Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PROGRAM

GERAKAN LITERASI SEKOLAH


DI SMP ANAK SOLEH WANAREJA
BAB I – Pendahuluan

A. Latar Belakang
Setiap sekolah memiliki persoalan tersendiri saat menghadapi isu literasi. Sekolah di kota
dan sekolah desa tentu menemui permasalahan yang berbeda. Sebagai gambaran mungkin
bisa kita kategorikan seperti ini; di kota akses kepada informasi berlebihan dan tidak
terkontrol, sedang di desa akses kepada informasi sangat terbatas. Secara umum,
berdasarkan penelitian PISA 2018, kemampuan membaca dan menulis anak Indonesia
berada di peringkat 74 dari 79 negara dengan skor rata-rata 371. Sangat rendah. Baik di kota
maupun di desa, Indonesia jelas-jelas mempunyai masalah besar dalam bidang literasi. Oleh
karenanya diperlukan sebuah program yang matang untuk menanggulangi persoalan
tersebut. Salah satunya adalah Program Gerakan Literasi Sekolah yang didesain untuk
membiasakan anak-anak sekolah untuk membaca.
SMP Anak Soleh Wanareja yang berlokasi di Desa Tambaksari, Kecamatan Wanareja,
Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah juga merancang program tersebut dengan beberapa
penyesuaian dan tetap mengacu pada Panduan Program Gerakan Literasi Sekolah di
Kemendikbudristek. SMP Anak Soleh berada di sebuah daerah pedesaan, sebagian besar
peserta didik yang terdaftar adalah masyarakat sekitar. Mayoritas masyarakat Desa
Tambaksari memiliki mata pencaharian sebagai petani atau buruh harian, seringkali
keduanya. Meski hari ini Desa telah menjalanakan program pemerataan internet di desa-
desa di Indonesia, penggunaan terbesarnya adalah sebagai wahana hiburan virtual. Buktinya
anak-anak sekolah, termasuk peserta didik SMP Anak Soleh, tidak banyak mengetahui
mengenai peristiwa-peristiwa di dunia luar, kemajuan teknologi yang telah dicapai umat
manusia, wawasan umum tentang alam dan lain-lain.
Sudah jelas bahwa kebutuhan literasi tidak hanya menuntut seseorang untuk bisa membaca
dan menulis tetapi juga mengadopsinya sebagai sarana pembelajaran dan meningkatkan
peluang untuk bersaing dalam memajukan peradaban. Di kota maupun di desa, kehadiran
internet sepertinya belum bisa dioptimalkan agar bisa menjadi medium pembelajaran,
tentang apa saja. Sampai hari ini di Indonesia melalui internet banyak orang menyebarkan
sebuah informasi bahkan meyakininya sebagai sebuah kebenaran tanpa menyaringnya
terlebih dahulu. Hal ini merupakan bukti dari tidak—atau setidaknya belum—selesainya cita-
cita gerakan literasi sekolah. Atau juga merupakan sebuah kesalahpahaman dalam
membiasakan, mengembangkan dan mempelajari aspek-aspek literasi khususnya sejak di
bangku sekolah. Seperti salah paham bahwa literasi hanya membiasakan anak membaca
atau memaksa anak menulis laporan. Sedang kesadaran literasi sudah merambah ke dunia
internet yang meliputi logika dan cara berpikir, baik secara intelektual maupun emosional.
SMP Anak Soleh Wanareja mencoba untuk mendesain program gerakan literasi yang
tersesuaikan dengan kondisi para peserta didik khususnya keberadaan mereka sebagai
‘orang desa’. Kami berharap anak-anak tidak hanya tumbuh dengan kesadaran inferior
terhadap ‘budaya orang kota’ sebagaimana hasil dari konten yang viral, dan hanya viral yang
didambakan. Jauh dari cita-cita gerakan literasi yang ingin mencerdaskan anak bangsa,
bukan melatahkan.

B. Pengertian
Pengertian literasi menurut KBBI adalah: kemampuan menulis dan membaca / pengetahuan
atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu / kemampuan individu dalam
mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS), atau awalnya Gerakan Literasi Nasional (GLN), adalah
program pemerintah sejak tahun 2016 yang digerakkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai upaya penanggulangan rendahnya literasi di Indonesia. GLS secara
khusus diwajibkan oleh pemerintah untuk dilaksanakan di setiap sekolah atau satuan
pendidikan.

C. Tujuan

D. Ruang Lingkup
E. Sasaran
BAB II – Tahap-tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

A. Tahap Pembiasaan
B. Tahap Pengembangan
C. Tahap Pembelajaran
BAB III – Penutup

Anda mungkin juga menyukai