Asuhan Keperawatan Mioma
Asuhan Keperawatan Mioma
1. A. Pengertian
1. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya (Wiknjosastro, 2007:338).
2. Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya.
Sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya, dominan dan lunak
sehingga otot rahimnya dominan (Manuaba, 1998:409).
3. Mioma uteri adalah pertumbuhan tumor jinak dari sel-sel polos imatur yang
namanya diberikan sesuai dengan lokasinya di uterus (Hamilton, 1995:106).
1. B. Etiologi
1. Penyebab mioma uteri belum jelas, disangka berasal dari :
2. Wanita estrogenik yang menyebabkan sel-sel yang imatur/belum matang
3. Faktor keturunan (Wiknjosastro, 2007:339).
1. Predisposisi
2. Kulit hitam lebih banyak
1. Terjadi pada wanita sekitar umur 34-35 tahun (tidak pernah terjadi
pada wanita yang sudah menopause)
2. Nulipara/kurang subur (Wiknjosastro, 2007:338).
1. C. Patogenesis
Moyer dan de snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast. Percobaan lipschutz yang
memberikan estrogen kepada kelinci, percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromaltosa baik
kepada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa maupun ini
dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puuka dan kawan-kawan
menyatakn bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapat dari pada miometrium
normal (Wiknjosastro, 2006:338).
Mioma ini tumbuh dibawah lapisan peritoneum, dapat bertangkai dan melayang dalam cavum
abdomen
1. Intramural
1. Servikal mioma
1. Atrofi
1. Degenerasi hyalin
Terjadi pada usia lanjut dimana tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
1. Degenerasi kistik
Mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar
dengan konsistensi lunak.
Terjadi pada usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi dengan adanya
pengendapan garam kapur sehingga mioma menjadi keras yang dengan pemeriksaan rontgen
dapat dilihat.
Biasa terjadi pada kehamilan dan nifas yang diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai
gangguan sirkulasi.
1. Degenerasi lemak
Dapat mengakibatkan terasa berat di abdomen bagian bawah, sukar miksi/defekasi, terasa nyeri
karena tertekannya urat saraf.
1. G. Diagnosis
Sering kali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian
bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak
digaris tengah atapun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma sub mukosum
dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus. Mioma intramural akan
menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus
sonde. Mioma sub mukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis
servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen dibagian bawah atau panggul ialah
mioma subserosum dan kehamilan, mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan
dengan inversio uteri : mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarisinoma, karsinoma korposis uteri atau sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal
dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis (Wiknjosastro, 2007:344).
1. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis, sehingga terjadi sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat mengalami
nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.
1. Pengobatan
Tidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah 55% dari semua myoma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila myoma uteri itu masih
kecil dan tidak menimbulkan gangguan/keluhan.Dalam dakade terakhir ada usaha mengobati
myoma uteri dengan GnRHa. Hal ini didasarkan atas pemikiran Leioma bahwa pada myoma
uteri terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. Pemberian GnRHa
selama 16 minggu pada myoma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga
uterus kecil.
1. Pengobatan operatif
Pengobatan operatif pada myoma uteri dilakukan bila myoma sebesar kehamilan 12-14, minggu,
disertai pertumbuhan cepat.
1. Myomektomi yaitu pengambilan sarang myoma saja tanpa, pengangkatan uterus. Apabila
myomektomi ini dikerjakan karena keinginan memproleh anak, maka kemungkinan akan
terjadi kehamilan 30-50%
2. Histerectomi yaitu pengakatan uterus perlu didasari bahwa 25-35% dari penderita
tersebut akan masih perlu histerectomi. Akhir-akhir ini jarang dikerjakan karena uterus
harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan disekitarnya
3. Radioterapi
Tindakan ini bertjuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga mengalami menopause.
Radioterapi hanya dilakukan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Radio terapi
hendaknya, hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
1. J. Pengkajian
2. Data subyektif
1. Biodata
Umur 35-45 tahun mempunyai resiko terkena mioma uteri (20%) dan jarang terjadi setelah
menopause, karena pada menopause estrogen menurun, suku bangsa kulit. Kulit hitam lebih
banyak beresikoo terkena mioma daripada kulit putih (Wiknjosastro, 2007:339).
1. Keluhan Utama
Gejala awal yang dirasakan oleh penderita mioma uteri menurut Wiknjosastro, (2005:342) yaitu :
3) Gangguan BAK (poliuri, retensio urine, disuria), hal ini akibat tekanan pada kandung
kemih.
4) Gangguan BAB (obstipasi dan tanesmia), hal ini akibat tekanan pada rectum.
5) Edema tungkai dan nyeri panggul akibat penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe.
Pada mioma uteri sering ditemukan pada penderita yang sering mengalami perdarahan
(hypermenorrhoe, menorrhagia, metrorrhagia) yang lama dan terus-menerus kadang-kadang
disertai rasa nyeri pada perut bagian bawah dan riwayat kontak berdarah dan dysparenia
(Hamilton, 1995:18-19).
Adakah anggota keluarga pasien (ibu, kakak) yang menderita/pernah menderita penyakit yang
sama seperti pasien yang berupa perdarahan terus-menerus dan lama karena predisposisi dari
mioma adalah faktor keturunan. Pada keluarga adakah riwayat gangguan pembekuan darah yang
dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti (Wiknjosastro, 2005:338).
1. Riwayat kebidanan
1) Haid
Pada riwayat haid sering ditemukan adanya hipermenorhea, menoragle, metoragie, dan
dysmenorea
3) Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat
tumbuh lebih lanjut.
1) Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri sub
mukosium.
1. Riwayat KB
KB hormonal dengan kadar estrogen yang tinggi merupakan pencetus terjadinya mioma karena
estrogen lebih tinggi kadarnya daripada wanita yang menggunakan KB hormonal (Hartanto,
2003:98).
1) Nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun, rasa sesak dan lain-lain (Wiknjosastro,
1999:347).
2) Eliminasi
Pola kebiasaan sehari-hari terutama pola eliminasi mengalami perubahan. Perubahan pola BAK
dapat berupa polakisuria, dysuria, dan kadang terjadi retensio urine, perubahan pola BAB dapat
berupa obstipasi dan tonesmi (Wiknjosastro, 1999:288).
3) Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa kontak berdarah dyspareunia, karena adanya mioma pada
alat genetalia interna juga kadang menyebabkan libido menurun (Wiknjosastro, 2007:342).
4) Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul (Wiknjosastro, 2007:342).
5) Kondisi psikososial
Ibu mengalami kecemasan disebabkan karena dampak/gejala yang ditimbulkan oleh adanya
penyakit seperti perdarahan, ada benjolan, perdarahan yang terus-menerus dan lama.
6) Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain dari penyakitnya, terutama bagi
pasien yang beragama Islam, tidak dapat/terganggu dalam melaksanakan ibadah.
1. Data obyektif
1. Keadaan umum : lemah, anemis
2. Kesadaran : composmentis sampai somnolen karena perdarahan menimbulkan
gangguan keseimbangan cairan.
3. Tanda-tanda vital
Tensi : Dalam keadaan syok hipovolemik akan terjadi penurunan tensi (hipotensi).
Suhu : Dapat normal dan dapat juga terjadi peningkatan suhu apabila sudah ditemukan
infeksi/dehidrasi berat.
Nafas : Mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder yaitu : sesak nafas
karena gangguan sirkulasi O2.
1. Pemeriksaan fisik
Mulut : Mukosa mulut dan bibir tampak kering dan pucat. Bau aseton bisa terjadi bila
telah terjadi asidosis akibat dehidrasi/shock hipolemik yang hebat.
Dada : Gerakan nafas cepat karena adanya usaha nafas untuk memenuhi O2 akibat
sesak nafas.
Abdomen : Tampak adanya pembesaran, teraba tumor di perut bagian bawah, teraba
lunak/keras, berbatas tegas, kenyal, dan berbeda dengan jaringan di sekitarnya
Anus : Karena penekanan mioma pada rectum dapat menyebabkan haemoroid akibat
pengerasan faces.
Ekstremitas : Dapat terjadi penekanan edema tungkai akibat penekanan pada pembuluh darah
dan pembuluh lymfe.
1. Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan bimanual
Teraba tumor padat uterus terletak di garis tengah atau agak ke samping, teraba berbenjol-benjol.
Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus (Wiknjosastro,
2005:344).
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, sehingga diagnosanya
ditegakkan dengan uterus sonde (Wiknjosastro, 2005:344).
1. USG
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan duagaan klinis.
USG abdominal dan transvaginal digunakan untuk memantau apakah mioma tadi bertambah
besar atau tidak. Mioma dengan ukuran kecil dapat diketahui dan letaknya terhadap cavum uteri
juga dapat ditentukan, apakah suatu mioma submukosum, intramural, atau subserosum.
1. Laboratorium
Pada mioma uteri yang disertai dengan perdarahan banyak dapat terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Manuaba, 1998:410).
1. L. Perencanaan
2. Diagnosa kondisi : PAPIAH dengan mioma uteri KU baik/buruk
T : 110/70-140/90 mmHg
N : 70-96 x/mnt
S : 36,5-37,2oC
R : 16-20 x/mnt
Intervensi
1. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi penyakit ibu.
1. Minta persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
R/ Agar klien dan keluarganya bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
Intervensi
R/ Dengan diberikan informasi tentang penyakit ibu akan lebih mengerti dan kooperatif.
1. Jelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang mengandung ferum.
Intervensi
R/ Rasa percaya diri akan timbul dalam diri klien, sehingga dapat menumbuhkan sikap yang
kooperatif.
R/ Dukungan keluarga merupakan sarana untuk menumbuhkan rasa percaya diri klien.
R/ Diharapkan klien dapat kooperatif dengan baik sehingga masalah yang dihadapi teratasi
(Carpenito, 1998:136).
1. Masalah III : Gangguan pola eliminasi BAK berhubungan dengan penekanan mioma
uteri terhadap kandung kencing (Manuaba, 1998:410).
Kriteria : – Klien dapat BAK dengan frekuensi normal 4-5 kali sehari.
Intervensi
R/ Proses pengeluaran urine yang lancar dapat mencegah terjadinya proses infeksi serta
dapat memberikan rasa nyaman.
Intervensi
1. Anjurkan ibu untuk BAB secara teratur dan agar ibu tidak menahan BAB.
R/ Menahan faeces yang lama pada rectum dapat menyebabkan keadaan faeces semakin keras
dan semakin sudah BAB.
1. Anjurkan ibu untuk banyak minum ± 2 liter atau ± 8-10 gelas perhari.
1. Anjurkan pada klien untuk minum air hangat 30 menit sebelum sarapan pagi.
1. Masalah V : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan urat syaraf
oleh mioma uteri
Intervensi
R/ Dengan menjelaskan mengenai penyebab nyeri, klien akan mengerti dan kooperatif dengan
tindakan.
1. Ajarkan kepada klien tentang strategi relaksasi dengan bernafas perlahan, teratur atau
nafas dalam.
R/ Obat analgesic akan merangsang syaraf dengan menekan rasa nyeri sehingga mengurangi rasa
nyeri.
– BB ideal
Intervensi
1. Berikan penyuluhan tentang porsi makanan yang efektif untuk klien yaitu porsi kecil tapi
sering.
R/ Porsi kecil memberi kesempatan agar lambung tidak bekerja terlalu berat sehingga
mengurangi rasa mual.
R/ Makanan berlemak lebih lama tinggal di dalam lambung sehingga menimbulkan rasa penuh
(enek) (Carpenito, 1998:130)
1. M. Pelaksanaan
1. N. Evaluasi
Adalah merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan untuk menilai tentang kriteria hasil
yang dicapai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak dalam evaluasi dilakukan dengan
pendekatan SOAP, yang dimaksud SOAP adalah sebagai berikut :
S : Subyektif
O : Obyektif
Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang menunjukkan keberhasilan tindakan
yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru muncul.
P : Planning
Merupakan perencanaan lanjut dan tindakan yang sudah dilakukan dengan berpedoman pada
tingkat keberhasilan yang telah dicapai.
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
1. Data subyektif
Umur : 50 th 55 th
Pendidikan : SD SD
Ibu datang di poli kandungan RSUP Dr.Soedono Madiun karena ingin kontrol post kurretage
mioma uteri. Ibu mengeluh pusing.
3) Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit dengan gejala jantung berdebar-debar (penyakit
jantung), tekanan darah tinggi (hipertensi), batuk lama lebih dari 2 minggu (TBC), sakit saat
BAK (ginjal), banyak makan, banyak
minum dan sering kencing (DM), gangguan jiwa ataupun pembekuan darah. Ibu tidak pernah
operasi di daerah perut, disekitar panggul, alat genetalia ataupun bagian tubuh yang lain.
Sebelumnya mempunyai keluhan pada waktu beraktifitas, kemudian periksa ke poli kandungan
pada tanggal 5 Juli 2011 dan MRS tanggal 6 Juli 2011 dengan diagnosa mioma uteri (geborn).
Menjalani curretage dan tranfusi pada tanggal 9 Juli 2011.
Ibu mengatakan saat ini dalam keadaan sehat, sudah tidak mengalami perdarahan dan nyeri perut
hanya sedikit pusing.
Didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang sedang diderita ibu sekarang.
d) Riwayat kebidanan
– Riwayat haid
Menarche usia 14 tahun, haid teratur siklus 30 hari, lama haid ± 7 hari, ganti pembalut 3x sehari
konsistensi encer. Ibu tidak merasakan nyeri saat haid. Sejak 2 bulan terakhir ini ibu mengeluh
perdarahan, dan disekitar benjolan terasa nyeri bila untuk aktivitas berat.
P40004 anak pertama sampai dengan keempat biasa ditolong bidan. Selama kehamilan dan
persalinan sampai dengan nifas dari anak pertama sampai keempat ibu selalu sehat tak pernah
mengalami keadaan yang abnormal. Semua anak lahir cukup bulan. Anak terkecil berusia 10
tahun.
e) Riwayat KB
Sejak kelahiran anak pertama ibu menggunakan KB suntik. Setelah kelahiran anak terakhir ibu
mengikuti program KB steril tahun 2000.
– Nutrisi
Sebelum MRS : Makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur (sawi, bayam, kangkung), lauk
(tahu, tempe, telur). Minum + 6 gelas perhari (air putih + teh hangat, kadang-kadang kopi).
Selama di RS : makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur (wortel, kacang panjang,
bayam) dan lauk (daging, tahu, tempe). Minum air putih 3 botol aqua ½ literan +2 gelas teh
hangat sehari.
– Eliminasi
Sebelum MRS : BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli, bau khas. BAK 4-5
kali sehari warna kuning jernih. Ibu merasakan nyeri di daerah benjolan saat BAK.
Selama di RS: BAB 1x sehari, konsistensi lembek, warna kuning trengguli, bau khas. BAK 5-6
kali sehari warna kuning jernih
– Istirahat
Dirumah, Ibu biasa tidur malam ± 8 jam (21.00 – 05.00 WIB).tidur siang + 1 jam (jam 13.00 –
14.00 WIB) tidak ada gangguan
Selama di RS : Tidur malam jam 21.00 WIB, malam sering terbangun karena petugas yang
mengganti infus, bangun pagi jam 04.00 WIB. Siang tidur selama 2 jam (jam 11.00 – 13.00
WIB).
– Personal hygiene
Dirumah, ibu mandi 2x sehari pagi dan sore. Gosok gigi bersamaan dengan mandi. Ganti pakaian
dan celana dalam 2x sehari. Keramas 2x seminggu dengan shampo. Sehabis BAB maupun BAK
selalu cebok dengan sabun dan air bersih dari depan ke belakang. Apalagi selama mengeluarkan
darah ibu selalu cebok.
Selama di RS : Ibu hanya disibin karena dipasang infus, ganti pakaian 1x sehari, ganti softex 2x
sehari pagi dan sore.
– Aktivitas
Ibu bekerja sebagai pedagang dan biasa mengerjakan pekerjaan rumah misalnya memasak,
mencuci dan menyapu.
– Rekreasi
Dirumah ibu menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai buruh dibantu
anaknya yang tinggal serumah. Tetapi selama sakit ibu lebih banyak istirahat dirumah.
Selama di RS ibu hanya istirahat di tempat tidur karena diberi tambahan infus sehingga kurang
leluasa bergerak. Hanya kalau BAB/BAK ibu jalan ke kamar mandi dibantu keluarga.
g) Kondisi Psikosoial
Ibu merasa takut dan khawatir sejak menderita penyakit tersebut. Walaupun demikian, ibu sudah
menerima keadaannya. Ibu sering menanyakan tentang kelanjutan dari proses pengobatan.
h) Spiritual
Ibu melaksanakan sholat 5 waktu dan berpuasa di bulan ramadhan. Waktu di RS tak bisa
melakukan sholat dengan semestinya karena dipasang infus. Hanya saja ibu selalu berdoa dan
pasrah pada keadaannya.
Sebelum maupun selama dirawat di rumah sakit ibu tidak pernah minum jamu-jamuan.
1. Data obyektif
Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
T: 190/110 mmHg
S: 36,5 oC
N: 84 x/mnt
R: 24 x/mnt
TB = 155 cm
BB = 56 kg
3) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, warna hitam ada sedikit uban, persebaran merata, banyak
yang rontok
Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, mukosa bibir agak kering.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun kelenjar limfe, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas, tidak ada bunyi
ronchi dan weezhing.
Ekstremitas :
4) Pemeriksaan penunjang
– Leiomyoma uteri
1. Analisa data
– Kesadaran : composmentis
– Tanda-tanda vital
T : 190/110 mmHg
S : 36,5 oC
N : 84 x/mnt
R : 24 x/mnt
TB = 155 cm
BB = 56 kg
– T : 190/110 mmHg
– S : 36,5 0C
– N : 84 x/menit
Pusing sehubungan
dengan peningkatan – R : 24 x/me
tekanan darah.
1. B. Diagnosa Kebidanan
P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9 dengan masalah
anemia dan hipertensi. Prognosa baik.
1. C. Perencanaan
Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9
dengan masalah anemia dan hipertensi.
– Cemas berkurang
N = 70 – 96 x/menit
S = 36,5 – 37,5 0C
R = 16 – 20 x/menit
– Klien tenang
Intervensi
R/ Cemas merangsang peningkatan hormon adrenalin sehingga tekanan darah dan nadi
meningkat
Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9
dengan masalah anemia dan hipertensi. Prognosa baik.
Implementasi
1. Menjelaskan pada klien tentang keadaannya bahwa saat ini tumor dalam tubuh ibu sudah
diambil dan ibu tidak perlu khawatir.
4. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti anemia.
5. Melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat anti hipertensi.
6. Menganjurkan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihgan vagina seperti ganti celana dalam
minimal 2x sehari/basah, cebok dari arah depan ke belakang.
7. Meyakinkan pasien dengan penjelasan yang sederhana bahwa insyaallah penyakitnya dapat
disembuhkan
8. Menganjurkan kepada pasien untuk selalu berdoa menurut keyakinannya sampai timbul
kepercayaan dari pasien dalam menghadapi penyakitnya.
1. E. Evaluasi
Diagnosa : P40004, usia ibu 50 tahun, post curretage dan exterpasi mioma uteri hari ke-9 dengan
masalah anemia dan hipertensi. Prognosa baik.
Petugas
Guritnasari
Share this: