Anda di halaman 1dari 6

Mekanisme

Seleksi alam

Seleksi alam populasi berwarna kulit gelap.

Seleksi alam adalah proses di mana mutasi genetika menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
meningkatkan keberlangsungan hidup dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih
umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Seleksi alam biasanya
mendominasi pada populasi yang besar. Dimana alam memiliki kekuatan untuk memilih
individu-individu mana yang cocok untuk bertahan hidup disuatu lingkungan. Sehingga
setiap spesies akan berjuang untuk bertahan hidup (struggle for existences). Seleksi alam sering
disebut sebagai mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:

 Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.


 Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup
 Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan
bereproduksi.

Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme yang satu dengan yang lain
untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang
menguntungkan akan lebih berkemungkinan atau berpeluang besar bereproduksi dan
mewariskan sifatnya, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang
mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Sedangkan yang tidak menguntungkan
cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.

JENIS-JENIS SELEKSI ALAM!

Hanyutan genetika

Sementara itu, hanyutan genetik (Genetic Drift) merupakan masuknya alel dari suatu populasi
ke populasi lain, dimana masuknya alel-alel tersebut akan merubah komposisi alel-alel yang
ada dalam suatu populasi. Dengan kata lain, hanyutan genetik adalah sebuah proses bebas
yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi alel dari satu generasi ke generasi
selanjutnya yang terjadi karena alel pada suatu keturunan merupakan sampel acak (random
sample) dari orang tuanya, selain itu ia juga terjadi karena peranan probabilitas dalam
penentuan apakah suatu individu akan bertahan hidup dan bereproduksi atau tidak.
Dominansi hanyutan genetika pada populasi yang kecil bahkan dapat menyebabkan fiksasi
mutasi yang sedikit merugikan. Karenanya, dengan mengubah ukuran populasi dapat secara
dramatis mempengaruhi arah evolusi.

DI HP!!!

Dalam istilah matematika, alel berpotensi mengalami galat percontohan (sampling error).
Karenanya, ketika gaya dorong selektif tidak ada ataupun secara relatif lemah, frekuensi-
frekuensi alel cenderung "menghanyut" ke atas atau ke bawah secara acak (langkah acak).
Hanyutan ini berhenti ketika sebuah alel pada akhirnya menjadi tetap, baik karena
menghilang dari populasi, ataupun menggantikan keseluruhan alel lainnya. Hanyutan
genetika oleh karena itu dapat mengeliminasi beberapa alel dari sebuah populasi hanya
karena kebetulan saja. Bahkan pada ketidak adaan gaya selektif, hanyutan genetika dapat
menyebabkan dua populasi yang terpisah dengan stuktur genetik yang sama menghanyut
menjadi dua populasi divergen dengan set alel yang berbeda. Waktu untuk sebuah alel
menjadi tetap oleh hanyutan genetika bergantung pada ukuran populasi, dengan fiksasi terjadi
lebih cepat dalam populasi yang lebih kecil.

Kepentingan relatif seleksi alam dan hanyutan genetika dalam sebuah populasi bervariasi,
tergantung pada kuatnya seleksi dan ukuran populasi efektif, yang merupakan jumlah
individu yang berkemampuan untuk berkembang biak. Walaupun perubahan yang dihasilkan
oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan
perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan
spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang
lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama
melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi
mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah
sama dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi
tersebut untuk membawa gen sebuah organisme.[85] Karena itu, jika sebuah alel
meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi, alel
tersebut menjadi lebih umum dalam populasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan
kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan hidup dan fekunditas. Sebaliknya, kebugaran
yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang menguntungkan atau merugikan
mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa
kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat
yang sebelumnya bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang
sebelumnya menguntungkan bisa menjadi merugikan.

Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi, misalnya
tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah
(directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu
tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus
(disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai
yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi
apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme
dengan tinggi menengah tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi
terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini
dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.

Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat
yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu
organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada
pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan
hidup individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah
dapat menarik predator), Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh
keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Simulasi hanyutan genetika 20 alel yang tidak bertaut pada jumlah populasi 10 (atas) dan 100
(bawah). Hanyutan mencapai fiksasi lebih cepat pada populasi yang lebih kecil.

[97]
Pengukuran populasi yang tepat adalah ukuran populasi efektif, yakni didefinisikan oleh
Sewall Wright sebagai bilangan teoretis yang mewakili jumlah individu berkembangbiak
yang akan menunjukkan derajat perkembangbiakan terpantau yang sama.

Walaupun seleksi alam bertanggung jawab terhadap adaptasi, kepentingan relatif seleksi alam
dan hanyutan genetika dalam mendorong perubahan evolusioner secara umum merupakan
bidang riset pada biologi evolusioner.[98] Investigasi ini disarankan oleh teori evolusi
molekuler netral, yang mengajukan bahwa kebanyakan perubahan evolusioner merupakan
akibat dari fiksasi mutasi netral yang tidak memiliki efek seketika pada kebugaran suatu
organisme.[99] Sehingga, pada model ini, kebanyakan perubahan genetika pada sebuat
populasi merupakan akibat dari tekanan mutasi konstan dan hanyutan genetika.[100]

Analogi dengan kelereng dalam stoples


Proses hanyutan genetik dapat diilustrasikan dengan menggunakan 20 kelereng dalam stoples
yang mewakili 20 organisme dalam suatu populasi.[4] Setengah dari 20 kelereng tersebut
berwarna merah dan setengah biru. Kedua warna tersebut menunjukkan dua alel yang
berbeda dari satu gen dalam populasi tersebut. Keadaan stoples ini dianggap sebagai populasi
awal. Pada setiap generasi baru, organisme bereproduksi secara acak. Untuk mengilustrasikan
reproduksi ini, pilih kelereng secara acak dari stoples dan masukkan sebuah kelereng baru
dengan warna yang sama sebagai "keturunan"-nya ke dalam sebuah stoples baru (kelereng
yang diperoleh dari stoples pertama tetap dalam stoples tersebut). Ulangi langkah ini hingga
terdapat 20 kelereng baru dalam stoples kedua. Stoples kedua kini berisi "keturunan" generasi
kedua, yang berupa 20 kelereng dengan warna beragam. Apabila stoples kedua masih berisi
10 kelereng merah dan 10 kelereng biru, telah terjadi pergeseran acak pada frekuensi alel.

Ulangi proses ini beberapa kali, reproduksi secara acak setiap generasi kelereng untuk
membentuk generasi berikutnya. Jumlah kelereng merah dan biru yang dipilih setiap generasi
mengalami turun naik (berfluktuasi), terkadang kelereng merah lebih banyak dan terkadang
yang biru lebih banyak. Fluktuasi ini adalah analogi dari hanyutan genetik, yaitu perubahan
dalam frekuensi alel populasi hasil dari variasi acak pada distribusi alel dari satu generasi ke
generasi berikutnya.

Dalam suatu generasi, mungkin terjadi kelereng warna tertentu tidak terpilih satu pun. Hal ini
berarti kelereng warna itu tidak memiliki keturunan. Sebagai contoh, jika tidak ada kelereng
merah terpilih, stoples menunjukkan kondisi generasi baru hanya mengandung keturunan
kelereng biru. Apabila hal itu terjadi, alel merah telah hilang permanen dalam populasi
tersebut, sementara alel biru mengalami fiksasi. Semua generasi mendatang seluruhnya akan
biru. Dalam populasi kecil, fiksasi dapat terjadi hanya dalam sedikit generasi.

Pada simulasi ini, fiksasi "alel" biru terjadi dalam lima generasi.

Seleksi alam didefinisikan sebagai reproduksi diferensial individu atau genotip pada suatu
populasi. Diferensial reproduksi disebabkan oleh perbedaan antara individu dalam ciri seperti
kematian, kesuburan, fekunditas, keberhasilan kawin, dan kelangsungan hidup keturunan.
Seleksi alam didasarkan pada ketersediaan variasi genetik di antara individu dalam karakter
yang terkait dengan keberhasilan reproduksi. Ketika populasi terdiri dari pada-dividuals yang
tidak berbeda dari satu sama lain dalam ciri-ciri seperti itu, tidak tunduk pada seleksi alam.
Seleksi dapat menyebabkan perubahan pada frekuensi alel dari waktu ke waktu. Namun,
perubahan hanya pada frekuensi alel dari generasi ke genera-tion tidak selalu menunjukkan
seleksi yang sedang bekerja. Proses lainnya, seperti arus genetik secara acak, dapat membawa
perubahan temporal dalam frekuensi alel juga. Menariknya, perubahan frekuensi alel tidak
selalu menunjukkan seleksi yang sesuai dengan genotip.

Kesesuaian genotipe, biasanya dinyatakan sebagai w, adalah ukuran dari kemampuan untuk
bertahan hidup dan bereproduksi. Namun, karena ukuran modulasi biasanya dibatasi oleh
daya dukung lingkungan di mana populasi berada, keberhasilan evolusi dari individu adalah
de-termined tidak dengan kebugaran mutlak, tetapi dengan kebugaran relatif dibandingkan
dengan genotipe yang lain dalam populasi. Di alam, kesesuaian genotipe tidak diharapkan
untuk tetap konstan untuk semua generasi dan dalam semua keadaan lingkungan. Namun,
dengan menempatkan nilai konstan kebugaran untuk setiap genotipe, kita dapat merumuskan
teori sederhana atau model, yang berguna untuk memahami dinamika perubahan struktur
genetik suatu populasi disebabkan oleh seleksi alam. Di kelas paling sederhana dari model,
kita mengasumsikan bahwa kebugaran organisme ditentukan semata-mata oleh genetik. Kami
juga menganggap bahwa semua lokus berkontribusi secara independen kepada nessfit dari
individu (yaitu, bahwa lokus yang berbeda tidak berinteraksi dengan satu sama lain dengan
cara yang mempengaruhi kebugaran organisme), sehingga masing-masing lokus dapat
ditangani secara terpisah.
Suatu kekuatan yang besar yang mempengaruhi frekuensi beberapa alel dalam sauatu populsi
dikenal sebagai seleksi. Secara sederhana seleksi menyatakan apakah ciri yang ditentukan
oleh suatu alel menyebabkan individu dapat bertahan hidup dan bereprosuksi atau tidak. Jelas
jika individu dapat memproduksi keturunan, gen itu akan dipindahkan pada
keturunannya.(seleksi positip). Jika individu itu tidak beerproduksi gen tidak akan
dipindahkan (seleksi negative). Tentu saja teradapat aneka ragam derajat seleksi. Gen-gen
letal pengembangan seperti lokus Curly pada D. melanogaster dan gen T pada tikus
menyebabkan seleksi negatif sempurna terhadap homozogot-homozigot. Gen-gen lainya
seperti mutasi hemofilia pada manusia, cendrung untuk menurunkan reproduksi pada
individu-individu penderita, meskipun tidak menghalangi partisipasi dalam reproduksi oleh
pihak laki-laki. Ada digunakan untuk memperkirakan seleksi dan dampaknya terhadapa
frekuensi alel-alel tertentu dari suatu generasi kegenarasi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai