Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya semua buku yang telah ditulis oleh para penulis memiliki keunikan
masing-masing, namun ada juga diantara mereka yang masih memiliki kekurangan, hingga
buku tersebut belum begitu sempurna untuk dipelajari, sehingga dibutuhkan buku lain untuk
melengkapi kekurangan buku yang satu tadi. Tapi seharusnya, kita harus sangat
berterimakasih kepada para penulis buku, karena mereka telah memberikan ilmu mereka
untuk kita sehingga kita dapat belajar dari buku-buku mereka.

Oleh karena itu, saya membuat Critical Book ini, untuk melihat perbedaan dan
persamaan dari kedua buku yang berbeda penulisannya tentang suatu materi pembelajaran
dan juga untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Model-Model konseling.

Dalam “Book Report” ini, penulis melaporkan dan menganalisa buku yang berjudul
“Pengantar Konseling:Teori Dan Studi Kasus”. Buku ini ditulis oleh. Penjelasan singkat
mengenai isi buku tersebut di atas akan disajikan pada bab II dari “Book Report” ini.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengulas isi buku.
2. Untuk mengetahui informasi yang ada dalam buku.
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari buku.
4. Untuk membandingkan isi buku pertama dengan buku lainnya.

1.3 Manfaat
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Konseling.
2. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang Konseling Pendekatan
Kognitif-Behavioral.

1
BAB II

ISI BUKU

2.1 Identitas Buku


a. Identitas Buku (Utama)
1. Judul Buku : Pengantar Konseling:Teori dan Studi Kasus.
2. Pengarang : John Mcleod.
3. Penerbit : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.
4. Tahun Terbit : 2010.
5. Kota Terbit : Jakarta.
6. ISBN : 979-3925-42-6 361-06
7. Cetakan Terbit : Ke-3
8. Tebal Buku : 686 Halaman
9. Ukuran Buku : 23 Cm.
10. Bahasa Teks : Bahasa Indonesia.
2.2 Ringkasan Isi Buku

DARI BEHAVIORISME KE KONTRUKTIVISME : KONSELING PENDEKATAN


KOGNITIF-BEHAVIORAL

Pendahuluan

Dengan metode dan konsep yang khas, tradisi kognitif-behavioral merepresentasikan


pendekatan konseling yang penting. Pendekatan ini bersumber dari psikologi behavioral
(perilaku) dan memiliki tiga karakteristik : Pemecahan masalah (problem solving),
pendekatan perubahan terfokus (change focused approach) untuk menghadapi
klien;penghormatan terhadap nilai ilmiah;dan memiliki perhatian yang lebih terhadap proses
kognitif alat untuk mengontrol dan memonitor tingkah laku mereka.

2
Akar Pendekatan Kognitif-Behavioral

Dimensi behavioral dalam pendekatan kognitif-behvioral bersumber dari psikologi


behavioral, yang diketahui secara luas, diciptakan oleh J.B.Watson, khususnya melalui
publikasi Psycology From The Standpoint of a Behaviourist pada 1919.

Studi perintis1930-an oleh Tolman, Bartlett, Piaget, dan beberapa orang lain, pada
akhirnya disebut “revolusi kognitif” dalam psokologi. Pada 1970-an psikologi akademis
mulai meninggalkan behaviorisme, dan tidak lagi terlalu terikat dengan analisis stimulus-
respons perilaku manusia.

Sekali lagi aliran introspectionist terhadap berbagai event kognitif kembali


mendominasi psikologi, dan saat ini lebih disertai oleh metode riset yang membosankan
ketimbang intropeksi yang naif.

APLIKASI IDE BEHAVIORAL DALAM PRAKTIS KLINIS

Sepanjang sejarah mereka, psikolog behavioral mencari cara untuk mengaplikasikan


ide mereka untuk menjelaskan masalah psikologis dan emosional. Mungkin teoritikus
pertama yang memeperhatikan masalah emosional dari sudut pandang behavioral adalah
Pavlov, psikolog sekaligus fisiolog Rusia yang bekerja pada akhir abad ke-19, yang mencatat
bahwa ketika dia menetapkan tugas perseptual yang sulit bagi anjing eksperimentalnya
(misalnya, anjing tersebut akan diberikan ganjaran jika ia merespons lingkaran dan tidak
merespons stimulus yang berbentuk lonjong), binatang tersebut akan tertekan, menolong, dan
kemudian “menyerah”.

METODE BEHAVIORAL DALAM KONSELING

Modifikasi perilaku (behaviour moditification) adalah sebuah tehnik yang berangkat


dari konsepsi skinnerian bahwa dalam setiap situasi atau dalam merespons setiap stimulus,
seseorang sudah memiliki perbendaharaan respons yang mungkin sesuai dengan stimulus
tersebut, dan mengeluarkan perilaku yang dikuatkan atau diberi ganjaran.

Ayllon dan Azrin (1965,1968) mengaplikasikan teknik ini di bangsal psikiatri di


sebuah rumah sakit terhadap beberapa orang yang terganggu jiwannya dengan menggunakan
tehnik yang dikenal dengan istilah to an ecconomy. Perilaku tertentu dari seorang pasien yang
menjadi target, seperti menggunakan pisau untuk makan atau berbicara kepada orang lain,
akan diberikan ganjaran secara sistematik oleh petugas bangsal. Biasanya dengan

3
memberikan mendali yang dapat ditukarkan dengan hadiah seperti rokok atau jam kunjungan,
atau terkadang dengan secara langsung memberikan hadiah seperti rokok, coklat, kepada
mereka. Sesuai dengan riset Skinner tentang jadwal penguatan, pada awalnya pasien akan
diganjar untuk tiap perilaku sederhana yang dilakukannya, dan ganjaran akan tersedia untuk
tiap capaian terhadap perilaku yang ditargetkan. Seiring dengan berlanjutnya program ini, si
pasien hanya akan diganjar atas rangkaian perilaku yang kompleks dan berlangsung lama,
dan akan diganjar dengan sporadis. Akhirnya, tujuan dari tehnik ini adalah untuk
mempertahankan perilaku yang diharapkan melalui penguatan sosial yang normal.

Tehnik lain yang direpsentasikan pada awal konseling dengan pendekatan behavioral
adalah Systematic desensitization (Desensitisasi sistematik) yang dipelopori oleh Wolpe.
Pendekatan ini didasarkan kepada model pembelajaran pengkondisian klasik Pavlov. Dalam
serangkaian percobaan dengan anjing, Pavlovmendemostrasikan bahwa prilaku hewan atau
organisme terdiri dari banyak respons refleks. Respons tersebut tidak dipelajari, reaksi makan
berlebihsn yang kemudian dimuntahkan kembali adalah karakteristik kondisi yang disebut
sebagai bulimia Nervosa. Pola perilaku itu sendiri mengarah kepada intervensi para penganut
behavioral, karena perilaku yang menjadi sorotan terlihat dengan jelas dan terjadi pada
periode waktu yang relatif panjang secara reguler dan dapat diprediksi.

ELEMENT KOGNITIF

Perkembangan elemen kognitif dalam konseling kognitif-behavioral dideskripsikan


dengan baik dalam Ellis (1989). Ellis (1989) menegaskan bahwa usaha paling awal untuk
bekerja dengan klien dalam mode kognitif terdapat dalam bidang terapi seks. Para peintis
terapi seks menemukan bahwa merupakan keharusan bagi mereka untuk menginformasikan
seksualitas dan ragam perilaku seksual kepada klien. Den gan kata lain, mereka perlu
menetang fantasi mereka tentang seks yang kurang tepat. Target membantu klien mereka
memikirkan sesuatu tetap menjadi fokus utama pada semua pendekatan kognitif.

Baik Ellis, penemu terapi rasional emosional, maupun Beck, penemu terapi kognitif,
memulai karier terapeutik mereka sebagai psikoanalis. Keduannya kemudian merasa kurag
puas dengan metode psikoanalis, dan mereka menjadi lebih sadar akan nilai penting dari cara
klien memikirkan diri mereka sendiri. Kisah perpindahannya kepada perspektif terapi
kognitif dikisahkan oleh Beck (1976) dalam bukunnya, Cognitive Therapy and Emotional
Disorder. Dia menulis “Saya telah mempraktikkan psikoterapi psikoanalisis dana

4
psikoanalitik selama bertahun-tahun sebelum akhirnya saya dihantam oleh kenyataan bahwa
kognisi pasien memiliki dampak yang luar biasa terhadap perasaan dan perilaku mereka”.

PROSES KOGNITIF

Model terbaik yang dikenal dalam pemerosesan kognitif yang digunakan konselor
kognitif-behavioral milik Beck (1976), dikenal dengan model distorsi kognitif. Dalam kerja
ini, pengalaman berupa ancaman akan berakibat pada hilangnya kemampuan untuk
memproses informasi secara efektif :

Individu akan mengalami tekanan psikologis ketika menerima sebuah situasi sebagai
ancaman terhadap minat vital mereka. Pada saat itu, terdapat ketidaksempurnaan dalam
pemerosesan kognitif normal. Persepsi dan intepretasi terhadap situasi menjadi sangat
selektif, dan rigid. Orang tersebut memiliki penrunan kemampuan untuk “mematikan”,
berkonsentrasi terhadap, memanggil kembali, dan menjelaskan tentang pemikiran
menyimpang. Fungsi korektif yang memungkinkan pengetesan realitas dan penyaringan
konseptualisasi global-diperlemah. (Beck dan Weishaar, 1989)

Pendekatan utama lain untuk memahami proses kognitif dalam konseling dan terapi
kognitif-behavioral adalah operasi metakognisi. Hal ini merujuk kepada kemungkinanan
seseoramg untuk merefleksikan proses kognitifnya sendiri, untuk menyadari bagaimana
mereka akan memikirkan sesuatu, atau mencoba memecahkan masalah.

KANDUNGAN KOGNITIF

Para konselor dan terapis kognitif-behavioral telah aktif dalam mengatalogkan


berbagai ragam kandungan kognitif, yang dirujuk oleh penulis yang berbeda, seperti konsep
keyakinan irasional (irrational belief) (Ellis, 1962), pemikiran disfungsional atau otomatis
(dysfunctional or automatic thoughts) (Beck,1976), self-talk atau dialog internal
(Meichenbaum, 1986), atau “hot cognition” (Zajonc,1980).

5
Berikut ini serangkaian keyakinan irasional, sebagaimana yang diidentifikasikan oleh
Ellis, yang memberikan titik awal kepada konselor uttuk mengekplorasi kandungan kognitif
klien :

 Saya hatus berlaku dengan baik.


 Saya adalah seseorang yang buruk atau tidak berharga ketika saya bertindak bofoh.
Saya harus mendapatkan persetujuan dari orang yang saya pandang penting.
 Jika ditolak, maka saya adalah orang yang jelek dan tidak dapat dicintai.
 Orang-orang yang bertindak amoral adalah mereka yang tidak pantas dan busuk.
Orang-orang harus hidup sesuai dengan keinginan saya, jika tidak maka mereka
adalah buruk.
 Hidup saya harus memiliki beberapa rintangan utama. Saya tidak akan bisa
menghadapi sesuatu yang snagat buruk atau orang yang sulit. Apabila hal yang
penting tidak sejalan dengan apa yang saya lakukan, maka hal tersebut adalah sesuatu
yang mengerikan.
 Saya tidak dapat menghadapinnya ketika hidup benar-benar tidak adil.
 Saya butuh disayangi oleh seseorang yang sangat berarti bagi saya.
 Saya butuh segera mendapatkan gratifikasi dan selalu merasa malu ketika tidak
mendapatkannya.

Salah satu hambatan dalam daerah konseling kognitif-behavioral adalah sulitnya


mendapatkan akses kepada keyakinan atau pernyataan diri sisi klien. Berikut ini beberapa
tehnik yang digunakan untuk melakukan penilaian kognisi (Hollon dan Kendall,
1981;Kendall dan Hollon,1981), antara lain :

 Perekam pernyataan spontan yang tersembunyi.


 Rekaman perkataan yang mengikuti instruksi tertentu (misalnya. “Bayangkan anda
tengah mengikuti ujian”.)
 “Mengucapkan dengan keras apa yang dipikirkan” ketika melakukan satu tugas;
 Kuesioner (misalnya, tes keasertifan pernyataan diri).
 Mendengarkan pikiran (Thought listing).
 Rekaman pemikiran disfungsional (Kertas kerja tempat klien mereka detail peristiwa
yang sedang tejadi, keyakinan dan konsekuensi prilaku).

6
TEKNIK DAN METODE KONSELING KOGNITIF-BEHAVIORAL

Berbeda dengan pendekatan konseling psikodinamik dan Person-centered yang


menempatkan pendekatan yang sangat besar kepada eksplorasi dan pemahaman, pendekatan
kognitif-behavioral kurang memperhatikan pemahaman dan lebih berorientasi kepada
tindakan klien yang menghasilkan perubahan. Walaupun tiap praktisi memilki gaya yang
berbeda satu dengan yang lain, namun kecenderungan dalam kognitif-behavioral adalah
dilaksanakannya pendekatan ini dalam sebuah program yang terstruktur langkah demi
langkah (Kuehnel dan Liberman, 1986 ; Freeman dan Simon, 1989).

Konselor kognitif-behavioral biasannya akan menggunkan berbagai tehnik interview


untuk mendapatkan kesepakatan prilaku sasaran dengan klien (Haaga dan
Davidson,1986;Meichenbaum,1986). Teknik yang biasannya digunakan adalah :

1. Menantang keyakinan irasonal.


2. Membingkai kembali isu; misalnya, kondisi emosional internal sebagai suatu yang
menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.
3. Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan
konselor.
4. Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi rill.
5. Mengukur perasaan.
6. Menghentikan pikiran.
7. Desensitisasi sistematis
8. Pelatihan keterampilan sosial atau esertifikasi.
9. Penugasan pekerjaan rumah.
10. In vivo exposure.

SEBUAH PENILAIAN TERHADAP PENDEKATAN KOGNITIF-BEHAVIORAL

Konsep dan metode kognitif-behavioral telah membuat konstribusi besar dalm bidang
konseling. Bukti dan energi dan kreativitas para periset dan praktisi dalam bidnag ini bisa
didapat dengan memeriks literatur berkenaan dengan topik ini yang terus meningkat.
Ketertarikan banyak konselor kepada pendekatan kognitif-behavioral dikarenakan
pendekatan ini langsung dan praktis, serta lebih menekankan pada aksi.

Revolusi Konstruktivis

7
Perintis utama sejarah terapi konstruktivisme adalah Personal Construct Psychology
(Psikologi gagasan diri) yang ditemukan oleh Kelly ()1955 dan kemudian dikembangkan oleh
Bannister, Fransella, Mair, dan para kolega mereka, dan sebagian besar dilakukan Inggris
(Bnnister dan Frasella 1985). Teori ini menyatakan bahwa orang memahami, atau
menginterpretasikan (construe), dunia melalui sistem gagasan diri.

Terapi Berfokus Solusi

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Solution-focused therapy (terapi berfokus-solusi)


mungkin adalah pendekatan konseling dan psikoterapi konstruktivisme. Terapi pendekatan
berfokus solusi didasarkan kepada serangkaian strategi yang didesain untuk memungkinkan
para klien mengartikulasikan dan bertindak berdasarkan cakupan solusi yang paling luas
terhadap masalah mereka. Diantara strategi tersebut adalah :

Fokus pada perubahan (focusing on change). Ide perubahan adalah sesuatau yang terjadi
sepanjang waktu, merupakan konsep penting dalam terapi berfokus solusi.

Percakapan bebas masalah (problem-free talk). Pada awal sesi, konselor mungkin dapat
mengajak klien untuk membicarakan aktivitas keseharian mereka, sebagai cara mendapatkan
penghargaan terhadap kepetensi dan kualitas positif klien.

Menemukan pengecualian (exception finding). Hal yang mendasar dalam pendekatan


berfokus solusi adalah keyakinan bahwa terlepas dari seberapa parah atau menyebarnya
masalah seseorang.

Penggunaan selogan mini (use of pipthy slogan). Ada sejumlah slogan yang membantu
mengkomunikasikan prinsip dasar pendekatan pemecahan masalah kepada klien (dan juga
para terapis yang sedang dalam pendidikan).

Pertanyaan ajaib (miracle quetion). Biasannya di sesi pertama, konselor pendekatan


berfokus solusi akan meminta klien untuk membayangkan masa depan dimana masalah yang
mereka hadapi saat ini telah terpecahkan.

Penskalaan (scaling). Pertanyaan penskalaan didesain untuk memfasilitasi diskusi tentang


perubahan dan pengukurannya, dan digunakan untuk mempertimbangkan sejumlah besar isu
dalam kehidupan klien.

8
Tugas rumah-mengeksplorasi sumber daya. Pada akhir tiap sesi, para terapis akan
meninggalkan ruang untuk berkonsultasi dengan pekerja lain yang bertugas mengobservasi
sesi tersebut, atau (jika ia bekerja seorang diri) mengambil beberapa menit untuk tenggelam
dalam perenungan.

Berbeda dengan aliran pendekatan utama konseling (psikodinamis, kognitif-


behavioral, dan person-cemtered), terapi berfokus solusi tidak pernah menghasilkan teori
formal, dan tidak mengembangkan dasar dalam sistem riset iniversitas.

Kesimpulan

Teori kognitif-behavioral mempresentasikan sumber tidak ternilai bagi konselor.


Karakter praktis dan pragmatis pendekatan ini berarti terdapat sejumlah tehnik dan strategi
terapeutik yang dapat diaplikasikan kepada klien dan masalah mereka yang berbeda.
Kreativitas tradisi kognitif-behavioral bisa terlihat dalam ruang lingkup pemikiran
konstruktivis dan befokus solusi, dan juga tampak dalam keinginanan dari banyak penulis
dan terapis perspektif ini untuk berdialog dengan yang lain sebagai usaha untuk mencari
integrasi. Tema penting dalam model terapi yang didiskusikan dalam bab ini, mulai dari
modifikasi perilaku hingga terapi berfokus solusi, adalah konsistensi perhatiannya terhadap
kekuatan klien serta kapasitasnya untuk berubah, ketimbang pada eksplorasi panjang
terhadap “masalah”. Terapi-terapi ini merupakan cikal bakal kemunculan penekanan baru
dalam positive psychology (psikologi positif) (Seligman dan Csikszentmihslyi, 2000).
Pendekatan kognitif-behavioral selalu menghargai hasil riset sebagai cara untuk
meningkatkan praktik, dalam hal ini yang memungkinkan para praktisinya untuk kritis dan
melontarkan berbagai pernyataan dalam cara yang konstruktif, dan belajar dengan cepat dari
penemuan para kolegannya.

9
BAB III

PEMBAHASAN

1.1 Kelebihan Buku

Kelebihan buku yang ditulis oleh John Mcleod yang berjudul “Pengantar Konseling :
Teori dan Studi Kasus” ialah buku teks utama konseling yang sangat lengkap di seluruh
dunia, sehingga dikategorikan sebagai buku paling penting dan paling laku. Karena buku ini
memaparkan berbagai studi, aliran pemikiran konseling, dan metode konseling yang berbeda-
beda secara sistematis. Selain itu, pembahasannya diletakkan dalam konteks sosial dan
historis, serta menjelaskan secara rinci sebagai pendekatan kontemporer, seperti terapi naratif
dan terapi sistematik, pendekatan feminis serta multicultural, pendekatan konseling filosofis
dan konseling masih banyak lagi. Selain itu diberikan contoh-contoh kasus yang hidup dan
mencerahkan, beserta referensi yang teramat lengkap.

1.2 Kelemahan Buku

Kelemahan buku yang ditulis oleh John Mcleod yang berjudul “Pengantar Konseling :
Teori dan Studi Kasus” ialah buku ini dikenalkan sebagai pengantar, padahal buku ini sanagat bagus
dalam teori dan praktik konseling secara komprehensif.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori kognitif-behavioral mempresentasikan sumber tidak ternilai bagi konselor.


Karakter praktis dan pragmatis pendekatan ini berarti terdapat sejumlah tehnik dan strategi
terapeutik yang dapat diaplikasikan kepada klien dan masalah mereka yang berbeda.
Kreativitas tradisi kognitif-behavioral bisa terlihat dalam ruang lingkup pemikiran
konstruktivis dan befokus solusi, dan juga tampak dalam keinginanan dari banyak penulis
dan terapis perspektif ini untuk berdialog dengan yang lain sebagai usaha untuk mencari
integrasi. Tema penting dalam model terapi yang didiskusikan dalam bab ini, mulai dari
modifikasi perilaku hingga terapi berfokus solusi, adalah konsistensi perhatiannya terhadap
kekuatan klien serta kapasitasnya untuk berubah, ketimbang pada eksplorasi panjang
terhadap “masalah”.

4.2 Saran

Kami sangat menyadari bahwasan nya Critcal Book Report ini sangat jauh dari kata
sempurna, karnanya saran dan masukan sangat kami harapkan dan juga semoga Critical Book
Report ini dapat menambah pengetahuan baik pembuat maupun pembaca.

11
Daftar Pustaka

Mcleod, J. (2010). Pengantar Konseling:Teori dan Studi Kasus. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA
GROUP.

12

Anda mungkin juga menyukai