Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

METODE FISIKO KIMIA


“Penetapan Kadar Metil Paraben dan Propil Paraben Pada Sediaan
Kosmetik dan Larutan Suspensi Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi”

Tanggal Praktikum: 6 Oktober 2018

Dosen Pengampu:
Zaldy Rusli, M.Farm

Penyusun:
Siska Mulyaningsih
0661 15 162

LABORATORIUM PENELITIAN
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Pengawet ........................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Pengawet Secara Umum ....................................... 3
2.1.2 Bahan Pengawet ..................................................................... 3
2.1.3 Dampak dari Bahan Pengawet ................................................ 4
2.1.4 Uraian Bahan .......................................................................... 5
2.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .................................................... 6
BAB III METODE PERCOBAAN ............................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 10
3.2 Alat ................................................................................................... 10
3.3 Bahan ................................................................................................ 10
3.4 Pembuatan Pereaksi .......................................................................... 10
3.5 Prosedur ............................................................................................ 10
3.5.1 Pembuatan Larutan Baku........................................................ 10
3.5.2 Persiapan Larutan Uji ............................................................. 11
3.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .................................................... 12
3.6.1 Pengaturan Kondisi Sistem..................................................... 12
3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi .................................................... 12
3.7 Cara Penetapan Kadar....................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 13
4.1 Data Pengamatan .............................................................................. 13
4.1.1. Kromatogram Suspensi 1 ...................................................... 13

ii
4.1.2. Kromatogram Suspensi 2 ...................................................... 13
4.1.3. Kromatogram Suspensi 3 ...................................................... 14
4.1.4. Kromatogram Krim 1 ............................................................ 14
4.1.5. Kromatogram Krim 2 ............................................................ 15
4.1.6. Kromatogram Krim 3 ............................................................ 15
4.1.7. Kromatogram Larutan Standar 1 ........................................... 16
4.1.8. Kromatogram Larutan Standar 2 ........................................... 16
4.1.9. Kromatogram Larutan Standar 3 ........................................... 17
4.1.10. Kromatogram Larutan Standar 4 ......................................... 17
4.1.11. Kromatogram Larutan Standar 5 ......................................... 18
4.1.12. Kurva Kalibrasi ................................................................... 18
4.1.13. Tabel Kalibrasi .................................................................... 19
4.2 Perhitungan ....................................................................................... 20
4.2.1. Krim ....................................................................................... 20
4.2.2. Suspensi ................................................................................. 21
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25
LAMPIRAN .................................................................................................... 26
Lampiran Bahan .......................................................................................... 26
Lampiran Alat.............................................................................................. 27

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawet merupakan senyawa yang terdapat di alam atau sintesis yang


ditambahkan kedalam produk seperti makanan, obat –obatan, cat, sampel biologi,
kosmetik, dan kayu, berfanfaat untuk mencegah dekomposisi oleh tumbuhan
mikroba atau perubahan kimia yang tidak diinginkan ( Moldoveanu et al, 2015)

Senyawa paraben merupakan pengawet yang telah banyak digunakan


dalam berbagai makanan, kosmetik dan produk farmasi (Chuto et al., 2013).
Pengawet ini bekerja efektif pada rengtang ph yang luas, serta memiliki toksisitas
yang rendah pada manusia ( Rowe et al., 2019; Adersen,2008). Untuk mendapat
efektivitas optimal dalam paraben sendiri, sering digunakan kombinasi antara
ester paraben dari metil paraben, etil paraben, propil paraben, dan butyl paraben
(rowe et al 2009).

Kosmetik merupakan bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk


digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan
organ genital bagian luar) atau gigi atau mukosa mulut yang berfungsi sebagai
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Peraturan
Kepala Badan POM RI, 2011)

Lotion merupakan produk kosmetik yang mengandung air lebih banyak


dan mempunyai viskositas yang lebih rendah. Lotion ditujukan untuk pemakaian
luar yang diolesi pada lapisan kulit terluar, yang dapat membuat kulit dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Dikarenakan
lotion berbentuk cair maka lebih mudah dan cepat untuk diratakan pada
permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan cepat kering setelah pengolesan

1
sehingga meninggalkan lapisan tipis pada lapisan kulit terluar (Lachman, dkk,
1994)

Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 dan Asean Cosmetic
Method (ACM) No 01 tentang Bahan Kosmetik menyantumkan daftar bahan
yanng diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan
penggunaan. Diantaranya penggunaan bahan Metil Paraben dan Propil Paraben
yang diperbolehkan dengan kadar maksimal 0,4% sedangkan bahan Fenoksietanol
yang diperbolehkan dengan kadar maksimal 0,1 % dan kadar pengawet campuran
yang diperbolehkan adalah maksimal 0,8%.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menganalisis pengawet


yang diteliti baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi dengan bahan obat
lainnya salah satu metode tersebut adalah KCKT. Metode KCKT dipilih karena
memiliki beberapa kelebihan dalam hal sensitivitas, selektivitas, sesuai untuk
memisahkan senyawa yang volantile atau termolabil dan dapat digunakan secara
luas untuk berbagai analit.

Pengujian kadar pengawet pada sediaan Handbody lotion penting


dilakukan untuk memastikan kadar pengawet yang digunakan sesuia persyaratan
yang telah ditetapkan. Metode analisis yang dapat dipakai untuk penetapan kadar
campuran bahan pengawet adalah metode KCKT (kromatografi cair kinerja
tinggi).

1.2 Tujuan Perobaan

 Memahami cara kerja instrument HPLC.


 Mengetahui apakah kadar pengawet Metil Paraben dan Propil Paraben dari
sediaan kosmetik memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengawet

2.1.1 Pengertian Pengawet Secara Umum

Pengawet merupakan senyawa alam atau sintesis yang ditambahkan


kedalam produk seperti makanan, obat-obatan, cat, sampel biologi, kosmetik
dan kayu, berfungsi untuk mencegah dekomposisi oleh mikroba pertumbuhan
atau perubahan kimia yang tidak diinginkan. Senyawa yang umum diguunakan
sebagai pengawet diantaranya adalah EDTA, glutaraldehid, metil paraben, etil
paraben, propil paraben, butyl paraben, asam benzoayt dan fenol (Moldoveanu
et al.,2015)

Dalam penggunaak pengawet diatur oleh pemerintah melalui pertaturan


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republic Indonesia nomor 36
tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan pengawet dalam bahan
tambahan makanan, dan peraturan kepala BPOM RI HK.03.1.23.08.11.07517
tentang peryaratan teknis bahan kosmetika yang didalamnya termasuk jenis –
jenis dan batas bahan tambahan yang diperbolehan (BPOM, 2011;
BPOM,2013)

2.1.2 Bahan Pengawet

Bahan pengawet yaitu untuk melindungi produk terhadap pengaruh yang


merugikan seperti tumbuhnya mikroorganisme pada sediaan. Dalam studi
farmasi digunakan untuk melidungi senyawa obat terhadap penguraian yang
disebabkan kerusakan mikroba . Metil Paraben dan Propil Paraben digunakan
untuk pengawet sediaan farmasi (Haake,1990)

Pengawet ditambahkan ke produk makanan, kosmetik, dan farmasi


mencegah dekomposisi akibat tindakan bakteri. Di antara bahan pengawet,
Paraben adalah yang paling umum digunakan. Karena toksisitas rendah mereka
terhadap manusia dan aktivitas antimikroba efektif mereka, terutama terhadap

3
jamur dan ragi . Paraben digunakan dalam sayuran olahan, makanan panggang,
lemak dan minyak, bumbu, pengganti gula, dan produk susu beku di Indonesia
konsentrasi sampai 0,1% (Elder, 1984)

2.1.3 Dampak dari Bahan Pengawet

Parabean adalah sejenis pengawet yang bisa ditambahkan dalam produk


kosmetik untuk mencegah timbulnya jamur dan bakteri serta membuat
kosmetik dapat bertahan dalam jangka waktu lebih lama. Methylparaben,
propilparaben, dan butylparaben adalah jenis paraben yang paling umum
digunakan dalam produk kosmetik. Berikut ini bahaya paraben pada kosmetik:

 Meningkatkan Estrogen
Estrogen merupakan hormon dalam tubuh, yang tedapat lebih banyak
pada wanita, sedangkan parabean termasuk zat kimia yang mirip estrogen
atau disebut xenoestrogen. Apabila parabean terserap masuk melalui kulit
maka tubuh akan merespon sama seperti estrogen. Kondisi ini dapat
menyebabkan kekacauan mekanisme hormonal, apabila estrogen dalam tubuh
tinggi dapat meningkatkan resiko kanker seperti kanker payudara, kista
ovarium atau gangguang siklus menstruasi.
 Mengganggu Kesehatan Reproduksi
Tak hanya pada wanita saja, parabean juga berpotensi mengganggu
kesehatan reproduksi pria. Jenis propylparaben dan butylparaben yang bisa
terdapat pada produk berbasis cair dapat mengurangi produksi sperma dan
memicu penurunan tingkat hormon testosteron. Hal tersebut dapat
berakibat buruk bagi reproduksi pria karena menghambat pematangan
sperma.
 Memicu Kanker Kulit
Menggunakan produk yang mengandung methylparaben dapat
memicu kerusakan sel-sel kulit. Senyawa parabean jenis ini tidak dapat
dikeluarkan atau diuraikan oleh tubuh dengan sempurna sehingga
berpotensi menumpuk di dalam tubuh. Apabila penumpukan
methylparabean terus meningkat, maka dapat memicu kanker kulit.

4
Penelitian yang dilakukan ilmuwan Jepang pada 2008 juga menyebutkan
jika senyawa ini bereaksi dengan sinar UV B maka akan meningkatkan
resiko penuaan kulit dan kerusakan DNA.

2.1.4 Uraian Bahan

2.1.4.1MetilParaben

Gambar 2.1.4.1 struktur molekul metil paraben

Metilparaben merupakan pengawet antimikroba yang luas digunakan


dalam produk makanan, kosmetik, dan formulasi farmasetika. Pengawet
golongan paraben termasuk metilp araben efektif bekerja dalam rentang pH
yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba dengan spectrum yang luas
meliputi ragi, jamur, dan bakteri (terutama bakteri gram negative). Aktivitas
antibakteri metilparaben bekerja efektif pada pH 4-8. Metil paraben
digunakan dapat digunakan secara kombinasi dengan senyawa paraben
lainnya atau dengan zat antimikroba lainnya (hanifah, 2013)

2.1.4.2 Propil Paraben

Gambar 2.1.4.2 struktur molekul propil paraben

5
Propilparaben yaitu pengawet antimikroba dengan pH efektif yang
luas dan spectrum yang luas. Propilparaben dapat ditemukan di alam
dalam banyak tanaman dan beberapa serangga, meskipun dapat disintesis
untuk digunakan dalam kosmetik, obat-obatan dan makanan. Sebagai zat
aditif makanan propilparaben memiliki nomor E yaitu E216. Sedangkan
dalam bentuk garam natriumnya, propilparaben umumnya juga digunakan
sebagai zat aditif dalam makanan dan pengawet anti jamur denga struktur
(C3H7(C6H4COO)O) dengan E nomor E217 (Datrange ey al.,2012).
Propilparaben ini sering digunakan engan kombinasi paraben lainnya
dalam formulasi sediaan parenteral, injeksi, dan oral (Rowe et al., 2009)

2.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat


digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area
standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area standar dan sampel
kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi
standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva
kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
HPLC yang modern telah mucul akibat pertemuan dari kebutuhan,
keinginan manusia untuk meminimalis pekerjaan, kemampuan teknologi, dan
teori untuk memandu pengembangan pada jalur yang rasional. Jelas sebelum
era peralatan yang modern bahwa LC (Liquid Chromatography) memiliki
kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk komponen-komponen
yang berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan kecepatannya,
diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil,
waktu elusi yang beberapa jam (Underwood, Day. 2002 : 553).
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel di
dalam kolom (analisis kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis
kuantitatif). Detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan

6
(noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk
semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi
temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor
KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang
gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa
dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara
luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika
dibandingkan dengan detektor UV.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a) Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah
kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang
dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam
campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar
dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa
diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase
normal.
b) Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam
kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul
polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat
interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa
diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-
molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-
molekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus
hidrokarbon.

7
Gambar 2.1.5 komponen utama instrumen KCKT
Komponen-komponen instrumentasi HPLC
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut.
Dalam HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-
komponen campuran menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi
dengan solut-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan salah
satu faktor penetu keberhasilan proses pemisahan
2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang
terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat
terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponen.
3. Pompa
Pada HPLC, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair
melalui kolom yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi
dalam metode ini sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair
yang akan sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk
halus.
4. Injector Sample

8
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
5. Detektor
6. Rekorder
Rekorder adalah alat untuk mencetak hasil percobaan pada lembar berupa
kumpulan puncak (kromatogram) kromatogram HPLC yang didapat berguna
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen

9
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Tempat Pengujian

Penetapan Kadar Metil Paraben dan Propil Paraben dalam sedian


Kosmetika dan Suspensi Larutan dengan Metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) yang di lakukan di Laboratorium Penelitian
Universitas Pakuan Bogor pada Tanggal 6 Oktober 2018.

3.2. Alat

Alat yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT (shimadzu) dengan


kolom baja tahan karat berisi Oktadesilsilana (C18); sonikator (sonica);
penyaring membran 0,45 πm; timbangan analitik; beaker glass; labu ukur
10, 50 dan 1000ml; pipet tetes; vial 10ml; erlenmeyer 250ml

3.3. Bahan

Bahan yang digunakan adalah Acetonitril grade for HPLC; Aquabidest;


Asam Sulfat pekat;; Baku Metil Paraben; Baku Propil Paraben; Metanol
grade for HPLC; Sediaan Handbody Lotion.

3.4. Pembuatan Pereaksi


 Pembuatan Pelarut Campur Metanol : Aquabidest ( 70 : 30 )
Dimasukkan Metanol sebanyak 700 ml ke dalam labu tentukur 1000 ml
kemudian ditambahkan Aquabidest sebanyak 300 ml lalu dikocok sampai
homogen. Lakukan Penyaringan dengan penyaring membran 0,45 πm.
3.5. Prosedur
3.5.1. Pembuatan Larutan Baku

10
 Ditimbang masing- masing Metil Paraben dan Propil Paraben
sebanyak 25 mg masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml (500
ppm).
 Kemudian masing-masing labu tersebut ditambahkan 25 ml
pelarut campur
 Dikocok hingga homogen dan dicukupkan sampai garis tanda.
 Kemudian dari masing- masing larutan tersebut dipipet
sebanyak 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml, dan 0,5 ml dan dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml dan larutan tersebut merupakan
larutan baku seri I, II, III , IV dan V.
 Ditambahkan 1 ml H2SO4 0,02N pada masing- masing labu
tentukur
 Dicukupkan dengan pelarut campur sampai garis tanda
 Dikocok hingga homogen dan di homogenkan dalam Sonikasi.
 Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai
larutan standar.
3.5.2. Persiapan Larutan Uji
a. Sediaan Kosmetika
 Ditimbang sebanyak 1 g sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml
 Ditambahkan 1 ml H2SO4 0,02N dan 50 ml pelarut campur
 Dikocok sampai homogen dan di homogenkan dalam sonikasi.
 Dipipet 1 ml larutan A ke dalam labu ukur 10ml, di tambahkan 1
ml H2SO4 0,02N dan di add dengan pelarut campur (dibuat
sebanyak 3x pengulangan).
 Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai
larutan A.
b. Suspensi Larutan
 Ditimbang sebanyak 300mg nipasol ke dalam labu ukur 100ml
 Ditambahkan 1 ml H2SO4 0,02N dan di larutkan dengan aqua
dest sampai garis batas.

11
 Dikocok sampai homogen dan di homogenkan dalam sonikasi.
 Dipipet 1 ml larutan B ke dalam labu ukur 10ml, di tambahkan 1
ml H2SO4 0,02N dan di add dengan pelarut campur (dibuat
sebanyak 3x pengulangan).
 Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai
larutan B.
3.6. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
3.6.1. Pengaturan Kondisi Sistem
Diperiksa sistem untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut
telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia
cukup pelarut di dalam botol, penyaring pelarut dipasang dan
detektor yang sesuai dipasang dengan benar.
3.6.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi
 Disuntikkan setiap larutan baku ke dalam kromatograf dan
rekam kromatogram
 Dicatat dan dihitung rasio luas puncak larutan baku dengan
larutan baku dari kromatogram
 Dibuat kurva antara rasio luas puncak dengan konsentrasi
larutan baku masing- masing pengawet
 Ditentukan linieritas kurva kalibrasi masing- masing pengawet
3.7. Cara Penetapan Kadar
Disuntikkan masing- masing larutan standar, larutan A dan larutan B secara
terpisah dan lakukan penetapan secara kromatografi cair kinerja tinggi
dengan kondisi sebagai berikut:
 Fase Gerak : Metanol : Air (70:30)
 Kolom : Panjang 250 mm, diameter dalam 4,6 mm berisi oktadesi- Silana
(C18) dengan ukuran partikel 5 μm
 Laju Alir : 1,5 ml/ menit

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


4.1.1 Kromatogram suspense 1

4.1.2 Kromatogram Suspensi 2

13
4.1.3 Kromatogram suspense 3

4.1.4 Kromatogram krim 1

14
4.1.6 Kromatogram krim 2

4.1.7 Kromatogram krim 3

15
4.1.7 Kromatogram larutan standar 1

4.1.8 Kromatogram larutan standar 2

16
4.1.9 Kromatogram larutan standar 3

4.1.10 Kromatogram larutan standar 4

17
4.1.11 Kromatogram larutan standar 5

4.1.12 Kurva Kalibrasi

18
4.1.13 Table kalibrasi

19
4.2 Perhitungan

4.2.1 Krim

Diketahui : FU = 500 ml
Bobot uji = 1,04 gr
Bm hidroxi =138,12
Bm metil paraben = 152,15
Luas area kadar 1 = 1068185
Luas area kadar 2 = 902974
Luas area kadar 3 = 876861
y = 1397,82 x+ 373329

Jawab :

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎−𝑎 𝐹𝑢 1 𝐵𝑚 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖


Kadar = x X X 𝐵𝑚 𝑀𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑏𝑒𝑛
𝑏 𝑏𝑢 1000

1068185−373329 500 𝑚𝑙 1 138,12


Kadar 1 = x X X 152,15
1397,82 1,04 𝑔𝑟 1000

= 497,099 x 480,769 x 0,001 x 0,907


𝑚𝑔
= 216,763 ⁄𝑔𝑟
= 21,676 %

902974−373329 500 𝑚𝑙 1 138,12


Kadar 2 = x X X 152,15
1397,82 1,04 𝑔𝑟 1000

= 378,907 x 480,769 x 0,001 x 0,907


𝑚𝑔
= 165,225 ⁄𝑔𝑟
= 16,522 %

876861−373329 500 𝑚𝑙 1 138,12


Kadar 3 = x X X 152,15
1397,82 1,04 𝑔𝑟 1000

= 360,226 x 480,769 x 0,001 x 0,907


𝑚𝑔
= 157,079 ⁄𝑔𝑟
= 15,707 %

20
kadar 1+kadar 2+kadar 3
X (rata-rata) = 3
21,676 + 16,522 +15,707
= 3
= 53,905 %

4.2.2 Suspensi

Diketahui: FU = 1000 ml (100 X 10/1)


Bobot uji = 0,3 gr
Bm hidroxi = 138,12
Bm metil paraben = 152,15
Luas area kadar 1 = 1030870
Luas area kadar 2 = 6158
Luas area kadar 3 = 65786
y = 1397,82 x+ 373329

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎−𝑎 𝐹𝑢 1 𝐵𝑚 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖


Kadar = x X X 𝐵𝑚 𝑀𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑏𝑒𝑛
𝑏 𝑏𝑢 1000

1030870 − 373329 1000 𝑚𝑙 1 138,12


Kadar 1 = x X X 152,15
1397,82 0,3 𝑔𝑟 1000

= 470,404 x 3333,33 x 0,001 x 0,907


𝑚𝑔
= 1422,186 ⁄𝑔𝑟
= 142,2186 %

6158 − 373329 1000 𝑚𝑙 1 138,12


Kadar 2 = x X X 152,15
1397,82 0,3 𝑔𝑟 1000

= -262,674 x 3333,33 x 0,001 x 0,907


𝑚𝑔
= - 794,150 ⁄𝑔𝑟
= - 79,415 %

65786 − 373329 1000 𝑚𝑙 1 138,12


Kadar 3 = x X X 152,15
1397,82 0,3 𝑔𝑟 1000

= - 220,016 x 3333,33 x 0,001 x 0,907

21
𝑚𝑔
= - 665,181 ⁄𝑔𝑟
= - 66,518 %
kadar 1+kadar 2+kadar 3
X (rata-rata) = 3
142,2186 +(−79,415)+(−66,518)
= 3
− 3,7144
= 3
= - 1,238 %
4.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar pengawet dari


sediaan kosmetik yaitu body milk merk “marcks venus” berupa krim dan
suspense menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) atau nama lainya yaitu High Performance Liquid
Chromatography (HPLC). Yang bertujuan untuk mengetahui cara kerja
dari instrument KCKT dan untuk mengetahui apakah kadar pengawet yang
terdapat dalam kosmetik tersebut memenuhi persyaratan yang telah di
tentukan. Prinsi dari alat HPLC yaitu pertama fasa gerak dialirkan melalui
kolom kedetektor dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan
ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Didalam kolom
terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena perbedan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang
kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih
dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa diam
akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen yang campuran yang
keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Fase diam yang digunakan pada percobaan ini adalah
Oktadesilsilana dan fase gerak yang dipakai berupa Metanol : Air (70 : 30)
Berdasarkan hasil penetapan kadar Metil Paraben dan Propil
Paraben dalam kosmetik yang digunakan dengan metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) yaitu didapatkan dalam sampel krim berturut
turut 21,676 % ; 16,522 % ; 15,707 % dengan rata-rata kadar sebesar
53,905 %. Sedangkan kadar metil paraben dari sampel suspensi berturut-
turut 142,2186 % ; -79,415 % ; -66,518 % dengan ratarata kadar sebesar -
1,238 %. Dari kedua hasil yang didapatkan tidak memenuhi yang telah
ditetapkan yaitu kadar maksimal Metil Paraben yang diizin kan oleh
BPOM adalah 0,4%. Dimana jika dalam suatu sediaan kadar pengawet nya
melebihi angka yang seharusnya akan mengakibatkan dampak negative
pada tubuh dalam jangka panjang.
Pada praktikum kali ini metode kromatografi cair yang kami
lakukan untuk melakukan kadar pengawet yaitu dengan cara kromatografi
partisi metode kolom fase terbalik yakni fase diam yang dipakai
bersifat non polar berupa Oktadesilsilana (C18) dan fase gerak yang

22
dipakai merupakan campuran air atau larutan penyangga dalam air dan
pelarut organic digunakan untuk mengelusi analit dari kolom fasa terbalik.

23
BAB V
KESIMPULAN

Dalam praktikum penetapan kada metil paraben dan propil paraben kali ini
didapat kesimpulan yaitu:
 Hasil pengujian kadar dari kosmetik krim menggunakan metode KCKT
di peroleh nilai rata rata yaitu 53,905 %
 Hasil pengujian kadar dari kosmetik suspensi menggunakan metode
KCKT di peroleh nilai rata rata yaitu - 1,238 %
 Hasil yang didapat dalam pengujian kadar krim maupun suspensi dengan
menggunakan metode KCKT tidak sesuai dengan BPOM RI No.
HK.00.05.42.1018 tahun 2008 dan Asean Cosmetic Method (ACM) No.
01 tentang bahan kosmetik dalam penggunaan bahan Metilparaben
maksimal sebanyak 0,4%.

24
DAFTAR PUSTAKA

Chuto,M., Chaiyo, S., Siangproh, W. & Chailapakul, O.,2013.A rapid separation


and Highly Determination of Paraben Spesies by Ultra Performance Liquid
Chromatography – Electrochemical Detectiom.Scientific Research, Volume
1, pp. 21-29
Datrange, P.,Kulkarni, S. & Padalkar, R. R.,2012. Development of Taste Masked
Formulation for Bitter Drug. Research journal of Pharmaceutical,Biological
and Chemical Sciences, 3(3), p. 727
Elder, R.L. (1984). Journal of The American College of Toxicology. Final
Reporton the Safety Assessment of Methylparaben, Ethylparaben,
Propylparaben,and Butylparaben. 3(5): 147-209
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kaning, J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri II. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia. Hal 1117-1118
Moldoveanu,S. & V.,D., 2015. Analytical method for the determination and
survey of parabens and their derivatives in pharmaceuticals. Environmental
Research, volume 142,p.425-460.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
2011.Metode Analisis Kosmetika. Jakarta
Rowe, R. C., J Sheskey, P. & E Quinn, M., 2009. Hanbook of Pharmaceutical
Excipients. 6th Ed. Chicago: Pharmaceutical Press.p 78-81; 270-272- 441-
445;488-489;596-598

25
LAMPIRAN
Lampiran bahan

Bahan yang digunakan penimbangan bahan krim penyaringan

ad homogen dengan sonikator penimbangan sampel suspensi PCT larutanmetanol

larutan baku 1 - 6

26
Lampiran Alat
Mikro pipet instrumen HPLC
pompa wadah fase gerak kolom C18
injektor

27

Anda mungkin juga menyukai