Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di

Indonesia, menjadikan lembaga keuangan mempunyai peran yang penting

dalam kehidupan masyarakat luas. Dengan adanya berbagai lembaga

keuangan yang bervariasi menjadikan tiap lembaga berupaya untuk

menyalurkan berbagai produk dan jasa keuangan kepada masyarakat secara

menyeluruh. Agar masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan

jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, masyarakat harus memahami

dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban serta

meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut akan di miliki jika

masyarakat memiliki tingkat literasi keuangan yang baik.

Literasi keuangan sangat berkaitan dengan kesejahteraan individu.

Pengetahuan keuangan dan keterampilan dalam mengelola keuangan pribadi

sangat penting dalam kehidupan sehari. Kesulitan keuangan bukan hanya

fungsi dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan). Kesulitan keuangan

juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan

(missmanagement) seperti kesalahan penggunaan kredit, dan tidak adanya

perencanaan keuangan. Adanya pengetahuan keuangan dan literasi keuangan

akan membantu individu dalam mengatur perencanaan keuangan pribadi,

sehingga individu tersebut bisa memaksimalkan nilai waktu uang dan


keuntungan yang diperoleh oleh individu akan semakin besar dan akan

meningkatkan taraf kehidupannya.

Lusardi (2014) menyatakan bahwa literasi keuangan terdiri dari

sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki

oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan sejumlah uang

untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bertujuan untuk mencapai

kesejahteraan. Literasi keuangan sangat terkait dengan perilaku, kebiasaan

dan pengaruh dari faktor eksternal.

Chen dan Volpe (1998) mengartikan literasi keuangan sebagai

pengetahuan untuk mengelola keuangan agar bisa hidup lebih sejahtera di

masa yang akan datang. Selain itu juga, definisi literasi keuangan menurut

Chen dan Volpe (1998) memiliki 4 aspek yaitu pengetahuan umum,

tabungan, asuransi dan investasi yang sesuai dengan pengelolaan keuangan

pribadi.

OJK sebagai lembaga keuangan memastikan pemahaman

masyarakat dengan membuat program strategi nasional literasi keuangan

dengan mencanagkan tiga pilar utama yaitu: (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).

1. Well literate (21,84%) memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang

lembaga keuangan sert produk jasa keuangan,manfaat den resiko, hak dan

kewajiban terkait produk dan jasa keuangan serta memiliki keterampilan

dalam menggukanan produk dan jasa keuangan.


2. Sufficient literate (75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakian tentang

lembaga jasa kauangan serta produk dan jasa keuangan, manfaat dan

resiko, hak dan kewajiban terkait produk jasa keuagan.

3. Less literate (2,06%) hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa

keunagan, produk dan jasa keuangan.

4. Not literate (0,41%), tidak meiliki pengetahian dan keoyakinan terhadap

lembaga jasa keuangan dan jasa euangan, seta tidak memiliki

keterampilan dalam mengunakan produk dan jasa keuangan. (Otoritas

Jasa Keuangan, 2016).

Survei Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan oleh OJK

memberikan potret mengenai kondisi literasi keuangan yang ada di Indonesia.

Indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sekitar 21,8% yang

berarti dari setiap 100 penduduk hanya sekitar 22 orang yang termasuk

kategori well literate (Otoritas Jasa Keuangan, 2016 ). Dengan kondisi

seperti ini, ditengah masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai bagaimana mengoptimalkan uang untuk

kegiatan yang produktif. Gambaran tingkat literasi keuangan masyarakat

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 1.1 Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Tahun
2016 Berdasarkan Provinsi
No Provinsi Tingkat Literasi
(persen)
1 DKI Jakarta 40,0
2 DI Yogyakarta 38,5
3 Banten 38,2
4 Bali 37,5
5 Kepulauan Riau 37,1
6 Jawa Timur 35,6
7 Jawa Tengah 33,5
8 Jawa Barat 33,0
9 Aceh 32,7
10 Sumatera Selatan 31,3
11 Sumatera Utara 31,3
12 Kalimantan Barat 30,5
13 Kalimantan Timur 30,5
14 Rata-Rata Nasional 29,7
15 Bangka Belitung 29,5
16 Riau 29,5
17 Sulawesi Utara 28,7
18 Sulawesi Selatan 28,4
19 Nusa Tenggara Timur 28,0
20 Bengkulu 27,6
21 Sumatera Barat 27,3
22 Maluku Utara 27,3
23 Sulawesi Barat 26,9
24 Lampung 26,9
25 Jambi 26,9
26 Kalimantan Utara 26,5
27 Sulawesi Tenggara 26,5
28 Kalimantan tengah 26,2
29 Maluku 26,2
30 Kalimantan selatan 23,3
31 Gorontalo 23,3
32 Sulawesi Tengah 22,5
33 Papua 22,2
34 Nusa Tenggara Barat 21,5
35 Papua Barat 19,3
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, 2016
Berdasarkan data tersebut terdapat 13 provinsi yang berada diatas rata-

rata nasional sedangkan 22 provinsi lainnya masih berada dibawah rata-rata

dengan standar nasional sebesar 29,66 (OJK, 2016). Tingkat literasi yang

paling rendah ditempati oleh papua barat dengan tingkat presentase sebesar

19,3%, sedangkan NTB berada pada urutan kedua terendah dengan persentase

sebesar 21,5%. Kondisi ini mencerminkan bahwa pengetahuan masyarakat

mengenai seluk beluk keuangan tidak merata pada seluruh provinsi

khususnya Nusa Tenggara Barat.

Data tersebut menunjukan bahwa tingkat literasi keuangan di NTB

masih sangat rendah. Rendahnya tingkat literasi di NTB disebabkan oleh

beberapa hal yaitu : 1. karena masyarakat memang tidak punya cukup uang

untuk disimpan di perbankan, sehingga meskipun mereka paham peran jasa

keuangan, namun tidak memiliki modal untuk transaksi. 2. Pemahaman

literasi tidak terlepas dari Ideks Pembangunan Manusia NTB yang relatif

rendah. 3. Terdapat subtitusi atau pihak pengganti dari jasa keungan yang

pada umunya dilakukan oleh rentenir. Hal ini tentu saja berpengaruh

terhadap bagaimana masyarakat dalam penggunaan fasilitas ataupun jasa-jasa

perbankan seperti Kredit, Investasi, tabungan dan jasa perbankan lainnya.

Menurut Hailwood (2007) financial literacy akan mempengaruhi

bagaimana orang menabung, meminjam, berinvestasi dan mengelola

keuangan. Lebih jauh, kecakapan finansial disini juga lebih menekankan pada

kemampuan untuk memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan,

sehingga bagaimana dapat menerapkan secara tepat. Rendahnya tingkat

literasi keuangan NTB yang sangat rendah sangat perlu diperhatikan karena
akan berpengaruh terhadap bagaimana penggunaan produk keuangan

sebagaimana dikemukakan oleh Hailwood, terutama dalam tabungan.

Tabungan merupakan salah satu dari berbagai macam produk

perbankan yang paling banyak diminati oleh masyarakat, mulai dari kalangan

pelajar, kalangan pengusaha, dan masyarakat umum lainnya. Menurut UU No

10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat

lainnya yang dipersamakan dengan itu, sedangkan tujuan dari menabung

adalah mengumpulkan dana dari masyarakat guna membiayai pembangunan

dan menanamkan kebiasaan menabung dikalangan masyarakat.

Kegiatan menabung memang sering dirasakan sulit untuk dilakukan

oleh sebagian orang, padahal jika kita mengetahui manfaat menabung ini,

tidak ada alasan untuk tidak melakukannya. Adapun manfaatnya yaitu Belajar

hidup hemat , Ketersediaan uang disaat mendesak, dan Mencegah berhutang.

Keterkaitan literasi keuangan dan tabungan membuat peneliti sangat tertarik

untuk menggali sejauh mana pengaruh tingkat literasi keuangan terhadap

tabungan.

Penelitian ini difokuskan di Kecamatan ampenan, yang merupakan satu

dari 6 kecamtan yang ada dikota mataram. Pemilihan kecamatan ampenan

sebagai lokasi penelitian didasari karena jumlah penduduknya paling besar

diantara 5 kecamatan lainnya. Besarnya jumlah penduduk tentu saja menjadi

hal penting dalam penelitian ini, karna dari jumlah penduduk tersebut akan
diketahui persebaran penduduk dari berbagai aspek seperti jenis pekerjaan,

pendidikan, umur dan lainnya.

Kecamatan ampenan terdiri dari 10 kelurahan dengan komposisi

penduduk terbagi kedalam beberapa golongan yaitu berdasarkan umur,

berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan tingkat pendidikan dan berdasarkan

jenis lapangan pekerjaan. Presentase persebaran dalam berbagai aspek tersebut

tentu saja akan lebih besar dibandingkan dengan 5 kecamatan lain yang

jumlah penduduknya lebih kecil.

Dari beberapa golongan masyarakat tersebut, kemudian dipilih

responden berdasarkan jenis pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

data yang lebih valid mengingat masyarakat kecamatan ampenan sangat

heterogen. Penentuan responden berdasarkan jenis lapangan pekerjaan

dikarenakan masyarakat yang bekerja pasti memiliki pendapatan. Untuk

menabung tentu saja masyarakat harus memiliki pendapatan. Namun yang

menjadi hal penting adalah apakah dari pendapatan tersebut terdapat sisa yang

bisa ditabung. Sisa dari pendapatan tersebut tergantung pada seberapa cerdas

seseorang dalam mengelola keuangannya. Seseorang dengan pendapatan besar

bisa saja tidak menabung dikarenakan kebiasaan hidup boros, artinya

seseorang tersebut tidak memiliki perilaku keuangan yang baik. Namun

seseorang dengan pendapatan yang kecil bisa saja menabung karna memahami

akan kebutuhan kedepan yang tidak terduga. Hal ini menunjukan bahwa

seseorang tersebut telah memiliki literasi keuangan yang baik.

Dalam hal ini keputusan menabung yang dimaksud adalah menabung

untuk kebutuhan dimasa yang akan datang atau berjaga-jaga bukan untuk
investasi, karena jika melihat dari kondisi masyarakat kecamatan ampenan

kecil kemungkinan untuk melakukan investasi.

Beberpa penelitian empiris yang telah dilakukan menghasilkan bahwa

literasi keuangan ini berpengaruh terhadap minat menabung ataupun

terhadap perilaku menabung, walaupun terdapat perbedaaan pada tingkat

signifikannya. Namun pada kenyataanya literasi keuangan tidak selalu

berpengaruh karna seseorang yang memiliki literasi yang baik bisa saja tidak

menabung karna tidak memiliki pendapatan ataupun karena kebiasaan hidup

boros. Begitu juga sebaliknya, orang yang memiliki pendapatan belum tentu

menabung karna tidak memiliki literasi keuangan yang baik sebagai

pertimbangan dalam pengelolaan keuangannya. Dari uraian tersebut bisa

dilihat bahwa adanya ketidaksesuaian antara teori dan fakta yang terdapat

dilapangan sehingga diperlukan penelitian untuk menjawab persoalan

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan

Terhadap Keputusan Masyarakat untuk Menabung pada Bank Umum

di kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah Tingkat Literasi Keuangan yang diukur oleh tiga

indikator yaitu pengetahuan keuangan, perilaku keuangan dan sikap


Keuangan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat untuk menabung pada

Bank Umum di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Tingkat Literasi

Keuangan yang diukur oleh tiga indikator yaitu pengetahuan keuangan,

perilaku keuangan dan sikap Keuangan berpengaruh terhadap keputusan

masyarakat untuk menabung pada Bank Umum di Kecamatan Ampenan Kota

Mataram.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini memberikan manfaat dan kontribusi sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman

kepada Peneliti, masyarakat dan pelajar tentang pentingnya literasi keuangan

dan pengaruhnya terhadap penggunaan produk keuangan salah satunya dalam

keputusan menabung.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh perusahaan sebagai

masukan dan bahan evaluasi untuk terus memacu peningkatan tingkat literasi

keuangan masyarakat sehingga masyarakat mampu memahami segala bentuk

produk lembaga keuangan.


3. Manfaat Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu dan

informasi serta dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

yang terkait dengan literasi keuangan, namun tidak hanya terbatas pada

tabungan tapi bisa juga melihat beragai produk keuangan lainnya seperti

investasi, kredit dan sebagainya.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1Literasi Keuangan

Keuangan merupakan aspek penting yang melekat dalam kehidupan

masyarakat luas. Pengetahuan keuanganyang dimiliki dapat membantu

individu dalam menentukan keputusan-keputusan dalam menentukan produk-

produk finansial yang dapat mengoptimalkan keputusan keuangannya.

Pengetahuan tentang keuangan menjadi sangat penting bagi individu agar

tidak salah dalam membuat keputusan keuangan nantinya (Margaretha dan

Pambudhi, 2015).

Menurut (Yasid, 2009) perilaku menabung dapat diartikan sebagai

tujuan menabung, cara seseorang menabung, frekuensi menabung, jumlah

tabungan dan rasio menabung dibandingkan dengan pendapatannya.

Penelitian mengenai savingbehavior ini telah dilakukan oleh beberapa

peneliti diantaranya (Sirine, Hani; Utami, 2016) dimana hasil penelitian

antara lain perilaku menabung pada mahasiswa dipengaruhi oleh literasi

keuangan (melek financial), kemudian penelitian yang dilakukan oleh

(Brounen, Koedijk, & Pownall, 2016) dimana saving behavior dipengaruhi

oleh literasi keuangan.

Berdasarkan peraturan otoritas jasa keuangan nomor 76

/POJK.07/2016 definisi dariOtoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa literasi

keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan, yang


mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan

keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan,

(www.ojk.co.id).

Lusardi (2014) menyatakan bahwa literasi keuangan terdiri dari

sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki

oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan sejumlah uang

untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bertujuan untuk mencapai

kesejahteraan. Literasi keuangan sangat terkait dengan perilaku, kebiasaan

dan pengaruh dari faktor eksternal. Sementara itu, Chen dan Volpe (1998)

mengartikan literasi keuangan sebagai pengetahuan untuk mengelola

keuangan agar bisa hidup lebih sejahtera di masa yang akan datang.

Berdasarkan PISA 2012:Financial Literacy Assessment Framework

(OECD INFE, 2012) dirumuskan bahwa literasi keuangan merupakan faktor

yang fundamental untuk pertumbuhan kekonomi dan stabilitas keuangan.

Dari sudut pandang konsumen, literasi keuangan yang baik akan

memunculkan keputusan pembelanjaan yang mengedepankan kualitas. Hal

ini akan berakibat pada kompetisi industri yang menjadi sehat dan kompetisi

akan mengedepankan inovasi dalam barang dan jasa yang ditawarkan ke

konsumen. Selain itu, dengan literasi keuangan yang baik juga bisa

meminimalkan terjadinya keputusan yang slah terhadap isu ekonomi dan

keuangan yang muncul. Dari sudut pandang penyedia jasa keuangan, literasi

keuangan yang baik akan memberikan informasi yang memadai mengenai

produk serta pemahaman risiko. Sedangkan dari sudut pandang pemerintah,

denganadanya literasi keuangan yang baik pada masyarakat maka pemerintah


dapat memperoleh pemasukan pajak dengan maksimal untuk pengembangan

infrastruktur dan fasilitas pelayanan publik.

Literasi keuangan mencakup kemampuan untuk membedakan pilihan

keuangan, mambahas uang dan masalah keuangan tanpa ketidaknyamanan,

merencanakan masa depan, dan menanggapi kompeten untuk peristiwa

kehidupan yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari, termasuk

peristiwa di ekonomi secara umum. Literasi keuangan terjadi manakala

seorang individu memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang dapat

memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Literasi

keuangan membantu untuk meningkatkan kualitas pelayanan keuangan dan

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

suatu negara. Semakin meningkatnya kompleksitas ekonomi, kebutuhan

individu dan produk keuangan, individu harus memiliki literasi keuangan

untuk mengatur keuangan pribadinya.

(Lusardi & Mitchell, 2007) mendefinisikan melek keuangan sebagai

pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya

(knowledge and ability) (jurnal monetery economic). Finansial Literacy

terjadi manakala seorang individu yang cakap (literate) adalah seseorang yang

memiliki sekumpulan keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut

mampu memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

Kecakapan (literacy) merupakan hal penting yang harus dimiliki untuk

mencapai tujuannya.
Menurut Servon dan Kaestner (2008) menyatakan bahwa literasi

keuangan adalahkemampuan seseorang untuk mengerti danmenggunakan

konsep keuangan. Dan Menurut Huston (2010) menyatakan bahwa literasi

keuangan adalah kemampuan yang dapat membantu seseorang untuk

membuat keputusan finansial secara efektif. Orang-orang yang melek

finansial seharusnya sudah mengerti konsep dasar finansial seperti tingkat

suku bunga,tingkat inflasi, suku bunga gabungan dan resiko.

Remund (2010) menyatakan bahwa literasi keuangan merupakan

pengukuran terhadap pemahaman seseorang mengenai konsep keuangan, dan

memiliki kemampuan dan keyakinan untuk mengatur keuangan pribadi

melalui pengambilan keputusan jangka pendek yang tepat, perencanaan

keuangan jangka panjang, serta memperhatikan kejadian dan kondisi

ekonomi. Huston (2010) mengatakan literasi keuangan meliputi kesadaran

dan pengetahuan akan instrumen keuangan dan aplikasinya di dalam bisnis

dan kehidupannya.

Carpena et.al (2011) menyatakan ada 3 (tiga) dimensi dari literasi

keuangan yaitu (1) keterampilan menghitung,(2) pemahaman tentang

keuangan dasar, dan (3) sikap terhadap keputusan keuangan. Sedangkan

Willis(2008) menyatakan bahwa pengetahuan dalam konteks literasi

keuangan meliputi pengetahuan, edukasi, dan informasi mengenai keuangan

dan sumbernya, perbankan, deposito, kredit, asuransi, dan pajak.Pengetahuan

keuangan yang dimiliki oleh seseorang tersebut kemudian berkembang

menjadi keterampilan keuangan, dimana keterampilan keuangan itu sendiri


didefinisikan sebagai kemampuan dalam menerapkan pengetahuan keuangan

yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari (Palameta et.al, 2016).

Keterampilan keuangan memungkinkan seseorang untuk dapat

mengambil keputusan yang rasional dan efektif terkaitdengan keuangan dan

sumber ekonominya (Kurihara, 2013). Masyarakat diharapkan dapat memiliki

keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan serta produk danlayanannya

setelah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Tidak hanya

terhadap industrijasa keuangan, keyakinan terhadap kemampuan juga harus

dimiliki masing-masing individu. Keyakinan tersebut termasuk keyakinan

dalam melaksanakan aktivitas keuangan seperti mencatat rencana

investasidan pengeluaran, menyusun rencana anggaran, dan sebagainya

(Tustin, 2010).

Pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan keuangan yang dimiliki

oleh seorang individu berpengaruh terhadapsikap dan perilaku keuangannya.

Peningkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat berdampak

padapartisipasi yang aktif dalam kegiatan terkait keuangan, serta perilaku

keuangan yang lebih positif pada seorangindividu. Selain itu, kaitan antara

perilaku dengan sikap seseorang terlihat pada seseorang yang memiliki sikap

positif untuk jangka panjang kemungkinan besar akan menunjukkan perilaku

keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang memiliki

sikap keuangan untuk jangka pendek (Atkinson & Messy, 2012).

Berbagai studi menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki peran

yang strategis untuk meningkatkankemampuan pengelolaan keuangan


individu. Modligiani dan Brumberg (1954) serta Friedman (1957)dalam

Lusardi & Mitchell (2014) menjelaskan bahwa konsumen diposisikan untuk

mengatur simpanan danpengeluaran secara optimal agar memberikan manfaat

sepanjang masa hidupnya. Kesimpulan dari studi lainyang dilakukan oleh

Lusardi & Mitchell (2007) mengindikasikan bahwa rumah tangga yang

memiliki literasi keuangan yang rendah cenderung tidak merencanakan masa

pensiunnya dan memiliki aset yang rendah.

Sedangkan Adams dan Rau (2011) menegaskan bahwa literasi

keuangan mempunyai peran utama dalam persiapan masa pensiun. Riset

menunjukkan bahwa pemahaman prinsip-prinsip dasar menabung, seperti

compound interest mempunyai pengaruh langsung pada persiapan keuangan

di hari tua. Boon et.al (2011)juga menemukan bahwa individu yang memiliki

literasi keuangan lebih siap dalam melakukan perencanaan

2.1.2 Dimensi Literasi Keuangan

Financial literacy mencakup beberapa dimensi keuangan yang harus

dikuasai. Chen dan Volpe (1998) menyebutkan beberapa dimensi financial

literacy yang meliputi pengetahuan umum keuangan, tabungan dan pinjaman,

asuransi, serta investasi. Chen and Volpe (1998) mengkategorikan literasi

keuangan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. < 60%yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang

rendah.

2. 60%–79%, yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan

yang sedang dan


3. 80% yang menunjukkan bahwa individu memiliki pengetahuan keuangan

yang tinggi.

a. Pengetahuan umum tentang keuangan Menurut S.P Wagland dan S. Taylor

(2009), pengetahuan tentang keuangan mencakup pengetahuan keuangan

pribadi, yakni bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran, serta

memahami konsep dasar keuangan. Konsep dasar keuangan tersebut

mencakup perhitungan tingkat bunga sederhana, bunga majemuk, pengaruh

inflasi, opportunity cost, nilai waktu uang, likuiditas suatu aset, dan lain-lain.

b. Tabungan dan pinjaman Menurut Garman dan Forgue (2010:376),

tabungan adalah akumulasi dana berlebih yang diperoleh dengan sengaja

mengkonsumsi lebih sedikit dari pendapatan. Dalam pemilihan tabungan, ada

enam faktor yang perlu dipertimbangkan (Kapoor, eal., 2004:147), yaitu: 1)

Tingkat pengembalian (persentase kenaikan tabungan), 2) inflasi (perlu

dipertimbangkan dengan tingkat pengembalian karena dapat mengurangi daya

beli), 3) pertimbangan pajak, 4) likuiditas (kemudahan dalam menarik dana

jangka pendek tanpa kerugian atau dibebanifee), 5) keamanan (ada tidaknya

proteksi terhadap kehilangan uang jika bank mengalami kesulitan keuangan,

dan 6) pembatasan-pembatasan dan fee (penundaan atas pembayaran bunga

yang dimasukkan dalamrekening dan pembebanan fee suatu transaksi tertentu

untuk penarikan deposito).

c. Asuransi Menurut Mehr dan Cammack (1980:16), asuransi merupakan

suatu alat untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-

unit eksposur (exposure) dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar
kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian, kerugian yang dapat

diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.

d. Investasi Menurut Garman dan Forgue (2010:376), investasi adalah

menyimpan atau menempatkan uang agar bisa bekerja sehingga dapat

menghasilkan uang yang lebih banyak. Cara yang sering digunakan seseorang

dalam berinvestasi yakni dengan meletakkan uang ke dalam surat berharga

termasuk saham, obligasi dan reksadana atau dengan membeli

2.1.3 Penerapan Literasi Keuangan

Dari hasil survei oleh badan Otoritas Jasa keuangan (OJK) tahun 2012

di Jakarta menyatakan sekurangnya ada 40% masyarakat Indonesia belum

mengetahui atau mengimplementasikan literasi keuangan, 22% perempuan

dan 18% laki-laki yang masih belum paham mengenai literasi keuangan.

Padahal sudah banyak produk yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan

seperti perbankan, asuransi dan pasar modal. Pada lembaga-lembaga tersebut

banyak mengeluarkan produk-produk untuk mengelola keuangan agar hidup

bisa lebih sejahtera dimasa yang akan datang seperti tabungan, asuransi dan

investasi.

a). Tabungan Menurut Widyaningsih (2005:15) tabungan adalah

penyimpanan uang simpanan dari pihak kedua yang penarikannya hanya

dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati. Menurut

Undang-undang perbankan No 10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan

masyarakat (nasabah) yang penarikannya dapat dilakukan oleh si penabung


sewaktu-waktu pada saat dikehendaki dan menurut syarat tertentu yang telah

ditetapkan oleh bank penyelenggara

b). Investasi Menurut Istijanto (2009:2) investasi adalah menanamkan

sejumlah dana dan berharap dana tersebut bisa bertambah dan tumbuh cepat.

Sedangkan menurut Halim (2005:4) menyatakan bahwa investasi merupakan

penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Haming (2010:5)

Investasi adalah keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang ini untuk

mengambil aktiva rill atau aktiva keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan

hasil yang lebih besar di masa yang akan datang. Menurut Kamarudin

(2006:3) investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk

memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.

c). Asuransi Menurut Abas (2005:6) asuransi adalah suatu sistem atau bisnis

dimana perlindungan finansial (ganti rugi secara finansial) untuk jiwa,properti

dan sebagainya untuk penggantian dari kejadian tidak terduga seperti

kematian kecelakaan dan lain-lain.Dimana melibatkan pembayaran premi

secara teratur dalam jangka waktu tertentu sebagai ganti yang menjamin

perlindungan tersebut. Asuransi dalam Undang-undang No 2 tahun 1922

tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

menerima premi asuransi. Sehingga kesimpulannya asuransi adalah

pembayaran sejumlah dana kepada pihak penyelenggara asuransi sebagai

pinjaman atas asset/ kekayaan yang dimiliki.


2.1.4 Indikator Pembentuk Literasi Keuangan

Adapun indikator pembentuk Indeks Literasi Keuangan, yaitu sikap,

perilaku, pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan sebagai upaya

peningkatan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan

individu. Dalam mengukur indeks literasi, terdapat aspek pengenalan dan

keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan. Dalam hal ini, yang dimaksud

dengan lembaga jasa keuangan dikelompokkan kedalam 6 sektor jasa

keuangan yaitu perbankan, perasuransian, lembaga pembiayaan (perusahaan

pembiayaan dan modal ventura),pasar modal (perusahaan efek dan manajer

investasi), pergadaian dan dana pensiun (Otoritas Jasa Keuangan, 2018).

Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).

terdapat kombinasi dari tiga komponen indikator yang digunakan untuk

mengukur besaran indeks literasi keuangan, yaitu:

1. Perilaku Keuangan

Perilaku manajemen keuangan dianggap sebagai salah satu konsep

penting pada disiplin ilmu keuangan. Banyak definisi yang diberikan

sehubungan dengan konsep ini, misalnya, Horne dan Wachowicz (2002)

dalam Mien dan Thao (2015) mengusulkan perilaku manajemen keuangan

sebagai penentuan, akuisisi, alokasi, dan pemanfaatan sumber daya keuangan.

Sedangkan secara keseluruhan Weston dan Brigham (1981) dalam Mien

dan Thao (2015) menggambarkan perilaku manajemen keuangan sebagai

suatu pengambilan keputusan keuangan, harmonisasi motif individu dan


tujuan perusahaan. Dengan demikian, menurut Mien dan Thao (2015)

manajemen keuangan berkaitan dengan efektivitas manajemen dana.

Menurut Horne dan Tirok (1986) dalam Sina (2014), istilah

manajemen keuangan mengandung arti bahwa arus dana yang diarahkan

sesuai dengan suatu rencana. Arus dana merupakan perubahan dana yang

berasal dari berbagai sumber yaitu para investor yang menanamkan modalnya

dalam bentuk saham perusahaan, kreditor yang meminjamkan uangnya, dan

laba dari tahun ke tahun yang telah lalu yang ditahan dalam perusahaan. Dana

yang berasal dari sumber-sumber tersebut terikat dalam beberapa penggunaan

yaitu dalam bentuk harta tetap yang digunakan untuk memproduksi barang

atau jasa, persediaan untuk kepentingan produksi dan penjualan, piutang

dalam rangka pemberian kredit kepada para pelanggan, kas dan surat

berharga yang dipergunakan untuk transaksi dan tujuan likuiditas. Ini berarti

manajemen keuangan mengatur anggaran sumber dana (income) dan

anggaran alokasi dana yang diarahkan sesuai dengan rencana yaitu untuk

mendapatkan kekayaan yang maksimal. Kegagalan dalam mengelola

keuangan individu dapat menyebabkan konsekuensi jangka panjang yang

serius tidak hanya untuk orang tersebut tapi juga bagi perusahaan. Menurut

Mien dan Thao (2015) beberapa tahun belakangan ini, praktik manajemen

keuangan mendapatkan perhatian serius dari berbagai organisasi seperti

pemerintah, lembaga keuangan, universitas dan lain sebagainya.

Dalam studi oleh Deacon dan Firebaugh (1988) dalam Mien dan Thao

(2015) manajemen keuangan didefinisikan sebagai seperangkat perilaku

mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hal-hal yang terlibat dalam


bidang tunai, kredit, investasi, asuransi dan pensiun, dan perencanaan

perumahan. Xiao dan Dew (2011) mendefinisikan manajemen keuangan

berkaitan dengan arus kas, kredit, tabungan dan manajemen investasi.

Menurut Amanah (2016), perilaku manajemen keuangan adalah ilmu

yang menjelaskan mengenai perilaku seseorang dalam mengatur keuangan

mereka dari sudut pandang psikologi dan kebiasaan individu tersebut. Ilmu

ini juga menjelaskan mengenai pengambilan keputusan yang irasional

terhadap keuangan mereka. Sedangkan Xiao dan Dew (2011) membagi

perilaku manajemen keuangan menjadi:

a. Cash management

b. Credit management

c. Saving behavior

Perilaku manajemen keuangan berhubungan dengan tanggung jawab

keuangan seseorang mengenai cara manajemen keuangan yang dimiliki (Ida

dan Dwinta, 2010). Tanggung jawab keuangan adalah proses manajemen

uang dan aset lainnya dengan cara yang dianggap produktif.

Perilaku manajemen keuangan adalah kemampuan seseorang dalam

mengatur dana keuangan sehari-hari, yang terdiri dari perencanaan,

penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian, dan

penyimpanan keuangan. Kholilah dan Iramani (2013) menjelaskan bahwa

dalam praktiknya, perilaku manajemen keuangan terbagi menjadi tiga hal

utama, yaitu:
a. Konsumsi, yakni pengeluaran oleh rumah tangga atas berbagai barang dan

jasa (kecuali pembelian untuk rumah baru).

b. Tabungan, yaitu bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi oleh sebuah

rumah tangga pada suatu periode tertentu.

c. Investasi, yakni mengalokasikan atau menanamkan sumber daya saat ini

dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa mendatang.

Dalam melakukan perilaku manajemen keuangan diperlukan

perencanaan keuangan untuk mencapai tujuan, baik tujuan jangka pendek

maupun tujuan jangka panjang (Yulianti dan Silvy, 2013). Media pencapaian

tujuan tersebut dapat melalui tabungan, investasi, atau pengalokasian dana.

Tanpa menerapkan sikap yang baik dalam manajemen keuangan, sulit untuk

memiliki surplus keuangan yang bisa dimanfaatkan untuk tabungan masa

depan atau modal untuk berinvestasi.

2. Pengetahuan Keuangan

Yulianti dan Silvy (2013) menjelaskan bahwa pengetahuan keuangan

merupakan segala sesuatu tentang keuangan yang dialami atau yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan keuangan juga dapat didefinisikan

sebagai penguasaan seseorang atas berbagai hal tentang dunia keuangan, yang

terdiri dari alat keuangan dan keterampilan keuangan (Andrew dan Nanik,

2014).

Garman (1985) dalam Aprilia (2015) mengemukakan untuk memiliki

pengetahuan keuangan maka perlu mengembangakan kemampuan keuangan


(financial skill) dan belajar menggunakan alat keuangan (financial tools).

Alat keuangan merupakan bentuk dari perilaku keuangan dalam pengambilan

keputusan.

Ida dan Dwinta (2010) menjelaskan keterampilan keuangan (financial

skill) sebagai sebuah teknik untuk membuat keputusan dalam manajemen

keuangan pribadi. Menyiapkan sebuah anggaran, memilih investasi, memilih

rencana asuransi, dan menggunakan kredit adalah contoh dari keterampilan

keuangan (financial skill). Sedangkan alat keuangan (financial tools) adalah

alat atau sarana yang digunakan dalam pembuatan keputusan manajemen

keuangan pribadi, seperti cek, kartu kredit, dan kartu debit. Secara umum,

kurangnya pengetahuan keuangan seseorang disebabkan oleh pendidikan.

Dengan asumsi bahwa pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan

keuangan yang akan menghasilkan pengambilan keputusan keuangan yang

lebih efektif (Scott, 2010 dalam Robb dan Woodyard, 2011).

Pengetahuan keuangan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan

sumber-sumber informal. Pendidikan formal ini seperti program sekolah

tinggi atau kuliah, seminar, dan kelas pelatihan di luar sekolah. Sedangkan

sumber-sumber informal dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti dari

orang tua, teman, dan rekan kerja, maupun yang berasal dari pengalaman

sendiri. Nababan dan Sadalia (2011) menyebutkan bahwa pengetahuan

keuangan mencakup beberapa aspek dalam keuangan sebagai berikut :

a. Basic Personal Finance Pengetahuan dasar mengenai keuangan pribadi

mencakup pemahaman terhadap beberapa hal-hal yang paling dasar dalam


sistem keuangan seperti perhitungan tingkat bunga sederhana dan bunga

majemuk, pengaruh inflasi, opportunity cost, nilai waktu dari uang, likuiditas

suatu aset, dan lain sebagainya.

b. Manajemen Uang Aspek ini mencakup bagaimana seseorang mengelola

uang serta kemampuan untuk menganalisis sumber pendapatan pibadi

yangdimiliki. Manajemen uang juga terkait bagaimana seseorang membuat

prioritas penggunaan dana serta membuat anggaran.

c. Manajemen Kredit dan Utang Pengetahuan mengenai manajemen kredit

dan utang terdiri dari: faktor-faktor yang memengaruhi kelayakan kredit,

pertimbangan dalam melakukan pinjaman, karakteristik kredit, tingkat bunga

pinjaman, jangka waktu pinjaman, serta sumber dalam mendapatkan kredit

dan utang merupakan pengetahuan keuangan yang sangat dibutuhkan agar

dapat menggunakan kredit dan utang secara bijaksana.

d. Tabungan Dalam pemilihan tabungan terdapat beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan, yaitu: tingkat pengembalian (persentase kenaikan

tabungan), inflasi, pertimbangan-pertimbangan pajak, likuiditas, keamanan

(proteksi terhadap tabungan jika bank mengalami kesulitan keuangan), dan

pembatasan-pembatasan serta pembebanan fee atas suatu transaksi tertentu

untuk penarikan deposito.

e. Investasi Investasi adalah bagian dari tabungan yang digunakan untuk

kegiatan ekonomi dalam menghasilkan barang dan jasa yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi


pilihan dalam berinvestasi, yaitu: keamanan danrisiko, komponen faktor

risiko, pendapatan investasi, pertumbuhan investasi, dan likuiditas.

f. Manajemen Risiko bisa didefinisikan sebagai ketidakpastian atau

kemungkinan adanya kerugian keuangan. Proses manajemen risiko meliputi

tiga langkah sebagai berikut; a) Mengidentifikasi eksposur dari risiko yang

dihadapi; b) Mengidentifikasi dampak keuangan dari risiko yang dihadapi; c)

Memilih cara yang paling tepat untuk menghadapi risiko tersebut.

Pengetahuan keuangan mempunyai hubungan yang erat denganfinancial

literacy atau edukasi keuangan. Financial literacy adalah pengambilan

keputusan individu yang menggunakan kombinasi dari beberapa

keterampilan, sumber daya, dan pengetahuan kontekstual untuk mengolah

informasi dan membuat keputusan berdasarkan dengan resiko

financial dari keputusan tersebut. Dalam financial literacy terdapat beberapa

aspek keuangan yaitu :

a. Basic Personal Finance.

b. Money management (pengelolaan uang).

c. Credit and debt management.

d. Saving and investment.

e. Risk Management.

Pengetahuan keuangan telah terbukti memiliki dampak yang

signifikan terhadap manajemen keuangan, dan lebih konsisten ketika berbagai

macam kebijakan digunakan (Sarah, 2009). Hal ini dapat dijelaskan melalui

cara seseorang mengelola keuangan pribadinya dan manajemen keuangan itu

menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap kepuasan keuangan atau


ketidakpuasan keuangan seseorang. Secara teoritis, pengetahuan keuangan

tentang bagaimana pasar keuangan beroperasi harus menghasilkan individu

yang membuat keputusanlebih efektif (Robb dan Woodyard, 2011).

3. Sikap Keuangan

Menurut Robbins & Judge (2008: 92), sikap adalah pernyataan yang

evaluatif baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan

terhadap objek, individu, danperistiwa. Sikap memiliki 3 komponen utama

yang terdiri dari :

a. Kognitif

b. Afektif (perasaan)

c. Perilaku atau tindakan

Pengertian sikap keuangan menurut Pankow (2003) sebagaimana

dikutip oleh Ningsih dan Rita (2010) yaitu diartikan sebagai keadaan pikiran,

pendapat, serta penilaian tentang keuangan yang diaplikasikan kedalam sikap.

Menurut Eagly dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan dan Dewi M.

(2010:20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil

evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses

kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Menurut Jodi & Phyllis (1998) dalam

Rajna et al., (2011) Sikap keuangan adalah kecenderungan psikologis yang

diekspresikan ketika mengevaluasi praktik manajemen keuangan yang

direkomendasikan dengan beberapa tingkatan kesepakatan dan

ketidaksepakatan.
Sikap keuangan bisa dianggap sebagai kecenderungan psikologis yang

diungkapkan saat mengevaluasi praktik pengelolaan keuangan yang

direkomendasikan dengan beberapa tingkat kesepakatan atau

ketidaksepakatan (Parrotta dan Johnson, 1998). Sikap keuangan memainkan

peran penting dalam menentukan perilaku keuangan seseorang (Davisdan

Schumm, 1987; Shih dan Ke, 2014) dalam Miendan Thao. Sikap keuangan

membentuk cara orang menghabiskan wa ktu,menyimpan, menimbun, dan

membuang-buang uang (Furnham, 1984)dalam Mien dan Thao (2015).

Menurut Eagly & Chaiken (1993) dalam Deyola (2014) terdapat dua

faktor yang berdampak pada perilaku keuangan pada umumnya yaitu

pengetahuan dan sikap keuangan. Sikap keuangan didefinisikan sebagai

penerapan prinsip-prinsip keuangan untuk menciptakan dan mempertahankan

nilai melalui pengambilan keputusan dan manajemen sumber daya yang tepat.

Sikap keuangan dapat dicerminkan oleh enam konsep berikut Furnham

(1984) dalam Damanik dan Herdjiono (2016), yaitu:

1. Obsession,merujuk pada pola pikir seseorang tentang uang dan persepsinya

tentang masa depan untuk mengelola uang dengan baik.

2. Power, yaitu merujuk pada seseorang yang menggunakan uang sebagai alat

untuk mengendalikan orang lain dan menurutnya uang dapat menyelesaikan

masalah.

3. Effort, merujuk pada seseorang yang merasa pantas memiliki uang dari apa

yang sudah dikerjakannya.


4. Inadequacy, merujuk pada seseorang yang selalu merasa tidak cukup

memiliki uang

5. Retention, merujuk pada seseorang yang memiliki kecenderungan tidak

ingin menghabiskan uang.

6. Security, merujuk pada pandangan seseorang yang sangat kuno tentang

uang seperti anggapan bahwa uang lebih baik hanya disimpan sendiri tanpa

ditabung di Bank atau untuk investasi.

Eagly dan Chaiken (1993) dalam Deyola (2014) menjelaskan bahwa

sikap diwujudkan dalam respon perilaku. Oleh karena itu, masuk akal untuk

mendefinisikan sikap keuangan sebagai variabel subsistem pribadi dan

perilaku keuangan sebagai variabel subsistem manajerial. Sikap keuangan

yang dimiliki oleh seseorang akan membantu individu tersebut dalam

menentukan sikap dan berperilaku mereka dalam hal keuangan, baik dalam

hal manajemen keuangan, penganggaran keuangan pribadi, atau bagaimana

keputusan individu mengenai bentuk investasi yang akan diambil. Semakin

positif sikap terhadap manajemen keuangan, dan besarnya pengetahuan

keuangan, semakin banyak praktek manajemen keuangan yang dapat

diterapkan (Jodi & Phyllis, 1998) dalam Deyola (2014).

Masing-masing komponen tersebut dihitung terlebih dahulu besaran

indeksnya, sehingga bernilai kisaran antara 0 (tidak terliterasi) hingga 1

(terliterasi dengan baik). Teknik penyusunan indeks masing-masing

komponen pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut :


𝒙𝒊−𝑴𝒊𝒏𝒙𝒊
ILK = ∑𝟑𝒊=𝟏 𝒍𝒊: 𝒍𝒊(𝐦𝐚𝐱 𝒙𝒊−𝑴𝒊𝒏𝑿𝒊

ILK Dimana : ILK :Indeks Literasi Keuangan

Ii : Indeks komponen ILK ke 1 (i= 1,2,3)

Xi : Nilai indikator komponen ILK ke 1

Max Xi : Nilai Maximum Xi

Min Xi : Nilai Minimum Xi

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks literasi keuangan setiap

masyarakat adalah sebagai berikut :

𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔𝒙𝟏+𝒊𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔𝒙𝟐+𝒊𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔𝒙𝟑
ILK =
𝟑

Dimana : ILK : Indeks Literasi Keuangan Masyarakat

X1 : Indeks Pengetahuan Keuangan

X2: Indeks Sikap Keuangan

X3 : Indeks Perilaku Keuangan

Hasil dari indeks literasi keuangan masyarakat kemudian dibagi kedalam

beberapa kategori berdasarkan rumus Penilaian Acuan Norma (PAN) yakni

adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau

nilai yang diperoleh individu dibandingkan dengan nilai-nilai individu yang

lain dalam kelompok tersebut. Pedoman yang digunakan untuk mengubah


skor mentah menjadi skor standar pada PAN berdasarkan rata-rata (mean)

dan standar deviasi.

2.1.5 Teori Pengambilan Keputusan

Teori keputusan merupakan pendekatan analitik untuk memilih

alternatif terbaik atau cara terbaik untuk bertindak. Ini digunakan secara luas

bukan saja didalam manajemen produksi dan operasional seperti analisis

produk baru, tetapi juga digunakan untuk analisis apa saja yang berkaitan

dengan pengambilan keputusan manajerial.

Ada empat teori keputusan yaitu :

1. Pengambilan keputusan di bawah kondisi kepastian.Dalam hal ini

pengambil keputusan mengetahui dengan pasti konsekuensi atau hasil dari

setiap alternatif keputusan yang dipilih.

2. Pengambilan keputusan dibawah risiko, Pengambil keputusan mengetahui

kemungkinan (probabilitas) akan terjadinya suatu kejadian atau

konsekuensidari tiap pilihan.

3. Pengambilan keputusan di bawah ketidakpastian, Pengambil keputusan

tidak mengetahui probabilitas kejadian yang akan terjadi untuk tiap alternatif.

4. Pengambilan keputusan dengan hierarki (Analytical Hierarchy Process

dari ThomasSatty). Pengambilan keputusan dengan hierarki disini didasarkan

atas prioritas, dimana penyusunan prioritas itu memuat tiga

prinsip: prinsip menyusun hierarki, prinsip menetapkan prioritas dan prinsip

konsistensi lojik.Tanpa memandang seberapa kompleks atau seberapa sulit


teknikyang digunakan untuk menganalisis suatu keputusan, semua pengambil

keputusan menghadapi alternatif dan situasi (state ofnature).

Notasi-notasi berikut digunakan dalam menganalisispengambilan keputusan.

1. Terminologi

a. Alternatif adalah pilihan strategi yang dapatdiambil oleh pengambil

keputusan.

b. Situasi adalah suatu kejadian atau suatu gejaladimana pengambil keputusan

mempunyai sedikit atautidak punya k ontrol sama sekali.

2. Lambang

Lambang (simbol) yang digunakan pada pohonkeputusan (decision tree):

a. tanda bagi pengambil keputusan untuk memilihsatu dari berbagai alternatif

yang ada.

b. kejadian (state of nature) atau situasi dimanasatu situasi akan terjadi.

Dalam menyatakan alternatif keputusan yang diambil oleh manajer, dapat

dibangun suatu pohon keputusan (decision tree)dan tabel keputusan (decision

tables) dengan menggunakan simbol-simbol.Dalam mengkonstruksi pohon

keputusan kita harus yakin bahwa semua alternatif dan situasi (state of

nature) berada dalamtempat yang benar dan logik dan kita menyimpulkan

semua kemungkinan alternatif dan semua situasi.


2.1.6. Minat Menabung

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2015), minat dapat diartikan

sebagai sebuah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuat gairah atau

keinginan. Sedangkan secara etimologi pengertian minat adalah perhatian,

kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu keinginan. Sedangkan

menurut istilah ialah suatuperangkat mental yang terdiri dari suatu campuran

dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan lain yang

mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu (Mappiare, 1997).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga mengartikan menabung

adalah menyimpan uangdalam celengan, bank dan pos. Serta menurut pakar

ekonomi Keynesian (2016) menabung terdiri dari sisa saat biaya pengeluaran

konsumsi seseorang dikurangkan pada jumlah pendapatan yang seseorang

peroleh pada suatu waktu.

Sedangkan menurut Kamus Internasional Merriam dan Webster

menabung adalah menyimpan uang di banding menggunakannya.

Menyimpan dalam hal ini menurut Merriam dan Webster adalah menyisihkan

untuk disimpan. Sedangkan pendapat Rini (2006) sebagaimana dikutip oleh

Anggraini (2013) dan Putra (2011)secara luas menabung dapat diartikan

sebagaisuatu kegiatan menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk

dikumpulkan sebagai cadangan dihari depan.


2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini selain menggunakan teori sebagai konsep dasar

berfikir dalam memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan, peneliti juga

menggunakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang cukup relevan . Penelitian

terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

lain baik dalam bentuk jurnal, skripsi, dan tesis. Penelitian terdahulu yang

menjadi acuan utama dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Mudakir dan Sakinah yang meneliti tentang Analisis Lliterasi Keuangan

Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Angkatan 2014-

2017 Adapun beberapa penelitian terdahulu yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Syahrial (2018) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Persepsi Nilai dan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Minat Menabung serta

Dampaknya Kepada Keputusan Menabung pada Perbankan Syariah di Banda

Aceh.. Penelitian ini memakai modelanalisis SEM AMOS. Pengaruh langsung

antara variabel independent yang ada pada penelitian ini yaitu Persepsi nilai

(X1) terhadap variabel dependent yaitu Keputusan menabung (Z), lebih kecil

dibandingkan pengaruh nya bila melalui variabel intervening Minat menabung

(Y). Pengaruh langsung antara X dan Z adalah 0,060. Sedangkan pengaruh

tidak langsung nya yang melalui Y lebih besar yaitu 0,1008. Pengaruh

langsung antara variabel independent Pengetahuan (X2) terhadap variabel

dependent yaitu Keputusa nmenabung (Z), lebih kecil dibandingkan pengaruh

nya bila melalui variabel intervening Minat menabung (Y).Pengaruh langsung

antara X dan Z adalah 0,220. Sedangkan pengaruh tidak langsung nya yang
melalui Ylebih besar yaitu 0,4536. Karena pengaruh langsung lebih kecil dari

pengaruh tidak langsung yang memaluivariabel mediating yaitu variabel minat

menabung.

Gina Sakinah dan Bagio Mudakir (2018) melakukan penelitian

dengan judul Analisis Literasi Keuangan Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomika

dan Bisnis Universitas Angkatan 2014-2017. Literasi keuangan dalam

penelitian ini menggunakan indeks literasi keuangan yang terdiri dari

komponen pengetahuan, sikap, dan perilaku keuangan siswa. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dan uji regresi linier

berganda (OLS). Akibatnya, tingkat literasi keuangan siswa dikategorikan

sebagai cukup sastra, yaitu 50,4%, dipengaruhi oleh usia, IPK, pendidikan

orang tua, dan lama belajar. Di sisi lain, jenis kelamin dan pendapatan tidak

mempengaruhi literasi keuangan siswa.

Resti Dewi Mawarti (2018) melakukan penelitian dengan judul

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menabung Mahasiswa S1

Fakultas Eikonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan literasi

keuangan terhadap perilaku menabung. (2) Terdapat pengaruh positif dan

signifikan pengendalian diri terhadap perilaku menabung. (3) Terdapat

pengaruh positif dan signifikan sosialisasi orang tua terhadap perilaku

menabung. (4) Tidak terdapat pengaruh signifikan teman sebaya terhadap

perilaku menabung. (5) Terdapat pengaruh positif dan signifikan motif

menabung terhadap perilaku menabung. (6) Terdapat pengaruh positif dan

signifikan pendapatan terhadap perilaku menabung. (7) Terdapat pengaruh


yang signifikan literasi keuangan, pengendalian diri, sosialisasi orang tua,

teman sebaya, motif menabung dan pendapatan secara bersama-sama terhadap

perilaku menabung. Hasil koefisien determinasi sebesar 44,3%.

Nujmatul Laily (2018) Melakukan Penelitian Tentang Pengaruh

Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Mahasiswa Dalam Mengelola Keuangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan pengujian menggunakan

path analysis (analisis jalur). Metode penyampelan menggunakan convenience

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa akan tetapi

gender, usia, kemampuan akademis dan pengalaman kerja tidak terbukti

memiliki korelasi dengan perilaku keuangan mahasiswa. Hasil temuan

penelitian ini menunjukkan bahwa financial literacy merupakan determinan

perilaku keuangan.

Welly dkk (2018) melakukan Penelitian dengan judul pengaruh

literasi keuangan terhadap keputusan investasi di STIE Multi Data Palembang.

Dengan tujuan untuk mengetahui apakah literasi keuangan dari responden

mempengaruhi keputusan investasinya. Hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa, aspek-aspek dari literasi keuangan diantaranya pengetahuan umum

keuangan pribadi, simpanan dan pinjaman, asuransi, dan investasi secara

simultan (keseluruhan) memberikan pengaruh signifikan terhadap keputusan

investasi dosen, karyawan, dan mahasiswa di STIE Multi Data Palembang.

Namun, secara parsial hanya aspek simpanan dan pinjaman serta investasi saja

yang mempengaruhi secara signifikan keputusan investasi dosen, karyawan,

dan mahasiswa di STIE Multi Data Palembang.


Wildayati (2018), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Financial Behavior dan Literasi Keuangan Terhadap Saving. Populasi dari

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi Akuntansi Permata Harapan.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling

yaitu dengan kriteria mahasiswa yang sudah mendapatkan mata kuliah

Pengantar Akuntansi. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi

linier berganda. Hasil ini penelitian ini menunjukkan bahwa Financial

Behavior dan Literasi Keuangan baik secara parsial maupun secara simultan

berpengaruh terhadap Saving Behavior.

Dwi Lestari (2017)melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Literasi Keuangan Terhadap Minat Menabung (Studi pada Siswa SMA di Kota

Bandung. Data yang ada dianalisis dengan regresi linear sederhana. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh secara signifikan

terhadap minat menabung sebesar 79,57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak diteliti.

Amanita Novi Yushita (2017) melakukan penelitian dengan judul

Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Pengelolaan Keuangan Pribadi. Hasil riset

secara umum menunjukkan bahwa masih terjadi tingkat literasi keuangan yang

rendah di negara-negara maju dan terlebih lagi di negara-negara sedang

berkembang termasuk Indonesia. Kondisi ini merupakan problem yang cukup

serius mengingat literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi dan

perilaku keuangan.
Laela Susdiani (2017), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Financial Literacy dan Financial Experience Terhadap Perilaku Perencanaan

Investasi PNS Di Kota Padang. Pengujian hipotesis denganmenggunakan

analisis dengan program SPSS versi 21. Hasil penelitian menunjukkan

pengetahuan keuangan tidak mempengaruhi perilaku perencanaan investasi

PNS di Kota Padang. Sebaliknya pengalaman keuanganmemiliki pengaruh

terhadap perilaku perencanaan investasi PNS di Kota Padang.

Hani dan Dwi (2016), melakukan penelitian dengan judul Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menabung Kalangan Mahasiswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa melek finansial, sosialisasi dari orang tua,

pengaruh rekan-rekan, dan kontrol diri secara bersamaan memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap perilaku tabungan. Secara parsial, melek finansial,

sosialisasi dari orang tua, dan kontrol diri memiliki pengaruh yang signifikan

positif terhadap perilaku tabungan mahasiswa, tetapi pengaruh rekan-rekan

tidak berpengaruh secara signifikan.

Wahana (2014), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Perilaku Mahasiswa Dalam Menabung ( Studi Kasus

Mahasiswa S1 FEB UNDIP Tembalang). Hasil penelitian dengan

menggunakan model regresi logistik menunjukkan bahwa variabel literasi

keuangan, variabel pengendalian diri, variabel motif menabung, variabel

pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap probabilitas menabung.

Sedangkan hasil penelitian dengan menggunakan model tobit menunjukkan

bahwa variabel literasi keuangan, variabel pengendalian diri, variabel motif

menabung, variabel pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap


jumlah tabungan. Untuk memberikan gambaran yang lebih spesifik maka

penelitian terdahulu tersebut di tuangkan dalam tabel seperti berikut:


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Alat Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian Analisis
1 Syahrial Pengaruh 1.Persepsi SEM Amos Pengaruh langsung
(2018) Persepsi nilai antara variabel
Nilai dan 2.pengetahuan independent yang ada
Pengetahuan masyarakat, pada penelitian ini
Masyarakat 3.minat yaitu Persepsi nilai
Terhadap menabung (X1) terhadap variabel
Minat 4.keputusan dependent yaitu
Menabung menabung Keputusan menabung
serta (Z), lebih kecil
Dampaknya dibandingkan
Kepada pengaruh nya bila
Keputusan melalui variabel
Menabung intervening Minat
pada menabung (Y).
Perbankan
Syariah di
Banda Aceh..

2 Gina Analisis Literasi Regresi Tingkat literasi


Sakinah Literasi keuangan linier keuangan siswa
dan Keuangan dalam berganda dikategorikan sebagai
Bagio Mahasiswa penelitian ini cukup sastra, yaitu
Mudakir S-1 Fakultas menggunakan 50,4%, dipengaruhi
(2018) Ekonomika indeks literasi oleh usia, IPK,
dan Bisnis keuangan yang pendidikan orang tua,
Universitas terdiri dari dan lama belajar. Di
Angkatan komponen sisi lain, jenis kelamin
2014-2017 pengetahuan, dan pendapatan tidak
sikap, dan mempengaruhi literasi
perilaku keuangan siswa.
keuangan
siswa.
3 Resti Faktor- 1.Perilaku Penelitian Hasil penelitian
Dewi Faktor menabung asosiatif menunjukkan
Mawart Yang 2.literasi dengan bahwa:
i Mempengar keuangan pendekata Terdapat pengaruh
(2018) uhi Perilaku 3.pengendalia n yang signifikan
Menabung n diri kuantitatif. literasi keuangan,
Mahasiswa 4.sosialisasi pengendalian diri,
S1 Fakultas orang tua sosialisasi orang tua,
Eikonomi 5.teman teman sebaya, motif
Universitas sebaya menabung dan
Negeri 6.motif pendapatan secara
Yogyakarta. menabung bersama-sama
7.minat terhadap perilaku
menabung menabung. Hasil
koefisien
determinasi sebesar
44,3%

4 Nujmat Pengaruh 1.Literasi pengujian Hasil penelitian


ul Laily Literasi keuangan mengguna menunjukkan bahwa
(2018) Keuangan 2.perilaku kan path literasi keuangan
Terhadap pengelolaan analysis memiliki pengaruh
Perilaku keuangan (analisis yang signifikan
Mahasiswa terhadap perilaku
Dalam keuangan
Mengelola mahasiswa akan
Keuangan. tetapi gender, usia,
jalur). kemampuan
akademis dan
pengalaman kerja
tidak terbukti
memiliki korelasi
dengan perilaku
keuangan
mahasiswa. Hasil
temuan penelitian
ini menunjukkan
bahwa financial
literacy merupakan
determinan perilaku
keuangan.
5 Welly Pengaruh 1. literasi Analisis Hasil penelitian
dkk literasi keuangan regresi dapat disimpulkan
(2018) keuangan 2. engetahuan logistik bahwa, aspek-aspek
terhadap umum dari literasi
keputusan 3. keuangan keuangan
investasi pribadi diantaranya
4.simpanan pengetahuan umum
dan pinjaman keuangan pribadi,
5.asuransi simpanan dan
pinjaman, asuransi,
dan investasi secara
simultan
(keseluruhan)
memberikan
pengaruh signifikan
terhadap keputusan
investasi Namun,
secara parsial hanya
aspek simpanan dan
pinjaman serta
investasi saja yang
mempengaruhi
secara signifikan

6 Wilday Pengaruh 1.Perilaku Analisis


ati Financial Keuangan data yang Hasil ini penelitian
(2018), Behavior 2.literasi digunakan ini menunjukkan
dan Literasi keuangan adalah bahwa Financial
Keuangan 3. saving analisis Behavior dan
Terhadap regresi Literasi Keuangan
Saving. linier baik secara parsial
berganda. maupun secara
simultan
berpengaruh
terhadap Saving
Behavior.
7 Dwi Pengaruh 1.literasi Rregresi Hasil penelitian
Lestari Literasi keuangan linear menunjukkan bahwa
(2017) Keuangan 2.minat sederhana. literasi keuangan
Terhadap menabung berpengaruh secara
Minat signifikan terhadap
Menabung minat menabung
(Studi pada sebesar 79,57% dan
Siswa SMA sisanya dipengaruhi
di Kota oleh faktor lain yang
Bandung. tidak diteliti.

8 Laela Pengaruh 1.literasi Pengujian


Susdian Financial keuangan hipotesis Hasil penelitian
i Literacy 2.pengalaman dengan menunjukkan
(2017), dan keuangan mengguna pengetahuan
Financial kan keuangan tidak
Experience analisis mempengaruhi
Terhadap dengan perilaku
Perilaku program perencanaan
Perencanaa SPSS investasi PNS di
n Investasi versi 21. Kota Padang.
PNS Di Sebaliknya
Kota pengalaman
Padang. keuanganmemiliki
pengaruh terhadap
perilaku
perencanaan
investasi PNS di
Kota Padang.

9 Hani Faktor- 1. melek Regresi Hasil penelitian


dan Faktor yang financial linier menunjukkan bahwa
Dwi Mempengar 2. sosialisasi berganda melek finansial,
(2016), uhi Perilaku orang tua sosialisasi dari orang
Menabung 3. pengaruh tua, pengaruh rekan-
Kalangan teman rekan, dan kontrol
Mahasiswa. 4. control diri diri secara
5. perilaku bersamaan memiliki
menabung pengaruh yang
signifikan terhadap
perilaku tabungan.
Secara parsial,
melek finansial,
sosialisasi dari orang
tua, dan kontrol diri
memiliki pengaruh
yang signifikan
positif terhadap
perilaku tabungan
mahasiswa, tetapi
pengaruh rekan-
rekan tidak
berpengaruh secara
signifikan.

10 Wahan Analisis 1.literasi regresi Hasil penelitian


a Faktor- keuangan, logistik dengan
(2014), faktor yang 2.pengendalia (logistic menggunakan model
Mempengar n diri, regression regresi logistik
uhi Perilaku 3.motif ) dan menunjukkan bahwa
Mahasiswa menabung, model variabel literasi
Dalam 4.pendapatan tobit keuangan, variabel
Menabung 5.Perilaku dengan pengendalian diri,
(Studi menabung. mengguna variabel motif
Kasus kan menabung, variabel
Mahasiswa software pendapatan
S1 FEB EViews 8 berpengaruh positif
UNDIP dan signifikan
Tembalang) terhadap
. Data probabilitas
menabung.
Sedangkan hasil
penelitian dengan
menggunakan model
tobit menunjukkan
bahwa variabel
literasi keuangan,
variabel
pengendalian diri,
variabel motif
menabung, variabel
pendapatan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap jumlah
tabungan.

Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

kemiripan pada judul hanya saja pada penelitian tersebut menggunakan kata

minat menabung, sedagkan penelitian ini menggunakan keputusan. Persamaaan

lain juga terdapat pada jenis data yakni data primer, pengumpulan data dengan

kuisioner. Sedangkan perbedaan lainnya terletak pada lokasi penelitian,

variabel penelitian, alat analisis serta sasaran penelitian yang pada penelitian

ini sasaranya adalah masyarakat secara umum namun pada penelitian tersebut

objeknya adalah siswa SMA.

Persamaan pada penelitian yang dilakukan oleh welly adalah sama-

sama menggunakan variabel literasi keuangan dan salah satu indikator yaitu

pengetahuan umum tentang keuangan. Perbedaanya terletak pada indikator

lainnya yaitu pada penelitian Welly menggunakan asuransi, pinjaman dan

investasi. Selain itu, perbedaannya terletak pada variabel terikatnya yakni

menggunakan variabel investasi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan

tabungan.
Adapun perbedaan dengan penelitian terdahulu lainnya seperti pada

penelitian Gina Sakinah dan Bagio Mudakir adalah pada judul penelitian,

lokasi penelitian, serta objek yang diteliti.Adapun judul penelitian tersebut

adalah Analisis Literasi Keuangan Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Angkatan 2014-2017 sedangkan judul penelitian ini adalah

analisis pengaruh literasi keuangan terhadap keputusan masyarakat untuk

menabung.Meskipun dengan judul yang berbeda namun kedua penelitian ini

sama-sama menggunakan 3 indikator pembentuk literasi keuangan yakni sikap

keuangan, perilaku keuangan, dan pengetahuan keuangan.


2.3 Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

Hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat Literasi Keuangan Inklusi Keuangan

Indeks Indeks sikap Indeks K Keterampilan Keyakinan


pengetahuu keuangan perilaku keuangan keuangan
an keuangan
keuangan k

Keputusan Menabung

Keterangan : Variabel yang diteliti

Variabel diluar model


Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa

literasi keuangan akan mempengaruhi inklusi keuangan, artinya literasi

keuangan yang baik akan mendorong perbaikan pada inklusi keuangan.

Ketika masyarakat sudah memahami segala tentang lembaga keuangan

beserta produk-produknya maka akses masyarakat terhadap perbankan atau

lembaga keuangan akan lebih mudah. Ketika hal ini terjadi maka secara tidak

langsung peningkatan literasi keuangan akan mendorong peningkatan inklusi

keuangan. Indikator pembentuk literasi keuangan terbagi menjadi 5 yaitu

melalui indeks pengetahuan keuangan, indeks sikap keuangan, indeks

perilaku keuangan, keterampilan dan keyakinan. Jika individu atau

masyarakat sudah memiliki kemempuan yang mempuni pada lima komponen

tersebut maka masyarakat tersebut tergolong terliterasi tinggi.

Namun dari kelima indikator yang ada, dalam penelitian ini hanya

menggunakan 3 indikator saja sebagai fokus penelitian yaitu pengetahuan

keuangan, sikap keungan dan perilaku keungan. Tiga indikator pengukuran

tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat dalam

menggunakan atribut lembaga keuangan yang dalam hal ini adalah keputusan

untuk menabung. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak

dipergunakannya 2 pengukuran lain yang apabila dipergunakan sebenarnya

sangat bagus untuk menemukan hasil yang lebih akurat daripada

menggunakan 3 indikator saja. Namun belum adanya rumus untuk

menghitung 2 indikator ini menjadi kendala peneliti sehingga untuk

menghindari kesalahan, maka 2 variabel ini dianggap sebagai variabel diluar

model yang diteliti.


2.3.2 Perumusan Hipotesis

Hipotesis yang dimaksud adalah suatu pernyataan yang bersifat

umum tentang adanya suatu hubungan tertentu antara variabel-variabel yang

digunakan. Sifat sementara pada hipotesis ini berarti bahwa hipotesis dapat

diubah, diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat. Hal ini dimungkinkan

karena hipotesis yang diperoleh tergantung pada masalah yang diteliti dan

konsep yang digunakan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan,

tujuan penelitian, sertalandasan teori yang menjelaskan keputusan masyarakat

untuk menabung sebagai variabel terikat dan tingkat literasi keuangan sebagai

variabel bebas yang diukur dengan tiga variabel yaitu sikap, perilaku,

pengetahuan, keuangan maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0 = Tidak terdapat pengaruh signifikan antara tingkat literasi keuangan yang

diukur oleh pengetahuan keuangan, perilaku keuangan dan sikap keuangan

terhadap keputusan masyarakat untuk mmenabung.

Ha = Terdapat pengaruh signifikan antara tingkat literasi keuangan yang diukur

oleh pengetahuan keuangan, perilaku keuangan dan sikap keuangan

terhadap keputusan masyarakat untuk menabung.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatori atau eksplanatif (explanatory

research) adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-

hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu

variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 1999: 36). Penelitian

eksplanatori atau eksplanatif bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua

atau lebih gejala atau variabel.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram Nusa

Tenggara Barat. Kota Mataram terdiri dari 6 kecamatan yaitu Ampenan,

Sekarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara, Sandubaya. Dari 6 kecamatan

yang ada tentu saja tidak akan diambil semua, namun peneliti akan memilih

beberapa Kecamatan dengan ciri dan kriteria tertentu yang dibutuhkan dalam

penelitian, antara lain adalah jumlah penduduk. Gambaran jumlah penduduk

Kota Mataram berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 3.1 Jumlah Pendudk Kota Mataram Berdasarkan Kecamatan,
2017
NO Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Ampenan 91. 099


2 Sekarbela 69. 989
3 Mataram 87. 527
4 Selaparang 75. 235
5 Cakranegara 67. 791
6 Sandubaya 76. 868
Jumlah 468. 509
Sumber: Proyeksi Penduduk 2017

Berdasarkan data tersebut kemudian dipilih lokasi penelitian secara purposive

dengan memperhatikan jumlah penduduk terbanyak. Adapun kecamatan yang

dipilih adalah Kecamatan Ampenan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Persiapan penelitian ini dimulai dari bulan desember 2018 hingga bulan

juni 2019. Adapun perkiraan penyelesaian penelitian ini adalah selama 7 bulan

terhitung dari Desember 2018.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampel survey. Metode sampel survey adalah suatu metode yang mengambil

sebagian populasi yang dipergunakan untuk menentukan sifat-sifat serta ciri-

ciri populasi (Moh. Nazir, 1998: 325).


3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai

dengan kebutuhan penelitian. Adapun beberapa cara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1 Observasi

Merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung pada objek penelitian dan mencatat secara sistematis semua data

yang diperoleh. Observasi dilakukan untuk mencocokkan data yang telah

diperoleh melalui wawancara terhadap keadaan yang sesungguhnya, guna

menghasilkan data yang akurat.

3.4.2 Studi Kepustakaan

Kegiatan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan

penelitian yang berasal dari jurnal-jurnal ilmiah, literatur-literatur, dan

publikasi-publikasi lain yang layak dijadikan sumber. Studi kepustakaan ini

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang bersifat teoritis sehingga

penelitian memiliki landasan teori yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah.

3.4.3 Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melontarkan

pertanyaan secara lisan kepada responden. Hal tersebut dilakukan untuk

mendapatkan informasi, gambaran permasalahan yang terjadi, dan isu yang

diteliti.Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan daftar pertanyaan

yang telah disusun oleh peneliti dalam bentuk kuisioner.Wawancara dilakukan


secara tertutup artinya responden mengisi sendiri kuisioner yang telah

diberikan.

3.5. Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:

117).Adapun populasi pada penelitian ini berjumlah 91.099 jiwa yang tersebar

kedalam 10 kelurahan di kecamatan Ampenan.Jumlah populasi tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Ampenan Berdasarkan


Kelurahan Tahun 2017
No Kelurahan Penduduk
( Jiwa )
1 AmpenanSelatan 9.191
2 AmpenanTengah 11.313
3 Pejeruk 10.403
4 AmpenanUtara 7.578
5 Banjar 7.667
6 Taman Sari 9.635
7 Kebon Sari 9.623
8 Pejarakan Karya 6.624
9 Bintaro 8.614
10 Dayan Peken 10.451
Jumlah / Total 91. 099
Sumber : Survei dan Proporsi Penduduk,2017
3.5.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2015:62) adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel merupakan

bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap

yang dianggap bisa mewakili populasi. Dalam penelitian ini tidak seluruh

anggota populasi diambil, melainkan hanya sebagian dari populasi dikarenakan

keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu, tenaga,

dan jumlah populasi yang sangat banyak. Oleh karena itu sampel yang diambil

harus betul-betul representatif (benar-benar mewakili). Sampel tersebut

diambil dari populasi dengan menggunakan persentase tingkat kesalahan yang

dapat ditolerir sebesar 10%. Penentuan ukuran sampel responden

menggunakan rumus Slovin, yang ditunjukan sebagai berikut :

𝑵
n=
𝟏+𝑵𝒆𝟐

Dimana : n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir (tingkat

kesalahan dalam sampling ini adalah 10%)

Populasi: (N) = 91.099 orang dengan asumsi tingkat kesalahan (e) = 10%

maka jumlah sampel (n) adalah:

91.099
n= = 99,99 dibulatkan menjadi 100.
1+91,099 0,12
3.6 Teknik Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono (2017: 81) menjelaskan bahwa teknik sampel

merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang

digunakan. Teknik sampling dibagi menjadi dua kelompok yaitu probability

sampling dan non probability sampling.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan nonprobability sampling.

Menurut Sugiyono (2017: 82) “non probability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik Non Probability Sampling yang digunakan dalam pengambilan

sampel penelitian ini lebih tepatnya penulis menggunkan Teknik kuota

sampling.

Teknik sampling ini digunakan karena sampel sudah diketahui dengan

perhitungan rumus Slovin, sehingga distribusi sampelnya dibagi kedalam

beberapa klasifikasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Penggunaan kuota

sampling ini didasarkan pada jumlah subpopulasi pada setiap kelurahan.

Kuota yang ditetapkan disesuaikan dengan jumlah penduduk pada masing-

masing kelurahan. Untuk membatasi penelitian ini dan mendapatkan data

yang lebih valid peneliti mengambil sampel berdasarkan jenis lapangan

pekerjaan yaitu PNS, Pegawai swasta, TNI/POLRI, Nelayan, pengusaha. 5

lapangan usaha diatas diambil secara sengaja dengan pertimbangan dari

variasi tersebut akan dihasilkan perbandingan tingkat literasi keuangan, selain

itu 4 jenis pekerjaan tersebut juga jumlahnya sangat besar, sedangkan nelayan
relative sedikit namun perlu adanya variasi sehingga akan diketahui

bagaimana tingkat literasi pada masing-masing jenis pekerjaan.

Agar lebih memudahkan dalam pengumpulan data maka perlu

ditentukan berapa jumlah sampel yang akan diambil pada masing-masing

kelurahan yang ada di Kecamatan Ampenan dalam bentuk tabel distribusi

sampel. Adapun sebaran sampel dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan pada 10


kelurahan di Kecamatan Ampenan

No Kelurahan Pendud Sampel berdasarkan jenis pekerjaan Juml


uk PNS Peg. Wirau TNI/ Nelay
Swasta saha POL an
RI
1 Ampenan 9.191 2 3 3 1 1 10
Selatan
2 Ampenan 11.313 2 3 3 1 1 10
Tengah
3 Pejeruk 10.403 2 3 3 2 0 10

4 Ampenan 7.578 2 3 3 1 1 10
Utara
5 Banjar 7.667 2 3 3 1 1 10

6 Taman Sari 9.635 2 3 2 2 1 10

7 Kebon Sari 9.623 2 3 3 2 0 10

8 Pejarakan 6.624 2 3 3 2 0 10
Karya
9 Bintaro 8.614 2 3 3 1 1 10

10 Dayan 10.451 2 3 3 1 1 10
Peken

Jumlah / Total 91. 099 20 30 29 14 7 100


Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus slovin dihasilkan

sampel keseluruhan sebesar 100 orang. Kemudian diambil masing-masing 10

sampel pada setiap kelurahan berdasarkan jenis pekerjaan yang telah dipilih.

Pengambilan sampel pada masing-masing kelurahan dilakukan secara kuota

Sampling. Kuota sampling merupakan teknik untuk menentukan sampel dari

populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang

diinginkan. (Sugiyono, 2004:60)

3.7 Jenis dan Sumber Data

3.7.1 Jenis Data

1. Data Primer

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer, yaitu

data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung melalui objek penelitian

yang dilakukan dengan wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan

yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau

penelitian arsip yang menurut peristiwa masa lalu. Data sekunder dapat

diperoleh dari jurnal, majalah, buku, data statistik, maupun dari internet

(Brawono, 2006:30). Adapun data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari

Otoritas Jasa Keuangan dan Badan Pusat Statistik.


3.7.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dari responden sebesar 100

orang yang dipilih berdasarkan jenis pekerjaan pada semua kelurahan yang

terdapat di Kecamatan Ampenan.

3.8. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Literasi keuangan

2. Pengetahuan Keuangan

3. Sikap Keuangan

4. Perilaku Menabung

5. Keputusan Menabung

3.9. Klasifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013: 38). Variabel yang

digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan

mempengaruhi variabel lain.

2. Variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi

oleh variabel independen.


3.9.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai

variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2013: 39).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Literasi Keuangan (X) yang

diukur oleh tiga indikator yaitu pengetahuan keuangan, perilaku keuangan dan

sikap keuangan.

3.9.2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 39). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah keputusan menabung (Y)

3.10. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah atribut yang membedakan antara satu obyek dengan

obyek yang lain atau satu orang dengan orang yang lain. Sementara definisi

operasional adalah definisi berupa cara mengukur variabel itu supaya dapat

dioperasikan (Uma Sekaran, 2011: 191). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri atas empat variabel,yaitu Pengetahuan Keuangan, Sikap

Keuangan, Perilaku Keuangan dan Keputusan menabung. Definisi

operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:


3.10.1. Keputusan Menabung (Y)

Keputusan merupakan perihal yang berkaitan dengan putusan, atau

segala putusan yang telah ditetapkan ( sudah dipertimbangkan, dipikirkan dan

sebagainya. Menurut pemahaman yang paling umum, sebuah keputusan

adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan perkataan

lain, pilihan alternatif tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.

Sedangkan pengertian menabung, adalah menyimpan uang. Jadi keputusan

menabung berarti memilih dan menetapkan suatu alternative yang dianggap

paling menguntungkan dari beberapa alternative yang dihadapi untuk

menabung atau menyimpan uang (siswanto, 2005: 171-172).

3.10.2. Literasi keuangan (X)

Literasi keuangan adalah cara terbaik untuk mengajarkan konsumen

tentang manfaat memiliki hubungan dengan lembaga keuangan diantaranya

adalah pendanaan dan kredit, kemampuan untuk membangun keuangan yang

positif. (Rohrke & Robinson, 2000)

3.10.3. PengetahuanKeuangan (X1)

Pengetahuan keuangan merupakan segala sesuatu tentang keuangan

yang dialami atau yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penegetahuan

keuangan juga dapat didefinisikan sebagai penguasaan seseorang atas berbagai

hal tentang dunia keuangan, yang terdiri dari financial tools dan financial

skills. Adapun indikator dalam variabel ini yaitu pengetahuan tentang :

pengelolaan keuangan, perencanaan keuangan, pengeluaran dan pemasukan,

uang dan aset, suku bunga, kredit, asuransi, macam-macam asuransi, investasi,
investasi deposito, investasi pada saham, investasi pada obligasi dan investasi

pada property. (Chen and Volpe, 1998)

Indikator tersebut diukur menggunakan skala likert dengan rentang 5-1

dengan klasifikasi sebagai berikut :

5 : Sangat mengetahui

4 : mengetahui

3 : cukup mengetahui

2 : kurang mengetahui

1 : tidak mengetahui

3.10.4. Sikap Keuangan (X2)

Sikap keuangan diartikan sebagai keadaan pikiran, pendapat, serta

penilaian tentang keuangan pribadinya yang diaplikasikan ke dalam sikap.

Sikap keuangan didefinisikan juga sebagai penerapan prinsip-prinsip keuangan

untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan keputusan

dan pengelolaan sumber daya yang tepat. Adapun indikator dalam variabel ini

adalah tentang Orientasi terhadap keuangan pribadi, Filsafat utang, Keamanan

uang, dan Menilai keuangan pribadi. Indikator tersebut diukur dengan skala

likert dengan rentang 5-1 dengan klasifikasi sebagai berikut.:

5 : Sangat baik

4 : Baik

3 : Cukup baik

2 : Kurang baik

1 : Tidak baik
3.10.5. Perilaku Keuangan (X3)

Perilaku manajemen keuangan diartikan sebagai proses pengambilan

keputusan keuangan, harmonisasi motif individu dan tujuan perusahaan.

Perilaku manajemen keuangan berkaitan dengan efektivitas manajemen dana,

dimana arus dana harus diarahkan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Adapun indikator dalam variabel ini, yaitu tentang Jenis-jenis

perencanaan dan anggaran keuangan yang dimiliki, Teknik dalam menyusun

perencanaan keuangan, Kegiatan menabung, Kegiatan asuransi, pensiun,

pengeluaran tidak terduga, Kegiatan investasi, kredit/hutang, tagihan,

Monitoring pengelolaan keuangan, dan Evaluasi pengelolaan keuangan.

Indikator tersebut diukur dengan skala likert dengan rentang 5-1 dengan

klasifikasi sebagai berikut.:

5 : Sangat baik

4 : Baik

3 : Cukup baik

2 : Kurang baik

1 : Tidak baik

3.11. Prosedur Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan

alasan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data

yang sudah tersedia mudah dipahami sehingga menjadi informasi bagi setiap

orang untuk membacanya (Lailatus Sembadra Prihasta, 2015: 70). Analisis

yang dimaksud meliputi:


3.11.1 Uji Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari

instrumen (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang

diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variabel jawaban responden

dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi

dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0,05. Tinggi rendahnya

validitas instrumen akan menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Ariyoso,

2009). Arikunto (2006, hlm. 170) menyatakan bahwa rumus yang digunakan

untuk mengukur validitas instrumen adalah Korelasi Pearson Product

Moment:

𝑵∑𝑿𝒀 − (∑𝑿)(∑𝒀)
𝒓𝒙𝒚=
√((𝑵∑𝑿𝟐 ) − (∑𝑿𝟐 )((𝑵∑𝒀𝟐 − (∑𝒀𝟐 ))

Keterangan : ( Suharsimi Arikunto, 2010: 213)

N = Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi butir :

X = Skor butir

Y = Skor total yang diperoleh

∑X2 = Jumlah kuadrat nilai X

X ∑Y2 = Jumlah kuadrat nilai Y

Keputusan pengujian validitas instrumen adalah :

1. Item pernyataan dikatakan valid apabila > r tabel

2. Item pernyataan dikatakan tidak valid apabila < r tabel


2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas (keandalan) merupakan suatu ukuran kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-

konstruk atau daftar pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel yang

disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan pada

masing-masing variabel pada lembar kerja yang berbeda sehingga dapat

diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliabel. Reliabilitas suatu

konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60

(Neng Kamarni, 2012: 34).

Rumus Reliabilitas :

𝒓 𝒌 ∑𝝈𝟐𝒃
𝟏𝟏=( )( 𝟏−
𝒌−𝟏 𝝈𝟐𝒃

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir pertanyaan

∑𝜎 2𝑏 : Jumlah varians butir

σ2b ∶ Varians total

Dengan level significance 95% atau a=0,05 maka apabila r hitung> r tabel

(a=0,05) berarti item tersebut reliable, dan jika r hitung < r tabel (a=0,05)

berarti item tersebut tidak reliable.(Arikunto, 1997 : 193 )


3.11.2. Analisis Regresi Logistik

Menurut Ghozali (2005: 9), regresi logistik cocok digunakan untuk

penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non

metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan nonmetrik.

Metode analisis data yang digunakan dalam analisis pengaruh variabel-variabel

yang mempengaruhi struktur model adalah model regresi logistik. Regresi

logistik sebenarnya sama dengan analisis regresi berganda, hanya variabel

dependennya merupakan variabel dummy, masyarakat yang memilih

menabung diberi nilai 1, sementara masyarakat yang tidak memutuskan

menabung diberi nilai 0. Dalam teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji

normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,

2013).Karena pada logistik mengabaikan heteroscedastisity, artinya variabel

dependen tidak memerlukan heteroscedastisity untuk masing-masing variabel

independennya.

Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

Ln (P/1-P) = β0 + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + e

Keterangan:

Ln (P/1-P) = Probabilitas literasi keuangan terhadap keputusan menabung.

β0= Konstanta

X1= Pengetahuan Keuangan

X2= Sikap Keuangan

X3= Perilaku Keuangan

β1,....β4= Koefisien Regresi


1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Uji Overall Model Fit digunakan untuk menilai apakah model yang

dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Uji ini didasarkan pada nilai

statistika -2Log likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum

of square Error” pada model regresi, sehingga pada penelitian ini dalam

penentuan nilai Overall Model Fit peneliti menggunakan Omnibus Test.

2. Uji R2 McFadden (Koefisien Determinasi)

Uji R2 McFadden dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

proporsi variasi variabel dependen mampu dijelaskan seluruh variabel

independen. Hasil dari R2 McFaddenbernilai 0 hingga 1 (Sheren Chamila

Fahmi, 2016).

3. Menguji Kelayakan Model Regresi

Uji ini berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang

terjadi pada sebelum dan sesudah penambahan variabel dalam persamaan. Ada

beberapa cara untuk melakukan penilaian kelayakan model, salah satunya ialah

menggunakan Hosmer dan Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Dasar penentuan

hipotesisnya adalah dengan melihat nilai signifikasi dari Chi Square terhadap

kriteria pengujian α = 0,05 pada Hosmer dan Lemeshow Test (Sheren Chamila

Fahmi, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Ansong, A., and Gyensare, M. A. (2012). Determinants of


UniversityWorking - Student’s Financial Literacy at The University
of Cape Coast, Ghana. International Journal of Bussinis and
Management, 7(9), 126-133.
Atkinson A, Messy F. 2012. Measuring Financial Literacy: Result of the
OECD / International Network on Financial Education (INFE) Pilot
Study [Working Paper]. [OECD] Organization for Economic
Cooperation and Development.
Badan Pusat Statistik Kota Mataram, 2017
Carpena, F., Cole, S., Shapiro, J., & Zia, B. (2011). Unpacking the Causal
Chain of Financial Literacy. Washington DC: The World Bank.
Chen, H., & Volpe, R. P. (1998). An analysis of financial literacy among
college students. Financial Services Review,7(1), 107–128.
Cude, B., et.al. (2006). College Students and Financial Literacy: What They
Know and What We Need to Learn. Proceedings of The Eastern
Family Economics and Resource Management Association, pp. 102-
109.
Dew, J., & Jing Jian Xiao. (2011). The Financial Management Behavior
Scale: Development and Validation. Journal of Financial Conseling
andPlanning, 22(12), pp.43-59.
Eagly, A. H., & Chaiken, S. (1993). The psychology of attitudes. Harcourt
BraceJovanovich College Publishers
Endro Sariono, Selamet Subekti, dkk. ( 2007 ), Manusia dan Perilaku.
Friedman, M. (1957). A theory of the consumption function (1st ed.).
Princeton: Princeton University Press.
Furnham, A. (1984). Many sides of the coin: the psychology of money usage.
Personality and Individual Differences, 5(5), 501–509.
Garman,E.Thomas, Eckert, S.w. dan E.Raymon.1985. Personal Finance. USA
Houghton Miifflin Company.USA
Houston, J. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jogjakarta: Salemba
Horne, J. dan J.M.Wachowicz, 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta, 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Ida dan Dwinta. (2010). Pengaruh Locus Of Control, Financial Knowledge,
Income terhadap Financial Management Behavior. Jurnal Bisnis
Akuntansi.12(3), 131- 144.
International Journal of Business and Management (7) 9. Brigham, E. &
Loix, E., Pepermans, R., & Hove, L. V. 2005. Who’s afraid of the
cashless society? : Belgia survey evidence. Preliminary Journal.
Keown, L.A. (2011). The Financial Knowledge of Canadians. Canadians
Social Trends, 11(8), 30-39.
Kholilah. ( 2013). Studi Financial Management Behavior pada masyrakat
Surabaya. Fakultas Psikologi Universitas Pancasila. 3(1), 69-80.
Kurihara, Y. (2013). Does Financial Skill Promote Economic Growth?.
International Journal Of Humanities And Social Science, 3(8), 92-97.
Loix, E., Pepermans, R., & Hove, L. V. 2005. Who’s afraid of the cashless
society? : Belgia survey evidence. Preliminary Journal.
Lusardi, A, Mitchel, O S, (2009). Financial Literacy Among the Young:
Evidence and Implications for Consumer Policy. In Pension Research
Working Paper. Pension Research Council, University of
Penyslavania.
Lusardi, A., & Mitchell, O. S. 2007. Baby Boomer retirement security: The
roles of planning, financial literacy, and housing wealth. Journal of
Monetary Economics, 54, 205-224
Lusardi, A., Mitchell, O. & Curto, V. 2008.Financial Literacy among
theYoung. Working Paper of Michigan Retirement Research Center,
University of Michigan
Marsh, Brant A. (2006). Examining The Personal Finance Attitude,
Behaviours, And Knowledge Levels Of First-Year And Senior Student
At Baptist Universities In The State Of Texas. Disertasi.
Modigliani, F. & Brumberg, R. (2005). Utility Analysis and the Consumption
Function: An Interpretation of Cross-Section Data. In F. Modigliani,
The Collected Papers of Franco Modigliani (6th ed., pp. 3-45).
Cambridge:The MIT Press.
Nababan, D., & Sadalia, I. (2012). Analisis personal financial literacy dan
financial behavior mahasiswa strata I fakultas ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
OECD INFE. 2012. PISA 2012 Literacy Assesment Framework. (Report
Paper)
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Strategi Nasional Literasi Keuangan
Indonesia.
Palameta, B., Nguyen, C., Hui, T., & Gyarmati, D. (2016). The Link Between
Financial Confidence and Financial Outcomes Among Working-Aged
Canadians. The Social Research and Demonstration Corporation
(SRDC).
Robbins SP dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta Salemba
empat Hal 92.
Robb, C., & Woodyard, A. (2011). Financial Knowledge and Best Practice
Behavior. Journal of Financial Conseling and Planning, 22(11),
pp.60-70.
Sarma, M. (2008). Index of Financial Inclusion (p. 3). Indian Council for
Research on International Economic Relations.
Siswanto, 2005. Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara,171-172.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tustin, D. (2010). An impact assessment of a prototype financial literacy
flagship programme in a rural South African setting. African Journal
Of Business Management, 4(9), 1894-1902.
Van Horne, James C. dan Junius Tirok, 1986, Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jilid 2, Edisi Kelima, Jakarta : Erlangga.
Wahana, A. (2014). Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi Perilaku
Mahasiswa DalamMenabung (StudiKasus Mahasiswa S1 FEBUndip
Tembalang).Skripsi S1 fakultasEkonomika dan Bisnis dari
UniversitasDiponegoro.
Weston dan Brigham, 1981. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Ketiga Belas, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai