Ep 3
Ep 3
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
karunia-Nyalah makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan sebagai salah satu pegangan / kajian bagi
mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai UNDANG-
UNDANG ITE (INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK).
Walaupun makalah ini telah diselesaikan dengan baik, bukanlah berarti makalah ini
telah sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan masukan yang bersifat
membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan di masa mendatang.
Kepada semua pihak yang terkait dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini saya
ucapkan terima kasih.
Akhirnya, saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan sumber
pengetahuan yang sangat berguna bagi seluruh mahasiswa khususnya IAIN sumatera utara.
Wassallam,
Medan, Mei 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Di Balik Definisi Informasi Elektronik
B. Keamanan ITE Vs Kejahatan ITE
C. Tidak Semua Tanda Tangan Elektronik Memiliki Kekuatan Hukum dan Akibat
Hukum yang Sah
D. Kasus mengenai Perbuatan yang Dilarang dalam UU ITE
E. Peranan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
F. Sembilan Peraturan Pemerintah dan Dua Lembaga yang baru untuk UU ITE
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinegara kita terkenal dengan Undang-Undang yang berlaku untuk semua masyarakat
Indonesia yang melakukan pelanggaran baik itu pemerintahan ataupun masyarakat umum.
Untuk dunia informasi teknologi dan elektronik dikenal dengan UU ITE. Undang-Undang ITE
ini sendiri dibuat berdasarkan keputusan anggota dewan pada tahun 2008. Keputusan ini dibuat
berdasarkan musyawarah mufakat untuk melakukan hukuman bagi para pelanggar terutama di
bidang informasi teknologi elektronik.
Untuk dunia maya atau lebih dikenal dengan cyber sudah semakin kita kenal dekat
dengan kehidupan sehari-hari di kalangan masyarakat Indonesia. Contoh yang paling gampang
adalah situs jejaring sosial yang saat ini ratingnya sangat bagus dalam dunia pertemanan yaitu
Facebook. Di dunia facebook itu sendiri sering terjadi pelanggaran yang disalahkan oleh
pengguna facebook itu sendiri yang bisa mengakibatkan nyawa seseorang menghilang. Untuk
pengguna facebook sendiri dibuat UU ITE No 11 Tahun 2008, ada tiga ancaman yang dibawa
UU ITE yang berpotensi menimpa facebook di Indonesia yaitu ancaman pelanggaran
kesusilaan [Pasal 27 ayat (1)], penghinaan/pencemaran nama baik [Pasal 27 ayat (3)] dan
penyebaran kebencian berdasarkan suku,agama dan ras (SARA) diatur oleh [Pasal 28 ayat
(2)]. Dari undang-undang ITE ini bisa dilihat kalau dunia maya itu tidak sebaik yang kita
kira,kalau kita memakai jejaring sosial ini dengan semena-mena tidak menutup kemungkinan
kita bisa dijerat oleh UU ITE dengan pasal-pasal yang ada.
Tidak hanya untuk dunia maya seperti jejaring sosial yang bisa menjerat kita dalam UU
ITE, untuk kasus lainnya seperti menyebar video-video porno melalui alat komunikasi serta
pencemaran nama baik melalu media televisi atau radio atau menulisnya dalam sebuah blog
yang mayoritasnya bisa diakses oleh para pengguna dunia maya, semua itu pun mempunyai
undang-undang ITE. (undang-undang ite, 2010)
BAB II
PEMBAHASAN
Keamanan ITE dan Kejahatan ITE selalu beradu dalam berbagai persoalan terkait
dengan Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Keamanan ITE telah disinggung pada
beberapa pasal dalam UU ITE, berikut ini pasal-pasal yang dimaksudkan.
1. Pasal 12 ayat 1 : Setiap Orang yang terlibat dalam Tanda Tangan Elektronik berkewajiban
memberikan pengamanan atas Tanda Tangan Elektronik yang digunakannya.
2. Pasal 15 ayat 1 : Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem
Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem
Elektronik sebagaimana mestinya.
Dari kedua pasal itu, jelas UU ITE mengharuskan atau mewajibkan sistem elektronik
yang diselenggarakan termasuk penggunaan tanda tangan elektronik berlangsung dengan
aman. Kenyataannya, masih banyak transaksi elektronik yang berlangsung tidak menggunakan
sistem elektronik yang aman. Oleh karena itu, ketika dalam suatu perkara di pengadilan yang
terkait pelanggaran berupa pengrusakan informasi dan/atau dokumen elektronik serta sistem
elektronik seperti tertuang dalam Pasal 30-33 dan Pasal 35, maka Hakim harus
mempertimbangkan dua sisi, yaitu :
1. Perbuatan si pelaku kejahatan yang mengakibatkan kerugian.
2. Keamanan Sistem Elektronik yang diselenggarakan.
Hakim dalam membuat Putusan Pidana dapat mengenakan denda atau hukuman penjara
kepada si pelaku kejahatan dalam kadar yang mungkin lebih ringan ketika perbuatan dari si
pelaku kejahatan berlangsung pada sistem elektronik yang lemah dari segi keamanan (Yunuz,
2009). Oleh karena itu, UU ITE mendorong bagi para pelaku bisnis, atau siapa saja yang
melakukan transaksi elektronik untuk sungguh-sungguh memperhatikan persyaratan minimun
keamanan sistem elektronik yang diselenggarakan seperti termuat dalam Pasal 16 yakni:
Pasal 16 ayat 1 : Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap
Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik yang memenuhi
persyaratan minimum sebagai berikut:
Dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik secara utuh
sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan.
Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan
Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut.
Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem
Elektronik tersebut.
Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau
simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem
Elektronik tersebut.
Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
F. Sembilan Peraturan Pemerintah dan Dua Lembaga yang baru untuk UU ITE
UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang telah disahkan
pada bulan April 2008, pelaksanaannya masih menunggu penerbitan 9 Peraturan Pemerintah
dan pembentukan 2 (dua) lembaga yang baru yakni Lembaga Sertifikasi Keandalan dan
Penyelenggara Sertifikasi Elektronik. Peraturan Pemerintah tersebut terdiri dari :
1. Lembaga sertifikasi keandalan
2. Tanda tangan elektronik
3. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik
4. Penyelenggaraan sistem elektronik
5. Penyelenggaraan transaksi elektronik
6. Penyelenggara agen elektronik
7. Pengelolaan nama domain
8. Tatacara intersepsi
9. Peran pemerintah
Selama proses pembentukan Peraturan Pemerintah untuk UU ITE, Pemerintah perlu
secara intensif mendengarkan berbagai masukan dari masyarakat agar Peraturan Pemerintah
tersebut dapat diterapkan dengan efektif dan mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Demikian pula, pelaksanaan UU ITE turut memperhatikan kesiapan masyarakat, karena UU
ITE merupakan payung hukum di Indonesia untuk pertama kali dalam bidang Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik. Oleh karena itu, Departemen Komunikasi dan Informatika
(Depkominfo) dan Instansi yang terkait perlu intensif melakukan berbagai upaya, diantaranya
Sosialisasi UU ITE pada masyarakat termasuk kalangan kampus, peningkatan pengetahuan
aparat penegak hukum tentang UU ITE dan berbagai aspek dalam Hukum Telematika.
Dua lembaga yaitu Lembaga Sertifikasi Keandalan dan Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik masing-masing diharapkan dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Lembaga Sertifikasi Keandalan melakukan fungsi administratif yang mencakup registrasi,
otentikasi fisik terhadap pelaku usaha, pembuatan dan pengelolaan sertifikat keandalan, dan
membuat daftar sertifikat yang dibekukan. Setiap pelaku usaha yang akan melakukan transaksi
elektronik dapat memiliki Sertifikat Keandalan yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi
Keandalan dengan cara mendaftarkan diri. Lembaga Sertifikasi Keandalan akan melakukan
pendataan dan penilaian menyangkut identitas pelaku usaha, syarat-syarat kontrak dari produk
yang ditawarkan, dan karakteristik produk. Jika pelaku usaha lulus dalam uji sertifikasi oleh
Lembaga Sertifikasi Keandalan maka akan memperoleh pengesahan berupa logo trustmark
pada homepage pelaku usaha yang menunjukkan bahwa pelaku usaha tersebut layak untuk
melakukan usahanya setelah diaudit oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan.
2. Penyelenggara Sertifikasi Elektronik melaksanakan fungsi administratif mancakup registrasi,
otentikasi fisik terhadap pemohon, pembuatan dan pengelolaan kunci publik maupun kunci
privat, pengelolaan sertifikat elektronik dan daftar sertifikat yang dibekukan. Setiap pihak yang
akan melakukan transaksi elektronik perlu memenuhi persyaratan minimum dalam UU ITE,
singkat kata, memerlukan tanda tangan elektronik dalam melakukan transaksi elektronik.
Tanda tangan elektronik ini akan lebih aman jika terdapat pihak ketiga selain para pihak yang
bertransaksi. Pihak ketiga tersebut adalah Penyelenggara Sertifikasi Elektronik dengan fungsi
utama adalah menerbitkan Sertifikat Elektronik yang memuat data pembuatan tanda tangan
elektronik yang dikenal dengan ‘kunci publik’ dan ‘kunci privat’. Pelaku usaha yang ingin
mendapatkan Sertifikat Elektronik untuk mendukung penggunaan tanda tangan elektronik
dalam melakukan transaksi elektronik dapat mengajukan permohonan kepada Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik. Lalu, Penyelenggara Sertifikasi Elektronik akan melakukan pendataan
dan penilaian meliputi identitas pemohon, otentikasi fisik dari pemohon, dan syarat lainnya.
Setelah dinilai dan tidak ada masalah, dilanjutkan dengan penerbitan Kunci Publik, Kunci
Privat, dan Sertifikat Elektronik. Dengan Sertifikat Elektronik yang dimiliki oleh para pihak
yang bertransaksi secara elektronik akan memberikan rasa aman dan meningkatkan
kepercayaan para pihak yang bertransaksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pemanfaatan yang didapatkan dari penggunaan ITE, seharusnya dapat digunakan dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bukannya memanfaatkannya dalam pelanggaran hukum
dan merugikan orang banyak. Walaupun kegiatan tersebut sudah mendapat perhatian yang
lebih dari pihak pemerintah dan penegak hukum, hendaknya sebagai pengguna teknologi
informatika harus menyadari ketetapan-ketetapan hukum tersebut.
Sebagai warga Negara yang baik, marilah bersama-sama memanfaatkan kecerdasan
dalam dunia teknologi informatika dengan sebaik-baiknya. Karena kesadaran individu
sendirilah yang sangat berperan penting dalam penegakan setiap peraturan yang dibuat. Jika
peraturan tersebut ditaati, maka akan sangat mudah mengatur segala urusan dalam hubungan
Internasional. Karena dengan teknologi informasi era ini, memudahkan setiap orang untuk
mendapatkan informasi secara cepat dimanapun berada.
DAFTAR PUSTAKA
politik kompasiana. (2010, 03 02). Dipetik 05 14, 2013, dari
http://politik.kompasiana.com/2010/03/02/undang-%E2%80%93-undang-ite-dan-
penggunaan-facebook-di-indonesia/.
undang-undang ite. (2010, 01 16). Dipetik 05 14, 2013, dari
http://hengkyon7.wordpress.com/2010/01/16/undang-undang-ite-antara-positif-dan-negatif/.
Yunuz, G. (2009, 01). Binushacker. Dipetik 05 14, 2013, dari http://www.binushacker.net/polemik-
dan-kontroversi-uu-ite.html.
Yunuz, G. (2009, 01). Makhdor. Dipetik 05 14, 2013, dari http://makhdor.blogspot.com/2009/01/uu-
ite-antara-peluang-dan-kontroversi_26.html.
Yunuz, G. (t.thn.). Forumkami. Dipetik 05 14, 2013, dari
http://www.forumkami.com/forum/blogger/14856-inilah-daftar-pasal-uu-ite-anda-harus-
ketahui-supaya-tidak-dipenjara.html.