BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Flowchart
BAB II
LANDASAN TEORI
faktor inilah yang dapat merubah pekerja menjadi nyaman, sehingga apabila
faktor kondisi kerja enak, nyaman, maka produktivitas pun akan meningkat.
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu: Ideal, Exelent, Good,
Average, Fair,Dan Poor. Kondisi yang Ideal adalah kondisi yang cocok untuk
untuk pekerjaan yang bersangkutan, yang memberikan performace yang
maksimal. Sebaliknya kondisi Poor adalah kondisi yang tidak membantu
jalannya pekerjaan, bahkan menghambat pencapaian performace yang
maksimal. Kondisi yang Ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan, karena
setiap pekerjaan mempunyai karakteristik yang berbeda. Kondisi yang
dianggap Good pada sebuah pekerjaan, bisa saja dirasakan Fair atau bahkan
Poor untuk pekerjaan lain. Untuk itu pengetahuan tentang kondisi kerja yang
tersebut diatas perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja (dalam hal
ini penyesuaian) dapat dilakukan seteliti mungkin.
Faktor berikutnya yang tidak kalah penting adalah konsistensi. Faktor ini
perlu diperhatikan karena pada kenyataanya setiap pengukuran waktu angka-
angka yang dicatat tidak pernah sama. Waktu penyelesaian yang ditunjukan
pekerja selalu berubah-ubah dari siklus ke siklus, dari jam ke jam, bahkan dari
hari ke hari. Seperti halnya faktor-faktor lain, konsisten juga dibagi menjadi
enam kelas, yaitu: Perfect, Excellent,Good, Average, Fair dan Poor.
Seseorang yang bekerja Perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu
penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari waktu ke waktu. Sebaliknya
konsisten Poor terjadi bila waktu-waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari
rata-rata secara acak. Konsisten rata-rata (average) adalah bila selisih antara
waktu-waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu
atau dua yang selisihnya jauh.
o Obyektif
Cara objektif adalah cara yang memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan
kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang
secara bersama-sama menentukan berapa harga p untuk mendapatkan waktu
normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam
pengertian biasa. Di sini pengukur melakukan penilaian tentang kewajaran
kecepatan kerja yang ditunjukan oleh operator. Jika operator bekerja dengan
o Bedaux
Pada dasarnya cara Bedaux tidak banyak berbeda dengan cara Shumard,
hanya saja nilai-nilai pada cara Bedaux dinyatakan dalam “B” (huruf pertama
Bedaux, penemunya) seperti misalnya 60 B atau 70 B.
2. Performance Sampling
Performance Sampling digunakan untuk mengukur performance index
atau performance level dari para pekerja sepanjang waktu kerjanya,
performance sampling ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghitung
benda kerja dari para pekerja serta memperkirakan kelonggaran bagi suatu
jenis pekerjaan tertentu.
3. Work Measurement
Work Measurement digunakan untuk menghitung dan menentukan waktu
baku dari suatu jenis pekerjaan tertentu. Untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang dapat dipertanggung jawabkan secara statistik, perlu ditempuh langkah-
langkah yang dijalankan sebelum work sampling dilakukan yaitu :
1. Menetapkan tujuan pengukuran yaitu untuk apa sampling dilakukan
2. Jika sampling dilakukan untuk mendapat waktu baku, lakukanlah
penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem
kerja yang baik, perbaikan atas kondisi dan cara kerja harus dilakukan
terlebih dahulu.
3. Memilih operator-operator yang refresentatif untuk diukur
4. Jika diperlukan dapat diadakan latihan bagi operator yang dipilih agar
bias dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
5. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan.
6. Melakukan pemisahan kegiatan menjadi elemen-elemen pekerjaan yang
akan diukur. Yang harus diperhatikan dalam pemisahan ini adalah bahwa
7. Antara elemen-elemen kegiatan tersebut harus terpisah satu sama lain
(Mutually Exclusive) dan kegiatan tersebut adalah semua kegiatan yang
mungkin terjadi ditempat pekerjaan berlangsung (Mutuali Exhaustive)
8. Menentukan waktu pengamatan secara acak melalui bilangan acak
(Random Generator) dari tabel bilangan acak atau dari komputer.
BAB III
30.06
30.06
Standar Deviasi:
(dari tabel)
BKA
BKB
Waktu siklus:
Waktu normal:
1. % produktif =
Plot data
BKA
BKB
6. Waktu Normal
P → Faktor Penyesuaian Berdasarkan Metoda Objektif
Bagian badan yang dipakai : (E) :8
Pedal kaki : (F) :0
Cara penggunaan tangan : (H) :0
Koordinasi mata dengan tangan : (J) :2
Peralatan : (N) :0
Berat : (B-1) : 2 + 1
Jumlah 13
P = 1 + 0.13 = 1.13
WN = WS x P
= 40 x 1.13 = 45.2 menit/unit
7. Waktu Baku
Kelonggaran (Allowance) terdiri dari :
1. Fatique
a. Tenaga yang dikeluarkan : 6 %
b. Sikap Kerja (Berdiri) :1%
4.1 Analisa
4.1.1 Jam Henti
Sebelum dilakukan pengukuran sebaiknya operator sudah terbiasa dengan
kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan dan sudah berada pada tingkat
pengusaan maksimum. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan maka sebaiknya dalam dipilih operator yang
berkemampuan normal dan dapat diajak bekerjasama. setelah itu dilakukan latihan
bagi operator tersebut dengan cara kerja yang telah ditetapkan pada tiap-tiap work
station.
4.2 Kesimpulan
4.2.1 Time Study
Teknik jam henti adalah teknik pengukuran waktu kerja dengan
menggunakan alat jam henti (stop watch) kepada seluruh pekerja. Dan melakukan
pengamatan terus menerus berada ditempat pekerjaan mulai dari awal pengerjaan
produk hingga selesai.
Dari 40 data, diperoleh data yang seragam, maka data tersebut tidak
memerlukan revisi. Setelah setelah itu dilakukan tes kecukupan data. Dari test
kecukupan data diperoleh harga N’<N, artinya data yang digunakan cukup
mewakili.
Dari hasil perhitungan waktu baku diperoleh Waktu Siklus sebesar 48.12
detik/buah, Waktu normal 52.932 detik/unit dan waktu baku 60.35 detik. Waktu
normal yang diperoleh dipengaruhi oleh faktor penyesuaian. Penyesuaian yang
digunakan berdasakan metoda objektif kelas performance normal. Sedangkan
waktu bakunya yang diperoleh kelonggaran (allowance). Kelonggaran yang
diberikan yaitu kebutuhan pribadi, hambatan tak terhindarkan dan menghilangkan
rasa fatique.