Anda di halaman 1dari 2

Motivation Letter – Sahabat Desa FEM

Ainun Shanaz Arumni

Journalism is my life. Dunia tulis menulis dan media sudah menjadi keseharian
saya sejak di bangku Sekolah Dasar. Mulai dari berlangganan majalah Bobo, hingga pernah
magang di koran lokal DIY sebagai reporter, menjadi jejak yang tidak terlupakan sampai
sekarang. Semua itu membuat saya akrab dengan pembahasan mengenai sosial, budaya,
pendidikan, politik, dan ekonomi. Walaupun saya tidak selalu mengerti, selalu update ilmu
dan informasi sangat diperlukan untuk memahami situasi disekitar.

Saya mengerti, Indonesia adalah negara kaya. Kaya pulau, penduduk, budaya,
suku, ras, agama, sampai yang paling ekstrim, kaya hutang. Konon hutang negara kian
meninggi, sehingga sekalipun dicicil, rasa-rasanya tiap tahun Indonesia hanya mampu
membayar bunganya saja. Oleh karena itu, bukan hanya sebagai kewajiban pemerintah saja
yang memutar otak untuk membangun bangsa, tapi kita juga. Iya, kita.

Teringat ketika saya terjun untuk melakukan pengabdian selama dua bulan, di
Dusun Tegiri II, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DIY.
Kulonprogo sendiri adalah kabupaten yang terkenal dengan potensial pariwisatanya.
Adapun beberapa objek wisata yang ada di desa, tempat saya mengabdi yaitu Wisata Alam
Kalibiru, Bukit Cendana, Waduk Sermo, dll. Mereka antusias dengan objek wisata yang
ada di daerah mereka, dan terbuka dengan gaya hidup yang semakin modern.

Status ekonomi di desa Hargowilis kini sedikit demi sedikit terbantu dengan
adanya objek wisata lokal. Namun, tidak sedikit pula yang masih terbelakang dalam hal
pola pikir. Contohnya, pendidikan. Sebagian dari mereka masih berpikir bahwa sekolah
tidak mempengaruhi masa depan mereka untuk mendapatkan uang. Oleh karena itu, banyak
dari orang tua yang pergi merantau untuk mencari pekerjaan demi mencapai kehidupan
yang layak. Akibatnya, anak-anak mereka dititipkan oleh orang tua yang ‘benar-benar tua’
baik segi fisik, cara asuh, maupun pola pikir yang diwariskan.

Saya dan rekan-rekan tim merasa sangat menyesali segala permasalahan yang ada
di desa tersebut. Betapa tidak? Ternyata meskipun ekonomi masyarakat sudah mulai
terbantu dengan objek wisata lokal, mereka masih mengesampingkan pendidikan. Kami
menyimpulkan, kesejahteraan desa tersebut tidak merata. Maka, saya dan rekan-rekan
bertekad mengabdi di TK PU 2, yang berlokasi di dusun Tegiri II, untuk menebarkan
semangat menuntut ilmu.
Meskipun hanya dua bulan, kami puas dengan dedikasi yang membuat kami rela
bangun lebih pagi, dan terkadang melewatkan sarapan. Kini beberapa dari mereka menjadi
murid Sekolah Dasar, dan sudah bisa membaca, menulis, berhitung, dan mengaji.
Pengalaman ini adalah alasan mengapa saya ingin bergabung dengan tim Sahabat Desa
FEM. Kembali terjun ke desa, untuk menebar kebermanfaatan. Adapun yang spesial dari
petualangan kali ini ialah desa yang lebih terpencil dari desa yang pernah saya kunjungi.

Mengenal media, membuat saya mengetahui kondisi suatu daerah atau wilayah
tertentu. Begitu juga menulis, membuat saya mengerti, konsekuensi dari menulis adalah
mempengaruhi khalayak. Layaknya Sahabat Desa FEM yang peduli akan pembangunan
daerah, saya pun ingin mengikuti dan menjadi saksi jejak mereka walaupun sebentar.

Anda mungkin juga menyukai