Anda di halaman 1dari 10

FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

ACTUATING (PENGARAHAN)

DI SUSUN OLEH :

ANNISA DAMAYANTI
NPM 163010030

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
TAHUN 2019
1. LANDASAN TEORI
A. Pengarahan atau Actuating
Actuating (directing, commanding, coordinating) atau pergerakan adalah
proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja
secara optimal dan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia
(Sumber: Buku Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen
Keperawatan Di Rumah Sakit, 2009)
Actuating atau Pengarahan dapat di definisikan sebagai “keseluruhan
usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi
agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan
organisasi secara efisien, efektif dan ekonomis”. Menurut Siagian (2007).
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha
memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan
negosiasi Marquis dan Huston (2010). Pengarahan dilakukan oleh para
pimpinan bisa secara individu maupun secara kelompok. Organisasi yang
tahu manfaat pengarahan ini selalu melakukan secara rutin dengan maksud
menjalin komunikasi secara vertical maupun horizontal, sehingga dapat
mendisukusikan pemecahan masalah secara efektif.
Fungsi Pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemn yang
akan dibahas, adalah fungsi dimana proses implementasi program agar dapat
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses motivasi agar
semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh
kesadaran dan kinerja yang tinggi. Pengarahan memberikan arahan kepada
semua pihak agar semua program-program dapat dijalankan dengan baik dan
benar sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing. (Jurnal Inovasi
Pendidikan Ekonomi, Pengarahan dan Pelatihan Pengembangan SDM
Untuk Meningkatkan Kinerja Pada PT. Simed Prakarsa Indonesia
,2018)
Supervisi merupakan fungsi pengarahan yang berperan untuk
mempertahankan agar segala kegiatan yang ada dalam pelayanan berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan standar. (Jurnal Manajemen Keperawatan,
Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat dalam Pelayanan
Keperawatan, 2016).

B. Pengarahan dalam Manajemen Keperawatan


1) Supervisi dalam Keperawatan
Banyak orang keliru mempersepsikan supervisi sebagai pertanda
‘ketidakberesan’ dalam hirarki. Atasan menganggap supervisi sebagai
kegiatan ‘mencari kesalahan’ bawahan. Sementara itu, bawahan melihat
supervisi sebagai kegiatan yang seharusnya tidak perlu dilakukan atasan.
Akhirnya, pemahaman yang sama tentang supervisi tidak pernah
tercapai.
Padahal, sebenarnya supervisi bertindak sebagai bagian fungsi
pengarahan dalam manajemen. Supervisi merupakan salah satu cara
efektif guna mencapai tujuan, termasuk dalam tatanan pelayanan
keperawatan. Supervisi dapat dipandang sebagai media untuk
mempertahankan segala kegiatan yang telah direncanakan, agar berjalan
sesuai keinginan dan harapan.
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas, dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (kuntoro, 2010).
Setidaknya, ada dua manfaat utama supervisi dalam keperawatan, yaitu:
- Supervisi memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruang bersangkutan. Supervisi dilakukan melalui analisis
komprehensif, bersama-sama dengan anggota perawat, secara efektif
dan efisien.
- Supervisi membuat manajer keperawatan mampu menghargai potensi
setiap anggotanya, termasuk pasien, serta mampu menerima
perbedaan dan kekurangan anggota, dalam rangka menciptakan
kepuasan di antara mereka.
Dengan demikian, melalui kegiatan supervisi, kualitas atau mutu
pelayanan keperawatan seharusnya menjadi fokus dan tujuan utama,
bukan malah sibuk mencari kesalahan atau penyimpangan. Lebih
lengkap mengenai supervisi, akan dijelaskan melalui uraian berikut ini.
1) Definisi Supervisi
Supervisi dalam arti luas dikemukakan oleh Admosudiro (1982)
dalam Cahyati (2000), yakni suatu pengamatan atau pengawasan
secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin.
Swansburg (1990) juga menyatakan, supervisi merupakan suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu tugas.
Sementara Knon dan Gray (1987), mengartikan supervisi sebagai
kegiatan merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan
mengevaluasi secara berkesinambungan terhadap anggota secara
menyeluruh, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang
dimiliki anggota.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
supervisi merupakan suatu kegiatan yang mengandung dua dimensi
pelaku, yaitu pimpinan dan anggota yang disupervisi (Kuntoro,2010).
Meski secara administratif kedua dimensi pelaku memliki level
berbeda, dalam pelaksanaan kegiatan supervisi keduanya sama-sama
memiliki peran penting.
Pemimpin mampu mengawasi sekaligus menilai seluruh kegiatan
yang telah direncanakan, sedangkan anggota mampu menjalankan
tanggung jawab tugas dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian,
semua orang terlibat, bukan hanya menjadi pelaksana pasif, tetapi
juga sebagai mitra kerja.

2) Prinsip Supervisi Keperawatan


Seorang manajer harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip
supervisi, agar mampu melakukan kegiatan supervisi secara benar.
Prinsip-prinsip dalam supervisi keperawatan antara lain:
a) Didasarkan pada hubungan profesional dan bukan hubungan
pribadi,
b) Kegiatan harus direncanakan secara matang,
c) Bersifat edukatif,
d) Memberikan perasaan aman pada perawat pelaksana,
e) Mampu membentuk suasana kerja yang demokratis,
f) Dilakukan secara objektif dan mampu memacu penilaian diri (self
evalution),
g) Bersifat progresif, inovatif, dan fleksibel,
h) Dapat mengembangkan potensi atau kelebihan dari para anggota
yang terlibat,
i) Bersifat konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri
sesuai kebutuhan,
j) Dapat meningkatkan kinerja bawahan, dalam upaya
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
3) Teknik Supervisi Keperawatan
Kuntoro (2010), dalam Buku Ajar Manajemen Keperawatan,
menyebutkan bahwa supervisi dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu secara langung dan tidak langsung.
4) Kompetensi Supervisor Keperawatan
Menurut Kuntoro (2010), seorang supervisor keperawatan yang baik,
hendaknya memiliki sejumlah kompetensi yang sesuai, antara lain
sebagai berikut.
a) Kemampuan memberi pengarahan dan petunjuk
b) Kemampuan memberi saran, nasihat, dan bantuan
c) Kemampuan memberi motivasi
d) Kemampuan memberi latihan dan bimbingan
e) Kemampuan menilai secara objektif

2) Pemberian Asuhan Keperawatan


Dibutuhkan suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang dapat
diimplementasikan dalam organisasi di ruang keperawatan, sehingga
menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan lewat asuhan keperawatan.
Kuntoro (2010), memaparkan lima metode pemberian asuhan
keperawatan dengan kelebihan dan kelemahannya, antara lain sebagai
berikut.
a) Metode Fungsional
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan metode fungsional,
setiap perawat mendapat satu tugas (atau lebih) untuk semua pasien
di unit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Apabila di satu
unit/ruang, seorang perawat diberi tugas pengobatan melalui
suntikan, maka dia bertanggung jawab untuk memberikan suntikan
kepada semua pasien di unit/ruang tersebut.
Metode fungsional tampak efisien, namun tidak dapat memberikan
kepuasan bagi pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan
keperawatan secara holistik tidak dapat dicapai melalui metode ini,
karena asuhan keperawatan yang diberikan terpisah-pisah, sesuai
tugas yang dibebankan pada perawat.

b) Metode Tim
Metode tim dijalankan berdasarkan kecakapan dan kemampuan
anggota dalam kelompok. Metode ini juga meyakini bahwa setiap
pasien berhak mendapat pelayanan terbaik. Selain itu, setiap staf
berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas asuhan
keperawatan, yang terbaik sesuai kemampuannya.
Metode tim dalam manajemen keperawatan diterapkan lewat tim
heterogen yang terdiri dari perawat profesional, perawat non-
profesional, dan pembantu perawat. Kedua tim yang diambil dari
perawat profesional, bertanggung jawab dalam perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan asuhan keperawatan untuk semua pasien.
Selain itu, ketua tim juga bertugas melakukan supervisi terhadap
semua anggota di dalam timnya.
Metode tim bertujuan memberi asuhan keperawatan yang sesuai
dengan kebutuhan objektif pasien, sehingga pasien merasa puas.
Metode tim juga dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi
perawat, memungkinkan adanya transfer pengetahuan dan
pengalaman di antara para perawat, serta meningkatkan keterampilan
dan motivasi perawat.

c) Metode Keperawatan Primer


Metode keperawatan primer merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan yang berorientasi pada pasien, bukan tugas. Dalam
metode ini, setiap pesawat primer diberi tanggung jawab menyeluruh
selama 24 jam/hari, secara terus-menerus, dalam lingkup
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sekelompok kecil
pasien, yaitu 4-6 pasien (Hegyvary, 1982).
Dalam praktik metode keperawatan primer, seorang perawat primer
bertanggung jawab terhadap pasien, termasuk mengkaji kondisi
kesehatan, keadaan hidup, serta kebutuhan perawatannya. Selain itu,
perawat primer bertugas memberikan perawatan sesuai rencana, dan
mengkoordinasikan perawatan yang diberikan kepada anggota tim
kesehatan lain.

d) Metode Medular
Menurut Gillies (1994), metode medular memiliki kesamaan dengan
metode tim maupun metode primer. Dikatakan sama dengan metode
tim, karena perawat profesional maupun nonprofesional bekerja sama
dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah pimpinan perawat
profesional.
Magargal (1987) menyatakan, dalam pemberian asuhan keperawatan
pada metode medular, satu tim yang terdiri dari 2-3 perawat
bertanggung jawab penuh terhadap sekelompok pasien dengan
kisaran 8-12 orang. Metode ini dapat berlangsung dengan syarat,
peralatan yang dibutuhkan cukup memadai.
Pada metode medular, perawat kepala (nurse unit manager) lebih
berperan dalam pembuatan jadwal dinas, dengan mempertimbangkan
kesesuaian anggota untuk saling bekerja sama. Perawat kepala juga
berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan motivator.
(Sumber : Buku Manajemen Keperawatan (Konsep dan Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional, 2017)

2. CONTOH ACTUATING (PENGARAHAN)


1) Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Perilaku Caring Perawat
Supervisi kepala ruangan yang sesuai dengan prosedur yang ada juga
berpengaruh terhadap perilaku caring perawat. Upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan caring perawat adalah dengan meningkatkan
pengarahan dari manager kepada seluruh sumberdaya demi mewujudkan
pelayanan prima. Hal ini tentu perlu didukung oleh seorang manager yang
mempunyai kemampuan manajerial yang handal untuk melaksanakan fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian aktivitas-
aktivitas keperawatan (Swansburg,2000). Supervisi kepala ruangan
merupakan fungsi pengarahan yang berperan untuk mempertahankan agar
segala kegiatan yang ada dalam pelayanan berjalan dengan lancar dan sesuai
dengan standar. Supervisi dalam keperawatan tidak hanya sekedar
mengontrol tetapi supervisi harus berperan aktif.
(Jurnal Manajemen Keperawatan, Strategi Meningkatkan Perilaku Caring
Perawat dalam Pelayanan Keperawatan, 2016).

2) Supervisi Kepala Ruang Terhadap Pelaksanaan Pendokumentasian


Asuhan Keperawatan
Supervisi dapat dilakukan dengan cara mengobservasi proses pencatatan
yang dilakukan oleh perawat dan mengevaluasi lembaran catatan
keperawatan yang telah ditulis oleh perawat.
Dengan adanya pengawasan atau supervisi, maka setiap permasalahan yang
terjadi terkait pelaksanaan proses pencatatan keperawatan akan mudah
terdeteksi sehingga dengan segera dapat diambil suatu kebijakan strategis
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Oleh karena itu dengan berjalannya fungsi supervisi manajer keperawatan
maupun kepala ruang diharapkan kualitas catatan keperawatan yang
dihasilkan di ruang rawat inap semakin membaik sehingga kualitas informasi
yang terkandung dalam lembaran catatan keperawatan tersebut juga semakin
meningkat dan dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan,
mengevaluasi kinerja staf dan sebagai bahan evaluasi terhadap mutu
pelayanan keperawatan.
(Jurnal Efektivitas Penerapan Supervisi Kepala Ruang Terhadap
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, 2014)

3) Perencanaan dan Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja


Perawat
Seorang pemimpin memiliki fungsi pengarahan yang meliputi proses
pendelegasian tugas-tugas, mengawasi jalannya pelayanan keperawatan,
melakukan koordinasi dengan perawat bawahannya dan mampu
mengendalikan serta mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan rencana
organisasi (Swandburg, R.C & Swandburg, L.C, 2011).
Proses pengarahan kerja dilakukan oleh seorang manajer atau kepala
ruanagan dengan memberikan motivasi kerja, membangun komunikasi yang
efektif, mengatasi masalah, melaksanakan kerja sama dengan bawahannya
agar bekerja sesuai dengan standar sehingga tujuan tercapai.
(Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), Hubungan Perencanaan Dan
Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Motivasi Kerja Perawat DI RS
Pameungpeuk Garut, 2017)
REFERENSI

Perceka, A.L. (2017). Hubungan Perencanaan Dan Pengarahan Kepala Ruangan


Dengan Motivasi Kerja Perawat DI RS Pameungpeuk Garut, Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik (JIAP). Vol.4, No.1, pp 59-65.
Bakri, Maria H. (2017). Buku Manajemen Keperawatan (Konsep dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Purwaningsih, D.F. (2016). Strategi Meningkatkan Perilaku Caring Perawat dalam
Pelayanan Keperawatan. Jurnal Manajemen Keperawatan.
Goziyan & Rosa, E.M. (2014). Efektivitas Penerapan Supervisi Kepala Ruang
Terhadap Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal
Keperawatan.
Supardi. (2018). Pengarahan dan Pelatihan Pengembangan SDM Untuk
Meningkatkan Kinerja Pada PT. Simed Prakarsa Indonesia. Jurnal Inovasi
Pendidikan Ekonomi, Vol.8, No.2, hlm105-112.
Suryanto. (2009). Mengenal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan Di
Rumah Sakit. Mitra Cendikia Press : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai