Anda di halaman 1dari 6

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM

I. Definisi Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realistas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien. Waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus
luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tidak realistik, tidak logis,
menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh penderita, tidak dapat dikoreksi,
dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata, penderita hidup dalam wahamnya itu,
keadaan atau hal yang diyakini itu bukan merupakan bagian sosiokultural setempat.
(Zukna & Lisiswanti, 2017)

II. Tanda dan Gejala Waham


Data Subyektif Data Objektif
 klien mengatakan sebagai orang hebat  marah-marah tanpa sebab
 klien mengatakan memiliki kekuatan  banyak kata (logorrhoe)
luar biasa  menyendiri
 klien merasa sudah mati  sirkumtasial

 klien merasa sakit/rusak organ tubuh  mudah tersinggung

 klien merasa diancam/diguna-guna  sangat waspada

 klien merasa curiga  tidak tepat menilai lingkungan atau


realitas
 klien merasa orang lain menjauh
 merusak
 klien merasa tidak ada yang mau
mengerti

III. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu

IV. Klasifikasi Waham


No. Jenis Waham Pengertian Contoh
1. Waham Kebesaran Meyakini bahwa ia memiliki “ saya ini pejabat di
kebesaran atau kekuasaan departemen kesehatan
khusus, di ucapkan berulang loh.” Atau “ saya punya
kali tetapi tidak sesuai tambang emas”.
kenyataan
2. Waham Curiga Meyakin bahwa ada “ saya tahu anda ingin
seseorang atau kelompok menghancurkan hidup
yang berusaha saya karena iri dengan
merugikan/mencederai kesuksesan saya”.
dirinya, di ucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai
3. Waham Agama Memiliki keyakinan terhadao “ kalau saya mau masuk
suatu agam secara berlebihan, surge saya harus
di ucapkan berulang kali menggunakan pakaian
tetapi tidak sesuai kenyataan. putih setiap hari”.
4. Waham Somatik Meyakini bahwa tubuh atau “ saya sakit kanker”.
bagian tubuhnya terganggu Setelah pemeriksaan
atau terserang penyakit, di laboratorium tidak
ucapkan berulang kali tetapi ditumakan tanda-tanda
tidak sesuai kenyataan. kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
5. Waham Nihilistik Meyakini bahwa dirinya “ Inikan alam kubur ya,
sudah tidak ada di dunia atau semua yang ada disini
meninggal, di ucapkan adalah roh-roh”.
berulang kali tetapi tidak
kenyataan

V. Pohon Masalah
Risiko kerusakan komunikasi verbal

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah,


kronis

VI. Pengkajian
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham, yaitu pasien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan, atau kekayaan luar
biasa, serta pasien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok
orang. Selain itu, pasien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang
lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis,
suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, dan gelisah.
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) beberapa hal yang harus dikaji antara lain sebagai
berikut.
1. Status mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal, kecuali
bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas diri
dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya kualitas
depresi ringan.
f. Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap kecuali
pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien kemungkinan
ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi (Kaplan dan Sadock, 1997)
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang memiliki
waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
c. Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
d. Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang direncanakan.

VII. Diagnosis Keperawatan


1. Risiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.

VIII. Intervensi Keperawatan


Tindakan Keperawatan untuk Pasien :
1. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar.

2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realitas.
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah.
1) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
2) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
3) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
4) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
5) Melatih minum obat yang benar

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga :


1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal.
2. Tindakan
a. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang hal berikut.
1) Cara merawat pasien waham di rumah.
2) Follow up dan keteraturan pengobatan.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat).
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
(Yusuf, PK, & Nihayati, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
BAKKJ.indb, 112-117.

Zukna, N. A., & Lisiswanti, R. (2017). Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre.
Medula Unila, 38-42.

Anda mungkin juga menyukai