Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKOBA

RSUD ASY- SYIFA’ SUMBAWA BARAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ASY-SYIFA’ SUMBAWA BARAT


Jl. Lang Sesar Taliwang Kab Sumbawa Barat
2019

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................

Tim Penyusun ............................................................................................

Peraturan Direktur RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat. Nomor …. Tahun


2019 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikoba RSUD
Asy-Syifa Sumbawa Barat .............................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 6

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 6

BAB II LATAR BELAKANG ............................................................................................ 6

2.1 Peraturan .......................................................................................................... 9

BAB III TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS ......................................................... 10

3.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 10

3.2 Tujuan Khusus .................................................................................................. 10

BAB IV KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN ............................................... 11

4.1 Peningkatan Pemahaman Pengendalian Rwsistensi Antimikroba .................... 11

4.2 Perencanaan Pembuatan Peta Mikroba di RS Kerjasama dengan Laboratorium


RSUP................................................................................................................ 11

4.3 Monitoring Penggunaan Antibiotika .................................................................. 11

4.4 Surveilans ......................................................................................................... 11

4.5 Laporan Kegiatan PPRA................................................................................... 12

BAB V SUSUNAN ANGGOTA KOMITE PPRA .............................................................. 13

5.1 Kedudukan dan Tanggung Jawab .................................................................... 13

5.2 Keanggotaan Tim PPRA ................................................................................... 13

5.3 Tugas Pokok Anggota Komite PPRA ................................................................ 14

5.4 Tugas Pokok Tim PPRA ................................................................................... 14

5.5 Tahapan Pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba ........... 15

BAB VI SASARAN .......................................................................................................... 16

6.1 Sasaran ........................................................................................................... 16

BAB VII JADWAL (SCHEDULE) PELAKSANAAN KEGIATAN..................................... 12

BAB VIII EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA ................ 13

8.1 Pengertian ....................................................................................................... 13

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi

antimikroba, antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah

kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan, dapat

menurunkan mutu pelayanan kesehatan. Muncul dan berkembangnya

resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi (selection

pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba,

dan penyebaran mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi

dapat dihambat dengan cara menggunakan secara bijak, sedangkan

proses penyebaran dapat dihambat dengan cara mengendalikan infeksi

secara optimal.

Resistensi antimikroba yang dimaksud adalah resistensi terhadap

antimikroba yang efektif untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh bakteri,

jamur, virus dan parasite. Bakteri adalah penyebab infeksi terbanyak

maka penggunaan antibakteri yang dimaksud adalah penggunaan

antibiotik.

Hasil peneliatian Antimicrobial Resistance in Indonesia (AMRIN-Study)

tahun 2000 – 2005 pada 2494 individu di masyarakat, memperlihatkan

bahwa 43% Eschericia Coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik

antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%).

Sedangkan pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%

Eschericia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, ampisilin (73%),

kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan

gentamisin (18%). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa masalah

resistensi mikroba juga terjadi di Indonesia. Penelitian tersebut

memperlihatkan bahwa Surabaya dan Semarang terdapat masalah

resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik yang tidak bijak, dan

pengendalian infeksi yang belum optimal. Penelitian AMRIN ini

1
menghasilkan rekomendasi berupa metode yang telah divalidasi (validated

method) untuk mengendalikan resistensi antimikroba secara efisien. Hasil

penelitian tersebut telah disebarluaskan ke rumah sakit lain di Indonesia

melalui lokakarya nasional pertama di Bandung tanggal 29 – 31 Mei 2005,

dengan harapan agar rumah sakit lain dapat melaksanakan ”Self

assessment program” menggunakan “validated method” seperti yang

dimaksud diatas. Pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan situasi dan

kondisi di masing-masing rumah sakit, sehingga akan diperoleh data

resistensi antimikroba, data penggunaan antibiotik, dan pengendalian

infeksi di Indonesia. Namun, sampai sekarang gerakan pengendalian

resistensi antimikroba di rumah sakit secara nasional belum

berlangsung baik, terpadu, dan menyeluruh sebagaimana yang terjadi

di beberapa negara.

Berbagai cara perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah

resistensi antimikroba ini baik di tingkat perorangan maupun di tingkat

institusi atau lembaga pemerintahan, dalam kerja sama antar-institusi

maupun antar –negara. WHO telah berhasil merumuskan 67

rekomendasi bagi negara anggota untuk melaksanakan pengendalian

resistensi antimikroba. Di Indonesia, rekomendasi ini tampaknya belum

terlaksana secara institusional. Padahal, sudah diketahui bahwa

penanggulangan masalah resistensi antimikroba di tingkat internasional

hanya dapat dituntaskan melalui gerakan global yang dilaksanakan

secara serentak, terpadu, dan berkesinambungan dari semua negara.

Diperlukan pemahaman dan keyakinan tentang adanya masalah

resistensi antimikroba, yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan

nasional melalui program terpadu antara rumah sakit, profesi

kesehatan, masyarakat, perusahaan farmasi, dan pemerintah daerah di

bawah koordinasi pemerintah pusat melalui kementrian kesehatan.

Gerakan penanggulangan dan pengendalian resistensi antimikroba

secara paripurna ini disebut dengan Program Pengendalian Resistensi

Antimikroba (PPRA). Dalam rangka pelaksanaan PPRA di rumah sakit,

2
maka perlu disusun program kerja PPRA agar pengendalian resistensi

antimikroba di rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan terarah.

3
BAB II

LATAR BELAKANG

2.1 Peraturan

Undang-undang No 8 Tahun 2015 tentang Program Pengendalian

Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit menyatakan bahwa setiap

rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya wajib melaksanakan

program pengendalian resistensi antimikroba.

Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) merupakan

gerakan pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan

paripurna di unit pelayanan kesehatan. Implementasi PPRA di rumah

sakit akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan penuh dari

Pimpinan Rumah Sakit yaitu ditetapkan kebijakan PPRA di rumah sakit,

program dan kegiatan PPRA, fasilitas dan sarana untuk menunjang

PPRA, serta dukungan finansial.

4
BAB III

TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

3.1. Tujuan Umum

Terlaksananya program pengendalian resistensi antimikroba efektif

sebagai upaya peningkatan kesadaran pencegahan penyakit dan

penggunaan antimikroba yang baik dan benar.

3.2 Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap pengendalian

resistensi antimikroba melalui kominikasi, pendidikan, dan pelatihan

efektif

b. Meningkatkan pengetahuan dan data melalui kegiatan surveilans

dan penelitian

c. Menurunkan insidensi infeksi melalui sanitasi, hygiene dan

pencegahan pengedalian infeksi yang efektif

d. Mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara bijak pada pasien

5
BAB IV

KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Program kerja PPRA disusun oleh ketua Tim PPRA, dibantu oleh anggota

Tim PPRA, Komite PPI, Instalasi Farmasi, Panitia Farmasi dan Terapi, Instalasi

Laboratorium, serta Klinisi di Kelompok Staff medis masing-masing, yang

disahkan serta ditandatangin oleh Direktur Rumah Sakit untuk selanjutnya

dievaluasi berkala setiap tahunnya.

4.1 Peningkatan Pemahaman Pengendalian Resistensi Antimikroba

a. Sosialisasi program pengendalian resistensi antimikroba

b. Menetapkan pedoman penggunaan antibiotic

c. Melakukan sosialisasi dan memberlakukan pedoman penggunaan

antibiotik secara resmi di masing-masing KSM

4.2 Perencanaan Pembuatan Peta Mikroba di RS kerjasama dengan Lab RSUP

a. Sehubungan dengan tidak adanya sumber daya dalam pembuatan peta kuman

dilakukan kerjasama dengan RSUP

b. Informasi didistribusikan ke seluruh unit pelaksana pelayanan medis

terkait

4.3 Monitoring penggunaan antibiotika

a. Pemetaan penggunaan antibiotik

b. Analisis kuantitatif (DDD/100hari)

c. Analisis kualitatif (Gyssens)-

4.4 Surveilans :

a. Resistensi antibiotika (peta kuman)

b. Kejadian terkait resitensi antimikroba

4.5 Laporan kegiatan PPRA

a. Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkala dan

berkesinambungan dengan cara uji petik dan sampling

6
2. Evaluasi meliputi peta medan mikroba dan data resistensi, audit

kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotic,

3. Analisis dilakukan secara bersama dengan melibatkan jajaran

Pimpinan Rumah Sakit dan 4 Pilar dalam suatu pertemuan

yang disebut “Rapat Tinjauan Manajemen”

4. Hasil analisis digunakan oleh Pimpinan Rumah Sakit untuk

menetapkan kebijakan selanjutnya dalam rangka

membangun proses “continual improvemen.

7
BAB V
SUSUNAN ANGGOTA KOMITE PPRA

Agar rumah sakit dapat melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba

secara optimal, maka dibentuk Tim Pelaksana Program Pengendalian Resistensi

Antimikroba Rumah Sakit (Tim PPRA RS) berdasarkan keputusan Kepala/Direktur

rumah sakit.

Tim PPRA rumah sakit dibentuk dengan tujuan menerapkan pengendalian

resistensi antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.

5.1 Kedudukan dan Tanggung Jawab

Dalam melaksanakan tugas, Tim PPRA bertanggungjawab langsung

kepada Direktur Rumah Sakit. Keputusan Direktur Rumah Sakit

tersebut berisi uraian tugas tim secara lengkap, yang menggambarkan

garis kewenangan dan tanggung jawab serta koordinasi antar-unit

terkait di rumah sakit.

5.2 Keanggotaan Tim PPRA

Susunan Tim PPRA terdiri dari: ketua , wakil ketua, sekertaris, dan

anggota. Kualifikasi ketua Tim PPRa adalah klinisi yang berminat di

bidang infeksi. Keanggotan Tim PPRA paling sedikit terdiri dari tenaga

kesehatan yang kompeten dari unsur:

5.2.1 Tenaga Medis

5.2.2 Keperawatan

5.2.3 Instalasi Farmasi

5.2.4 Instalasi Laboratorium

5.2.5 Komite PPI

8
5.3 Tugas Pokok Anggota Komite PPRA

A. Ketua : Menerapkan kebijakan-kebijakan tentang pengendalian resistensi

antimikroba, menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran

tentang prinsip-prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan

penggunaan antibiotik secara bijak, menetapkan program, dan memonitor dan

mengevaluasi PPRA.

B. Sekretaris : Menghubungkan anatra ketua dengan orang / organisasi lain baik

melalui surat, telvon atau media lain, Menjadi sumber informasi dan penunjang

bagi ketua, menyiapkan rencana kerja, dan menyusun poin-poin yang akan dibahs

dalam rapat.

C. Anggota : Ikut serta dalam kegiatan rapat PPRA

5.4 Tugas Pokok Tim PPRA

5.4.1 Membantu Direktur Rumah Sakit dalam menyusun kebijakan

tentang pengendalian resistensi antimikroba

5.4.2 Membantu Direktur Rumah Sakit dalam menyusun kebijakan dan

panduan penggunaan antibiotik rumah sakit

5.4.3 Membantu Direktur Rumah Sakit dalam melaksanakan program

pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit

5.4.4 Membantu Direktur Rumah Sakit dalam mengawasi dan

mengevaluasi pelaksanaan pengendalian resistensi antimikroba

di rumah sakit

5.4.5 Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi

terintegrasi

5.4.6 Melakukan surveillans pola penggunaan antibiotic

5.4.7 Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan

kepekaannya terhadap antibiotik

5.5 Tahapan pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba

5.5.1 Mempunyai Pedoman Penggunaan Antibiotik di rumah sakit

5.5.2 Sosialisasi pedoman penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi

9
5.5.3 Melakukan pengumpulan data dasar (peta medan mikroba,

evaluasi kuantitas penggunaan antibiotik), sebagai pembanding

5.5.4 Melakukan implementasi pelaksanaan pedoman penggunaan

antibiotik

5.5.5 Melakukan pencatatan dan pengelolaan data serta forum diskusi

5.5.6 Menyajikan data studi operasional masing-masing unit

pelayanan, selanjutnya dipresentasikan di rapat tinjauan

manajemen (seminar, lokakarya, semiloka, workshop)

5.5.7 Melakukan pembaharuan secara berkala pedoman penggunaan

antibitoik berdasrakan peta medan mikroba dan data resistensi

terbaru

5.5.8 Kembali ke point 3

5.5.9 Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan

10
BAB VI

SASARAN

6.1. Sasaran

Seluruh elemen rumah sakit terutama klinisi, perawat, bidan, dan

petugas medis lainnya yang berada di lingkungan RSUD Asy Syifa,

termasuk pasien itu sendiri

11
BAB VII

JADWAL (SCHEDULE) PELAKSANA KEGIATAN

JADWAL KEGIATAN PPRA RSUD ASY- SYIFA’

SUMBAWA BARAT

TAHUN 2019

Pelaksanaan (bulan)
No Kegiatan
Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Pembuatan program kerja PPRA

Penyusunan pedoman penggunaan antibiotik yang bijak


2

Sosialisasi kegiatan PPRA dan pedoman penggunaan


3
antibiotik
Monitoring penggunaan antibiotik
4 a. Pemetaan penggunaan antibiotik
b. Analisis kuantitatif (DD/100hari)
c. Analisis kualitatif (Gyssens)
5 Surveilans :
1. resistensi antimikroba
2. Kejadian infeksi terkait resistensi antimikroba
Laporan Kegiatan PPRA
6

12
BAB VIII

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA

8.1 Pengertian

Surveilans infeksi rumah sakit secara teratur adalah

pelaksanaan surveilans yang dilakukan secara terencana,

berkesinambungan, dan rutin. Evaluasi adalah penilaian kembali

terhadap hasil surveilans untuk dilakukan perbaikan.

Evaluasi penggunaan antibiotik sesuai standar PPRA adalah cara

mengevaluasi penggunaan antibiotik dengan metode audit kuantitas

dan kualitas penggunaan antibiotik, mengacu pada buku pedoman

pelaksanaan PPRA Depkes RI Tahun 2005 “Antimicrobial Resistance,

Antibiotic Usage, and Infeciton Control; a Self Assessment Program for

Indonesian Hospitals” (buku kuning).

Monitoring

1. Audit Kuantitas Antibiotik

Merupakan metode untuk menghitung jumlah antibiotik yang

digunakan dengan parameter Defined Daily Dose yaitu dosis

rata- rata harian untuk indikasi tertentu. Pada penggunaan di

rumah sakit menggunakan satuan DDD/100 patient-days.

2. Audit Kualitas Antibiotik

Merupakan metode untuk emngevaluasi penggunaan antibiotik

secara rasional dengan cara mengkaji (review) kasus dari

catatan medik dan catatan/rekaman pemberian antibiotik.

Sedangkan kategori evaluasi menggunakan kriteria alur

“Gyssens”, yaitu:

a. Kategori I = Penggunaan antibiotik tepat/rasional

b. Kategori IIA = Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis

pemberian

c. Kategori IIB = Penggunaan antibiotik tidak tepat interval

pemberian

13
d. Kategori IIC = Penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute

pemberian

e. Kategori IIIA = Penggunaan antibiotik tidak tepat lama

pemberian karena terlalu lama

f. Kategori IIIB = Penggunaan antibiotik tidak tepat lama

pemberian karena terlalu singkat

g. Kategori IVA = Penggunaan antibiotik tidak tepat karena ada

antibiotik lain yang lebih efektif (Pemilihan tidak sesuai PPAB)

h. Kategori IVB = Penggunaan antibiotik tidak tepat karena ada

antibiotik yang lebih aman

i. Kategori IVC = Penggunaan antibiotik tidka tepat karena ada

antibiotik lain yang harganya lebih murah

j. Kategori IVD = Penggunaan antibitoik tidak tepat karena ada

antibitoik lain yang spektrumnya lebih spesifik “narrow spectrum”

k. Kategori V = Penggunaan antibiotik tidak tepat karena tidak ada

indikasi

l. Kategori VI = Catatan medik tidak lengkap untuk dikaji dan

dievaluasi

14
Evaluasi secara berkala adalah evaluasi yang dilakukan secara

rutin dan berkesinambungan dalam kurun waktu sekurang-

kurangnya setiap 1 (satu) tahun.

Evaluasi hasil audit adalah menganalisis hasil audit kuantitas dan

audit kualitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesuadah

implementasi PPRA serta membandingkan biaya atau “cost-

effectiveness” sebelum dan sesudah implementasi PPRA.

Umpan balik adalah memberikan hasil audit kuantitas dan

kualitas penggunaan antibiotik kepada pihak yang terkait untuk

ditindaklanjuti.

Laporan yang diharapkan berupa laporan lengkap yaitu semua

dokumen yang mendukung kegiatan tersebut diatas, termasuk

laporan kegiatan, evaluasi dan tindaklanjut.

15
Audit Kualitas Antibiotik (alur “Gyssens”)

16

Anda mungkin juga menyukai