Anda di halaman 1dari 2

Sejarah dan perkembangan drg di dunia

1. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah dan perkembangan dokter gigi?


Ilmu kedokteran gigi diyakini sudah ada sejak Firaun ramses II. Dr Jafar khadem
yamani menyatakan pada saat itu sudah ada tabib ahli gigi yang tinggal di istana
Fir’aun yang bernama Bahab Azz. Seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Musa AS,
orang-orang Akadia dan Mesir sudah mampu membuat alat berupa pinset gigi,
pengikiran gigi dan tang pencabut gigi. Kini di Mesir tumbuh jurusan kedokteran
gigi. Wajib ditempuh selama 5 tahun plus 1 tahun magang di klinik gigi. Misalnya
di Ain Shams University, Alexandria University, Suez canal University dan al-
Azhar.
Di negerinya para filosof, Orang-orang yunani baru mengenal ilmu kedokteran gigi
setelah mereka menamatkan belajarnya di Mesir. Mereka pulang ke Athena sambil
membawa buku-buku kedokteran gigi. Sementara pada masa pendirian Baitul
hikmah di Baghdad, menurut Dr Ja’far khadem sudah banyak kitab/buku tentang
kedokteran gigi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Di Baghdad, sudah ada kursi khusus untuk pasien yang akan memeriksakan
giginya. Hampir di setiap kota dari baghdad, Damsyiq, Qurthubah sampai
Iskandariyah terdapat balai pengobatan gigi. Dr Jafar menyimpulkan bahwa
sesungguhnya ilmu kedokteran gigi modern sekarang ini merupakan pengembangan
dari kedokteran gigi di Andalusia.
Di benua Amerika, ilmu kedokteran gigi tak luput dari sejarah pendirian
University of Maryland School of Dentistry. Kampus yang didirikan tahun 1840 ini
dinobatkan sebagai kampus yang menyediakan fakultas kedokteran gigi pertama di
dunia. Prof Chapin A. Harris adalah dekan pertama di kampus tersebut sekaligus
guru besarnya.
Kampus ini resmi membuka pendaftaran pada 3 November 1840. Ketika itu
hanya ada 5 peserta didik (William J. Geis, Dental Education in the United States
and Canada, hal 40). Bila di benua Amerika ditandai dengan berdirinya fakultas
kedokteran gigi, maka di Eropa khususnya Inggris ditandai dengan berdirinya rumah
sakit gigi pada tahun 1858 di kota london. Dua tahun berikutnya, menurut Amolak
singh disana baru didirikan the Royal college of Surgeons.
Bagaimana dengan Indonesia? Sewaktu masih bernama Hindia belanda, di kota
Surabaya telah berdiri sekolah kedokteran yang bernama Nederlandsch-Indische
Artsen School (NIAS) pada tahun 1913. Karena lembaga kedokteran gigi belum ada
maka kebutuhan akan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi) didatangkan langsung dari
Eropa (Belanda).
Namun jumlah dokter gigi dari Eropa yang bisa dan mau bekerja di Hindia
Belanda pada waktu itu amat terbatas, itupun sebagian besar hanya untuk melayani
orang-orang Eropa yang tinggal di sini. Jika orang-orang pribumi menderita
penyakit gigi maka sebagian besar dibawa ke dukun atau tabib dengan pengobatan
tradisional, dan sebagian lagi dibiarkan untuk sembuh dengan sendirinya.
Sampai tahun 1950 Indonesia baru memiliki dua universitas negeri, yaitu
Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta dan Universitas Indonesia (UI).
Selanjutnya tanggal 10 Nopember 1954 secara resmi Universitas Airlangga berdiri.
Dengan berdirinya Universitas Airlangga maka Fakultas Kedokteran dan Institut
atau Lembaga Kedokteran Gigi yang semula merupakan cabang dari UI kemudian
dipisahkan dari induknya dan digabung ke Universitas Airlangga.
Perkembangan kedokteran gigi termasuk ilmu kesehatan mulut telah berlangsung
ribuan tahun sebelum masehi. Sekitar tahun 7000 SM ditemukan sebuah situs di
Mehrgarh yang menunjukkan sudah adanya penggunaan bur untuk merawat kavitas
pada gigi. Pada tahun 5000 SM ditemukan sebuah teks Sumerian yang menyebutkan
adanya cacing gigi sebagai salah satu penyebab lubang pada gigi. Selanjutnya pada
tahun 1552 SM ditemukan sebuah teks Mesir ‘the Ebers Papyrus’ yang
mengemukakan tentang beberapa penyakit pada gigi.
Secara berurutan pada tahun 500 dan 380 SM Hipocrates dan Aristoteles
mengemukakan tentang ekstraksi gigi dan penggunaan kawat untuk merapikan
fraktur tulang dan gigi yang hilang. Hipocrates juga menulis buku Peri-Arthron
yang berisi tentang artikulasi dalam mulut. Sedangkan Aristoteles dalam bukunya
De Partibus Animal Culum menjelaskan tentang anatomi sebuah gigi dan teknik
ekstraksi gigi menggunakan forcep. Selanjutnya, masuk ke abad pertengahan dan
terjadinya peristiwa Renaissance, pada tahun 48-117 masehi Archigenes dari
Apameia dikenal sebagai seorang yang mendirikan praktek dokter gigi dan
menggunakan bur untuk merawat infeksi pada gigi.
Istilah ”dokter gigi” lahir pada abad ke-18. Istilah ini mengacu pada seorang
dokter yang bidangnya khusus pada penyakit gigi. Pierre Fauchard seorang dokter
gigi berkebangsaan Prancis yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi modern
menjadi salah satu sejarah penting adanya modernisasi dalam kedokteran gigi ini.
Pada tahun 1855 Erasmus Wilson menulis buku tentang detail penyakit pada
mukosa mulut. Sir Jonathan Hutcinson (1838-1918) adalah orang yang berjasa
menjelaskan tentang beberpa kondisi yang menarik terkait penyakit mulut.
Selanjutnya barulah Willoughby D. Miller pada tahun 1890 dengan bukunya “The
Human Mouth as a Focus of Infection” menjadi pionir dalam keilmuan kedokteran
gigi yang menjelaskan bahwa mulut secara keseluruhan menjadi fokus yang harus
diperhatikan oleh dokter gigi. Semakin berkembang, konsep Focal infection 1916
dijelaskan oleh Profesor Frank Billings pada 1916. Tahun 1948 buku pertama yang
menjelaskan tentang aspek kesehatan umum pada mulut dan berbagai
manifestasinya yang ditulis oleh Hubert H. Stones dipublikasikan. Semakin spesifik,
tahun 1946 buku berjudul Oral Medicine dipublikasian. Lester William Burket sang
penulis kemudian dinobatan sebagai bapak “oral medicine”. Tahun 1966, di
Amerika didirikan akademi yang fokus pada pembelajaran tentang Oral Medicine.
Oral medicine pun dikenal sebagai sebuah ilmu yang menjembatani antara
kesehatan umum dengan kesehatan gigi. Pengembangan Oral medicine mencoba
mengubah paradigma dari “tooth centered” menjadi “patient centered”.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan teknologi zaman dahulu


3. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas dan tanggungjawab serta peranan dokter gigi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai