Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmah-Nya
sehingga revisi buku “Petunjuk Praktikum Ekologi” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Buku ini merupakan perbaikan dari edisi sebelumnya, dengan harapan dapat
memenuhi kebutuhan mahasiswa di Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta dalam melakukan praktikum ekologi.
Atas selesainya revisi buku ini, kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada Bapak Dekan FMIPA UNY yang telah memfasilitasi penyusunan buku ini
melalui RKPT 2017. Kritik dan saran akan sangat membantu penyempurnaan
buku ini selanjutnya.
Demikian, semoga buku ini dapat membantu mahasiswa dalam melakukan
praktikum ekologi.

Yogyakarta, Oktober 2017

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar : ……………………………………………………. 1

Daftar Isi : ……………………………………………………. 2

Kegiatan 1 : ……………………………………………………. 3

Kegiatan 2 : ……………………………………………………. 6

Kegiatan 3 : ……………………………………………………. 25

Kegiatan 4 : ……………………………………………………. 28

Kegiatan 5 : ……………………………………………………. 31

Daftar Pustaka : ……………………………………………………. 36

2
Kegiatan I
1. Pokok Bahasan : EKOSISTEM
2. Tujuan
a. Mengidentifikasi dan menganalisis komponen penyusun ekosistem.
b. Mengklasifikasi komponen ekosistem:
1) Berdasarkan jenisnya, untuk komponen abiotik.
2) Berdasarkan tingkatan trofiknya, untuk komponen biotik.
c. Menemukan interaksi antar komponen ekosistem dan mengidentifikasi
bentuk-bentuk interaksinya
d. Mendesain bagan rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang
terjadi pada ekosistem yang diamati
e. Menganalisis keseimbangan dan kestabilan ekosistem pada ekosistem
yang diamati
3. Teori yang mendukung bahasan kegiatan ini
a. Ekosistem dan komponen-komponen penyusunnya.
b. Struktur dan fungsi ekosistem.
c. Keseimbangan dan kestabilan ekosistem
d. Siklus biogeokimia, aliran energi, keanekaragaman dalam ekosistem,
faktor pembatas dan regulasi dalam ekosistem, perkembangan
ekosistem.

Struktur Ekosistem
Ekosistem alami tersusun atas komponen-komponen:
Abiotik : komponen edafik (tanah), klimatik (iklim), air,
batuan, cahaya matahari, bahan-bahan anorganik,
dan bahan-bahan organik.
Biotik : produsen, konsumen (herbivora, karnivora,
omnivora,detritivora), dan dekomposer.

3
Fungsi Ekosistem :
Fungsi aliran energi dalam rantai makanan dan jaring-jaring makanan,
serta daur materi (siklus biogeokimia) dalam keberlangsungan ekosistem.

4. Tahapan Kegiatan
Buatlah rancangan kegiatan untuk keperluan mencapai tujuan
praktikum!
1) Susun urutan langkah-langkah untuk pengamatan komponen-
komponen ekosistem yang dipelajari, dengan urut-urutan sebagai
berikut:
a) Tetapkan ekosistem yang akan dipelajari!
b) Tetapkan data apa saja (baik biotik dan abiotik) yang akan
dikumpulkan dari lapangan!
c) Tetapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pengambilan
data!
d) Tetapkan cara pengambilan data!
e) Buat format tabel untuk merekam data hasil pengamatan!
2) Lakukanlah pengamatan lapangan sesuai dengan rancangan yang
telah disusun.
3) Dokumentasikan data yang didapat dan rekam dalam format tabel
yang telah dibuat!
4) Analisis dan sintesiskan data hasil pengamatan, dengan langkah-
langkah antara lain sebagai berikut :
a) Identifikasi macam-macam komponen penyusun ekosistem
yang telah dipelajari, baik komponen abiotik maupun biotik!
b) Klasifikasi seluruh komponen biotik yang teridentifikasi
menjadi kelompok-kelompok produsen, konsumen (herbivora,
karnivora, omnivora, detritivora) dan dekomposer berdasarkan
referensi!

4
c) Susunlah komponen-komponen biotik berdasarkan tingkatan
trofiknya sehingga menggambarkan rantai makanan atau
jaring-jaring makanan yang ada dalam ekosistem tersebut!
d) Buatlah interprestasi mengenai keseimbangan dan kestabilan
ekosistem berdasarkan komposisi komponen biotik yang
didapat dan bagan rantai makanan atau jaring-jaring makanan
yangtelah kalian susun!
Analisislah interaksi antara komponen abiotik dan biotik,
antarkomponen biotik, dan antarkomponen abiotik yang terjadi
dalam ekosistem tersebut!
5) Laporkan hasil semua kegiatan yang telah Anda lakukan dalam
bentuk laporan tertulis.
6) Buatlah ringkasan laporan tertulis itu dalam tampilan presentasi
Power Point, untuk dipresentasikan di depan kelas.

5
Kegiatan II

A. POKOK BAHASAN : ANALISIS VEGETASI


B. SUB POKOK : 1. Teknik plotting dengan menggunakan
BAHASAN “Quadrat Sampling Techniques”
2. Teknik plotless dengan menggunakan
“Point-Centered Quarter Techniques”
C. TUJUAN : 1. Menganalisis struktur vegetasi dan membuat
interpretasi fungsi komunitas tumbuhan pada
tegakan yang dipelajari.
2. Menganalisis tingkat keanekaragaman dalam
suatu komunitas yang dipelajari.
3. Menganalisis tingkat kesamaan dan perbedaan
di antara komunitas-komunitas yang dipelajari

A. “QUADRAT SAMPLING TECHNIQUES”

Alat :
1. Patok : 20 batang
2. Tali plastik (rafia) : 150 meter
3. Meteran panjang (roll meter) : 1 gulung
3. Pisau : 1 bilah
4. Kantong plastik bening 1 kg : 100 lembar
5. Kertas label : 100 lembar
6. Meteran gulung yang biasa : 1 buah (untuk mengukur keliling
digunakan oleh penjahit batang pohon)
7. Spidol permanen (kecil) : 1 buah
8. Kertas grafik (kertas milimeter) : 2 lembar
9. Pensil : 1 buah
10. Penggaris : 1 buah
11. Penghapus (jika diperlukan) : 1 buah
12. Alat dokumentasi gambar : 1 buah
(kamera)
13. Buku identifikasi tumbuhan : Weeds of Java, dll. (bisa pinjam di
perpustakaan kampus)

Alat-alat untuk data abiotik :


1. Thermometer : 1 buah
2. Hygrometer : 1 buah
3. Anemometer : 1 buah
4. Lux-meter : 1 buah
5. Soil tester : 1 buah

6
Cara kerja:
1. Menentukan lokasi studi lalu menentukan batas batas lokasi tersebut.
2. Menentukan luas minimal plot dan jumlah minimal plot.
3. Mengamati setiap plot dan mencatat data spesies.
4. Mencatat semua data yang diperlukan untuk melakukan penghitungan nilai
penting spesies, yaitu:
a. jenis-jenis tumbuhan per plot
b. jumlah individu setiap jenis tumbuhan dalam setiap plot,
c. luas penutupan (coverage) setiap jenis tumbuhan dalam setiap plot.
5. Jangan lupa untuk mengukur parameter edafik (kelembaban tanah, pH tanah)
dan klimatik (suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas
cahaya) di setiap plot pengamatan

Penjelasan:
1. Cara menentukan luas minimal plot
a. Tentukan lokasi yang paling representatif dari keseluruhan lokasi, sebagai
lokasi plot pertama. Dengan menggunakan pembatas (menggunakan tali
rafia), buatlah satu plot sampling dengan berukuran 2x2 meter persegi.
2meter

2 meter

b. Setelah plot pertama (2x2 meter persegi) diletakkan di lokasi yang paling
representatif, catat dan hitung jumlah seluruh spesies/jenis tumbuhan yang
berada dalam plot tersebut.
c. Tetap pada lokasi yang sama dan dengan tidak memindahkan plot pertama,
plot kedua didapatkan dengan mengambil luasan plot pertama yang
kemudian dikalikan dua. Luasan plot kedua adalah 2x4 meter persegi.
2meter

4meter

d. Catat dan hitung seluruh jumlah spesies tumbuhan yang ditemukan pada
plot kedua. Catat bila ada penambahan jenis.
e. Tetap pada lokasi yang sama dan dengan tidak memindahkan plot kedua,
plot ketiga didapatkan dengan mengambil luasan plot kedua kemudian
dikalikan dua. Luasan plot ketiga adalah 4x4 meter persegi.

4 meter

4 meter

7
f. Catat dan hitung seluruh spesies/jenis tumbuhan yang ditemukan pada plot
ketiga. Catat bila ada penambahan jenis.
g. Tetap pada lokasi yang sama dan dengan tidak memindahkan plot ketiga,
plot keempat didapatkan dengan mengambil luasan plot ketiga kemudian
dikalikan dua. Luasan plot ketiga adalah 4x8 meter persegi.

4 meter

8 meter

h. Catat dan hitung seluruh spesies/jenis tumbuhan yang ditemukan pada plot
keempat. Catat bila ada penambahan jenis.
i. Demikian, lakukan terus langkah seperti di atas dengan plot yang terus
diperbesar dua kali lipat sampai tidak ditemukan lagi penambahan spesies.
Jadi, luasan plot selanjutnya adalah 8x8, 8x16, 16x16 meter persegi, dan
seterusnya sampai tidak ada penambahan spesies baru atau penambahan
jenis sudah tidak berarti atau kurang dari 10 %.
j. Setelah tidak ditemukan lagi spesies baru pada penambahan luasan plot,
cukupkan penambahan luas lalu buatlah grafik penghitungan dari data
yang sudah didapat.
k. Buatlah grafik dengan sumbu X sebagai luas kuadrat sesuai penambahan
luasan plot yang dikerjakan, dan sumbu Y sebagai jumlah kumulatif
spesies.
l. Sebagai contoh data,
Luasan Jumlah Spesies
2
2 x 2 = 4m 3
2 x 4 = 8m2 8
2
4 x 4 = 16m 11
2
4 x 8 = 32m 13
8 x 8 = 64m2 16
Penambahan luas selanjutnya tetap mendapatkan 16 spesies

8
m. Buatlah kurva sesuai data yang sudah didapatkan dengan titik-titik acuan
(X,Y) menggunakan (luas plot, jumlah kumulatif spesies).

luas minimal
20
18
16
14
12
10
kurva
8
6
4
2
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63

n. Menentukan titik pada grafik tersebut, dengan titik 10% dari luasan
terbesar plot dan 10% jumlah kumulatif spesies. Dalam contoh grafik pada
poin (m), luasan plot yang sudah tidak ada penambahan jenis lagi adalah
64m2 (8 x 8 m2), sehingga 10% dari luasan terbesar plot adalah pada angka
6,4 pada sumbu X, sedangkan contoh jumlah kumulatif spesies pada plot
64m2 tersebut adalah 16 sehingga 10% dari jumlah kumulatif spesies
adalah pada angka1,6 pada sumbu Y.

luas minimal
20
18
16
14
12
10
kurva
8
6
4
1,6 2
0
0 3 6 6,4 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63

9
o. Membuat garis ordinasi antara titik nol mengarah ke titik 10% lalu
dilanjutkan terus memanjang.

luas minimal
20
18
16
14
12
10
kurva
8 Ordinat
6
4
1,6
2
0
0 3 66,4 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63

p. Membuat garis sejajar dengan garis ordinat sampai garis sejajar tersebut
berhimpitan dengan kurva di satu lokasi titik singgung.

luas minimal
20
18
16
14
12
Titik singgung
10
kurva
8 Ordinat
6 Garis
singgung
4
Ordinat
1,6
2
0
0 3 66,4 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63

10
q. Tarik garis lurus menurun dari titik singgung tersebut diproyeksikan ke
arah sumbu X,

luas minimal
20
18
16
14
12
10
kurva
8 Ordinat
6 Garis
singgung
4
Ordinat
1,6
2
0
0 3 66,4 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63
Luas plot minimal

r. Titik proyeksi pada sumbu X itulah yang menjadi luas plot minimal. Jika
titik proyeksi tersebut belum tepat pada angka, maka hasil luasan tersebut
dapat dibulatkan ke atas. Tampak pada grafik bahwa proyeksi garis luas
plot minimal ada pada sumbu X dengan nilai 13lebih sedikit. Luasan
tersebut dapat dibulatkan menjadi nilai 16, sehingga luas minimal plot
yang dipakai adalah 16m2 atau 4m x 4m. Bagaimana jika misalnya
ditemukan luas minimal plot 23m2? Jika Anda menemukan hal yang
seperti ini,maka gunakan angka di atasnya yang mempunyai akar
kuadrat,sehingga luas minimal plotnya menjadi 25m2 atau 5m x 5 m.
s. Maka telah didapatkan bahwa luas minimal plot untuk area tersebut adalah
16m2 dengan kuadrat 4 m x 4 m.

2. Cara menentukan jumlah minimal plot


Setelah menemukan luas plot minimum, maka berikutnya kita menentukan
jumlah plot minimum untuk area tersebut.
a. Buatlah kuadrat dengan luasan sesuai dengan luas minimum plot yang tadi
sudah didapatkan. Kuadrat yang digunakan adalah 4m x 4 m.
b. Catat setiap spesies tumbuhan yang ada di dalam kuadrat tersebut.
c. Lalu buatlah lagi kuadrat kedua tepat disebelahnya dengan luasan yang
sama.
d. Catat setiap ada penambahan spesies dalam kuadrat kedua tersebut.

11
e. Buatlah lagi kuadrat ketiga dan selanjutnya sesuai langkah pada (c dan d)
sampai tidak ditemukan lagi spesies baru.
f. Sebagai contoh data
Plot JumlahSpesies
1 2
2 8
3 12
4 13
5 14
6 15
7 15
8 16
Penambahan luas selanjutnya tetap mendapatkan 16 spesies

g. Membuat grafik atas dasar jumlah plot sebagai sumbu X dan jumlah
kumulatif spesies sebagai sumbu Y.

jumlah minimal
18
16
14
12
10
8 jumlah

6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

12
h. Setelah grafik terbentuk, lalu tentukanlah nilai 10% dari setiap sumbu.

jumlah minimal
18
16
14
12
10
8 jumlah

6
4
1,6
2
0
0,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

i. Lalu buat garis ordinat melewati titik 10 %.

jumlah minimal
18
16
14
12
10
8 jumlah

6 ordinat

4
1,6
2
0
0,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

13
j. membuat garis sejajar dengan garis ordinat.

jumlah minimal
18
16
14
12
10
8 jumlah

6 ordinat

4 garis
singgung
1,6
2
0
0,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

k. Tarik garis tepat pada singgungan garis sejajar ordinat dengan kurva ke
arah sumbu X (jumlah plot)

jumlah minimal
18
16
14
12
10
8 jumlah

6 ordinat

4 garis
singgung
1,6
2
0
0,8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

l. Proyeksi titik singgung tersebut pada sumbu X adalah hasil jumlah kuadrat
minimal. Tampak pada gambar titik proyeksi sumbu X berada pada 2 lebih
dan nyaris mencapai 3. Dari hasil tersebut maka jumlah minimum plot
adalah pembulatan keatas yaitu 3 plot.

14
3. Cara lain menentukan luas plot minimum dan jumlah plot minimum
berdasar beberapa literatur.
Para ahli ekologi membuat standar untuk pengambilan data vegetasi kaitannya
dengan luasan plot yang digunakan untuk menganalisis vegetasi. Strata
vegetasi tumbuhan dibagi menjadi 4 kelompok besar,yaitu: (1) lumut, (2) paku
dan herba, (3) semak dan perdu; dan (4) tegakan pohon. Masing-masing
kelompok tersebut dapat diambil datanya dengan menggunakan plot standar
yang sudah disepakati dan ditetapkan.
Kelompok vegetasi Luasan plot kuadrat (m2)
Lumut 1x1
Paku dan Herba 2 x 2 sampai maksimal di 4 x 4
Semak dan Perdu 4 x 4 sampai maksimal di 10 x 10
Tegakan pohon 10 x 10 sampai maksimal di 20 x 20
Dengan acuan ini, praktikan dapat langsung menggunakan plot tersebut sebagai
acuan pengambilan data vegetasi.
Sementara itu untuk acuan jumlah plot minimum maka hitungannya adalah
dengan menentukan luas area plot minimal 10% dari total luasan area yang
akan dianalisis. 10% dari total luasan area tersebut kemudian dibagi ke luasan
plot yang dipakai, maka itulah jumlah minimal plot yang perlu diambil dengan
pembulatan ke atas.
Semisal luasan total yang akan dianalisis vegetasinya adalah 10.000 m2, maka
minimal luas plot yang harus diambil adalah 10% dari 10.000 yaitu 1000m2.
Maka jika akan melakukan analisis vegetasi terkait dengan tegakan pohon, cara
menghitungnya adalah dengan:
10% luas total dibagi dengan luas kuadrat plot tegakan
1000m2 / (10x10) = 10, maka jumlah plot minimalnya adalah 10 plot dengan
luas minimal (10 x 10) 100m2.

Quadrat Sampling Technique. Pada pengambilan sampel terdapat beberapa


persyaratan agar pengambilan sampel tersebut dianggap cukup mewakili
kondisi vegetasi di area tersebut.
1. Area pengambilan sampel harus cukup besar untuk dapat menampung
semua jenis yang dimiliki komunitas.
2. Habitat harus seragam di dalam tegakan ini, sejauh kita dapat menentukan.
3. Penutupan tegakan harus sehomogen mungkin. Misalnya, dalam tegakan
hendaknya tidak terdapat tempat terbuka atau setengah dari tegakan
didominasi oleh satu jenis dan setengahnya lagi didominasi oleh jenis
lainnya.

15
4. Cara menghitung nilai penting spesies
Jumlah individu spesies ke−n
a. Densitas absolut spesies ke-n = Total Luasan Area plot

densitas absolut spesies ke−n


b. Densitas relatif spesies ke-n = Jumlah total densitas semua spesiesx 100%

luas area tertutup oleh spesies ke−n


c. Dominansi absolut spesies ke-n = Total Luasan Area plot

dominansi absolut spesies ke−n


d. Dominansi relatif spesies ke-n = jumlah dominansi seluruh spesies 100%

jumlah plot yang ditempati oleh spesies ke−n


e. Frekuensi absolut spesies ke-n = jumlah seluruh plot

frekuensi absolut spesies ke−n


f. Frekuensi relatif spesies ke-n = jumlah frekuensi seluruh spesies

g. Indeks Nilai penting = Densitas relatif + Dominansi relatif + Frekuensi


relative

h. Perbandingan Nilai Penting atau Summed Dominance ratio (SDR) =


Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang membentuknya dalam
hal ini = INP ∕ 3
Catatan : SDR perlu dihitung karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % ,
sehingga mudah untuk diinterpretasikan.

5. Cara Menghitung Indeks Keanekaraaman Jenis

a. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) :


n ni ni
H’ = ∑ ----- Ln ----- …………………………….………… (1)
i=1 N N
Keterangan :
H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
N = Jumlah individu dari seluruh jenis (total jumlah individu)
ni = Jumlah individu jenis ke i

b. Indeks kemerataan atau Evenness (E) sebagai berikut :


H’
E = -------- ………………………………………………………… (2)
Ln (S)

Keterangan :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S = jumlah jenis

16
c. Indeks kekayaan jenis (R1) sebagai berikut :
S-1
R1 = ---------- …………………………………………………… (3)
Ln(N)

Keterangan :
R1 = Indeks kekayaan jenis Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu

Kriteria indeks keanekaragaman dibagi dalam 3 kategori yaitu


H’<1 : Keanekaragaman jenis rendah,
1 < H’ < 3 : Keanekaraaman jenis sedang dan
H’ > 3 Keanekaragaman jenis tinggi.
Semakin besar H’ suatu komunitas maka semakin mantap
komunitas tersebut. Nilai H’ maksimal apabila semua jenis mempunyai
jumlah individu yang sama dan menunjukkan kelimpahan terdistribusi
secara merata atau sempurna. Sebaliknya semakin kecil nilai indeks
keanekaragaman (H’) maka indeks keseragaman (E) juga akan semakin
kecil, yang mengisyaratkan adanya dominansi suatu jenis terhadap jenis
yang lain. Kriteria indeks keseragaman (E) adalah:
E < 0,3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah,
E = 0,3 – 0,6 kemerataan jenis tergolong sedang dan
E > 0,6 menunjukkan kemerataan jenis tergolong tinggi.
Adapun kriteria indeks kekayaan jenis Margallef (R1) adalah:
R1 < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah,
3,5 ≤ R1 ≤ 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang dan
R1 ≥ 5,0 maka kekayaan jenis tergolong tinggi

17
6. Cara menghitung luas tutupan/ tajuk – kanopi.
a. Untuk menghitung luas tutupan, jika yang dihitung adalah jenis lumut atau
herba, maka pengukuran bisa dilakukan secara langsung. Berapa bagian
luasan yang ditutupi oleh satu spesies tertentu dapat langsung diukur dan
dihitung secara langsung.
b. Jika yang dihitung adalah semak dan pohon, maka yang terhitung luas
tutupan adalah refleksi daun/ dahan terluar dari semak atau pohon tersebut.
i. Cara menghitung kanopi dengan refleksi berbentuk bulat.
Jika kanopi berbentuk bulat maka menghitungnya adalah dengan
mencari jari-jari lingkaran kanopi pohon yang kemudian
diimplementasikan pada
22
Rumus luas lingkaran : x r2
7
ii. Cara menghitung kanopi yang tidak berbentuk bulat
Dari kanopi pohon yang tidak berbentuk bulat, tentukan terlebih dahulu
diameter kanopi terpanjang (D1) dan juga diameter terpendeknya (D2).
Setelah mendapatkan D1 dan D2nya kemudian luas penutupannya
dapat ditentukan dengan rumus berikut:
22
Rumus penutupan kanopi = X {(D1 + D2) /4}2
7

18
B. “ POINT-CENTERED QUARTER TECHNIQUES”

ALAT :
1. Kompas 1 buah
2. Patok 20 buah
3. Meteran panjang / roll meter 1 buah
4. Meteran / roll meterlogamatau 1 buah
meteran yang biasa digunakan oleh
penjahit
5. Alat-alat untuk data abiotik :
a. Thermometer 1 buah
b. Hygrometer 1 buah
c. Anemometer 1 buah
d. Lux-meter 1 buah
e. Soil tester 1 buah

CARA KERJA :
1. Menentukan lokasi studi dan menentukan batas-batasnya.
2. Membuat arah garis pertama yang arahnya disesuaikan dengan arah
kompas (garis ini yang sering disebut sebagai compass line).

Utara

Compass line (garis pertama)

19
3. Menentukan jarak antar titik (point), sepanjang garis pertama. Jarak
antar titik ditentukan dengan syarat tidak ada pohon yang terhitung
ulang pada saat sampling. Dalam praktikum ini jarak antar titik yang
digunakan adalah 5 meter.

Jarak antar point

point

Compass line (garis pertama)


4. Membuat garis kedua yang arahnya tegak lurus dengan garis pertama
dan karena perpotongan kedua garis tersebut masing-masing daerah di
sekitar point terbagi menjadi 4 quarter/ kuadran.

I II
Garis kedua

III IV

I II

III IV

20
5. Menentukan / memilih point / titik yang diprioritaskan untuk diamati
terlebih dahulu. Ingat jumlah point yang dibutuhkan disesuaikan
dengan jumlah minimal plot yang dibutuhkan dalam teknik kuadrat.
Jumlah minimal plot yang dibutuhkan belum diketahui karena sedang
dicari prioritas pada titik-titik tertentu, alasannya apabila tidak perlu
penambahan titik lagi (sesuai dengan kebutuhan titik minimal), titik-
titik yang diprioritaskan yang telah diamati, sudah dapat mewakili
keseluruhan tegakan.

6. Mengukur jarak pohon yang memiliki diameter 1 cm atau lebih, yang


terdekat dengan point center pada setiap kuadran. Ingat, hanya satu
pohon yang diukur jaraknya untuk setiap kuadran, yaitu yang terdekat
dari point center!

I II
Jarak pohon terdekat

III IV
pohon

I II

III IV

21
7. Mencatat nama spesies dan mengukur diameter pohon atau lingkaran
pohon setinggi dada yang dipilih (terdekat dengan point center), serta
mengukur luas penutupan tajuk/kanopinya.
Catatan :
Cara pengukuran luas penutupan tajuk/kanopi sama dengan rumus luas
penutupan kanopi pada halaman sebelumnya.
8. Jangan lupa untuk mengukur parameter faktor edafik dan klimatik
untuk setiap titik (point center)
9. Mencari nilai penting masing-masing spesies pada setiap tegakan.
Selanjutnya menetapkan kedudukan masing-masing spesies untuk
menentukan struktur trofik diantara komponen-komponen vegetasi lain
(spesies lain) pada level produsen.

Catatan:
Klasifikasi tinggi pohon:

Klasifikasi berdasarkan ukuran, misalnya diameter setinggi dada dan tinggi


pohon, seperti dalam hutan alam produksi pada HPH sebagai berikut :
a. Semai , tinggi sampai 1,5 cm
b. Pancang / sapihan tinggi > 1,5 m sampai diameter < 10 cm
c. Tiang diameter 10 sampai dengan 19 cm
d. Pohon inti, diameter 20 cm sampai 49 cm
e. Pohon besar, diameter > 50 cm

22
Cara menentukan nilai penting dalam point-centered quarter techniques:
1. Tetapkan jarak rata-rata antar pohon (dalam hal ini digunakan jarak
antara pohon dan point), yang selanjutnya dikenal D = Mean Distance.

TOTAL JARAK POHON DARI SELURUH PENGUKURAN


𝐷= JUMLAH SELURUH 𝑄𝑈𝐴𝑅𝑇𝐸𝑅

2. Densitas absolut seluruh spesies dalam luas area tertentu. Hal ini
berarti jumlah pohon seluruh spesies dalam luas area tertentu. Bila
digunakan luas area = 100 meter persegi, maka :

100
Densitas absolut seluruh spesies tiap 100 m2 = ............... (A)

3. Tetapkan jumlah pohon masing-masing spesies setiap quarter.

JUMLAH POHON SPESIES YBS PADA SELURUH 𝑄𝑈𝐴𝑅𝑇𝐸𝑅


= ................ (B)
JUMLAH SELURUH 𝑄𝑈𝐴𝑅𝑇𝐸𝑅

4. Densitas absolut spesies ybs. (ini berarti jumlah pohon spesies ybs
setiap luas area 100 meter persegi).

JUMLAH POHON SPESIES ybs PADA SELURUH 𝑄𝑈𝐴𝑅𝑇𝐸𝑅 Densitas


= x seluruh spesies
JUMLAH SELURUH 𝑄𝑈𝐴𝑅𝑇𝐸𝑅
tiap 100 m2
Atau......................(B)............................x..................(A).........................
Densitas relatif spesies ybs :

DENSITAS ABSOLUT SPESIES ybs


= TOTAL DENSITAS ABSOLUT SELURUH SPESIES x 100 %

23
5. Dominansi absolut spesies ybs
a : rata-rata basal area spesies ybs x densitas absolut spesies ybs
b : rata-rata luas penutupan spesies ybs x densitas absolut spesies ybs
Catatan: Basal area diperoleh dengan menghitung ukuran luas pohon
(╥ r 2) dari hasil pengukuran diameter pohon atau lingkaran pohon
setinggi dada
Dominansi relatif spesies ybs :

DOMINASI ABSOLUT SPESIES ybs


= x 100 %
TOTAL DOMINASI ABSOLUT SELURUH SPESIES

6. Frekuensi absolut spesies ybs :

JUMLAH POINT YANG ADA SPESIES ybs


= x 100 %
SELURUH POINT

7. Frekuensi Relatif = (Frekuensi absolut spesies ybs/total frekuensi


absolut seluruh spesies) x 100 %
8. Indeks Nilai penting (INP) = densitas relatif + dominansi relatif +
frekuensi relatif
9. Perbandingan Nilai Penting (SDR) Summed Dominance ratio = Indeks
Nilai Penting dibagi dengan besaran yang membentuknya, dalam hal
ini = INP ∕ 3.

24
Kegiatan III

1. Pokok Bahasan : DISTRIBUSI POPULASI TUMBUHAN


2. Tujuan
A. Mempelajari pola distribusi populasi tumbuhan.
B. Mengungkap latar belakang penyebab terjadinya suatu pola distribusi
tumbuhan.
3. Dasar Teori
Populasi organisme sebagai suatu unit organisasi kehidupan memiliki
karakter khusus, salah satunya adalah dari sisi distribusi (persebaran)-nya.
Ada tiga pola distribusi tumbuhan yaitu pola distribusi: acak (random),
merata (seragam), dan berkelompok (clumped). Salah satu metode yang
digunakan untuk mempelajari pola distribusi tumbuhan adalah dengan
membuat pemetaan. Dari hasil pemetaan dilakukan penetapan/pemilihan plot
sampel pengamatan. Pada masing-masing sampel dilakukan pengamatan
mengenai densitas, serta frekuensi keberadaannya diantara plot-plot yang
diamati. Untuk mengetahui pola distribusi, dapat dilakukan dengan
menghitung Indeks Morisita. Jika hasil penghitungan (<1 berarti pola
distribusinya : merata/seragam), (=1 berarti distribusinya acak/random), dan
(>1 berarti distribusinya berkelompok/clumped).
4. Tahapan Kegiatan
Buatlah rancangan kegiatan untuk keperluan mencapai tujuan
praktikum ini!
1) Susun urutan langkah-langkah untuk pengamatan densitas (kerapatan)
populasi tumbuh-tumbuhan yang Anda pelajari!
a. Pilih jenis tumbuhan yang akan Anda pelajari. Catatan: sebaiknya pilih
macam tumbuhan yang berukuran kecil, seperti herba atau rumput-
rumputan. Hal itu mengingat terbatasnya luas area studi. Bila dipilih
tumbuhan pohon, maka akan dibutuhkan area studi yang sangat luas.
b. Tetapkan lokasi/ areal yang akan dipelajari “distribusi tumbuhan” nya!
c. Buatlah peta mengenai areal/ lokasi yang anda studi!

25
d. Tetapkan cara mengambil sampel! (minimal 40 sampel).
e. Tetapkan alat dan bahan yang diperlukan!
f. Tetapkan data apa saja (baik biotik maupun abiotik) yang akan
dikumpulkan dari lapangan, yaitu meliputi:
1. Data yang berkaitan dengan densitas.
2. Data yang berkaitan dengan ciri bawaan masing-masing populasi
(bila yang dipelajari lebih dari 1 jenis tumbuhan).
3. Data yang berkaitan dengan kondisi lingkungan. Pilih faktor-faktor
lingkungan yang erat kaitannya dengan distribusi tumbuhan yang
Anda pilih sebagai objek studi.
g. Buat format tabel untuk merekam data (hasil pengamatan) baik biotik
maupun abiotik, yaitu tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan
densitas, frekuensi, ciri bawaan masing-masing jenis organisme, dan
komponen lingkungan yang dipelajari.
2) Lakukan pengamatan lapangan sesuai dengan rancangan yang telah Anda
susun tersebut!
3) Pembahasan di kelas
a. Analisis dan sintesiskan data hasil pengamatan, dengan langkah-
langkah antara lain sebagai berikut :
1. Hitung masing-masing nilai : rata-rata densitas (kerapatan), dan
frekuensi, masing-masing jenis organisme yang Anda pelajari!
2. Distribusi populasi dapat dilihat dengan menggunakan Index
Morisita :

Keterangan:
n = jumlah plot contoh
x = jumlah individu yang ditemukan pada setiap plot

26
3. Kaitkan pola distribusi masing-masing organisme yang Anda pelajari
dengan ciri bawaan dan faktor lingkungan, untuk menunjukkan
keterkaitan antara distribusi organisme yang Anda pelajari tersebut
dengan latar belakang penyebabnya!
4. Laporkan hasil semua kegiatan yang telah Anda lakukan dalam
bentuk laporan tertulis.
5. Buatlah ringkasan laporan tertulis itu dalam format Power Point,
untuk dipresentasikan di depan kelas (bila waktu memungkinkan).

27
Kegiatan IV

1. Pokok Bahasan : HABITAT PERAIRAN (AKUATIK) DAN DARATAN


(TERESTRIAL)
2. Tujuan
A. Mengenal jenis-jenis organisme pada habitat tertentu.
B. Mengenal relung ekologi (nisia=niche) suatu jenis organisme tertentu.
3. Dasar Teori
Masing-masing jenis organisme memiliki tempat hidupnya sendiri-
sendiri. Tempat hidup suatu jenis organisme, atau tempat di mana dapat
ditemukan organisme tersebut, dinamakan habitat. Habitat dapat diartikan
sebagai tempat hidup atau alamat suatu jenis makhluk hidup. Misalnya : ikan
mujahir hidup pada habitat perairan (akuatik), dan harimau hidup pada habitat
darat (terestrial). Walaupun sesungguhnya masih dapat lebih dipersempit lagi
misal ikan mujahir hidup pada habitat perairan air tawar.
Pada suatu habitat dapat dihuni atau ditempati oleh berbagai jenis
organisme. Namun, masing-masing jenis organisme tersebut memiliki fungsi
ekologi yang berbeda satu dengan lainnya. Misalnya, antara burung elang
dengan burung hantu besar. Kedua jenis burung tersebut memiliki habitat
yang sama yaitu sebagian besar waktu hidupnya berada pada puncak pohon
yang tinggi. Keduanya sebagai hewan karnivora. Namun untuk menghindari/
mengurangi tumpang tindih (overlapping) fungsi ekologi mereka
memisahkan diri, burung elang melakukan fungsi mencari makan pada siang
hari dan burung hantu besar mencari makan di malam hari. Fungsi ekologi
berkaitan dengan kebutuhan hidup organisme. Misalnya : jenis makanan;
kondisi lingkungan seperti : suhu, pH, kelembaban (udara atau tanah sesuai
dengan habitat masing-masing organismenya). Fungsi ekologi suatu
organisme, dinamakan relung ekologi (nisia=niche).

28
4. Tahapan Kegiatan
A. Buatlah rancangan kegiatan untuk keperluan mencapai tujuan
praktikum nomor 1!
1) Susun urutan langkah-langkah untuk mengidentifikasi jenis
organisme yang hidup pada habitat yang Anda akan pelajari!.
a. Menetapkan habitat kehidupan yang akan dipelajari (habitat
darat atau perairan).
b. Menetapkan langkah-langkah untuk mengidentifikasi jenis
kehidupan apa saja yang hidup pada habitat yang Anda pelajari.
c. Susunlah format tabulasi data (informasi hasil pengamatan)!
B. Buatlah rancangan kegiatan untuk keperluan mencapai tujuan
praktikum nomor 2!
(Tunjuk/ pilih, beberapa jenis organisme di antara organisme-organisme
yang ditemukan pada habitat yang sedang dipelajari)!. Minimal 2 jenis.
1. Susun urutan langkah-langkah untuk mengidentifikasi nisia
beberapa jenis organisme yang telah Anda tunjuk yang hidup pada
habitat yang Anda pelajari!
a. Tetapkan komponen lingkungan apa saja yang Anda pelajari
sebagai parameter nisia bagi jenis organisme yang Anda tunjuk!
Contoh : ukuran makanan, pH air (bagi kehidupan akuatik), suhu
udara (bagi kehidupan terestrial), dan sebagainya.
b. Gejala-gejala apa saja yang akan diamati (gejala pada objek yang
dipelajari, yaitu gejala-gejala yang ada pada jenis organisme yang
Anda pelajari)?
c. Susunlah format tabulasi data (informasi hasil pengamatan).
C. Lakukanlah pengamatan lapangan sesuai dengan rancangan yang
telah disusun (pada butir huruf A dan B).

29
D. Pembahasan di kelas
1. Analisis dan sintesiskan data hasil pengamatan, dengan langkah-
langkah antara lain sebagai berikut :
a. Identifikasi jenis-jenis organisme yang telah Anda temukan pada
habitat yang Anda pelajari!
b. Deskripsikan nisia jenis-jenis organisme yang Anda pelajari pada
habitat yang Anda amati!
c. Buatlah peta nisia organisme yang Anda pelajari (misalnya dalam
bentuk gambaran perspektif sumbu x, y dan z), agar jelas posisi
masing-masing nisia antara satu jenis organisme dengan lainnya!
E. Laporkan hasil semua kegiatan yang telah Anda lakukan dalam
bentuk laporan tertulis.
F. Buatlah ringkasan laporan tertulis itu dalam format Power Point,
untuk dipresentasikan di depan kelas (bila waktu memungkinkan).
G. Contoh relung ekologi di habitat perairan

Gambar 1. Contoh Relung Ekologi di Habitat Perairan


Sumber: https://www.slideshare.net/dwihartono_62/buku-x-bab-10

30
Kegiatan V

1. Pokok Bahasan : PERKEMBANGAN EKOSISTEM (Suksesi Protozoa


dalam Sistem Buatan di Laboratorium)
2. Tujuan :
Mempelajari suksesi (perubahan komunitas) protozoa pada suatu sistem
buatan di laboratorium.
3. Dasar Teori
Komunitas biotik suatu ekosistem tidak akan tetap sepanjang masa,
akan mengalami perubahan. Perubahan komunitas biotik suatu ekosistem
berkait dengan perubahan komponen abiotiknya. Ekosistem alami yang tidak
mendapat gangguan, komunitas biotiknya akan berubah menuju pada kondisi
yang stabil, dengan keseimbangan yang mantab. Perkembangan suatu
komunitas biotik dari kondisi yang kurang mantab menuju ke kondisi yang
mantap disebut suksesi. Suksesi merupakan sederetan tahapan perubahan
progresif dari tahapan pelopor/perintis menuju ke tahapan klimaks.
4. Tahapan Kegiatan
A. Menyiapkan Biakan Protozoa.
1. Menyiapkan Media Biakan Protozoa.
Alat dan Bahan :
 Gelas ukur 500 ml 1 buah
 Pipet 1 buah
 Kompor 1 buah
 Corong 1 buah
 Mikroskop 1 buah
 Timbangan 1 buah
 Pengaduk 1 buah
 Akuarium kecil 1 buah
 DO meter 1 buah
 Termometer 1 buah

31
 pH meter 1 buah
 Sedgwick-Rafter
 Gelas preparat dan gelas penutup
 Kain tipis
 Jerami
 Lumpur kolam
 Kapas
 Aquadest

Cara Kerja:
1. Pembuatan media pertumbuhan protozoa
a. Masukkan 50 gram jerami yang sudah dipotong-potong ke dalam
2 liter air bersih dan didihkan selama 15 menit!
b. Saring air yang telah didihkan tersebut secara bertingkat!
 Saringan pertama dengan menggunakan kain tipis yang
dirangkap.
 Saringan kedua, menggunakan kapas yang ditaruh pada
corong.
c. Air tersaring dicampur dengan aquadest hingga mencapai 3 liter.

2. Menginokulasikan biakan protozoa ke dalam media.


a. Ambil 200 ml media yang telah dibuat tadi, masukkan ke dalam
akuarium kecil atau gelas Juice∕gelas aqua, kemudian
inokulasikan protozoa dengan cara memasukkan lumpur kolam 5
gram ke dalamnya dan aduk hingga merata! Tutup, jangan terlalu
rapat sehingga masih dimungkinkan terjadi pertukaran udara
antara udara dalam wadah dan udara luar!
b. Buatlah ulangan seperti poin (a) sebanyak 20 kali, berilah label
pada masing-masing botolnya, hari pengamatan 1, 2, 3 dan
seterusnya s.d 20!
c. Simpan pada ruang dengan suhu kamar (sekitar 25-30⁰C).

32
B. Melakukan Pengamatan Komunitas Protozoa
1. Pengamatan dilakukan setiap hari sekali, selama 20 hari. Hari
melakukan inokulasi protozoa disebut hari ke-0 (nol). Akuarium/ gelas
juice 1 untuk mengamati hari ke-0, akuarium/ gelas juice 2 untuk
mengamati hari ke-1, akuarium/ gelas juice 3 untuk mengamati hari ke-
2, dan seterusnya sampai akuarium/ gelas juice 20 untuk mengamati
hari ke-19.
2. Setiap pengamatan, lakukan cara sebagai berikut :
a. Mula-mula media diaduk perlahan-lahan.
b. Ambil 2 tetes (hindari terikut serta detritusnya),
c. Teteskan pada gelas preparat (deg glass) tutup dengan gelas
penutup (cover glass), upayakan jangan sampai terjadi gelembung
undara antara deg glass dengan cover glass.
d. Amati dengan mikroskop, mula-mula perbesaran lemah, kemudian
perbesaran kuat. Bila dijumpai mikroorganisme terlalu padat,
encerkan kembali. Amati dan catat macam-macam protozoa (bila
perlu sampai dengan jenis = spesies) yang teramati pada bidang
pandang mikroskop, serta hitung jumlah individu masing-masing
jenis.
e. Ulangi pengamatan 2-3 kali, setiap hari pengamatan.
f. Ukur pula faktor lingkungan (dalam media), misalnya pH, suhu,dan
DO.

33
3. Tabel hasil pengamatan
Hari Bentuk Nama Jumlah Individu Kondisi
ke- : (Gambar) (Jenis) Lingkungan
Ulangan ke- Rerata pH DO Suhu

1.

2.

3.

4.

5.

6.

34
7.

8.

9.

10.

Dst.

35
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Reece, Jane B. (2011). Campbell Biology. Pearson Education.


New York. USA.

Mueller. D – Dombois, Ellenbergh H. (2013). Buku terjemahan. Ekologi Vegetasi,


Tujuan dan Metode. (Diterjemahkan Oleh : Kuswata Kartawinata dan
Rochadi Abdulhadi). Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan LIPI Press.
Jakarta. Indonesia.

Odum, E. P. (1996). Dasar-dasar Ekologi edisi Ketiga. (Terjemahan Ir. Tjahjono


Samingan, MSc.) Georgia: Saunders College Publishing. (buku asli
diterbitkan tahun 1971)

Tukirin Partomihardjo. (2014). Jenis-jenis Pohon Penting di Hutan Nusakambangan.


LIPI Press. Jakarta.

Dwi Hartono. (2007). Ekosistem. https://www.slideshare.net/dwihartono_62/buku-x-


bab-10. (diakses tanggal 1 November 2017)

36

Anda mungkin juga menyukai