Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gambit Setyawan

NIM : 1911009014

UTS SEJARAH TEATER BARAT

NASKAH

Saya akan menceritakan kembali naskah Oidipus Sang Raja karangan dari Sophokles.
Sophokles adalah pengarang besar yang lahir pada tahun 496 SM dan meninggal tahun 406
SM. Dialah pengarang tragedi Yunani yang paling terkenal di dunia, tokoh pembaharu drama
pada zamannya. Dalam karirnya sebagai pengarang drama dan puisi, ia beberapa kali menjadi
juara pertama dalam festival yang diselenggarakan tiap tahun di negerinya, malah pernah pula
mengungguli Aeschylos, jago tua ketika itu, karena bahasa puisinya dianggap lebih terkendali
dan juga lebih kuat dan sugestif. Seperti Aeschylos, Sophokles pun tak pernah menganggap
dirinya penyair belaka, tapi juga pendidik rakyat. Unsur-unsur moral, politik, agama dan
personal dalam karya-karyanya diolah dengan harmonis dan seimbang sehingga menjadi drama
yang tragis dan mengharukan.

REVIEW

Tokoh dalam naskah Oidipus Sang Raja : Oidipus (sang Raja), Jocasta (permaisuri raja
Thebes), Creon (ipar Oidipus), Teirisias (peramal), Gembala, Orang Corintha, Antigone (anak
perempuan Oidipus), Ismene (Anak perempuan Oidipus), Pendeta, Pengawal, Orang Istana,
Dayang-dayang.

Di kisahkan keadaan di kerajaan Thebes yang sedang dilanda bencana yang dari ke hari
semakin memburuk. Di saat itu pula rakyat berbondong bondong ke istana untuk mengeluhkan
hal tersebut kepada Raja Oidipus. Rakyat memohon kepada Raja Oidipus yang pernah
menyelamatkan negeri ini sebelumnya untuk menyelamatkannya kembali dari bencana ini.
Hiruk pikuk keramaian dan teriakan lantang penduduk di depan istana terdengar hingga ke
dalam istana sehingga sang raja keluar, Oidipus menanggapi dan menunggu kedatangan creon
karena dia telah diutus oleh Oidipus. Di dalam perbincangan sang raja dan penduduk, tak lama
kemudian datanglah Creon dengan membawa berita gembira tentang jalan keluar dari
malapetaka bencana yang terjadi di Thebes. Creon membawa berita dari Apollo bahwa sebuah
noda telah tumbuh di bumi Thebes, harus segera ditebas. Namun berita tersebut baik tapi juga
buruk, berita tersebut sangat menggembirakan namun sangat mencelakakan. Mendengar hal
itu Oidipus tidak terlalu memikirkannya walaupun Creon menyarankan raja untuk berpikir
panjang, kemudian dia bertanya kepada Creon dengan cara apa untuk melakukannya karena
sang raja hanya berpikir bagaimana cara menyelamatkan negeri ini. Inti dari berita yang
dibawakan Creon ialah untuk menguak kembali kematian raja sebelumnya, Laius, walaupun
Oidipus adalah raja saat ini akan tetapi ia tidak mengenali Laius. Creon manyampaikan bahwa
Dewata menuntut balas siapapun pembunuhnya atas kematian Laius kepada Oidipus. Oidipus
tidak tinggal diam, ia bersumpah akan mengungkap rahasia kematian Laius dan mencari siapa
pembunuhnya untuk menyelamatkan Thebes yang sedang dilanda bencana.

Turunlah Oidipus dan menjawab seruan rakyatnya, kemudian dipanggillah seorang peramal
yang buta matanya bernama Teirisias oleh Creon. Peramal tersebut terkenal sebagai seorang
yang tahu segalanya. Ditanyalah Teirisias akan tetapi ia enggan menjawab. Ditanyalah dia
kembali hingga pada akhirnya Oidipus mendesaknya. Teresias ingin pergi tapi Oidipus
melarangnya dan mengungkit kembali hutang sang peramal itu kepada negara. Oidipus yang
sedikit marah kemudian menuduh Teirisias yang membunuh Laius karena tidak menjawab dan
selalu mengelak dari pertanyaan tersebut. Karena akan hal itu peramal akhirnya mengatakan
atau menujumkan bahwa yang membunuh Laius ialah Oidipus sendiri. Oidipus didepan
penduduk murka dan menyatakan bahwa dia tidak membunuh Laius dan tidak akan berbicara
lagi kepada peramal tersebut. Dengan situasi yang panas Teirisias memegang kata-kata sang
raja dan memohon sangat untuk diantar keluar istana karena tidak nyaman dengan keadaan
yang sedang terjadi, dan akhirnya dia diantar keluar oleh para pengawal. Masih dengan murka
Oidipus tidak percaya dengan ramalan Teirisias dan menuduh Creon berkomplot dengan
peramal itu karena dia adik iparnya dan memiliki niat untuk menjatuhkan Oidipus dari
singgasana kerajaan. Mendengar hal itu Creon tidak terima dan naik darah, memang awalnya
yang menyarankan untuk memanggil peramal itu adalah Creon. Tapi Creon menyatakan tidak
berkomplot dengan Teirisias dan bersikeras bahwa ia tak ingin menjadi raja, tapi ia ingin hidup
seperti raja namun tanpa mahkota. Oidipus tidak peduli apa yang dikatakan oleh Creon dan
tetap menuduh Creon berkomplot dengan Teirisias. Dengan sangat Creon memohon untuk
mendengarkan pernyataannya dan ingin menyampaikan suatu hal yang berkaitan dengan
pembunuhan Raja Laius. Dalam perbincangan tersebut menjelaskan peristiwa terbunuhnya
Laius dan ciri-ciri pembunuhnya, walaupun Oidipus mendengarkan akan tetapi dia hanya
mendengarkan pernyataan yang bersangkutan dengan pembunuhan Laius. Pembicaraan
memuncak karena Oidipus tetap bersikeras bahwa Creon berkomplot dengan Teirisias untuk
menurunkan Oidipus dari tahta. Kemudian muncullah Jocasta istri Oidipus dan menyuruh
pergi Creon untuk keluar dari istana, diajaknya Oidipus masuk ke istana bagian dalam untuk
menenangkan suasana hati suaminya.

Jocasta kemudian bercerita kepada Oidipus bahwa dulu sebelum kematian Raja Laius, Jocasta
dan Laius mendengar tujuman dari seorang pendeta wanita bahwa ia kelak akan dibunuh oleh
anaknya sendiri. Akan tetapi ternyata Laius terbunuh di simpan tiga menuju Delphi oleh
sekawan penyamun seperti yang dikatakan penduduk. Mendengar hal itu bukannya tenang
Oidipus malah semakin resah karena mendengar kematian Laius di simpang tiga, kemudian ia
bercerita kepada Jocasta di tempat asalnya dulu Corintha, Oidipus pernah mendengar perkataan
dari seorang peamabuk bahwa ia bukanlah putera kandung dari Raja dan Ratu Corintha saat itu
ia juga mendapatkna kutukan dari para dewa bahwa ia membunuh Ayahnya dan akan menikahi
ibu kandungnya sendiri. Mendengar tujuman dari dewa ia pun pergi dari Chorinta, ketika
diperjalanan tepatnya di simpang tiga dihadang oleh pemuka dan seorang tua maka mereka
semua dibunuh olehnya. Oidipus kemudian bertanya kepada Jocasta bagaimana ketika Laius
sebelum terbunuh, Jocasta menjawab ketika diperjalanan Baginda Laius tidak sendiri tapi
bersama pemuka dan beberapa orang lainnya. Mendengar hal itu Oidipus berpikir apakah dia
telah membunuh Laius sang Raja Thebes sebelumnya ?. Jocasta akhirnya memberi tahu bahwa
ada seorang yang selamat dari insiden itu, pembawa warta yaitu seorang pengembala dan
segeralah Oidipus memerintahkan untuk memanggil pengembala itu.

Tak lama datanglah orang asing yang berasal dari Corintha, ia membawa berita duka bahwa
Raja Corintha wafat karena sakit dan sudah tua. Maksud dari orang itu ialah penduduk Corintha
ingin menobatkan Oidipus untuk menjadi raja di Corintha. Oidipus sedikit tenang dan
meragukan tujuman Dewa dan berkata Firman Delphi ternyata dusta. Jocasta pun mengulang
mengatakan bahwa tujuman dewa itu tak tepat. Tapi kegelisahan oidipus tidak seluruhnya
redah, ia takut akan mengawini ibunya sendiri karena sang ibu masih hidup. Mendengar hal itu
orang Corintha berkata bahwa Oidipus bukan Putra Polybus sang Raja Corintha. Orang tersebut
akhirnya bercerita bahwa Oidipus dulu ditemukan olehnya di Lembah Cithaeron ketika masih
menjadi pengembala. Oidipus bertanya bagaimana keadaanya dulu, orang itu menjawab
tanyakan pada kaki paduka Oidipus sendiri. Dari sinilah asal mula nama Oidipus aib sang raja
yang berarti “kaki yang cacat”. Oidipus kembali bertanya siapa yang memberinya nama kepada
orang itu, ia menjawab mungkin dari pengembala yang sebelumnya memberikan Oidipus
kepadanya dan dijelaskannya kalau pengembala tersebut adalah budak Laius. Mendengar hal
itu semua semakin terhubung kemudian Oidipus bertanya dimana pengembala itu ? masih
hidup atau tidak ?. Kemudian Oidipus bertanya kepada Jocasta apa benar pengembala yang
dimaksudya dan yang dimaksud oleh orang Corintha tersebut adalah satu orang yang sama ?

Jocasta tidak memperdulikannya dan melarang Oidipus untuk tidak mempercayainya akan
tetapi Oidipus tidak ingin berhenti, jalan mencari jawaban semakin terbuka. Oidipus yang ingin
mengetahui rahasia kelahirannya malah dilarang oleh Jocasta istrinya sendiri. Sepertinya
Jocasta tahu rahasia kelahiran Oidipus sehingga dia bersikeras untuk tidak melanjutkan
penelusuran ini. Sambil berkata celaka kepada Oidipus ia berlari ke dalam istana meskipun
begitu Oidipus tetap melanjutkan penelusurannya. Beberapa saat kemudian munculah
pengembala yang dipanggil tadi, Oidipus bertanya kepada orang Corintha apa benar bahwa
pengembala itu adalah orang yang diceritakanya. Orang Corintha itu pun membenarkan hal itu.
Walaupun pengembala sedikit pikun akan tetapi akan ingat ketika ditanya jelas orang corintha
kepada Oidipus. Kemudian orang Corintha bertanya apakah Baginda Oidipus dan bayi itu
adalah satu, dengan kasar gembala itu menyuruh orang Corintha untuk menutup mulut dan
mangatainya gila. Oidipus akhirnya bertanya sendiri kepada gembala itu, karena gembala itu
tidak mau disiksa akhirnya dia menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Oidipus.
Gembala menjawab semua pertanyaan dari Oidipus hingga tiba pada jawaban yang ditakutkan
oleh sang gembala rahasia besar, rahasia yang harus dikatakannya. “Bayi itu putera Laius tapi
isteri paduka lebih tahu segalanya” kata si gembala. Oidipus kembali bertanya apakah Jocasta
yang memeberinya bayi, gembala membenarkan hal itu dan Oidipus kembali bertanya lagi
untuk diapakan, gembala menjawab untuk dibunuh. Gembala membenarkan bahwa bayi itu
adalah anak dari Jocasta, Jocasta takut akan tujuman bahwa bayi itu akan membunuh bapaknya
sehingga ia memberikan bayi itu kepada gembala dan memerintahkannya untuk dibunuh.
Gembala tak bisa membunuhnya karena kasihan dan ia berpikir orang Corintha bisa
membawanya jauh jauh ke negeri asing. Sungguh malang semalang-malangnya Oidipus Sang
Raja yang tidak tahu apa-apa akhirnya semua terhubung bahwa tujuman dari dewa ternyata
sedang dan sudah terjadi padanya.

Di saat itu pula, Oidipus berlari menemui Jocasta ke kamarnya akan tetapi sungguh kagetnya
dia melihat istri sekaligus ibu kandungya sendiri bunuh diri dengan cara gantung diri di
kamanya. Ia kemudian melepaskan tali yang menjerat leher Jocasta, hal itu disaksikan oleh
dayang-dayang, prajurit, dan keluarga kerajaan. Perlahan Oidipus membuka peniti mantel
Jocasta dan ditusuk-tusukanlah ke matanya sendiri. Oidipus ingin di buang dari Thebes ia ingin
menepati kutukannya sendiri dan keluar dari istana kemudian ia memperlihatkan kepada
kearajaan mengakui bahwa dialah durjananya. Kemudian muculah Creon disuruhlah Oidipus
kembali ke dalam kerajaan, dibawakannya kedua anak Oidipus yang bisa dibilang saudarinya.
Dipeluklah kedua anaknya dan dititipkan mereka kepada Creon. Dengan langkah yang gelap
dia mengutuk dirinya sendiri dan akhrinya Oidipus pergi dari kerajaan.

Berakhir.

Menurut saya, naskah Oidipus Sang Raja termasuk pada teater realisme. Nuansa kerajaan dan
konflik yang bisa terjadi di kehidupan nyata. Titik fokus cerita berada di Oidipus ialah Sang
Raja Thebes dan sekaligus pembunuh Raja Laius yaitu ayahnya tanpa diketahuinnya akan
tetapi tokoh tokoh lain juga sangat terhubung dalam perjalanan alur ceritanya.

Dari naskah di atas latar tempat di Yunani karena mengangungkan dewa dewa. Alurnya
menurut saya alur maju dan mundur karena cerita yang maju juga menjelaskan bagaimana
peristiwa dulu bisa terjadi diceritakan kembali. Saya mengandai untuk semua kostum yang
dipakai oleh tokoh tokohnya adalah gaya kerajaan di tahun 450-an SM. Make up yang
digunakan oleh setiap tokoh dalam naskah ini ialah sama, nuansa kerajaan dan model gaya
make up Yunani.

Apabila dalam pementasan ini saya menjadi sutradara, saya akan membuat setting panggung
pertunjukan menjadi tiga bagian yaitu luar istana (sisi kiri), dalam istana (sisi kanan), dan
kamar jocasta (dibagian kecil sisi kanan panggung) tapi sebelum adegan Jocasta bunuh diri,
bagian itu masih ditutupi olrh kain yang melambangkasn simbol kerajaan.

Anda mungkin juga menyukai