Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

TUMBUH KEMBANG ANAK

“Pengasuhan dan Tumbuh Kembang Anak”

DISUSUN OLEH

SARI YULANDA
1711213012

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
Jurnal 1
Judul Kualitas tumbuh kembang, pengasuhan orang tua, dan faktor risiko
komunitas pada anak usia prasekolah wilayah pedesaan di bogor
Jurnal Jur. Ilm. Kel. dan Kons
Volume & Halaman Vol. 2, No. 2
Tahun 2009
Penulis Melly Latifah1, Alfiasari1*, Neti Hernawati1
Reviewer Sari Yulanda 1711213012

Latar Belakang  Usia anakanak merupakan usia yang produktif dalam


perkembangan manusia. Faktor genetis (nature) dan faktor
lingkungan (nurture) sangat berperan dalam mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
Tujuan Penelitian  menganalisis keragaan beberapa variabel pokok dalam
penelitian tersebut yang mencakup:
(1) karakteristik keluarga
(2) kualitas tumbuh kembang anak usia prasekolah
(3) kualitas lingkungan pengasuhan psikososial yang
dilakukan orang tua, (4) kualitas keluarga dan komunitas
yang berisiko terhadap tumbuh kembang anak usia prasekolah
di lokasi penelitian.

Metode Penelitian  Desain penelitian ini adalah cross sectional study yang mana
pengukuran variabel penelitian dilakukan dalam satu kali
pengukuran.
 Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang
mempunyai anak usia prasekolah (usia 3-6 tahun) di
Kabupaten Bogor.
 Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di dua kecamatan di
Kabupaten Bogor.
 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
o Data primer dikumpulkan dengan beberapa teknik yaitu
melalui wawancara, pemberian kuesioner, dan FGD
(Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam
(indepth interview)
o Data sekunder dari instansi-instansi terkait untuk
menunjang analisis data primer yang dihasilkan dalam
penelitian ini.
 Data kuantitatif yang diperoleh akan diolah melalui proses
editing, coding, scoring, enData diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel dan SPSS versi 10.0 for windows. try data ke
komputer, cleaning data, dan analisis data.
Hasil dan Pembahasan Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Komunitas
 Responden penelitian ini berjumlah 208 keluarga yang
mempunyai anak usia prasekolah (3-5 tahun).
 Berdasarkan tingkat pendidikan KK dan ibu, kondisi di kedua
kecamatan menunjukkan keadaan yang tidak jauh berbeda
yang mana tingkat pendidikannya masih rendah. Sebagian
besar KK mempunyai pendidikan paling tinggi adalah tamat
SD/sederajat (37,3% di Kecamatan Ciawi dan 54,7% di
Kecamatan Ciampea).
 Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar keluarga
contoh mempunyai tingkat komunikasi yang baik di dalam
keluarga (58,8% di Kecamatan Ciawi dan 78,3% di
Kecamatan Ciampea). Begitu juga perlakuan suami kepada
istri ataupun sebaliknya dimana di kedua lokasi penelitian
juga masuk dalam kategori tinggi.
 Persepsi nilai anak dari keluarga contoh yang menunjukkan
bahwa sebagian besar keluarga contoh mempunyai persepsi
nilai anak baik secara ekonomi, sosial, dan psikologi yang
tinggi (88,2% di Kecamatan Ciawi dan 99,1% di Kecamatan
Ciampea).
 Berdasarkan hasil FGD dan indepth interview menunjukkan
bahwa pendidikan anak (khususnya anak usia dini) adalah
tanggung jawab orang tua dan juga pemerintah. Masyarakat
secara umum, khususnya pada tingkat komunitas, belum
mempunyai kesadaran maupun kemauan untuk bekerjasama
dengan pihak orang tua dan pemerintah desa guna
mengembangkan kelembagaan pendidikan anak usia dini,
sebagai sebuah perwujudan penciptaan lingkungan komunitas
yang ramah anak.
 Hasil observasi, FGD, maupun indepth interview
menunjukkan bahwa di keempat desa lokasi penelitian
mempunyai keragaan yang sama dalam hal interaksi
komunitas, keluarga, dan anak dalam ruang lingkup
pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya anak usia
prasekolah.
Kualitas Perkembangan Anak
 Kualitas Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik
Halus.
o Kecamatan Ciawi dan Ciampea menunjukkan sekitar
90% anak prasekolah di kedua kecamatan tersebut
memiliki tingkat perkembangan motorik kasar yang
baik, sementara itu sisanya memiliki tingkat
perkembangan motorik kasar kategori sedang, dan
tidak satu pun yang termasuk kategori kurang.
o tingkat perkembangan motorik halus anak usia
prasekolah hanya sekitar 60% anak usia prasekolah di
Kecamatan Ciawi dan sekitar 70% di Kecamatan
Ciampea yang tingkat perkembangan motorik
halusnya baik. Sementara itu, tingkat perkembangan
motorik anak prasekolah sisanya termasuk kategori
sedang.
 Kualitas Perkembangan Bahasa.
 tingkat perkembangan bahasa anak prasekolah di Kecamatan
Ciawi dan Ciampea hanya sekitar 50% baik. Sementara
sisanya termasuk kategori sedang, sekitar 6% anak di
Kecamatan Ciawi dan 7,5% di Kecamatan Ciampea memiliki
tingkat perkembangan bahasa kategori kurang.
 Kualitas Perkembangan Kognitif.
 kurang dari 60% anak di Kecamatan Ciawi dan Ciampea
memiliki tingkat perkembangan kognitif baik. Sementara itu,
lebih dari 40% anak memiliki tingkat perkembangan kognitif
sedang.
 Kualitas Kemampuan Menolong Diri Sendiri.
 Lebih dari 75% anak dari Kecamatan Ciawi dan lebih dari
85% anak dari Kecamatan Ciampea memiliki kemampuan
menolong diri sendiri kategori baik. 23,5% anak dari
Kecamatan Ciawi dan 10,4% anak dari Kecamatan Ciampea,
memiliki kemampuan menolong diri sendiri kategori sedang,
dan 1,9% anak dari Kecamatan Ciampea termasuk kategori
kurang.
 Kualitas Kematangan Sosial dan Emosi.
 Hampir sama dengan kemampuan menolong diri sendiri,
tingkat kematangan sosial dan emosi anak di Kecamatan
Ciawi dan Ciampea juga relatif baik.
 Kualitas Perkembangan Moral.
 tingkat perkembangan moral anak mengumpul pada kategori
sedang dan rendah (hampir 80% anak di Ciawi dan Ciampea).
Praktek Pengasuhan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pengasuhan di
kedua kecamatan lokasi penelitian berada pada kategori sedang.
Terdapat instrument dari home yaitu: Stimulasi belajar, stimulasi
bahasa, penyediaan lingkungan fisik, kehangatan, modeling dan
penerimaan. kualitas attachment yang terbentuk antara anak dan
ibu/pengasuh di Kecamatan Ciawi secara umum berada pada kategori
insecure resistant (39,2%), terdapat perbedaan pada 3 kategori, yaitu
26,5% untuk kategori insecure avoidant dan 34,3% untuk kategori
secure. Berbeda halnya dengan kondisi di Kecamatan Ciampea.
Secara umum kualitas attachment antara anak dan ibu/pengasuh di
Kecamatan Ciampea berada pada kategori secure (37,7%). Sebagian
besar ibu/pengasuh di Kecamatan Ciawi mengalami stres sedang,
dengan persentase sebesar 78,4%. Lain halnya dengan ibu/pengasuh
yang ada di Kecamatan Ciampea, sebagian besar dari mereka
mengalami stres tingkat tinggi dengan persentase sebesar 56,6%.
Berdasarkan data FGD dan indepth interview, diidentifikasi
dan dianalisis beberapa faktor risiko yang ada di dalam keluarga dan
komunitas yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia 3-6
tahun yang ditemukan di keempat desa, yaitu: Pendidikan orang tua
yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah, Pengetahuan tentang
pengasuhan anak masih rendah, Kondisi rumah dan lingkungan fisik
yang belum memadai, Belum tersedianya lembaga pendidikan anak
usia dini.

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkembangan anak di


Kecamatan Ciawi dan Ciampea relatif sama yang mana terdapat
sekitar 30% anak prasekolah di kedua wilayah tersebut masih tidak
optimal. Sementara itu, karakteristik keluarga dan komunitas
menunjukkan bahwa kesadaran dan kemauan komunitas sebagai
salah satu pihak yang berpengaruh untuk dapat mewujudkan kualitas
generasi masa depan masih belum ada.
Jurnal 2
Judul Kelas Ibu Balita Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Ibu
dalam Stimulasi Tumbuh Kembang.
Jurnal Jurnal Kesehatan Prima (http://jkp.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/home/index)
Volume & Halaman Volume 13 No. 2
Tahun 2019
Penulis Diyan Indrayani1 , Titi Legiati2, Desi Hidayanti3
Reviewer Sari Yulanda 1711213012

Latar Belakang Kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh


pengasuhan keluarga terutama orang tua. Ibu sangat berperan dalam
stimulasi dan deteksi dini penyimpangan perkembangan.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh kelas ibu balita terhadap pengetahuan
dan keterampilan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang bayi balita.

Metode Penelitian  Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan


teknik pre post test design.
 Populasi penelitian adalah semua ibu yang mempunyai balita
di Kelurahan Pasirkaliki Kota Cimahi Jawa Barat.
 Sampel adalah ibu yang mempunyai anak usia 0-5 tahun
yang sudah ditetapkan sebanyak 34 responden.
 Metode yang digunakan adalah ceramah, berdiskusi, tukar
pendapat, tukar pengalaman serta demonstrasi dan
redemonstrasi.
 Media yang digunakan adalah buku KIA dari Kemenkes RI
serta booklet mengenai stimulasi tumbuh kembang balita.
Hasil dan Pembahasan  Usia responden sebagian besar berumur < 35 tahun (88,2%).
Responden sebagian besar mempunyai latar belakang
pendidikan dasar (85,3%) dan sebagian besar responden
memiliki anak lebih dari satu orang (76,5%).
 terdapat pengaruh kelas ibu balita terhadap pengetahuan
responden tentang stimulasi tumbuh kembang balita, terdapat
perbedaan rerata pengetahuan responden tentang stimulasi
tumbuh kembang balita sebelum dan sesudah mengikuti kelas
ibu balita.
 terdapat pengaruh kelas ibu balita terhadap keterampilan
responden tentang tentang stimulasi tumbuh kembang balita.
terdapat perbedaan rerata keterampilan responden dalam
praktik stimulasi tumbuh kembang balita sebelum dan
sesudah mengikuti kelas ibu balita.
 Responden yang mengikuti kelas ibu balita mengalami
peningkatan pengetahuan sebesar 15,8 % dan keterampilan
sebesar 33,52% dibandingkan dengan sebelum mengikuti
kelas ibu balita.
 Kelas ibu balita dapat meningkatkan pemberdayaan ibu balita
melalui peningkatan pengetahuan, dan keterampilan stimulasi
tumbuh kembang balita.

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas ibu balita berpengaruh


terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam
stimulasi tumbuh kembang balita dengan nilai p < 0,05. Responden
yang mengikuti kelas ibu mengalami peningkatan pengetahuan
sebesar 15,8 % dibandingkan dengan sebelum mengikuti kelas ibu
balita, sedangkan peningkatan keterampilan sebesar 33,52%. Proses
belajar dengan kelas ibu balita yang mengandalkan sumber belajar
dari pengalaman peserta dan peran fasilitator dalam mengungkapkan
pengalaman sebagai sumber belajar merupakan metode yang efektif
dalam meningkatkan pengetahun dan keterampilan
Jurnal 3
Judul Peran Stimulasi Orangtua Terhadap Perkembangan Anak Balita
Keluarga Miskin
Jurnal
Volume & Halaman Vol. 1 No. 1/
Tahun 2008
Penulis Dodik Briawan1 dan Tin Herawati2
Reviewer Sari Yulanda 1711213012

Latar Belakang Pemberian stimulasi terhadap perkembangan anak menurun dengan


tidak adanya partisipasi anggota keluarga terutama ayah. Keluarga
mempunyai peranan penting dan strategis dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini (Hartoyo 1998).
UNICEF (2002) menyatakan bahwa anak memerlukan perhatian dari
orangtuanya bukan hanya dari ibunya saja.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peranan orangtua di dalam melakukan stimulasi
perkembangan dan pertumbuhan pada anak balita dengan status gizi
yang berbeda pada keluarga miskin.
Tujuan khususnya adalah : (1) membandingkan karakteristik rumah
tangga dan anak balita yang mempunyai status gizi normal dan
kurang; (2) mengkaji stimulasi orangtua dan anggota rumah tangga
lainnya didalam memberikan stimulasi perkembangan anak; (3)
mengkaji hubungan stimulasi terhadap perkembangan anak yang
mempunyai status gizi normal dan kurang; dan (4) mengkaji
hubungan perkembangan dengan status gizi anak balita.

Metode Penelitian  Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode


survey dengan desain cross-sectional study.
 Penelitian dilakukan di Kecamatan Dramaga Kota Bogor
Provinsi Jawa Barat pada Bulan April sampai dengan Bulan
Mei 2005.
 Data primer yang dikumpulkan meliputi peran keluarga dalam
stimulasi tumbuh kembang anak. Data tersebut dikumpulkan
melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
 data sekunder yang telah dikumpulkan WFP yang digunakan
adalah karakteristik sosial ekonomi keluarga (meliputi
identitas keluarga, tingkat pendidikan, pendapatan dan
kondisi tempat tinggal), dan karakteristik anak yang meliputi
data identitas anak, berat badan, tinggi badan, dan riwayat
kesehatan anak.
 Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia dengan
menggunakan perangkat lunak SPSS versi 10.0 for window.
Hasil dan Pembahasan Karakteristik Rumah tangga
Karakteristik keluarga antara kelompok anak dengan status gizi
normal dan kurang relatif sama, yaitu umur antara 27-33 tahun,
tingkat pendidikan Sekolah Dasar, ibu tidak bekerja, ayah sebagai
buruh, pendapatan rumah tangga 500-600 ribu rupiah per bulan,
jumlah anggota rumah tangga lima, jumlah anak balita satu orang,
serta keadaan lingkungan rumah yang sederhana.
Stimulasi Perkembangan Anak
Stimulasi terhadap perkembangan anak hanya dilakukan oleh 48-72%
keluarga. Sehingga sebagian keluarga miskin ini kategori
stimulasinya rendah (66.2%). Proporsi keluarga yang melakukan
stimulasi pada anak dengan status gizi kurang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok status gizi normal. Sebagian besar
stimulasi diberikan oleh ibu dari pada ayah atau anggota keluarga
lainnya, sedangkan sebagian kecil stimulasi dilakukan untuk setiap
kelompok umur, kecuali anak berusia 0-30 hari dan 3-4 tahun.
Sebagian kecil anggota keluarga lainnya juga berperan didalam
melakukan stimulasi, dan dijumpai pada setiap kelompok umur anak.
Perkembangan Anak
Perkembangan anak kebanyakan berada pada kategori normal (73%).
Kategori lambat diketemukan pada kelompok anak gizi normal dan
kurang (masingmasing 22% dan 21%). Pemberian stimulasi
berkorelasi dengan nilai perkembangan anak. Pada kategori stimulasi
tinggi tidak dijumpai anak yang kategori perkembangannya lambat.
Meskipun skor perkembangan anak gizi kurang sedikit lebih tinggi
dibandingkan gizi baik, tetapi secara statistik tidak signifikan.
Diduga metode pengukuran variabel perkembangan dan pertumbuhan
dengan time references yang berbeda mempengaruhi nilai skor
tersebut.
Kesimpulan Perlunya stimulasi terhadap anak sejak usia dini. Stimulasi dapat
diberikan secara internal oleh keluarga, institusi kemasyarakatan,
maupun melalui program pemerintah. Karena masih rendahnya
stimulasi yang diberikan oleh internal keluarga, maka disarankan
program pemerintah terhadap early child development seperti BKB
dan PADU tetap terus dikembangkan dan dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai