek, skala nyeri 2 beradaptasi secara kompromi
4 Orang tua melakukan tehnik distraksi dan terhadap ketidakseimbangan
mengusap-usap perut bagian bawah nutrisi.
Jam 10.00. Intervensi : melakukan
1,2,3,4,5 Klien dilakukan peemeriksaan monitoring nutrisi, manajemen
Echocardiografi nutrisi, memenuhi kebutuhan
Jam 12.00 nutrisi, yaitu makanan biasa
1 Mengatur posisi semifowler pada klien 1000 kkal dan makanan cair
1 Memberikan klien nutrisi, diet makanan F135 4x100 ml.
biasa; klien makan ½ porsi
1 Mengkaji mual dan muntah; Ibu klien Diagnosis 2
mengatakan anaknya tidak ada muntah. Respon Adaptif : turgor kulit
2 Memberikan minum pada klien 50 ml elastis, membran mukosa
2 Monitor status hidrasi klien; turgor kulit lembab, akral hangat, CRT < 2
elastis, membran mukosa lembab, akral dtk.
hangat, CRT < 2 dtk Respon Inefektif : balance
4 Memberikan terapi Paracetamol sirup 150 cairan 24 jam (06.00-06.00);
mg PO masukan 500 ml, haluaran 749
4 Memberikan posisi nyaman dengan bantal ml, balance cairan -249 ml.
disamping kiri-kanan Diuresis 1,09 ml/kgBB/jam,
Jam 12.30 klien malas minum.
1,2 Menyambung stopper (line1) dengan IVFD Proses Adaptasi : Klien
cairan NaCl 0,9% beradaptasi secara kompensasi
1,2 Melakukan crosschek golongan darah, terhadap masalah risiko
nomor seri transfusi dan tanggal kekurangan volume cairan.
kadaluwarsa. Intervensi : Observasi tanda-
1,2 Memberikan transfusi PRC 192 ml (50 tanda vital, status hidrasi,
ml/jam) balance cairan. Berikan cairan
Jam 15.00 sesuai kebutuhan.
1,2 Memberikan nutrisi peroral (F135) 100
ml Diagnosis 3
1 Memberikan penjelasan pada orang tua Respon Adaptif : suhu
tentang efek kemoterapi terhadap asupan badan klien; 37,1oC. sekitar
nutrisi kanul stopper tidak ada tanda
Jam 16.30 flebitis (kemerahan, bengkak,
1,2 Melakukan aff transfusi, membilas dengan nyeri).
cairan IVFD NaCl 0,9% 50 ml. Respon Inefektif : ibu
5 Ayah datang berkunjung dan terlibat mengatakan jam 04.00
dalam perawatan anaknya. anaknya ada deman (38,1 oC)
5 Observasi ayah melakukan stimulasi Proses Adaptasi : klien
tumbuh kembang dengan berkomunkasi, beradaptasi secara
membelai, bercanda. kompensasi terhadap masalah
Jam 17.00. hipertermia
4 Klien mengeluh nyeri perut, sambil Intervensi : lakukan kompres
merengek, skala nyeri 2 hangat dan berikan
4 Observasi orang tua melakukan tehnik paracetamol sirup 150 mg (6
distraksi (bersenandung) dan mengusap- ml) PO jika ada demam.
usap perut bagian bawah
Jam 21.00
1,2 Memberikan klien nutrisi (F135) 135
ml melalui NGT dan membilas dengan
50 ml air.
Tabel 2.12. Evaluasi Keperawatan pada An. M.A. saat Persiapan Pulang
Diagnosis 4 ; Nyeri Respon Adaptif : klien dapat beristirahat baik, skala nyeri 1.
akut Orang tua dapat melakukan menajemen nyeri distraksi dengan
baik.
Respon Inefektif : klien tampak merintih/menangis jika merasa
nyeri. Nyeri hilang timbul, bertambah jika klien banyak
bergerak. Lingkar perut 65 cm dan 61 cm.
Proses Adaptasi : klien beradaptasi secara kompensasi terhadap
masalah nyeri
BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI
Bab ini menguraikan tentang ringkasan pencapaian kompetensi ners spesialis anak saat
melakukan praktik klinik keperawatan pada beberapa rumah sakit sebagai tatanan
pelayanan kesehatan. Kompetensi menggambarkan kemampuan ketrampilan tehnikal,
intelektual dan interpersonal. Bab ini memuat tentang kompetensi yang ingin dicapai
dalam kontrak belajar dan pencapaiannya, pembahasan pencapaian kompetensi serta
implementasi Evidence Based Nursing Practice yang di gunakan pada asuhan
keperawatan.
sebagai partner sesuai prinsip family centered care, dan bekerja sama
dengan tim kesehatan lainnya dalam meningkatkan kesehatan anak.
Permasalahan yang pernah dihadapi oleh residen saat praktik ners spesialis
keperawatan anak yaitu pada saat orang tua klien mempertanyakan tentang
perubahan protokol kemoterapi anaknya. Klien terdiagnosa dengan Acute
myeloblastic leukemia (AML) setahun yang lalu dan dalam menjalani
kemoterapi klien sudah pernah mengalami perubahan protokol kemoterapi
dari protokol AML menjadi protokol Leukemia akut non fimfoblastik. Saat
ini klien dirawat untuk dilakukan kemoterapi mengalami perubahan
protokol lagi menjadi Non hodgkin lymphoma (NHL). Tindakan yang
dilakukan residen terkait dengan peran advokator adalah berupaya
menfasilitasi keluarga dengan berkonsultasi dengan dokter tentang
perubahan protokol kemoterapi tersebut. Dokter kemudian mendatangi
keluarga dan menjelaskan alasan perubahan protokol tersebut yaitu karena
disesuaikan dengan hasil biopsi sebelumnya. Residen tetap mendampingi
keluarga saat penjelasan berlangsung. Setelah mendapatkan penjelasan,
keluarga diminta untuk memutuskan sendiri apakah bersedia atau tidak
bersedia melanjutkan kemoterapi dengan protokol baru tersebut. Residen
dalam menjalankan peran ini berusaha bersikap profesional dan caring
serta menghormati hak-hak klien. Keluarga klien akhirnya memutuskan
bersedia kemoterapi menggunakan protokol Non hodgkin lymphoma.
Proyek inovasi ini didasarkan pada evidence based practice dan analisis
masalah menggunakan metode PICO yaitu populasi/problem, intervensi,
comparation dan outcome. Setelah masalah diidentifikasikan, maka
disusunlah strategi penyelesaian masalah yang meliputi kegiatan searching
literatur/jurnal, membuat kerangka acuan/proposal, melakukan konsultasi
pada pembimbing dan supervisior, melakukan koordinasi dengan kepala
ruangan/poliklinik, presentasi dan sosialisasi, melakukan implemetasi
intervensi, dan melakukan evaluasi terkait pelaksanan proyek inovasi.
Inovasi kedua tentang antisipasi mual dan muntah pada anak yang mendapat
kemoterapi di poliklinik hemato-onkologi. Masalah yang ditemukan yaitu
antisipasi mual muntah berupa pemberian terapi antiemetik saja dan intervensi
keperawatan untuk menunjang terapi tersebut kurang dilakukan oleh perawat.
Tujuan inovasi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam
mengantisipasi mual muntah karena kemoterapi melalui pendidikan kesehatan
yang dilakukan oleh perawat. Selain itu hasil inovasi ini dapat digunakan sebagai
kajian prosedur tindakan keperawatan yang direkomendasikan dalam praktek
keperawatan. Pendidikan kesehatan menggunakan leaflet yang berisikan informasi
tentang terapi akupresur, perawatan mulut standar, pembuatan larutan garam
(konsentrasi hampir sama dengan NaCl 0,9%) untuk kumur, mengurangi stimulasi
lingkungan dan pengaturan makan minum.
Pada tahap Act, diharapkan hasil ini dapat ditindak lanjuti untuk menunjang
keberhasilan program kemoterapi. Hasil ini sudah dipresentasikan oleh residen
pada tanggal 22 Maret 2016 di ruang pertemuan perawat gedung kiara RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sosialisasi ini dihadiri oleh pembimbing praktek
dari institusi dan rumah sakit, kepala ruangan perawatan non infeksi, kepala
perawatan rawat jalan, perawat ruang non infeksi di rawat nginap dan di poliklinik
hemato-onkologi, serta perawat anak di ruangan lain yang tertarik dengan topik
presentasi.
BAB 4
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan penerapan model adaptasi Roy dalam asuhan
keperawatan pada anak dengan kanker yang mengalami masalah nutrisi. Pembahasan
ini dibagi sesuai tahap asuhan keperawatan menurut model adaptasi Roy, yaitu
pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, diagnosis keperawatan, tujuan, intervensi, dan
implementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan. Selain itu pada bab ini juga
membahas praktik ners spesialis keperawatan anak dalam pencapaian target kompetensi.
4.1. Penerapan Model Adaptasi Roy dalam Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Kanker yang Mengalami Masalah Nutrisi
Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk
memelihara kehidupan manusia, menunjang pertumbuhan, dan membantu
perbaikan jaringan. Menurut Roy (2009), pemenuhan kebutuhan nutrisi termasuk
salah satu mode adaptasi fisiologis yang dapat dipengaruhi oleh prilaku inefektif
atau adaptif. Salah satu indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat dilihat dari
status gizi anak (Sjarif et al. 2014). Bila asupan nutrisi kurang, dapat berpeluang
terjadinya penurunan berat badan dan akhirnya anak akan menjadi kurus.
Sebaliknya jika asupan nutrisinya lebih, dapat berpeluang terjadinya peningkatan
berat badan dan akhirnya anak akan menjadi gemuk. Untuk itu asupan nutrisi yang
adekuat pada anak harus sesuai atau seimbang dengan pengeluaran energi
(Berman, Snyder, Kozier, & Erb, 2009).
Berikut ini akan dibahas penerapan model adaptasi Roy yang digunakan sebagai
kerangka berpikir dalam asuhan keperawatan pada 5 kasus kelolaan dengan
masalah nutrisi. Adapun diagnosis medis dari 5 kasus kelolaan ini adalah
Osteosarkoma, Limfoma non hodgkin, Hepatoblastoma, Tumor willm’s, dan
Leukemia limfoblastik akut. Kelima kasus memiliki status gizi yang tidak sama,
yaitu 2 kasus dengan status gizi buruk, 1 kasus dengan status gizi kurang, 1 kasus
dengan status obesitas dan 1 kasus dengan gizi normal. Menurut Sjarif et al.
(2014), pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak kanker, baik dengan status gizi
normal, gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih atau obesitas pada prinsipnya bertujuan
agar berat badan menjadi ideal. Pembahasan pada 5 kasus ini disesuaikan dengan
enam langkah proses keperawatan menurut teori model adaptasi Roy.
Salah satu agent kemoterapi yang diberikan pada anak S.A. adalah
etoposide, Menurut Nicolini (2013) etoposide adalah salah satu agen
kemoterapi yang dapat menyebabkan mukositis/stomatitis. Stomatitis dapat
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi karena adanya rasa nyeri,
kesulitan menelan dan rasa tidak nyaman saat makan (James, Nelson, &
Aswill (2013).
Pada kasus 2,3,5 dan 1 dengan masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dan risiko kurang dari kebutuhan tubuh mengalami perilaku inefektif yang
sama yaitu anoreksia. Menurut Marcdante et al. (2011), salah satu gejala
yang ditemukan pada sebagian besar anak kanker adalah anoreksia.
Selanjutnya menurut Muliawati, Haroen, dan Rotty (2012), anoreksia akan
menyebabkan penurunan berat badan dan jika keadaan ini tidak diatasi,
maka anak akan mengalami malnutrition (undernutrition) yaitu tubuh
mengalami defisiensi energi, protein dan zat nutrient lainnya. Malnutrisi
memiliki pengaruh buruk terhadap anak kanker yaitu respon dan toleransi
terhadap kemoterapi menjadi menurun, pengobatan menjadi lama, terjadi
anemia dan hipoabuminemia serta berisiko terjadinya infeksi (Niuwouldt,
2011). Prevalensi malnutrisi pada anak kanker berkisar 8%-60% (Ladas et
al. 2006). Akibat lanjut dari malnutrisi adalah sindroma anoreksia kaheksia
(cancer anorexia cachexia syndrome) dimana anak mengalami
berkurangnya massa otot karena asupan tidak adekuat dan perubahan
metabolik (Hopkinson, 2016).
akhir fase konsolidasi dan pada akhir program kemoterapi dapat terjadi
obesitas sebesar 23%. Menurut Tomlinson dan Kline, (2010); Schoeman,
(2015), Obesitas pada ALL berhubungan dengan pemberian terapi
kortikosteroid seperti prednison dan dexametason dengan dosis yang tinggi
dan lama.
Semua anak pada kasus kelolaan tidak dapat melaksanakan fungsi peran
secara baik dan memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap orang
lain. Hal ini disebabkan karena faktor fisik dan usia anak yang belum
mampu mandiri sementara kemandirian merupakan indikator fungsi
interdependensi dalam model adaptasi Roy. Data usia anak adalah 1 anak
berusia 5 tahun, 3 anak berusia dibawah 5 tahun dan 1 anak berusia 16
tahun 5 bulan namun mengalami amputasi ekstremitas kiri bawah. Menurut
Roy (2009), mode adaptif dapat menjadi stimulus pada mode adaptif yang
lain. Seperti mode fisiologis (usia, fisik) dapat menjadi stimulus untuk
mode peran dan interdependensi.
nutrisi. Menurut Roy (2009); Alligood, (2014), ada 3 stimulus yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang sehingga terjadi perilaku inefektif, yaitu
stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus residual. Stimulus fokal
adalah stimulus yang paling dekat dan langsung berkonfrontasi dengan
sistem adaptif sehingga menimbulkan perilaku inefektif pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
Pada anak kasus 1,2,3 dan 5, memiliki perilaku inefektif yang sama, yaitu
perilaku pemenuhan nutrisi yang kurang dengan stimulus fokal anoreksia.
Namun terdapat stimulus kontekstual yang berbeda. Stimulus kontekstual
pada kasus 1 adalah efek samping kemoterapi, sedangkan pada anak kasus 2
stimulus kontekstualnya adalah proses penyakit kanker. Selain itu pada
kasus 1 terdapat juga stimulus fokal lain yaitu muntah. Menurut Schoeman
(2015), pada proses penyakit kanker terjadi pelepasan cytokines termasuk
tumor necrosis factor-α (TNF- α) dan interleukin 1 yang dapat menghambat
selera makan sehingga anak menjadi anoreksia. Rasa cepat kenyang timbul
akibat kerja dari IL-a (Interleukin-a) yang menghambat (blocking) stimulasi
makan dengan neuropeptide Y. Menurut Geiger dan Wolfgram (2013),
muntah terjadi karena adanya rangsangan pada pusat muntah (vomiting
center) di otak, yaitu di medulla oblongata. Rangsangan ini disebabkan
karena agen kemoterapi menstimulasi sel dalam saluran pencernaan untuk
melepaskan serotonin sehingga mengaktivasi reseptor. Aktivasi reseptor
akan mengaktivasi pusat muntah melalui jalur averen vagal sehingga terjadi
respon muntah.
Lain lagi dengan anak pada kasus 3 dan 5, selain karena proses penyakit
kanker, terdapat pula stimulus kontekstual lain yang mempengaruhi
anoreksia (stimulus fokal), yaitu adanya penekanan oleh massa tumor
didaerah abdomen. Penekanan ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan
nyeri. Keterlibatan/desakan tumor pada system gastrointestinal dapat
menurunkan asupan nutrisi (Akbulut, 2011). Nyeri pada anak M.A (kasus
3), S.A (kasus 5) dan A.N (kasus 2) dikategorikan nyeri akut. Nyeri akut
adalah nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan, dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksikan (NANDA,2015). Nyeri dapat berefek
Anak pada kasus 4 memiliki perilaku inefektif yaitu asupan nutrisi lebih
dari kebutuhan tubuh. Stimulus fokal pada anak ini adalah peningkatan
selera makan akibat efek kemoterapi (dexamethasone) sebagai stimulus
kontekstualnya. Pemberian terapi ini dapat menyebabkan perubahan pada
oksidasi substrat dan energy expenditure serta dapat meningkatkan selera
makan anak. Selain itu terjadi adiposity karena adanya resistensi leptin
akibat dari penekanan sekresi hormon pertumbuhan oleh glukokortikoid
(Lughhetti, et.al. 2012). Penelitian Reilley (2001) dalam Tomlinson dan
Kline, (2010) melaporkan bahwa adiposity rebound pada anak dengan ALL
lebih cepat terjadi dibandingkan dengan anak yang sehat.
et al. 2011). Pada kasus 2, anak tidak ada kaheksia namun terjadi penurunan
berat badan 2 kg dalam 3 bulan terakhir dengan tatus gizi kurang (LL/U:
13/16,7).
kasus 4 didiagnosis dengan obesitas karena presentil > ke 95 untuk usia dan
jenis kelamin. Obesitas merupakan penumpukkan lemak tubuh yang
berlebihan. Indikator obesitas adalah BB/TB > 120% (Nasar et al. 2015).
Pada kasus 4, nilai BB/TB; 140,4%, selain itu adanya perilaku inefektif
yaitu asupan nutrisi yang lebih dari kebutuhan tubuh. Menurut Withycombe
et al. (2015), obesitas berisiko terjadinya penyakit kardiovasikuler,
hypertensi, gangguan metabolik seperti penyakit diabetes, dan penyakit
kanker (sekunder) lain. Selain itu obesitas dapat membuat anak menjadi
rendah diri dan depresi.
Tujuan keperawatan pada 5 kasus ini, baik masalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, risiko nurtrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan obesitas,
pada prinsipnya adalah terjadinya keseimbangan nutrisi antara asupan dan
penggunaan energi tubuh secara adekuat. Menurut Nasar et al. (2007)
tujuan penatalaksanaan nutrisi pada anak kanker adalah mencegah
terjadinya malnutrisi akibat pengobatan atau tindakan medis, mengurangi
terjadinya komplikasi, mencepat proses penyembuhan, mengurangi
lamanya masa perawatan, menurunkan morbiditas dan mortalitas. Selain itu
penatalaksaan nutrisi bertujuan untuk mendukung dan mempertahankan
pertumbuhan normal, mengembalikan status nutrisi normal dari kondisi
malnutrisi, mendukung prilaku makan yang normal dan meningkatkan
kualitas hidup (Niuwouldt, 2011).
anak berada pada tahap toddler, kasus 2 dan 5 (anak A.N. dan S) berada
pada tahap prasekolah, sedangkan kasus 1 (anak H) berada pada tahap
remaja. Kebutuhan nutrisi pada anak berbeda dengan orang dewasa, karena
makanan bagi anak selain untuk aktivitas sehari-hari juga untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan dari
pada sel, jaringan, organ dan sistem tubuh memerlukan nutrisi sebagai
sumber energi untuk proses metabolisme. Untuk itu asupan nutrisi yang
adekuat diperlukan anak agar pertumbuhan dan perkembangan menjadi
optimal (Hockenberry & Wilson, 2009).
Menurut Tipton et al. (2007), Intervensi yang dapat dilakukan pada anak
yang mengalami masalah mual muntah adalah dengan pemberian terapi
antiemetic dan terapi modalitas, antara lain guided imagery, terapi musik,
relaksasi otot, aromaterapi, modifikasi diet, akupuntur, akupresur dan
kasus dapat beradaptasi secara integrasi (masalah nutrisi tidak terjadi) dan 4
kasus beradaptasi secara kompensasi (masalah nutrisi teratasi sebagian).
Pada kasus 2 dengan status gizi kurang dan kasus 4 dengan obesitas, terjadi
perubahan perilaku adaptif pada saat evaluasi. Namun respon adaptif
berbeda pada kedua anak. Pada kasus 2, anak dapat beradaptasi terhadap
anoreksia sehingga terjadi penambahan ukuran LLA. Pada saat pengkajian
awal (09/03/2016) Ukuran LLA anak adalah 13 cm dan setelah 7 hari
perawatan LLA menjadi 13,2 cm. Namun demikian berdasarkan penilaian
status gizi, anak masih berada pada status gizi kurang. Sedangkan pada
kasus 4, anak dapat beradaptasi terhadap peningkatan selera makan dengan
terkontrolnya perilaku makan anak sehingga asupan nutrisi dapat
dikendalikan. Pada kasus 4 tidak terjadi kenaikan berat badan selama 5 hari
perawatan dan anak status gizi anak masih obesitas. Kesimpulan evaluasi
pada kasus 2 dan 4 adalah masalah nutrisi teratasi sebagian. Menurut Roy
(2009) anak pada kasus 2 dan 4 dapat beradaptasi secara kompensasi
terhadap masalah nutrisi.
Pada kasus 3 dan 5 tidak semua perilaku inefektif menjadi adaptif saat
dilakukan evaluasi seperti anak masih terpasang NGT, masih ada stimulus
nyeri pada abdomen. Namun ada perilaku yang menjadi adaptif yaitu
pengukuran LLA stabil dapat dipertahankan, asupan nutrisi menjadi
terpenuhi menggunakan NGT, tidak ada mual muntah, albumin dalam batas
normal. Kesimpulan evaluasi adalah masalah nutrisi teratasi sebagian.
Menurut Roy (2009) anak pada kasus 3 dan 5 beradaptasi secara
kompensasi terhadap masalah nutrisi. Pada kasus 1 dengan masalah risiko,
terjadi perilaku adaptif saat evaluasi, yaitu tidak ada mual muntah, asupan
nutrisi adekuat, berat badan dapat dipertahankan. Kesimpulan evaluasi
adalah masalah risiko tidak terjadi atau anak pada kasus 1 dapat
beradaptasi secara integrasi terhadap masalah nutrisinya (Roy, 2009).
Tingkat adaptasi pada kasus 2,3, dan 5 (anak A.N, M.A, dan S) berada pada
tingkat kompensasi. Hal ini dipengaruhi antara lain karena proses penyakit
kanker yang menimbulkan dampak anoreksia serta masih adanya rasa nyeri
yang hilang timbul pada bagian tubuh anak. Pada anak A.N. (kasus 2) nyeri
Selain peran pemberi asuhan keperawatan, residen melakukan peran lain seperti
peran sebagai advokad. Peran ini dilakukan residen dengan membantu klien dan
orang tua dalam menginterpretasikan berbagai informasi dalam asuhan
Peran sebagai pendidik dilakukan residen pada berbagai tingkatan yaitu pada
klien dan keluarga, pada mahasiswa (DIII dan S1) serta pada perawat ruangan
ditempat residen praktik. Pada klien dan keluarga, pendidikan kesehatan
dilakukan saat residen mengelola kasus, sedangkan pada mahasiswa dilakukan
bedside teaching dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan sehubungan
dengan kasus yang ada. Residen merasa lebih terpacu untuk menambah wawasan
ilmu, karena ada beberapa mahasiswa yang berinisiatif meminta untuk dibimbing.
Pada perawat ruangan, residen membagi informasi terbaru tentang evidence based
practice yang diperoleh residen melalui searching berbagai jurnal. EBP yang
dipilih merupakan EBP yang dapat diaplikasikan sesuai kebutuhan sebagai
alternatif pemecahan masalah di ruangan praktek. Residen pernah diminta untuk
sharing mengenai perawatan paliatif pada perawat ruangan sebagai kegiatan
terstruktur. Sekalipun berupa kegiatan tim, residen berupaya mengembangkan diri
dengan ilmu dan pengetahuan agar dapat membagi pengetahuan dengan rekan
sejawat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perawat ruangan, pembimbing, kepala
ruangan dan bagian keperawatan rumah sakit.
ini juga menjadi tantangan bagi residen karena dianggap sebagai perawat dengan
pendidikan spesialis memiliki pengetahuan yang dapat dijadikan sumber
informasi. Hal ini memicu residen untuk selalu berupaya memperbaharui
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menjadi lebih baik. Hambatan yang
dihadapi saat praktik adalah ketika praktik di salah satu rumah sakit dan tidak
menemukan kasus kelolaan sesuai target kompetensi. Upaya solusi yang dilakukan
residen adalah mencari target kompetensi pada praktek tahap berikutnya (tahap 2)
sehingga target kometensi dapat tercapai semuanya.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan dari penerapan teori model adaptasi Roy pada asuhan keperawatan anak
kanker dengan masalah nutrisi pada karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Data pengkajian perilaku yang diperoleh dari 5 kasus adalah kasus 3 dan 5
dengan gizi buruk, kasus 2 dengan gizi kurang, kasus 1 dengan gizi normal,
dan kasus 4 dengan obesitas. Masalah yang ditemukan adalah 3 masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, 1 masalah risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan 1 kasus dengan
masalah obesitas. Intervensi yang sudah dilakukan antara lain pemberian
nutrisi yang adekuat, melakukan pendidikan kesehatan terkait nutrisi, seperti
pendidikan tentang; kebutuhan nutrisi, pemberian makan melalui NGT,
mengontrol perilaku makan dan antisipasi mual muntah karena pemberian
kemoterapi.
2. Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang dapat
digunakan dalam asuhan keperawatan pada anak kanker dengan masalah
nutrisi. Evaluasi aplikasi teori ini pada lima kasus kelolaan menunjukkan
adanya respon adaptif pada anak yang dirawat sehingga dapat meningkatkan
toleransi anak terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi. Hasil evaluasi yang
diperoleh 1 kasus beradaptasi secara integrasi (masalah tidak terjadi) dan 4
kasus beradaptasi secara kompensasi (masalah teratasi sebagian). 3 kasus
berhasil pulang dan dirawat jalan, 1 kasus masih dirawat untuk memulai
kemoterapi dengan protokol baru sedangkan 1 kasus masih dirawat dan
kemudian meninggal karena sudah terjadi metastase ke organ lain sehingga
terjadi kegagalan beberapa organ. Respon yang berbeda ini disebabkan karena
jenis kanker dan stadium kanker yang berbeda yang mendasari terjadinya
perubahan adaptasi tubuh dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3. Kompetensi yang menjadi target residen dalam praktik ners spesialis dapat
dicapai seluruhnya melalui aplikasi praktik selama 27 minggu di tiga rumah
sakit yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita dan RSPAD
Gotot Soebroto, pada bagian perinatologi, anak infeksi dan anak non infeksi.
Kompetensi ini diperoleh residen dengan melakukan pengalaman
5.2. Saran
1. Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori keperawatan yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak
kanker dengan masalah nutrisi. Untuk itu disarankan dalam pelayanan
kesehatan agar dapat mengunakan teori ini dalam asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian yang mendalam terhadap perilaku dan stimulus
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan melakukan intervensi perawatan
dengan tepat. Selain itu dalam mendukung mekanisme koping anak terhadap
masalah nutrisi diperlukan pendidikan kesehatan melalui peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan keluarga sehingga dapat terjadi perilaku adaptif.
2. Pemenuhan kebutuhan nurisi pada anak kanker memerlukan perhatian dari
perawat. Dalam pelayanan kesehatan pada umumnya pemberian nutrisi
melalui NGT dilakukan oleh keluarga. Hal ini dilakukan sebagai
pengaplikasian prinsip Family Centered Care (FCC) agar keluaga ikut terlibat
dalam asuhan keperawatan. Namun pemberian nutrisi ini merupakan tanggung
jawab perawat, untuk itu disarankan bagi perawat agar melakukan pemantauan
secara berkesinambungan terhadap pemberian nutrisi ini. Pemantauan meliputi
posisi NGT, jumlah masukan, lamanya pemberian dan kebersihan feeding
burette. Selain itu, sebelum pemberian nutrisi ini perlu dilakukannya
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pemberian nutrisi melalui NGT
menggunakan feeding burette. Hal ini dilakukan untuk mencegah kejadian
yang tidak diinginkan, seperti aspirasi. Pendidikan kesehatan perlu juga
dilakukan bagi anak dan keluarga yang anak mendapat kemoterapi berisiko
mual muntah. Pendidikan kesehatan tentang antisipasi mual dan muntah
dimaksudkan agar anak dan keluarga dapat melakukan upaya meminimalkan
efek kemoterapi dan menunjang pemberian terapi antiemetic, sehingga dengan
demikian pemenuhan nutrisi dapat menjadi adekuat.
Aapro, M. (2005). Optimising antiemetic therapy: what are the problems and how can
they be overcome. Curr Med Res Opin. 21: 885-89
Abad-Jorge, A., Morris, C.J.A., Perks, P, & Roman, B. (2011). Pediatric Nutrition
Standards of Care Based on The Nutrition Care Process Model. Virginia :
Department of Nutrition Services University of Virginia Health System and
Morrison Management Specialists.
Abla, O. (2010). Handbook of supportive care in pediatric oncology. London: Jones and
Bartlett Publisher.
Alligood M.R..(2014). Nursing theorist utilization & application. 5th.ed. St. Louis
Missouri : Mosby Elsevier, Inc.
Aseeri, M., Mukhtar, A., Alkasana, S., Elimam, N., & Jastaniah, W. (2012). A
retrospective review of antiemetic use for chemotherapy-induced nausea and
vomiting in pediatric oncology patients at a tertiary care center. Journal of
Oncology Pharm Practice. 19(2):138-144.
Ball, J.W., Bindler, R.C., & Cowen, K.J. (2010). Child health nursing: Partnering with
child & families, 2nd ed. New Jersey: Pearson Education.
Baxter, A.L., Watcha, M.F., Baxter, W.V., Leong, T, & Wyatt, M.M. (2011).
Development and validation of a pictorial nausea rating scale for children.
Pediatrics, 127, e1542–e1549.
Bauer, J., Jurgens, H., & Fruhwald, M.C. (2011). Important aspects of nutrition in
children with cancer. Adv. Nutrition. 2, 67–77.
Bielack, S.S. Carrie, D., & Jost, L. (2008). Osteosarcoma: ESMO clinical
recommendations for diagnosis, treatment and follow up. Annals of Oncology,
19(Suppl 2), ii94-ii96.
Bulechek, G.M., Butcher, H.K, Dochterman, J.M. & Wagner, C.M. (2013). Nursing
intervention classification (NIC). 6th edition. St. Louis, Missouri: Mosby
Elsevier.
Butturini, A.M., Dorey, F.J., Lange, B.J., Henry, D.W., Gaynon, P.S., Fu, C., …
Carroll, W.L. (2007). Obesity and outcome in pediatric acute lymphoblastic
leukemia. J Clin Oncol, 25(15), 2063-2069.
Bowden, V.R.., & Greenberg, C.S. (2010). Children and their families: The continuum
of care, 2nd ed. Philadelphia: Lippincott.
Carpenito, L.J. (2009). Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktik klinis. edisi 9.
Jakarta: EGC
Caudill, J.S.C., & Arndt, C.A.S.(2007). Diagnosis and management of bone malignancy
in adolescence. Adolescent Medicine, 18, 62-78.
Chan,C.W.H., Lam, L.W., Li, C.K., Cheung, J.S.S., Cheng, K.K.F., Chik, K.W.,…
Tang, W.P.Y. (2015). Feasibility of psychoeducational intervention in managing
chemotherapy-associated nausea and vomiting (CANV) in pediatric oncology
patients. European Journal of Oncology Nursing. 19: 182-190.
Chen, S.S., Tzeng, Y.L., Gau, B.S,. Kuo, P.C., & Chen, J.Y. (2013). Effects of prone
and supine positioning on gastric residuals in preterm infants: A time series with
cross-over study. International Journal of Nursing Studies, 50, 1459-1467.
Chow, E.J., Pihoker, C., Hunt, K., Wilkinson, K., & Friedman, D.L. (2007). Obesity
and hypertension among children after treatment foe acute lymphoblastic
leukemia. Cancer, 110, 2313-2330.
Ellett, M.L.C., Cohen, M.D., Perkins, S.M., Croffie,J.M.B., Lane, K.A., & Austin, J.K.
(2012). Comparing methods of determining insertion length for placing gastric
tubes in children 1 month to 17 years of age. J. Spec Pediatr Nurs, 17(1), 19-32.
Fearon, K., Strasser, F., Anker, S.D., Bosaeus, I., Bruera, E., Fainsinger, R.L., …
Baracos, V.E. (2011). Definition and classification of cancer cachexia: an
international consensus. Lancet Oncology. 12(5), 489-495.
Fengge, A. (2011). Terapi akupresur: manfaat & teknik pengobatan. Yogyakarta: Crop
Cirle Corp.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing. 8th.ed.
St Louis: Mosby Elsevier.
Hopkinson, J.B. (2016). Food connection : a qualitative exploratory study of weight and
eating related distress in families affected by advanced cancer. European Journal
of Oncology Nursing. 20, 87-96.
ICN (2009). ICN framework of competencies for the nurse specialist. Switzerland: ICN.
James, S.R., Nelson, K.A., & Aswill, J.W. (2013). Nursing care of children: Principles
& practice, 4th ed. St. Louis: Elsevier.
Kemenkes RI (2015). Situasi penyakit kanker. Buletin Pusat data dan informasi
kesehatan. www.depkes.go.id. Diunduh pada tanggal 25 April 2016.
Kline, N. (2008). Essentials of pediatric oncology nursing: A core curriculum, 3rd ed.
Glenview, Illinois: Association of pediatric hematology oncology nurses.
Ladas, E.J., Sacks, N., Brophy, P., & Rogers, P. (2006). Standards of nutritional care in
pediatric oncology: Results from a nationwide survey on the standarts of practice
in pediatric oncology. Pediatric Blood Cancer. 46, 339-344.
Litten, J.B., & Tomlinson, G.E. (2008). Liver tumors in children. The Oncologist, 13,
812-820.
Lughetti, L., Bruzzi, P., Predieri B., & Paolucci, P. (2012). Obesity in patients with
acute lymphoblastic leukemia in childhood. Italian Journal of Pediatrics, 38(4),
1-11.
Manuel, L., & Mota, A.A.S.C. (2013). Massage in children with cancer, effectiveness of
a protocol. Journal of Pediatric, 89(6), 595-600.
Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson, H.B., & Behrman, R.E. (2011). Ilmu
kesehatan anak esensial, edisi ke 6. Singapore: Saunders Elsevier.
Montgomery, K., Belongia, M., Mulberry, M.H., Schulta, C., Phillips, S., Simpson,
P.M., & Nugent, M.L. (2013). Perseption of nutrition support in pediatric
oncology patient and parents. Journal of Pediatric Oncology Nursing, 30(2), 90-
98.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M, & Swanson, E. (2013). Nursing outcomes
classification (NOC). 5th edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier.
Nasar, S., Djoko, S., Hartarti, B., & Budiwiarti, Y. (2015). Penuntun diet anak. Jakarta:
FK Universitas Indonesia.
Nasar, S.S., Prawitasari, T., Lestari, E.D., Djais, J., & Susanto, J. S. (2007). Skrining
malnutrisi pada anak yang dirawat di rumah. Depkes RI.
Nicolini, A., Ferrari, P., Masoni, M.C., Fini, M., Pagani, S., Giampietro, O., Capri, A.
(2013). Malnutrition, anorexia and cachexia in cancer patients: A mini-review on
pathogenesis and treatment. Biomedicine & Pharmacotherapy, 67, 807-817.
Niuwouldt C.H. (2011). Nutrition and child with cancer: Where do we stand and where
do we need to go. S Afr J Clin Nutr, 24(3), 23-26.
Permono, H.B., Sotaryo., Urgasena, IGD., Widiastuti, E., & Abdulsalam, M. (2012).
Buku ajar hematologi-onkologi anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Pillitteri, A. (2010). Maternal and child health nursing: Care of the childbearing &
childrearing family (6th ed). Philadelphia: Lippincott.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Fundamental keperawatan, ed. 4, vol.1. Jakarta:
EGC.
Potts, N.L. & Mandleco, B.L. (2011). Pediatric nursing: Caring for children and their
families, 2nd ed. New York: Thomson Delmar Learning.
PPNI (2010). Standar profesi & kode etik perawat Indonesia. Jakarta: PPNI.
Robinson, D.L., Loman, D.G., Balakas, K. & Flowers, M. (2012). Nutritional screening
and early intervention in children, adolescents, and young adults with cancer.
Journal of Pediatric Oncology Nursing, 29(6), 346-355.
Rodgers,,C., Kollar, D., Taylor, O., Bryant, R., Crockett, K.,… Hockenberry, M.
(2012). Nausea and vomiting perspective among children receiving moderate to
highly emetogenic chemotherapy treatment. Cancer Nursing. 35(3): 203-210.
Roy, C. (2009). The Roy Adaptation Model. 3rd ed. New Jersey : Upper Saddle River.
Sean, R., Dariushnia, M.M., Wallace, M.J., Nasir, H., Siddiqi, M.D., Richard, B. …
Cardella, M.D. (2010). Quality improvement guidelines for central venous
access. J. Vasc Interv Radiol, 21, 976-981.
Sivanandan, S., Chawla, D., Mirsa, S., Agarwal, R., & Deorari, A.K. (2009). Effect of
sling application on efficacy of Phototherapy in health term neonates with non
hemolytic jauncide: a randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 46, 23-28.
Sjarif, D.R., Lestari, E.D., Mexitalia, M., & Nasar, S.S. (2014). Buku ajar nutrisi
pediatrik dan penyakit metabolic. Jakarta: IDAI
Sonis, S. (2007). Phatobiology of oral mucositis: novel insight and opportunities. The
Journal of Supportive Oncology, 5,3-11.
Stanescu, L., Foarfa,C., Georgescu, A.C., & Georgescu, I. (2007). Kaposi’s sarcoma
associated with AIDS. Romanian Journal of Morphology and Embryology, 48,
181-187.
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work. 7th.ed. St.
Louis Missouri : Mosby Elsevier, Inc.
Tomlinson, D., & Kline, N.E. (2010). Pediatric Oncology Nursing Advanced Clinical
Handbook. 2nd ed. London New York: Spinger.
Tipton, J. McDaniel, R., Barbour, L., Jhonston, M.,Kayne, M., LeRoy, P., & Ripple,
M.L. (2007). Putting evidence into practice: Evidence-based interventions to
prevent, manage and treat chemotherapy-induced nausea and vomiting. Clinical
Journal of Oncology Nursing, 11(1), 69-78.
Thompson, L.A., Knapp, C.A., Feeg, V., Madden, V.L., & Shenkman, E.A. (2010).
Pediatricians management practices for chronic pain. Journal of Palliative
Medicine, 13(2),171-178.
Withycombe, J.S., Smith, L.M., Meza, J.L., Markle, C., Faulkner, M.S., Ritter, L., …
Moore, K. (2015). Weight change during childhood acute lymphoblastic
leukemia induction therapy predicts obesity: a report from the children’s
oncology group. Pediatr Blood Cancer. 62(3), 434-439..
Withycombe, J.S., Post-White, J.E., Meza, J.L., Hawks, R.G., Smith, L.M., Sacks, N.,
& Seibel, N.L. (2009). Weight patterns in children with high risk ALL: a report
from the children oncology group (COG). Pediatr Blood Cancer. 53, 1249-1254.
WHO-Depkes. (2009). Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta :
WHO Indonesia.
World Health Organization (2014). Cancer. Diunduh pada tanggal 29 Pebruari 2016.
Yabro, C. H., Wujcik, D., & Gobel, H. B . (2011). Cancer Nursing: Principles and
practice. 7th edition. Canada: Jones and Barlett Publisher.
DATA UMUM
Identitas Klien Identitas Penanggung jawab
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Kondisi setelah lahir : Langsung menangis Sianosis Ikterik
Kejang Kelainan kongenital : …………………..
Antropometri : BBL……..gr PBL……...cm LK………cm
APGAR SCORE : APGAR(1) …………….. APGAR(5)………………
Kondisi plasenta dan tali pusat : …………………………………………………………….
Pemberian obat-obatan : Vit K Salep mata Lainya : ………………….
IMD : Ya Tidak
Riwayat nutrisi : ASI Eksklusif Lain-lain :………………………….
Riwayat Penyakit
Riwayat pernah mendapat penyakit : Tidak Ya: …………………… Pada umur………
Riwayat pernah mendapat kecelakaan : Tidak Ya: …………………… Pada umur………
Riwayat pernah di rawat di Rumah Sakit : Tidak Ya, sejumlah……kali, Kapan :…...………
…………………………………………………………….
Riwayat alergi : Tidak Ya: Alergen………….Reaksi alergi………
Riwayat transfusi : Tidak Ya: Apa………..Reaksi yang timbul……...
Riwayat operasi : Tidak Ya, sejumlah……kali, Kapan :…...………
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan/zat/
bahan berbahaya tanpa anjuran dokter : Tidak Ya: …………………… Pada umur………
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keluarga Genogram
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
A. MODE ADAPTASI FISIOLOGIS
Oksigenisasi dan sirkulasi
Pengkajian Perilaku
Tekanan darah : ……/..….mmHg Respirasi :……x/mnt Nadi :………x/mnt Suhu : …….. oC
CRT……..detik Sianosis
Pergerakan dada : Simetris Retraksi intercostal Retraksi suprasternal
Irama nafas : Reguler Ireguler Dyspneu Kussmoul
Bunyi nafas : Vesikuler Ronchi Wheezing Rules Stredor
Masalah pernapasan lainnya : - Batuk; Tidak ada Ada; Produktif, Tidak Ya
- Cuping hidung; Tidak ada Ada
- Hemoptesis; Tidak ada Ada
- Clubbing kuku; Tidak ada Ada
- Bentuk dada; Normal Tidak normal………...
Bantuan pada pernapasan : Tidak ada Oksigen(…….l/mnt) Suctioning
Bunyi jantung : Murni Suara tambahan; ……………………….….
Irama jantung : Reguler Ireguler
Warna kulit : Merah muda Pucat
Akral : Hangat Dingin
Perdarahan : Tidak ada Ada; ………………………………….……
Analisa Gas Darah (Tgl……….) : PH….. PaO2….....mmHg PaCO2 ….….mmHg
HCO3…….mmHg SaO2……...%
Radiologi (Tgl…………) : .……………………………………………………………….…..
EKG (Tgl………….) : .…………………………………………………………………...
CT Scan (Tgl…………..) : ..…………………………………………………………………..
Laboratorium (Tgl……………) : …..………………………………………………………………..
Terapi : ..…………………………………………………………………..
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : ..…………………………………………………………………..
.…………………………………………………………………...
Stimulus Kontekstual : ..…………………………………………………………………..
.…………………………………………………………………...
Stimulus Residual : ..…………………………………………………………………..
.…………………………………………………………………...
Nutrisi
Pengkajian Perilaku
BB :……….kg TB :………cm LLA :………..cm
Anoreksia Sulit menelan Nyeri menelan Mual Muntah;……………….
Skala Muntah : …………
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Asuhan keperawatan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Cairan dan Elektrolit
Pengkajian Perilaku
Jenis cairan yang dikonsumsi : ASI PASI Lainnya………… Jika ASI; frekuensi…..
Cara mengkonsumsi cairan : Menggunakan; Botol susu Cup Lainnya;…………
Jumlah cairan yang dikonsumsi : ………….ml Balance Cairan;……………………………
Turgor kulit : Baik(elastis) Menurun Jelek
Rasa haus : Tidak Ya
Mata cekung : Tidak Ya
Dehidrasi : Tidak Ya; Ringan Sedang Berat
Laboratorium (Tgl……………) : Elektrolit darah; Natrium………...mmol/l
Kalium….…….mmol/l Chlorida……..…mmol/l
Terapi : IVFD; Jenis….……… Jumlah……….tpm Lainnya………….
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Proteksi dan Perlindungan
Pengkajian Perilaku
Keadaan umum : …………………………………………………………………...
: Hepatitis 0 BCG
Imunisasi
Combo 1 Combo 2 Combo 3
Polio 1 Polio 2 Polio 3
Lainnya…………………………………………………………
Alergi : Obat…………………… Lainnya……………………………..
Kulit : Kebersihan……………. Dekubitus………. Luka…………..
Personal hygiene : Tangan………………... Mulut………………………………..
Rambut………………. Genitalia……………………………..
Respon peradangan : Panas Merah Bengkak Nyeri
Laboratorium (Tgl…………….) : CRP………..mg/l Leukosit…………/µl Hitung Jenis; .........
……………………………………………………………………
Terapi : …………………………………………………………………...
Risiko Jatuh (Skala Humty Dumty)
Untuk anak usia 12-18 tahun
Umur Jenis Diagnosa Gangguan Faktor Respon Penggunaan
Kelamin Kognitif Lingkungan Pembedahan/ Obat
Anastesi
4.<3 thn 2.Laki-laki 4.Kelainan neuro 3.Tidak sadar 4.Riwayat jatuh 3.Dalam 24 jam 3.Macam-macam
3.3-7 thn 1.Perempuan 3.Perubahan dalam terhadap 3.Menggunakan 2.Dalam 48 jam obat sedasi,
2.7-13 thn O2,dehidrasi,anemia keterbatasan alat bantu dan riwayat hipnotik,barbiturate,
1.>13 thn anoreksi,sinkop 2.Lupa 2.Ditempat tidur jatuh fenotiazin,anti
2.Kelainan psikis/ keterbatasan 1.Diluar ruang 1.>48 jam depresan,laksans/
Perilaku 1.Mengetahui rawat diuretika,narkotik
1.Diagnosa lain Kemampuan 2.Salah satu obat
Diri diatas
1.Pengobatan lain
Risiko rendah = skor 7-11, Risiko tinggi = skor ≥12 Total skor …………………
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Sensasi
Pengkajian Perilaku
Penglihatan
Ketajaman penglihatan : Baik Menurun (R - L) Buta (R - L)
Bola mata : Asimetris Pergerakan bola mata; ………………....……...
Pupil : Reaktif Non reaktif (R – L) Anisokor
Palpebra : Cekung Tidak membuka sempurna Edema
Kotoran mata : Tidak ada Ada; banyaknya…………………………….
Penghidu
Letak hidung : Simetris Asimetris
Penciuman : Baik Tidak baik
Pengeluaran cairan : Tidak ada Sekret Darah Kebersihan;………….
Pendengaran
Ketajaman pedengaran : Baik Menurun (R - L)
Kebersihan : Baik Kotor (R - L)
Bentuk : Simetris Asimetris
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus mata
Pengecapan
Kondisi mulut : Besih Kotor Masalah pada mulut;………………
Kulit
Suhu : Teraba hangat Teraba panas Teraba dingin
Masalah pada kulit : Gatal Lesi Erupsi Eritema Lainnya;…….....
Luka : Tidak ada Ada; luka…………………………………….
Total skor…………….
Skor : 6-10(sangat tinggi),11-14(tinggi), 15-19(sedang), 20-23(rendah)
0 2 4 6 8 10
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
FLACC Scale (untuk < anak 3 tahun)
0.Tidak ada ekspresi 0.Posisi relaks 0.Berbaring tenang, 0.Tidak menangis 0.Senang,relaks
khusus 1.Posisi tegang,gelisah bergerak mudah 1.Merintih,merengek 1.Dapat ditenangkan
1.Kadang menangis/ 2..Menendang/menarik 1.Mengeliat, bolak- kadang mengeluh dengan sentuhan,
mengerutkan dahi, diri balik,tegang 2.Menjerit, menangis pelukan atau bicara
menarik diri 2.Posisi tubuh tersedu-sedu 2.Tidak dapat /sulit
2.Sering mengerutkan meringkuk,kaku/ ditenangkan dengan
dahi, rahang spasme sentuhan,distraksi
mengatup
Total Skor……………..
Terapi : …………………………………………………………………...
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Fungsi Neurologi
Pengkajian Perilaku
Kesadaran : Compos mentis Apatis Somnolent Soporus Coma
GCS : E….., M…..., V……., Total :………………….
Kejang : Tidak Ya; jumlah……….x/hari, Durasi :………..dt
Refleks primitis : Menangis; Kuat Lemah Rooting; Kuat Lemah
Sucking; Kuat Lemah Grap; Kuat Lemah
Morro; Kuat Lemah
Refleks fisiologi : Biseps……/……. Triseps….…/…….. Patella……../………
Iritasi meningeal : Brudzinsky; Positif Negatif
Kernig Sign; Positif Negatif
Kaku kuduk : Positif Negatif
Nervus cranial : Normal Tidak normal; gambarkan penyimpangannya
…………………………………………………………………..
Tes diagnostic (Tgl……………) : …………………………………………………………………...
Terapi : …………………………………………………………………...
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Fungsi Endokrin
Pengkajian Perilaku
Pembesaran kelenjar : Tidak Ya; ……………………………………………...
Kreatinisme : Tidak Ya
Gigantisme : Tidak Ya
Pengkajian stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
B. MODE ADAPTASI KONSEP DIRI
Pengkajian Perilaku
Fisik Diri
Perasaan terhadap penyakit yang : ……………………………………………….………………......
dialami ? …………………………………………………………………...
Perasaan terhadap kehilangan : …………………………………………………………………..
bagian/anggota tubuh ? ……………………………………………………………………
Bagian tubuh yang paling disukai? : ……………………………………………………………………
Bagian tubuh yang tidak disukai? : ……………………………………………………………………
Bagian tubuh yang paling menarik? : …………………………………………………………………....
Ketidakpuasan terhadap : Ukuran tubuh Fungsi Penampilan
Komunikasi nonverbal : Tidak mau melihat bagian tubuh; …………………………..
Tidak mau menyentuh bagian tubuh;……………………….
Personal Diri
Adakah perasaan takut : Tidak Ya;………………………………………………..
Perasaan kehilangan orang : Tidak Ya;………………………………………………..
terdekat
Pemahaman anak tentang sakit dan : ……………………………………………………………………
rawat inap …………………………………………………………………...
Ekspresi perasaan : Menyalahkan Tidak berdaya Sedih
Norma dan nilai dalam keluarga : ……………………………………………………………………
Aktivitas keagamaan yang diikuti : ……………………………………………………………………
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
C. MODE ADAPTASI FUNGSI PERAN
Pengkajian perilaku
Tingkat perkembangan saat ini : ……………………………………………………………………
Peran primer : ……………………………………………………………………
Peran sekunder : ……………………………………………………………………
Peran tertier : ……………………………………………………………………
Suport system dalam keluarga : ……………………………………………………………………
Hubungan antar anggota keluarga : ……………………………………………………………………
Pengharapan keluarga : ……………………………………………………………………
Harapan terhadap diri sendiri : ……………………………………………………………………
Peran selama sakit : ……………………………………………………………………
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
D. MODE ADAPTASI FUNGSI INTERDEPENDENSI
Pengkajian Perilaku
Perasaan orang tua saat ini : ……………………………………………………………………
Pengasuh anak : ……………………………………………………………………
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Keterlibatan orang tua : Ibu Ayah
Berkunjung; Ya Tidak Ya Tidak
Menyentuh; Ya Tidak Ya Tidak
Memeluk; Ya Tidak Ya Tidak
Berbicara; Ya Tidak Ya Tidak
Kontak mata; Ya Tidak Ya Tidak
Kecemasan anak karena perpisahan : Tidak Ya; dengan siapa…………………………..
Kecemasan terhadap orang lain : Tidak Ya; dengan siapa…………………………..
Kemandirian dan sosialisasi : …………………………………………………………………..
Pengkajian Stimulus
Stimulus Fokal : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Kontekstual : …………………………………………………………………....
……………………………………………………………………
Stimulus Residual : …………………………………………………………………....
Asuhan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tatikeperawatan
S.Ponidjan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
KONTRAK BELAJAR
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK LANJUT
RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK I
Oleh:
Waktu
No Tujuan Praktik Kompetensi Metode Out come
Pelaksanaan
1 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Observasi 14-18 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan Hyperbilirubinemia (bukan karena BBLR) meliputi: Wawancara September lengkap asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan fisik 2015 keperawatan
klien neonatus (menggunakan teori Adaptasi Roy) Dokumentasi sebagai kasus
dengan masalah a. Riwayat kesehatan (sepsis, atresia bilier), riwayat kelolaan
infeksi/ metabolisme/ keluarga (resus darah ibu dan anak berbeda), riwayat
kogenital persalinan (cepal hematom)
b. Keadaan umum, tanda vital, antropometri
c. Pemeriksaan head to toe, ikterus pada kulit dan selaput
lendir (menilai kadar bilirubin menurut metode
Kremer)
d. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan golongan darah, leukosit, hemoglobin,
bilirubin,warna urine dan feses
5. Evaluasi Observasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang Wawancara
diberikan : Pemeriksaan fisik
Turgor kulit baik dan tidak ada iritasi, tanda-tanda Dokumentasi
vital dalam batas normal, warna kuning pada kulit
berkurang/hilang, kadar bilirubin inderek pada darah
kurang dari 12,5 mg/dl (bayi cukup bulan), 10 mg/dl
(bayi kurang bulan), orang tua mau berpartisipasi dan
kecemasan berkurang.
b. Menentukan rencana tindak lanjut
3 Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Observasi 28 September 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) meliputi: Wawancara - 2 Oktober lengkap asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan 2015 keperawatan
klien neonatus (menggunakan teori Adaptasi Roy) perkembangan sebagai kasus
dengan masalah a. Riwayat kesehatan, riwayat keluarga, riwayat Dokumentasi kelolaan
thermoregulasi persalinan
b. Keadaan umum , tanda vital, berat badan < 2500 gr,
masa gestasi < 37 minggu
Pemeriksaan head to toe, antropometri, tonus otot
menurun, reflex primitif tidak ada/kurang termasuk
menghisap dan menelan, lemak sub kutan kurang,
lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar, puting
susu dan genitalia imatur.
c. Pemeriksaan penunjang :
Glukosa darah, elektrolit serum, analisa gas darah.
5. Evaluasi Observasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang Wawancara
diberikan : Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital dan AGD dalam batas normal, berat Dokumentasi
badan bertambah, kulit utuh dan warna merah muda,
Tidak ada tanda-tanda infeksi, intake dan out put
seimbang, orang tua melakukan bonding pada anaknya
b. Menentukan rencana tindak lanjut
Waktu
No Tujuan Praktik Kompetensi Metode Out Come
Pelaksanaan
1. Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Observasi 26 Oktober - 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan broncho pneumonia meliputi: Wawancara 6 November lengkap asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan fisik 2015 keperawatan
klien anak dengan (menggunakan teori Adaptasi Roy) Dokumentasi sebagai kasus
masalah sistem a. Riwayat kesehatan , perjalanan penyakit dan kelolaan
pernapasan riwayat pertumbuhan perkembangan (imunisasi,ASI
dan nutrisi)
b. Keadaan umum, tanda vital.
5. Evaluasi Observasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan Wawancara
yang diberikan : bunyi napas bersih (tidak ada rales Pemeriksaan fisik
atau ronki), pernapasan teratur, anak tidak gelisah, Dokumentasi
tidak sianosis, intake dan output cairan seimbang,
2. Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan diare Observasi 9 – 20 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan meliputi: Wawancara November lengkap asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan fisik 2015 keperawatan
klien anak dengan (menggunakan teori Adaptasi Roy) Dokumentasi sebagai kasus
gangguan a. Riwayat kesehatan , perjalanan penyakit dan riwayat kelolaan
keseimbangan cairan pertumbuhan perkembangan
b. Keadaan umum, tanda vital (hipertermi, takikardia,
takipnea), BAB, mual dan muntah, anoreksia
c. Pemeriksaan head to toe : turgor kulit jelek, ubun-
ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering,
keram abdominal.
d. Pemeriksaan penunjang; kultur tinja, darah (PH,
leukosit, elektrolit)
5. Evaluasi Observasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang Wawancara
diberikan : kulit utuh, intake dan output seimbang, Pemeriksaan fisik
tidak terjadi penyebaran infeksi, BB tidak turun, Dokumentasi
peningkatan pengatahuan
b. Menentukan rencana tindak lanjut
3. Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Observasi 23 November - 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan Meningitis meliputi: Wawancara 4 Desember asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan fisik 2015 keperawatan
klien anak dengan a. Riwayat kesehatan, perjalanan penyakit dan riwayat Dokumentasi
infeksi sistem pertumbuhan perkembangan
persarafan b. Keadaan umum, tanda vital , kejang
e. Evaluasi Observasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan Wawancara
yang diberikan : suhu badan normal, perfusi serebral Pemeriksaan fisik
adekuat (kesadaran membaik), sakit kepala Dokumentasi
berkurang, tidak terjadi injuri (karena kejang), berat
Waktu
No Tujuan Praktik Kompetensi Metode Out Come
Pelaksanaan
1. Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Observasi 7 – 18 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan Thalasemia meliputi: Wawancara Desember lengkap asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan fisik 2015 keperawatan
klien anak dengan (menggunakan teori Adaptasi Roy) Dokumentasi sebagai kasus
masalah sistem a. Riwayat kesehatan (genetika), perjalanan penyakit kelolaan
Hematologi dan riwayat pertumbuhan perkembangan
b. Keadaan umum (lemah), tanda vital (sesak napas),
disritmia
c. Pemeriksaan head to toe
Muka pucat dan bentuk mongoloid, perawakan
pendek, tebalnya tulang kranial, pembesaran limpa,
letargia, nyeri tulang dan dada, epistaksis, membrane
mukosa kering,
d. Pemeriksaan penunjang; sel darah merah
(mikrositosis, hipokromia, anisositosis, imatur sel
darah, menurunan Hb dan Ht).
5. Evaluasi Observasi
a. Kulit hangat dan warna merah muda, membrane Wawancara
mukosa lembab, berat badan tidak menurun, anak Pemeriksaan fisik
tidak mual dan muntah, toleran terhadap aktivitas, Dokumentasi
keluarga dapat mengendalikan stres.
b. Menentukan rencana tindak lanjut
5. Evaluasi Observasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang
Wawancara
diberikan : mual dan muntah berkurang, tidak ada
Pemeriksaan fisik
tanda-tanda infeksi, tidak ada tanda-tanda
pendarahan, integritas kulit utuh Dokumentasi
b. Menentukan rencana tindak lanjut
3. Mahasiswa mampu Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan Observasi 4-15 Januari 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan sindrom nefrotik meliputi: Wawancara 2016 asuhan
keperawatan pada 1. Melakukan Pengkajian Pemeriksaan fisik keperawatan
klien anak dengan a. Riwayat kesehatan , perjalanan penyakit dan riwayat Dokumentasi
masalah system pertumbuhan perkembangan
perkemihan b. Keadaan umum, tanda vital (hipertensi), anoreksia,
fatigue.
c. Pemeriksaan head to toe : edema (wajah, abdomen,
genitalia, ekstremitas), berat badan meningkat, nyeri
abdomen.
d. Pemeriksaan penunjang; analisa urine (proteinuria),
pemeriksaan darah (hipoalbuminemia, hiperlipidemia)
5. Evaluasi
a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang Observasi
diberikan : tidak terjadi kerusakan kulit, leukosit Wawancara
normal, tidak terjadi hipertermia, nyeri abdomen Pemeriksaan fisik
berkurang, tekanan darah dalam batas normal, balance Dokumentasi
intake dan output, Hgb dan Hct dalam batas normal
b. Menentukan rencana tindak lanjut
KONTRAK BELAJAR
PRAKTIK KLINIK KHUSUS
RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK II
Oleh:
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
KONTRAK BELAJAR NERS SPESIALIS PRAKTIK KLINIK KHUSUS DALAM KEPERAWATAN ANAK (6 SKS)
1. Mahasiswa mampu 1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak Observasi 15 Februari – 26 1 (satu) laporan
memberikan asuhan dengan penyakit non infeksi menggunakan pendekatan Model Wawancara Februari 2016 lengkap asuhan
keperawatan pada Adaptasi Roy Pemeriksaan keperawatan
klien anak dengan a. Pengkajian tingkat pertama ; pengkajian perilaku pada fisik sebagai kasus
penyakit non infeksi klien anak Dokumentasi kelolaan (WOC,
yang mengalami Subsistem Regulator Pengkajian,
masalah nutrisi Mode adaptasi Fisiologi intervensi,
menggunakan - Oksigenisasi dan sirkulasi; ventilasi,transportasi implementasi,da
pendekatan teori oksigen, perfusi jaringan dan kompensasi sesuai n evaluasi
Model Adaptasi Roy kebutuhan oksigen keperawatan)
- Nutrisi; antropometri, status gizi, penurunan nafsu
makan, mual muntah, kemampuan menelan,
kebutuhan kalori, masalah pada mulut (seperti
stomatisis), skrining gizi (Strong-kids).
- Eliminasi; retensi urine, diare, konstipasi,
inkontinensia bowel atau urine
- Aktivitas dan istirahat; mobilisasi, pergerakan, tidur
- Cairan dan elektrolit; dehidrasi, retensi cairan, asam-
basa, elektrolit, syok
- Proteksi dan perlindungan; integritas kulit, infeksi,
reaksi alergi, status imun
- Sensasi; nyeri, persepsi, sensori
- Fungsi neurologi; kesadaran,kognitif,memori,perilaku
- Fungsi endokrin; regulasi hormone
Subsistem Kognator ;
Ketidakpuasan terhadap ukuran tubuh, support nutrisi
dari keluarga, kecemasan
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
b. Pengkajian tingkat kedua ; pengkajian stimulus
Stimulus fokal; nyeri, kemoterapi, kompresi pada
abdomen, gangguan pada saluran cerna.
Stimulus kontekstual; umur, jenis kelamin, tingkat
fisik, dinamika keluarga, pengetahuan, status ekonomi,
budaya, lingkungan. riwayat penyakit yang sama.
Stimulus residual; keyakinan dan sikap yang dapat
memberikan dampak bagi individu
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
tujuan untuk meningkatkan adaptasi dari empat mode
adaptasi; mode adaptasi fisiologi, mode adaptasi konsep diri,
mode adaptasi fungsi peran, mode adaptasi fungsi
interdependensi, melalui ;
a. Mandiri; pemantauan/monitoring nutrisi, menilai status
gizi, manajemen nutrisi, pemberian enteral tube
feeding/nutrisi enteral, manajemen mual & muntah, oral
hygiene, pendidikan kesehatan, dukungan dalam kegiatan
sehari-hari, menyusun dan memberikan discharge
planning ,menerapkan Family Centered Care
b. Kolaborasi; kebutuhan gizi, terapi nutrisi parentral
terapi cairan, kolaborasi pemeriksaan penunjang
2. Mahasiswa mampu 1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan Observasi 14 Maret 2016 – 25 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan gangguan kardiovaskuler, menggunakan pendekatan Model Wawancara Maret 2016 lengkap asuhan
keperawatan pada Adaptasi Roy Pemeriksaan keperawatan
klien anak dengan a. Pengkajian tingkat pertama ; pengkajian perilaku pada fisik sebagai kasus
gangguan klien anak Dokumentasi kelolaan (WOC,
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
kardiovaskuler Subsistem Regulator Pengkajian,
(Penyakit Jantung) Mode adaptasi Fisiologi intervensi,
menggunakan - Oksigenisasi dan sirkulasi; dyspnea, takikardia, implementasi,
pendekatan teori tachypnea, sianosis, napas cuping hidung, retraksi dan evaluasi
Model Adaptasi Roy dada, mur-mur, gallop, bunyi jantung tambahan keperawatan)
(EKG), disritmia/aritmia (ECG), kulit pucat kebiruan,
clubbing finger, cardiomegaly (USG), distensi vena
jugularis, peningkatan CPV
- Nutrisi; berat badan menurun, anoreksia, mual dan
muntah, konjungtiva anemis, hepatomegaly, Hb
menurun
- Eliminasi : BAB tidak teratur, terdapat nyeri abdomen
- Aktivitas dan istirahat; fatigue,kekuatan otot berkurang
- Proteksi dan perlindungan; peningkatan suhu tubuh
- Cairan dan elektrolit; edema, muntah, penurunan
asupan oral
- Proteksi dan perlindungan; hyperthermia, kadar
leukosit darah dapat meningkat.
- Sensasi; nyeri dada
- Fungsi neorologi; kesadaran menurun, irritabilitas,
kejang.
- Sistem endokrin; regulasi hormon
Subsistem Kognator ;
Perasaan kehilangan, support system, ketakutan,
kecemasan, tidak berdaya, perubahan peran
c. Pengkajian tingkat kedua ; pengkajian stimulus
Stimulus fokal; gaya hidup, kelainan kongenital
Stimulus kontekstual; umur, jenis kelamin, budaya,
tingkat fisik, dinamika keluarga, riwayat penyakit yang
sama, pengetahuan, status ekonomi,lingkungan.
Stimulus residual; keyakinan dan sikap yang dapat
memberikan dampak bagi individu
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada anak
dengan gangguan kardiovaskuler dan kemungkinan
masalah keperawatan lainya yang berhubungan, menurut
NANDA 2015-1017:
Penurunan curah jantung (00240)
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (00201
Gangguan pertukaran gas (00030)
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (00204)
Intolerans aktivitas (00092)
Risiko keterlambatan perkembangan (00112)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(00002)
Risiko infeksi (00004)
Gangguan proses keluarga (00060)
Ansietas (00146)
Defisiensi pengetahuan (00126)
Hambatan interaksi social (00052)
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
5. Mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi Observasi
keperawatan pada tingkatan adaptasi integrasi, kompensasi, Wawancara
dan kompromi; disritmia terkontrol, menurunnya episode Pemeriksaan
dyspnea, peningkatan toleransi aktivitas, keseimbangan cairan fisik
intake dan output, tidak ada distress pernapasan, saturasi Dokumentasi
oksigen dalam rentang normal, perubahan perilaku yang baru.
Menentukan rencana tindak lanjut
3. Mahasiswa mampu 1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan Observasi 14 Maret 2016 – 25 1 (satu) laporan
memberikan Asuhan gangguan sistem perkemihan, menggunakan pendekatan Wawancara Maret 2016 lengkap asuhan
keperawatan pada Model Adaptasi Roy Pemeriksaan keperawatan
klien anak dengan a. Pengkajian tingkat pertama ; pengkajian perilaku pada fisik sebagai kasus
gangguan sistem klien anak Dokumentasi kelolaan (WOC,
perkemihan Subsistem Regulator Pengkajian,
menggunakan Mode adaptasi Fisiologi intervensi,imple
pendekatan teori - Oksigenisasi dan sirkulasi; hipertensi, aritmia, mentasi, dan
Model Adaptasi Roy anemia, pernapasan dangkal. evaluasi
- Nutrisi; berat badan menurun, anoreksia, muntah, keperawatan)
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, meningkat BUN
dan kreatinin
- Eliminasi; proteinuria, oliguria
- Aktivitas dan istirahat; fatigue
- Cairan dan elektrolit; edema pada wajah, abdomen,
genitalia dan ekstremitas, hiperkalemia, hipokalsemia
- Proteksi dan perlindungan; iritasi kulit
- Sensasi; nyeri abdomen/pinggang, penurunan sensasi
rasa
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
- Fungsi neurologi; kesadaran menurun,irritabilitas,
kejang
- Fungsi endokrin; regulasi hormon
Subsistem Kognator ;
Ketakutan, kecemasan, tidak berdaya, perubahan peran
b. Pengkajian tingkat kedua ; pengkajian stimulus
Stimulus fokal; gaya hidup
Stimulus kontekstual; umur, jenis kelamin, budaya,
tingkat fisik, dinamika keluarga, riwayat penyakit yang
sama, pengetahuan, status ekonomi,lingkungan.
Stimulus residual; keyakinan dan sikap yang dapat
memberikan dampak bagi individu
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
interdependensi melalui;
a. Mandiri : Monitor berat badan dan tanda-tanda vital,
pemantauan hidrasi dan intake output cairan, pencegahan
terhadap infeksi, hidrasi secara adekuat, mencegah cairan
overload, menjaga integritas kulit, mobilisasi, nutrisi
adekuat, support tumbuh kembang, pendidikan kesehatan,
menyusun dan memberikan discharge planning,
menerapkan Family Centered Care
b. Kolaborasi : pemberian obat-obatan ; terapi diuretik, terapi
albumin, prednisone, diet rendah garam dan tinggi protein
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
keperawatan d. Menyusun proposal yang berisi rencana penyelesaian Tanya jawab 1-3
sebagai pembaharu masalah Dokumentasi
(change agent) pada e. Presentasi rencana proyek inovasi 4
area kebutuhan f. Implementasi proyek inovasi 4-5
nutrisi, topik; g. Melakukan evaluasi 6
6
pendidikan h. Presentasi pelaksanaan proyek inovasi
6
kesehatan i. Membuat laporan kegiatan
mengantisipasi
mual muntah
kemoterapi
5. Mahasiswa mampu 1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak kanker: Observasi 15 Pebruari 2016 – 2 (dua) laporan
memberikan a. Riwayat kesehatan, perjalanan penyakit, riwayat kesehatan Wawancara 29 April 2016 lengkap asuhan
Asuhan keluarga Pemeriksaan keperawatan
keperawatan pada b.Tingkat pertama ; pengkajian perilaku pada klien anak fisik sebagai kasus
klien anak dengan menggunakan pendekatan Model Adaptasi Roy Dokumentasi kelolaan (WOC,
Hematologi - Subsistem Regulator Pengkajian,
Onkologi yang (Mode adaptasi Fisiologi) intervensi,implem
mengalami - Oksigenisasi dan sirkulasi; ventilasi,transportasi entasi,dan
masalah nutrisi oksigen, perfusi jaringan dan kompensasi sesuai evaluasi
dengan pendekatan kebutuhan oksigen keperawatan)
teori Model - Nutrisi; antropometri, status gizi, penurunan nafsu
Adaptasi Roy; makan, mual muntah, kemampuan menelan, Total 5 (lima)
Keganasan kebutuhan kalori, masalah pada mulut (seperti asuhan
hematologi stomatisis), skrining gizi (Strong-kids). keperawwtan
Neuroblastoma - Eliminasi; retensi urine, diare, konstipasi, sebagai kasus
Limfoma inkontinensia bowel atau urine kelolaan KIA
Ca.Nasofaring - Aktivitas dan istirahat; mobilisasi, pergerakan, tidur
Tumor solid - Cairan dan elektrolit; dehidrasi, retensi cairan, asam-
basa, elektrolit, syok
- Proteksi dan perlindungan; integritas kulit, infeksi,
reaksi alergi, status imun
- Sensasi; nyeri, persepsi, sensori
- Fungsi neurologi; kesadaran,kognitif,memori,perilaku
- Fungsi endokrin; regulasi hormon
Subsistem Kognator ;
Mode adaptasi konsep diri; gambaran diri, integritas fisik,
prinsip dan ideal diri
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Mode adaptasi fungsi peran; hubungan social,
Mode adaptasi fungsi interdependensi; nilai,memberi dan
menerima, perpisahan
c. Tingkat kedua ; pengkajian stimulus
Stimulus fokal; stimulus yang secara langsung
menyebabkan sakit
Stimulus kontekstual; kondisi kesehatan, jenis kelamin,
usia, budaya, dinamika keluarga
Stimulus residual; keyakinan dan sikap yang dapat
memberikan dampak bagi individu baik efeknya negatif
atau positif
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Risiko kerusakan integritas kulit (00047)
Hipertermia (00007)
Gangguan rasa nyaman (00214)
Nyeri akut (00132)
Risiko keterlambatan perkembangan (00112)
Gangguan proses keluarga (00060)
Gangguan citra tubuh (00118)
Defisit perawatan diri (00108)
Keputusasaan (00124)
Hambatan interaksi social (00052)
3. Mampu menyusun rencana/intervensi keperawatan dengan Dokumentasi
tujuan untuk meningkatkan adaptasi dari empat mode
adaptasi; mode adaptasi fisiologi, mode adaptasi konsep diri,
mode adaptasi fungsi peran, mode adaptasi fungsi
interdependensi, melalui ;
a. Mandiri; pemantauan/monitoring nutrisi, menilai status
gizi, manajemen nutrisi, pemberian enteral tube
feeding/nutrisi enteral, manajemen mual & muntah, oral
hygiene, manajemen nyeri, pendidikan kesehatan,
dukungan dalam kegiatan sehari-hari, menyusun dan
memberikan discharge planning , menerapkan Family
Centered Care
b. Kolaborasi; kemoterapi, kebutuhan gizi, terapi nutrisi
parentral, terapi antiemetik, analgetik, antibiotik
terapi cairan & transfusi
Residensi Kep.Anak 2016 : Tati S. Ponidjan Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
A
LA .g
o
ri q-!l o
;t (g() c
cl ^(+i o
s 'cg' S) E
H!U
^YJ
6
'-S
\y$.
;(!
O .n.e o
aa o
trI .u
an tr
,(\
c!31
rO\ (.i f
\or lr
'=l
O\o
-l
ol=
CU
lr rt5t
ke le ,.o 5l
G) !sl
!9y9 tJi
l.'()- et c..l N :wt
=
ii-
F.'tr z'tr
3T
aa
KT ,&
o
0)
6)l
al
._l
!l
l-.,1 FI
Asuhan keperawatan ..., Tati Setyawati Ponidjan, FIK UI, 2016
6A u\..oa
(B(d(€
dd
9+
.)()
HH
FE €.q SE
l-=lr(lt:-=
6)P=>'()F.l
J4S
oo
AN
3i HE -8t
oo oF on
aa aaaaaa
trl
<t
cil
()t
-S-
vl
o q
eE* ie iE € '3
ul
z)
FEg 5-e ia r
[;
f
= ;$q-
B
.e dqa EE
lsE (/E *
0)
.l)
fl
-E EEq E5 =
i E 3€ -sE- i'E
';: Ex=
E
o.l
ol
Pt'= =tr *E-
o-; -i,*
63t
FI
-l
E EEE BE
[e 5E
=E soE
i: E*E EE EE
IF,* J: EA EE
E EgE ET EE Ei
E XE='zoE E.A sU cil
ql
q E:30 6'6
q.E! =t =i
E7 a; 5€ >lJ
=
f
o-
tr o-i.=
==
7 a.a
e 3
o@
F-y
5 s 9
(J
-7
5 =
i.! dI
MI
S SEE E€ EE €.ii
2 o- z.Y,
.E
ERi
al L\
Z 2 oc 2'E
s:JEl
I \€l
ar
Vj
ztrl (l.)t
_t
N
<l \
LI *t
NI
\d
\<
te
e)
LAPORAN
PROYEK
INOVASI
OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
berkat dan rahmatNya saaya dapat menyelesaikan laporan inovasi ini yang berjudul: “
Optimalisasi Pendidikan Kesehatan Berdasarkan Evidence Based Practice dalam
Mengantisipasi Mual Muntah pada Anak Yang Mendapat Kemoterapi”. Penulisan
laporan inovasi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan
inovasi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Allenidekania, S.Kp., M.Sc., selaku Supervisor utama atas arahan dan
bimbingannya selama praktik residensi.
2. Happy Hayati, Ns., Sp.Kep.An, selaku Supervisor yang telah memberikan arahan
dan bimbingan selama praktik residensi.
3. Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N., selaku Koordinator Utama Praktik Klinik
Keperawatan Program Ners Spesialis Keperawatan Anak, yang telah memberikan
motivasi dan bimbingan.
4. Mediana Bangun, Ns., Sp.Kep.An., selaku Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan
Program Ners Spesialis Keperawatan Anak di ruang rawat anak RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
5. Tati Mulyani S.Kep.,Ns., Selaku kepala ruang rawat anak RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan arahan selama praktik residensi.
6. Kepala ruang rawat jalan, kepala ruangan dan perawat poliklinik onkologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta, yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk praktik.
7. Semua Dosen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
dan seluruh rekan sejawat di ruang rawat anak, lebih khusus ruang non infeksi
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Besar harapan penulis, kiranya inovasi praktik EBP ini dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan keperawatan di Indonesia, terlebih khusus pada keperawatan anak.
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… iii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2. Tujuan Penerapan……………………………………………………………. 3
1.3. Manfaat Penerapan…....…………………………………………………….. 3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemoterapi…….……….……………………………………………………. 5
2.2. Mual dan Muntah pada Kemoterapi………………………………………… 5
2.3. Agen Kemoterapi yang Menimbulkan Mual Muntah…..…………………… 6
2.4. Agen Antiemetik pada Kemoterapi……....…………………………………. 7
2.5. Manajemen Mual dan Muntah………………………………………………. 7
2.6. Konsep Edukasi……………………………………………………………… 12
5. PELAKSANAAN KEGIATAN
5.1. Pendidikan Kesehatan…………..…………………………………………… 22
5.2. Antisipasi Mual Muntah……….....……………..…….…………………….. 23
5.3. Faktor pendukung dan keterbatasan………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Beberapa agen kemoterapi dapat menimbulkan mual dan muntah. Efek ini dapat di
bedakan sesuai besarnya resiko yaitu; kemoterapi beresiko tinggi mual dan
muntah (Highly Emetogenic Chemotherapy), kemoterapi beresiko sedang mual
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
2
Terjadinya mual dan muntah dapat bervariasi mulai dari beberapa menit setelah
pemberian kemoterapi hingga lebih dari beberapa hari setelah pemberian
kemoterapi. Untuk itu pemberian kemoterapi khususnya pada Highly Emetogenic
Chemotherapy dan Moderately Emetogenic Chemotherapy biasanya disertai
dengan terapi antiemetic (Geiger & Wolfgram, 2013). Namun penelitian Aapro
(2005), menemukan bahwa 25-30% mual muntah dapat terjadi sekalipun sudah
mendapat terapi antiemetic.
Efek mual muntah dapat berakibat buruk jika tidak ditangani dengan baik. Akibat
yang dapat ditimbulkan seperti; masalah fisik karena ketidakseimbangan elektrolit,
dehidrasi, kekurangan gizi, kehilangan berat badan, masalah psikologis (stres),
penurunan kualitas hidup, rawat inap lebih lama dan beban kerja petugas
kesehatan bertambah. (Rodgers, et al. 2012). Oleh karena itu pemberian
antiemetic sebaiknya ditunjang dengan tindakan mandiri non farmakologi agar
dapat meningkatkan kualitas terapi antiemetic. Tindakan non farmakologi yang
dapat digunakan antara lain melakukan Acupressure (Bastani, et.al. 2011)
perawatan mulut dan mengurangi stimulasi mual muntah seperti
suara,lingkungan,bau (Geiger, 2013)
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
3
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
4
muntah akibat efek kemoterapi. Selain itu proyek inovasi ini dapat juga
dijadikan Evidence Based Practice oleh praktisi keperawatan dalam
mengembangkan praktik pelayanan keperawatan
1.3.2. Bagi Masyarakat
Proyek inovasi ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pasien
dan keluarga dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
mengantisipasi mual dan muntah akibat efek kemoterapi
1.3.3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Proyek inovasi ini diharapkan dapat dijadikan salah satu kajian prosedur
tindakan keperawatan yang direkomendasikan dalam praktek keperawatan
untuk mengantisipasi mual dan muntah pada anak yang mendapatkan
kemoterapi.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan dengan menggunakan obat-obatan anti
kanker (anti neoplastic agent) untuk membunuh sel kanker (James, Nelson, &
Ashwill, 2013). Secara klinis, obat-obatan ini mempunyai efek sitostatika yang
mempengaruhi sintesis dan fungsi DNA dari sel kanker. Pemberian kemoterapi
disesuaikan dengan fase pembelahan sel kanker agar lebih mudah dihancurkan dan
dilakukan secara simultan untuk memaksimalkan kerja obat tersebut pada semua
fase pembelahan sel (Ball, Bindler & Cowen, 2010). Pada umumnya kemoterapi
menggunakan kombinasi terapi (beberapa obat) dengan fungsi dekstruksi pada
titik tangkap yang berbeda. Pemberian kemoterapi dapat menimbulkan efek
samping, hal ini disebabkan karena agen kemoterapi tidak dapat membedakan
pembelahan yang cepat antara sel-sel kanker dan sel-sel normal. Sel-sel yang
paling sering terkena efek ini adalah sel-sel pada sum-sum tulang, gastrointestinal
dan integument. Efek samping yang dapat muncul yaitu: infeksi, perdarahan,
anemia, mual muntah, anorexia dan mukosal ulseration (James, Nelson, &
Ashwill, 2013).
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
6
a. Acut nausea vomiting; mual muntah yang terjadi pada beberapa menit sampai
beberapa jam setelah pemberian kemoterapi dan biasanya akan hilang kurang
dari 24 jam.
b. Delayed nausea vomiting; mual muntah yang terjadi setelah 24 jam
pemberian kemoterapi.
c. Anticipatory nausea vomiting; mual muntah yang terjadi sebelum pemberian
kemoterapi.
d. Breakthrough nausea vomiting; mual muntah yang terjadi walaupun
pemberian antiemetik sebagai pencegahan telah diberikan.
e. Refractory nausea vomiting; mual muntah yang terjadi karena pemberian
antiemetik tidak lagi memberikan efek.
Efek mual dan muntah dapat mengganggu secara fisik maupun psikologis. Secara
fisik dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit tubuh, dehidrasi, kehilangan berat
badan, kurang gizi. Secara psikologis dapat terjadi stres. kecemasan, serta masalah
lain seperti penurunan kualitas hidup, masalah finansial, rawat inap lebih lama dan
beban kerja petugas kesehatan bertambah (Rodgers, et al. 2012).
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
7
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
8
Bagian tubuh yang sering dipijat untuk menurunkan mual muntah adalah
pada titik P6 dan St36. Titik P6 adalah titik yang terletak pada pergelangan
tangan, dimana pada titik ini terdapat jalur meridian selaput jantung.
Meridian adalah bagian dari pembuluh darah, system saraf dan saluran
limpa. Jalur meridian ini akan ke ruang bawah perut melintasi lambung dan
usus besar. Sedangkan titik St36 berada di kaki, pada jalur meridian
lambung. Meridian ini memiliki beberapa percabangan termasuk cabang
yang ke limpa dan lambung (Fengge, 2011).
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
9
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
10
Cairan NaCl 0,9% memiliki kandungan 0.9 gram NaCl dalam 100 ml air.
Perhitungan untuk menghasilkan cairan yang konsentasinya sama dengan
NaCL 0,9% yaitu: diketahui kemurnian garam yang ada dipasaran adalah:
99,25%, kemurnian garam berdasarkan SNI minimal adalah 94,7%,
sedangkan Bulk density of salt adalah 1.154 gr/ml. Agar mudah
pengukurannya kita menggunakan botol air mineral 600 ml dan sendok
obat 5 ml untuk mengukur garam.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
11
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
12
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
13
BAB 3
IDENTIFIKASI DAN PENYELESAIAN MASALAH
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
14
What we know: Mual dan muntah adalah gejala yang dapat membuat
stres dan potensial menjadi buruk karena pemberian kemoterapi. Mual
dan muntah dapat berakibat terhadap fisik, psikologis, emosional dan
kualitas hidup pasien kanker. Agen kemoterapi dapat dikasifikasikan
pada: resiko tinggi mual muntah, resiko menengah, resiko rendah dan
resiko minimal. Type mual muntah yaitu: acute, delayed, Anticipatory,
breakthrough dan refractory. Beberapa jenis obat dapat digunakan
uttuk mencegah atau mengobati mual muntah karena kemoterapi. Ada
beberapa cara nonfarmakologi yang digunakan untuk mencegah mual
muntah kemoterapi seperti behavioral therapy, hypnosis dan guided
imagery, akupresur, dan relaksasi.
What we can do: Pelajari tentang mual muntah kemoterapi agar dapat
mengatisipasi mual muntah. Berikan antiemetik sesuai indikasi,
Hindari faktor lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap mual
muntah. Hubungi pasien setelah pemberian kemoterapi untuk
mengetahui perkembangan efek samping. Berikan pendidikan
kesehatan pada pasien mengenai pengaturan makan.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
15
c. Bastani, F., Khosravi, M., Barimnejad, L., & Haghani, H. (2011). The
effect of acupressure on chemotherapy Induce nausea and vomiting
among school age children with acute lymphoblastic leukemia.
Complementary Medicine Journal of Arak University. 1(1):1-11.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
16
mual lebih rendah pada kelompok intervensi (p value < 0,001) pada 1
jam pertama pemberian akupresur. Pada 12 jam setelah intervensi
didapatkan hasil yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. (p value = 0,064).
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
17
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
18
BAB 4
PLAN OF ACTION
Proyek inovasi ini dilaksanakan pada ruang rawat anak non infeksi gedung A RSUPN
DR Cipto Mangunkusumo Jakarta, dengan melalui beberapa tahap kegiatan,berdasarkan
metode P-D-S-A, yaitu:
4.1. Plan (Perencanaan)
a. Rencana kegiatan yaitu melakukan Pendidikan kesehatan kepada anak dan
keluarga dalam mengantisipasi mual dan muntah akibat efek pemberian
kemoterapi.
b. Hasil yang diharapkan : teridentifikasinya efektivitas pendidikan kesehatan
dalam mengantisipasi mual muntah pada anak yang mendapat kemoterapi
c. Langkah-langkah pelaksanan:
Menyiapkan lembar penjelasan prosedur (lampiran 1)
Menyiapkan lembar catatan pelaksanaan perawatan /pasien sheet
(lampiran 2)
Menyiapkan Satuan Acara Pembelajaran/SAP (lampiran 3)
Menyiapkan leaflet. (lampiran 4)
Menyiapkan lembar kuesioner pengetahuan (lampiran 5)
4.2. Do (Intervensi)
a. Hari 0 :
Mengidentifikasikan sampel yang sesuai dengan kriteria, yaitu anak usia 7-
18 tahun (usia sekolah dan remaja), dapat berkomunikasi dengan baik,
tidak ada kontra indikasi terhadap akupresur, tidak mengalami mual
muntah Anticipatory.
Melakukan identifikasi karakteristik demografi sampel (waktu,usia, jenis
kelamin, pendidikan)
Melakukan identifikasi karakterisik lainnya (Diagnosa medis, siklus
pengobatan/protocol, obat yang diberikan)
Menjelaskan prosedur menggunakan lembar prosedur
Melakukan pretest pengetahuan anak dan keluarga tentang antisipasi mual
muntah karena kemoterapi (menggunakan lembar kuesioner)
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
19
4.3. Study
Mahasiswa akan mengevaluasi hasil intervensi dengan menganalisis perubahan
pengetahuan dan ketrampilan, episode mual muntah , manajemen non farmakologi
yang sudah dilakukan anak dan keluarga dalam mengantisipasi mual dan muntah
karena kemoterapi.
4.4. Act
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan anak dan orang tua dalam
mengantisipasi mual muntah dapat menunjang keberhasilan pemberian
kemoterapi. anak dan orang tua akan kooperatif terhadap perawatan sehingga
dapat menurunkan lama rawat dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
20
Keterangan :
Minggu I : 15-19 Peberuari 2016
Minggu II : 22-26 Pebruari 2016
Minggu III : 29 Pebruari-4 Maret 2016
Minggu IV : 7-11 Maret 2016
Minggu V : 14-18 Maret 2016
Minggu VI : 21-25 Maret 2016
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
21
BAB 5
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan inovasi dilaksanakan pada ruang perawatan anak one day care non infeksi,
yaitu di Poliklinik Hemato-Onkologi Gedung Kiara RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Kegiatan inovasi dapat dapat kita lihat pada tabel berikut dibawah ini.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
22
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
23
pengetahuan dan ketrampilan dari pasien anak dan keluarga pada pre test adalah
rata-rata 31,5%, setelah di lakukan pendidikan kesehatan, post test didapatkan
pengetahuan meningkat rata-rata 86,9%, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini;
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
24
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
25
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Terjadi peningkatan pengetahuan dan keluarga dalam mengantisipasi mual dan
muntah akibat efek kemoterapi. Pada pretest (pengetahuan awal) anak dan
keluarga berkisar 20-50%, setelah dilakukan pendidikan kesehatan
pengetahuan anak dan keluarga menjadi 70-100%.
b. Terjadi peningkatan ketrampilan keluarga dirumah dalam mengantisipasi mual
muntah akibat efek kemoterapi dengan melakukan akupresur dan kumur
menggunakan larutan garam, yang sebelumnya tidak dilakukan dirumah,
c. Tidak ada episode muntah yang terjadi, anak dan keluarga dapat mengontrol
mual dengan melakukan intervensi antisipasi mual muntah akibat kemoterapi
dengan melakukan akupresur, perawatan mulut standard dan mengurangi
stimulasi mual muntah.
6.2. Saran
a. Pendidikan kesehatan dalam mengantisipasi mual dan muntah akibat efek
kemoterapi perlu dilakukan oleh perawat, agar pengetahuan yang didapat
dapat digunakan anak dan keluarga untuk mengurangi atau mengontrol mual
dan muntah akibat kemoterapi.
b. Hasil inovasi ini dapat dijadikan sumber informasi dalam meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan sesuai dengan evidence based practice.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
26
DAFTAR PUSTAKA
Aapro, M. (2005). Optimising antiemetic therapy: what are the problems and how can
they be overcome. Curr Med Res Opin. 21: 885-897.
Aseeri, M., Mukhtar, A., Alkasana, S., Elimam, N., & Jastaniah, W. (2012). A
retrospective review of antiemetic use for chemotherapy-induced nausea and
vomiting in pediatric oncology patients at a tertiary care center. Journal of
Oncology Pharm Practice. 19(2):138-144.
Boling, B., Schub, T., & Pravikoff, D.(2016). Chemotherapy-Related Nausea and
Vomiting: Evidence Based Care Sheet. CINAHL
Caplinger, J., Royse, M., & Marthens J. (2010). Implementation of an oral care protocol
to promote early detection and management of stomatitis. Clinical Journal of
Oncology Nursing. 14(6); 799-802.
Chan,C.W.H., Lam, L.W., Li, C.K., Cheung, J.S.S., Cheng, K.K.F., Chik, K.W.,…
Tang, W.P.Y. (2015). Feasibility of psychoeducational intervention in managing
chemotherapy-associated nausea and vomiting (CANV) in pediatric oncology
patients. European Journal of Oncology Nursing. 19: 182-190.
Chen, K.K.F., Chang, A.M., Yuen,M.P. (2004). Prevention of oral mucositis in pediatric
patient treated with chemotherapy: A Randomized crossover trial comparing two
protocol of oral care. European Journal of Cancer. 40(8):1208-1216.
Dewan,P., Singhal, S., & Harit, D. (2010). Management of chemotherapy induce nausea
and vomiting. Indian Pediatrics. 47:149-155.
Fengge, A. (2011). Terapi akupresur: manfaat & teknik pengobatan. Yogyakarta: Crop
Cirle Corp.
Harris, D.J., Eilers, J., Harriman, A., Cashavelly, B.J., & Maxwell, C. (2008). Putting
evidence into practice: Evidence based intervention for cancer treatment-related
mucositis. Clinical Journal of Oncology Nursing. 12(1),141-152.
International Agency for Research of Cancer (2008). http://globocan.iarc.fr/. Diunduh
tanggal 26 Pebruari 2016.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
27
James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013). Nursing care of children :
principles & practice, 4th ed. St. Louis: Elsevier.
Kliegmen, R.M., Stanton, B,F.,Geme, J.W., Schor, N.F., & Behrman, R.E.(2011).
Nelson textbook of pediatrics, 19th.ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson, H.B., & Behrman, R.E. (2011). Ilmu
kesehatan anak esensial, edisi ke 6. Singapore: Saunders Elsevier.
Nasar, S., Djoko, S., Hartarti, B., & Budiwiarti, Y. (2015). Penuntun diet anak. Jakarta:
FK Universitas Indonesia.
Potter,P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental keperawatan. Ed.4,Vol.1. Jakarta: EGC
Rodgers,,C., Kollar, D., Taylor, O., Bryant, R., Crockett, K.,… Hockenberry, M.
(2012). Nausea and vomiting perspective among children receiving moderate to
highly emetogenic chemotherapy treatment. Cancer Nursing. 35(3): 203-210.
Saldanha, S.P. & Almeida, V.D. (2014). A Comparative study to Assess the
effectiveness of turmeric Mouth Wash versus saline mouth wash on treatment
induce oral mucositis (Tiom) in a selected hospital at mangalore. Journal Clinic
Research & Bioethics. 5(6): 200.
Swartzentruber, L., & Haveles, E.B.(2013). Oral health care during chemotherapy.
PennWell’s Dental Group. 68-77.
Timby, B.K. (2009). Fundamental nursing skills and concept .9th Ed. Philadelphia.
Wolter Kluwer Lippincott Williams & Wikins.
World Health Organization (2014). Cancer. Diunduh pada tanggal 29 Pebruari 2016
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
SATUAN ACARA PENGAJARAN
I. Tujuan pembelajaran :
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, diharapkan pasien dan keluarga
mampu menjelaskan kembali dan mampu melakukan tindakan antisipasi
terhadap mual muntah karena kemoterapi.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga mampu:
1. Menjelaskan mual muntah kemoterapi
2. Mejelaskan terapi akupresur pada mual muntah kemoterapi
3. Menjelaskan perawatan mulut standar
4. Menjelaskan pembuatan larutan garam untuk kumur
5. Menjelaskan tindakan mengurangi stimulasi mual muntah kemoterapi
6. Mendemontrasi cata terapi akupuntur pada titik P6.
II. MATERI
1. Mual muntah kemoterapi
2. Terapi akupresur mual muntah pada titik P6
3. Perawatan mulut standar
4. Pembuatan larutan garam untuk kumur
5. Tindakan mengurangi stimulasi mual muntah kemoterapi
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
III. PERSIAPAN PRA PEMBELAJARAN
1. Telaah literatur/pustaka
2. Materi,SAP, media pembelajaran seperti leaflet
3. Sosialisasi pada ruang one day care / poliklinik onkologi anak RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
4. Penutup 1. Menyimpulkan materi 1. Memperhatikan
(2 menit) 2. Memberikan salam 2. Menjawab
penutup salam
V. SUMBER/DAFTAR PUSTAKA
Besce,E. (2010). P6 Acupressure can help patient self manage chemotherapy-
induce nausea. OnSconnect. 20-21.
Caplinger, J., Royse, M., & Marthens J. (2010). Implementation of an oral care
protocol to promote early detection and management of stomatitis. Clinical
Journal of Oncology Nursing. 14(6); 799-802.
Harris, D.J., Eilers, J., Harriman, A., Cashavelly, B.J., & Maxwell, C. (2008).
Putting evidence into practice: Evidence based intervention for cancer
treatment-related mucositis. Clinical Journal of Oncology Nursing. 12(1),141-
152.
Nasar, S., Djoko, S., Hartarti, B., & Budiwiarti, Y. (2015). Penuntun diet anak.
Jakarta: FK Universitas Indonesia.
Saldanha, S.P. & Almeida, V.D. (2014). A Comparative study to Assess the
effectiveness of turmeric Mouth Wash versus saline mouth wash on treatment
induce oral mucositis (Tiom) in a selected hospital at mangalore. Journal
Clinic Research & Bioethics. 5(6): 200.
Timby, B.K. (2009). Fundamental nursing skills and concept .9th Ed. Philadelphia.
Wolter Kluwer Lippincott Williams & Wikins.
Asuhan
Residensi Keperawatan keperawatan
Anak-Ruang ..., Tati
Non Infeksi RSCMSetyawati
2016 Ponidjan, FIK UI, 2016
Universitas Indonesia
Tindakan non farmakologi digunakan
ANTISIPASI MUAL MUNTAH untuk menunjang tindakan farmakologi
KEMOTERAPI
Salah satu tindakan non farmakologi adalah
Terapi akupresur, yaitu penekanan atau
pemijatan pada titik tertentu di tubuh
Obat kemoterapi dapat resiko minimal, Penekanan dapat dilakukan pada satu
rendah, sedang dan tinggi terhadap pergelangan atau keduannya
mual muntah
Dilakukan 3 kali sehari
Mengantisipasi mual dan muntah ditempat yang tenang selama 5 hari
diberikan terapi farmakologi berupa obat berturut-turut setelah mendapat
anti mualb.muntah (antiemetik) kemoterapi atau sesuai kebutuhan
tangan atau keduanya. ketika merasa mual
Hindari penggunaan pasta dengan rasa Menggunakan garam meja pasaran Makan makanan sesuai suhu
dan pemutih pasta yang kuat dengan kemurnian 99,25% : ruangan
Campurkan 1 sendok takar obat 5 ml
Berkumur tanpa menyikat gigi, dapat garam dengan 607 ml air hangat Mengunyah makanan secara
dilakukan kapan saja agar mulut tetap perlahan-lahan
terasa nyaman Mengurangi Stimulasi Lingkungan
Berikan makanan porsi kecil setiap
Berkumur dapat menggunakan cairan Suara (ribut) kali makan/2-3 jam
kumur/mouthwash antara lain
menggunakan larutan garam Penglihatan Memberikan jarak makan dan
(kepadatan dan aktivitas orang) minum 10-15 menit
Berkumur minimal 30 detik.
Penciuman
Agar cairan kumur dapat bergerak (bau yang merangsang)
merata di dalam mulut, berkumur
Terima Kasih
sebaiknya menggunakan teknik meniup
balon dan menggerakkan pipi seperti
menghisap. Tati Setyawati
A. Identitas
Nama : Tati Setyawati Ponidjan
Tempat/tanggal lahir : Bitung, 4 agustus 1968
Agama : Kristen
Alamat : Kel. Kombos Timur Kec Singkil Kota Manado
E-mail : tatys468@yahoo.com
Status : Menikah
B. Riwayat Pendidikan
1. SD RK Bitung, lulus tahun 1980
2. SMP Donbosco Bitung, lulus tahun 1983
3. SMA Donbosco Bitung, lulus tahun 1986
4. Akademi Keperawatan Dep.Kes. Manado, lulus tahun 1989
5. D IV Keperawatan Anak Universitas Hasanuddin Makassar, lulus tahun 2001
6. S1 Pendidikan FIP Universitas Negeri Manado, lulus tahun 2002
7. S1 Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado, lulus tahun 2010
8. Profesi Ners Universitas Sam Ratulangi Manado, lulus tahun 2011
9. S2 Keperawatan Universitas Indonesia, lulus tahun 2015
10. Pendidikan Spesialis Keperawatan Universitas Indonesia
C. Riwayat Pekerjaan
1. Tahun 1990-1995 : Staf Dinas Kesehatan Kab.Bolaang Mongondow Prop.Sulut.
2. Tahun 1995-sekarang : Staf Pengajar pada Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Manado.