Dosen Pengampu:
Zaldy Rusli, M.Farm
Penyusun:
Siska Mulyaningsih
0661 15 162
LABORATORIUM PENELITIAN
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan ............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Pengawet ........................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Pengawet Secara Umum ....................................... 3
2.1.2 Bahan Pengawet ..................................................................... 3
2.1.3 Dampak dari Bahan Pengawet ................................................ 4
2.1.4 Uraian Bahan .......................................................................... 5
2.2 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .................................................... 6
BAB III METODE PERCOBAAN ............................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 10
3.2 Alat ................................................................................................... 10
3.3 Bahan ................................................................................................ 10
3.4 Pembuatan Pereaksi .......................................................................... 10
3.5 Prosedur ............................................................................................ 10
3.5.1 Pembuatan Larutan Baku........................................................ 10
3.5.2 Persiapan Larutan Uji ............................................................. 11
3.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .................................................... 12
3.6.1 Pengaturan Kondisi Sistem..................................................... 12
3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi .................................................... 12
3.7 Cara Penetapan Kadar....................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 13
4.1 Data Pengamatan .............................................................................. 13
4.1.1. Kromatogram Suspensi 1 ...................................................... 13
ii
4.1.2. Kromatogram Suspensi 2 ...................................................... 13
4.1.3. Kromatogram Suspensi 3 ...................................................... 14
4.1.4. Kromatogram Krim 1 ............................................................ 14
4.1.5. Kromatogram Krim 2 ............................................................ 15
4.1.6. Kromatogram Krim 3 ............................................................ 15
4.1.7. Kromatogram Larutan Standar 1 ........................................... 16
4.1.8. Kromatogram Larutan Standar 2 ........................................... 16
4.1.9. Kromatogram Larutan Standar 3 ........................................... 17
4.1.10. Kromatogram Larutan Standar 4 ......................................... 17
4.1.11. Kromatogram Larutan Standar 5 ......................................... 18
4.1.12. Kurva Kalibrasi ................................................................... 18
4.1.13. Tabel Kalibrasi .................................................................... 19
4.2 Perhitungan ....................................................................................... 20
4.2.1. Krim ....................................................................................... 20
4.2.2. Suspensi ................................................................................. 21
4.3 Pembahasan ...................................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25
LAMPIRAN .................................................................................................... 26
Lampiran Bahan .......................................................................................... 26
Lampiran Alat.............................................................................................. 27
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sehingga meninggalkan lapisan tipis pada lapisan kulit terluar (Lachman, dkk,
1994)
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawet
3
jamur dan ragi . Paraben digunakan dalam sayuran olahan, makanan panggang,
lemak dan minyak, bumbu, pengganti gula, dan produk susu beku di Indonesia
konsentrasi sampai 0,1% (Elder, 1984)
Meningkatkan Estrogen
Estrogen merupakan hormon dalam tubuh, yang tedapat lebih banyak
pada wanita, sedangkan parabean termasuk zat kimia yang mirip estrogen
atau disebut xenoestrogen. Apabila parabean terserap masuk melalui kulit
maka tubuh akan merespon sama seperti estrogen. Kondisi ini dapat
menyebabkan kekacauan mekanisme hormonal, apabila estrogen dalam tubuh
tinggi dapat meningkatkan resiko kanker seperti kanker payudara, kista
ovarium atau gangguang siklus menstruasi.
Mengganggu Kesehatan Reproduksi
Tak hanya pada wanita saja, parabean juga berpotensi mengganggu
kesehatan reproduksi pria. Jenis propylparaben dan butylparaben yang bisa
terdapat pada produk berbasis cair dapat mengurangi produksi sperma dan
memicu penurunan tingkat hormon testosteron. Hal tersebut dapat
berakibat buruk bagi reproduksi pria karena menghambat pematangan
sperma.
Memicu Kanker Kulit
Menggunakan produk yang mengandung methylparaben dapat
memicu kerusakan sel-sel kulit. Senyawa parabean jenis ini tidak dapat
dikeluarkan atau diuraikan oleh tubuh dengan sempurna sehingga
berpotensi menumpuk di dalam tubuh. Apabila penumpukan
methylparabean terus meningkat, maka dapat memicu kanker kulit.
4
Penelitian yang dilakukan ilmuwan Jepang pada 2008 juga menyebutkan
jika senyawa ini bereaksi dengan sinar UV B maka akan meningkatkan
resiko penuaan kulit dan kerusakan DNA.
2.1.4.1MetilParaben
5
Propilparaben yaitu pengawet antimikroba dengan pH efektif yang
luas dan spectrum yang luas. Propilparaben dapat ditemukan di alam
dalam banyak tanaman dan beberapa serangga, meskipun dapat disintesis
untuk digunakan dalam kosmetik, obat-obatan dan makanan. Sebagai zat
aditif makanan propilparaben memiliki nomor E yaitu E216. Sedangkan
dalam bentuk garam natriumnya, propilparaben umumnya juga digunakan
sebagai zat aditif dalam makanan dan pengawet anti jamur denga struktur
(C3H7(C6H4COO)O) dengan E nomor E217 (Datrange ey al.,2012).
Propilparaben ini sering digunakan engan kombinasi paraben lainnya
dalam formulasi sediaan parenteral, injeksi, dan oral (Rowe et al., 2009)
6
(noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi respons untuk
semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi
temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor
KCKT yang umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang
gelombang dapat digunakan untuk mendeteksi banyak senyawa
dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga digunakan secara
luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika
dibandingkan dengan detektor UV.
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a) Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah
kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm (dan kemungkinan kurang
dari nilai ini) dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa polar dalam
campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang polar
dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa
diam lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase
normal.
b) Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang pada
permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam
kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul
polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat
interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fasa
diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-
molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan molekul-
molekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus
hidrokarbon.
7
Gambar 2.1.5 komponen utama instrumen KCKT
Komponen-komponen instrumentasi HPLC
1. Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair yang disebut eluen atau pelarut.
Dalam HPLC fasa gerak selain berfungsi untuk membawa komponen-
komponen campuran menuju ke detektor, selain itu juga dapat berinteraksi
dengan solut-solut. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan salah
satu faktor penetu keberhasilan proses pemisahan
2. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang
terbuat dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat
terjadinya pemisahan campuran menjadi komponen-komponen.
3. Pompa
Pada HPLC, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair
melalui kolom yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi
dalam metode ini sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair
yang akan sukar mengalir dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk
halus.
4. Injector Sample
8
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
5. Detektor
6. Rekorder
Rekorder adalah alat untuk mencetak hasil percobaan pada lembar berupa
kumpulan puncak (kromatogram) kromatogram HPLC yang didapat berguna
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen
9
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.2. Alat
3.3. Bahan
10
Ditimbang masing- masing Metil Paraben dan Propil Paraben
sebanyak 25 mg masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml (500
ppm).
Kemudian masing-masing labu tersebut ditambahkan 25 ml
pelarut campur
Dikocok hingga homogen dan dicukupkan sampai garis tanda.
Kemudian dari masing- masing larutan tersebut dipipet
sebanyak 4 ml, 3 ml, 2 ml, 1 ml, dan 0,5 ml dan dimasukkan ke
dalam labu tentukur 50 ml dan larutan tersebut merupakan
larutan baku seri I, II, III , IV dan V.
Ditambahkan 1 ml H2SO4 0,02N pada masing- masing labu
tentukur
Dicukupkan dengan pelarut campur sampai garis tanda
Dikocok hingga homogen dan di homogenkan dalam Sonikasi.
Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai
larutan standar.
3.5.2. Persiapan Larutan Uji
a. Sediaan Kosmetika
Ditimbang sebanyak 1 g sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml
Ditambahkan 1 ml H2SO4 0,02N dan 50 ml pelarut campur
Dikocok sampai homogen dan di homogenkan dalam sonikasi.
Dipipet 1 ml larutan A ke dalam labu ukur 10ml, di tambahkan 1
ml H2SO4 0,02N dan di add dengan pelarut campur (dibuat
sebanyak 3x pengulangan).
Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai
larutan A.
b. Suspensi Larutan
Ditimbang sebanyak 300mg nipasol ke dalam labu ukur 100ml
Ditambahkan 1 ml H2SO4 0,02N dan di larutkan dengan aqua
dest sampai garis batas.
11
Dikocok sampai homogen dan di homogenkan dalam sonikasi.
Dipipet 1 ml larutan B ke dalam labu ukur 10ml, di tambahkan 1
ml H2SO4 0,02N dan di add dengan pelarut campur (dibuat
sebanyak 3x pengulangan).
Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai
larutan B.
3.6. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
3.6.1. Pengaturan Kondisi Sistem
Diperiksa sistem untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut
telah disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia
cukup pelarut di dalam botol, penyaring pelarut dipasang dan
detektor yang sesuai dipasang dengan benar.
3.6.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Disuntikkan setiap larutan baku ke dalam kromatograf dan
rekam kromatogram
Dicatat dan dihitung rasio luas puncak larutan baku dengan
larutan baku dari kromatogram
Dibuat kurva antara rasio luas puncak dengan konsentrasi
larutan baku masing- masing pengawet
Ditentukan linieritas kurva kalibrasi masing- masing pengawet
3.7. Cara Penetapan Kadar
Disuntikkan masing- masing larutan standar, larutan A dan larutan B secara
terpisah dan lakukan penetapan secara kromatografi cair kinerja tinggi
dengan kondisi sebagai berikut:
Fase Gerak : Metanol : Air (70:30)
Kolom : Panjang 250 mm, diameter dalam 4,6 mm berisi oktadesi- Silana
(C18) dengan ukuran partikel 5 μm
Laju Alir : 1,5 ml/ menit
12
BAB IV
13
4.1.3 Kromatogram suspense 3
14
4.1.6 Kromatogram krim 2
15
4.1.7 Kromatogram larutan standar 1
16
4.1.9 Kromatogram larutan standar 3
17
4.1.11 Kromatogram larutan standar 5
18
4.1.13 Table kalibrasi
19
4.2 Perhitungan
4.2.1 Krim
Diketahui : FU = 500 ml
Bobot uji = 1,04 gr
Bm hidroxi =138,12
Bm metil paraben = 152,15
Luas area kadar 1 = 1068185
Luas area kadar 2 = 902974
Luas area kadar 3 = 876861
y = 1397,82 x+ 373329
Jawab :
20
kadar 1+kadar 2+kadar 3
X (rata-rata) = 3
21,676 + 16,522 +15,707
= 3
= 53,905 %
4.2.2 Suspensi
21
𝑚𝑔
= - 665,181 ⁄𝑔𝑟
= - 66,518 %
kadar 1+kadar 2+kadar 3
X (rata-rata) = 3
142,2186 +(−79,415)+(−66,518)
= 3
− 3,7144
= 3
= - 1,238 %
4.3 Pembahasan
22
dipakai merupakan campuran air atau larutan penyangga dalam air dan
pelarut organic digunakan untuk mengelusi analit dari kolom fasa terbalik.
23
BAB V
KESIMPULAN
Dalam praktikum penetapan kada metil paraben dan propil paraben kali ini
didapat kesimpulan yaitu:
Hasil pengujian kadar dari kosmetik krim menggunakan metode KCKT
di peroleh nilai rata rata yaitu 53,905 %
Hasil pengujian kadar dari kosmetik suspensi menggunakan metode
KCKT di peroleh nilai rata rata yaitu - 1,238 %
Hasil yang didapat dalam pengujian kadar krim maupun suspensi dengan
menggunakan metode KCKT tidak sesuai dengan BPOM RI No.
HK.00.05.42.1018 tahun 2008 dan Asean Cosmetic Method (ACM) No.
01 tentang bahan kosmetik dalam penggunaan bahan Metilparaben
maksimal sebanyak 0,4%.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
Lampiran bahan
larutan baku 1 - 6
26
Lampiran Alat
Mikro pipet instrumen HPLC
pompa wadah fase gerak kolom C18
injektor
27