Cekcek PDF
Cekcek PDF
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar teori yang
berhubungan dengan tugas akhir yang akan dibuat.
2.1 Autoklaf
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilisasi suatu benda menggunakan uap dengan temperatur 1210C sampai
134 0C dan tekanan maksimum 2 bar(g) (3 bar(abs)) selama kurang lebih 45 menit
waktu
pemanasan dan 15 menit untuk proses sterilisasi. Penurunan tekanan pada
II-1
II-2
Gambar 2.1 Sistem Kerja Autoklaf[1]
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan
dan temperatur yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber pemanas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai tekanan normal.
Peringatan, autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai tekanan
normal/tekanan atmosfer sehingga memerlukan alat pengaman.
Sensor Temperatur
Pressure Gauge
Katup Uap
Katup Pengaman
Clamping
Ruangan Uap
Pembatas Ruangan
Gelas Ukur
Elemen Pemanas
Ruangan Air
Sumber Arus
II-3
Pada Gambar 2.2 diatas telah ditunjukkan komponen-komponen yang
terlibat pada alat sterilisasi tersebut. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah
penjelasan dari beberapa fungsi komponen diatas.
1. Bejana Tekan
Tekanan dalam bejana melibatkan beberapa perhitungan yang
digunakan untuk menghitung ketebalan dinding yang dibutuhkan. Namun, desain
sistem penahanan tekanan yang kompleks melibatkan lebih dari penerapan
perhitungan tersebut. Untuk hampir semua bejana tekan, standar ASME
menetapkan persyaratan untuk desain dan pengujian. Sebelum dioperasikan,
bejana tekan diuji pada tekanan yang dinilai di bawah pengawasan standar ASME.
Hal ini untuk memeriksa kebocoran serta bukti kelemahan atau kekurangan dalam
pengelasan tersebut.
2. Ruang Air
Ruangan ini merupakan tempat air yang akan diuapkan/direbus
sehingga mendidih dan menjadi uap. Pada ruangan air ini juga terdapat heater
yang harus terendam air sehingga tidak terjadi ledakan atau proses superheated.
3. Ruang Uap
Ruangan ini berada diatas ruangan air, berguna untuk menampung uap
air yang terbentuk akibat proses pemanasan. Ruangan ini pula yang menjadi
tempat penyimpanan peralatan yang akan di sterilkan.
4. Elemen Pemanas
Elemen pemanas merupakan lempengan yang dapat memberikan
panas sehingga dapat mendidihkan air sampai menjadi uap dengan merubah
energi listrik menjadi kalor.
5. Katup Uap
Katup ini digunakan untuk mengeluarkan uap/udara yang terjebak di
dalam autoklaf sehingga saat dioperasikan hanya terdapat uap air didalamnya dan
dapat digunakan untuk pendinginan autoklaf dengan cara mengeluarkan tekanan
uap yang berada dalam ruang uap.
II-4
6. Katup Pengaman
Katup pengaman (safety relief valve) merupakan katup yang berfungsi
sebagai pengaman autoklaf apabila terjadi suatu hal yang tidak sesuai atau
melebihi
batas tekanan yang telah ditentukan dengan membuang uap air berlebih.
7. Sensor Temperatur
Termometer digunakan sebagai sensor untuk mengukur temperatur
didalam autoklaf sehingga besarnya temperatur tersebut dapat terbaca.
1. Pemanas Gas
Autoklaf yang sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan
air yang ditambahkan ke dalam autoklaf (Gambar 2.3). Pemanasan air dapat
menggunakan kompor atau api bunsen. Dengan autoklaf sederhana ini, tekanan
dan temperatur diatur dengan jumlah panas dari api.
II-5
[2]
Gambar 2.3 Autoklaf Gas
Kelemahan autoklaf ini adalah bahwa perlu penjagaan dan pengaturan
panas
secara manual selama masa sterilisasi dilakukan. Tetapi autoklaf ini
mempunyai keuntungan, diantaranya sederhana, harga relatif murah, tidak
tergantung dari aliran listrik yang sering merupakan masalah untuk negara-negara
yang sedang berkembang, serta lebih cepat dari autoklaf listrik yang seukuran dan
setara.
2. Pemanas Listrik
Autoklaf yang lebih bagus menggunakan sumber energi listrik
(Gambar 2.4). Alatnya dilengkapi dengan timer dan thermostat. Bila pengatur
otomatis ini berjalan dengan baik, maka autoklaf dapat dijalankan sambil
mengerjakan pekerjaan lain. Kelemahannya adalah bila salah satu pengatur tidak
bekerja, maka pekerjaan persiapan media menjadi sia-sia dan kemungkinan
menyebabkan kerusakan total pada autoklaf. Sumber uap juga berasal dari air
yang ditambahkan ke dalam autoklaf dan didihkan.
II-6
autoklaf ini terletak pada bagaimana udara dihilangkan dari dalam autoklaf selama
proses sterilisasi.
1. Gravity Displacement Autoclave
Udara dalam ruang autoklaf dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi.
Prinsipnya
adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan udara,
sehingga udara terletak di bawah uap, cara kerjanya dimulai dengan memasukan
uap melalui bagian atas autoklaf sehingga udara tertekan ke bawah. Secara
perlahan, uap mulai semakin banyak sehingga menekan udara semakin turun dan
keluar
melalui saluran di bagian bawah autoklaf, selanjutnya temperatur
meningkat
dan terjadi sterilisasi (Gambar 2.5). Autoklaf ini dapat bekerja dengan
cakupan temperatur antara 121-134 °C dengan waktu 10-30 menit.
II-7
II-8
Daya listrik:
P = V.I ...................(2)
E = P.t ...................(3)
E = V.I.t ...................(4)
Dimana:
V = tegangan (volt) E = energi (joule)
I = arus (ampere) t = waktu (detik)
P = daya (watt) R = hambatan (ohm)
Analogi panas dan listrik
Jika dibandingkan antara panas dan listrik maka dapat diperoleh
informasi hubungan antara panas dengan listrik seperti yang terlihat pada Tabel
2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Analogi Hubungan Panas-Listrik
Kualitas Panas/Kalor Listrik
Potensial Beda temperatur (∆T) Voltase (V)
Arus Laju perpindahan panas (q) Kuat arus (I)
Tahanan Tahanan termal (R) Tahanan listrik (R)
2.2 Sterilisasi
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau
benda dari semua bentuk kehidupan. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume
dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40
menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan.[3] Sterilisasi media yang
terlalu lama menyebabkan:
1) Penguraian gula
2) Degradasi vitamin dan asam-asam amino
3) Inaktifasi sitokinin zeatin riboside
4) Perubahan pH yang mengakibatkan depolimerisasi agar (jelly)
Perebusan bukanlah metoda sterilisasi, sterilisasi umumnya dilakukan
menggunakan autoklaf yang menggunakan panas bertekanan. Bukan pula
dekontaminasi, dekontaminasi adalah langkah pertama dalam menangani
peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang
terkontaminasi. Sebenarnya pencucian merupakan sebuah cara yang efektif untuk
II-9
melemahkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan dan instrumen yang
kotor atau sudah digunakan tetapi masih banyak kekurangan dari metode ini.
2.2.1 Macam-Macam Sterilisasi
Menurut Prof. Dr. D. Dwidjoseputra (1989)[3], cara sterilisasi yang
digunakan tergantung pada macam bahan dan sifat bahan yang akan disterilkan.
Untuk itu ada beberapa jenis sterilisasi seperti :
1) Cara pemanasan
2) Cara mekanik
3) Cara sterilsiasi dengan desinfektan
II-10
membunuh mikroorganisme patogen (Irwanto, 2009). Sedangkan desinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti virus dan bakteri.
2.2.2 Cairan Kimia Sterilisasi
Dalam kimia organik, klorin adalah senyawa aromatik heterosiklik
yang terdiri dari tiga pirola dan satu pirolina yang bergandengan melalui empat
tautan metina. Tidak seperti porfirin, klorin tidaklah senyawa aromatik pada
keseluruhan walaupun memiliki komponen pirola yang aromatik. Klorin yang
berkompleks dengan magnesium disebut klorofil dan merupakan pusat pigmen
fotosensitif kloroplas. Senyawa terkait dengan dua pirola yang tereduksi disebut
bakterioklorin. Oleh karena fotosensitivitasnya, klorin digunakan sebagai agen
fotosensitif pada terapi percobaan laser kanker.
Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti
alkohol, klorin, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat
rusak bila terkena panas. Misalnya sarung tangan, kater, dan lain-lain.
2.3.1 Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan panas dari partikel yang lebih
berenergi ke partikel yang kurang berenergi yang saling berdekatan dari sebuah
bahan karena interaksi antara partikel tersebut (Gambar 2.8). Contoh: semakin
panasnya (hangat) sendok yang tercelup dalam secangkir kopi panas. Persamaan
laju perpindahan panas secara konduksi adalah:
II-11
∂T .......................(5)
q = −kA
∂x
q = laju perpindahan panas konduksi
∂T/∂x = gradien temperatur ke arah perpindahan panas
k = konduktivitas atau kehantaran termal benda dengan tanda minus
menunjukkan aliran kalor ke tempat yang bertemperatur lebih rendah
2.3.2 Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan solid yang
berdekatan dengan fluida yang bergerak atau mengalir dan itu melibatkan
pengaruh konduksi dan aliran fluida (Gambar 2.9). Contoh, sebuah plat besi panas
akan lebih cepat dingin jika diletakkan di depan kipas angin dibandingkan dengan
jika diletakkan begitu saja di udara terbuka.
Holman merumuskan persamaan untuk meramalkan laju perpindahan
panas secara konveksi adalah[6]:
q = hA(Ts-T∞) .....................(6)
q = laju perpindahan panas konveksi
h = koefisien perpindahan-kalor konveksi
II-12
A = luas permukaan yang mengalami perpindahan panas
Ts = temperatur permukaan benda solid yang dilalui fluida yang mengalir
T∞ = temperatur fluida yang mengalir berdekatan dengan permukaan benda
solid.
Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konveksi[7]
2.3.3 Radiasi
Radiasi, merupakan perpindahan energi karena emisi gelombang
elektromagnet (Gambar 2.10). Contoh, kehangatan sewaktu berada di dekat api
unggun. Holman persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas secara
radiasi adalah:[5]
q = εAσ(Ts4- Tsur4) ....................(7)
q = laju perpindahan panas radiasi
ε = sifat radiasi pada permukaan (emisivitas)
A = luas permukaan
σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5.67 x 10-8 W/m2K4),
Ts = temperatur absolute permukaan
Tsur = temperatur sekitar
II-13
2.3.4 Konduksi-Konveksi
Dalam keadaan sebenarnya ketiga jenis mekanisme tersebut terjadi
secara serentak (bersamaan) di dalam sistem, hanya saja peranan dari masing-
masing
mekanisme tersebut tidak sama besar. Perpindahan panas radiasi menjadi
lebih
dominan apabila benda mempunyai temperatur yang relatif tinggi karena
laju panasnya sebanding dengan fungsi temperatur pangkat empat. Bila
temperatur tersebut konstan, maka proses perpindahan panas tersebut dikatakan
stasioner (tidak dipengaruhi oleh waktu) dan bila temperatur berubah-ubah, maka
proses
perpindahan panas tersebut tidak stasioner.
II-14
2.4.1 Material Bejana Tekan
Pemilihan material untuk bejana tekan ini dibuat dengan kualitas food
grade. Untuk autoklaf uap digunakan baja karbon tetapi presentase campurannya
sedikit
karena agar mengurangi dampak terjadinya korosi.
Dalam ilmu metalurgi, baja stainless juga dikenal sebagai inox baja
atau inox dari Perancis "inoxydable" yang didefinisikan sebagai baja paduan
dengan minimal 10,5% atau 11% kromium konten dengan massa. Stainless steel
digunakan di mana kedua sifat-sifat baja dan ketahanan terhadap korosi yang
[8]
diperlukan.
Stainless steel berbeda dari baja karbon dengan jumlah kromium yang
ada. Karbon baja yang tidak dilindungi akan mudah berkarat bila terkena udara
dan kelembaban. Oksida besi karat aktif ini mempercepat korosi dengan
membentuk oksida besi lebih. Baja tahan karat mengandung kromium yang cukup
untuk membentuk lapisan pasif oksida kromium yang berfungsi untuk mencegah
korosi permukaan lebih lanjut dan menyebar ke struktur internal logam. Gambar
2.12 merupakan objek yang terbuat dari material stainless steel.
Ada berbagai jenis baja tahan karat yang dapat digunakan, berikut
klasifikasi baja tahan karat dilihat berdasarkan struktur kristalnya.[8]
1. Austenitik atau seri 300, baja tahan karat mengandung lebih dari 70% dari
total produksi baja stainless. Baja tersebut berisi karbon maksimal 0,15%,
minimal 16% kromium dan nikel yang cukup dan mangan untuk
mempertahankan struktur Austenitik pada semua temperatur dari kriogenik
wilayah ke titik leleh paduan. Komposisi khas dari 18% kromium dan nikel
10%, umumnya dikenal sebagai 18/10 steel, sering digunakan dalam sendok
garpu 18/0 dan 18/8 juga tersedia.
II-15
2. Feritik baja stainless umumnya memiliki sifat teknis lebih baik daripada
nilai Austenitik tetapi telah mengurangi ketahanan korosi karena kromium
yang lebih rendah dari kandungan nikel. Baja campuran ini berisi 10,5%
kromium dan 27% nikel tetapi terdapat beberapa jenis yang mengandung
timbal.
3. Martensit baja tahan karat yang tidak tahan korosi sebagai kelas kedua
tetapi sangat kuat dan tangguh serta sangat machinable dan dapat
dikeraskan dengan perlakuan panas. Martensit Stainless steel mengandung
kromium (12-14%), molibdenum (0,2-1%), nikel (kurang dari 2%), dan
Alumunium[9][10]
Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan
elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah
ketiga (Gambar 2.13). Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan,
antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air
minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan
masak, kaleng, keramik, dan kembang api.
II-16
Alumunium merupakan konduktor listrik yang baik sehingga disebut
konduktor yang baik juga untuk perpindahan panas. Alumunium juga dapat
ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan
dengan
bermacam-macam penampang yang tahan terhadap korosi.
Glass Wool[11]
Glass wool adalah bahan isolasi yang terbuat dari fiberglass, disusun
menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wol. Glass wool (Gambar 2.14)
diproduksi dalam gulungan atau lembaran dengan sifat mekanik dan termal yang
berbeda.
Glass wool adalah isolasi termal yang terdiri dari serat kaca yang
saling terkait dan fleksibel. Glass wool ini bisa menjadi bahan untuk mengisi
kelonggaran dan dapat digunakan juga untuk melindungi permukaan datar seperti
insulasi dinding rongga, ubin langit-langit, dinding tirai serta sebagai ducting. Hal
II-17
ini juga digunakan untuk melindungi pipa agar tidak ada pengaruh apapun dari
luar.
Fiber Glass[11]
Fiber glass adalah salah satu bahan isolasi yang ringan, sangat kuat,
dan kuat. Meskipun sifat kekuatan yang agak lebih rendah dari serat karbon dan
kurang kaku, bahan yang biasanya jauh lebih sedikit rapuh, dan bahan baku jauh
lebih murah (Gambar 2.15). Kekuatan curah dan sifat berat badan juga sangat
menguntungkan bila dibandingkan dengan logam, dan dapat dengan mudah
dibentuk menggunakan proses molding.
Penggunaan umum dari fiber glass diperuntukan isolasi di perahu,
mobil, mandi, kolam air panas, tangki air, atap, pipa, cladding, gips dan kulit
pintu eksternal.
Silikon Rubber[12]
Silikon rubber adalah elastomer (seperti bahan karet) yang terdiri dari
silikon murni yang merupakan polimer yang mengandung silikon yang
dikombinasikan dengan karbon, hidrogen, dan oksigen (Gambar 2.16). Karet
silikon umumnya tidak reaktif, stabil dan tahan terhadap lingkungan yang ekstrim
dan temperatur dari -55 °C hingga lebih dari 300 °C sambil tetap mempertahankan
sifat manfaatnya. Pada temperatur ekstrim, kekuatan, elongasi tarik, kekuatan
II-18
sobek dan set kompresi bisa jauh lebih unggul karet konvensional meskipun
relatif masih rendah untuk bahan lainnya.
Gambar 2.16 Silicon Rubber[12]
Poliuretan[12]
Poliuretan adalah jenis polimer yang sangat unik dan luas
pemakaiannya. Poliuretan ditemukan pada tahun 1937 oleh Prof. Otto Bayer
sebagai pembentuk serat yang didesain untuk menandingi serat nilon (Gambar
2.17). Tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa poliuretan bukan saja
bisa digunakan sebagai serat, tapi dapat juga digunakan untuk membuat busa
(foam), bahan elastomer (karet/plastik), lem, pelapis (coating), dan lain-lain.[5]
II-19
2.5 Pengujian Autoklaf
Pada saat merancang sebuah alat atau produk sebaiknya dilakukan
pengujian alat tersebut untuk memastikan bahwa alat tersebut aman untuk
digunakan.
Dalam hal ini, ketika merancang sebuah autoklaf maka autoklaf
tersebut
haruslah di uji menggunakan pengujian yang berkaitan dengan metode
pengujian yang digunakan.
II-20
Gambar 2.18 Penetran Test
2.5.2.
Pengujian Tekanan Hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah berat kolom air yang biasa diukur dalam
atmosfir (atm). Anikouchine dan Sternberg (1981) mengatakan bahwa tekanan air
pada setiap arah pada suatu badan air memiliki besaran yang sama, air akan
bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan lebih rendah.
Tekanan hidrostatik bertambah secara konstan seiring dengan bertambahnya
kedalaman air. Setiap kedalaman 10 m tekanan hidrostatik bertambah sebesar 1
atm. Dengan demikian pada kedalaman 100 m ikan akan mengalami tekanan
sebesar 10 atm atau setara dengan 10,03 kg pada setiap luasan 1 cm2 dari
tubuhnya yang berlaku secara proporsional, artinya tekanan hidrostatik yang
dialami ikan tersebut sama pada seluruh bagian tubuhnya (Helfmanet al,
1997).[4][16][17]
Definisi dari pengujian tekanan menggunakan metode hidrostatik
yaitu pengujian terhadap suatu benda/alat dengan menggunakan air sebagai media
penekannya dan pompa sederhana yang dapat dilihat pada Gambar 2.19 sebagai
alat penekanannya. [18]
II-21
Pompa penekan air ini dilengkapi dengan pressure gauge, bak
penampung air dan pengungkit air, pressure gauge disini berfungsi sebagai
indikator tekanan yang diberikan oleh pompa terhadap sampel yang akan di uji
dengan
air sebagai medianya, selanjutnya yaitu bak penampung air yang berfungsi
sebagai
tempat menyimpan air yang akan di pomapakan kedalam sampel yang
akan di uji, dan yang terakhir yaitu pengungkit yang berfungsi memompakan air
dari dalam bak penampung air ke dalam sampel yang akan di uji hingga
tekanannya sesuai dengan yang ditentukan.
Detail dari pengujian tekanan menggunakan metode hidrosatik yaitu
untuk
setiap sampel yang akan diuji biasanya diberikan tekanan hingga dua kali
tekanan kerja sampel tersebut. Untuk setiap pengujian hidrostatik biasanya
dilakukan dilembaga resmi, ini ditujukan agar prosedur pengujian sesuai dengan
standar dan apabila pengujian tersebut berhasil biasanya lembaga tempat
dilakukannya pengujian mengeluarkan surat resmi yang menyatakan alat aman
digunanakan pada tekanan tertentu. Salah satu lembaga yang menyediakan
pengujian tekanan menggunakan metode hidrostatik yaitu B4T yang berlokasi di
Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung.[18]
II-22
2.6 Rumus Perhitungan Uap, Daya dan Bejana Tekan
Keberhasilan suatu alat sangat dipengaruhi oleh cara menghitung dan
menganalisis suatu sistem kerjanya. Berikut perhitungan yang digunakan dalam
pengerjaan rancang bangun autoklaf ini.
II-23
2.6.2 Perhitungan Daya
Dalam menentukan kalor dan daya diperlukan adanya analisis
mengenai perhitungan daya efisiensi seperti penjelasan dibawah ini. [16][17]
Kalor
Kalor yang dibutuhkan untuk pemanasan awal baik bahan ataupun air
Q = m.Cp.∆T .................(11)
Kalor yang dibutuhkan untuk menguapkan air
Q = x.m.Lv .................(12)
m = massa (kg) Cp = panas jenis air (4,186 kJ/kg°C)
Daya (P)
Qin
P=
t
.................(13)
P = Daya (watt)
Qin = Kalor Masuk (kJ)
T = Waktu (detik)
II-24
Proses fabrikasi bejana bulat sangat sulit sehingga bejana silinder
lebih banyak digunakan pada dunia industri. Badan bejana harus dilengkapi
dengan penegak untuk mencegah terjadinya tegangan lebih atau distorsi yang
berasal
dari beban eksternal yang besar.
2.6.4. Perhitungan Tutup Tabung
Pada tekanan internal yang tinggi, silinder dan tutup cenderung
memuai. Ujung material akan mengalami penambahan panjang. Deformasi yang
tidak sama akan mengakibatkan tegangan lentur dan geser pada sambungan.
Antara ujung dari silinder dan penutup harus terdapat kontinuitas fisis. Karena
pertimbangan ini ujung bejana dibuat melengkung. [19][20]
1. Tipe Sphere dan Hemi Sphere (Gambar 2.22)
𝑃𝐷
𝑡=
2𝑆𝐸 + 1,8𝑃
...................(15)
II-25