Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP KELUARGA

A. Tinjauan Teori.
1. Konsep Dasar Teori Keluarga
a. Pengertian Keluarga
1) Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua / lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki /tidak memiliki
hubungan darah / hukum yang mencirikan orang tersebut kedalam satu
keluarga (Whall, 1986).
2) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI,
1998).
3) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
perkawinan, ada hubungan darah /adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Friedman, 1998).

b. Bentuk-bentuk Keluarga
1) Menurut Susman (1974) & Maclin (1988)
a) Keluarga Tradisional
 Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama
 Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari penceraian, pisah
atau ditinggalkan
 Pasangan inti,hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka
 Bujang dewasa yang tinggal sendirian
 Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah dan istri tinggal dirumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja
 Jaringan keluarga besar,terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota keluarga yang tidak menikah, hidup berdekatan dalam
daerah geografis
b) Keluarga Non tradisional
 keluarga dengan orang tua yg memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
 Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
 keluarga gay dan lesbi adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
 keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber, dan memiliki pengalaman yang
sama

2) Menurut Anderson Carter


 Keluarga Inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
 Keluarga besar (ekstended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
 Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti
 Keluarga duda/janda (single family) yaitu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat yang
disebabkan karena perceraian atau kematian
 Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama
 Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
c. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dan struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa
fungsi keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005)
yaitu
1. Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenihi kebutuhan pemeliharaan
kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga
terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga
mengekspresikan kasih sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan-
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai2
budaya keluarga.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan
seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisk, mental, spiritual dengan cara memelihara dan
merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, papan dn kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.Mencari sumber2 penghasilan guna memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang (pendidikan anak dan jaminan
hari tua).
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditunjukan untuk meneruskan keturunan
tetapi untuk memelihara dan membebaskan anak untuk kelanjutan
generasi.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan
identitas keluarga.
7. Fungsi Pendidikan
Diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan,
membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

d. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.Lima tugas
keluarga yang dimaksud :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

e. Tingkat kemandirian keluarga


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat
keluarga dapat dimulai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan
mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari
tingkat kemandirian I sampai tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes
(2006) sebagai berikut :
1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I /KM I)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II /KM II)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III /KM III)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV /KM IV)
a) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
b) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
c) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
d) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
f) Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
g) Melakukan tindakan promotif secara aktif

f. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


1) Tahap I, Pasangan pemula/baru menikah
Tugas :
 Saling memuaskan antar pasangan
 Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak
 Merencanakan dengan matang jumlah anak
 Memperjelas peran masing-masing pasangan
2) Tahap II, Keluarga dengan menunggu kelahiran anak
Tugas:
 Mempersiapkan biaya persalinan
 Mempersiapkan mental calon orang tua
 Mempersiapkan berbagai kebutuhan anak

3) Tahap III, Keluarga dengan mempunyai bayi


Tugas:
 Memberikan ASI sebagai kebutuhan dasar bayi (ASI ekslusif 6
bln)
 Memberikan kasih sayang
 Mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan
 Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota
keluarga baru termasuk siklus hubungan sex
 Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan
4) Tahap IV, Keluarga dengan anak prasekolah
Tugas:
 Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan
 Mulai menanamkan keyakinan beragama
 Mengenalkan kultur keluarga
 Memenuhi kebutuhan bermain anak
 Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar
 Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil
 Memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
5) Tahap V, Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas:
 Memenuhi kebutuhan sekolah anak baik alat-alat sekolah maupun
biaya sekolah
 Membiasakan belajar teratur
 Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolahnya
 Memberikan pengertian pada anak bahwa pendidikan sangat
penting untuk masa depan anak
 Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan
sekitarnya.

6) Tahap VI, Keluarga dengan anak remaja


Tugas:
 Memberikan perhatian lebih pada anak remaja
 Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah/kegiatan di
luar sekolah
 Memberikan kebebasan dalam batasan yang bertanggung jawab
 Mempertahankan komunikasi dua arah
7) Tahap VII, Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat
Tugas:
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu anak untuk mandiri
 Mempertahankan komunikasi
 Memperluas hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu
 Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggal anak
8) Tahap VIII, Keluarga dengan tahap berdua kembali
Tugas:
 Menjaga keintiman pasangan
 Merencanakan kegiatan yang akan datang
 Tetap menjaga komunikasi dengan anak dan cucu
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
9) Tahap IX, Keluarga dengan tahap masa tua
Tugas:
 Saling memberikan perhatian yang menyenangkan antar pasangan
 Memperhatikan kesehatan masing-masing pasangan
 Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu
 Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya
kehidupan yang kekal setelah kehidupan ini

g. Level Pencegahan Perawatan keluarga


Pencegahan keperawatan keluarga, berfokus pada tiga level prevensi yaitu
1) Pencegahan primer (primary prevention)
2) Pencegahan sekunder (secondary prevention)
3) Pencegahan tersier (tertiary prevention)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI

A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal. Seseoarang dianggap
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg sistolik
atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin, hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih
dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan
tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara
Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan
mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang
terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada
tingkat arteriol.

B. Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada organ
targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi dapat
menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau maligna,
namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi
Na, obesitas, merokok dan stress Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh
proses penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler
renal.
2. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Pada umunya
hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b. Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran
pembuluh darah.

Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:

a. Keturunan
b. Usia
c. Berat badan
d. Perokok Pola makan
e. dan gaya hidup Aktivitaas olah raga

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganlia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinephrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi.

Individu dengan hipertensi sangat meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinephrine, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
rtensi Natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vascular. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology, perubahan sruktural dan fungsional pada sistem
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (Volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

D. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National Committee on
Prevention 1997 dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999 hal 519, dapat dilihat dalam tabel
berikut :

Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg


a. Normal 130 – 139 85 – 89
b. Perbatasan 140 – 159 90 – 99
c. Hipertensi tingkat I 160 – 179 100 – 109
d. Hipertensi tingkat 2 > 180 < 85
e. Hipertensi tingkat 3 < 130 > 110

D. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila
demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung.
Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga
berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, dkk, 1999).
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya,
Hipertensi asimtomatis, mempunyai gejala :
1. Sakit kepala : pada occipital, sering kali timbul pada pagi hari.
2. Vertigo dan muka merah.
3. Epistaksis spontan.
4. Kelelahan
5. Mual dan muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
9. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal.

F. Penatalaksanaan
Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan
diastolic di bawah 90 mmHg dan mengntrol factor risiko. Hal ini dapat di capai melalui
modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat antihipertensi.
1. Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol

2. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.

a. Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda, berenang, dan lain-lain.
b. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan.
c. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-80%
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5 kali/minggu.

3. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang


penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplkasi lebih lanjut.

4. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.

b. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE, penghambat reseptor


angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-blocker, beta blocker, antagonis Ca dan
diuretic

c. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria diberikan


inhibitor ACE.

d. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan diuretic.

e. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin kerja sama.


f. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor ACE (dengan
disfungsi sistolik).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi).

A. Data umum.

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. Bayudin


2. Umur KK : 47 tahun
3. Pendidikan KK : SLTA
4. Pekerjaan KK : Buruh
5. Alamat dan Telepon : RT 001, Dusun Air Sakula, Desa Laha.

Status Imunisasi
Hubungan
No Nama JK Umur Pendidikan Polio DPT Hepatitis KET
dg KK BCG Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Tn. Bayudin L Kepala 47 SLTA
Keluarga
2. Ny. Wa Ode P Istri 43 SLTA
Sumay
3. An. Yuyun P Anak 16 SMA 
Alfionota
4. An. Fauzan L Anak 11 SD
Baizun
6. Komposisi keluarga yang berisi mengenai riwayat anggota keluarga.

7. Genogram.
8. Tipe keluarga
Keluarga Tn. B adalah keluarga dengan tipe nuclear family, dimana dalam keluarga
hanya ada suami, istri dan anak.
9. Suku
Keluarga Tn. B bersuku Buton.
10. Agama
Keluarga Tn. B beragama Islam.
11. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Tn. B mengatakan mempunyai pekerjaan tetap sebagai buruh, dan juga berinteraksi
baik dengan tetangganya.
12. Aktivitas rekreasi keluarga
Tn. B mengatakan keluarganya melakukan rekreasi setahun sekali.

B. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga.


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
a. Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan.
b. Mulai menanamkan keyakinan beragama.
c. Memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Membantu anak dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitar.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn. B menderita hipertensi dan dia mengatakan jarang control ke puskesmas.
3. Riwayat keluarga inti
Tidak ada data
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Tn. B memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi.

C. Lingkungan
1. Karakteristik rumah

Situasi lingkungan : Rumah tipe permanen terdapat dua buah jendela di pintu masuk,
terdiri dari dua kamar tidur, dinding rumah berhempitan dengan tetangga dan udara
dalam rumah lembab. Pembuangan sampah, di buang pada tempat pembuangan
sampah, sumber air minum menggunakan air galong, tempat pembuangan tinja
menggunakan WC yang terdapat didalam rumah menggunakan tipe leher angsa, dan
tempat pembuangan limbah rumah tangga dibuang melalui saluaran got.

Denah Rumah.

Keterangan.

KTT RN RT : Ruang Tamu.

D KT : Kamar Tidur.

RN : Ruang Nonton
RT KT
D : Dapur
2. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat.

Kehidupan antar anggota keluarga setiap keputusan ada di tangan kepala keluarga dan
tanpa memerlukan persetujuan dari anggota keluarga yang lain.

3. Mobilitas geografis keluarga

Tidak ada.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan masyarakat

Tn. B berinteraksi baik dengan tetangganya.

D. Struktur keluarga.

1. Pola komunikasi keluarga.

Setiap keputusan ada di tangan kepala keluarga dan tanpa memerlukan persetujuan
dari anggota keluarga yang lain.

2. Struktur kekuatan keluarga.

Tn. B bekerja sebagai seorang buruh, sedangkan Ny. W.S tidak bekerja.

3. Struktur peran.

Tn. B sebagai kepala keluarga dan sebagai sumber penghasilan keluarga.

4. Nilai dan Norma Budaya.

Tn. B dan Ny.W.S bersuku buton, mereka menggunakan tradisi adat buton dalam
kehidupan keluarga.

E. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Tidak ada data

2. Fungsi Sosial.

Keluarga Tn. B berinteraksi dengan tetangganya

3. Fungsi Perawatan Kesehatan.


a. Mengenal Masalah Kesehatan.

Tn. B jarang berobat dan control ke Puskesmas sedangkan Tn. B menderita


Hipertensi.

b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Keluarga Tn. B berobat ke Puskesmas, bila sudah sakit.

c. Merawat anggota yang sakit.

Keluarga Tn. B merawat anggota keluarganya apabila sakit dirumah.

d. Memelihara lingkungan yang sehat.

Keluarga Tn. B jarang melakukan pembersihan di lingkungan rumahnya.

4. Fungsi Reproduksi.

Keluarga Tn. B sudah memiliki dau orang anak, Ny. W.S tidak menggunakan KB.

5. Fungsi Ekonomi.

Tn. B bekerja sebagai buruh dan sebagai sumber penghasilan dalam keluarga.

F. Stres dan Koping Keluarga.

1. Stressor Jangka Pendek Dan panjang.

Tn. B jarang berobat ke Puskesmas karena, Tn. B takut mengetahui Tekanan


Darahnya naik.

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah.

Setiap keputusan ada ditangan keluarga dan tanpa memerlukan persetujuan dari
anggota yang lain

3. Strategi Koping yang digunakan.

Keputusan ada ditangan kepala keluarga.

4. Strategi Adaptasi Disfungsional.

Dari hasil pengkajian didapatkan adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah secara
maladaptif.
G. Pemeriksaan Fisik. (head to toe)

1. Tn. B

a) Kepala.

1) Inspeksi : bentuk kepala Normochepal, rambut bersih.

2) Palpasi : tidak ada benjolan atau pembengkakan.

b) Mata.

1) Inspeksi : simetris mata kanan dan kiri, konjungtiva pink, sclera


berwarna putih.

c) Telinga.

1) Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kanan dan kiri.

d) Abdomen.

1) Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan atau pembengkakan.

2) Auskultasi : suara paristaltik terdengar 5 – 20 kali/menit.

e) Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku dan tangan).

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

2) Palpasi : denyutan a. Bracialis dan a. Radialis teraba jelas.

f) Pemeriksaan ekstremitas bawah (panngul, lutut, pergelangan kaki dan telapak)

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

g) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital.

1) TD : 140/90 mmHg.

2) N : 70 kali/menit

3) S : 37 0 C
4) P : 22 kali/menit.

h) Pemeriksaan darah. (tanggal 25 November 2019).

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. GDS 110 < 120 mg/dl

2. Cholesterol 230 < 200 mg/dl


2. Ny. W.S

a) Kepala.

1) Inspeksi : bentuk kepala Normochepal, rambut bersih.

2) Palpasi : tidak ada benjolan atau pembengkakan.

b) Mata.

1) Inspeksi : simetris mata kanan dan kiri, konjungtiva pink, sclera


berwarna putih.

c) Telinga.

1) Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kanan dan kiri.

d) Abdomen.

1) Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan atau pembengkakan.

2) Auskultasi : suara paristaltik terdengar 5 – 20 kali/menit.

e) Intagumen.

1) Kulit : terdapat raum kemerahan.

f) Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku dan tangan).

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

2) Palpasi : denyutan a. Bracialis dan a. Radialis teraba jelas.

g) Pemeriksaan ekstremitas bawah (panngul, lutut, pergelangan kaki dan telapak)

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

h) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital.

1) TD : 90/80 mmHg.

2) N : 60 kali/menit
3) S : 37 0 C

4) P : 20 kali/menit.

5) Pemeriksaan darah. (tanggal 25 November 2019).

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1. GDS 90 < 120 mg/dl

2. Cholesterol - < 200 mg/dl


3. An. Y.A

a) Kepala.

1) Inspeksi : bentuk kepala Normochepal, rambut bersih.

2) Palpasi : tidak ada benjolan atau pembengkakan.

b) Mata.

1) Inspeksi : simetris mata kanan dan kiri, konjungtiva pink, sclera


berwarna putih.

c) Telinga.

1) Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kanan dan kiri.

d) Abdomen.

1) Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan atau pembengkakan.

2) Auskultasi : suara paristaltik terdengar 5 – 20 kali/menit.

e) Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku dan tangan).

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

2) Palpasi : denyutan a. Bracialis dan a. Radialis teraba jelas.

f) Pemeriksaan ekstremitas bawah (panngul, lutut, pergelangan kaki dan


telapak)

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

g) Pemeriksaan lain.

1) BB : 35 Kg

2) TB : 155 cm

3) IMT : 14,6
4. An. F.B

a) Kepala.

1) Inspeksi : bentuk kepala Normochepal, rambut bersih.

2) Palpasi : tidak ada benjolan atau pembengkakan.

b) Mata.

1) Inspeksi : simetris mata kanan dan kiri, konjungtiva pink, sclera


berwarna putih.

c) Telinga.

1) Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kanan dan kiri.

d) Abdomen.

1) Inpeksi : simetris, tidak ada benjolan atau pembengkakan.

2) Auskultasi : suara paristaltik terdengar 5 – 20 kali/menit.

e) Pemeriksaan ekstremitas atas (bahu, siku dan tangan).

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

2) Palpasi : denyutan a. Bracialis dan a. Radialis teraba jelas.

f) Pemeriksaan ekstremitas bawah (panngul, lutut, pergelangan kaki dan


telapak)

1) Inspeksi : simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM


aktif, kekuatan otot penuh.

g) Pemeriksaan lain.

4) BB : 3o Kg

5) TB : 145 cm

6) IMT : 14,2
H. Harapan Keluarga

Tn. B dan keluarga mengharapkan dapat hidup sehat.


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Informasi yang Kurang pengetahuan


kurang pada Tn. B
- Tn. B mengatakan memiliki yang menderita
riwayat keluarga dengan hipertensi.
hipertensi.

- Tn. B menderita hipertensi dan


jarang berobat dan control ke
Puskesmas.

- Keputusan berada di tangan


kepala keluarga dan tanpa
memerlukan persetujuan dari
anggota keluarga lain.

DO :

- TD : 140/90 mmHg

- Choleterol : 230 mg/dl


PENENTUAN PRIORITAS DIAGNOSA KESEHATAN (SCORING)

1. Diagnosa : Kurang pengetahuan berhubungan dengan Informasi yang kurang


pada Tn. B yang menderita hipertensi.

No KRITERIA BOBOT PEMBENARAN

1. Sifat Masalah : Aktual 1x1 Tn. B memiliki riwayat keluarga


dengan hipertensi.

2. Kemungkinan masalah dapat 2x2 Masalah dapat dirubah dengan


dirubah : mudah cara memberikan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit
hipertensi.

3. Potensial masalah untuk dapat 1x3 Walaupun masalahnya sudah


dicegah : tinggi terjadi, tetapi jika Tn. B
mengalami hipertensi, Tn B
sudah tahu untuk segera berobat
ke Puskesmas.

4. Menonjolnya masalah : masalah 1x2 Masalah sudah terjadi dan


berat segera ditangani. keluarga menganggap ini
masalah yang serius dan perlu
segera di tangani.

TOTAL 5/8

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang pada Tn. B yang
menderita hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.


Jakarta: EGC

Setiawati, Santun dkk. (2005). Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Bandung:Rizqi press

Akhmadi. (2008). Konsep Keluarga. Diambil tanggal 5 november 2011 dari


http://creasoft.files.wordpress.com.pdf

. (2009). Konsep Keluarga. Diambil tanggal 5 November 2011 dari


http://www.rajawana.com.pdf

http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggi-hipertensi.html

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hypertension.html

Anda mungkin juga menyukai