Anda di halaman 1dari 3

Ilmu Kedokteran Gigi dalam Lintasan sejarah

oleh: Fadh Ahmad Arifan1

Tiba tiba saya dapat ide

untuk menuliskan topik


tentang ilmu kedokteran gigi.

Artikel yang saya tulis sekarang


berbarengan dengan sakit gigi

yang saya alami. Untuk


pertama kalinya saya merasakan sakit gigi. Ternyata sakitnya melebihi sakit kepala,

sakit maag maupun sakit hati. Artikel ini hanya sekilas saja mengulas kemunculan
ilmu kedokteran gigi di masa lampau, meliputi Mesir, Islam, Barat dan Indonesia.

Ilmu kedokteran gigi sudah ada sejak Fir'aun ramses II. Dr Ja'far khadem yamani
menyatakan pada saat itu sudah ada tabib ahli gigi yang tinggal di istana Fir'aun

yang bernama Bahabb Azz. Seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Musa AS, orang-
orang Akadia dan Mesir sudah mampu membuat alat berupa pinset gigi,

pengikiran gigi dan tang pencabut gigi.2 Kini di Mesir tumbuh jurusan kedokteran
gigi. Wajib ditempuh selama 5 tahun plus 1 tahun magang di klinik gigi. Misalnya

di Ain Shams University, Alexandria University, Suez canal University dan al-Azhar
University.

Bergeser ke negerinya para filosof, orang-orang Yunani baru mengenal ilmu


kedokteran gigi setelah mereka menamatkan belajarnya di Mesir. Mereka pulang

ke Athena sambil membawa buku-buku Kedokteran gigi. Sementara pada masa


pendirian Baitul hikmah di Baghdad, sudah banyak kitab/buku tentang kedokteran

Alumni Jurusan studi Islam di Pascasarjana UIN Malang dan kini menjadi Pendidik di MTS
1

Muhammadiyah 2 kota Malang


2
Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran islam: Sejarah dan Perkembangannya, (Bandung: Dzikra 2005),
hal 94
gigi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Di Baghdad, sudah ada kursi
khusus untuk pasien yang akan memeriksakan kondisi giginya. Hampir di setiap

kota dari Baghdad, Damsyiq, Isfahan, Qurthubah sampai Iskandariyah terdapat


balai pengobatan gigi. Dr Ja'far menyimpulkan bahwa sesungguhnya ilmu

kedokteran gigi modern sekarang ini merupakan pengembangan dari kedokteran


gigi di Andalusia.3

Di era dinasti Turki usmani, ilmu kedokteran gigi awalnya berkembang di


Anatolia. Haci Pasha (1335-1424 M) adalah dokter yang menulis buku berjudul

“Muntehab al-sifa”, isinya terkait pengobatan untuk penyakit gigi. Dalam buku ini
juga Haci pasha menyoroti kaitan antara sakit gigi dengan telinga. Di era

kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih muncul dokter bernama Ebulkasim


zehrani. Dia menulis buku “et-Tasrif”. Selanjutnya di era sultan Sulaiman al-Qanuni

terdapat sosok Ibn hamun yang menulis monograf pertama tentang sejarah
kedokteran gigi di Turki.4

Di benua Amerika, ilmu kedokteran gigi tak luput dari sejarah pendirian
University of Maryland School of Dentistry. Kampus yang didirikan tahun 1840 ini
dinobatkan sebagai kampus yang menyediakan fakultas kedokteran gigi pertama
di dunia. Prof Chapin A. Harris adalah dekan pertama di kampus tersebut sekaligus

guru besarnya. Kampus ini resmi membuka pendaftaran pada 3 November 1840.
Ketika itu hanya memiliki 5 peserta didik.5 Jika di benua Amerika ditandai dengan

berdirinya fakultas kedokteran gigi, maka di Eropa khususnya Inggris ditandai


dengan berdirinya rumah sakit gigi pada tahun 1858 di kota London. Dua tahun

berikutnya, menurut Amolak singh disana baru didirikan the Royal college of

Surgeons.6

3
Ibid. hal 96
Huriye Colaklar, History of Dentistry from the Period of the Ottoman Empire to the Republican
4

Period, (Journal of Pharmacy and Pharmacology, 2014), hal 680-681


5
William J. Geis, Dental Education in the United States and Canada, chapter II, hal 40
6
Paul Lambden (ed), Dental Law and Ethics, (UK: Radcliffe medical Press, 2002), hal 22
Bagaimana dengan Indonesia? Sewaktu masih bernama Hindia belanda, di kota
Surabaya telah berdiri sekolah kedokteran yang bernama Nederlandsch-Indische

Artsen School (NIAS) pada tahun 1913. Karena lembaga kedokteran gigi belum
ada maka kebutuhan akan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi) didatangkan

langsung dari Eropa (Belanda). Namun jumlah dokter gigi dari Eropa yang bisa
dan mau bekerja di Hindia Belanda pada waktu itu amat terbatas, itupun sebagian

besar hanya untuk melayani orang-orang Eropa yang tinggal di sini. Jika orang-
orang pribumi menderita penyakit gigi maka sebagian besar dibawa ke dukun

atau tabib dengan pengobatan tradisional, dan sebagian lagi dibiarkan sembuh
dengan sendirinya.7

Hingga tahun 1950, Indonesia baru memiliki dua universitas negeri, yakni UGM
di Yogyakarta dan Universitas Indonesia (UI). Selanjutnya tanggal 10 Nopember

1954 secara resmi Universitas Airlangga berdiri. Dengan berdirinya Universitas


Airlangga maka Fakultas Kedokteran dan Lembaga Kedokteran Gigi yang semula

merupakan cabang dari UI kemudian dipisahkan dari induknya dan digabung ke


Universitas Airlangga.8

Sebelum menutup tulisan ini, penyebaran institusi pendidikan kedokteran gigi


di Indonesia sampai saat ini juga masih belum merata, hal ini juga merupakan

salah satu faktor yang menghambat upaya peningkatan pelayanan kesehatan gigi.
Saat ini institusi pendidikan kedokteran gigi masih terkonsentrasi di pulau Jawa.

Sementara di Papua dan Maluku belum memiliki institusi pendidikan kedokteran


gigi.9 Wallahu’allam

7
Aprilia Ekawati Utami dkk, Potret Ketersediaan dan Kebutuhan Tenaga Dokter Gigi, (Jakarta: Dikti
2011), hal 4
8
Ibid, hal 7
9
Ibid, hal 1

Anda mungkin juga menyukai