Disusun oleh:
1. Mochammad Jafarurromadhon E02219021
2. Erma Febrianty Putri E72219040
3. Helfiana Miftakhul Alimah E92219061
Dosen Pengampu:
Ida Rochmawati, M.Fil.I
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah karena atas kehadirat-Nya dan berkat rahmat yang
diberikan penyusun mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen mata
kuliah IAD/ISD/IBD yakni Bu Ida Rochmawati yang telah membimbing kami
dalam membuat makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-
rekan mahasiswa yang berkontribusi dalam memberi masukan pada makalah ini.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian. Maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran agar nantinya menjadi makalah yang
lebih baik kedepannya. Dan apabila terdapat banyak kesalahan kami memohon
maaf sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi proses
pembelajaran selanjutnya.
Penulis
I
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................ 1
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Dapat mengkritisi pemuda dan identitas
2. Dapat menganalisis potensi generasi muda
3. Dapat menganalis peranan generasi muda dalam masyarakat
4. Dapat menganalisis pengembangan generasi muda
5. Dapat memahami pemuda dan permasalahan masa depan bangsa
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), hlm. 68-70.
2
Hartomo dan Arnicun Aziz, MKDU Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 109-110.
3
Ibid., hlm. 111.
4
Ibid., hlm. 112
4
2.2 POTENSI GENERASI MUDA
Menurut Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda, bahwa
potensi-potensi yang ada pada pemuda dapat di identifikasikan sebagai berikut:
5
5. Sikap kemandirian dan disiplin murni
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan
tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengakapi dengan kesadaran
disiplin murni pada dirinya, agar dengan demikian mereka dapat menyadari
batas-batas wajar dan memiliki tenggang rasa.
6. Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara
menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun dalam arti kualitatif generasi
muda secara relatif lebih terpelajar karena lebih terbukanya kesempatan
belajar dari generasi-generasi pendahulunya.
7. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman
masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat merupakan hambatan jika
hal itu dihayati secara sempit dan eksklusif. Tapi keanekaragaman
masyarakat Indonesia dapat merupakan potensi dinamis dan kreatif jika
keanekaragaman itu ditempatkan dalam rangka integrase nasional yang
didasarkan atas semangat dan jiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 serta
kesamaan semboyan Bhineka Tunggal ika. Sehingga dengan demikian
merupakan sumber yang kaya untuk kemajuan bangsa itu sendiri. Untuk itu
generasi muda perlu didorong untuk menampilkan potensinya yang terbaik
dan diberi peran yang jelas serta bertanggung jawab dalam menunjang
pembangunan nasional.
6
8. Patriotism dan nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan
negara di kalangan generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya
akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela
dan mempertahankan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman.
Dengan tekad dan semangat ini generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap
usaha dan pemantaban ketahannan dan pertahanan nasional.
9. Sikap kesatria
Kemurnian idealisme keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan
serta rasa tanggung jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu
dipupuk dan dikembangkan terus menjadi sikap kesatria di kalangan
generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan
keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
10. Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka
pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat
dikembangkan sebagai transformator dan dinamisator terhadap
lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta
penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun sederhana.5
5
Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), hlm. 123.
6
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1886), hlm. 107-109.
7
Dalam arti inilah, maka pembicaraan tentang generasi muda, khususnya
yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting, karena
berbagai alasan. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh
pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang
masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran,
pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam
masyarakat. Kesempatan ini tidak dimiliki oleh generasi muda pada umumnya.
Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah, namun mahasiswa termasuk
yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama duduk di bangku
sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara
berencana, dibandingkan dengan generasi muda/ pemuda lainnya. Melalui
berbagai mata pelajaran seperti PMP, sejarah, dan antropologi maka berbagai
masalah kenegaraan, dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat
menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan
memperkaya khasanah kebudayaannya, sehingga mampu melihat Indonesia
secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas
dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam
masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite dikalangan generasi
muda/pemuda. Sebab mahasiswa yang merupakan jumlah terkecil dari pemuda,
umunya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan lebih baik
dari keseluruhan generasi muda yang lainnya, dan adalah jelas bahwa
mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh ke
depan serta ketrampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan dengan
generasi muda lainnya.7
7
Hartomo dan Arnicun Aziz, Loc. Cit.
8
Hal-hal seperti tersebut di atas merupakan “nilai lebih” yang dimiliki
mahasiswa, dibandingkan dengan keseluruhan generasi muda lainnya. Namun
demikian, di balik “nilai lebih” sebagaimana tersebut di atas, maka di pundak
mereka terletak tanggung jawab yang besar untuk membangun masyarakat,
bangsa dan negara. Pada diri mahasiswa – untuk sebagian – masa depan dan
negara dipertaruhkan.8
8
Darmansyah, Loc. Cit.
9
Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung: PT Eresco,
1992), hlm. 106
9
Dalam pembahasan kali ini terdapat asas, arah, dan tujuan sebagai landasan
pentingnya dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda yaitu sebagai
berikut:
1. Asas pembinaan dan pengembangan generasi muda
a. Asas edukatif
Pembinaan dan pengembangan oleh unsur di luar generasi muda,
didasarkan pada asas:
- Ing Ngarso Sung Tulodho
- Ing Madya Mangun Karso
- Tut Wuri Handayani
Pembinaan dan pengembangan oleh sesame generasi muda
didasarkan pada asas:
- Silih Asih
- Silih Asah
- Silih Asuh
b. Asas persatuan dan kesatuan bangsa
c. Asas swakarsa
Berdasarkan atas asas ini pembinaan dan pengembangan generasi muda
harus dapat menumbuhkan, membantu dan mengembangkan kemauan
dan kemampuan generasi muda untuk membina dan mengembangkan
dirinya sendiri dan lingkungannya.
d. Asas keselarasan dan terpadu
Pembinaan dan pengembangan secara swakarsa itu dilaksanakan selaras
dan terpadu dengan berbagai aspek kemampuan manusia yang
seutuhnya dan sekaligus dengan berbagai bidang pembangunan lainnya.
e. Asas pendayagunaan dan fungsional
Mengingat banyaknya dan beranekaragamannya organisasi pemuda
yang ada dewasa ini, maka perlu diadakan penataa untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna bagi pelaksanaan program-program generasi
muda dalam prinsipnya dalam pembnunan nasional.
10
2. Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda
Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda ditujukan pada
pembangunan yang memiliki keselarasan dan keutuhan antara ketiga sumbu
orientasi hidupnya, yakni:
a. Orientasi ke atas kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai kerohanian
yang luhur dan falsafah hidup Pancasila
Pembinaan dan pengembangan generasi muda menurut sumbu orientasi
ke atas ialah pengembangan insan ber-Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
yang bertakwa kepada-Nya dalam segala aspek kehidupannya, berbudi
pekerti luhur dan bermoral Pancasila.
b. Orientasi ke dalam terhadap dirinya sendiri
Pembinaan dan pengembangan generasi muda menurut sumbu orientasi
ke dalam ialah pengembangan sebagai insan biologis, insan intelek serta
insan kerja guna mengembangkan bakat-bakat dan kemampuan
jasmaniah dan rohaniah agar dapat memberikan prestasi yang
semaksimal mungkin dengan mengembangkan faktor-faktor
kemampuan dalam dirinya.
Faktor-faktor yang dimaksud ialah:
1) Dorongan untuk mempertahankan dan memelihara dirinya
2) Dorongan untuk mempertahankan jenis/generasinya
3) Dorongan untuk menyatakan dirinya
Dalam usaha ini mungkin saja individu akan bertentangan dengan
lingkungannya (keadaan maupun dorongan-dorongan) sehingga
diperlukan kekuatan/kemampuan untuk mempertahankan kepribadian
dirinya (agama, adat, dan moral).
11
Pembinaan dan pengembangan generasia muda sumbu orientasi ke luar
di bagi atas:
1) Pengembangan sebagai innsan sosial budaya
2) Pengembangan sebagai insan sosial politik dan sebagai insan patriot
3) Pengembangan sebagai insan sosial ekonomi
Sebagai insan kerja dan insan profesi yang memiliki kemampuan
untuk menggali, memanfaatkan dan mendayagunakan SDA serta
menjaga kelestariannya.
4) Pengembangan pemuda terhadap masa depannya
Kepekaan terhadap masa depannya akan menumbuhkan
kemampuan untuk mawas diri, kreatif, kritis serta menumbuhkan
kesadaran bagi kesiambungan nilai-nilai luhur bangsa dan negara.
3. Tujuan pembinaan dan pengembangan generasi muda
a. Memantabkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan jiwa dan
semangat Sumpah Pemuda Tahun 1928 dalam rangka pembangunan
bangsa dan kepribadian bangsa.
b. Mewujudkan kader-kader penerus perjuangan bangs yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berpegang teguh kepada Pancasila
sebagai satu-satunya ideologi dan pandangan hidup bangsa.
c. Mewujudkan kader-kader pembangunan nasional dan angkatan kerja
yang berbudi pekerti luhur, dinamis dan kreatif.
d. Mewujudkan warga negara Indonesia di masa depan yang memiliki
kreatifitas kebudayaan nasional yang maju tetap bercirikan dan bercorak
kepribadian Indonesia.
e. Mewujudkan kader-kader patriot pembela bangsa dan negara yang
berkesadaran dan berketahanan nasional, pengembang dan penerus
nilai-nilai serta cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
12
Jalur pembinaan dan pengembangan generasi muda
13
3. Kelompok jalur koordinatif
Jalur pemerintah.
a. Sesuai dengan pengkoordinasian tunggal melalui badan Pembina
kebijakan yang bernama Badan Koordinasi Penyelenggaraan
Pembinaan Generasi Muda dimana departemen-departemen pemerintah
yang mempunyai program kepemudaan duduk bersama dalam badan ini
dengan maksud agar secara lintas sektoral kebijakan-kebijakan
pembinaan dan pengembangan dapat terkoordinir dan terpadu. Badan
ini dibentuk dari tingkat pusat-kecamatan.
b. Pelaksanan operasional pembinaan dan pengembangan generasi muda
melalui satuan pengendali pembinaan generasi muda yang dipimpin
oleh Menteri urusan pemuda yang sekarang Menteri Pemuda dan
Olahraga.10
10
Hartomo dan Arnicun Aziz, Op. Cit., hlm. 128-130.
14
Munculnya perubahan-perubahan mengenai sosial budaya yang bergerak
cepat dalam abad modern ini sebagai akibat kemajuan IPTEK, diikuti dengan
masalah peledakan penduduk dan berbagai krisis dunia dalam bidang ekonomi,
moneter, energi dan lain-lain serta pembangunan nasional yang juga meliputi
bidang-bidang ekonomi, politik, sosial budaya maupun pertahanan dan
keamanan yang mempengaruhi setiap lapisan masyarakat dan dapat dirasakan
oleh generasi muda sebagai masalah yang langsung menyangkut
kepentingannya. Masalah masa kini sejatinya sebagai landasan yang akan
dihadapi di masa depan nanti.11
Secara garis besar, permasalahan generasi muda itu dapat dilihat dari
berbagai aspek sosial, yaitu:
1. Aspek sosial psikologi
Proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian serta
penyesuaian diri secara jasmani dan rohani seseorang sejak masa kanak-
kanak sampai usia dewasa, sangat tergantung kepada proses sosialisasi yang
telah dialaminya. Beberapa hambatan yang mungkin timbul dalam proses
sosialisasi seorang anak seperti hambatan pertumbuhan mental dan fisik,
salah asuh oleh orang tua/keluarga, maupun guru-guru di lingkungan
sekolah, menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang seperti kenakalan
remaja, ketidakpatuhan pada orang tua dan guru, kegandrungan kepada
narkotika, dll.
2. Aspek sosial budaya
Proses pembangunan dan modernisasi yang kini menjadi komitmen
berbagai negara dunia ketiga termasuk Indonesia tentu mempengaruhi
perkmebangan pemuda dalam proses pendewassannya. Apabila proses ini
tidak memperoleh arah yang jelas dikhawatirkan akan mempengaruhi corak
dan warna masa depan bangsa, yang lain daripada yang dicita-citakan.
11
Wahyu, Op. Cit., hlm. 63-74.
15
Dari aspek sosial budaya ini terlihat berbagai gejala yang
merisaukan. Benturan antara nilai-nilai budaya tradisional dan nilai-nilai
baru (modern) sebagai akibat pembangunan dan modernisasi, cenderung
menimbulkan pertentangan antara sesama generasi muda dan juga dengan
generasi muda dan juga generasi sebelumnya. Pertentangan ini disebabkan
oleh adanya perbedaan sistem nilai dan pandangan di antara mereka. Hal
tersebut akan memutuskan kesinambungan nilai-nilai perjuangan
proklamasi 17 agustus 1945.
Gejala-gejala yang tampak di masyarakat misalnya pola hidup yang
berdasarkan kekeluargaan gotong royong, salah satu ciri kehidupan
masyarakat Indonesia, makin tergeser kearah kehidupan yang materialistik
dan indivdualistis. Hal ini terutama dapat dilihat dikota-kota besar.
Keadaan seperti ini apabila terjadi secara terus menerus akan
mempengaruhi perkembangan generasi muda. Akibatnya, akan timbul rasa
tidak aman, penolakan dan keterasingan di kalangan mereka. Lebih lanjut
akan memungkinkan mereka mengasingkan diri dari masyarakat dengan
sikap dan cara berfikir yang lepas dari norma-norma dan sistem nilai yang
berlaku. Meremehkan ajaran-ajtran agama, pudarnya kesadaran berbangsa
dan berkepribadian nasional, yang akhirnya muncul dalam bentuk
kebanggaan terhadap budaya asing serta segala seuatu yang datang dari luar.
Keadaan ini akan menurunkan idealisme, patriotisme, dan
kesetiakawanan di kalangan generasi muda. Berbagai persoalan sosial
budaya sebagaimana yang disebutkan di atas, kiranya perlu mendapat
perhatian serius, karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.
3. Aspek sosial ekonomi
Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan belum meratanya
pembangunan dan hasil-hasilnya di seluruh pelosok tanah air,
mengakibatkan makin bertambahnya pengangguran di kalangan pemuda.
16
Kurangnya lapangan kerja, menimbulkan berbagai problematika
sosial dan frustasi di kalangan pemuda.
Sebagai akibat dari tingginya kebutuhan akan pendidikan yang
tidak seimbang dengan penyediaan sarana-sarana fasilitas pendidikan,
menyebabkan banyaknya pemuda putus sekolah dan tidak tertampung
pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Demikian pula akibat dari
anggaran pemerintah yang terbatas, pula mengakibatkan terbatasnya
kemampuan dalam peyediaan sarana-sarana dan peningkatan fasilitas bagi
latihan-latihan keterampilan.
4. Aspek sosial politik
Dalam kehidupan sosial politik, aspirasi pemuda berkembang dan
cenderung mengikuti infrastruktur politik yang hidup dan berkembang pada
suatu periode tertentu. Dengan demikian semakin dirasakan upaya untuk
menumbuhkan satu orientasi baru, yang menjangkau kepentingan nasional
dan bangsa di atas segala kepentingan lainnya.
Untuk memudahkan penyaluran aspirasi politik dari generasi muda
secara institusional dan konstitusional, maka perlu dilakukan pendidikan
politik yang menjangkau berbagai lapisan pemuda, terutama di pedesaan.
Termasuk di dalamya adalah untuk memberi pengertian tentang mekanisme
demokrasi Pancasila, maupun lembaga-lembaga konstitusional sebagai
wadah bagi penyaluran aspirasi tersebut.12
12
Darmansyah, Op. Cit., hlm. 101-103.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Kedepannya penulis akan memberikan banyak referensi agar pembahasan
lebih lengkap dan mendalam. Kami sangat mengharap kritik maupun saran
pembaca agar makalah ini dapat berkembang.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Arnicun dan Hartomo. 1993. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Soelaeman, Munandar. 1992. Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT Eresco.
19