KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga buku panduan dengan judul Konsep dan
Kerangka Integritas Nasional dapat diselesaikan.
Indonesia merupakan laboratorium yang sangat lengkap terkait dengan “korupsi”, berbagai
modus dan kasus korupsi banyak dilakukan di Indonesia termasuk berbagai upaya
pemberantasannya pun telah dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai pendekatan
sehingga menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
untuk mendapatkan sebuah pendekatan unik dalam mengatasinya yang sesuai dengan
karakteristik Indonesia.
Korupsi di Indonesia saat ini sudah masuk kejahatan luar biasa, baik dari aspek ruang lingkup,
dampak maupun kompleksitas penyebabnya. Korupsi telah merambah ke semua sektor dan
tingkatan, dari tingkat kebijakan hingga tingkat operasional, dari jaringan lokal, nasional
hingga tingkat internasional (ruang lingkupnya luas). Pemberantasan korupsi tidak bisa
diselesaikan dengan pendekatan penanganan kejahatan saja, tetapi perlu pendekatan yang
lebih komprehensif termasuk pendekatan moral, psikologi dan sosiologi yang secara
konseptual perlu ruang lingkup individu, organisasi, kumpulan organisasi (pilar) dan nasional.
Semoga panduan ini dapat menjadi pencerahan bagi Kementerian/ Lembaga/ Organisasi
Lainnya/ Pemda (KLOP) dalam menyelaraskan pembangunan integritas organisasi dengan
integritas nasional sehingga korupsi dapat semakin ditekan dan tujuan pembangunan
nasional menjadi semakin dekat tercapai.
Jakarta, 2016
Tim Penyusun
Komisi Pemberantasan Korupsi
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1. LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. DASAR HUKUM. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.3. KONSEP INTEGRITAS NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
a. INTEGRITAS INDIVIDU. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
b. INTEGRITAS ORGANISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
c. INTEGRITAS PILAR DAN NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB II
PEMBANGUNAN INTEGRITAS NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.1. PROSES . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.2. INPUT DAN OUTPUT. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.3. PENYELARASAN DAN PENGENDALIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.4. KAPASITAS ORGANISASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
2.5. PENDEKATAN BUDAYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
a. UTILISASI BUDAYA LUHUR BANGSA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
b. KOLABORASI NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
2.6. PRINSIP STRATEGIS PEMBANGUNAN INTEGRITAS NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . 23
a. ASPIRATIF . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
b. KONTEKSTUAL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
c. SUBTANTIF. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
BAB III
PENGUKURAN INTEGRITAS NASIONAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
BAB IV
PERENCANAAN INTEGRITAS NASIONAL (NATIONAL INTEGRITY PLAN) . . . . . . . . . . . . . 25
4.1. DISCOVERY . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
4.2. DREAM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
4.3. DESIGN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
4.4. DESTINITY. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
Diterbitkan oleh:
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
Kedeputian Pencegahan - Komisi Pemberantasan Korupsi
Jl. H.R. Rasuna Said Kav C-1,Jakarta Selatan 12920 www.kpk.go.id
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi di Indonesia saat ini sudah masuk kejahatan luar biasa, baik dari aspek ruang lingkup,
dampak maupun kompleksitas penyebabnya. Korupsi telah merambah ke semua
sektor dan tingkatan, dari tingkat kebijakan hingga tingkat
operasional, dari jaringan lokal, nasional hingga
tingkat internasional (ruang lingkupnya
luas). Pemberantasan korupsi tidak bisa
diselesaikan dengan pendekatan
penanganan kejahatan saja, tetapi perlu
pendekatan yang lebih komprehensif
termasuk pendekatan moral, psikologi dan
sosiologi yang secara konseptual perlu ruang
lingkup individu, organisasi, kumpulan
organisasi (pilar) dan nasional.
Dampak korupsi bukan hanya sesaat akan tetapi sudah mempunyai dampak jangka pendek
dan jangka panjang. Sebagai contoh, korupsi di sektor pendidikan akan berdampak pada
kehilangan generasi (lost generation), korupsi di sektor kehutanan bukan sekedar merugikan
keuangan negara tetapi berdampak pada kerusakan ekosistem dengan segala implikasi
lanjutannya.
Penyebab terjadinya korupsi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu, kelemahan sistem,
permasalahan integritas sumber daya manusia, dan masalah kultur. Ketiga hal tersebut saling
berinteraksi yang menambah kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Korupsi pada
hakekatnya merupakan gejala dari lemahnya integritas individu, integritas institusi dan
integritas hubungan antar institusi.
Berbagai upaya mengatasi korupsi telah dilakukan, namun hasilnya belum signifikan,
termasuk upaya penindakan belum memberikan efek jera yang memadai, sehingga
diperlukan solusi yang komprehensif dan inovatif. Salah satu upaya pemberantasan korupsi
agar berjalan efektif, maka semua upaya/inisiatif terkait pencegahan maupun penindakan
perlu dilakukan secara terintegrasi.
Kaitan integritas dengan pemberantasan korupsi, bahwa integritas merupakan upaya positif
terkait korupsi :“andai kata integritas itu ada lawan katanya, barangkali lawan kata itu adalah
korupsi”, berarti integritas yang lemah akan menyebabkan korupsi ataupun sebaliknya
integritas yang kuat dapat mengurangi korupsi.
Integritas Nasional adalah kondisi ketika seluruh komponen bangsa melakukan tindakan
sesuai dengan nilai, aturan, budaya dan tugas yang diemban melalui keselerasan dan
pengendalian untuk mencapai tujuan nasional.
a. INTEGRITAS INDIVIDU
Dalam sistem integritas, kata kunci utamanya adalah integritas. Kata integritas berasal
dari bahasa latin, yang berarti tidak terpengaruh, utuh, tegak atau dapat diandalkan.
Dalam bahasa Inggris disebut integrity, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas
adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.Dalam
Hasil kajian terhadap berbagai literatur menemukan beragam definisi tentang integritas,
di antaranya:
1. Seseorang berpegang pada apa yang menurut orang tersebut berharga atau
dianggap etis (Harcourt ,1998).
2. Sejauh mana berbagai komitmen yang kita miliki selaras, utuh secara menyeluruh
(Furrow, 2005).
3. Ketika berbicara tentang integritas, kita berbicara tentang menjadi orang yang
utuh, yang terpadu, dan seluruh bagian diri kita yang berlainan bekerja dengan baik
dan berfungsi sesuai rancangan (Henry Cloud, 2007).
4. Integritas adalah “maining social, ethical, and organizational norm, firmly adhering to
code of conduct and a etichal principle”. Dengan pengertian tersebut integritas
diterjemahkan menjadi tiga tindakan kunci (key action) yang dapat diamati
(observable). Pertama, menunjukkan kejujuran (demonstrate honesty), yaitu
bekerja dengan orang lain secara jujur dan benar, menyajikan informasi secara
lengkap dan akurat. Kedua, memenuhi komitmen (keeping commitment), yaitu
melakukan apa yang telah dijanjikan, tidak membocorkan rahasia. Ketiga
berperilaku secara konsisten (behave consistently), yaitu menunjukkan tidak
adanya kesenjangan antara kata dan perbuatan. (Andreas Harefa, 2000).
5. I = C1 + A + E –C2 ; I : Integrity, C1: Competency, A: Accountability, E: Ethics, C2:
Corruption (Fredrick Galtung, 2005).
6. Integritas adalah integrasi dari sifat-sifat dan kemampuan yang dikagumi ke dalam
sebuah sistem kebijakan yang berfungsi (Puka, 2005).
7. Seseorang/institusi dikatakan berintegritas, jika seseorang/institusi tersebut ketika
melakukan tindakan konsisten sesuai dengan nilai, tujuan dan tugas yang diemban
oleh seseorang/institusi tersebut Brown et al, 2005).
8. Integritas bukanlah suatu kebajikan atau suatu ciri karakter dalam arti sempit,
tetapi merupakan konsep` formulasi makro yang mencakup kumpulan nilai
kebajikan. Integritas mengacu pada hubungan di antara serangkaian/satu set nilai
moral, dimana nilai moral ini konsisten dengan serangkaian/satu set nilai sosial, dan
integritas lebih jauh membutuhkan keselarasan antara perilaku dengan
serangkaian/satu set nilai moral/sosial di sepanjang waktu dan berbagai konteks
sosial (Dunn, 2009).
9. Nilai yang mengacu pada konsep kebajikan (virtue theory) dari Aristoteles dan
moral theory dari Kant. Aristoteles mendefinisikan kebahagiaan sebagai aktivitas
jiwa yang mengikuti atau diakibatkan dari prinsip rasional, yang berhubungan erat
dengan kesempurnaan. Kant menyatakan bahwa niat baik adalah sumber dari nilai,
dan tanpa niat baik segala sesuatunya tidak ada artinya (C.Korsgaard,1986).
Berdasarkan hasil diskusi terfokus yang melibatkan stake holder integritas di Indonesia
dirumuskan konsep kadar integritas yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat yaitu:
1). Rendah : Jujur mengikuti nurani,
yang selalu pasti
mengarahkan pada
kebaikan dan
kebenaran (nilai-nilai
universal);
2). Sedang : Konsisten untuk jujur
mengikuti nurani
walaupun datang
godaan;
3). Tinggi : Berani untuk konsisten jujur mengikuti nurani walaupun harus
menanggung risiko.
b. INTEGRITAS ORGANISASI
Teori-teori yang membahas integritas tidak hanya dalam konteks individu tetapi
berkembang juga dalam konteks lebih luas lagi yaitu organisasi, meskipun integritas
4. Integritas dan etika didefinisikan sebagai sebuah komitmen pada pemikiran dan
tindakan moral di semua aspek mengenai bagaimana organisasi dikelola dan
dijalankan (Dubinsky dan Richter, 2009).
Integritas organisasi akan terbentuk jika dibangun oleh individu yang memiliki integritas
kadar tinggi yang disebut sebagai tunas integritas. Sesuai dengan konsep pareto 20/80,
diharapkan jumlah mereka mencapai 20% dari total individu yang ada di organisasi.
Dengan kadar integritas yang tinggi dari para tunas integritas akan menjamin
terwujudnya integritas organisasi (pendekatan inside out). Integritas organisasi yang
sudah terbangun akan membuat 80% anggota organisasi lain akan terkondisikan
berintegritas (pendekatan outside in).
Integritas organisasi yang dibangun oleh para tunas integritas terdiri dari penyelarasan
(alignment) dan pengendalian yang semakin menjamin sampai pada tujuan (assurance).
Kata kunci integritas nasional dan pilar adalah sinergi dari organisasi-organisasi
berintegritas yang berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan nasional. Salah satu
kolaborasi itu memastikan korupsi turun, turunnya korupsi sebagai dampak dari naiknya
budaya integritas di Indonesia.
komplementer sistem akuntabilitas vertikal yang diatur oleh konstitusi, dan berbagai
ketentuan.
Harold Travor (2012) menyatakan bahwa pemberantasan korupsi adalah sarana untuk
mencapai tujuan nasional suatu negara. Pemberantasan korupsi untuk kondisi yang
sudah sistemik dan merupakan praktek tradisi yang berkelanjutan memerlukan
pendekatan yang komprehensif baik dari aspek pribadi, sistem dan budaya. Sehingga
diskusi terkait korupsi tidak lagi hanya sebatas pendekatan kejahatan, tetapi bergeser
pula pada pendekatan budaya, yang pada intinya lebih terkait pada standar kebaikan
(standard of goodness). Alain sham (2012) menyatakan bahwa upaya pemberantasan
korupsi perlu disesuaikan dengan yuridiksi, kondisi dan budaya masing-masing negara.
Selama ini pemahaman yang berkembang adalah power tend to corrupt (kekuasaan
cenderung korup) diharapkan dengan terbangunnya komite integritas disetiap
organisasi maka yang akan berkembang adalah pemahaman power to integrity
(kekuasaan cenderung berintegritas).
sasaran (pilar) sistem integritas nasional, mencakup tiga ruang lingkup sebagai berikut:
a) Peran/kontribusi (role), yaitu memastikan setiap pilar menjalankan tugas pokok dan
fungsi secara berintegritas, dengan berbasiskan keunggulan masing-masing, untuk
selanjutnya dikolaborasikan dengan pilar lainnya, dalam pembangunan Sistem
Integritas Nasional.
Andi Hamzah (2007) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya korupsi
disebabkan oleh latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang cukup permisif
terhadap perbuatan korupsi. Soejono Dirdjosisworo (1983) juga menyatakan bahwa
faktor sosial budaya berpengaruh terhadap psikologi perilaku, misalnya kultur malu
pada suatu keluarga. Suatu keluarga termasuk berkedudukan dan terpandang, tetapi
tidak mampu menampung dan memberi kesenangan kepada saudaranya, keadaan ini
akan mendorong orang dalam keluarga tersebut melakukan korupsi.
Menurut Syed Hussein Alatas (1986) terjadinya korupsi di antaranya disebabkan oleh: 1)
ketiadaan dan kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci, yang mampu
mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi, 2) kelemahan pengajaran-
pengajaran agama dan etika.
Begitu banyak definisi dan konsep integritas serta kaitannya dengan budaya, sistem dan
perilaku, sehingga penting untuk dapat membuat definisi yang cocok dan dapat diterima
oleh semua elemen bangsa, serta sangat penting pula untuk membuat sistem integritas
nasional yang cocok dan efektif untuk konteks bangsa dan negara Indonesia, khususnya
terkait pemberantasan korupsi.
Berbagai konsep dan definisi yang ada dapat dijadikan bahan eksplorasi untuk
mewujudkan impian masa depan Indonesia yang lebih baik, sebagaimana diamanahkan
dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, dan dengan partisipasi seluruh
elemen bangsa akan diwujudkan menjadi kenyataan.
1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Integritas didefiniskan sebagai kumpulan nilai (values) dan sebagai unity (keutuhan).
3. Nilai- nilai (values) adalah nilai kebaikan yang disepakati. Ruang lingkup nilai-nilai dikenal
dari mulai nilai universal (nurani) yang selalu positif , baik dan benar, nilai bangsa, nilai
organisasi, nilai kelompok sampai nilai individu. Integritas yang tinggi akan terbentuk
ketika nilai individu sampai nilai bangsa diselaraskan dengan dengan universal.
4. Internalisasi Integritas adalah proses untuk menjadikan nilai-nilai tertanam dengan kuat
pada seseorang berbasiskan pendekatan dari dalam keluar dengan tingkat permanensi
sikap dan perilaku yang tinggi
5. Tunas integritas adalah individu yang dipilih dan dibentuk untuk menginternalisasikan
nilai integritas pada diri sendiri dan lingkungan denganmembangun sistem integritas,
baik ruang lingkup organisasi, pilar maupun nasional.
9. Integritas Pilar adalah sinergi dari beragam organisasi yang berintegritas tinggi untuk
mewujudkan sasaran (pilar) bangsa sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945
10. Sinergi dalam pilar adalah proses mensinergikan upaya-upaya pemberantasan korupsi
yang dilakukan antar organisasi dalam satu pilar (sasaran).
11. Integritas Nasional adalah suatu kondisi ketika korupsi di Indonesia terkendali
BAB II
PEMBANGUNAN INTEGRITAS NASIONAL
Konsep Integritas Nasional sebagai suatu aspirasi bersama untuk mewujudkan budaya
integritas melalui pendekatan nilai, sistem dan kepemimpinan, yang hasilnya tidak hanya
berorientasi output namun berorientasi pada outcomes dan impact, maka Integritas Nasional
harus menggambarkan input, proses dan output-nya, dan lebih jauh lagi terkait outcomes dan
impact-nya. Semuanya tergambar dalam hasil penting konsep integritas nasional sebagai
berikut:
a) Individu, Organisasi dan Pilar-pilar (sasaran) yang berintegritas (Input);
b) Internalisasi integritas, Pembangunan Sistem Integritas dan Budaya Organisasi serta
sinergi upaya pemberantasan korupsi berbasis integritas (Proses);
c) Integritas Individu, Integritas Organisasi, Integritas Pilar dan Integritas nasional
(Output);
d) Kondisi nasional dengan korupsi yang minimal (Outcomes);
e) Tujuan nasional tercapai (Impact).
Berdasarkan prinsip manusia sebagai faktor kunci perubahan, dan pendekatan yang
seutuhnya terkait manusia sebagai makhluk dengan aspek jasmani dan rohani, serta makhluk
sosial yang harus berinteraksi dengan lingkungannya, maka pembangunan integritas perlu
dimulai dari upaya membangun integritas
individu yang selaras dengan integritas
organisasi, secara paralel dikombinasikan untuk
membangun hubungan timbal balik atau sinergi
dengan organisasi lain dalam setiap pilar.
organisasi merupakan kondisi lingkungan sebagai wadah sistem-sistem yang dirancang dan
diimplementasikan dalam organisasi tersebut. Dalam lingkup tertentu, suatu organisasi
bersinergi dengan organisasi lainnya membentuk satu pilar. Selanjutnya pilar-pilar tersebut
bersinergi membentuk integritas nasional.
Integritas dalam konteks organisasi, integritas pilar dan integritas nasional diartikan sebagai
upaya penyatuan (united) melalui sinkronisasi/harmonisasi/sinergitas yang menghasilkan bilai
lebih dari sekedar penjumlahan unsur-unsur dari suatu organisasi (K/L/O/P), suatu pilar
ataupun dalam lingkup nasional.
Pembangunan integritas nasional harus dimulai dari pembangunan integritas individu. Hal ini
disebabkan kondisi korupsi di Indonesia bukan lagi sekedar perbuatan atau peristiwa anomali,
tetapi Sudan menjadi permasalahan akhlak atau moral. Oleh karena itu pemberantasan
korupsi di Indonesia berarti membenahi permasalahan akhlak/moral. Pembenahan
akhlak/moral berarti membangun integritas individu dan budaya anti korupsi serta
membangun sistem yang berintegritas.
2.1. PROSES
Proses pembangunan integritas nasional dilakukan dengan pendekatan learning from the
future yaitu pendekatan positif menggunakan metode 4D (Discovery, Dream, Design dan
Destiny) atau biasa disebut pendekatan asset based, pendekatan yang menekankan pada apa
yang bisa dikontribusikan untuk kehidupan. Konsep ini menekankan bahwa organisasi bukan
kumpulan masalah namun merupakan kumpulan
solusi. Proses dimulai dengan melakukan
apresiasi terhadap kondisi yang ada (discovery),
selanjutnya dilakukan proses aspirasi untuk
mendapatkan impian bersama (dream),
kemudian dilakukan proses penjabaran langkah-
langkah dari impian masa depan ke masa
sekarang (design) dan berdasarkan langkah-
langkah tersebut, disusun rencana aksi atau
Pembangunan ntegritas pada semua ruang lingkup baik individu, organisasi maupun pilar
(sasaran) dapat dilakukan secara paralel. Secara konsep, walaupun dilakukan secara paralel
pada dasarnya input, proses dan output merupakan rangkaian sistem yang berkelanjutan,
sehingga suatu input dapat sekaligus menjadi output bagi rangkaian selanjutnya, dengan
penjabaran sebagai berikut:
1. Values, sebagai input proses internalisasi integritas sehingga terbentuk integritas
pribadi yaitu integritas sebagai kumpulan nilai (values) dan keutuhan (unity) yang
menggambarkan keutuhan pribadi. Semua elemen dalam diri seseorang, satu sama
lainnya selaras dengan lingkungan yang berintegritas (sistem dan budaya integritas).
2. Integritas pribadi, sebagai output proses internalisasi integritas, juga merupakan input
bagi pembangunan sistem integritas organisasi sehingga menghasilkan integritas
organisasi.
3. Integritas organisasi, sebagai input proses sinergi pilar, integritas organisasi sekaligus
sebagai output dari pembangunan sistem integritas.
4. Integritas Pilar, pilar-pilar yang dibangun oleh organisasi yang berintegritas selain
sebagai input dalam proses sinergi pilar untuk menghasilkan integritas nasional,
integritas pilar juga sekaligus sebagai output dari proses sinergi organisasi-organisasi
yang telah terbangun integritasnya.
5. Integritas nasional, integritas pilar (sasaran) yang terintegrasi menuju tercapainya
tujuan nasional
relatif mudah. Penyelarasan dilakukan mencakup semua aspek organisasi sebagai berikut:
1. Nilai
2. Visi dan Misi
3. Strategi
4. Program
5. Kegiatan
Untuk memudahkan proses intervensi terhadap alignment suatu organisasi perlu diketahui
tingkatan alignment suatu organisasi melalui pendekatan kualitatif dengan metode Delphi
dihasilkan 7 tingkatan alignment yaitu:
1). Organisasi memiliki dokumen perencanaan strategik;
2). Dokumen perencanaan strategik telah terinternalisasi dengan baik sehingga dijadikan
acuan dalam mengarahkan dan mengelola organisasi;
3). Dokumen perencanaan strategic dijabarkan kedalam factor-faktor alignment,misalnya
menggunakan pendekatan 7S Mc Kinsey (share value, strategy, style, structure, system,
skill, staff);
4). Faktor alignment yang sudah selaras dengan perencanaan strategic telah di-
implementasikan dalam praktek nyata di organisasi;
5). Organisasi telah mengembangkan faktor-faktor alignment yang disesuaikan dengan
karakteristik dan lingkungan strategis organisasi dengan tetap mengacu pada dokumen
perencanaan strategik;
6). Komprehensif alignment diartikan bahwa organisasi secara penuh menjamin
penyelarasan seluruh faktor-faktor alignment secara berkelanjutan tanpa terpengaruh
oleh pergantian periode kepemimpinan;
7). Legend alignment merupakan komprehensif alignment yang penyelarasannya tidak
terbatas pada ruang lingkup organisasi namun lebih luas pada kehidupan berbangsa dan
bernegara bahkan pada kehidupan manusia secara umum (human well being).
Kelompok pengendalian tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut secara teknis dalam bentuk 7
tingkatan penjaminan sistem untuk mencapai tujuan organisasi (level of assurance).
Setiap K/L/O/P harus memastikan kapasitasnya dikelola dengan baik dan diutilisasi secara
berintegritas. Dalam rangka memastikan semua kapasitas organisasi diutilisasi secara
berintegritas, maka diperlukan sistem-sistem khusus untuk menciptakan integritas
organisasi.
Komite integritas diharapkan dapat membuat integrity plan bagi masing-masing KLOP yang
memuat hal-hal berikut:
1). Ruang lingkup komite integritas;
2). Cetak biru pembentukan komite dan tunas integritas;
3). Cetak biru pembangunan komponen komite dan system integritas;
4). Penghargaan dan pengembangan.
Kesadaran terkait korupsi di Indonesia yang sudah menjadi kejahatan luar biasa, dimana untuk
memberantasnya diperlukan kolaborasi seluruh elemen bangsa. Hal tersebut mendorong
pembangunan integritas nasional di Indonesia melalui pendekatan budaya yang
komprehensif dari mulai aspek nilai, sistem dan kepemimpinan.
Budaya terbentuk dari perilaku individu yang menjadi kebiasaan dan berkembang
menjadi budaya. Individu yang melakukan upaya peningkatan integritas diri dan
lingkungannya akan menjadi manusia-manusia yang mampu menyelaraskan antara
rohani dan jasmani, dengan melakukan
penyelarasan pada semua elemen dirinya
(jiwa, pikiran, perasaan, ucapan dan
tindakan) dengan nurani (standar kebaikan
universal), sehingga terbentuk perilaku
integritas yang selaras pula dengan
berbagai situasi dan lingkungan (budaya
integritas).
Budaya akan kuat terbentuk ketika terjadi penyelarasan nilai yaitu proses untuk
menyeleraskan nilai individu, kelompok, organisasi, bangsa dengan nilai-nilai universal
serta menempatkan tingkatan nilai-nilai tersebut secara proporsional.
Setiap organisasi tujuan dan proses bisnis yang berbeda sehingga nilai setiap organisasi
akan berbeda. Perbedaan tersebut merupakan suatu kewajaran yang penting nilai
organisasi tersebut tidak bertentangan dengan nilai universal. Nilai-nilai organisasi tadi
terkristalisasikan ke dalam budaya organisasi (corporate culture). Begitu pun bangsa
mempunyai tujuan yang merupakan muara dari berbagai tujuan organisasi, maka suatu
kewajaran suatu bangsa mempunyai nilai khas yang mampu memayungi nilai-nilai
organisasi serta mampu memberikan daya saing bangsa untuk merespon
perkembangan zamannya.
reframing untuk menghasilkan budaya positif terkait pemberantasan korupsi, perlu juga
memastikan terbentuknya budaya positif terkait pencapaian tujuan K/L/O/P masing-
masing. Sehingga para tunas integritas selain didorong untuk memiliki keikhlasan dan
kebijakan yang tinggi juga diharapkan memiliki kompetensi untuk melakukan:
Reframing kultur atau budaya, agar perubahan budaya dapat lebih mudah dan cepat,
serta tidak perlu energi besar, atau dengan istilah-istilah semacam “potong generasi”,
namun membuka kesempatan selebar-lebarnya untuk semua elemen bangsa, baik
generasi lalu, generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang untuk menjadi
garda terdepan dalam pemberantasan korupsi melalui reframing budaya.
Utilisasi fenomena perilaku otomatis bagi perubahan diri, keluarga, organisasi dan
bangsa, serta lebih jauh lagi dengan menciptakan peradaban yang lebih baik.
b. KOLABORASI NASIONAL
Percepatan dan modalitas yang tinggi untuk mewujudkan integritas nasional selain
melalui utilisasi, dilakukan dengan pendekatan kolaborasi nasional. Melalui kolaborasi
akan terjadi linkage kompeten dan knowledge yang menjadi syarat untuk melahirkan
terobosan-terobosan/inovasi dalam rangka pencapaian tujuan nasional tanpa
meninggalkan budaya luhur dan dan jati diri bangsa.
Kolaborasi akan berjalan secara efektif, jika diikuti oleh organisasi-organisasi yang
berintegritas, sehingga organisasi-organisasi yang terlibat harus memastikan di
organisasinya sudah terbentuk komite dan tunas integritas yang secara berkelanjutan
melakukan pembangunan system integritas di organisasinya. Organisasi yang
berintegritas memiliki peran dan kapasitas yang dapat saling menguatkan, mendukung
dan melengkapi dalam pencapaian tujuan nasional.
nasional yang selanjutnya sesuai kebutuhan akan menjadi rujukan dalam pembangunan
integritas nasional. Rembug/konvensi nasional dilakukan secara regular (minimal
setahun sekali) sebagai sebuah forum kesepakatan nasional yang menghasilkan standar
dan panduan pembangunan integritas yang sesuai dengan dinamika dan perkembangan
terkini.
a. ASPIRATIF
b. KONTEKSTUAL
c. SUBSTANTIF
BAB III
PENGUKURAN INTEGRITAS NASIONAL
Sesuai dengan kerangka pembangunan integritas nasional yang memiliki impact tercapainta
tujuan nasional, outcome korupsi yang terkendali (budaya integritas naik), pengukuran
integritas nasional maka ukuran untuk impact-nya menggunakan indeks kebahagiaan yang
diperoleh melalui survey dengan memperhatikan aspek inside out (bahagia) dan outside in
(nikmat). Untuk outcome-nya diukur melalui tiga komponen yang membentuk budaya
integritas yaitu kepemimpinan, sistem dan nilai. Ketiga komponen tersebut dikompositkan
menjadi indeks integritas nasional. Sebagaimana kerangka berikut:
Untuk mengukur ketiga komponen integritas nasional dilakukan secara berjenjang mulai level
individu, organisasi, pilar dan nasional. Indeks integritas nasional merupakan rata-rata dari
indeks integritas pilar. Indkes integritas pilar merupakan rata-rata dari indeks integritas
berbagai organisasi yang mempunyai peran untuk mencapai tujuan pilar. Indeks integritas
organisasi merupakan komposit dari ukuran kepemimpinan, sistem dan nilai organisasi. Untuk
membangun organisasi yang berintegritas diperlukan orang-orang yang berintegritas.
Integritas individu diukur berdasarkan individual integrity assessment.
Untuk menterjemahkan inisiatif ke dalam Key Performance Indicator serta ukuran dan
targetnya dilakukan di masing-masing KLOP.
BAB IV
PERENCANAAN INTEGRITAS NASIONAL
(NATIONAL INTEGRITY PLAN)
National Integrity Plan adalah rumusan dan peta jalan yang disusun untuk mencapai visi
nasional dalam pembangunan integritas bangsa. National Integrity Plan disusun untuk periode
waktu 2016-2025 dengan menggunakan pendekatan apresiatif inquiry yang dievaluasi secara
tahunan untuk memastikan pencapaian visi tersebut.
4.1. DISCOVERY
4.2. Dream
4.3. DESIGN
Design yang disusun merupakan skenario yang dianggap paling mungkin (most likely) dalam
mencapai impian yang sudah ditetapkan sebelumnya. Visi Indonesia Berintegritas diharapkan
tercapai pada tahun 2025 yaitu dengan terbentuknya 1000 KLOP yang mencapai Grade A
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
4.4. DESTINY
Destiny merupakan rangkaian rencana aksi untuk mewujudkan setiap target tahunan.
Panduan ini akan menguraikan destiny untuk tahun 2016
Road Map untuk mencapai kondisi tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut: