Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL PANGAN FUNGSIONAL

SEMINAR INAHCO 2019

Dosen Pengampu : Huda Oktafa, S.TP., M.P

oleh :

1. Qonitah Salsabillah Bifa R. (G42180244)


2. Haniva Imanda Choiri’ (G42180255)
3. Syinta Dwi Permata Asyura (G42180334)
4. Tasya Ayu Puspita (G42180384)

PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK

JURUSAN KESEHATAN

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2019
PANGAN FUNGSIONAL UNTUK MENCEGAH ANEMIA

Anemia merupakan masalah kesehatan yang menjadi masalah di negara Indonesia saat
ini. Anemia adalah tubuh mangalami kekurangan jumlah sel darah merah yang mengakibatkan
tubuh menjadi letih, lemas, lesuh dan kurang produktif. Hal ini dapat menurunkan kinerja
manusia dan juga prestasi pada anak, yang akan berdampak pada negara. Kebutuhan zat besi
yang harus dipenuhi yaitu pada wanita usia subur dan remaja adalah 2-3 mg/hari dan pada ibu
hamil yaitu 3-4 mg/hari. Penyebab anemia secara keseluruhan yaitu kualitas pangan yang tidak
baik, infeksi atau inflamasi, dan juga dari genetik. Dampak yang sering terlihat pada penderita
anemia adalah penurunan produktivitas kerja, penurunan kemampuan kognitif, dan
meningkatkan morbiditas dan kematian.

Mencegah anemia perlu upaya yang preventif. Anemia sering menyerang pada anak usia
remaja. Remaja seringkali mengalami lesuh lemah letih dan lalai karena akibat kekurangan sel
darah merah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi, kecacingan
karena ada cacing tambang yang dapat mengisap darah melewati usus, penyakit malaria yang
menyebabkan sel darah merah pecah sehingga memiliki resiko kekurangan sel darah merah, dan
wanita usia remaja sudah mengalami menstruasi yang terjadi setiap bulan dan mengakibatkan
berkurangnya sel darah merah dalam tubuh. Resiko anemia banyak terjadi pada remaja wanita,
jika pada saat menstruasi namun kekuranngan asupan zat besi dan protein maka akan
meningkatkan resiko anemia. Jika terjadi anemia pada remaja putri harus cepat ditangani karna
dapat berdampak negative pada kegiatan disekolah salah satunya yaitu menurunnya konsentrasi
belajar dan juga prestasi, tidak hanya itu remaja wanita juga dapat beresiko menjadi ibu hamil
yang anemia. Ibu hamil yang anemia juga dapat memberikan dampak buruk bagi ibu dan juga
bayi. Ibu hamil yang anemia dapat mengalai pendarahan sebelum dan saat melahirkan yang akan
mengancam keselamatan ibu dan bayi. Selain itu, ibu hamil yang anemia dapat melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR), premature, dan juga bayi menderita anemia di bula 4 sampai
6 bulan.

Sangat disayangkan jika Indonesia memiliki masalah kesehatan anemia pada saat ini
karena penyebab utama anemia di Indonesia adalah konsumsi makan yang tidak seimbang dan
juga perilaku yang tidak sadar kan gizi. Salah satu upaya untuk mencegah anemia yaitu
diberikannya tablet tambah darah untuk wanita usia subur, remaja, dan ibu hamil. Tetapi, tablet
ini seringkali tidak diminum karena kurangnya pengetahuan dari WUS, remaja, dan ibu hamil
kegunaan dari tablet penambah darah. Pola hidup sehat dengan gizi seimbang adalah salah satu
strategi untuk mecegah penyakit anemia semakin meningkat, dan pemerintah menyuruh semua
anak untuk banyak makan ikan karena ikan mengandung banyak zat besi dan diharapkannya
jumlah dari penyakit anemia akan menurun.

Pangan fungsional yang baik untuk menjaga keseimbangan sel darah merah yaitu bahan
makan yang mengandung zat besi dan juga protein. Pengertian dari pangan fungsional sendiri
yaitu pangan dan bahan makanan yang memberikan manfaat dan mengandung gizi yang baik
bagi orang yang mengkonsumsinya. Salah satu bahan makan yang banyak mengandung zat besi
yaitu daun kelor. Daun kelor merupakan tumbuhan yang sering dijumpai di daerah pedesaan di
Indonesia. Menurut WHO, daun kelor merupakan pangan fungsional yang alternative untuk
mengatasi masalah gizi, karena jika di desa daun kelor baik sebagai pengganti protein hewani.
Daun kelor tua kandungan gizinya lebih tinggi disbanding daun kelor muda, tetapi daun kelor
muda mempunyai kualitas pangan yang lebih baik. Daun kelor kering memiliki protein yang
lebih tinggi dari pada daun kelor segar yaitu sekitar 27,2 gram per 100 gramnya. Mengapa ?
karena daun kelor segar diolah menjadi daun kelor kering berupa bubuk dan membuat
konsentrasi zat gizinya semakin meningkat kecuali vitamin C. Kandungan mineral pada daun
kelor kering juga meningkat, terutama untuk zat besi (Fe) 28,3 mg/100g. Sangat baik dikonsumsi
untuk menambah zat besi dan mencegah anemia.

Untuk meningkatkan bioavailability zat besi pada daun kelor yaitu dengan pemasakan,
perebusan, pemanasan sehingga interaksi dengan polifenol tereduksi dan zat besi jadi bebas.
Pemasakan daun kelor juga akan meningkatkan zat besi sayuran sekitar 2 sampai 10 kali lipat.
Cara pemasakan bisa dilakukan dengan perebusan, menggoreng dan juga mengeringkan di udara
panas. Merebus daun kelor didalam air mendidih akan meningkatkan bioavailbilitas in vitro daun
segar dan bubuk kering sebesar 3,5 dan 3 kali lipat dan juga meningkatkan aktivitas antiokdisan
lalu antioksidan akan dipertahankan selama pencernaan. Tetapi, penyimpanan sayuran yang
terlalu lama akan mengurangi zat besinya. Konsumsi daging pada saat makan daun kelor juga
baik karena absorbs besi non heme akan meningkat 2,5 kali lipat karena daging mengandung L-
gliserophosphokolin yang merupakan produk hidrolisa phosphatidilkolin atau lesitin yang terjadi
di jaringan. Sebaiknya, jika mengkonsumsi daun kelor atau makanan yang lain dikonsumsi
bersamaan dengan makanan atau minuman yang mengadung vitamin C atau lesitin. Vitamin C
dan lesitin dapat membantu penyerapan zat besi dan juga meningkatkan absorbsi non heme dari
pangan vegetarian. Jika dikonsumsi bersamaan dengan kopi atau teh malah akan menghambat
penyerapan zat besi karena kopi dan teh mengandung tannin yang mengikat zat besi sehingga
sulit untuk diserap oleh tubuh. Tannin juga sebagai efek inhibitor pada zat besi non heme.
Terdapat asam yang dapat menghambat tannin dan polifenol pada absorbi non heme yaitu asam
askorbat.
LAMPIRAN
JOBDISK

1. Merangkum : Tasya Ayu Puspita


2. Menulis artikel : Qonitah Salsabillah Bifa
Syinta Dwi Permata Asyura
3. Menulis info di medsos & editing : Haniva Imanda Choiri’

Anda mungkin juga menyukai