Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyuluhan kehutanan memiliki kegiatan yang tertentu agar tujuan yang
diinginkannya (perbaikan-perbaikan teknologi, cara kerja dan tingkat kehidupan
masyarakat tani hutan) dapat tercapai. Kegiatan itu harus dilaksanakan secara
teratur dan terarah, sehingga masyarakat tani hutan dapat menolong dirinya
sendiri mengubah dan memperbaiki tingkat pemikiran, tingkat kerja dan tingkat
kesejahteraan hidupnya. Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab setiap
penyuluh kehutanan adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam arti mengubah
perilaku masyarakat sasaran agar tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi demi
tercapainya perbaikan mutu hidupnya.
Dalam hubungan ini, perlu diingat bahwa sasaran penyuluhan sangatlah
beragam, baik mengenai karakteristik individunya, beragam lingkungan fisik dan
sosialnya dan beragam pula kebutuhan-kebutuhannya, motivasi, serta tujuan yang
diinginkannya. Dengan demikian, tidak ada satu metode yang selalu untuk
diterapkan dalam setiap kegiatan penyuluhan kehutanan. Karena itulah dalam
melakukan penyuluhan kehutanan harus senantiasa dipikirkan metode yang akan
digunakan, bahkan dalam kondisi tertentu kegiatan penyuluhan kehutanan harus
dilaksanakan dengan menerapkan beragam metode sekaligus yang saling
menunjang dan melengkapi.
Karena itu, dalam setiap pelaksanaan penyuluhan kehutanan, penyuluh
kehutanan harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan kehutanan
yang paling baik sebagai salah satu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan
penyuluhan kehutanan yang dilaksanakannya.

B. Tujuan dan Kegunaan Pemilihan Metode penyuluhan Kehutanan


1. Tujuan
1) Agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode atau
kombinasi beberapa metode yang tepat dan berhasil guna,
2) Agar kegiatan penyuluhan kehutanan yang dilaksanakan untuk
menimbulkan perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku
yang dapat berdaya guna dan berhasil guna.

2. Kegunaan
Pemilihan metode penyuluhan kehutanan diharapkan mampu
mengembangkan daya nalar masyarakat sehingga menghasilkan
masyarakat yang dengan upayanya sendiri dapat mengatasi masalah-
masalah yang dihadapinya dalam memanfaatkan hutan, serta mampu
mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan
peluang yang diketahuinya untuk terus-menerus dapat memperbaiki
mutu hidupnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metode penyuluhan dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian


materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada masyrakat baik secara langsung
maupun tidak langsung, agar mereka tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi
(teknologi baru). Umumnya pesan terdiri dari sejumlah simbol dan isi pesan inilah
yang memperoleh perlakuan. Bentuk perlakuan tersebut memilih, menata,
menyederhanakan, menyajikan dll. Dilain pihak simbol dapat diartikan kode-kode
yang digunakan pada pesan. Simbol yang mudah diamati dan paling banyak
digunakan yaitu bahasa. Keputusan-keputusan yang dibuat oleh penyuluh atau
sumber untuk memilih serta menata isi pesan dan simbol yang digunakan pada
pesan dapat dikatakan teknik penyuluhan. Dilain pihak kegiatan penyuluhn ini
terlibat dalam proses belajar mengajar karena penyuluhan termasuk dalam sistem
pendidikan non formal. Sesuai dengan tujuan, proses belajar mengajar dalam
penyuluhan menghendaki retensi yang tinggi atau efek yang maksimal. Untuk
memperoleh retensi yang tinggi setiap audien memerlukan belajar yang berulang
Metode penyuluhan kehutanan merupakan cara penyampaian materi
penyuluhan kehutanan kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau
dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi
lingkungan hidup.
Metode penyuluhan kehutanan erat kaitannya dengan metode belajar oranag
dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai
pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran
penyuluhan yang biasanya adalah para masyarakat menengah kebawah. Menurut
Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan
penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan
oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses
belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang
penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena
dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah
ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan
terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan
khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode
penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu
diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak
dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan
metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan,
kelompok, dan massal.

Salah satu tugas yang mejadi tanggung jawab setiap penyuluh kehutanan
adalah mengkomunikasikan inovasi, dalam arti mengubah perilaku masyarakat
sasaran agar tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi demi tercapainya
perbaikan mutu hidupnya.
Sasaran penyuluhan kehutanan sangatlah beragam. Baik beragam mengenai
karakterisk individunya, beragam fisik dan sosialnya, dan beragam pula
kebutuhan-kebutuhannya, motivasi, serta tujuan yang diinginkannya.
Prinsip-prinsip Metoda Penyuluhan Satu hal yang harus diperhatikan oleh
setiap penyuluh sebelum menerapkan suatu metoda penyuluhan adalah, perlu
memahami prinsip-prinsip metoda penyuluhan, yang dapat dijadikannya sebagai
landasan untuk memilih metoda yang tepat.
Ragam metode penyuluhan kehutanan dapat dibedakan menurut ; media
yang digunakan, hubungan penyuluh dan sasaran serta pendekatan psikologi yang
dilakukan penyuluhnya. Ragam metode penyuluhan kehutanan cukup banyak,
tinggal bagaimana seorang penyuluh kehutanan dapat menganalisis masalah yang
dihadapi masyarakat tani hutan, kondisi sosial ekonominya dan masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan oleh masyarakat.
Dalam hubungan ini, perlu diingat bahwa sasaran penyuluh sangatlah
beragam, baik mengenai karakteristik individunya, beragam lingkungan fisik dan
sosialnya dan beragam pula kebutuhan-kebutuhannya, motivasi, serta tujuan yang
diinginkannya. Dengan demikian, tidak ada satu metode yang selalu untuk
diterapkan dalam setiap kegiatan penyuluhan kehutanan. Karena itu, dalam setiap
pelaksanaan penyuluhan kehutanan, penyuluh kehutanan harus memahami dan
mampu memilih metode penyuluhan kehutanan yang paling baik sebagai salah
satu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan kehutanan yang
dilaksanakannya. Kang dan Song (1984) menyatakan tentang tidak adanya
satupun metoda yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan
penyuluhan kehutanan. Bahkan menurutnya, dalam banyak kasus, kegiatan
penyuluhan kehutanan harus dilaksanakan dengan menerapkan beragam metoda
sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi.

Karena itu, di dalam setiap pelaksanaan penyuluhan kehutanan, setiap penyuluh


harus memahami dan mampu memilih metoda penyuluhan yang paling baik
sebagai suatu “cara yang terpilih” untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang
dilaksanakannya (Soesmono, 1975).
BAB III
PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP METODE PENYULUHAN KEHUTANAN


Satu hal yang harus diperhatikan oleh setiap penyuluh kehutanan
sebelum menerapkan suatu metode penyuluhan adalah, ia perlu memahami
prinsip-prinsip metode penyuluhan kehutanan yang dapat dijadikannya
sebagai landasan memilih metode yang tepat.

Beberapa prinsip metode penyuluhan kehutanan yang perlu diperhatikan


oleh seorang penyuluh kehutanan adalah :

a. Pengembangan untuk berfikir kreatif


Melalui penyuluhan kehutanan, bukanlah dimaksudkan agar
masyarakat sasaran selalu menggantungkan diri kepada petunjuk,
nasehat, atau bimbingan penyuluhnya. Tetapi sebaliknya, melalui
penyuluhan harus mampu dihasilkan masyarakat tani hutan yang dengan
upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam
memanfaatkan hutan, serta mampu mengembangkan kreativitasnya
untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya
untuk terus-menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya.

Karena itu, pada setiap kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh harus


mampu memilih metode yang sejauh mungkin dapat mengembangkan
daya nalar dan kreativitas masyarakat sasarannya.

b.Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan sasaran


Dapat dipastikan bahwa, setiap individu sangat mencintai profesinya,
karena itu tidak suka diganggu (untuk meninggalkan kegiatan rutinnya)
serta selalu berperilaku sesuai dengan pengalamannya sendiri dan
kenyataan-kenyataan yang dihadapi sehari-hari.
Oleh sebab itu, dalam banyak kasus kegiatan penyuluhan kehutanan
sebaiknya dilaksanakan dengan menerapkan metode-metode yang dapat
dilaksanakan dilingkungan pekerjaan (kegiatan) sasarannya. Hal tersebut
dimaksudkan agar:

1) Tidak mengganggu (menyita waktu) kegiatan rutinnya.


2) Penyuluhan kehutanan dapat memahami betul keadaan sasaran,
termasuk masalah-masalah yang dihadapi dan potensi serta peluang
yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan mutu hidup mereka.
3) Kepada sasaran dapat ditunjukkan contoh-contoh nyata tentang
masalah dan potensi serta peluang yang dapat ditemukan di
lingkungan pekerjaannya sendiri, sehingga mudah dipahami dan
diresapi serta diingat oleh petani.
c. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya.
Sebagai makhluk sosial, setiap individu akan selalu berperilaku sesuai
dengan kondisi lingkungan sosialnya, setidak-tidaknya akan selalu
berusaha menyesuaikan diri dengan perilaku orang-orang disekitarnya.

Karena itu, kegiatan penyuluhan kehutanan akan lebih efisien jika


diterapkan hanya kepada warga masyarakat tani hutan, terutama yang
diakui oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.

d.Ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran


Kegiatan penyuluhan adalah upaya mengubah perilaku orang lain secara
persuasif dengan menerapkan sistem pendidikan. Hubungan pribadi
yang akrab antara penyuluh dengan sasarannya, akan memperlancar
kegiatan penyuluhan itu sendiri.

Keakraban hubungan antara penyuluh dan sasaran ini menjadi sangat


penting, karena dengan keakraban ini akan tercipta suatu keterbukaan
mengemukakan masalah dan menyampaikan pendapat. Disamping itu,
saran-saran yang disampaikan penyuluh kehutanan dapat diterima
dengan senang hati seperti layaknya saran seorang sahabat tanpa ada
prasangka atau merasa dipaksa.

e. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan


Kegiatan penyuluhan adalah upaya untuk mengubah perilaku sasaran,
baik pengetahuan, sikapnya atau keterampilannya. Dengan demikian,
metode yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu
siap (dalam arti sikap dan fikiran) dengan suka hati atas kesadaran
ataupun pertimbangan nalarnya sendiri melakukan perubahan-perubahan
demi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarga dan masyarakatnya.

B.Jenis-Jenis Metode Penyuluhan

Totok Mardikanto (1985) telah merangkum beragam metoda yang dapat


diterapkan dalam kegiatan penyuluhan, seperti:
A. Metoda Individu kunci/kontak tani
Individu kunci (key person) adalah individu yang maju (inovatif), termasuk dalam
gologan “penerap dini” yakni atas kesadarannya bersedia (tanpa menuntut upah)
bekerja sama sebagai rekan penyuluh untuk melaksanakan kegiatan peyuluhan
bagi warga masyarakat sekitar (terutama di lingkungan sosialnya sendiri).
Metoda seperti mi sangat efektif dan efisien, sebab:
1. Penyuluh tidak perlu berhadapan langsung dengan seluruh warga
masyarakat, sehingga sangat menghemat waktu dan biaya
2. Penyuluhan kepada masyarakat lebih efektif karena dilakukan sendiri
oleh individu kunci yang sudah dikenal dan diakui sebagai panutan yang
baik oleh masyarakat setempat.
B. surat menyurat
Metoda surat menyurat, adalah metoda penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh
melalui pengiriman barang cetakan (gambar, leaflet, booklet, buletin, newsletter,
majalah, dll), kepada sasaran
C. Kunjungan
Metoda kunjungan, yaitu penyuluhan yang dilaksanakan oleh seorang penyuluh
dengan melakukan kunjungan kepada sasarannya secara perorangan atau
kelompok.
D. Karyawisata
Metoda karyawisata, sebenarnya tidak banyak berbeda dengan metoda
kunjungan,
bedanya adalah:
1) Penyuluh dengan mengajak sasaran penyuluhannya (perorangan,
seringkali merupakan kelompok) mengunjungi obyek-obyek tertentu yang
sudah direncanakan/dipilih.
2) Dalam karyawisata, kegiatan penyuluhan dibarengi dengan upaya
menghibur sasaran penyuluhan.
E. Demonstrasi
Didalam praktek penyuluhan, metoda demontrasi ini diterapkan dengan maksud:
membuktikan keunggulan sesuatu inovasi yang dikenalkan, dan atau
menunjukkan cara
kerja yang benar yang seharusnya dikerjakan. Karena itu, metoda demonstrasi
dibedakan dalam:
1. “demonstrasi cara”, yanng lebih menojolkan pada upaya menunjukkan
(dalam
pengertian melatih) kepada sasaran penyuluhan tentang cara kenja yang
benar,
seperti: cara memupuk, cara menggunakan alat sprayer, cara bertanam
berbaris,
dll,.dan
2. “demonstrasi hasil”, yang Iebih menonjolkan pada upaya menunjukkan
(dalam
pengertian membuklikan) kepada sasaran penyuluhan tentang keunggulan
inovasi yang ditawarkan.
3. “demonstrasi cara dan hasil” yang dimaksudkan baik untuk
menunjukkan/melatih cara kerja yang benar sekaligus
menunjukkanlmembuktikan keunggulan inovasi yang ditawarkan.
Disamping itu, baik demonstrasi cara maupun demonstrasi hasil harus
tetap memegang prinsip;
a) Sasaran penyuluhan tetap diberi kebebasan untuk memilih/
menerapkan inovasi atau cara-cara yang diyakininya lebih balk
(sesuai dengan kondisinya masing-masing).
b) Setiap perubahan atau inovasi yang ditawarkan harus
memberikan manfaat atau nilai tambah, baik secara teknis,
ekonomis, maupun sosial budaya.
c) Demonstrasi harus dilaksanakan dengan kejujuran, sehingga
dapat dihindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari, jika inovasi perubahan yang ditawarkan itu
diterapkan, diadopsi oleh masyarakat sasaran penyuluhannya.
F. Metoda pertemuan kelompok
Termasuk didalam metoda pertemuan kelompok adalah: ceramah, kuliah, diskusi,
dan kursus atau pelatihan.
G. Kelompok pendengar, pembaca, dan pendengar/KELOPENCAPIR
KELOMPENCAPIR, sebenarnya merupakan kelompok yang secara rutin
memburu informasi dan media masa (radio, televisi, media cetak) yang dinilainya
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan atau untuk memecahkan masalah-masalah
yang sedang dihadapinya, dan mendiskusikan dalam pertemuan berkala yang
mereka sepakati bersama.
H. Pertemuan umum
Metoda pertemuan umum, sebenarnya tidak banyak berbeda dengan metoda
pertemuan kelompok. Bedanya adalah:
1) pada umumnya diselenggarakan ditempat terbuka, sehingga dapat
menampung jumlah peserta yang jauh lebih besar dibanding pertemuan
kelompok.
2) Karena jumlah peserta sangat banyak, kepada sasaran sama sekali tidak
ada kesempatan untuk menyampaikan pendapat pnibadiya sendiri.metoda
ml memiliki kelemahan lain yang berupa:
1) keterbatasan mateni penyuluhan yang dapat dibenikan dan
ditenima oleh masyarakat sasarannya.
2) Karena jumlah pengunjung yang sangat besar, apalagi jika
pegeras suara kurang baik, materm yang disampaikan tidak jelas
ditenma dan dipahami sasaran. Sehingga seningkali menyebabkan
kegagalan komunikasi.
3) Peserta kurang memperhatikan materi yang disampaikan, balk
karena gangguan orang-orang disekitarnya, atau karena dia sendini
kelelahan selama diperjalanan dan atau selama menunggu acara
tersebut (apalagi jika harus berdiri ditenik matahañ atau terkena
guyuran air hujan).
4) Jika dibarengi dengan pertunjukkan, mungkin masyarakat
sasaran Iebih memperhatikan hiburannya, dan acra penyuluhan
(pidato-pidato) dianggap membosankan atau bahkan mengganggu
kesenangannya.

Metode Penyuluhan lainnya


a) Metode Partisipatif
Metode penyuluhan kehutanan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi
secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa
kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode
multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal.
Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan
dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja
dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan
pelaku usaha".
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan
kehutanan, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara,
anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif
merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk
memberikan kekuasaan kepada masyarakat agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan
dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali
potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang
ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan metode penyuluhan kehutanan
partisipatif, para penyuluh kahutanan akan termotivasi untuk menggali keberadaan
sumber informasi kehutanan setempat yang mudah diakses oleh yang
memerlukan, baik penyuluh maupun petani. Pelatihan juga akan mendorong
inisiatif positif para penyuluh kehutanan, melalui pendekatan partisipatif untuk
mendapatkan solusi permasalahan kehutanan di lapangan.

b) Metode penyuluhan berbasis ICT


Kementerian kehutanan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
kehutanan pada tahun 2010 melakukan model penyuluhan sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat melalui cyber extension. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa cyber extension merupakan sistem informasi penyuluhan
kehutanan melalui media internet (berbasis TIK) yang dibangun untuk
mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi kehutanan bagi
penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran pelaku usaha.
Perkembangan TIK seperti komputer dan teknologi komunikasi,
khususnya internet dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan
pengetahuan yang tersebar di antara yang menguasai informasi dan yang
tidak. Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses
terhadap peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan
pemerintah, memperbesar partisipasi secara langsung dari ”used-to-be-silent-
public” (masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi,
meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak
bersuara (perempuan) dan kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan
dan peluang pendapatan untuk wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk
masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes
2007).
Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi)
kehutanan yang dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak
mencukupi. Hal ini memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada
masyarakat dan agen penyuluh sangat terbatas karena beberapa faktor, di
antaranya adalah: staf universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti yang terlibat,
politisi, pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang memainkan peranan
dalam proses promosi inovasi kehutanan tersebut. Konsekuensinya, inovasi yang
terpadu hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor, yang dapat
mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk
memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan
upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi
kehutanan.

C.Tujuan Pemilihan Metode Penyuluhan kehutanan


Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar mengajar
seseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal inI
dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya memperoleh
hasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui indera
peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan 83%
melalui indera penglihat.
Dalam mempelajari sesuatu, seseorang akan mengalami suatu prosesuntuk
mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melalui
serangkaian pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:
1) Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi
yangditawarkan oleh penyuluh
2) Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh
keinginanuntuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala
sesuatuyang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3) Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi
yangtelah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4) Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala
keciluntuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala
yanglebih luas.
5) Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan
berdasarkanpenilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.

Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah:


1) agar penyuluh kehutanan dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi
beberapa metode yangtepat dan berhasil guna,
2) agar kegiatan penyuluhan kehutanan yang dilaksanakanuntuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku yang dapat berdayaguna
dan berhasilguna

D.Pendekatan-Pendekatan Untuk Memili Metode Penyuluhan Kehutanan

Dalam kegiatan penyuluhan kehutanan kita mengenal adanya penyuluhan


kehutanan perorangan dan penyuluhan kehutanan massal yang dalam prakteknya
selalu menggunakan metode-metode pendekatan.

Bertolak dari pemahaman tentang pengertian penyuluhan sebagai proses


komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan, pemilihan
metode penyuluhan kehutanan dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan-
pendekatan sebagai berikut:

a) Metode Penyuluhan dan Proses Komunikasi


Untuk memilih metode berkomunikasi yang efektif, ada tiga cara
yang dapat diterapkan dalam pemilihan metode penyuluhan kehutanan
yaitu didasarkan pada media yang digunakan, sifat hubungan antara
penyuluh dan sasarannya, serta pendekatan psiko-sosial yang dikaitkan
dengan tahapan adopsinya.

1) Metode penyuluhan kehutanan menurut media yang digunakan.


Berdasarkan media yang digunakan, metode penyuluhan
kehutanan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (melalui
percakapan, tatap muka atau radio komunikasi antar penduduk),
maupun secara tidak langsung (lewat radio, kaset, dll).
b. Media cetak, baik berupa gambar dan atau tulisan (foto, majalah
pedesaan, selebaran, poster, dll) yang dibagi-bagikan, disebarkan
atau dipasang di tempat-tempat strategis yang mudah dijumpai oleh
sasarannya (di jalan, pasar).
c. Media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan lewat slide,
pertunjukkan film. Kegiatan penyuluhan melalui media ini
merupakan metode penyuluhan yang paling dimengerti karena ada
unsur hiburannya. Biasanya Depatemen Kehutanan mengirimkan
mobil unit kegiatan penyuluhan yang dilengkapi dengan perangkat
audio visual yang cukup modern dan diperlengkapi dengan
beberapa judul film hiburan selain dari film mengenai penyuluhan
yang akan ditayangkan
2) Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluh dan sasarannya
Berdasarkan hubungan penyuluh kesasarannya, metode
penyuluhan dibedakan atas dua macam yaitu:

a. Komunikasi langsung (percakapan atau tatap muka) yang


memungkinkan penyuluh dapat berkomunikasi langsung dalam
waktu yang relative singkat.
b. Komunikasi tak langsung baik melalui perantara orang lain lewat
surat yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima
respon dari sasarannya dalam waktu yang relative singkat.
c. Metode penyuluhan kehutanan menurut keadaan psiko-sosial
sasarannya.
Seperti halnya dengan metode penyuluhan berdasarkan media
yang digunakan metode penyuluhan menurut keadaan psiko-sosial
sasarannya juga dibedakan kedalam tiga hal yaitu:
a. Pendekatan perorangan, artinya penyuluh kehutanan
berkomunikasi secara orang seorang dengan setiap sasarannya,
misalnya melalui kunjungan ke rumah, kunjungan ke tempat
kegiatan petani, dll.
b. Pendekatan kelompok, manakala penyuluh kehutanan
berkomunikasi dengan sekelompok sasaran pada waktu yang
sama, seperti pada pertemuan di lapangan, penyelenggaraan
latihan, dll.
c. Pendekatan massal, jika penyuluh berkomunikasi secara tak
langsung atau langsung dengan sejumlah sasaran yang sangat
banyak, bahkan mugkin tersebar tempat tinggalnya, misalnya
penyuluhan lewat TV, penyebaran selebaran dan lain-lain.

b) Metode Penyuluhan Dalam Pendidikan Non Formal


Salah satu ciri utama yang membedakan antara pendidikan
formal dan pendidikan non formal adalah; penyelenggaraan pendidikan
non formal (seperti halnya penyuluhan kehutanan) dapat
diselenggarakan kapan saja dan di mana saja. Dengan demikian, metode
yang diterapkan di dalam pelaksanaan penyuluhan kehutanan dapat
menerapkan metode pendidikan formal (ceramah, diskusi, belajar
mandiri) atau metode yang tidak pernah diterapkan dalam system
pendidikan formal seperti: pameran, kunjungan ke rumah (anjangsana),
dan lain-lain.

Ciri lain, kegiatan non formal (termasuk penyuluhan kehutanan)


selalu diprogramkan sesuai dengan kebutuhan sasaran. Artinya, berbeda
dengan pendidikan formal yang telah memiliki program yang dibakukan,
sehingga setiap warga belajarnya harus mengikuti atau menyesuaikan
diri dengan program pendidikan tersebut. Setiap kegiatan pendidikan
non formal ( kegiatan penyuluhan kehutanan) harus selalu menyesuaikan
dengan kebutuhan sasarannya, dengan demikian metode penyuluhan
yang akan dipilih harus selalu disesuaikan dengan; karakteristik
sasarannya sumber daya yang tersedia atau yang dapat dimanfaatkan
serta keadaan lingkungan (termasuk tempat dan waktu)
diselenggarakannya kegiatan penyuluhan kehutanan tersebut.

c) Metode Penyuluhan Dalam Pendidikan Orang Dewasa


Pendidikan di dalam kegiatan penyuluhan kehutanan adalah
merupakan proses penyadaran menuju kepada pembebasan. Oleh sebab
itu proses pendidikan harus dibebaskan dari upaya-upaya menciptakan
ketergantungan atau bentuk-bentuk penindasan “baru”. Artinya melalui
pendidikan sasaran didik harus diberi kesempatan seluas-luasnya
menyampaikan pengalaman dan mengembangkan daya nalarnya,
sehingga dalam proses pendidikan tersebut kedudukan pendidik dan
yang dididik sama derajatnya.

Selaras dengan itu, salah satu ciri utama dari pendidikan orang
dewasa adalah; keberhasilan pendidik tidak tergantung kepada seberapa
materi yang diajarkan atau seberapa jauh tingkat pemahaman warga
terdidik terhadap materi yang diajarkan tetapi lebih dicirikan pada
seberapa jauh program pendidikan tersebut mampu mengembangkan
dialog baik antara pendidik dan yang dididik maupun sesama peserta
didik. Dengan demikian metode diskusi umumnya lebih baik dibanding
dengan metode kuliah atau ceramah.

Disamping itu, harus selalu diingat bahwa sasaran pendidikan


orang dewasa adalah orang-orang dewasa yang disamping telah memiliki
pengalaman perasaan dan harga diri (yang tidak mudah dan tidak ingin
digurui), mereka umumnya juga memiliki banyak kegiatan (tidak
memiliki banyak waktu untuk belajar) merupakan pribadi-pribadi yang
umumnya telah mengalami kemunduran baik semangat belajar maupun
kemampuan fisiknya. Oleh karena itu pemilihan metode pendidikan
orang dewasa harus selalu mempertimbangkan:

1) Waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu kegiatan


atau pekerjaan pokoknya.
2) Waktu penyelenggaraan sesingkat mungkin
3) Lebih banyak menggunakan alat peraga
Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam metode pedidikan
orang dewasa (termasuk penyuluhan kehutanan) adalah; program
pendidikan harus lebih banyak mengacu kepada pemecahan yang sedang
dan akan dihadapi dibanding dengan upaya menambah pengalaman
belajar baik yang berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan-
keterampilan baru. Berkaitan dengan hal itu ada dua hal yang harus
ditekankan yaitu; menata pengalaman masa lampau yang telah
dimilikinya dengan cara "baru" dan memberikan pengalaman baru
(pengetahuan, sikap dan keterampilan)
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA

Mohammad,Afandhy.2013. Metode Penyuluhan Kehutanan. Sosial Journal.


http://dokumen.tips/documents/bab-ivmetode-penyuluhan-kehutanan.html, 05
februari 2017.

Soedjarwadi.2014. Metode Penyuluhan. Translation Journal.


http://sujarwadifahutanuntad.blogspot.co.id/2014/01/metode-penyuluhan-
kehutanan.html, 06 februari 2017.
Lampiran Kontribusi Anggota Dalam Penulisan

Nama Kontribusi Dalam TTD


Pengerjaan

Anda mungkin juga menyukai