Anda di halaman 1dari 2

Soon to be a Dentist, Be the Light for People’s Pretty Smile

Kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta
unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut yang memungkinkan individu makan, berbicara
dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit,
penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 90% penduduk dunia pernah mengalami penyakit
gigi, yang sebagian besar sebenarnya dapat dicegah. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2018, sebanyak 57,6 persen orang Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut. Sebanyak 78% anak-anak
di dunia, yakni sekitar 573 juta anak menderita penyakit gigi yang tidak terawat, dan terutama
disebabkan kurangnya asesibilitas terhadap sarana kedokteran gigi. Penyakit gigi selain menimbulkan
rasa tidak nyaman juga mempengaruhi produktivitas serta kualitas hidup.

Dari narasi tersebut, saya melihat betapa mengkhawatirkannya kondisi kesehatan gigi dan mulut
manusia di dunia dan di Indonesia sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penting pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut untuk kelangsungan hidup manusia. Kedokteran gigi adalah ilmu mengenai
pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan pada gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau
dengan pembedahan. Seseorang yang mempraktikkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai dokter gigi.
Seorang dokter gigi memiliki kompetensi atau keahlian dalam mendiagnosis, mengobati, dan
memberikan edukasi tentang pencegahan berbagai masalah kesehatan gigi, gusi, dan mulut. Ilmu
kedokteran gigi diyakini sudah ada sejak Fir’aun Ramses II. Seribu tahun sebelum kelahiran Nabi Musa,
orang-orang Akadia dan Mesir sudah mampu membuat alat berupa pinset gigi, pengikiran gigi dan tang
pencabut gigi. Di Indonesia, sewaktu masih bernama Hindia belanda, di kota Surabaya telah berdiri
sekolah kedokteran yang bernama Nederlandsch-Indische Artsen School (NIAS) pada tahun 1913. Karena
lembaga kedokteran gigi belum ada maka kebutuhan akan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi)
didatangkan langsung dari Eropa (Belanda).

Sekarang ini banyak universitas di Indonesia yang memiliki fakultas maupun program studi
kedokteran gigi. Lulusan sarjana kedokteran gigi kelak akan menjadi seorang dokter gigi. Meskipun
demikian, dokter gigi di Indonesia kebanyajkan menyebar hanya di Pulau Jawa saja. Hal ini
menyebabkan penduduk di daerah luar Jawa atau pun di daerah yang terpencil kurang mendapat
perhatian mengenai kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Jika hal ini terus dibiarkan, maka di masa
depan nanti akan banyak penduduk yang menderita penyakit gigi dan mulut. Saya mempunyai cita-cita
menjadi seorang dokter gigi karena saya ingin memperbaiki kualitas kesehatan dan kebersihan gigi
dan mulut manusia khususnya masyarakat Indonesia agar tercipta kehidupan yang sehat, nyaman,
dan makmur.

Saat duduk di bangku Sekolah Mnengah Atas (SMA) saya masuk dalam kelas akselerasi atau
kelas cerdas cepat dimana masa SMA hanya ditempuh dalam waktu dua tahun tanpa pengurangan
jumlah semester. Lima semester yang seharusnya diselesaikan dalam waktu tiga tahun harus saya
selesaikan dalam waktu dua tahun. Saya berada di sekeliling teman- teman jenius yang berlomba -
lomba terutama dalam bidang akademik. Namun, kami tetap saling mendukung dan berteman baik satu
sama lain. Saat di SMA saya beusaha belajar dengan sungguh – sungguh untuk mendapat nilai yang
memuaskan di setiap semseternya. Akhirnya, nilai saya tersebut dapat membawa saya masuk ke dalam
siswa eligible dan menjadikan saya diterima di Universitas Diponegoro dalam program studi Kedokteran
Gigi melalui jalur SNMPTN atau biasa disebut jalur undangan.

Saya pernah mewakili sekolah saya untuk mengikuti Olimpiade Kedokteran Gigi Dasar tingkat
nasional 2021 yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada. Saya
belajar materi dasar yang dipelajari dalam ilmu kedokteran gigi. Ternyata tidak hanya ilmu tentang gigi
dan mulut. Dalam ilmu kedokteran gigi juga mempelajari keseluruhan organ manusia. Hal ini karena
kesehatan gigi dan mulut juga berhubungan erat dengan kesehatan seluruh tubuh manusia. Mulai saat
itu minat saya untuk menjadi seorang dokter gigi ada dalam diri saya. Saya mulai bertekad untuk
mengejar cita-cita saya menjadi seorang dokter gigi. Tidak hanya mengikuti Olimpiade Kedokteran Gigi
saja, tetapi saya juga mengikuti Olimpiade Kedokteran Universitas Jember serta olimpiade-olimpiade
akademik lainnya.

Sewaktu SMA saya bergabung dalam club OSN Fisika yang merupakan slah satu ekstrakulikular
di sekolah. Tidak hanya dalam bidang akademik saja, tetapi saya juga mengembangkan diri saya saat
SMA di bidang nonakademik. Saya bergabung dalam organisasi Islam (rohis) di sekolah saya. Saya
belajar berorganisasi serta mendapat ilmu agama dari organisasi tersebut. Dalam organisasi tersebut
jabatan saya adalah sebagai divisi II yaitu tentang dakwah. Saya beberapa kali menjadi pembawa acara
atau MC dalam acara yang diselenggarakan oleh rohis di SMA saya. Menurut saya menjadi seorang
pembawa acara sangat menyenangkan karena saya dapat mengembangkan kemampuan public speaking
saya serta kecermatan saya dalam menghadapi suatu hal.

Anda mungkin juga menyukai