Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN MIOMA UTERI

Ditulis pada September 24, 2012

1. A. Pengertian
1. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya (Wiknjosastro, 2007:338).
2. Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya, dominan dan lunak
sehingga otot rahimnya dominan (Manuaba, 1998:409).
3. Mioma uteri adalah pertumbuhan tumor jinak dari sel-sel polos imatur yang
namanya diberikan sesuai dengan lokasinya di uterus (Hamilton, 1995:106).

1. B. Etiologi
1. Penyebab mioma uteri belum jelas, disangka berasal dari :
2. Wanita estrogenik yang menyebabkan sel-sel yang imatur/belum matang
3. Faktor keturunan (Wiknjosastro, 2007:339).
1. Predisposisi
2. Kulit hitam lebih banyak
1. Terjadi pada wanita sekitar umur 34-35 tahun (tidak pernah terjadi
pada wanita yang sudah menopause)
2. Nulipara/kurang subur (Wiknjosastro, 2007:338).

1. C. Patogenesis

Moyer dan de snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast. Percobaan lipschutz yang
memberikan estrogen kepada kelinci, percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromaltosa baik
kepada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa maupun ini
dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puuka dan kawan-kawan
menyatakn bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapat dari pada miometrium
normal (Wiknjosastro, 2006:338).

1. D. Lokasi Terjadinya Mioma

Menurut Manuaba, (1998:410) :

1. Mioma sub serosa

Mioma ini tumbuh dibawah lapisan peritoneum, dapat bertangkai dan melayang dalam cavum
abdomen

1. Intramural

Terletak pada mimetrium. Kalau besar atau multipel dapat menyebabkan


pembesaran uterus dan berbenjol-benjol

1. Mioma sub mukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus

1. Servikal mioma

Mioma tumbuh didaerah serviks uteri

1. E. Perubahan Sekunder Pada Mioma Uteri

Menurut Wiknjosastro, (2007:340) :

1. Atrofi

Sesudah menopause/sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

1. Degenerasi hyalin

Terjadi pada usia lanjut dimana tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.

1. Degenerasi kistik

Mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar
dengan konsistensi lunak.

1. Denegerasi membantu/calcireous degeneration

Terjadi pada usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi dengan adanya
pengendapan garam kapur sehingga mioma menjadi keras yang dengan pemeriksaan rontgen
dapat dilihat.

1. Degenerasi merah/carneous degeneration

Biasa terjadi pada kehamilan dan nifas yang diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai
gangguan sirkulasi.

1. Degenerasi lemak

Jarang terjadi sebagai kelanjutan dari degenerasi hialin

1. F. Gejala Klinis Mioma Uteri

Menurut Manuaba, (1998:410) :


1. Perdarahan tidak normal

Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi karena meluasnya permukaan endometrium


dalam proses menstruasi, gangguan kontraksi otot rahim, perdarahan berkepanjangan. Akibat
perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan
mudah terjadi infeksi.

1. Penekanan rahim yang membesar

Dapat mengakibatkan terasa berat di abdomen bagian bawah, sukar miksi/defekasi, terasa nyeri
karena tertekannya urat saraf.

1. G. Diagnosis

Sering kali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian
bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak
digaris tengah atapun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma sub mukosum
dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan
menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus
sonde. Mioma sub mukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis
servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri.

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen dibagian bawah atau panggul ialah
mioma subserosum dan kehamilan, mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan
dengan inversio uteri : mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarisinoma, karsinoma korposis uteri atau sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal
dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis (Wiknjosastro, 2007:344).

1. H. Komplikasi Mioma Uteri

Menurut Wiknjosastro, (2007:340) yaitu:

1. Degenerasi ganas

Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.

1. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis, sehingga terjadi sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami
nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.

1. I. Tindakan Pada Mioma Uteri


Menurut Wiknjosastro, (2006:345) yaitu:

1. Pengobatan

Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah 55% dari semua myoma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila myoma uteri itu masih
kecil dan tidak menimbulkan gangguan/keluhan.Dalam dakade terakhir ada usaha mengobati
myoma uteri dengan GnRHa. Hal ini didasarkan atas pemikiran Leioma bahwa pada myoma
uteri terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRHa
selama 16 minggu pada myoma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus kecil.

1. Pengobatan operatif

Pengobatan operatif pada myoma uteri dilakukan bila myoma sebesar kehamilan 12-14, minggu,
disertai pertumbuhan cepat.

Pengobatan operatif dilakukan dengan :

1. Myomektomi yaitu pengambilan sarang myoma saja tanpa, pengangkatan uterus. Apabila
myomektomi ini dikerjakan karena keinginan memproleh anak, maka kemungkinan akan
terjadi kehamilan 30-50%
2. Histerectomi yaitu pengakatan uterus perlu didasari bahwa 25-35% dari penderita
tersebut akan masih perlu histerectomi. Akhir-akhir ini jarang dikerjakan karena uterus
harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan disekitarnya
3. Radioterapi

Tindakan ini bertjuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga mengalami menopause.
Radioterapi hanya dilakukan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Radio terapi
hendaknya, hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.

1. J. Pengkajian
2. Data subyektif
1. Biodata

Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan jarang terjadi setelah
menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku bangsa kulit. Kulit hitam lebih
banyak beresikoo terkena mioma daripada kulit putih (Wiknjosastro, 2007:339).

1. Keluhan Utama

Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri menurut Wiknjosastro, (2005:342) yaitu :

1) Perdarahan abnormal (hypermenore, menoragia, metoragie)


2) Rasa nyeri, akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan.

3) Gangguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat tekanan pada kandung
kemih.

4) Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan pada rectum.

5) Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe.

1. Riwayat kesehatan lalu dan sekarang

Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami perdarahan
(hypermenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia) yang lama dan terus-menerus kadang-kadang
disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat kontak berdarah dan dysparenia
(Hamilton, 1995:18-19).

1. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita/pernah menderita penyakit yang
sama seperti pasien yang berupa perdarahan terus-menerus dan lama karena predisposisi dari
mioma adalah faktor keturunan. Pada keluarga adakah riwayat gangguan pembekuan darah yang
dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti (Wiknjosastro, 2005:338).

1. Riwayat kebidanan

Menurut Wiknjosastro, (2005:342) yaitu:

1) Haid

Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea, menoragle, metoragie, dan
dysmenorea

2) Mioma uteri tidak terjadi sebelum menarche.

3) Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut.

Pengaruh mioma pada kehamilan menurut Wiknjosastro, (2006:421) adalah:

1) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri sub
mukosium.

2) Kemungkinan abortus bertambah


3) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserus

Pengaruh mioma pada persalinan

1) Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya diserviks

2) Inersia uteri dan atonia uteri

3) Mempersulit lahirnya plasenta.

1. Riwayat KB

KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan pencetus terjadinya mioma karena
estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita yang menggunakan KB hormonal (Hartanto,
2003:98).

1. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa sesak dan lain-lain (Wiknjosastro,
1999:347).

2) Eliminasi

Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami perubahan. Perubahan pola BAK
dapat berupa polakisuria, dysuria, dan kadang terjadi retensio urine, perubahan pola BAB dapat
berupa obstipasi dan tonesmi (Wiknjosastro, 1999:288).

3) Seksualitas

Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah dyspareunia, karena adanya mioma pada
alat genetalia interna juga kadang menyebabkan libido menurun (Wiknjosastro, 2007:342).

4) Aktifitas

Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul (Wiknjosastro, 2007:342).

5) Kondisi psikososial

Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang ditimbulkan oleh adanya
penyakit seperti perdarahan, ada benjolan, perdarahan yang terus-menerus dan lama.

6) Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari penyakitnya, terutama bagi
pasien yang beragama Islam, tidak dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.

1. Data obyektif
1. Keadaan umum : lemah, anemis
2. Kesadaran : composmentis sampai somnolen karena perdarahan menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan.
3. Tanda-tanda vital

Tensi : Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan tensi (hipotensi).

Nadi : Dalam keadaan syok hipolemik akan terjadi takikardi.

Suhu : Dapat normal dan dapat juga terjadi peningkatan suhu apabila sudah ditemukan
infeksi/dehidrasi berat.

Nafas : Mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder yaitu : sesak nafas
karena gangguan sirkulasi O2.

1. Pemeriksaan fisik

Muka : Tampak pucat dan anemis.

Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih, kelopak mata tidak odem.

Mulut : Mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat. Bau aseton bisa terjadi bila
telah terjadi asidosis akibat dehidrasi/shock hipolemik yang hebat.

Dada : Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk memenuhi O2 akibat
sesak nafas.

Abdomen : Tampak adanya pembesaran, teraba tumor di perut bagian bawah, teraba
lunak/keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda dengan jaringan di sekitarnya

Genetalia : Adanya perdarahan pervaginam menoragie, metoragie.

Anus : Karena penekanan mioma pada rectum dapat menyebabkan haemoroid akibat
pengerasan faces.

Ekstremitas : Dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat penekanan pada pembuluh darah
dan pembuluh lymfe.

1. Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan bimanual
Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau agak ke samping, teraba berbenjol-benjol.
Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus (Wiknjosastro,
2005:344).

1. Pemeriksaan uterus sonde

Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, sehingga diagnosanya
ditegakkan dengan uterus sonde (Wiknjosastro, 2005:344).

1. USG

USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan duagaan klinis.

USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk memantau apakah mioma tadi bertambah
besar atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil dapat diketahui dan letaknya terhadap cavum uteri
juga dapat ditentukan, apakah suatu mioma submukosum, intramural, atau subserosum.

1. Laboratorium

Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak dapat terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Manuaba, 1998:410).

1. K. Diagnosa dan masalah

PAPIAH dengan mioma uteri KU baik/buruk dengan kemungkinan masalah:

1. Anemia berhubungan adanya perdarahan yang abnormal (Manuaba, 1998:410).


2. Cemas berhubungan dengan penyakitnya/perawatan di RS (Carpenito, 1992:12).
3. Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan penekanan mioma uteri terhadap
kandung kencing (Manuaba, 1998:410).
4. Gangguan pola BAB berhubungan dengan mioma uteri terhadap rectum (Manuaba,
1998:410).
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri)berhubungan dengan penekanan pada urat saraf oleh
mioma uteri (Manuaba, 1998:410).
6. Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan mual/nafsu makan menurun
(Carpenito, 1998:130).

1. L. Perencanaan
2. Diagnosa kondisi : PAPIAH dengan mioma uteri KU baik/buruk

Tujuan : – Mioma uteri dapat teratasi

Kriteria : – Mioma tidak bertambah besar

– Tidak timbul komplikasi lain


– Tanda-tanda vital

T : 110/70-140/90 mmHg

N : 70-96 x/mnt

S : 36,5-37,2oC

R : 16-20 x/mnt

Intervensi

1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dari penyakitnya.

R/ Ibu bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.

1. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi penyakit ibu.

R/ Agar ibu lebih tenang dalam menghadapi pengobatan yang dilakukan.

1. Minta persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.

R/ Agar klien dan keluarganya bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.

1. Kolaborasi dengan dokter spesialis untuk penatalaksanaan mioma uteri.

R/ Untuk mendapatkan pengobatan yang tepat (Doenges, 2001:120).

1. Masalah I : Anemia berhubungan dengan adanya perdarahan yang abnormal.

Tujuan : Anemia teratasi

Kriteria : – Kadar Hb normal : 12 gr-16 gr%

– Kepala tidak pusing

– Muka tidak pucat

– Konjungtiva palpebra merah muda

Intervensi

1. Jelaskan kepada ibu penyebab perdarahan yang dialami.

R/ Dengan diberikan informasi tentang penyakit ibu akan lebih mengerti dan kooperatif.
1. Jelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang mengandung ferum.

R/ Makanan yang mengandung ferum dapat meningkatkan kadar Hb.

1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diit TKTP.

R/ Protein membantu pembentukan Hb.

1. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian tranfusi darah

R/ Untuk meningkatkan kadar Hb.

1. Masalah II : Cemas berhubungan dengan penyakitnya/perawatan di RS.

Tujuan : Cemas berkurang/hilang.

Kriteria : – Tanda-tanda vital dalam batas normal

– Klien mengungkapkan cemas berkurang/hilang

– Wajah tidak tegang dan melamun (Carpenito, 1998:10)

Intervensi

1. Berikan penjelasan tentang mioma uteri dan dampaknya.

R/ Health education untuk menumbuhkan mekanisme koping yang positif.

1. Berikan dukungan moril tentang perubahan fisiologik baik fisik/psikologi.

R/ Rasa percaya diri akan timbul dalam diri klien, sehingga dapat menumbuhkan sikap yang
kooperatif.

1. Berikan pengertian terhadap keluarga, klien atas perubahan fisiologis baik


fisik/psikologis.

R/ Dukungan keluarga merupakan sarana untuk menumbuhkan rasa percaya diri klien.

1. Berikan ketenangan pada klien dengan duduk disampingnya.

R/ Pendekatan therapeutik dapat memberikan dukungan moril secara positif.

1. Berikan kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

R/ Diharapkan klien dapat kooperatif dengan baik sehingga masalah yang dihadapi teratasi
(Carpenito, 1998:136).
1. Masalah III : Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan penekanan mioma
uteri terhadap kandung kencing (Manuaba, 1998:410).

Tujuan : Klien dapat BAK dengan lancar.

Kriteria : – Klien dapat BAK dengan frekuensi normal 4-5 kali sehari.

– Produksi urine 40-80 ml/jam atau 1-2 liter/hari.

Intervensi

1. Berikan penjelasan tentang penyebab sulit BAK.

R/ Pasien bisa mengerti dan kooperatif.

1. Anjurkan ibu untuk BAK setiap ada rangsangan untuk BAK.

R/ Proses pengeluaran urine yang lancar dapat mencegah terjadinya proses infeksi serta
dapat memberikan rasa nyaman.

1. Berikan ransangan apabila terdapat kandung kemih.

R/ Ibu dapat segera BAK.

1. Observasi intake dan output cairan.

R/ Mengetahui keseimbangan cairan dengan pantauan intake dan output (Carpenito,


1998:404).

1. Masalah IV : Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan penekanan mioma


uteri pada rectum.

Tujuan : Klien dapat BAB dengan frekuensi normal 1 kali/hari.

Kriteria : – Klien terjadi obstipasi.

– BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak.

Intervensi

1. Berikan penjelasan tentang kesulitan BAB.

R/ Pasien mengerti dan kooperatif.

1. Anjurkan ibu untuk BAB secara teratur dan agar ibu tidak menahan BAB.
R/ Menahan faeces yang lama pada rectum dapat menyebabkan keadaan faeces semakin keras
dan semakin sudah BAB.

1. Anjurkan ibu untuk banyak minum ± 2 liter atau ± 8-10 gelas perhari.

R/ Dengan masuknya air yang cukup dapat mempermudah pengeluaran BAB.

1. Anjurkan pada klien untuk minum air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi.

R/ Air hangat dapat merangsang pengeluaran faeces.

1. Anjurkan ibu untuk melakukan olahraga ringan.

R/ Membantu memperlancar BAB.

1. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan laxansia.

R/ Dapat meningkatkan peristaltik usus sehingga BAB lancar (Carpenito, 1998:24).

1. Masalah V : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan urat syaraf
oleh mioma uteri

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

Kriteria : – Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang

– Klien tidak menangis menahan sakit.

Intervensi

1. Jelaskan kepada klien tentang penyebab nyeri.

R/ Dengan menjelaskan mengenai penyebab nyeri, klien akan mengerti dan kooperatif dengan
tindakan.

1. Ajarkan kepada klien tentang strategi relaksasi dengan bernafas perlahan, teratur atau
nafas dalam.

R/ Dapat mengurangi rasa nyeri.

1. Beri pengurang rasa nyeri (analgesic) bila nyeri sangat hebat.

R/ Obat analgesic akan merangsang syaraf dengan menekan rasa nyeri sehingga mengurangi rasa
nyeri.

1. Observasi tanda-tanda vital


R/ Nyeri hebat ingin menimbulkan pengeluaran adrenalin yang berlebihan sehingga berpengaruh
pada kenaikan frekuensi denyut nadi dan tekanan darah (Carpenito, 1998:30).

1. Masalah VI : Gangguan pemenuhan nutrisi sehubungan adanya mual/nafsu makan


menurun

Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.

Kriteria : – Nafsu makan meningkat, makan 3x sehari porsi sedang.

– Pasien tidak mual

– BB ideal

Intervensi

1. Berikan penyuluhan tentang porsi makanan yang efektif untuk klien yaitu porsi kecil tapi
sering.

R/ Porsi kecil memberi kesempatan agar lambung tidak bekerja terlalu berat sehingga
mengurangi rasa mual.

1. Hindari makanan berlemak dan merangsang asam lambung.

R/ Makanan berlemak lebih lama tinggal di dalam lambung sehingga menimbulkan rasa penuh
(enek) (Carpenito, 1998:130)

1. M. Pelaksanaan

Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap ketiga dalam proses asuhan kebidanan yang


merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun dalam tahap perencanaan,
implementasi akan dilaksanakan pada kasus nyata serta sesuai dengan kondisi klien.

1. N. Evaluasi

Adalah merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan untuk menilai tentang kriteria hasil
yang dicapai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak dalam evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP, yang dimaksud SOAP adalah sebagai berikut :

S : Subyektif

Yang didapatkan dari keluhan klien

O : Obyektif

Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh petugas yang terkait.


A : Assesment

Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang menunjukkan keberhasilan tindakan
yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru muncul.

P : Planning

Merupakan perencanaan lanjut dan tindakan yang sudah dilakukan dengan berpedoman pada
tingkat keberhasilan yang telah dicapai.

BAB II

TINJAUAN KASUS

1. A. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 18 Juli 2011, pukul 09.00 WIB

Tempat Pengkajian : Poli Kandungan RSUP dr.Soedono Madiun

1. Pengumpulan data
1. Data subyektif

Biodata Istri Suami

Nama : Ny. “P” Tn “S”

Umur : 50 th 55 th

Agama : Islam Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia

Pendidikan : SD SD

Pekerjaan : Buruh Buruh

Penghasilan : Rp. 600.000,-/bln Rp. 600.000,-/bln

Status marital : Menikah Menikah

Lama/brp x nikah : 27 th/1x 27 th/1x

Alamat : Grobogan RT.18/09 Jiwan, Madiun

No. register : 6-42-75-67


2) Keluhan utama

Ibu datang di poli kandungan RSUP Dr.Soedono Madiun karena ingin kontrol post kurretage
mioma uteri. Ibu mengeluh pusing.

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit dengan gejala jantung berdebar-debar (penyakit
jantung), tekanan darah tinggi (hipertensi), batuk lama lebih dari 2 minggu (TBC), sakit saat
BAK (ginjal), banyak makan, banyak

minum dan sering kencing (DM), gangguan jiwa ataupun pembekuan darah. Ibu tidak pernah
operasi di daerah perut, disekitar panggul, alat genetalia ataupun bagian tubuh yang lain.
Sebelumnya mempunyai keluhan pada waktu beraktifitas, kemudian periksa ke poli kandungan
pada tanggal 5 Juli 2011 dan MRS tanggal 6 Juli 2011 dengan diagnosa mioma uteri (geborn).
Menjalani curretage dan tranfusi pada tanggal 9 Juli 2011.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan saat ini dalam keadaan sehat, sudah tidak mengalami perdarahan dan nyeri perut
hanya sedikit pusing.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang sedang diderita ibu sekarang.

d) Riwayat kebidanan

– Riwayat haid

Menarche usia 14 tahun, haid teratur siklus 30 hari, lama haid ± 7 hari, ganti pembalut 3x sehari
konsistensi encer. Ibu tidak merasakan nyeri saat haid. Sejak 2 bulan terakhir ini ibu mengeluh
perdarahan, dan disekitar benjolan terasa nyeri bila untuk aktivitas berat.

– Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

P40004 anak pertama sampai dengan keempat biasa ditolong bidan. Selama kehamilan dan
persalinan sampai dengan nifas dari anak pertama sampai keempat ibu selalu sehat tak pernah
mengalami keadaan yang abnormal. Semua anak lahir cukup bulan. Anak terkecil berusia 10
tahun.

e) Riwayat KB
Sejak kelahiran anak pertama ibu menggunakan KB suntik. Setelah kelahiran anak terakhir ibu
mengikuti program KB steril tahun 2000.

f) Pola kebiasaan sehari-hari

– Nutrisi

Sebelum MRS : Makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur (sawi, bayam, kangkung), lauk
(tahu, tempe, telur). Minum + 6 gelas perhari (air putih + teh hangat, kadang-kadang kopi).

Selama di RS : makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur (wortel, kacang panjang,
bayam) dan lauk (daging, tahu, tempe). Minum air putih 3 botol aqua ½ literan +2 gelas teh
hangat sehari.

– Eliminasi

Sebelum MRS : BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli, bau khas. BAK 4-5
kali sehari warna kuning jernih. Ibu merasakan nyeri di daerah benjolan saat BAK.

Selama di RS: BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli, bau khas. BAK 5-6
kali sehari warna kuning jernih

– Istirahat

Dirumah, Ibu biasa tidur malam ± 8 jam (21.00 – 05.00 WIB).tidur siang + 1 jam (jam 13.00 –
14.00 WIB) tidak ada gangguan

Selama di RS : Tidur malam jam 21.00 WIB, malam sering terbangun karena petugas yang
mengganti infus, bangun pagi jam 04.00 WIB. Siang tidur selama 2 jam (jam 11.00 – 13.00
WIB).

– Personal hygiene

Dirumah, ibu mandi 2x sehari pagi dan sore. Gosok gigi bersamaan dengan mandi. Ganti pakaian
dan celana dalam 2x sehari. Keramas 2x seminggu dengan shampo. Sehabis BAB maupun BAK
selalu cebok dengan sabun dan air bersih dari depan ke belakang. Apalagi selama mengeluarkan
darah ibu selalu cebok.

Selama di RS : Ibu hanya disibin karena dipasang infus, ganti pakaian 1x sehari, ganti softex 2x
sehari pagi dan sore.

– Aktivitas

Ibu bekerja sebagai pedagang dan biasa mengerjakan pekerjaan rumah misalnya memasak,
mencuci dan menyapu.
– Rekreasi

Dirumah ibu menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai buruh dibantu
anaknya yang tinggal serumah. Tetapi selama sakit ibu lebih banyak istirahat dirumah.

Selama di RS ibu hanya istirahat di tempat tidur karena diberi tambahan infus sehingga kurang
leluasa bergerak. Hanya kalau BAB/BAK ibu jalan ke kamar mandi dibantu keluarga.

g) Kondisi Psikosoial

Ibu merasa takut dan khawatir sejak menderita penyakit tersebut. Walaupun demikian, ibu sudah
menerima keadaannya. Ibu sering menanyakan tentang kelanjutan dari proses pengobatan.

h) Spiritual

Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan berpuasa di bulan ramadhan. Waktu di RS tak bisa
melakukan sholat dengan semestinya karena dipasang infus. Hanya saja ibu selalu berdoa dan
pasrah pada keadaannya.

i) Keadaan sosial budaya

Sebelum maupun selama dirawat di rumah sakit ibu tidak pernah minum jamu-jamuan.

1. Data obyektif

1) Keadaan umum : Anemis

Kesadaran : Composmentis

2) Tanda-tanda vital

T: 190/110 mmHg

S: 36,5 oC

N: 84 x/mnt

R: 24 x/mnt

TB = 155 cm

BB = 56 kg

3) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, warna hitam ada sedikit uban, persebaran merata, banyak
yang rontok

Muka : Bersih, tidak sembab

Mata : Simetris, conjungtiva palpebra anemis, sklera putih, agak pucat

Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, mukosa bibir agak kering.

Telinga : Bentuk simetris, sedikit secret .

Hidung : Tidak ada polip, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis.

Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas, tidak ada bunyi
ronchi dan weezhing.

Mammae : Bentuk simetris, tidak ada benjolan abnormal pada payudara

Abdomen : Tidak terdapat benjolan abnormal, tidak terdapat nyeri tekan

Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran darah pervaginam, tidak ada condiloma


akuminata/matalata, tidak ad avarices,tidak ada pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar
bartolini, tidak terdapat keputihan.

Anus : Tidak ada haemoroid.

Ekstremitas :

– Atas : Simetris, kedua tangan dapat digerakkan dengan biasa

– Bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices.

4) Pemeriksaan penunjang

Hasil PA (patologi anatomi) tanggal 5 Juli 2011.

– Leiomyoma uteri

– Endometrium kelenjar fase sekresi irregular sheding

HB terakhir tanggal 11 Juli 2011 = 9,3 gr%.

Terapi : – Plasminex 3×1 tablet XV


– Vit B Complex 3×1 tablet XV

1. Analisa data

Diagnosa/masalah Data dasar


P40004, usia ibu 50 tahun DS : – Ibu mengatakan telah mempunyai 4
dengan post curretage orang anak, terkecil berusia 10 tahun, lahir
dan exterpasi mioma cukup bulan.
uteri hari ke-9.
– Ibu mengatakan usianya sekarang 50
tahun.

– Ibu mengatakan telah menjalani


curretage dan tranfusi 4 kolf atas indikasi
mioma uteri pada tanggal 9 Juli 2011 dan
sekarang sudah tidak merasa nyeri saat
beraktifitas.

– Ibu mengatakan merasakan cemas


apakah penyakitnya bisa sembuh total atau
tidak.

– Ibu mengatakan masih merasakan pusing


dan lemas.

DO : – Keadaan umum : Anemis

– Kesadaran : composmentis

– Tanda-tanda vital

T : 190/110 mmHg

S : 36,5 oC

N : 84 x/mnt

R : 24 x/mnt

TB = 155 cm

BB = 56 kg

– Mata : conjungtiva palpebra anemis,


sklera putih, agak pucat, bentuk simetris.
Diagnosa/masalah Data dasar
– Abdomen : Tidak terdapat tumor, tidak
ada luka bekas operasi, tidak terdapat nyeri
tekan. Telah dilakukan curretage tanggal 9
Juli 2011.

– Hb tanggal 11 juli 2011 = 9,3 gr%.

DS: Ibu mengatakan pusing.

DO: Tanda-tanda vital:

– T : 190/110 mmHg

– S : 36,5 0C

– N : 84 x/menit
Pusing sehubungan
dengan peningkatan – R : 24 x/me
tekanan darah.

1. B. Diagnosa Kebidanan

P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9 dengan masalah
anemia dan hipertensi. Prognosa baik.

1. C. Perencanaan

Tanggal 18 Juli 2011

Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9
dengan masalah anemia dan hipertensi.

Tujuan : – Anemia teratasi

– Rasa nyaman terpenuhi

– Cemas berkurang

Kriteria : – KU ibu baik

– TTV : T = 110/70 – 140/90 mmHg

N = 70 – 96 x/menit

S = 36,5 – 37,5 0C
R = 16 – 20 x/menit

– Konjungtiva palpebra merah muda

– Hb normal (12-16 gr%)

– Klien dapat mengungkapkan kecemasannya

– Klien tenang

– Klien mengerti tentang penyakitnya.

Intervensi

1. Jelaskan kepada klien tentang keadaannya

R/ klien mengerti dan kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.

1. Observasi tanda-tanda vital

R/ Cemas merangsang peningkatan hormon adrenalin sehingga tekanan darah dan nadi
meningkat

1. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit TKTP

R/ protein membantu peningkatan Hb

1. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit rendah garam

R/ Garam dapat membuat tekanan darah semakin meningkat

1. Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan daerah genetalia

R/ Menjaga kebersihan dapat menghindarkan dari infeksi

1. Yakinkan pasien bahwa penyakitnya Insyaallah dapat disembuhkan

R/ Memberikan harapan agar pasien merasa yakin dan optimis

1. Ajarkan pada ibu cara minum obat yang benar

R/ Pemberian terapi yang tepat akan mempercepat proses penyembuhan

1. Anjurkan pada pasien untuk selalu berdoa sesuai dengan keyakinannya

R/ Doa dapat menentramkan hati sehingga cemas berkurang.


1. D. Pelaksanaan

Tanggal 18 Juli 2011 pukul 10.00 WIB

Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9
dengan masalah anemia dan hipertensi. Prognosa baik.

Implementasi

1. Menjelaskan pada klien tentang keadaannya bahwa saat ini tumor dalam tubuh ibu sudah
diambil dan ibu tidak perlu khawatir.

2. Mengobservasi TTV. Didapatkan: T = 190/110 mmHg, S = 36,5 0C, N = 84 x/menit, R = 24


x/menit.

3. Melakukan kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit TKTP.

4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti anemia.

5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti hipertensi.

6. Menganjurkan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihgan vagina seperti ganti celana dalam
minimal 2x sehari/basah, cebok dari arah depan ke belakang.

7. Meyakinkan pasien dengan penjelasan yang sederhana bahwa insyaallah penyakitnya dapat
disembuhkan

8. Menganjurkan kepada pasien untuk selalu berdoa menurut keyakinannya sampai timbul
kepercayaan dari pasien dalam menghadapi penyakitnya.

1. E. Evaluasi

Tanggal 18 Juli 2011 pukul 10.15 WIB

Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun, post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9 dengan
masalah anemia dan hipertensi. Prognosa baik.

S : – Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan petugas

– Ibu mengatakan pusing

– Ibu mengatakan merasa lega karena sudah dilakukan tindakan

O : – Ibu tampak mengangguk saat dijelaskan

– Ibu mampu mengulang penjelasan yang telah diberikan.


A : P40004, post curretage dan exterpasi mioma uteri, pengetahuan ibu bertambah tentang
penyabab dan keadaan sekarang setelah dilakukan tindakan.

P : – Pesan kontrol 1 bulan lagi.

– Anjurkan segera kembali bila ada keluhan.

Petugas

Guritnasari

Share this:

Anda mungkin juga menyukai