PUSKESMAS KENDALKEREP
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KENDALKEREP
MALANG
DAFTAR ISI
I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat yang di tuangkan
dalam kegiatan pokok. Di samping itu puskesmas juga berperan dalam membina peran
serta masyarakat. Oleh karena itu puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan, sehingga puskesmas mempunyai tanggung jawab yang besar dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam lingkup wilayah kerjanya.
Untuk menghadapi kenyataan tersebut di atas, Puskesmas Kendalkerep telah berusaha
secara maksimal melaksanakan kegiatan pokok, yang pada dasarnya meliputi usaha –usaha
promotif , preventif , kuratif dan rehabilitatif .
Supaya sistem manajemen mutu yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik
dan sesuai yang diharapkan, membutuhkan suatu pedoman / manual mutu untuk tahun
2017 ini. Untuk itu, perlu dilakukan kajian menyeluruh mengenai hambatan–hambatan
yang mungkin dapat menghalangi pelaksanaan program, untuk kemudian ditelaah dan
dicari faktor–faktor pendukung yang dapat ditempuh dalam menangani hambatan
teersebut.
Dengan adanya manual mutu ini, diharapkan seluruh staf Puskesmas Kendalkerep
dapat menjadikan pedoman dalam pelayanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
1. Profil Organisasi
Kedudukan Puskesmas Kendalkerep Kota Malang adalah Unit Pelaksana Teknis
Kesehatan Kota Malang, berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kota dan Unit Pelaksana Tingkat Pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di kota Malang.
Puskesmas Kendalkerep terletak di Jalan Raya Sulfat no 100 Kelurahan Bunulrejo
Kecamatan Blimbing Kota Malang, berdiri pada 12 November 1982. Pada awal berdiri
merupakan Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Cisadea (1982-1983) dengan luas
bangunan 57 m2 ( 1982-1984 ). Tahun 1984 - sekarang menjadi Puskesmas Induk dengan
nama Puskesmas Kendalkerep dan membawahi 4 Kelurahan yaitu Bunulrejo, Kesatrian,
Polehan Dan Jodipan. Tahun 1994 membangun poli gigi (9 m2) dan ruang TU ( 36 m2 ).
Tahun 1987 mempunyai Puskesmas Pembantu di Kelurahan Polehan. Tahun 1997
membangun runag KIA dan Fisioterapi dengan luas 65 m2 serta membangun teras 84 m2.
Tahun 2000 membangun gudang dan ruang komputer 32 m2. Tahun 2007 membangun
1
gedung puskesmas baru dengan luas bangunan sebesar 500 m2, gedung lama hanya di
pakai untuk loket dan ketatausahaan. Tahun 2010 gedung lama dibongkar dan dibangun
unit rawat inap seluas 500 m2 .
Tanah dimana menjadi tempat berdirinya bangunan Puskesmas Induk Kendalkerep
merupakan milik (aset) Pemda Kota Malang dengan bukti sertifikat No .
12.0601.08.4.00028. Sedangkan tanah dimana menjadi tempat berdirinya bangunan
Puskesmas Pembantu Polehan merupakan milik Pemerintah Kota Malang yang terletak di
jl. Werkudoro dengan luas 130 m2 serta bukti sertifikat No. 12.06.01.10.4.00011.
Dari awal puskesmas berdiri jumlah ruangannya bertambah, yang dulu hanya terdiri
dari 1 lokal sekarang bangunan induk terdiri dari 2 gedung, gedung pertama dengan 2
lantai yang dipergunakan untuk : lantai atas untuk ruang tata usaha, ruang Kepala
Puskesmas serta aula, ruang imunisasi, gudang obat, pantry, serta toilet karyawan; lantai
bawah dipergunakan untuk loket, ruang kesehatan gigi dan mulut, ruang pemeriksaan
umum, ruang KIA dan KB, ruang IMS, ruang farmasi, ruang laboratorium, ruang klinik
sanitasi, ruang Diabetes mellitus,ruang Klinik VCT/PITC, ruang TB, serta toilet pasien.
Selanjutnya gedung kedua untuk rawat inap pada tahun 2012 dengan kapasitas 6 tempat
tidur.
Akreditasi Puskesmas adalah proses penilaian eksternal oleh Komisi Akreditasi dan /
atau Perwakilan di Provinsi terhadap Puskesmas untuk menilai apakah sistem manajemen
mutu dan sistem penyelenggara pelayanan dan upaya pokok sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Tujuan umum dari akreditasi Puskesmas adalah untuk meningkatkan mutu
layanan puskesmas, sedangkan tujuan khusus dari akreditasi Puskesmas adalah :
a. Memacu puskesmas untuk memenuhi standar yang ditetapkan
b. Menetapkan strata akreditasi puskesmas yang telah memenuhi standar baku.
c. Memberikan jaminan kepada petugas puskesmas bahwa pelayanan yang diberikan
telah memenuhi standar yang ditetapkan
d. Memberikan jaminan kepada pelanggan / masyarakat bahwa pelayanan yang
diberikan oleh puskesmas telah sesuai standar
e. Terbinanya puskesmas dalam rangka memperbaiki sistem pelayanan, mutu dan
kinerja
Dengan adanya akreditasi Puskesmas ini, maka diharapkan akan tercipta peningkatan
mutu layanan Puskesmas dan juga diharapkan semua pegawai selalu berusaha
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan secara terus-menerus dan berkelanjutan,
sehingga pelanggan yang berkunjung ke Puskesmas merasa aman dan terlindungi. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan animo masyarakat dan semua kalangan untuk
berkunjung dan menjadikan puskesmas sebagai pilihan utama masyarakat.
2
2. Visi, Misi
a. Visi Puskesmas Kendalkerep
“Mewujudkan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kendalkerep yang mandiri untuk
hidup sehat”
Artinya adalah gambaran masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kendalkerep yang
mau dan mampu berperan serta secara aktif dalam setiap upaya kesehatan sehingga
terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.
b. Misi :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan yang berkualitas dan komprehensif
melalui upaya promotif dan prefentif dengan sasaran individu, keluarga, dan
masyarakat.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif secara
holistik melalui peningkatan pelayanan yang berkualitas
c. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat transaparan dan
akuntabel.
d. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara merata dan
terjangkau oleh masyarakat.
c. Motto
“ Kepuasan masyarakat adalah semangat kerja kami”
d. Janji Layanan
1. Kami siap memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional
2. Kami siap membantu masyarakat dalam melakukan pemeliharaan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat secara mandiri
3. Proses Pelayanan.
Proses pelayanan merupakan segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan
maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan.(Lampiran I)
B. Ruang Lingkup
Pedoman mutu ini disusun berdasarkan Standart Akreditasi Puskesmas : persyaratan
umum, sistem manajemen mutu, tanggung jawab manajemen, manajemen sumber daya,
proses pelayanan yang terdiri dari penyelenggaraan Upaya Puskesmas meliputi: upaya
kesehatan klinis dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan puskesmas dan pelayanan klinis memperhatikan keselamatan pasien/pelanggan.
3
Keterlibatan segenap unsur terkait merupakan hal yang mutlak. Alasan tersebut
mengharuskan seluruh pegawai Puskesmas Kendalkerep untuk berkewajiban
melaksanakan seluruh proses yang diterapkan di unit/fungsi sesuai dengan ketentuan dalam
Pedoman Mutu ini maupun dokumentasi sistem manajemen mutu lainnya yang ditetapkan
b. UKM Pengembangan:
1) Pelayanan Kesehatan Jiwa
2) Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
3) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
4) Pelayanan Kesehatan Olahraga
5) Pelayanan Kesehatan Indera
6) Pelayanan Kesehatan Lansia
7) Pelayanan Kesehatan Kerja
d. Jejaring Puskesmas
Puskesmas Pembantu Polehan
e. Inovasi Puskesmas
1) Sistem Informasi Terintegrasi Kartu Temu TB SITI KARTUBI
2) Kartu Pantau Kawasan Tanpa Rokok (KTR) KPK
C. TUJUAN
1. Tersedianya pedoman untuk pelaksanaan sistem manajemen mutu yang ada di
Puskesmas Kendalkerep.
2. Sebagai acuan dalam menyusun dokumen yang ada di Puskesmas.
4
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 35 Tahun 2012 tentang Penyusunan Standart
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, Klinik Pratama, Praktek dokter mandiri dan Praktek
dokter gigi mandiri;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
8. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Nomor 188.451 / 65 / 35.73.306 /
2016 tentang Akreditasi Puskesmas di Kota Malang;
9. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Nomor 188.451 / 66 / 35.73.306 /
2016 tentang Penggunaan Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP dari
Kementerian Kesehatan sebagai acuan dalam penyusunan Dokumen Akreditasi di
Kota Malang;
10. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Nomor 188.451 / 68 / 35.73.306 /
2016 tentang Organisasi Puskesmas Kota Malang
5
Kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-langkah yang harus
dilakukan dan merupakan dasar untuk menentukan serta melaksanakan kegiatan.
7. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
Suatu proses kegiatan secara urut yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
8. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Dokumentasi rencana kerja Puskesmas yang dibuat setiap awal tahun yang berisi
rencana kegiatan, sumber dana, sasaran, waktu pelaksanaan, lokasi pelaksanaan,
petugas pelaksana, pananggung jawab
9. Referensi
Berisi dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan dokumen akreditasi, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang-undangan ataupun bentuk lain sebagai bahan
pustaka.
10. Rencana Lima Tribulan
Rencana yang disusun oleh Kepala Puskesmas bersama seluruh jajaran pegawai
didasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sebagai
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal.
11. Rekam Medis
Dokumen yang berisi tentang identitas, anamnesa, proses perjalanan penyakit, hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya, diagnose,
tindakan atau pengobatan yang diberikan pada pasien.
12. Rujukan
Bentuk komunikasi pelayanan kesehatan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
13. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana
dan oleh siapa dilakukan.
14. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Upaya kesehatan dengan sasaran sekelompok masyarakat dengan prinsip promotif
dan preventif.
15. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
Upaya kesehatan dengan sasaran individu dengan prinsip kuratif dan rehabilitatif.
16. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pelayanan yang diberikan dengan sasaran wanita usia subur, ibu hamil, ibu
melahirkan, menyusui, ibu nifas, bayi, balita, dan anak pra sekolah baik individu
maupun kelompok dengan prinsip promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
17. Promosi Kesehatan (Promkes)
6
Pelayanan yang mengkoordinir atau terlibat dalam seluruh kegiatan yang prinsipnya
promotif dan preventif dengan sasaran kelompok masyarakat.
18. Laporan Hasil Kegiatan (LHK)
Laporan hasil kegiatan bulanan yang dibuat oleh administrasi manajemen, UKP, dan
UKM.
7
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN SISTEM PENYELENGGARAAN PELAYANAN
A. Persyaratan Umum
Puskesmas Kendalkerep menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara sistem
manajemen mutu sesuai dengan standar Akreditasi Puskesmas. Sistem ini disusun untuk
memastikan telah diterapkannya persyaratan pengendalian terhadap proses-proses
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat baik penyelenggaraan upaya puskesmas
maupun pelayanan klinis. Manajemen memantau / mengukur / menganalisa setiap proses /
kegiatan dan melakukan tindakan perbaikan. Kegiatan sistem manajemen mutu
menerapkan prinsip manajemen PDCA : Plan – Do – Check – Action.
Secara umum dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun meliputi :
Dokumen level 1 : Kebijakan
Dokumen level 2 : Pedoman/Manual
Dokumen level 3 : Standar Prosedur Operasional
Dokumen level 4 : Rekaman-rekaman catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan,
pedoman, dan prosedur
Dokumen level 5 : Dokumen pondukung/dokumen eksternal
Untuk proses yang tidak dapat diselenggarakan oleh Puskesmas seperti pembakaran
sampah medis, dikendalikan dengan MoU atau Perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga
melalui Dinas Kesehatan.
B. Pengendalian Dokumen
Prosedur Pengendalian Dokumen dibuat untuk mengendalikan dokumen internal dan
eksternal. Dokumen baru dan revisi disetujui oleh yang berwenang sebelum diterbitkan,
perubahan yang terjadi diidentifikasi dengan jelas. Setelah mendapatkan persetujuan, Tim
Mutu mendistribusikan dokumen yang baru dan menarik dokumen yang lama untuk
dimusnahkan. Dokumen yang kadaluarsa yang masih disimpan untuk dipergunakan untuk
tujuan lain diberi tanda yang jelas. Semua penerima dokumen menjaga agar dokumen tidak
diperbanyak tanpa seijin tim mutu, dokumen tersedia pada tempat di mana dokumen
tersebut dibutuhkan dan dokumen yang lama ditarik dari peredaran untuk diserahkan pada
tim mutu. Tujuan pengendalian dokumen adalah terkendalinya kerahasiaan dokumen
proses perubahan,penerbitan, distribusi dan sirkulasi dokumen.
1. Identifikasi Penyusunan/Perubahan Dokumen
Identifikasi kebutuhan dokumen, dilakukan pada tahap self-assesment dalam
pendampingan akreditasi. Hasil self-assesment digunakan sebagai acuan untuk
mengidentifikasi dokumen sesuai Standar Akreditasi yang sudah ada di Puskesmas
Kendalkereo. Bila dokumen sudah ada dapat diidentifikasi dokumen tersebut masih
efektif atau tidak.
2. Penyusunan Dokumen
8
Kepala Sub Bag Tata Usaha Pukesmas, penanggungjawab Admen dan
penanggungjawab UKM dan UKP bertanggungjawab terhadap pelaksanaan indetifikasi/
perubahan serta penyusunan dokumen. Penyusunan dokumen secara keseluruhan
dikoordinir oleh tim manajemen mutu/tim akreditasi Pukesmas dengan mekanisme
sebagai berikut:
3. Dokumen yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke tim
mutu/tim akreditasi
4. Fungsi tim mutu/tim akreditasi pukesmas didalam penyusunan dokumen adalah:
a. Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki dokumen yang telah disusun
oleh pelaksana atau unit kerja baik dari segi bahasa mamupun penulisan.
b. Mengkoordinir proses pembuatan dokumen sehingga tidak terjadi duplikasi/tumpang
tindih dokumen antara unit.
c. Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang akan ditandatangani oleh kepala
pukesmas.
5. Pengesahan Dokumen
Dokumen disahkan oleh Kepala Pukesmas
6. Sosialisasi Dokumen
Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi
dokumen tersebut, khusus bagi SOP, bila rumit maka untuk melaksanakan SOP tersebut
perlu dilakukan pelatihan.
7. Pencatatan Dokumen, Ditribusi dan Penarikan Dokumen Kepala Pukesmas menunjuk
salah satu anggota Tim Mutu/Tim Akreditasi sebagai Petugas Pengedali Dokumen.
Petugas tersebut bertanggung jawab atas:
a. Penomoran dokumen
1) Tata cara penomoran Dokumen
Penomoran diatur pada kebijakan pengendalian dokumendengan ketentuan:
a) Nomor Kebijakan Kepala Puskesmas
Susunan penomoran surat keputusan adalah sebagai berikut:
a. Kode surat keputusan
b. Nomor urut surat keputusan
c. Kode Puskesmas
d. Tahun Terbit
9
c) Untuk SOP, Jika ada SOP lain yang penomorannya di sela-sela nomor SOP
yang sudah ada, menggunakan nomor tambahan pada nomor urut dengan
penggunakan pemisah tanda baca titik ( . )
Contoh: SOP/....../...../....../2017
Nomor dokumen
UKM atau UKP atau ADM
Bulan terbit (angka romawi)
10
g. Mengarsipkan dan memberi identitas dokumen eksternal yang berupa peraturan
perundangan dan pedoman-pedoman yang diberlakukan oleh kementrian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan organisasi profesi.
8. Tata cara Penyimpanan dokumen
a. Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah ditandatangani) agar
disimpan di sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas Kendalkerep atau Bagian Tata
Usaha Puskesmas Kendalkerep, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di organisasi
tersebut tentang tatacara pengarsipan dokumen yang diatur dalam pedoman/tata
naskah. Penyimpanan dokumen yang asli harus rapi, sesuai metode
pengarsipansehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
b. Dokumen fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas Kendalkerep,
dimana dokumen tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku lagi atau tidak
dipergunakan maka unit kerja wajib mengembalikan dokumen yang sudah tidak
berlaku tersebut ke Sekretariat tim mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga di unit
kerja hanya ada dokumen yang masih berlaku saja. Sekretariat tim mutu atau Bagian
Tata Usaha dapat memusnahkan fotocopy dokumen yang tidak berlaku tersebut,
namun untuk dokumen yang asli agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan
sesuai ketetentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang berlaku di Puskesmas
Kendalkerep.
c. Dokumen di unit upaya Puskesmas Kendalkerep harus diletakkan di tempat yang
mudah dilihat, mudah diambil dan mudah dibaca oleh pelaksana.
d. Penyimpanan dokumen harus rapi agar mudah dicari kembali apabila dibutuhkan;
e. Dokumen yang tersimpan di lemari hanya dokumen tahun berjalan;
f. Penyimpanan dokumen di Kardus Arsip untuk dokumen 1 tahun dari tahun berjalan
dan di simpan di unit pelayanan/program dimana dokumen tersebut dipergunakan;
g. Penyimpanan dokumen dari kardus arsip ke gudang arsip yaitu dokumen 2 tahun dari
tahun berjalan.
7. Revisi Atau Perubahan Dokumen
a. Dilakukan setelah proses pengkajian serta mendapat pengesahan sesuai pejabat
yang berwenang. Setiap kali revisi seluruh halaman akan mengalami perubahan.
b. Isi revisi atau perubahan harus tercatat pada Riwayat Perubahan Dokumen.
c. Pemberian nomor revisi dengan format :
00 = Dokumen berlaku pertama kali
01,02,03 dst = Revisi Ke-1, Ke-2, Ke-3, dst
C. Pengendalian Rekaman
Setiap penanggung jawab ruang pelayanan bertanggungjawab untuk mengumpulkan
catatan mutu, memisahkannya berdasarkan indeks dan menyimpannya sedemikian rupa
sehingga mudah diambil bila diperlukan. Waktu kadaluarsa untuk setiap catatan mutu
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing catatan mutu. Catatan mutu disimpan
di dalam binder dan almari sehingga terhindar dari kerusakan dan kehilangan namun tetap
mudah dicari bila diperlukan.
11
Peminjaman dari antar unit/ lintas unit dengan mempergunakan ekpedisi
peminjaman, sedangkan peminjaman yang dilakukan oleh lintas sektor atau dinas atasan
harus memakai surat resmi dan melewati ketatausahaan. Untuk memperjelas, buku
Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Puskesmas Kendalkerep dilengkapi dengan
contoh-contoh dokumen sebagai lampiran dari panduan ini.
3. Tingkat Keamanan
Tingkat keamanan dilakukan dengan mencatumkan kode pada surat keluar sebagai
berikut :
12
a. Surat sangat rahasia disingkat SR, merupakan surat yang materi dan sifatnya.
Memiliki tingkat keamanan yang tinggi, erat hubungannya dengan rahasianegara,
keamanan dan keselamatan negara;
b. Surat rahasia disingkat R, merupakan surat yang materi dan sifatnya memiliki tingkat
keamanan tinggi yang berdampak kerugian negara, disentegerasi bangsa;
c. Surat konfidensioal disingkat K , merupakan surat yang materi dan sifatnya memiliki
tingkat keamanan sedang yang berdampak kepadaterhambatnya jalannya
pemerintahan dan pembangunan;
d. Surat biasa disingkat B , merupakan surat yang materi dan sifatnya biasanamun tidak
dapat disampaikan kepada yang tidak berhak.
4. Kecepatan Proses
Kecepatan Proses adalah kecepatan proses penyampaian, yang meliputi :
a. Amat segera/kilat,dengan batas waktu 24 jam setelah surat diterima;
b. Segera, dengan batas waktu 2X24 jam setelah surat diterima;
c. Penting/sedang, dengan batas waktu 3X24 jam setelah surat diterima;
d. Biasa, dengan batas waktu paling lama 5 hari kerja setelah surat diterima
6. Penomeran Ganda
Penggunaan penomeran bila membutuhkan item yang banyak, dengan contoh sebagai
berikut:
a. Sistem pertama :
1. ...................;
1.1 .................;
1.1.1 ................; (dst).
b. Sistem kedua
A............;
1.............;
a.....................;
1)...............;
13
a)...................;
7. Naskah Dinas
Adapun jenis naskah dinas yang digunakan adalah :
a. Kebijakan Kepala Puskesmas,
b. Rencana Lima Tahunan Puskesmas,
c. Pedoman/manual mutu,
d. Pedoman/panduan teknis yang terkait dengan manajemen dan pelayanan,
e. Standar operasional prosedur (SOP),
f. Perencanaan Tingkat Puskesmas,
g. Rencana Usulan Kegiatan
h. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
i. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK),
j. Standar Operasional Prosedur (SOP),
k. Surat Biasa,
l. Surat Keterangan,
m. Surat Perintah,
n. Surat Perintah Tugas,
o. Surat Perjanjian,
p. Surat Perintah Perjalanan Dinas,
q. Surat Kuasa,
r. Surat Undangan,
s. Surat Pengantar,
t.Nota Dinas
u. Surat Rekomendasi,
v.Berita Acara,
w. Pengumuman.
8. Penggunaan Stempel
a. Administrasi Puskesmas Kendalkerep
Stempel bulat ukuran diameter 4cm sebagai stempel administrasi secaraumum ;
b. Sekertariat Akreditasi
1) Stempel kotak ukuran panjang dan lebar 7 x 2 cm sebagai Stempel dokumen ASLI
yang disimpan di sekretariat.
2) Stempel kotak ukuran panjang dan lebar 7 x 2 cm sebagai Stempel dokumen
TERKENDALI yang disimpan di sekretariat
3) Stempel kotak ukuran panjang dan lebar 7 x 2 cm sebagai Stempel dokumen
TIDAK TERKENDALI yang disimpan di Sekretariat.
4) Stempel kotak ukuran panjang dan lebar 7 x 2 cm sebagai Stempel dokumen
KADALUARSA yang disimpan di sekretariat.
14
A. Kebijakan (Surat Keputusan)
Suatu proses penunjukan/ pertanggung jawaban tugas pada pegawai dalam
pelaksanaan kegiatan dinas. Pernyatan tertulis tentang tanggung jawab yang dibebankan
pada pegawai dalam pengelolaan kegiatan yang disesuai dengan program yang ada
Susunan Surat Keputusan Kepala Puskesmas terdiri atas :
1. Pembukaan
a. Kebijakan : Peraturan/Keputusan Kepala (sebutkan nama FKTP),
b. Nomor : Ditulis sesuai sistem penomoran di Puskesmas Kendalkerep
Contoh : 188.451/A/B.C.D.E/F
A : Nomor Urut
B : Nomor Provinsi Jawa Timur (35);
C : Nomor Kode Kota Malang (73);
D : Nomor Kode Dinas Kesehatan (302);
E : Nomor Kode Puskesmas Kendalkerep (011);
F : Tahun dikeluarkannnya surat (2017,2018,dst);
c. Judul : Ditulis judul peraturan/Keputusan tentang ...
d. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
e. Jabatan pembuat keputusan ditulis ditengah dan diakhiri dengan tanda koma (,)
2. Konsideran meliputi :
a. Menimbang :
1) Memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang
dan alasan pembuatan keputusan,
2) Huruf awal kata “Menimbang” ditulis dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda
baca titik dua (:), dan diletakkan di bagian kiri,
3) Konsideran Menimbang diawali dengan huruf penomoran menggunakan huruf
kecil dan dimulai dengan kata”bahwa” dengan “b” huruf kecil, dan diakhiri
dengan tanda baca (;)
b. Mengingat :
1) Memuat dasar kewenangan dan peraturan perundangan yang memerintahkan
pembuat Peraturan/Surat Keputusan tersebut,
2) Peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum adalah peraturan yang
tingkatnya sederajat atau lebih tinggi,
3) Kata “Mengingat” diletakkan dibagian kiri sejajar kata menimbang,
4) Konsideran yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai hirarki tata
perundangan dengan tahun lebih awal disebut lebih dahulu, diawali dengan nomor
1,2 dst, dan diakhiri dengan tanda baca (;)
3. Diktum
a. Diktum “MEMUTUSKAN” ditulis simentris ditengah, seluruhnya dengan huruf
Kapital;
b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan sejajar dengan kata
Menimbang dan Mengingat, huruf awal kata menetapkan ditulis huruf kapital, dan
diakhiri dengan tanda baca titik dua (:)
15
c. Nama Keputusan sesuai dengan judul keputusan (kepala), seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca (.)
4. Batang Tubuh
a. Batang tubuh memuat semua substansi Peraturan/Surat Keputusan yang dirumuskan
dalam diktum-diktum, misalnya:
Kesatu :
Kedua :
dst
b. Dicantumkan saat berlakunya Peraturan/Surat Keputusan, perubahan, pembatalan,
pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran Peraturan/ Surat Keputusan, dan
pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan Peraturan/Surat
Keputusan.
5. Kaki
Kaki Peraturan/Surat Keputusan merupakan bagian akhir substansi yang memuat
penanda tangan penerapan Peraturan/Surat Keputusan, pengundangan
peraturan/keputusan yang terdiri dari:
a. tempat dan tanggal penetapan,
b. nama jabatan diakhiri dengan tanda koma(,),
c. tanda tangan pejabat, dan
d. nama lengkap pejabat yang menanda tangani
6. Penandatanganan
Peraturan/Surat Keputusan Kepala FKTP ditandatangani oleh Kepala FKTP, dituliskan
nama tanpa gelar.
B. Manual Mutu
Dokumen yang memberi informasi yang konsisten ke dalam maupun keluar tentang
sistem manajemen mutu. Manual mutu disusun,ditetapkan, dan dipelihara olehpuskesmas.
Komponen dalam Manual mutu yaitu
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan
D. Landasan hukum dan acuan
E. Istilah dan Definisi
BAB II Sistem Manajemen Mutu dan Sistem Penyelenggaraan Pelayanan
A. Persyaratan umum
B. Pengendalian dokumen
C. Pengendalian rekaman
D. Penyelenggaraan Tata Naskah
16
E. Tata Laksana Pelayanan Rekam Medis
BAB III Tanggung Jawab Manajemen
A. Komitmen manajemen
B. Fokus pada sasaran/pasien
C. Kebijakan mutu
D. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian Sasaran
Kinerja/Mutu
E. Tanggung jawab dan Wewenang
F. Ketua Tim Mutu
G. Komunikasi internal
H. Tindakan Preventif
I. Tindakan Korektif
Kata pengantar
BAB I. Pendahuluan
A. Keadaan Umum Puskesmas;
B. Tujuan penyusunan rencana lima Tribulan;
17
c. Data penduduk sasaran
d. Data cakupan
e. Data sumber daya
3. Tim melakukan analisis data
4. Alternatif pemecahan masalah
B. Penyusunan rencana
1. Penetapan tujuan dan sasaran
2. Penyusunan rencana
a. Penetapan strategipelaksanaan
b. Penetapan kegiatan
c. Pengorganisasian
d. Perhitungan sumber daya yang diperlukan
C. Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Plan of Action)
1. Penjadwalan
2. Pengalokasian sumber daya
3. Pelaksanaankegiatan
4. Penggerak pelaksanaan
D. Penyusunan Pelengkap Dokumen
BAB III. Indikator dan standar kinerja untuk tiap upaya dan jenis pelayanan Puskesmas
Puskesmas menetapkan indikator kinerja capaian tiap upaya/ program dan jenis
pelayanan
BAB IV. Analisis Kinerja
A. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan upaya Puskesmas
B. Analisis Kinerja: menganalisis faktor pendukung dan penghambat pencapaian
kinerja
BAB V. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun
A. Program Kerja dan kegiatan: berisi program-program kerja yang akan
dilakukan yang meliputi antara lain:
1) Program Kerja Pengembangan SDM, yang dijabarkan dalam kegiatan-
kegiatan, misalnya: pelatihan, pengusulan penambahan SDM, seminar,
workshop, dsb.
2) Program Kerja Pengembangan sarana, yang dijabarkan dalam kegiatan-
kegiatan, misalnya: pemeliharaan sarana, pengadaan alat-alat kesehatan,
dsb.
3) Program Kerja Pengembangan Manajemen
4) Program Kerja Pengembangan UKM dan UKP dan seterusnya.
B. Rencana anggaran: yang merupakan rencana biaya untuk tiap- tiap program
kerja dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan secara garis besar.
18
BAB VI. Pemantauan dan Penilaian
BAB VII. Penutup
Lampiran: matriks rencana kinerja lima Tribulan Puskesmas/ Klinik.
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. ………………………………
C. Visi, Misi, Motto, Janji layanan, dan Tata nilai
BAB II Analisis Situasi
A. Data Umum
1. Data wilayah
2. Data kependudukan
B. Data khusus (sasaran milik program masing-masing)
BAB III Identifikasi Masalah
A. Hasil Cakupan Program
B. Hasil Survei Mawas Diri Tahun 2017
C. Hasil Identifikasi Kebutuhan dan Harapan Masyarakat
D. Hasil MMK (jika program merupakan prioritas pilihan masyarakat)
BAB IV Identifikasi Penyebab Masalah dan Alternatif Pemecahan Masalah
A.Penentuan prioritas masalah (Tabel USG)
B. Identifikasi penyebab masalah (Diagram Tulang Ikan/fishbone)
C. Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih
BAB V Rencana Usulan Kegiatan (giant chart)
BAB VI Penutup
Kesimpulan
Saran
E. Pedoman / Panduan
Kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-langkah yang harus
dilakukan. Pedoman / panduan merupakan dasar untuk menentukan dan melaksanakan
19
kegiatan. Pedoman / panduan dapat diterapkan dengan baik dan baik dan benar melalui
penerapan SOP.
1. Pedoman pelayanan unit kerja
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
BAB V LOGISTIK
I. Pendahuluan;
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum yang masih terkait
dengan upaya/kegiatan.
20
II. Latar Belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alas an mengapa program tersebut
disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehinga alas an diperlukan program
tersebut dapat lebih kuat.
III. Tujuan
Tujuan ini adalah merupakan tujuan Program/kegiatan.Tujuan umum adalah tujuan
secara garis besarnya, sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara rinci.
IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan;
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan sehingga tercapainya tujuan program/kegiatan. Oleh karena itu antara tujuan
dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan (dibuat tabel)
V. Cara Melaksanakan Kegiatan;
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan kegiatan pokok dan
rincian kegiatan. Metode tersebut bias antara lain dengan membentuk tim, melakukan
rapat, melakukan audit dll. (dibuat tabel)
VI. Sasaran (Sasaran Kegiatan dan Sasaran Target);
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur untuk mencapai
tujuan-tujuan upaya/kegiatan. Sasaran program/kegiatan menunjukkan hasil antara
yang diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu.
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan;
Jadwal merupakan perencanaan waktu untuk tiap-tiap rincian kegiatan yang akan
dilaksanakan, yang digambarkan dalam bentuk bagan,
VIII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan
kegiatan terhadap jadwal yang direncanakan.
IX. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Pencatatan adalah catatan kegiatan dan yang ditulis dalam kerangka acuan adalah
bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau membuat dokumentasi kegiatan.
21
B = UKP / UKM / ADM / JJG
C= Bulan Terbit SOP (angka romawi)
D= Tahun terbit
g. No. Revisi
Diisi dengan angka, misalnya untuk dokumen baru dapat diberi nomor 00, sedangkan
dokumen revisi pertama diberi nomor 01, dan seterusnya.
h. Tanggal Terbit
i. Halaman
Diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman untuk SOP tersebut
(misal 1/5). Namun, di tiap halaman selanjutnya dibuat footer misalnya pada
halaman kedua: 2/5, halaman terakhir: 5/5.
2. Komponen dalam SOP yaitu :
a. Pengertian
Diisi definisi judul SOP, dan berisi penjelasan dan atau definisi tentang istilah yang
mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah pengertian/menimbulkan multi
persepsi.
b. Tujuan
Berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci “Sebagai acuan penerapan
langkah-langkah untuk”
c. Kebijakan
Berisi kebijakan Kepala FKTP yang menjadi dasar dibuatnya SOP tersebut, misalnya
untuk SOP imunisasi pada bayi, pada kebijakan dituliskan.
d. Referensi
Berisi dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan SOP, bisa berbentuk buku,
peraturan perundang- undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka.
e. Prosedur/Langkah-langkah
Bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikan langkah-langkah kegiatan
untuk menyelesaikan proses kerja tertentu.
f. Diagram Alir
Di dalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya dalam langkah-
langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram alir/ bagan alir untuk memudahkan
dalam pemahaman langkah-langkahnya. Bagi SOP yang termasuk kegiatan UKM,
maka tidak perlu menggunakan diagram alir (diagram alir diberi tanda “-“).
1) Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis besar dari proses
yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu simbol, yaitu simbol balok:
2) Diagram alir mikro, menunjukkan rincian kegiatan- kegiatan dari tiap tahapan
diagram makro, bentuk simbol sebagai berikut:
a) Awal kegiatan
b) Akhir kegiatan
c) Simbol keputusan
22
d) Penghubung
e) Dokumen
f) Arsip
H. Rekaman
1. Surat Pertanggung Jawaban yang ditujukan/dilaporkan kepada penyandang dana
(Program Kegiatan);
2. Dokumen pembuatan SPJ disesuaikan dengan aturan dari Dinas Kesehatan Kota
Malang;
3. Penyimpanan SPJ harus rapi agar mudah dicari kembali apabila dibutuhkan;
4. SPJ disimpan di masing-masing unit pelayanan/program dimana dokumen tersebut
dipergunakan;
5. Penyimpanan SPJ di kardus Arsip untuk dokumen 1 tahun dari tahun berjalan dan
disimpan di unit pelayanan program dimana dokumen tersebut dipergunakan;
6. Penyimpanan SPJ dari kardus arsip ke gudang arsip yaitu dokumen 2 tahun dari tahun
berjalan.
I. Laporan
1. Laporan dari pemegang program/unit pelayanan di setorkan ke unit administrasi
(SP2TP) dalam softcopy atau hardcopy;
2. Softcopy yang sudah dicetak rangkap 2 (dua), satu untuk dikirim ke Dinas Kesehatan
Kota Malang dan satu untuk Arsip di Puskesmas;
3. Laporan yang sudah dicetak ditandatangani pemegang program, dan Kepala Puskesmas;
4. Penyimpanan Laporan di kardus Arsip untuk dokumen 1 tahun dari tahun berjalan dan
disimpan di unit pelayanan program dimana dokumen tersebut dipergunakan;
5. Penyimpanan Laporan dari kardus arsip ke gudang arsip yaitu dokumen 2 tahun dari
tahun berjalan.
23
J. Nota Dinas
Surat yang dibuat oleh atasan kepada bawahan atau oleh bawahan ke atasan atau
setingkat yang berisikan catatan singkat suatu pokok persoalan. Nota Dinas terdiri atas
bagian bagian :
a. Kepala Nota Dinas
b. Pembukan
c. Isi Nota Dinas
d. Penutup Nota Dinas
24
Petugas mencarikan dokumen rekam medis di filling
Petugas memanggil sesuai dengan nomor antrian
Petugas memberikan senyum, sapa dan salam
2. Petugas mengutanakan pasien dengan kartu antrian berwarna merah mudah
3. Petugas memberikan kartu berobat pasien dan memberi pesan kepada pasien agar
selalu membawa kartu berobat setiap kali berkunjung
4. Petugas menanyakan keluhan pasien
5. Petugas mengarahkan pasien luar daerah kota malang ke kasir untuk membayar biaya
pendaftaran dan pengobatan sebesar Rp. 13.000 ,-. Sesuai perda. Untuk pasien kota
malang gratis.
6. Petugas mengentri monitoring dokumen rekam medis harian.
7. Petugas memasukan data pasien JKN ke P-Care
8. Petugas mengentri data kunjungan pasien
9. Petugas mengarahkan pasien menuju ke ruang layanan.
10. Petugas mengantarkan rekam medis ke ruang layanan yang dituju
25
rawat jalan, bila pasien berkunjung lagi di rawat jalan petugas akan memberikan nomor
rekam medis yang akan di gunakan untuk kunjungan selanjutnya.
1. Sistem Penamaan
Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada seorang
pasien serta untuk membedakan antara pasien yang satu dangan pasien yang lainnya,
sehingga mempermudah/memperlancar didalam memberikan pelayanan rekam medis
kepada pasien yang datang berobat ke puskesmas. Di Puskesmas Kendalkerep
menggunakan sistem penamaan langsung yaitu yang ditulis dalam data base adalah nama
pasien sendiri berdasarkan kartu tanda pengenal dan dapat ditambahkan sesuai dengan
wawancara terakhir.
Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas pencatat adalah : nama pasien
harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata. Dengan demikian, nama pasien yang
akan tercantum dalam rekam medis akan menjadi satu
- Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang disempurnakan.
- Sebagai pelengkap, bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap ditambah Ny. Atau
Nn sesuai dengan statusnya dan didalam tanda kurung
- Pencatuman titel selalu diletakkan sesudah nama lengkap pasien.
- Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, tidak dicantumkan dalam penulisan nama pasien.
2. Sistem Penomoran
Rekam medis pada pasien disimpan menurut nomor, yaitu menggunakan “ Unit
Numbering System “ sistem ini memberikan satu unit rekam medis kepada pasien berobat.
Pada saat seorang penderita berkunjung pertama kali ke Puskesmas, kepadanya diberikan
satu nomor (admitting number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan
seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan di dalam satu
berkas di bawah satu nomor.
26
pasien yang sudah pernah berkunjung ke puskesmas sebelumnya tidak akan diberikan
nomor baru, karena rekam medisnya yang sekarang akan diberi nomor yang sama dengan
nomor yang telah dimiliki pada kunjungan yang lalu. Kadang-kadang terjadi kekeliruan
dimana seorang penderita diberikan lagi nomor yang baru, padahal ia telah mempunyai
nomor, kekeliruan ini dapat diperbaiki dengan membatalkan nomor baru dan tetap
menyimpan rekam medisnya pada nomor lama.
1. Puskesmas Kendalkerep
Penomoran rekam medis di Puskesmas Kendalkerep menggunakan sistem 6 digit angka
yang terdiri dari angka depan tengah dan belakang. Angka depan terdiri dari 2 digit angka
depan yang menunjukkan kode wilayah kerja puskesmas kendalkerep dan 4 digit angka di
belakang sebagai nomer urut pasien saat mendaftar pertama kali di Puskesmas Kendalkerep
Contoh: 01-99-99
Artinya :Pasien mendaftar di Puskesmas Kendalkerep dengan wilayah kerja kelurahan
Bunulrejo dan nomor urut 9999
2. Puskesmas Kendalkerep
Penomoran rekam medis di Pustu Polehan menggunakan sistem 6 digit angka yang
terdiri dari angka depan tengah dan belakang. Angka depan terdiri dari 2 digit angka
depan yang menunjukkan kode wilayah kerja Pustu Polehan dan 4 digit angka di
belakang sebagai nomer urut pasien saat mendaftar pertama kali di Pustu Polehan.
Contoh: 01-99-99
Artinya : Pasien mendaftar di Pustu Polehan dengan wilayah kerja kelurahan Polehan dan
nomor urut 9999
Untuk kode wilayah kerjanya sebagai berikut:
01: Polehan
02: Luar wilayah kerja pustu polehan
2) Stiker Warna
27
Petugas Rekam medis akan menempelkan label warna pada berkas rekam medis pasien di
sudut kanan bawah persis sejajar dengn barisan nomor rekam medis sesuai dengan warna
yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
Warna kuning untuk pasien dengan diagnosis TBC
Warna orange untuk pasien PROLANIS
Warna Merah untuk pasien dengan diagnosis HIV POSITIF
Warna Ungu untuk pasien lansia
3) Tulisan Alergi
Diisi dengan alergi yang diderita oleh pasien.
4) Tulisan Rahasia
Tulisan Rahasia pada map rekam medis.
unggu : 2017
Hijau Tua : 2018
Biru : 2019
Orange : 2020
Hijau mudah : 2021
Biru muda : 2022
Merah mudah : 2023
Coklat : 2024
Merah : 2025
Cream : 2026
Tanggal
Nomor urut
28
Nomor rekam medis
Ruang layanan tujuan
Kembali (lengakap, tidak lengkap)
Tidak kembali (hilang, pinjam)
keterangan
Petugas dari bagian lain yang meminjam rekam medis harus datang sendiri untuk
mengambil rekam medis yang dipinjam ke bagian filing rekam medis. Wajib mengisi
buku ekspedisi peminjaman rekam medis yang sudah di siapkan oleh petugas.
nama peminjam
untuk keperluan apa
waktu peminjaman
nomor rekam medis
nama pasien, dan
tanda tangan peminjam
tanda tangan petugas rekam medis
keterangan
Pada saat rekam medisnya kembali, buku ekspedisi diberi tanda silang yang
artinya rekam medis sudah kembali.
Sistem penjajaran berkas rekam medis menurut nomor yang dipakai adalah
sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan berdasarkan urutan nomor rekam
medisnya secara langsung pada rak penyimpanan. Misalnya 02-01-03, 02-01-04, 02-
01-05 dst.
Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka akhir, seperti:
- Mudah dalam mengambil berkas rekam medis dengan nomor rekam medis yang
berurutan tanpa jeda beberapa nomor
- Mudah melatih petugas-petugas yang harus melaksanakan pekerjaan penyimpanan
tersebut.
Namun sangat memungkinkan petugas akan berdesak-desakan dalam satu rak yang
belum lama disimpan dalam rak penyimpanan.
29
3. Fasilitas Fisik Ruang Penyimpanan
Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pemeliharaan ruangan,
perhatian terhadap faktor keselamatan, bagi suatu kamar penyimpanan rekam medis
sangat membantu memelihara dan mendorong kegairahan kerja dan produktivitas
pegawai-pegawai yang bekerja, alat penyimpan rekam medis yang dipakai adalah Rak
kayu.
Dari segi praktisnya dapat dikatakan, patokan utama untuk menentukan rekam
medis aktif atau tidak aktif adalah besarnya ruangan yang tersedia untuk menyimpan
rekam medis yang baru. Rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 2 tahun
terakhir rekam medis tersebut sudah tidak dipergunakan lagi. Apabila ternyata
sudah tidak tersedia lagi tempat penyimpanan rekam medis aktif, harus dilaksanakan
kegiatan menyisihkan rekam medis yang tidak aktif secara sistematik seirama dengan
pertambahan jumlah rekam medis baru. Rekam medis-rekam medis yang tidak aktif,
dapat disimpan di ruangan lain.
Rak-rak penyimpanan rekam medis tidak aktif dapat diletakkan di ruangan yang
sama tapi terpisah dengan rak aktif. Pada saat diambilnya rekam medis tidak aktif,
ditempat semula harus diletakkan tanda keluar, hal ini mencegah pencarian yang berlarut-
larut pada suatu waktu rekam medis tidak aktif tersebut diperlukan.
A. Penyusutan
Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari rak
penyimpanan dengan cara memindahkan arsip rekam medis in aktif dari rak aktif ke
30
rak in aktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai dengan tahun
kunjungan.
Tujuan :
2. Pemusnahan Arsip
Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang
telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus dilakukan secara total
dengan cara membakar habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal
isi maupun bentuknya.
1. Rekam medis yang telah memenuhi syarat untuk dimusnahkan dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas membuat Surat Keputusan tentang Pemusnahan Rekam Medis
6. Perekam Kegiatan Pelayanan Medis
1. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis
Puskesmas Kendalkerep sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis.
1. Dokter umum, dan dokter gigi yang melayani pasien di puskesmas Kendalkerep.
2. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam
pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik,
Gizi, Rekam Medis dan lain sebagainya.
31
Dalam hal dokter ke luar atau libur maka yang melakukan tindakan/konsultasi
kepada pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh kepala
puskesmas Kendalkerep.
2. Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu:
Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu catatan yang bersifat
kolektif dan catatan yang bersifat individual.
32
Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang datang ke unit pelayanan.
Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut “Buku Register”. Buku Register ini
merupakan sumber utama data kegiatan puskesmas. Pemakaian buku register ini perlu
dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap memperhatikan efisiensi di bidang
pengelolaan data medis.
Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi yang seiring disebut
sensus harian. Sensus ini sangat berguna di dalam pengolahan data medis selanjutnya
yang digunakan sebagai bahan laporan puskesmas.
Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan/tindakan kepada pasien, yaitu Dokter Perawat/Bidan, Tenaga Kesehatan
lainnya yang memberikan pelayanan medis kepada pasien, serta petugas pencatatan
medik sendiri.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir untuk pasien rawat jalan rawat inap
dan unit gawat darurat. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
269/Menkes/Per/III/2008, tentang rekam medis/medical record maka isi berkas rekam
medis untuk :
33
- persetujuan tindakan bila diperlukan.
b. Rawat inap
- Identitas pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Rencana penatalaksanaan
- Pengobatan dan tindakan
- Persetujuan tindakan bila diperlukan
- Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
- Ringkasan pulang (dischage summary)
- Nama dan tanda tangan dokter
- Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
- Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
c. Gawat darurat
- Identitas pasien
- Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
- Identitas pengantar pasien
- Tanggal dan waktu
- Hasil anamnesis
- Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
- Diagnosis
- Pengobatan dan tindakan
- Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat
darurat dan rencana tindak lanjut
- Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
- Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan
ke sarana playanan kesehatan lain
- Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Berkas yang digunakan dapat dalam bentuk formulir yaitu formulir Pemeriksaan
Pasien dimana informasi mengenai identitas pasien, diagnosis dan tindakan yang
dilakukan terhadap pasien seperti anamnese, terapi dicatat didalam formulir.
34
a. Identitas pasien ( nomor rekam medis, nama, jenis kelamin,
tanggal lahir/ usia, alamat lengkap, kepesertaan/jenis layanan, pendidikan, status
perkawinan, agama, nomor telepon, pekerjaan, dan nama ayah/ ibu/ kepala keluarga),
pabila pasien tidak mampu mengingat tanggal lahir maka ditanyakan usia pasien.
b. Anamnesa (keluhan utama, riwayat penyakit bterdahulu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat penyakit alergi obat/ makanan).
c. Pemeriksan fisik ( kesadaran, tanda-tanda vital, antropometri,
kepala, kelenjar, dan KGB, dada/torax, perut, abdomen, ekstermitas, rectum dan
urogenital serta gigi).
d. Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan penunjang lain)
e. Faktor resiko (merokok, kurang aktifitas, napza, kurang makan
sayur dan buah, serta konsumsi alkohol).
f. Pemeriksaan jiwa ( keluhan somatik tanpa kelainan organik,
keluhan psikosomatik, keluhan mental emosional).
2. Kartu rawat jalan
Kartu rawat jalan meliputi :
a. Identitas pasien (nomor rekam medis, nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur,
alamat, agama, status perkawinan dan pekerjaan)
b. Tanggal / jam
c. SOAP ( subjetif, obyektif, assecement / diagnosa, ICD-10, ICD-9CM, penatalaksanaan)
d. Tanda tangan medis dan para medis
3. Resume medis pasien rawat jalan
Ringkasan dapat ditulis pada lembaran tersendiri yaitu lembar Ringkasan Perawatan
Pasien. Tujuan dibuatnya resume ini adalah :
35
Isi resume rawat jalan puskesmas kendalkerep yaitu:
a. Identitas pasien (nomor rekam medis, nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur,
alamat, agama, status perkawinan dan pekerjaan)
b. Isi resume ( nomor urut, tanggal/jam, ruangan, diagnosa, terapi, nama dan paraf petugas
medis/para medis).
4. Catatan edukasi terintegrasi
a. Identitas pasien (nomor rekam medis, nama, umur, jenis kelamin)
b. Isi catatan edukasi terintegrasi (tanggal/jam, topik edukasi, nama dan paraf pemberi
informasi, nama dan paraf penerima informasi dan verifikasi pemahaman pasien).
5. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
6. Kartu rawat jalan ibu hamil
7. Formulir balita
8. Persetujuan / penolakan tindakan bila diperlukan
9. Hasil penunjang medik lainnya
B. Formulir UGD
C. Formulir rawat inap dan Kamar bersalin
1. Lembaran keluar masuk
2. Pengkajian awal klinis rawat inap
a. Identitas pasien
b. Alasan kunjungan/keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit masa lampau
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat psikososial
g. Kebutuhan dasar
h. Pemeriksaan fisik
i. Pemeriksaan penunjang
3. Catatan kedokteran dan keperawatan
4. Asuhan keperawatan
5. Lembar observasi cairan
6. Lembaran penempelan hasil lab, ECG, DLL
7. Resume medis
8. Persetujuan / penolakan tindakan medis bila diperlukan
36
b. Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/ tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi
tanggal.
c. Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
lainnya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau oleh
dokter pembimbingnya.
d. Catatan yang dibuat oleh Residen harus diketahui oleh dokter
pembimbingnya.
e. Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.
f. Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
37
- Catatan kedokteran dan keperawatan
- Asuhan keperawatan
- Lembar observasi cairan
- Lembaran penempelan hasil lab, ECG, DLL
- Resume medis
- Persetujuan / penolakan tindakan medis bila diperlukan
2) Koding (coding)
Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis harus diberi
kode dan selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi
untuk menunjang fungsi perencanaan, managemen, dan riset bidang kesehatan.
Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk
menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala dan factor yang
mempengaruhi kesehatan.
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada
pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu:
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan
kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya
untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan,
komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat diagnosis tersebut.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam medis
harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat. Disamping kode penyakit,
berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai klasifikasi masing-masing.
38
Koding Obat-obatan
a. Intruduction ( pendahuluan )
b. Kelompok daftar tabulasi
c. Kode kondisi tertentu.
d. Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
e. Kategori karakteristik perintah
2. Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :
a. Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang Rekam Medis, tanpa tanda
keluar/kartu permintaan. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang diluar
rekam medis, tetapi juga bagi petugas-petugas rekam medis sendiri.
b. Seseorang yang menerima/meminjam rekam medis, berkewajiban untuk
mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya. Harus dibuat ketentuan
berapa lama jangka waktu satu rekam medis diperbolehkan tidak berada di rak
penyimpanan. Seharusnya setiap rekam medis kembali lagi ke raknya pada setiap
akhir hari kerja, sehingga dalam keadaan darurat staf puskesmas dapat mencari
informasi yang diperlukan.
c. Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari puskesmas, kecuali atas perintah
pengadilan. Dokter-dokter atau pegawai puskesmas yang berkepentingan dapat
meminjam rekam medis, untuk dibawa ke ruang kerjanya selama jam kerja, tetapi
39
semua rekam medis harus dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir jam kerja.
Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari, rekam medis
tersebut disimpan dalam tempat sementara di ruang rekam medis. Kemungkinan
rekam medis dipergunakan oleh beberapa orang perpindahan dari orang satu ke lain
orang ini, harus dilakukan dengan mengisi “Kartu Pindah Tangan” karena dengan
cara ini rekam medis tidak perlu bolak-balik dikirim ke bagian rekam medis. Kartu
pindah tangan ini dikirimkan ke bagian rekam medis, untuk diletakkan sebagai
penunjuk keuarnya rekam medis, Kartu pindah tangan tersebut berisi: tanggal, pindah
tangan dari siapa, kepada siapa, untuk keperluan apa dan digunakan oleh dokter siapa.
Petunjuk keluar yang dipakai berbentuk kartu yang dilengkapi dengan kantong
tempel tempat menyimpan surat pinjam. Petunjuk keluar ini dapat diberi warna, yang
maksudnya untuk mempercepat petugas melihat tempat-tempat penyimpanan kembali
map-map rekam medis yang bersangkutan. Petunjuk keluar ini haruslah dibuat dari
bahan (kertas) yang keras dan kuat.
a. Pada saat rekam medis dikembalikan ke sub bagian rekam medis, harus disortir
menurut nomor, sebelum disimpan. Hal ini membantu menemukan rekam medis yang
diperlukan tetapi tidak ada dalam tempat penyimpanan dan memudahkan pekerjaan
penyimpanan.
b. Hanya petugas-petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis,
pengecualian diberikan kepada pegawai puskesmas yang bertugas pada sore hari dan
malam hari. Dokter-dokter, staf puskesmas, pegawai-pegawai dari bagian lain tidak
diperkenankan mengambil rekam medis dari tempat penyimpanannya. Pada waktu
sore hari petugas-petugas kamar darurat atau pengawas perawatan, harus menyimpan
rekam medis yang telah dikembalikan pada tempat yang telah ditentukan.
c. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus segera diperbaiki,
untuk mencegah makin rusak/hilangnya lembaran-lembaran yang diperlukan.
40
d. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik, untuk
menemukan salah simpan dan melihat monitoring pinjaman yang rekam medisnya
masih belum dikembalikan.
e. Rekam medis dari pegawai-pegawai sub bagian rekam medis itu sendiri atau rekam
medis yang berkenaan dengan proses hukum, jangan disimpan ditempat penyimpanan
biasa, harus disimpan ditempat khusus, sedang ditempat penyimpanan biasa diberi
petunjuk.
f. Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan teraturnya rak-rak penyimpanan
yang menjadi tanggung jawabnya.
g. Rekam medis yang sedang diproses/dipakai oleh petugas sub bagian rekam medis
harus diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud bahwa rekam medis tersebut
setiap saat dapat dipergunakan.
h. Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.
Data tersebut berguna untuk rencana pengelolaan dan pengawasann penyimpanan
rekam medis.
Petugas Instalasi Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-satu rekam medis
secara rutin pada saat-saat diminta mendadak. Untuk ini bagian-bagian lain yang
memerlukan (untuk darurat ) harus mengirim petugasnya untuk mengambil sendiri ke
Instalasi Rekam Medis
41
BAB III
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
A. Komitmen Manajemen
Pimpinan puncak Puskesmas Kendalkerep adalah Kepala Puskesmas. Kepala
Puskesmas Kendalkerep mengidentifikasi bentuk pelayanan kesehatan yang mampu
memenuhi harapan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Kepala Puskesmas
Kendalkerep membuktikan komitmennya untuk pengembangan dan penerapan Sistem
Manajemen Mutu serta perbaikan berkelanjutan dengan cara:
1. Menetapkan Kebijakan Mutu dan rencana strategis yang relevan dengan harapan
pelanggan serta peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
2. Mengkomunikasikan Kebijakan Mutu serta rencana strategis dalam forum
komunikasi internal Puskesmas.
3. Menetapkan Sasaran Mutu sebagai instrumen untuk memastikan realisasi/
implementasi Kebijakan Mutu dalam proses internal.
4. Melakukan tinjauan manajemen atas seluruh aspek manajemen dan operasional
Puskesmas Kendalkerep.
5. Menyediakan sumber daya yang diperlukan agar seluruh proses dapat terlaksana
dengan efektif.
42
C. Kebijakan Mutu
Kepala Puskesmas menetapkan dan mengesahkan Kebijakan Mutu dan memastikan
Kebijakan Mutu Puskesmas Kendalkerep:
1. Telah sesuai/sejalan dengan tujuan organisasi Puskesmas Kendalkerep
(visi dan misi)
2. Mencakup komitmen untuk senantiasa memenuhi persyaratan
(persyaratan pelanggan serta persyaratan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku) dan terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu.
3. Dipahami dan dikomunikasikan.
Pemahaman dan komunikasi Kebijakan Mutu Puskesmas Kendalkerep dilakukan
melalui penempatan dokumen Kebijakan Mutu di lokasi-lokasi strategis di area
Puskesmas sehingga diketahui dan dipahami oleh seluruh personil Puskesmas
Kendalkerep.
4. Ditinjau secara periodik agar senantiasa sesuai.
5. Menjadi kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran mutu.
D. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu dan Pencapaian Sasaran (Indikator) Kinerja/ Mutu
Kepala Puskesmas Kendalkerep memastikan penetapan Sasaran Mutu Puskesmas
yang terukur dan konsisten dengan Kebijakan Mutu. Sasaran Mutu ditetapkan untuk
periode waktu tertentu yakni 1 tahun, sebagai tolok ukur kinerja Puskesmas dalam bentuk
dokumen Sasaran Mutu. Penetapan sasaran mutu disusun dengan memperhatikan
kebutuhan dan harapan pelanggan, hak dan kewajiban pelanggan, serta upaya untuk
mencapai sasaran kinerja yang ditetapkan.
43
1. Sasaran (Indikator ) Mutu Administrasi dan Manajemen
44
MENULAR
A Diare
Penemuan penderita Diare yang kasus 10% x Tribulan
diobati di Puskesmas dan Kader target
B ISPA
Cakupan penemuan penderita kasus 800% Tribulan
Pnemonia balita yang ditangani
C KUSTA
Penemuan Penderita Kusta Baru orang >10% dari Tribulan
(Case Detection Rate) Tahun 2014
D TB PARU
G Pelayanan Imunisasi*)
45
5 Kesehatan Olah Raga
46
5 Ruang Pelayanan - Kelengkapan Penulisan Tribulan
Farmasi Resep 100%
- Pelayanan Informasi
Obat Bagi Pasien Non
Emergency dan rawat
50%
inap
- Asuhan Kefarmasian
Kepada Seluruh Pasien
Rawat Inap 100%
- Pelaksanaan SOP
pengambilan limbah 100%
medis padat
- Pelaksanaan SOP
pengambilan limbah 100%
- Ketepatan pemilahan /
penanganan sampah
100%
medis dan non medis
47
baru rawat jalan
puskesmas
- Konseling gizi 1x pada
ibu hamil yang
100%
berkunjung ke
puskesmas
- Asuhan gizi dilakukan
pada semua pasien 100%
rawat inap
10 Ruang Imunisasi - Penataan Vaksinasi
100%
Berdasarkan FIFO – Tribulan
FEFO
- Monitoring Suhu
100%
Penyimpanan Vaksin
13 Kamar Bersalin
48
pengukuran Tinggi Badan
dan BB
- Mengisi Kajian awal 100%
pasien baru
G. Komunikasi Internal
Untuk mengurangi kesenjangan komunikasi antar unit, maka dibuat ketentuan
komunikasi berdasarkan proses kegiatan yang dilakukan dan mempromosikan mutu
melalui berbagai media yang ada. Kepala Puskesmas bekerjasama dengan seluruh staf
49
memastikan berjalannya komunikasi dan promosi pada setiap fungsi dan tingkatan
yang terkait dengan proses Sistem Manajemen Mutu serta efektivitasnya
H. Tindakan Preventif
I. Tindakan Korektif
Tindakan korektif adalah segala tindakan untuk menghilangklan penyebab ketidak
sesuain yang terjadi untuk mencegah terulangnya ketidak sesuaian.
50
9. Kepala unit menganalisa tindakan korektif yang telah dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk
10. Kepala unit melaporkan hasil tindakan korektif kepada ketua tim mutu
11. Petugas mendokumentasikan hasil kegiatan korektif
12. Tim mengevaluasi penerapan sop tindakan preventif yang telah dilaksanakan
51
BAB IV
TINJAUAN MANAJEMEN
A. Umum
Tinjauan Manajemen adalah rapat untuk membahas hasil analisis kebutuhan,
harapan dan kepuasan, hasil audit kinerja, hasil pertemuan tinjauan yang lalu dan
rekomendasi, serta tindak lanjut pertemuan.
Tujuan diadakannya Rapat Tinjauan Manajemen adalah untuk pengendalian proses
dan perbaikan dalam upaya menjamin pencapaian sasaran persyaratan-persyaratan mutu
yang direncanakan dengan cara mengolah data hasil pemantauan dan pengukuran. Ketua
Tim Mutu memimpin Rapat Tinjauan Manajemen yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas
Kendalkerep, Semua unsur Tim Mutu, Kepala Sub Bagian TU dan beberapa fungsi yang
mewakili proses internal di Puskesmas.
Rapat Tinjauan Manajemen dilaksanakan minimal setiap 6 bulan sekali dengan
agenda kegiatan sebagai berikut :
a. Pembukaan
b. Sambutan Kepala Puskesmas.
c. Pemaparan Hasil Audit Internal
d. Umpan balik / Survei Kepuasan Pelanggan
e. Capaian Kinerja Proses / hasil layanan
f. Hasil Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
g. Tindak Lanjut dari Hasil Tinjauan Sebelumnya
h. Rencana Perubahan atau Perbaikan Sistem Manajemen Mutu
i. Penutup
B. Masukan Tinjauan
Masukan tinjauan manajemen harus mencakup informasi mengenai:
1. Hasil audit
2. Umpan balik pelanggan
3. Kinerja proses dan kesesuaian produk
4. Status tindakan pencegahan dan perbaikan
5. Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya
6. Perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu
7. Rekomendasi untuk peningkatan.
52
1. Perbaikan pada keefektifan sistem manajemen mutu dan proses-prosesnya.
2. Perbaikan pada kegiatan pelayanan UKM maupun UKP.
3. Peningkatan mutu layanan
4. Penyediaan sumber daya yang diperlukan
Hal tersebut untuk perbaikan mutu dan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya
ketidaksesuaian terhadap sasaran mutu yang sudah disepakati bersama.
Hasil tinjauan manajemen dibagikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dalam peningkatan mutu dan kinerja di Puskesmas Kendalkerep. Pelaksanaan Rapat
Tinjauan Manajemen diatur dalam SOP Rapat Tinjauan Manajemen.
53
54
BAB V
MANAJEMEN SUMBER DAYA
55
b. Memastikan pelatihan dilaksanakan. Pelatihan dapat dilakukan dalam bentuk atau
kegiatan apapun yang bertujuan memberikan kompetensi kepada pegawai
c. Mengambil tindakan lainnya selain pelatihan yang sesuai dengan permasalahan
d. Mengevaluasi efektif / tidaknya tindakan yang telah diambil
e. Meningkatkan kesadaran pegawai mengenai pentingnya peranan setiap pegawai
dalam pekerjaan mereka untuk mencapai sasaran demi kepuasan pelanggan
f. Mengelola arsip pegawai yang memuat informasi mengenai pelatihan, ketrampilan
dan pengalaman kerja pegawai
3. Setiap tahun, dilakukan penilaian kinerja pegawai, dimana pegawai PNS dinilai
menggunakan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, sedangkan tenaga
kontrak dan tenaga bantu dinilai dengan Evaluasi Tenaga Bantu / Non PNS.
4. Jam kerja Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Bantu pada Puskesmas Kendalkerep di
atur sebagai berikut :
a. Jam kerja
Senin-kamis : 07.00 – 14.00 WIB
h. Apabila berdasarkan rekapan hadir dalam satu bulan, ternyata PNS, PTT, dan
tenaga bantu non PNS terlambat masuk kerja dengan komulatif sebanyak lebih dari
3 kali, tanpa alasan yang jelas, meninggalkan tugas pada jam kerja tanpa alas an
yang jelas, meninggalkan tugas pada jam kerja tanpa izin atasan, maka ia akan
diberi tindakan atau di jalani hukuman disiplin sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 sebagai berikut :
a) Teguran Lisan I, II dan III
56
b) Teguran tertulis I, II dan III
i. Bukti teguran diserahkan ke Dinas Kesehatan sebagai Upaya Tindak Lanjut. Semua
berkas daftar hadir dan teguran diarsipkan
b. Tenaga Bantu :
1) Hari Senin sampai dengan Rabu
Baju Atasan Putih bawahan celana panjang hitam bagi pria dan rok hitam
paling sedikit 10 cm dibawah lutut bagi wanita.
a) Bagi yang berjilbab, jilbab warna hitam polos
b) Sepatu hitam
c) Atribut Papan Nama
2) Hari Kamis dan Sabtu
a) Pakaian batik adalah berupa kemeja lengan panjang / pendek sesiku
bermotif batik dengan bawahan celana panjang bagi pria dan rok paling
57
sedikit 10 cm dibawah lutut bagi wanita yang tidak berjilbab dengan
warna yang disesuaikan dan tidak berbentuk jeans.
b) Atribut Papan Nama
3) Hari Jum’at
Pakaian Olah Raga pada pagi hari , kemudian berganti pakaian batik sesuai
dengan ketentuan hari kamis dan sabtu
2) Cuti Besar :
Pegawai Negeri Sipil yang bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti besar, lamanya 3 (tiga) bulan, Pegawai
Negeri Sipil yang cuti besar tidak berhak lagi atas cuti Tribulannya dalam
tahun yang bersangkutan.
3) Cuti Sakit :
Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas
ijin sakit, dengan ketentuan bahwa ia harus memberitahukan kepada
atasannya, Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai
dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa
PNS yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat
keterangan dokter, lamanya 1 ½ (satu setengah) bulan.
4) Cuti Bersalin :
Untuk persalinan anaknya yang pertama, kedua, ketiga, PNS wanita berhak
atas cuti bersalin, untuk persalinan anaknya yang ke empat dan seterusnya,
kepada PNS wanita diberi cuti diluar tanggungan Negara, lamanya cuti
bersalin adalah 3 (tiga) bulan.
5) Cuti karena Alasan penting :
Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah karena Ibu,
Bapak, Istri/Suami, Anak, Kakak, Mertua/Menantu sakit atau meninggal
dunia, melangsungkan perkawinan yang pertama .Lamanya cuti karena
alasan penting ditentukan oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti
untuk paling lama 2 (dua) bulan
6) Cuti diluar Tanggungan Negara
58
Kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara
terus menerus karena alasan-alasan penting dan mendesak dapat diberikan
cuti diluar tanggungan negara, cuti diluar tanggungan negara dapat
diberikan untuk paling lama 3 (tiga) tahun, selama menjalankan cuti diluar
tanggungan negara, PNS yang bersangkutan tidak berhak menerima
penghasilan dari negara, selama menjalankan cuti diluar tanggungan negara
tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.
C. Infrastruktur
a. Infrastruktur / sarana prasarana untuk meningkatkan mutu dan kinerja dipastikan
terpenuhi
b. Melakukan pemeliharaan secara teratur terhadap alat-alat medis maupun fasilitas
pendukungnya agar senantiasa dalam kondisi baik dan siap dioperasionalkan
c. Sarana prasarana baru yang diperlukan secepatnya diidentifikasi dan ditindak lanjuti
sesuai prosedur yang berlaku
d. Penanggung jawab unit / upaya bertanggung jawab untuk memastikan kecukupan
dan kelengkapan sarana kerja dan kelayakan kondisi sarana kerja pada bagian yang
dipimpinnya
D. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan tempat kerja dikendalikan
b. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan agar lingkungan kerja senantiasa dalam
keadaan rapi, bersih, aman dan nyaman
c. Pimpinan dan seluruh pegawai bertanggung jawab dan berkewajiban mengupayakan
dan menjamin agar lingkungan kerjanya terkendali
59
d. Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mendukung komitmen mutu dan
kepuasan pelanggan dan untuk mencapai kesesuaian terhadap persyaratan proses
pelayanan yang telah ditetapkan
60
BAB VI
PENYELENGGARAAN PELAYANAN
61
Validasi diarahkan untuk mengkonfirmasi dan membuktikan bahwa proses
yang akan dijalannkan memiliki kemampuan untuk mencapai hasil yang
disyaratkan. Validasi dilakukan oleh masing-masing pemegang program
c. Identifikasi dan mampu telusur
Identifikasi penyelenggaraan upaya dilakukan melalui survey kebutuhan,
survey mawas diri, musyawarah masyarakat dan asupan dari masyarakat
melalui rapat lintas sector
d. Hak dan kewajiban sasaran
1) Hak Sasaran :
a) Memperoleh kejelasan informasi tentang kegiatan atau program yang
akan dilaksanakan Puskesmas Kendalkerep di wilayah kerjanya;
b) Memperoleh informasi mengenai aturan, tata cara dan peraturan yang
berlaku tentang kegiatan atau program;
c) Memperoleh penyuluhan, pembinaan dan sosialisasi terkait dengan
kegiatan atau program UKM;
d) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas kegiatan program UKM
2) Kewajiban Sasaran :
a) Berkontribusi dalam menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Kendalkerep.
b) Memberikan atau membantu menyampaikan informasi terkait dengan
masyarakat sekitar;
c) Mendukung program kegiatan UKM di wilayah Puskesmas
Kendalkerep. Mematuhi segala aturan dan kesepakatan yang telah
disepakati bersama
e. Manajemen risiko dan keselamatan
1) Identifikasi Resiko
a) Identifikasi Resiko dilakukan untuk melihat kejadian yang mungkin
terjadi dan dapat menimbulkan kerugian dimasa yang akan datang
b) Hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan identifikasi resiko adalah
ketersediaan data yang akurat, keterbukaan, kejujuran dan proporsional
c) Tehnik yang dapat dilakukan dalam melakukan identifikasi resiko antara
lain melalui brainstorming, survey, wawancara, informasi historis
ataupun kelompok kerja
2) Risk Asses atau Analisa Risiko
a) Risk Asses atau analisa dilakukan berdasarkan hasil identifikasi risiko
( RCA )
b) Menggunakan Matriks Grading Risiko ( menggunakan USG ) :
Menyusun kriteria frekuensi, severity dan dampak
62
Menganalisis frekuensi dan severity terhadap dampak risiko dalam
sebuah matrik
Menyusun matriks grading risiko berdasarkan analisis frekuensi dan
severity
3) Rencana Pelaksanaan
Rencana tindak lanjut bertujuan untuk meminimalisirkan resiko dan
keselamatan bagi petugas, masyarakat dan lingkungan
4) Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindak lanjut dan dilaksanakan
oleh seluruh pegawai yang dikoordinasi oleh tim manajemen resiko
Puskesmas Kendalkerep.
5) Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara rutin sebagai tolak ukur
keberhasilan kegiatan manajemen resiko
63
2. Audit Internal
a) Tujuan audit adalah untuk memastikan sistem mutu dalam
pelaksanaan program di implementasikan secara efektif dan hasilnya
sesuai dengan yang telah direncanakan
b) Tim audit dibentuk oleh kepala puskesmas dan dibekali pemahanan
yang cukup sebelum melaksanakan audit
c) Rencana audit direncanakan oleh tim audit dengan
mempertimbangkan tingkat kepentingan dan kekritisan bagian yang
akan diaudit
d) Pemantauan dan pengukuran audit internal dilakukan dengan
menggunakan instrument audit internal setiap 6 bulan sekali
e) Audit harus dilakukan secara sistematis, objektif, terencana dan
terdokumentasi
f) Dalam setiap pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan hasil
audit yang terdahulu untuk mengevaluasi efektifitasnya
g) Penanggung jawab program yang diperiksa bertanggung jawab untuk
menundak lanjuti temuan audit pada bagiannya
h) Tindak lanjut audit harus mencakup verifikasi terhadap tindakan-
tindakan yang telah diambil
i) Tim audit bertanggung jawab terhadap hasil audit dan melapor
kepada Tim Mutu dengan tembusan kepada Kepala Puskesmas
3. Pemantauan dan pengukuran proses
Pemantauan dan pengukuran proses layanan program UKM diketahui
melalui umpan balik sasaran / survei kepuasan pelanggan.
4. Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
Pemantauan dan pengukuran hasil layanan program UKM dilakukan
dengan membandingkan hasil layanan dengan target indikator yang telah
ditetapkan.
d. Analisis Data
Penanggung jawab UKM dan penanggung jawab program melakukan pra
lokakarya mini untuk melakukan analisis data. Setelah ditemukan
permasalahan / kendala / hambatan yang ada di program UKM kemudian
didiskusikan melalui mini lokakarya Tribulan, setiap tiga bulan melalui mini
lokakarya lintas sektor dan setiap akhir tahun melalui mini lokakarya
Tribulan.
64
e. Peningkatan Berkelanjutan
Penanggung jawab UKM dan penanggung jawab program akan melakukan
peningkatan secara berkala setelah diperoleh bagaimana cara pemecahan
masalah sesuai dengan matrik rencana tindak lanjut.
Penanggung jawab UKM akan melakukan monitoring dan evaluasi secara
berkelanjutan mengenai perkembangan dari pelaksanaan rencana tindak lanjut
tersebut.
f. Tindakan Korektif
Tindakan korektif adalah rangkaian kegiatan untuk menindak lanjuti hasil
pelayanan mutu dan kinerja yang tidak sesuai dengan standar / indikator yang
telah ditetapkan. Tujuan dari tindakan korektif adalah memperbaiki hasil
pelayanan mutu dan kinerja yang tidak sesuai dengan standar / indikator yang
telah ditetapkan.
Tindakan koreksi yang di lakukan oleh Puskesmas Kendalkerep pada Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) bertujuan untuk untuk mengurangi, mengidentifikasi penyebab dari
ketidaksesuaian mutu layanan upaya antara lain:
1) Penentuan sasaran dan pelaksanaan tindakan yang diperlukan agar ketidaksesuaian
mutu layanan upaya tidak akan terulang;
2) Mengevaluasi dan memastikan pencatatan hasil layanan upaya dilakukan secara
benar;
3) Peninjauan terhadap tindakan perbaikan layanan upaya yang telah dilakukan;
4) Peninjauan terhadap pelayanan/produk dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang tidak sesuai;
5) Peninjauan terhadap sasaran yang tidak dapat dipenuhi;
6) Peninjauan terhadap penyimpangan dari rencana dan sasaran mutu Puskesmas
Kendalkerep;
7) Hasil akhir yang tidak dapat di terima yang berasal dari proses kajian, verifikasi,
validasi dan modifikasi, desain dan pengembangan layanan upaya;
8) Proses kerja layanan upayayang buruk/tidak memenuhi persyaratan dari personil
dan sistem (SOP);
9) Komplain dari pelanggan Puskesmas Kendalkerep atau pihak-pihak yang dapat
diidentifikasi secara jelas;
10) Temuan hasil audit yang tidak memuaskan dari unit terkait;
11) Ketidaksesuaian yang teridentifikasi ke dalam proses monitoring dan pengukuran
dari pelayanan upaya;
12) Ketidaksesuaian yang ditemukan setiap personil dituangkan dalam formulir
permintaan tindakan koreksi dan diajukan kepada Tim Mutu untuk segera dilakukan
tindakan perbaikan. Mekanisme tindakan koreksi diuraikan dalam Kebijakan dan
Prosedur Tindakan Koreksi;
13) Keluhan dari pelanggan Puskesmas Kendalkerep (baik lisan maupun tertulis)
diterima oleh bagian layanan keluhan, keluhan tersebut didapat dari kotak saran,
media informasi atau secara langsung dan dituangkan dalam buku keluhan
65
masyarakat pada tim survei dan keluhan pelanggan selanjutnya dilaporkan ke Tim
Mutu untuk mencari penyebab keluhan dan melaksanakan tindak lanjut keluhan
pelanggan.
g. Tindakan Preventif
Tindakan preventif adalah suatu cara untuk mencegah hasil yang tidak sesuai
dengan target sasaran dan indikator. Tujuan tindakan preventif untuk
mengantisipasi terhadap hasil kegiatan yang tidak sesuai dengan indikator
perbaikan mutu dan kinerja yang telah ditetapkan.
Tim mutu dengan bagian terkait melakukan tindakan pencegahan dengan cara
menganalisa terhadap penyebab-penyebab atau resiko-resiko yang berpotensi
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian pada mutu layanan upaya dengan cara
melakukan:
1) Cross cek dokumen/syarat;
2) Self assesment/penelitian oleh Tim Audit Internal atas permintaan Tim Mutu;
3) Koreksi oleh Auditor;
4) Verifikasi akhir melalui mekanisme Rapat Tinjauan Manajemen (RTM).
66
b. Komunikasi dengan pelanggan diarahkan untuk memahami kebutuhan pelanggan
antara lain :
1) Mendapatkan konfirmasi /persyaratan pelayanan rawat jalan dan rawat inap
yang diinginkan pelanggan
2) Menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan
3) Mengklarifikasi ketidak jelasan mengenai persyaratan pelanggan
4) Membahas masukan / usul / saran / keluhan pelanggan
2. Pembelian / pengadaan barang terkait dengan pelayanan klinis :
a. Proses pembelian
Puskesmas Kendalkerep memiliki batasan wewenang dalam merealisasikan proses
pengadaan barang/jasa. Sebagian besar wewenang pengadaan barang dan jasa ada
pada Dinas Kesehatan Kota Malang, terutama untuk pengadaan alat kesehatan, dan
pemeliharaan/perbaikan alat kesehatan, obat, maupun penyediaan tenaga kesehatan.
Untuk proses pengadaan alat tulis kantor, barang cetakan serta bahan habis pakai
untuk kebutuhan Laboratorium, Pelayanan gigi, Pelayanan Obat, dan semua
Pelayanan dapat dilakukan oleh Puskesmas.
b. Verifikasi barang yang dibeli
Verifikasi barang yang dibeli dilakukan oleh PPHP (Pejabat Pemeriksa Hasil
Pekerjaan) ,yang bertugas dan bertanggung jawab memverifikasi semua barang yang
dibeli puskesmas, melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang / jasa
sesuai dengan surat perintah kerja / surat pesanan, menerima hasil pengadaan
barang / jasa setelah melalui pemeriksaan, membuat dan menandatangani berita acara
serah terima hasil pekerjaan.
c. Kontrak Dengan Pihak Ketiga
Puskesmas Kendalkerep melakukan kontrak dengan pihak ketiga.
3. Penyelenggaraan Pelayanan Klinis
a. Pengendalian Proses Pelayanan Klinis
Pengendalian proses pelayanan klinis dilakukan dengan membuat Standar
Operasional Prosedur (SOP) dari tiap tindakan. Evaluasi terhadap pelaksanaan SOP
dilakukan oleh Tim Mutu Klinis Puskesmas. SOP dapat ditinjau ulang bila ada hal-
hal yang tidak sesuai atau adanya peraturan yang baru baik dari pemerintah maupun
organisasi profesi kesehatan.
b. Validasi proses pelayanan
Di setiap unit dalam pelayanan klinis terdapat daftar tilik untuk mengevaluasi
kesesuaian layanan klinis dengan standar yang telah ditetapkan (SOP). Untuk
melakukan proses validasi dilakukan dengan proses audit internal dengan
menggunakan daftar tilik kepatuhan terhadap SOP.
c. Identifikasi dan ketelusuran
67
Puskesmas Kendalkerep mengidentifikasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan
yang diberikan. Identifikasi yang terkait dengan pasien dilakukan dengan
menggunakan
Nomor Rekam Medis, dimana tidak ada kesamaan nomor setiap pasien dan
digunakan mulai dari pasien terdaftar di Puskesmas. Untuk mempermudah
penelusuran, digunakan Buku Register.
Identifikasi status kesehatan dan/atau pengobatan pasien tercantum dalam dokumen
rekam medis secara lengkap, termasuk diagnosa dan terapi yang diberikan oleh
dokter/tenaga medis yang merawat. Semua Formulir (Resep, Form Laboratorium,
Rujukan dll) yang dipakai dalam pelayanan di Puskesmas Kendalkerep harus
mencantumkan nomer rekam medis pasien untuk memastikan identifikasi dan
ketelusuran .
68
a) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai standar
profesinya
b) Menolak permintaan pasien dan atau keluarganya untuk melakukan tindakan
yang bertentangan dengan standar profesi maupun hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
4) Kewajiban penyedia layanan / Petugas
a) Melakukan pelayanan sesuai dengan standart profesi dan prosedur tetap / SOP
pelayanan
b) Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan, baik itu waktu,
persyaratan, hasil dan biaya serta kompensasi pelayanan
c) Memberikan teguran bagi pengunjung yang tidak mentaati ketentuan
pelayanan dan memberikan saran agar tidak terulang lagi
d) Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan semaksimal
mungkin, sehingga tercapai kepuasan pengguna layanan
e) Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan ( rekam medis, hasil pemeriksaan
laboratorium, dsb)
Puskesmas Kendalkerep mengidentifikasi, memelihara dan melindungi dengan baik
milik pasien. Milik pasien meliputi:
1) Data pada dokumen Rekam Medis
2) Hasil pemeriksaan Laboratorium
f. Manajemen risiko dan keselamatan pasien
Adalah suatu sistem yang menjamin bahwa asuhan pasien lebih aman, sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan dalam melakukan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan, sistem tersebut meliputi :
1) Kajian / assesmen resiko
2) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Manajemen resiko dan keselamatan pasien diselenggarakan dengan tujuan untuk :
1) Memberikan pengarahan dan pelaksanaan tentang 7 langkah keselamatan pasien,
yang terdiri dari :
a) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
b) Memimpin dan mendukung staf;
c) Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko;
d) Mengembangkan sistem pelaporan
e) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
f) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dan
g) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
69
2) Mengembangkan program keselamatan pasien di puskesmas
3) Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan pasien
4) Menjalankan peran sebagai motivator, edukator, konsultasi, monitoring dan
evaluasi implementasi program keselamatan pasien
5) Melakukan pencatatan, pelaporan dan analisa masalah terkait Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC)
6) Secara berkala membuat laporan kegiatan kepada kepala puskesmas
Kegiatan manajemen resiko dan keseluruhan pasien di Puskesmas Kendalkerep
antara lain sebagai berikut :
1) Manajemen pengelolaan limbah medis dan non medis
2) Menentukan jalur evakuasi dan titik kumpul
3) Penggunaan APAR
4) Ketepatan identifikasi pasien
5) Peningkatan komunikasi yang efektif
6) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
7) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
8) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
9) Pengurangan risiko pasien jatuh
70
Identifikasi status kesehatan dan/atau pengobatan pasien tercantum dalam dokumen
rekam medis secara lengkap, termasuk diagnosa dan terapi yang diberikan oleh
dokter/tenaga medis yang merawat. Semua Formulir (Resep, Form Laboratorium,
Rujukan dll) yang dipakai dalam pelayanan di Puskesmas Kendalkerep harus
mencantumkan nomer rekam medis pasien untuk memastikan identifikasi dan
ketelusuran .
71
b) Memberikan informasi pelayanan kepada pengguna layanan, baik itu
waktu, persyaratan, hasil dan biaya serta kompensasi pelayanan
c) Memberikan teguran secara santun bagi pengunjung yang tidak mentaati
ketentuan pelayanan dan menyampaikan saran agar kejadian tidak terulang
lagi
d) Berusaha untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan semaksimal
mungkin, sehingga tercapai kepuasan pengguna layanan
e) Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap pelayanan
72
5) Melakukan pencatatan, pelaporan dan analisa masalah terkait Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial
Cedera (KPC)
6) Secara berkala membuat laporan kegiatan kepada kepala puskesmas
73
Tidak Diinginkan), identifikasi tersebut diterapkan dalam pelaksanaan
kegiatan sehari-hari.
6. Pengukuran, analisis dan penyempurnaan :
a. Umum
Semua Pelayanan / Ruang pelayanan melakukan pengukuran dan pemantauan
terhadap kegiatannya yang dilakukan secara terencana. Hasil pengukuran
dianalisis untuk dilakukan perbaikan dalam rangka peningkatan mutu dan
kineja.
b. Pemantauan dan pengukuran :
1) Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan diukur dengan menggunakan 2 metode survey, yaitu :
a) Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Penilaian IKM menggunakan kuesioner dari permenpan untuk
pelayanan publik, yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun
(periode Januari- Juni dan Juli –Desember). Hasil IKM kemudian
dianalisa oleh tim survey untuk kemudian diserahkan ke Kepala
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Malang.
b) Survei Kepuasan Pelanggan ( SKM )
Penilaian SKM menggunakan kuesioner sesuai Permenpan untuk
pelayanan publik bidang kesehatan, dan kartu kepuasan pelanggan
pada tiap ruang pelayanan. SKM ini menggantikan IKM yang
sebelumnya rutin dilakukan.
2) Audit Internal
a) Tujuan audit adalah untuk memastikan sistem mutu di implementasikan
secara efektif dan hasilnya sesuai dengan yang telah direncanakan
b) Rencana audit direncanakan oleh tim audit dengan mempertimbangkan
tingkat kepentingan dan kekritisan bagian yang akan diaudit
c) Pemantauan dan pengukuran audit internal dilakukan dengan
menggunakan instrument audit internal setiap 6 bulan sekali
d) Audit harus dilakukan secara sistematis, objektif, terencana dan
terdokumentasi
e) Dalam setiap pelaksanaan audit, auditor harus memperhatikan hasil
audit yang terdahulu untuk mengevaluasi efektifitasnya
f) Penanggung jawab Pelayanan / unit yang diperiksa bertanggung jawab
untuk menindak lanjuti temuan audit pada bagiannya
g) Tindak lanjut audit harus mencakup verifikasi terhadap tindakan-
tindakan yang telah diambil
h) Tim audit bertanggung jawab terhadap hasil audit dan melapor kepada
Tim Mutu dengan tembusan kepada kepala puskesmas
74
3) Pemantauan dan pengukuran proses, kinerja
Pemantauan dan pengukuran proses dan kinerja pelayanan klinis
dilakukan melalui audit internal dan umpan balik seperti survey kepuasan
pelanggan, kotak saran dan keluhan pelanggan.
6) Analisis Data
Penanggung jawab UKP dan penanggung jawab Pelayanan melakukan
analisis data, setelah ditemukan permasalahan / kendala / hambatan yang
ditemukan dari hasil audit internal dan umpan balik pelanggan kemudian
didiskusikan secara berkala bagaimana pemecahannya.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan melalui Mini lokakarya Tribulan,
setiap tiga Tribulan melalui Mini Lokakarya lintas sektor dan setiap akhir
tahun melalui Mini Lokakarya Tribulan.
7) Peningkatan Berkelanjutan
a) Seluruh pegawai dan pimpinan Puskesmas wajib melakukan perbaikan
secara terus menerus terhadap efektifitas sistem mutu sesuai dengan
tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
b) Semua perbaikan mengacu pada komitmen yang tertuang dalam
kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data survey kepuasan
pelanggan, tindakan perbaikan dan pencegahan serta Rapat Tinjauan
Manajemen.
75
8) Tindakan Korektif / Perbaikan
Tindakan perbaikan didasarkan pada adanya:
a. Hasil pelayanan yang tidak sesuai
b.Laporan Pencapaian Sasaran Mutu
c. Hasil pengukuran kepuasan pelanggan, termasuk keluhan pelanggan
d.Hasil evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan
Pelaksanaan tindakan perbaikan meliputi:
a. Identifikasi ketidaksesuaian di semua aktifitas proses di Puskesmas
Kendalkerep, analisa penyebab, dan penetapan tindakan perbaikan
untuk mencegah ketidaksesuaian terulang kembali.
b. Tindakan perbaikan harus ditetapkan dan dilaksanakan untuk
mengeliminasi/menghilangkan penyebab ketidaksesuaian.
Hasil dari pelaksanaan tindakan perbaikan berupa:
a. Tindak lanjut (action) sebagai kelanjutan pengecekan (check) dalam
upaya pencapaian sasaran
b. Hasil tindakan perbaikan
Penetapan tindakan perbaikan dijelaskan dalam SOP Tindakan Perbaikan
dan Pencegahan.
76
BAB VII
PENUTUP
Demikian Manual Mutu Puskesmas Kendalkerep dibuat dan telah disahkan oleh Kepala
Puskesmas untuk dijadikan acuan dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam rangka
menjalankan Sistem Manajemen Mutu. Bagi pegawai Puskesmas Kendalkerep, manual mutu
merupakan dasar untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan
kapasitas dan wewenang yang telah diberikan.
Mendapat Sertifikasi Akreditasi bukan merupakan hasil akhir dari proses implementasi
manajemen mutu, tetapi merupakan awal dari penerapan manajemen mutu untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas secara sistematis, terorganisir serta peningkatan kualitas secara terus
menerus.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Mutu melalui Manual Mutu ini sangat
tergantung pada kesadaran, semangat, dedikasi, kebersamaan dan kesungguh – sungguhan
karyawan dalam penerapan pedoman ini.
Harapan kami komitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik secara
profesional, ramah, sabar, ikhlas, jujur dan adil selalu konsisten sehingga perbaikan – perbaikan
ke arah lebih baik tetap berjalan sesuai tuntutan global.
dr. LISNA
NIP. 19680106 200212 2 004
77
Lampiran I
ALUR PELAYANAN
PASIEN
DATANG
LOKET UGD
PENDAFTARAN
KASIR
RUANG
FARMASI
PULANG
KETERANGAN
JKN
NON JKN
78