TETES TELINGA Anggi
TETES TELINGA Anggi
I. Dasar Teori
Guttae atau obat tetes merupakan adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense,
dimaksudkan untuk obat dalam ataupun luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan
penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan dihasilkan penetes baku yang disebutkan
dalam Farmakope Indonesia.
Tetes telinga adalah obat tetes yang steril digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat
kedalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa
bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat
mudah menempel pada dinding telinga, umumnya digunakan gliserol propilenglikol.
Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol dan minyak nabati. (FI edisi III hal 10)
a) Pemanasan basah (sterelsasi uap), yakni sterilisasi yang dilakukan dalam autoklaf dan
menggunkan uap air pada suhu 115 – 116 selama 30 menit dengan tekanan 1 atm.
b) Dengan penambahan bakterisida
c) Strerilisasi dengan penyaringan, yakni sterilisasi yang tergantung pada penghilangan secara
fisik denga absorbs pada mesia penyaring atau dengan mekanisme penyaringan, digunakan
untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.
d) Pemanasan kering dengan menggunakan oven pada suhu 116 selama 1 jam dg uap udara
panas
e) Cara apsetik : mencegah dan menghindari lingkungan dari cemaran bakteri seminimal
mungin.
II. Preformulasi
Kloramfenikol =
1
𝑥 10 𝑚𝑙 = 0,1 𝑔 Kloramfenikol = 0,1 g
100
0,05
Dinatrium edetat = 𝑥 10 𝑚𝑙 = 0.005 𝑔
100
Dinatrium edetat = 0,005 g
0,02
Nipagin = × 10 𝑚𝑙 = 0,002 𝑔
100
ALAT BAHAN
Batang penganduk Kroramfenikol
Cawan porselen Propilenglikol
Beaker glass 10 ml Dinatrium edetat
Gelasukur 10 ml Nipagin
Sendok tanduk Aqua pro injection
Anak timbangan
Wadah 10 ml
Mortir dan stamper
Sudip
Ayakan
A. Pelaksanaan
B. Pembuatan
Evaluasi Sediaan
1. Persyaratan
No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
1. Uji penetapan pH (FI Menggunakan Ph meter Ph 5-6 (FI III hal, 10)
IV, hal 1039)
2. Uji partikulat (FI IV, Partikel pengotor cairan di hitung Bebas partikel asing
hal 1061) dengan system elektronik yang dan sera halus
dilengkapi sensor cahaya redup tau
dilihat dengan latar belakang hitam
3. Penetapan kejernihan Dua tabung reaksi, zat uji dan suspense Kejernihannya sama
( FI IV hal,881 ) larutan padanan dibadingkan setelah 5 dengan air atau
menit pembuatan suspense padanan pelarut yang
dengan latar belakang cahaya hitam digunakan
yang berdifusi tegak lurus kearah
bawah tabung
4. Uji viskositas (FI IV, makin tinggi viskositas maka akan
Hal 1037) semakin besar tahanannya.
a. Organoleptis
ambil sedikit sediaan dan amati bau, warna dan bentuk
HASIL:
b. Uji pH Meter
Siapkan larutan yang akan di uji Ph masukan dalam baker glass
Masuka ph Universal ke dalam larutan
Tunggu hingga ph meter berubah warna
Catat hasil perubahan warnanya
HASIL:
HASIL PRAKTIKUM pH Literatur
6 5,5 -6,5
c. Uji Kejernihan
Ambil larutan dan tuang kedalam beaker glass
Berikan alas kertas kontras ( warna hitam dan putih )
Amati kejernihan dari larutan
Catat hasilnya
HASIL:
d. Uji homogenetas
Ambil sediaan sediaan secukupnya
Letakkan pada kaca preparat
Amati sediaan segiaan pada kaca preparat, masih ada partikel kasar atau tidak.
HASIL:
HASIL PRAKTIKUM STANDAR
Tidak homogen Homogen
e. Uji Volume Terpindahkan
Hasil standar
Tetap 10ml 10ml
Pembahasan
Pada praktikum ini kami membuat tetes telinga bervolume 10ml Tetes telinga adalah obat tetes
yang steril digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat kedalam telinga. Kecuali
dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa
yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada
dinding telinga, umumnya digunakan gliserol propilenglikol.
Dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol dan minyak nabati. (FI edisi III hal 10)
Alasan pemilihan bahan tetes telinga Kloramfenikol : sebagai zat aktif yang diindikasikan sebagai
obat yang berfungsi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme, Dinatrium
edetat : sebagai chelating agent atau agen pengkelat yang bertugas mengikat ion atau logam.
Apabila sediaan mengandung ion atau logam agen pengkelat ini yang bertugas mengikatnya dan
ketika diikat maka ion atau logam itu bisa larut, Nipagin : dalam sediaan tetes telinga ini,
digunakan nipagin atau matil paraben sebagai antimikrobial preservative. Tujuannya pengawetan
sediaan terhadap pertumbuhan mikroba, Aqua pro injection : dalam sediaan tetes telinga ini,
digunakan juga aqua pi sebagai pembawa atau pelarut pada sediaan. Tujuannya yaitu agar sediaan
tidak terlalu kental dan mudah diteteskan pada telinga. Propylenglikol : sebagai zat tambahan yang
digunakan sebagai zat tambahan / pelarut untuk melarutkan sediaan tetes telinga karena
mempunyai viskositas yang tinggi sehingga kontak obat lebih lama.
Setelah itu sediaan yang telah kami buat di lakukan uji evaluasi, pada uji
Organoleptis dihasilkan bentuk liquid, tidak berbau dan berwarna bening. Pada uji
homogenitas, sediaan yang dibuat tidak homogen dilihat dengan cara visual.
Pada uji Kejernihan sediaan yang kami buat tidak jernih ada partikel asing, dan
tidak sesuai dengan literature, itu karena alat yang kami gunakan kurang bersih.
Pada Uji kebocoran, botol tetes telinga dibalikkan sehingga posisi tutup di bawah, jika
terdapat kebocoran, maka dapat berbahaya karena lewat lubang/ celah tersebut dapat
menyebabkan masuknya mikroorganisme. Selain itu, isi dari botol dapat bocor keluar dan
merusak penampilan kemasan, hasil uji tersebut didapatkan bahwa sediaan yang kami buat
tidak bocor.
Pada uji pH, uji pH pada tetes telinga dilakukan untuk mencegah terjadinya rasa sakit
sewaktu disuntikkan. Didapatkan bahwa sediaan yang dibuat menghasilkan pH 6 hasil
tersebut memenuhi syarat.
Pada uji Volume terpindahkan, sediaan di pindahkan ke dalam gelas ukur dan
menghasilkan tetap bervolume 10 mL.
Dari hasil uji evaluasi tersebut, sediaan tetes telinga yang dibuat tidak memenuhi
persyaratan uji mutu fisik,karena pada uji kejernihan masi belum jernih dan pada uji homegen juga
belum homogen.
Kesimpulan:
Dari hasil uji evaluasi mutu fisik yang dilakukan, tetes telinga menunjukkan hasil yang
kurang baik dilihat dari kejernihan, dan homogenitas. Dan tidak dapat di pasarkan karena
pada uji mutu fisik belujm memenuhi syarat.