Anda di halaman 1dari 12

TEH GELAS

Di susun oleh :

Evelyne Rossa Kristanti (1321025002)

Fadzil Muhammad Nur (1321620005)

Jupandes Muki (1321620007)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

PROGRAM EKSTENSI KELAS PARALEL

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA (ITI) SERPONG

TANGERANG SELATAN

2019
I. PENDAHULUAN

Penggunaan plastik sebagai kemasan pangan semakin meningkat seiring dengan


perkembangan industri plastik. Namun demikian, adanya berbagai kajian mengenai
plastik, terutama dampaknya terhadap kesehatan, telah membuka wawasan para
konsumen untuk lebih bijak dalam penggunaan plastik sebagai kemasan pangan. Pada
prinsipnya, tidak ada satu pun jenis plastik yang mutlak aman untuk kemasan pangan.
Keamanan penggunaan plastik sebagai kemasan pangan didasarkan pada jumlah
migran/monomer plastik (bahan-bahan kimia yang membentuk plastik) yang
bermigrasi ke dalam pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah migran dari
pengemas ke dalam pangan antara lain adalah konsentrasi migran; kekuatan
ikatan/mobilitas bahan kimia dalam pengemas tersebut; ketebalan kemasan; sifat alami
pangan dalam kaitan kontak dengan pengemas (kering, berair, berlemak, asam,
alkoholik); kelarutan bahan kimia terhadap pangan; lama dan suhu kontak. Beberapa
jenis plastik yang relatif aman digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE,
LDPE, dan PET. Keamanan kemasan dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera,
misalnya , tulisan ‘aman untuk makanan’ atau food safe / for food use / food grade.
Logo atau tulisan atau kode plastik tersebut biasanya dicetak timbul pada benda plastik
yang bersangkutan. Walaupun begitu, banyak juga kemasan plastik yang tidak
mencatumkan logo atau keterangan apapun sehingga kita sebagai konsumen harus lebih
berhati-hati dalam penggunaannya.
Salah satu bahan pangan yang menggunakan plastik sebagai bahan
pengemasnya adalah teh. Menurut survei, hampir 50 persen penduduk Indonesia
mengonsumsi minuman siap saji dalam kemasan, terutama minuman teh yang digemari
oleh orang dewasa dan anak-anak. Sejak kemunculannya di tahun 2007 lalu. Teh Gelas
menjadi salah satu produk teh kemasan yang banyak disukai oleh konsumennya.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat Indonesia ternyata menginginkan kemasan
minuman teh yang baru dan praktis, agar bisa dikonsumsi di setiap kesempatan.
II. ISI

A. Karakteristik Produk

Minum teh telah menjadi tradisi banyak orang di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Rasa teh yang cenderung ringan, tanpa rasa pahit yang menyengat
layaknya kopi, membuat teh kerap dijadikan 'pengganti' air putih sebagai penghilang
dahaga.
Teh adalah minuman yang mengandung kafein sebuah infusi yang dibuat dengan
cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari
tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh
dibagi menjadi empat kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-
rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya,
teh rosehip, camomile, krisan dan jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh
disebut teh herbal.
Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan dengan kadar
lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Cita rasa sedikit pahit dari teh
merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Kepopuleran teh yang mampu menembus
'batas' karena mudah dikonsumsi oleh orang dengan beragam usia dan status ekonomi,
membuat teh kian dieksplorasi.
Teh mengandung beberapa zat kimia yang dapat digolongkan menjadi empat.
Keempat golongan itu adalah substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol
(karbohidrat, pektin, protein, alkaloid, asam amino, klorofil, asam organik), senyawa
aromatis, dan enzim. Secara rinci kandungan tersebut sebagai berikut:

 Zat yang tidak larut dalam air:


Protein : 16%

Lemak : 8%

Klorofil dan pigmen lain : 0,09%

Pektin : 4,9%

Serat kasar, selulosa, lignin :34%


 Zat yang larut dalam air:
Polifenol yang dapat difermentasi : 34%

Polifenol lain : 4%

Kafein (theine) : 4%

Gula dan getah 0,75%

Asam amino : 9%

Mineral : 4%

Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981), dalam 100 gram daun teh
terdapat kandungan bahan-bahan sebagai berikut:

Kalori 132 kal

Protein 19,5 mg

Karbohidrat 67,8 mg

Fosfor 365 mg

Lemak 0,7 g

Kalsium 717 mg

Air 7,6 g

Vitamin A 2,095 SI

Vitamin B 6,61 mg

Vitamin C 300 mg

Besi 11,8 mg
Dalam daun teh mengandung beberapa unsur:

a. Air
Kandungan air dalam daun teh yang masih segar adalah 75-85%. Prosentase ini
tidak terdapat secara merata pada semua jenis daun. Yang paling banyak menmgandung
air adalah bagian tangkai dan daun pecco.

b. Zat kering
o Zat-zat penyamak (pemberi rasa sepet pada air minuman teh) dan kafein (memberi
rasa segar dan energi).
o Enzim-enzim
Katalisator yang memungkinkan dan mempercepat adanya perubahan klinis yang
terjadi pada daun teh.

o Minyak aetheris
Minyak aetheris yaitu minyak yang diperoleh pada proses pelayuan dan pada saat
daun teh mengalami fermentasi. Dapat memberikan bau sedap yang spesifik
terdapat pada daun teh kering.

o Zat-zat tepung
Lenyap pada saat pengolahan karena berubah menjadi zat-zat gula.

o Pektin
Penyebab keruhnya seduhan air minum teh kalau dingin.

o Protein dan zat gula


Saat pengeringan protein dihidrolisa menjadi zat mudah larut, sedangkan zat gula
pada saat proses pelayuan terurai.

c. Vitamin C
Kandungan vitamin C sebanyak 0,4% terutama terdapat pada daun peko, daun
yang pertama dan daun yang kedua. Pada daun yang sudah tua hanya terdapat 0,2%.
Prosentase mulai menurun pada waktu pelayuan dan lenyap seluruhnya setelah
mengalami penggulungan dan fermentasi.
B. Karakterisik Kemasan

Sebagai produk yang berbentuk cair saat sudah melewati proses pengolahan, bahan
kemasan yang paling baik digunakan untuk mengemas teh pada gelas adalah Polypropylene.
Seperti setiap polimer lainnya, memiliki kelebihan dan kekurangan yang membuatnya lebih
cocok untuk penggunaan tertentu daripada yang lain.
Keuntungan polypropylene:
 Ini adalah bahan yang relatif murah
 Ia memiliki kekuatan lentur yang tinggi karena sifat semi-kristalinnya
 Ini memiliki koefisien gesekan yang rendah
 Itu sangat tahan terhadap kelembaban
 Ini memiliki ketahanan kimia yang baik atas berbagai basis dan asam
 Ia memiliki ketahanan lelah yang baik • Memiliki kekuatan benturan yang baik
 Ini memiliki ketahanan yang baik terhadap listrik dan dengan demikian merupakan isolator
listrik yang baik
 Lebih mudah diperbaiki dari kerusakan
Polypropylene (PP) adalah pelapis transparan mengkilap dengan kekuatan tinggi dan
ketahanan terhadap tusukan. Polypropylene memiliki penghalang moderat terhadap
kelembaban, gas, dan bau, yang tidak terpengaruh oleh perubahan tingkat kelembaban. Bersifat
elastis, meskipun tidak lebih elastis dari polietilen. Polypropylene cukup permeabel terhadap
gas dan bau dan memiliki ketahanan yang lebih tinggi untuk uap air, yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan kelembaban. (Hirsch, 1991)
PP dikenal sebagai polypropene, adalah salah satu dari polimer paling serbaguna
yang dapat diaplikasikan baik sebagai plastik dan sebagai serat. Profesor Giulio Natta
memproduksi resin polypropylene pertama di Spanyol pada tahun 1954. Natta memanfaatkan
katalis yang dikembangkan untuk industri polietilen dan menerapkan teknologi tersebut untuk
gas propilena. Produksi komersial dimulai pada tahun 1957 dan penggunaan polypropylene
telah menampilkan pertumbuhan yang kuat dari tanggal ini. PP adalah polimer hidrokarbon
linier, dinyatakan sebagai CnH2n. PP, seperti polietilen (lihat HDPE, L / LLDPE) dan
polibutena (PB), adalah poliolefin atau polimer jenuh. (Semi-kaku, tembus cahaya, ketahanan
kimia yang baik, kuat, ketahanan panas yang baik). PP tidak menyebabkan masalah
stresscracking dan memiliki ketahanan terhadap listrik dan bahan kimia yang sangat baik pada
tingkat suhu yang lebih tinggi. Sementara sifat-sifat PP mirip dengan Polyethylene, meskipun
ditemukan adanya beberapa perbedaan spesifik. Perbedaan tersebut termasuk densitas yang
lebih rendah, titik leleh yang lebih tinggi (PP tidak meleleh di bawah 1600C, Polyethylene,
plastik yang lebih umum, akan meleleh pada sekitar 1000C) dan tingkat kekakuan dan
kekerasan yang lebih tinggi (Cacciari, 1993). PP adalah termoplastik yang biasa digunakan
untuk cetakan plastik, stasioner folder, bahan kemasan, tabung plastik, jahitan yang tidak dapat
diserap, popok dll. PP bisa terdegradasi ketika terkena radiasi ultraviolet dari sinar matahari.
Selanjutnya, pada tinggi suhu, PP teroksidasi.
Tiga jenis utama jenis polimer PP digunakan dalam kemasan rumah tangga:
1. Homopolymer PP: merupakan polimer tembus cahaya, dengan Distorsi Panas tinggi
Temperatur (HDT), dengan impact strenght yang lebih rendah (terutama pada suhu rendah) .
Contoh aplikasi: panci penutup, sup
2. Block copolymer PP: polimer ini memiliki transparansi yang lebih rendah dan umumnya
HDT yang lebih rendah, dengan impact strenght yang lebih tinggi (terutama pada suhu rendah).
Contoh aplikasi: wadah es krim, makanan dingin
3. Random copolymer PP: polimer ini memiliki transparansi tinggi dan HDT terendah.
Polimer ini merupakan sebuah produk dengan fleksibilitas terbesar dan memiliki kekuatan
impact strenght yang wajar. Contoh pengaplikasian yang membutuhkan transparansi tinggi
adalah botol dan mangkuk salad; Homopolimer dan kopolimer (acak dan blok) dapat
digunakan dengan salah satu dari keduanya jenis utama dari proses pencetakan (ekstrusi /
thermoforming atau ekstrusi blow molding) dan karena itu dapat dibuat dengan karakteristik
aliran leleh yang berbeda sebagai berikut:
4. Thermoforming dan blow moulding: digunakan untuk baki dan botol daging, dengan MFR
rendah (Lt Flow Rate) (1 hingga 4);
5. Injeksi molding: digunakan untuk kemasan berdinding tipis, seperti panci sup, dengan MFR
tinggi (33 dan lebih tinggi).
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang
baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi
minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi
pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta- Ziegler polypropilen dapat
diperoleh dari propilen.
Polipropilen memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Ringan, mudah dibentuk, transpasan dan jernih dalam bentuk film. Tetapi dalam bentuk
kemasan kaku maka PP tidak transparan.
 Kekuatan terhadap tarikan lebih besar dibandingkan PE.
 Pada suhu rendah akan rapuh.
 Dalam bentuk murni pada suhu -30°C mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE atau
bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan.
 Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
 Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga dalam penanganan dan distribusi.
 Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang.
 Tidak baik untuk mengemas produk yang peka terhadap oksigen.
 Tahan terhadap suhu tinggi sampai 150°C, sehingga dapat digunakan untuk mengemas
produk pangan yang memerlukan proses sterilisasi.
 Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak.
 Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzene, silken, toluene, terpentin asam nitrat
kuat.
C. Proses Pengemasan

1. Proses Penanaman Teh (Tea Plantation)


Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Tumbuhan
Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Tanaman teh terutama tumbuh
di daerah tropis dan memerlukan curah hujan hingga 1000-1250 mm per tahun, dengan
temperatur ideal antara 10 hingga 20 °C. Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus
selama 50 – 70 tahun.

2. Pemanenan Daun Teh (Plucking)


Pemetikan dilakukan tergantung pada cuaca; tumbuhan baru dapat dipetik dengan interval 7 –
12 hari selama musim pertumbuhan. Pemanenan teh membutuhkan banyak tenaga dan tenaga
kerja intesif . Teh yang benar-benar baik umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh
muda yang belum mekar. Untuk menghasilkan 1 pound (0,45 kg) teh berkualitas paling baik,
diperlukan lebih dari 80.000 petikan.
Pemetik teh, belajar mengenali dengan tepat pucuk daun mana yang harus dipetik. Hal ini
penting, untuk memastikan kelunakan daun yang dipetik menghasilkan teh yang terbaik.
Setelah pemetikan, daun teh dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. Lokasi perkebunan
teh pada umumnya berdekatan dengan pabriknya.

3. Tahap Pelayuan (Withering)


Daun teh segar yang telah dipetik harus melalui tahap pelayuan. Pada tahap ini, daun teh
dilayukan dengan melakukan pemanasan agar kadar air yang terkandung berkurang 65-70
persen. Pemanasan dilakukan dengan mengalirkan udara panas (bisa juga dijemur). Hal ini
dilakukan agar daun teh dapat digiling dengan baik.

4. Tahap Penggilingan (Rolling)


Selanjutnya, daun teh yang telah dilayukan masuk pada tahap penggilingan. Pada tahap ini,
daun teh digiling untuk memecah sel-sel daun. Pemecahan daun teh disesuaikan dengan
kebutuhan atau permintaan pasar. Daun teh ada yang digiling kasar dan ada yang digiling
sampai menjadi serbuk.
5. Tahap Oksidasi (Oxidation)
Daun teh yang telah digiling disimpan pada tempat atau ruangan khusus yang bersih dan
bebas bau. Pada tahap ini, daun teh dibiarkan mengalami oksidasi. Enzim dalam teh akan
bekerja dan membentuk warna, rasa, dan aroma teh.

6. Tahap Pengeringan (Drying)


Daun teh selanjutnya dikeringkan. Pengeringan daun teh menggunakan mesin agar suhu yang
dihasilkan stabil dan menghasilkan kualitas teh yang baik. Daun teh dikeringkan oleh mesin
pengering dengan suhu sekitar 49°C kurang lebih selama 20 menit sampai kadar air dalam
daun teh mencapai 2-3 persen.

7. Tahap Sortir dan Pengemasan (Sorting and Packaging)


Selanjutnya, teh yang telah dikeringkan dikemas. Sebelum dikemas, dilakukan penyortiran
teh, agar dapat dikemas sesuai permintaan pasar.
III. PENUTUP

Dalam pengemasan teh dalam bentuk gelas, bahan yang paling cocok digunakan adalah
Polypropylene karena memiliki Keuntungan sebagai berikut:
 Ini adalah bahan yang relatif murah
 Ia memiliki kekuatan lentur yang tinggi karena sifat semi-kristalinnya
 Ini memiliki koefisien gesekan yang rendah
 Itu sangat tahan terhadap kelembaban
 Ini memiliki ketahanan kimia yang baik atas berbagai basis dan asam
 Ia memiliki ketahanan lelah yang baik • Memiliki kekuatan benturan yang baik
 Ini memiliki ketahanan yang baik terhadap listrik dan dengan demikian merupakan isolator
listrik yang baik
 Lebih mudah diperbaiki dari kerusakan
PP adalah bahan yang paling suitable dengan karakteristik teh yang komposisi terbesarnya
adalah air dan dengan harga yang lebih ekonomis.
IV. DAFTAR PUSTAKA

http://cdn.intechopen.com/pdfs/37229/InTech-
Polypropylene_in_the_industry_of_food_packaging.pdf
http://www.smallcrab.com/lain-lain/706-plastik-sebagai-bahan-pengemas-makanan.html
http://harryhclkaja.blogspot.com/2010/11/melihat-proses-produksi-teh-mulai.html
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/Plastiksebagaikemasanpangan.pdf

Anda mungkin juga menyukai