Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Saat ini konsep Green Hospital sendiri telah berkembang menjadi fenomena yang baru
(Phenomene) dalam manajemen rumah sakit. Rumah Sakit sebagai bagian dari satu kesatuan
ekosistem lingkungan menjadi bertanggung jawab secara langsung atas keberlanjutan kualitas
lingkungan dan secara tidak langsung terhadap pemanfaatan atas hasil-hasil sumber daya alam,
karena rumah sakit termasuk konsumen besar dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Green hospital, sebenarnya merupakan bagian dari suatu gerakan global secara umum
yang dikenal dengan Green building. Konsep Green building itu sendiri mulai berkembang
sejak tahun 1970. Saat itu, masyarakat prihatin akan perubahan kondisi lingkungan, sehingga
menjadi ramai dibicarakan. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh kontribusi negatif
bangunan terhadap lingkungan, seperti pengeluaran limbah, konsumsi energi listrik, konsumsi
air dan emisi jejak karbon (gas rumah kaca) yang pada akhirnya menimbulkan kondisi
pemanasan global. Berikut adalah gambar kontribusi negatif bangunan terhadap
lingkungan.
Gambar 1.

1
Di Indonesia, dari hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjuk
kan rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi
limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Diperkirakan secara nasional, produksi
limbah padat RS sebesar 376.089 ton perhari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton
per hari. Dari gambaran tersebut terlihat betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan
dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Alamsyah,2007).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Rumah sakit menurut WHO (1957) adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial
dan kesehatan yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat serta
pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah
Green Hospital adalah rumah sakit yang berwawasan lingkungan yang memberikan
fasilitas terbaik untuk masyarakat penguna jasa kesehatan, dimana didalam rumah sakit
tersebut bernuansa hijau yang berarti tentram, asri dengan berbagai pepohonan dan taman-
taman sehingga pasien serta pengunjung Green Hospital merasa nyaman
Konsep Green Hospital adalah untuk mewujudkan kenyamanan lingkungan bagi pasien
serta warga masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan rumah sakit. Green Hospital adalah
rumah sakit yang berwawasan lingkungan dan merupakan jawaban atas tuntutan kebutuhan
pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan paripurna serta
berbasis kenyamanan dan keamanan lingkungan rumah sakit.

Saat ini konsep green hospital berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam
pengelolaan rumah sakit karena keberadaan rumah sakit merupakan satu kesatuan ekosistem
suatu wilayah ditengah isu pemanasan global dan perubahan iklim serta degradasi lingkungan
yang seharusnya bertanggungjawab atas keberlanjutan kwalitas lingkungan dan pemanfaatan
sumber daya alam.

Untuk menjadikan sebuah rumah sakit agar berdaya guna, memberikan manfaat,
kenyamanan, keuntungan, dan mendapatkan citra yang baik khususnya bagi masyarakat, tentu
pemberian pelayanan yang baik dengan dukungan segala aspek yang terkait dan terikat di
internal rumah sakit harus berjalan seimbang, seperti menerapkan prinsip good corporate
governance dan Green Hospital di Rumah Sakit tersebut.

3
B. PENERAPAN GREEN HOSPITAL DI RUMAH SAKIT

Berdasarkan intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 mengemukakan bahwa
ruang terbuka hijau memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan kesegaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan

2. Memberikan lingkungan bersih dan sehat

3. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun bunga, biji, serta buah atau hasil
lainnya.

Green Hospital merupakan jawaban dari tuntutan kebutuhan pelayanan dari pelanggan
rumah sakit yang telah bergeser ke arah pelayanan paripurna dengan berbasis kenyamanan dan
keamanan lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit hendaknya mampu
memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung lainnya.
Terpenuhinya unsur kenyamanan lingkungan merupakan salah satu pertimbangan pasien
dalam pemilihan rumah sakit.

Pemanfaatan sumberdaya air, energi, material alam yang merupakan kebutuhan input
secara terus menerus bagi pengoperasian rumah sakit perlu dilandasi prinsip prinsip eco-
effisiensi, sehingga pemenuhan konsep prinsip pembangunan berkelanjutan di bidang
kesehatan akan terpenuhi. Maka kedepannya dibutuhkan model rumah sakit dengan kegiatan
berbasis green hospital atau rumah sakit ramah lingkungan, sekaligus sebagai salah satu upaya
menuju pembangunan kesehatan yang berkelanjutan.

Kegiatan Green Hospital menitik beratkan pada Go Green yang merupakan sebuah
upaya dalam pelestarian ekosistem bumi. Dan penerapan Green Hospital dapat dilakukan
melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Save the water (hemat air)

Untuk mengurangi konsumsi air yang berlebihan, dapat diusahakan


penghematan penggunaan air agar tidak terbuang percuma. Efisiensi
Penggunaan Sumber daya air dapat berupa efisiensi penampungan,
penyimpanan, penyaluran, dan efisiensi pemanfaatan air berupa penggunaan
sumber daya air yang tepat guna dan dapat dilakukan secara optimal.
Penggunaan air secara hemat dapat pula mencegah terjadinya pencemaran

4
limbah rumah sakit terutama dengan memanfaatkan secara optimal grey water
system.

Grey water adalah sisa pembuangan air yang berasal dari cucu piring, mandi,
ataupun bekas cucian. Segala bentuk pembuangan air seperti cuci piring,
laundry, mandi yang dilakukan pihak rumah sakir termasuk dalam Grey
water, dan ini bisa termasuk dalam kategori limbah. Oleh karena itu, untuk
mengatasinya dibentuklah Grey water system. Grey water system adalah
sebuah sistem yang memanfaatkan pembuangan air limbah tadi untuk dapat
digunakan dan dimanfaatkan kembali untuk kebutuhan lainnya. Prinsip
kerjanya pun sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, Grey water
system dapat menjadi alternatif dalam penghematan dan efisiensi air.

2. Save the energy (hemat energi)

adalah mengefisiensikan penggunaan energi listrik dengan pemanfaatan energy


matahari sebagai penerangan dan pemanasan alami.

Rumah sakit yang ramah lingkungan tentu saja sangat memiliki garis lurus
dengan yang namanya efisiensi energi karena konsep dari bangunan ramah
lingkungan akan menimalkan penggunaan energi untuk mencegah semakin
besarnya polusi dan efek buruk lainnya. Efisiensi energi dapat berupa
penggunaan AC pada setiap ruang dan bagian di rumah sakit. Penggunaan AC
yang berlebihan sebenarnya dapat menyebabkan efek yang buruk bagi tubuh
seperti kulit kering karena AC dapat menark kelembapan dari kulit. Penelitian
lain juga menyebutkan bahwa adanya infeksi virus yang terbawa oleh udara
yang ada. Untuk mengantisipasinya dapat dengan penggunaan optimal dari
ventilasi dan sirkulasi udara yang baik pula. Mungkin dapat diterapkan dengan
penggunaan jendela yang terbuka sehingga udara yang ada diluar dapat masuk
dengan baik. Hal itu juga diiringi dengan penanaman tanaman hijau disekeliling
dan setiap sudut rumah sakit sehingga sirkulasi udara menjadi baik. Jika
sirkulasi udara yang ada malah jelek maka ini dapat menimbulkan penyakit
akibat infeksi nasokomial yang berasal dari rumah sakit itu sendiri.

5
Penggunaan lampu secara hemat dapat menjadi efisiensi energi listrik. Konsep
bangunan rumah sakit dengan panel surya dapat menjadi suatu pilihan.
Pemanfaatan cahaya matahari sebagai energi dapat mengoptimalkan
penggunaan energi listrik.

3. Waste management (manajemen pengolahan sampah) yaitu mengelola sampah


organik rumah tangga rumah sakit dengan membuatnya menjadi kompos yang
berguna untuk memperbaiki struktur tanah, jika struktur tanah baik maka tanah
akan menjadi lebih gembur dan baik untuk tanaman. Dan jika tanaman tumbuh
menghijau maka udara dan hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan
oleh tumbuhan.

4. Eco-protection (pelestarian lingkungan) yaitu jika beberapa komponen diatas


dilakukan dalampenerapan greeen hospital maka langkah selanjutnya adalah
melestarikan lingkungan yang telah tercipta agar menjadi lebih baik lagi.

Kegiatan atau kebijakan green hospital menekankan pentingnya pengelolaan


lingkungan untuk mewujudkan lingkungan yang sehat dan aman. Kegiatan green hospital
dengan menambah ruang terbuka hijau diharapkan akan dapat memberi kontribusi bagi
peningkatan kualitas udara didalam rumah sakit, selain itu agar tercipta kawasan rumah sakit
yang bebas asap rokok

C. KONSEP GREEN HOSPITAL DI INDONESIA

Sampai saat ini sebenarnya belum ada role model atau panduan standar yang berlaku
baik secara global internasional maupun secara nasional. Sehingga menarik bagi kita untuk
mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya kepada rumah sakit yang sudah mencoba untuk
menerapkan Green Hospital. Terlebih lagi sudah disampaikan dalam seminar, workshop yang
dilaksanakan oleh Kementrian kesehatan bahwa pada tahun 2020 semua rumah sakit
diindonesia sudah menerapkan Green Hospital (Kemenkes, 2012). Sementara buku panduan
untuk penerapan green and healthy hospital di Indonesia sedang disusun oleh Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) yang bekerja sama dengan Green BuildingCouncil Indonesia (GBCI)
(PKMK, 2012).

Sebelum membangun Gedung Rumah Sakit maka harus disepakati lebih dulu agar
pembangunannya Berbasis “GREEN HOSPITAL” atau Rumah Sakit Ramah Lingkungan
yaitu rumah sakit yang sangat memperhatikan lingkungan dimulai dengan membuat

6
dreanase/pengaliran : di samping kanan melalui gorong-gorong berpenampang 80 (delapan
puluh) cm dan di samping kiri melewati Canal selebar 2 (dua) meter. Sedangkan untuk
penyerapannya di halaman depan, belakang, samping kanan dan kiri permukaan
ditutupi Paving Stone sehingga tidak mengganggu resapan air.

Rumah sakit harus peduli dengan penghijauan yaitu dengan menanam pohon di area
tertentu yang masih kosong, sehingga nampak hijau dan asri.

Sebagai contoh bagian Radiologi/rontgen di Rumah sakit dipilih menggunakan


tehnologi Computed Radiografi (CR) selain memberikan akurasi gambar hampir sempurna
dan yang lebih penting sistem pemprosesan film tanpa limbah radiologi. Limbah rumah sakit
menggunakan teknologi modern yaitu dengan sistem BIO FILTER ANAEROB
AEROB yang artinya proses pengolahan limbah dengan menggunakan teknologi secara
biologis yakni memberdayakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan
organic, sehingga aman tidak mencemari lingkungan.

Rumah Sakit turut menjaga udara agar bersih dan segar terutama untuk kesembuhan
penderita/pasien, dengan menerapkan dilarang merokok di lingkungan Rumah

7
Sakit. Diharapkan ini menjadi tradisi yang terus-menerus membudaya dan berkembang
sehingga rumah sakit di Indonesia nantinya benar-benar menjadi rumah sakit pilihan pertama
bagi penduduk Indonesia

Green Hospital/ Green Building Concept And Carbon Footprint

Sumber daya rumah sakit berbasis alam dan lingkungan hidup seperti air bersih, energi,
kertas dan material lainnya yang merupakan kebutuhan harian pengoperasian rumah sakit
penggunaannya perlu dilandasi oleh prinsip efisiensi ekologi, sementara produk samping
rumah sakit seperti limbah cair, padat dan gas perlu diolah sehingga targetnya tidak saja untuk
memenuhi baku mutu limbah, juga untuk memenuhi kaidah reduce, reuse, recycle dan
recovery. Model rumah sakit perlu dikelola secara baik dengan selalu mempertimbangkan
aspek kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial sehingga prinsip pemenuhan konsep
pembangunan berkelanjutan dalam bidang kesehatan akan terpenuhi, dan rumah sakit dapat
ikut berperan aktif dalam meminimalisir dampak perubahan iklim serta mengurangi jejak
karbon yang dihasilkannya, sebagaimana kebijakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dalam Healthy Hospitals, healthy planet, healthy people (Addressing Climate Change in
Health Care Settings).

Dari konsep dan tujuan green hospital tersebut, ada 9 langkah teknis sederhana namun
strategis yang bisa dilakukan.

1. Hemat Listrik
Mengefisienkan penggunaan energi listrik sehari-hari dan menggunakan energi hijau yang
bersih dan berkelanjutan. Memadamkan lampu dan alat listrik yang tidak digunakan adalah hal
sederhana yang bisa dilakukan. Sumber energi berkelanjutan yang dapat digunakan di rumah
sakit seperti listrik tenaga matahari dan tenaga angin.

8
2. Hemat Air
Mengefisienkan dan mengurangi penggunaan air yang tidak perlu dalam penggunaannya
sehari-hari, bahkan perlu dipikirkan juga mengenai pemanfaatan air hujan. Perlu juga membuat
sumur resapan air di sekitar rumah untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah.

3. Mengurangi penggunaan kertas


Penggunaan kertas dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran kertas atau
menggantikannya secara elektronik atau online. Bisa pula dengan menggunakan kertas dari
bahan daur ulang. Urusan birokrasi di rumah sakit yang banyak menggunakan kertas sudah
saatnya dipangkas (paperless report).

4. Pengelolaan Limbah
Seluruh bangunan pasti menghasilkan limbah, apalagi rumah sakit. Untuk itu perlu pengolahan
limbah yang arif bagi lingkungan. Limbah berbahaya harus diolah dengan standar yang sesuai
syarat yang ada. Pengelolaan limbah mengacu pada prinsip-prinsip ramah lingkungan dan
berkelanjutan.

5. Pengelolaan Sampah
Pemisahan sampah yang baik dan benar yakni memisahkan sampah organik dan non organik,
sudah jamak diterapkan pada fasilitas umum apalagi di rumah sakit. Yang jadi masalah terbesar
adalah perilaku segelintir orang yang kurang sadar membuang sampah di tempatnya. Sampah
organik bisa dibuat sebagai kompos.

6. Penggunaan produk ramah lingkungan


Bahan rumah sakit seperti plastik dan sterofoam yang sulit terurai agar tidak digunakan lagi.
Penggunaannya diganti saja dengan bahan lain yang mudah terurai atau menggunakan alat
yang bisa dipakai ulang.

7. Menanam pohon
Icon program go green adalah menanam pohon. Tak terkecuali di rumah sakit, lahan kosong
dapat dimanfaatkan menjadi lahan terbuka hijau. Sebenarnya inilah hal paling sederhana yang
dapat segera dilakukan. Pepohonan dan tanaman hijau akan meningkatkan kualitas udara
menjadi lebih sehat.

9
8. Desain bangunan
Bangunan rumah sakit perlu didesain dan dirancang dengan mengakomodasi pemanfaatan
potensi alam secara efisien. Desain bangunan rumah sakit sebaiknya mempertimbangkan
sirkulasi udara dan pencahayaan yang efektif. Efek lain adalah akan menghemat penggunaan
energi listrik. Contohnya adalah dengan membangun gedung menghadap ke timur, maka
cahaya alami dari matahari akan membantu pencahayaan gedung RS dari pagi hingga siang
hari.

9. Bahan bangunan
Bahan bangunan seperti pemilihan cat bangunan diupayakan tidak mengandung bahan
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, begitu juga dengan penggunaan material seperti alat
dan bahan dalam operasional rumah sakit.

Ruang Terbuka Hijau Rumah Sakit

Green hospital, sangat mudah diucapkan namun bakal sangat sulit dalam penerapannya jika
tidak disertai niat dan langkah awal. Perlu dukungan dan komitmen dari seluruh pihak untuk
menyukseskan gerakan ini, termasuk pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar. Kita
kemudian membayangkan kelak, saat mendengar kata "rumah sakit" akan membayangkan
bangunan dengan taman di tengahnya disertai wewangian dari bunga yang bermekaran. Semua
pengunjung tersenyum bahagia, burung-burung pun berkicau tiada henti diatas tangkai pohon
yang rindang.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada prinsipnya model rumah sakit dimasa mendatang perlu dikelola secara baik
dengan selalu mempertimbangkan aspek kesehatan, ekonomi, ekologi dan sosial.
Konsep bangunan hijau (green building) adalah bangunan dimana dalam perancangan,
pembangunan, pengoperasian, serta dalam pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek
lingkungan dan berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan. Pada prinsipnya tujuan dari
green building adalah :

1. Meminimalkan/ mengurangi penggunaan sumber daya alam


2. Meminimalkan/ mengurangi dampak lingkungan
3. Meningkatkan kualitas udara ruangan menjadi lebih sehat

Hubungan antara konsep bangunan hijau dengan jejak karbon sangat signifikan karena suatu
bangunan dapat disebut bangunan hijau apabila sudah memenuhi syarat-syarat atau kriteria
seperti :

1. Efisiensi energi dan konservasi


Sebagian besar energi yang tersedia saat ini merupakan energi yang tidak dapat
diperbaharui dan pada tahap produksi maupun pemanfaatannya menghasilkan CO2
yang cukup besar. Dengan menerapkan efisiensi dan konservasi energi otomatis
bangunan tersebut dapat menghemat emisi karbon yang dihasilkan. Contoh sederhana,
Phillips pernah melakukan perhitungan dalam penggantian lampu dan elektronik ballast
di RS. Kanker “Dharmais―, ternyata didapat hasil penghematan CO2 sebesar 279
ton per tahun dengan penghematan energi sebesar 664.553 KWh/ tahun.
2. Tata guna lahan

Pada kriteria tata guna lahan terdapat beberapa aspek yang terkait langsung dengan
jejak karbon seperti kemudahan akses, meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi,
mendukung penggunaan sepeda melalui penyediaan area parkir khusus sepeda, adanya
area landscape yang salah satu fungsinya menyerap karbon.

11
3. Sumber dan siklus material
Pemilihan material yang ramah lingkungan juga terkait erat dengan jejak karbon baik
dari segi pembuatan material tersebut maupun asal material (terkait dengan trasportasi).
Energi yang dibutuhkan dalam pembuatan beberapa produk material antara lain :
Sumber : Materi network sharing Bambang Subiyanto Pusat Inovasi-LIPI
Berdasarkan tabel diatas apabila dikaitkan dengan jejak karbon maka data diartikan
bahwa semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk membuat suatu produk, semakin
besar pula emisi karbon yang dihasilkan. Kriteria sumber dan siklus material juga
menyinggung masalah pengelolaan sampah dan limbah B3 yang juga harus ditangani
dengan baik, agar tidak mencemari lingkungan dan menghasilkan jejak karbon.
4. Manajemen lingkungan bangunan
Kriteria ini mensyaratkan pemeliharaan dan operasional seluruh sarana prasarana
bangunan termasuk pengelolaan limbah mengacu pada prinsip-prinsip ramah
lingkungan dan sustainability (berkelanjutan), agar bangunan tersebut dapat tetap
berpredikat green mulai dari dibangun sampai operasional dan pemeliharaannya.
5. Konservasi air
6. Kualitas udara dan kenyamanan ruangan

12

Anda mungkin juga menyukai