Anda di halaman 1dari 7

DIGESTION AND ABSORPTION OF LIPID

BIOKIMIA
Dosen :
Dr. A. Rika Pratiwi, MSi.

Meiliana, S. Gz., MS.

Disusun oleh:
Angelica Tasha S. 18.I1.0025
Maria Fiona Inez 18.I1.0059
Vita Sari Agustiana 18.I1.0074
Nadya 18.I1.0156
Rachelita Agnes 18.I2.0014

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
2019
Pencernaan, Mobilisasi, dan Pengangkutan Lemak

Sel mampu memperoleh bahan bakar asam lemak dari tiga sumber yaitu lemak yang
dikonsumsi dalam makanan, lemak yang disimpan dalam sel sebagai tetesan lipid, dan lemak
yang disintesis dalam satu organ untuk diekspor ke organ lain. Beberapa spesies menggunakan
ketiga sumber dalam berbagai keadaan dan spesies yang lain menggunakan satu atau dua.
Misalnya pada vertebrata, mereka memperoleh lemak dalam makanan, memobilisasi lemak
yang disimpan dalam jaringan khusus (jaringan adiposa, yang terdiri dari sel-sel yang disebut
adiposit), dan di hati terjadi perubahan karbohidrat berlebih menjadi lemak yang kemudian
diekspor ke jaringan lain. Rata-rata, 40% atau lebih dari kebutuhan energi harian manusia di
negara-negara industri dipasok oleh triasilgliserol makanan. Triasilgliserol memberikan lebih
dari setengah kebutuhan energi beberapa organ, terutama pada hati, jantung, dan otot rangka
yang beristirahat. Triasilgliserol yang tersimpan merupakan satu-satunya sumber energi pada
hewan yang berhibernasi dan burung yang bermigrasi. Protista mendapatkan lemak dengan
mengonsumsi organisme yang lebih rendah dalam rantai makanan, dan beberapa juga
menyimpan lemak sebagai tetesan lipid sitosolik. Tumbuhan vaskular memobilisasi lemak
yang disimpan dalam biji selama perkecambahan, tetapi sebaliknya tidak bergantung pada
lemak untuk energi.

Lemak Makanan diserap di Usus Kecil

Pada vertebrata, sebelum dicerna triasilgliserol dapat diserap melalui dinding usus, yang harus
dikonversi terlebih dahulu dari partikel lemak makroskopik tidak larut menjadi misel
mikroskopis yang terdispersi secara halus. Pelarutan ini dilakukan oleh garam empedu, seperti
asam taurocholic, yang disintesis dari kolesterol di hati, disimpan di kantong empedu, dan
dilepaskan ke usus kecil setelah mengonsumsi makanan berlemak. Garam empedu adalah
senyawa amfipatik yang bertindak sebagai deterjen biologis, mengubah lemak pangan menjadi
misel campuran garam empedu dan triasilgliserol (langkah 1). Formasi misel yang sangat besar
meningkatkan fraksi molekul lipid yang dapat diakses untuk gerak lipase yang larut dalam air
di usus, dan gerak lipase mengubah triasilgliserol menjadi monoasilgliserol (monogliserida)
dan diasilgliserol (digliserida), asam lemak bebas, dan gliserol (langkah 2). Produk-produk
tersebut dari gerak lipase berdifusi ke dalam sel-sel epitel yang melapisi permukaan usus
(mukosa usus) (langkah 3), di mana mereka diubah menjadi triasilgliserol dan dikemas dengan
kolesterol pangan dan protein spesifik menjadi lipoprotein agregat yang disebut sebagai
kilomikron (langkah 4).
Apolipoprotein adalah protein pengikat lipid dalam darah, yang bertanggung jawab untuk
pengangkutan triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol, dan ester kolesterol antar organ.
Apolipoproteins ("apo" yang berarti "terlepas" atau "terpisah," menunjuk pada protein yang
dalam bentuk bebas lipid) dikombinasi dengan lipid untuk membentuk beberapa kelas partikel
lipoprotein, agregat bulat dengan lipid hidrofobik pada intinya dan protein hidrofilik rantai
samping dan gugus lipid di permukaan. Berbagai kombinasi lipid dan protein menghasilkan
partikel dari kepadatan yang berbeda, mulai dari kilomikron dan lipoprotein dengan densitas
sangat rendah (VLDL) hingga lipoprotein dengan densitas sangat tinggi (VHDL), yang dapat
dipisahkan oleh ultrasentrifugasi.

Bagian protein lipoprotein diakui oleh reseptor pada permukaan sel. Dalam pengambilan lipid
dari usus, kilomikron yang mengandung apolipoprotein C-II (apoC-II), bergerak dari mukosa
usus ke dalam sistem limfatik, dan kemudian memasuki darah, yang membawanya ke otot dan
jaringan adiposa (langkah 5). Di kapiler jaringan ini, ekstra seluler enzim lipoprotein lipase,
diaktifkan oleh apoC-II, untuk menghidrolisis triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol
(langkah 6), yang diambil oleh sel-sel di jaringan target (langkah 7). Di otot, asam lemak
teroksidasi untuk energi; dalam jaringan adiposa, mereka diesterifikasi kembali disimpan
sebagai triasilgliserol (langkah 8).

Sisa-sisa kilomikron, yang telah kehilangan sebagian besar triasilgliserol tetapi masih
mengandung kolesterol dan apolipoprotein, mengalir dalam darah menuju hati, di mana
diambil oleh endositosis, dimediasi oleh reseptor untuk apolipoprotein. Triasilgliserol yang
memasuki hati dengan rute ini dapat dioksidasi untuk melepas energi atau untuk menyediakan
prekursor untuk sintesis badan keton. Ketika diet mengandung lebih banyak asam lemak
daripada yang dibutuhkan segera untuk bahan bakar atau sebagai prekursor, hati diubah untuk
triasilgliserol, yang dikemas dengan apolipoprotein spesifik ke dalam VLDL. VLDL diangkut
dalam darah ke jaringan adiposa, di mana triasilgliserol dihapus dan disimpan dalam tetesan
lipid di dalam adiposit.
Hormon Memacu Mobilisasi dari Triasilgliserol yang Tersimpan dalam Tubuh

Lipid netral disimpan dalam jaringan adiposit (dan di sel yang menghasilkan steroid dari
korteks adrenal, ovarium, serta testis) dalam bentuk droplet lipid dengan bagian tengah berupa
ester sterol dan triasilgliserol dikeliling dengan fosfolipida monolayer. Permukaan dari dari
droplet lipid ini diselaputi atau dilapisi dengan peripilin yang merupakan salah satu bentuk dari
protein yang menghalangi akses ke droplet lipid dan mencegah mobilisasi lipid sebelum
waktunya. Pada saat sinyal hormon menunjukkan kebutuhan dari energi metabolik, maka
triasilgliserol yang tersimpan dalam jaringan adiposit akan termobilisasi (keluar dari
penyimpanan) dan akan dipindahkan ke jaringan seperti jaringan otot skeletal, hati, dan korteks
renal (hati) di mana asam lemak dapat teroksidasi untuk produksi energi. Hormon epinefrin
dan glukagon akan disekresikan pada saat kadar glukosa dalam darah menurun atau akan
menurun. Hormon tersebut akan menstimulasikan enzim adenilil siklase di adiposit plasma
membran. Hormon ini memproduksi second messenger intraseluler siklik AMP (cAMP)
(Nelson & Cox, 2013). Akibatnya, protein kinase A akan diaktifkan dan menyebabkan
fosforilasi lipase peka-hormon (hormone sensitive lipase, HSL). HSL yang telah terfosforilasi
ini akan menjadi aktif dan kemudian akan mencetuskan mobilisasi triasilgliserol adiposa
dengan mengeluarkan asam lemak. Lipase lainnya kemudian bekerja memecahkan atau
memutuskan asam lemak dari triasilgliserol untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Selain epinefrin dan glukagon, hormon lainnya seperti adrenokornikotropik (ACTH), dan
hormon pertumbuhan juga dapat mengaktifkan enzim protein kinase A (Marks, Marks, &
Smith, 1996).

Asam lemak tersebut kemudian akan melepaskan asam lemak bebas melewati jaringan adiposit
ke aliran darah dimana mereka akan berikatan dengan protein darah (serum albumin). Protein
tersebut terbuat dari setengah dari total serum protein dan terikat secara nonkovalen sebanyak
10 asam lemak per protein monomer. Asam lemak bebas sebagian akan terikat dengan protein
ini, sebagian lagi yang tidak larut pada protein akan dibawa ke jaringan seperti jaringan otot
skeletal, jantung, dan korteks hati. Di jaringan target inilah, asam lemak akan diisosiasikan dari
albumin dan akan dipindahkan oleh transporter plasma membran ke sel sebagai bahan bakar.
Gliserol yang dibebaskan oleh aktivitas lipase akan terfosforilasi dan teroksidasi menjadi
dihidroksiaseton fosfat, yang kemudian akan memasuki jalur glikolitik atau glukoneogenik.
Jika tidak, gliserol fosfat dapat digunakan dalam sintesis triasilgliserol atau fosfolipid. Terdapat
95% energi dari triasilgliserol yang terdapat pada 3 rantai panjang asam lemak, namun hanya
5% saja yang terkontribusikan ke bagian gliserol. Gliserol yang dilepaskan oleh aktivitas lipase
terfosforilasi oleh gliserol kinase dan menghasilkan gliserol-3-fosfat. Kemudian, gliserol-3-
fosfat akan dioksidasi menjadi hidroksiaseton fosfat. Enzim glikolitik triosa fosfat isomerase
akan mengkonversikan komponen ini menjadi gliseraldehid-3-fosfat, yang akan dioksidasikan
melalui glikolisis (Nelson & Cox, 2013).

Asam Lemak Diaktivasi dan Dibawa ke Mitokondria

Eugene P. Kennedy dan Albert Lehninger (1984) menjelaskan, enzim-enzim untuk oksidasi
asam lemak pada sel hewan terletak di matriks mitokondria. Asam lemak dengan panjang rantai
terdiri dari 12 karbon atau kurang dapat masuk ke dalam mitokondria tanpa bantuan transporter
membrane. Rantai asam lemak dengan 14 atau lebih molekul karbon, yang merupakan
mayoritas asam lemak bebas (FFA) yang dibutuhkan dalam pola makan, atau dilepaskan oleh
jaringan adipose, tidak dapat menembus membrane mitokondria secara langsung, tetapi harus
melalui 3 reaksi enzimatik shuttle karnitin. Reaksi pertama dikatalis oleh sekelompok isozyme
(isozyme yang berbeda-beda spesifik untuk asam lemak dengan rantai karbon pendek, sedang,
dan panjang) yang ada pada bagian luar membrane mitokondria, sintetase asil-KoA, yang
mendukung reaksi:
Asam lemak + KoA + ATP ↔ asil lemak KoA + AMP + PPi
Maka sintetase asil KoA mengkatalis pembentukan hubungan tioester antara gugus karboksil
asam lemak dan gugus tiol dari koenzim A untuk menghasilkan asil lemak KoA, berpasangan
dengan pemecahan ATP menjadi AMP dan PPi. Reaksi ini terdiri dari dua proses dan
membutuhkan intermediate asil lemak adenilat.

Asil lemak KoA, seperti asteil KoA, adalah senyawa yang memiliki energy tinggi.
Hidrolisisnya dengan FFA dan KoA memiliki pergantian energi bebas standard yang besar
(ΔG’° = -31kJ/mol). Pembentukan asil lemak KoA diabntu dengan hidrolisis 2 ikatan energi
tinggi di ATP. Pirofostfat yang terbentuk di reaksi aktivasi langsung dihidrolisis oleh pirofosfat
inorganik, yang mengarahkan reaksi aktivasi yang telah terjadi ke arah pembentukan asil lemak
KoA. Reaksi selengkapnya dituliskan sebagai berikut:
Asam lemak + KoA + ATP → asil lemak KoA + AMP +2Pi
ΔG’° = -34kJ/mol

Ester lemak asil-KoA terbentuk di sisi sitosolik membran mitokondria luar. Ester ini dapat
diangkut ke mitokondria dan dioksidasi untuk menghasilkan ATP. Selain itu, dapat digunakan
juga dalam sitosol untuk mensintesis lipid membran. Asam lemak yang digunakan untuk
oksidasi mitokondria akan melekat pada gugus hidroksil karnitin untuk membentuk lemak asil-
karnitin.

Proses transesterifikasi ini dikatalisis oleh karnitin asiltransferase I pada membran luar. Asil-
KoA akan melewati membran luar dan dikonversi menjadi ester karnitin dalam ruang
intermembran atau ester karnitin terbentuk pada permukaan sitosolik membran luar, kemudian
bergerak melintasi membran luar ke ruang intermembrean. Ruang intermembran merupakan
ruang antara membran luar dan dalam. Pada kedua kasus tersebut, perjalanan ke ruang
intermembran terjadi melalui pori-pori besar yang dibentuk oleh protein porin di membran luar.
Ester asil-karnitin lemak kemudian memasuki matriks dengan difusi melalui transporter asil-
karnitin / karnitin pada membran mitokondria bagian dalam. Selanjutnya, pada langkah ketiga
dan terakhir dari proses karnitin, kelompok asil lemak dari karnitin ke koenzim A
intramitochondrial oleh karnitin asiltransferase II. Isozim ini terletak di depan membran
mitokondria bagian dalam. Isozim ini akan meregenerasi lemak asil-KoA dan melepaskannya
ke dalam matriks bersama dengan karnitin bebas. Karnitin akan memasuki ruang intermembran
lagi melalui transporter asilkarnitin/karnitin.

Proses untuk mentransfer asam lemak ke dalam mitokondria ini akan menghubungkan dua
kumpulan koenzim A dan lemak asil-CoA yang terpisah. Ada yang di sitosol dan yang lainnya
di mitokondria. Koenzim A dalam matriks mitokondria sebagian besar digunakan dalam
degradasi oksidatif piruvat, asam lemak, dan beberapa asam amino. Sedangkan, koenzim
sitosol A digunakan dalam biosintesis asam lemak. Lemak asil-KoA dalam kelompok sitosolik
dapat digunakan untuk sintesis lipid membran atau dapat dipindahkan ke matriks mitokondria
untuk oksidasi dan produksi ATP.

DAFTAR PUSTAKA

Marks, D. B., Marks, A. D., & Smith, C. M. (1996). Basic Medical Biochemistry: A Clinical
Approach. Philadelphia: William & Wilkins.

Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2013). Lehninger Principles of Biochemistry Sixth Ed. New
York: W. H. Freeman and Company.

Anda mungkin juga menyukai