Tinjauan Pustaka
3. Memilih operator.
Syarat-syarat yang harus dimiliki seorang operator antara lain:
- Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dari elemen yang lain secara
jelas. Batas-batas diantaranya harus dapat dengan mudah diamati agar
tidak terjadi keragu-raguan dalam menentukan bagaimana elemen
berikutnya bermula.
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran.
Alat-alat yang digunakan adalah :
X
X
k
dimana : X adalah harga rata-rata dari sub grup ke 1
k adalah banyaknya sub grup yang terbentuk
3. Hitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
X X
2
i
N 1
dimana : N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.
X i adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran
pengamatam yang telah dilakukan (data)
4. Menghitung standar dari distribusi harga rata-rata sub grup.
X
n
dimana : n adalah besarnya sub grup.
8
BKB = X Zt ( X )
6. Uji keseragaman data.
2
N X i X i
Zt 2 2
N'
Xi
7. Menghitung waktu siklus.
Dimana : N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan.
Xi adalah waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran
pengamatan yang telah dilakukan (data).
8. Menghitung waktu normal.
Wn = Ws x P
Dimana : P adalah faktor penyesuaian.
9. Menghitung waktu baku.
Wb = Wn + 1
Atau
Wb = Wn + (% Kelonggaran x Wn)
Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat)
maka harga p nya akan lebih besar dari satu (p1) dan sebaliknya jika operator
berpendapat bahwa bekerjanya dibawah normal maka harga p lebih kecil dari
satu. Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar
maka harga p nya sama dengan satu (p=1). Biasanya melalui pengamatan seorang
pengukur dapat melihat bagaimana operator dapat bekerja apakah bekerjanya
secara wajar atau tidak wajar. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar,
seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana bekerjanya seorang operator
yang dianggap normal itu
10
3. Cara westinghouse
Cara westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu: keterampilan,
usaha, kondisi kerja, dan konsistensi kerja
Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja
yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai
ke tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang
dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan
merupakan aptitude untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab
lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique yang berlebihan,
pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya.
a. SUPER SKILL
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja mendekati sempurna.
3. Terlatih dengan sangat baik
4. Gerakannya cepat karena sudah ahli.
5. Perpindahan dari satu elemen ke elemen lainnya lancar.
6. Secara umum pekerja tersebut dikatakan pekerja yang baik.
b. EXCELENT SKILL
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat tTerlatih dengan baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau
pemeriksaaan.
5. Menggunakan peralatan dengan baik.
6. Bekerja berirama dan terkoordinasi.
7. Bekerjanya lumayan cepat.
c. GOOD SKILL
1. Kwalitas hasil baik.
2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada
umumnya.
3. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
4. Bekerjanya stabil.
5. Gerakannya cepat.
d. AVERAGE SKILL
1. Gerakannya cepat tapi tidak lambat.
2. Gerakannya cukup menunjukan tiadanya keraguan.
3. Bekerjanya cukup teliti.
4. Tampaknya cukup terlatih
e.FAIR SKILL
1. Tampak terlatih tapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
12
Secara keseluruhan tampak kelas kelas diatas bahwa yang membedakan kelas
keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan
diri, koordinasi, irama gerakan.
Dengan pembagian ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran
pekerja dilihat dari segi keterampilannya. Karenanya faktor penyesuaian yang
nantinya diperoleh dapat lebih obyektif sesuai dengan kenyataan pada lingkungan
yang akan diteliti.
Untuk usaha atau effort cara westinghouse membagi juga atas kelas-kelas dengan
ciri masing masing. Yang dimaksud usaha disini adalah kesungguhan yang
ditunjukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini
ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya:
a. EXCESSIVE EFFORT
1. Kecepatan sangat berlebihan
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi membahayakan
kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang
hari kerja.
13
b. EXCELENT EFFORT
1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi.
2. Gerakan-gerakannya lebih “ekonomis” daripada operator biasa.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya
4. Banyak memberi saran-saran.
5. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
6. Gerakan yang salah sangat jarang sekali..
c. GOOD EFFORT
1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit.
3. Kecepatannya baik dan dapat dipertahannkansepanjang hari.
4. Menggunakan peralatan dengan baik.
d. EVERAGE EFFORT
1. Tidak sebaik good effor, tetapi lebih baik dari poor effort.
2. Bekerjanya dengan stabil.
3. Menerima saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Setup dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan perencanaan
e. FAIR EFFORT
1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
2. Kadang-kadang perhatian tidak ditunjukan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi penyimpangan dari kerja baku.
6. Terlampau hati-hati.
7. Gerakannya tidak terencana.
f. POOR EFFORT
1. Banyak membuang waktu.
2. Tidak memperlihatkan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
14
Dari uraian diatas terlihat adanya korelasi antara keterampilan dengan usaha.
Dalam prakteknya banyak terjadi pekerja mempunyai keterampilan rendah dengan
usaha yang sungguh sungguh dan keterampilan sangat tinggi dengan usaha yang
tidak/kurang sungguh-sungguh.
Yang dimaksud dengan kondisi kerja (faktor manajemen) pada cara westinghosue
adalah kondisi fisik lingkungannya seperti pencahayaan, temperatur dan
kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu ideal,
excelent, good, average, fair dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi
setiap pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masingpekerja
membutuhkan kondisi ideal sendiri sendiri. Suatu kondisi dianggap good untuk
suatu pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan
lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang cocok dengan untuk
pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal
dari pekerja.
Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor diatas diperlihatkan
pada tabel 2.2 dan tabel 2.3. Dalam menghitung faktor penyesuaian, bagi keadaan
yang dianggap wajar diberi harga.
Tabel 2.2. Penyesuaian menurut Westinghouse
Faktor Kelas Lambang Penyesuaiaan
Keterampilan Superskill A1 0.15
A2 0.13
Excelent B1 0.11
B2 0.08
Usaha Good C1 0.06
C2 0.03
Average D 0
Fair E1 0.05
15
4. Cara Obyektif
Cara Obyektif adalah cara lagi berdasarkan tingkat kesulitan yang terjadi pada
operator.
5. Cara Bedaux dan Sintesa
Pada dasarnya cara bedaux tidak banyak berbeda dengan cara shumard, hanya saja
nilai nilanya pada cara bedaux dinyatakan dalam “B” (huruf pertama bedaux),
misalanya 60B. Sedangkan cara sintesa dimana waktu penyelesaian setip elemen
gerakan dibandingkan dengan harga yang diperolsh dari tabel data waktu gerakan.
2.2.2. Kelonggaran
Dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku dilakukan hanya dengan
menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-ratanya, padahal
dalam penentuannya harus disesuaikan dan ditentukan kelonggaran terlebih
dahulu sehingga dapat mencapai waktu baku yang optimal berdasarkan factor
yang berpengaruh pada lingkungan yang diteliti.
16
Pada tabel 2.4 dibawah ini adalah kelonggaran yang dapat dijadikan acuan berdasarkan kondisi yang berpengaruh:
Tabel 2.4. Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor yang berpengaruh
Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran
A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita
1. Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0.0 - 6.0 0.0 - 6.0
2. Sanagt ringan Bekerja dimeja, berdir 0.00 - 2.25 Kg 6.0 - 7.5 6.0 - 7.5
3. Ringan Menyekop, ringan 2.25 - 9.00 Kg 7.5 - 12.0 7.5 - 16.0
4. sedang Mencangkul 9.00 - 18.0 Kg 12.0 - 19.0 16.0 - 30.0
5. Berat Mengayun palu yang berat 19.0 - 27.0 Kg 19.0 - 30.0
6. Sangat berat Memanggul beban 27.0 - 50 Kg 30.0 - 50.0
7. Luar biasa berat Memanggul karung beban Diatas 50 Kg
B. Sikap Kerja
1. Duduk Bekerja duduk, ringan 0.0 - 1.0
2. Berdiri diatas dua kaki Baadan tegak, ditumpu dua kaki 1.0 - 2.5
3. berdiri diatas satu kai. Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2.5 - 4.0
4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang, atau depan 2.5 - 4.0
5. Membungkuk badan dibungkukan bertumpu pada kedua kai 4.0 - 10
C. Gerakan Kerja
1. Normal Ayunan bebas dari palu 0
2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0-5
3.Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0-5
4. Pada badan anggota terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5 - 10
5. seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 5 -10
18
F. Keadaan Atmosfer
1. Baik Ruang yang berventilasi baik 0
2. Cukup Ventilasi kurang baik 0-5
3. Kurang baik Adanya debu beracun 5 – 10
4. Buruk Adanya debu beracun diharuskan memakai alat 10 – 20
Manajemen Perencanaan
Permintaan Produksi Perencanaan
Kebutuhan Sumber
Pelayanan Daya
pesanan
(Order service)
Penjadwaln Produksi Rough Cut
Final asemmbly
Induk (MPS) Capacity Planning
Schedule
(RCCP)
Pembelian Operation
Pengendalian aktifitas Sequencing
Akutansi dan
Keuangan
Demand time finces (DTF) didefinisikan sebagai periode mendatang dari MPS
dimana dalam periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak
diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat
ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal. Sedangkan planining time fince (PTF)
didefinisikan sebagai periode mendatang dari MPS dimana dalam periode ini
perubahan terhadap MPS dievaluasi guna mencegah ketidaksesuaian atau
kekacauan jadwal yang akan menimbulkan kerugian dalam biaya . MPS biasanya
dinyatakan sebagai firm planned orders (FPO) dalam PTF.
Berdasarkan dua jenis time fence di atas didefinisikan tiga periode manajemen
waktu untuk MPS, yaitu: firm (or frozen) periode, slusby period, dan free (or
liquid period). dalam firm (or frozen) period, yaitu periode didalam DTF, tidak
boleh ada perubahan-perubahan terhadap MPS.
Melewati PTF, terdapat dua fungsi yang diberikan MPS yaitu: (1) Memberikan
suatu input kepada Rough Cut Capacity Planning (RCCP) sebagai dasar bagi
pembuatan keputusan tentang perolehan sumber daya jangka panjang yang
membutuhkan waktu tunggu panjang, serta (2) memberikan visibility yang lebih
besar atas bahan baku dan komponen yang mempunyai waktu tunggu panjang
27
2.5.4.7. Orders
Ada 3 jenis order dalam MPS:
1. Planner Order
Adalah order yang rencananya akan dilepaskan (released) dan dibuat setelah
mempertimbangkan supply-demand.
2. Firm Planned Order
Adalah order yang direncanakan akan dibuat diperusahaan ini tapi belum
dilepaskan (released).
3. Orders
Adalah order yang sudah dibuat dan diperintahkan untuk dibuat atau
dikerjakan atau dibuatkan purchase order atau dibuatkan surat pengiriman.
28
5. Planned Order
Dihitung apabila PAB minus, perhitungan kebutuhan tergantung pada
periode net requirement.
PO = F + SS – PABt-1
Rumus-rumus yang digunakan dalam penentuan jadwal induk produksi:
o Project Available Ballance (PAB)
Pada daerah DTF
PABt = PABt-1 + MSt - AOt
Pada daerah PTF
PABt = PABt-1 + MSt – Max(AOt,Ft)
Pada daerah setelah PTF
PABt = PABt-1 + MSt - Ft
o Available To Promise (ATP)
Pada perioda 1
ATPt = PABnow + MSt - AOsebelum ada MS berikutnya
Pada perioda selanjutnya
ATPt = MSt - AOsebelum ada MS berikutnya
Karakter dari perencanaan produksi biasanya tidak rinci, rencana dibuat untuk
familly atau kelompok produk. Dan satuan yang digunakan dapat berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, seperti ton, gallon, waktu produksi
standar, satuan uang, dan lain-lain. Namun, hal ini juga tergantung pada tipe
bisnis apakah make to order atau make to stok.
RMH
f Regular Time =
Kebutuhan Jam Orang/unit
34
Kapasitas suatu fasilitas adalah konsep mendua tidak seperti kapasitas satu botol
bir yang berisi satu liter bir dan tidak lebih dalam keadaan apapun juga. Kapasitas
adalah suatu tingkat keluaran suatu kapasitas keluaran dalam periode tertentu, dan
merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu.
Suatu kapasitas organisasi merupakan konsep dinamik yang dapat diubah dan
dikelola. Untuk berbagai keperluan, kapasitas dapat disesuaikan dengan tingkat
penjualan yang sedang berfluktuasi yang dicerminkan dalam jadwal produksi
induk (master production schedule).
daya-sumber daya yang tersedia relatif untuk kebutuhan keluaran pada waktu
tertentu.
Biaya
rata-rata
perunit
keluaran
Tingkat pengoperasian
terbaik
Volume Produksi
Sebagai contoh, suatu pusat kerja beroperasi 6 hari dalam seminggu dengan basis
dua “shift” (8 jam per shift) dan mempunyai empat mesin dengan kemampuan
yang sama. Bila mesin-mesin digunakan 750% dari waktu pada tingkat efesiensi
38
sistem sebesar 90%, tingkat keluaran dalam jam kerja standar perminggu dapat
dihitung sebagai berikut:
Rated capacity = (4) (8 x 6 x 2) (0.75) (0.90)
= 259 jam kerja standar / minggu.
Kapasitas yang dinyatakan sebagai suatu “rate” tersebut (misal, jam standar per
minggu) dipengaruhi oleh berbagai faktor; baik tenaga kerja, fasilitas, alternatif
urutan pengerjaan, pemeliharaan preventif, dan sebagainya, maupun faktor-faktor
yang tidak dapat dikendalikan, seperti kerusakan mesin, tingkat absensi,
kekurangan bahan, pengerjaan kembali dan sisa produksi, prestasi kerja, dan
masalah peralatan yang tidak biasa.
Beban kerja dalam bulan Agustus adalah dua kali lipat bulan juni. Bagaimanapun
juga, jumlah orang yang dibutuhkan adalah dalam artian “karyawan ekuivalen”
yang bekerja 40 jam satu minggu. Tetapi jumlah jam per minggunya dapat diubah
dan kelebihan jumlah kerja dapat disub kontrakan atau dengan penimbunan
persediaan. Berikut ini merupakan sebuah rencana feasible bagi jam kerja pabrik
untuk memenuhi kebutuhan penjualan dengan menggunakan tenaga kerja konstan:
Tabel 2.11. Rencana feasible kerja pabrik
Jumlah jam Karyawan ekuivalen
Bulan
per minggu yang dikontrak dari luar
Juni 350 34 -
Juli 350 46 -
Agustus 350 58 92
September 350 51 -
oktober 350 46 -
40
Pengguanaan kerja lembur, sub kontrak dari luar, atau penimbunan persediaan
merupakan keputusan-keputusan manajerial dan tergantung pada biaya relatif
masing-masing alternatif.
Kerja lembur bukannya tanpa masalah, salah satu masalah adalah bahwa
pendapatan karyawan berfluktuasi karena kerja lembur tidak dapat dilaksanakan
secara teratur dan terus menerus. Masalah lain adalah turunya produktivitas bila
pekerjaan tidak didasarkan kecepatan mesin atau kecepatan tetap ban berjalan
(conveyor) dan bila produksi menurun selama kerja lembur, biaya-biaya tenaga
kerja selama jam-jam tersebut menjadi penghalang.
Jumlah total jam sumber daya standar yang dibutuhkan utuk memenuhi
permintaan akan X produk dengan Ni setiap jenis produk adalah sama dengan
41
Jumlah sumber daya nyata yang dibutuhkan adalah jam sumber daya standar
dibagi efisien dan produktivitas atau:
H
Hact = std
Eo.Pw.Em
dimana,
Hact = Jam sumber daya nyata yang dibutuhkan
Eo = Efisiensi Organisasional
Pw = Produktivitas operator
Em = Efisiensi mesin, faktor pemeliharaan, faktor mesin rusak
Jumlah unit sumber daya yang diperlukan (peralatan, mesin, atau karyawan)
adalah sama dengan jam sumber daya nyata yang dibutuhkan dibagi jumlah jam
yang tersedia per unit sumber daya.
H
Nr = act
H
avl
dimana,
Nr = Jumlah unit sumber daya yang dibutuhkan (peralatan, mesin, atau
karyawan)
42
Havl = Jumlah jam yang tersedia per unit sumber daya selama periode
waktu tertentu.
Contoh persoalan:
Suatu perusahaan menghadapi permintaan produknya sebesar 200 unit. Ada 22
hari kerja per bulan. Waktu pengoperasian standar per unit sebesar 8 jam, dan ini
memerlukan waktu setengah jam untuk persiapan setiap unit 200 Unit produk
akan diproses dalam 10 kumpulan. Pada akhir setiap kumpulan, mesin harus diuji
dan disesuaikan kembali sebelum kumpulan berikutnya diproses: waktu
penyiapan ini memerlukan 4 jam. Efisiensi organisasional diperkirakan 950 %,
dari mesin-mesin beroperasi dengan efisiensi dengan efisiensi 90%, ini berarti
selama mesin dioperasikan dengan kecepatan wajar, diperlukan waktu penundaan
untuk pemeliharaan selama 480 menit perhari. Mesin-mesin dijalankan 8 jam per
hari dan para operator mesin bekerja sesuai dengan standar (1.00). Berapa jumlah
mesin yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan bulanan.
Penyelesaian
H 2035,1
act
Nr = = 11,56 mesin
H avl 22(8)
43
Pada dasarnya RCCP didefinisikan sebagai proses konversi dari rencana produksi
dan MPS kedalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan sumber-sumber
daya kritis seperti: tenaga kerja, mesin dan peralatan, kapasitas gudang,
kapabilitas pemasok material dan parts, dan sumber daya keuangan.
2. Waktu total pembuatan produk diperoleh dari daftar tenaga kerja (BOLA)
Tabel 2.13. Daftar tenaga kerja
Produk
P1 P2
Stasiun kerja
Stasiun kerja 1 a11 a12
Stasiun kerja 2 a21 a22
2. Profil sumber
Tabel 2.16. Profil sumber
Sisa waktu
2 1 0
Produk
Produk 1 a112 a111 a110
Produk 2 b212 a211 a210
Melakukan perhitungan pada Stasiun kerja
2 1 0
P1 b11 b12 b13
P2 b21 b22 b23
47
Contoh Perhitungan:
c11 = a11 . b11 + a111 . b12 + a112 . b13 + a210 . b21 + a211 . b22 + a212 . b23
c12 = a110 . b12 + a111 . b13 + a210 . b22 + a211 . b23
c13 = a110 . b13 + a210 . b23
c21 = a120 . b11 + a121 . b12 + a112 . b13 + a220 . b21 + a221 . b22 + a222 . b23
c22 = a120 . b12 + a121 . b13 + a220 . b22 + a221. b23
c23 = a120 . b13 + a220 . b23
Untuk mengetahui yang dibutuhkan stasiun kerja untuk produk 1 pada bulan M1
yaitu dengan mengkalikan jumlah permintaan bulan M1 dengan waktu yang
diperlukan stasiun kerja SK 1 pada bulan batas penyerahan, jumlah permintaan
untuk bulan M2 dengan yang diperlukan stasiun kerja SK 1 satu bulan sebelum
batas penyerahan dan jumlah permintaan M3 dengan waktu yang diperlukan
stasiun kerja SK 1 dua bulan sebelum batas penyerahan. Proses diulang untuk
produk selanjutnya
Keterangan:
aik = waktu produksi produk k di stasiun kerja i
n = jumlah produk
bkj = jumlah produk k (MPS) pada periode j.
Ci = kapasitas yang dihasilkan
Karena memproduksi waktu produk lebih dari satu maka formula kebutuhan
kapasitas stasiun kerja k pada periode j adalah:
a b
ik . kj untuk semua i,j
48