Anda di halaman 1dari 60

No.

Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 60

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN


KEANEKARAGAMAN FAUNA DI DESA PIYUNGAN, WANAGAMA, PANTAI
BARON, DAN PANTAI SEPANJANG YOGYAKARTA

Disusun oleh
Nama : Fauzana Zahran
NIM : 18/429359/BI/10125
Gol/Kelompok : D/2
Asisten : Elika Boscha

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 2 dari 60

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“KEANEKARAGAMAN FAUNA DI DESA PIYUNGAN, WANAGAMA, PANTAI
BARON, DAN PANTAI SEPANJANG YOGYAKARTA”.

Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas untuk melengkapi syarat menempuh
responsi Praktikum Sistematika Hewan semester III T.A. 2019/2020 Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada. Laporan ini penyusun harapkan dapat memberi informasi serta
gambaran tentang keanekaragaman fauna yang meliputi Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan
Mammalia di berbagai daerah di Yogyakarta. Selesainya laporan ini adalah berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Trijoko, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Sistematika Hewan sekaligus sebagai
dosen mata kuliah Sistematika Hewan.
2. Segenap Asisten Laboratorium dan Asisten Lapangan yang telah membimbing dalam
pelaksanaan praktikum lapangan
3. Teman-teman yang telah bekerja sama sehingga praktikum lapangan dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
terlaksananya praktikum lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan ini, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis hanya
mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 20 November 2019

Penyusun
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 3 dari 60

HALAMAN PENGESAHAN

Fauzana Zahran 18/429359/BI/10125 telah mengikuti praktikum lapangan


Sistematika Hewan di Piyungan, Wanagama, Pantai Baron, Pantai Sepanjang yang
dilaksanakan pada Minggu, 10 November 2019 sebagai prasyarat menyelesaikan praktikum
Sistematika Hewan Tahun Ajaran 2018/2019 di Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Telah disetujui dan disahkan oleh asisten pembimbing pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 22 November 2019

Mengetahui, Yogyakarta, 22 November 2019


Asisten Praktikan

Elika Boscha Fauzana Zahran


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 4 dari 60

DAFTAR ISI
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 5 dari 60

KATA PENGANTAR 2
LEMBAR PENGESAHAN 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 7
B. Permasalahan 8
C. Tujuan 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 9
III.BAHAN DAN CARA KERJA
A. Lokasi dan Waktu 14
B. Deskripsi Lokasi 14
C. Bahan dan Alat 15
D. Metode 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 18
B. Pembahasan 29
V. KESIMPULAN 34
VI. DAFTAR PUSTAKA 35
VII. LAMPIRAN 37

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kemelimpahan Helminthes - Mollusca di Persawahan Piyungan. 18


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 6 dari 60

Tabel 2. Kemelimpahan Helminthes - Mollusca di Hutan Wanagama. 21


Tabel 3. Kemelimpahan Pisces di Pantai Baron. 25
Tabel 4. Kemelimpahan Helminthes - Mollusca di Pantai Sepanjang. 26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kemelimpahan Arthropoda di Persawahan Piyungan. 19


Gambar 2. Kemelimpahan Aves di Persawahan Piyungan. 19
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 7 dari 60

Gambar 3. Kemelimpahan Herpetofauna di Persawahan Piyungan. 20


Gambar 4. Kemelimpahan Pisces di Persawahan Piyungan. 21
Gambar 5. Kemelimpahan Arthropoda di Hutan Wanagama. 22
Gambar 6. Kemelimpahan Aves di Hutan Wanagama. 23
Gambar 7. Kemelimpahan Mammalia di Hutan Wanagama. 23
Gambar 8. Kemelimpahan Herpetofauna di Hutan Wanagama. 24
Gambar 9. Kemelimpahan Pisces di Hutan Wanagama. 24
Gambar 10. Kemelimpahan Crustacea di Pantai Sepanjang. 27
Gambar 11. Kemelimpahan Echinodermata di Pantai Sepanjang. 27
Gambar 12. Kemelimpahan Aves di Pantai Sepanjang. 28
Gambar 13. Kemelimpahan Pisces di Pantai Sepanjang. 28

BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dan negara dengan iklim tropis, hal ini
menyebabkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan
biodiversitas yang sangat tinggi dan bahkan dapat disebut megabiodiversity.
Kekayaan di Indonesia meliputi keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.
Keberagaman biodiversitas tersebut tidak diimbangi dengan lengkapnya data
mengenai flora dan fauna tersebut. Hal ini tentu saja mendorong para ahli taksonomi
untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang sangat melimpah tersebut. Lengkapnya
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 8 dari 60

data mengenai keberagaman flora dan fauna ini sangat bermanfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan di Indonesia dan Dunia.
Penyusun ekosistem antara tempat satu dengan yang lain berbeda karena
setiap tempat memiliki faktor fisiko-kimia yang berbeda sehingga mempengaruhi
kemelimpahan fauna yang ada di tempat tersebut. Dalam hal ini penelitian dititik
beratkan pada berbagai jenis hewan yang berhabitat pada suatu tempat. Tempat-
tempat tersebut pada umumnya memiliki keanekaragaman hewan yang menyusun
ekosistem baik hutan, sawah maupun pantai. Dengan adanya hewan yang beraneka
ragam maka dapat diketaui kemelimpahan hewan yang terdapat di tempat tersebut.
Oleh sebab itu dilakukan penelitian kemelimpahan fauna di sawah Piyungan, Hutan
Bunder Wanagama, Pantai Baron dan Pantai Sepanjang yang semuanya berada di
Yogyakarta.
Oleh karena itu, praktikum lapangan sistematika hewan ini sangat penting
dilakukan dengan tujuan mempelajari, melihat dan bahkan mengidentifikasi
keanekaragaman fauna secara langsung yang terdapat di daerah; Persawahan
Piyungan, Hutan wanagama, Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang Daerah Istimewa
Yogyakarta.

b. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas Indonesia merupakan negara yang memiliki


keanekaragaman fauna sangat tinggi, namun demikian tidak diimbangi dengan
lengkapnya data mengenai fauna-fauna tersebut. Hal ini memunculkan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimana keanekaragaman dan kemelimpahan fauna yang terdapat
di kawasan persawahan di Piyungan, Hutan Wanagama, Tempat Pelelangan Ikan di
Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang? Hewan apa saja yang paling melimpah di setiap
lokasi penelitian tersebut?

c. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan


kemelimpahan fauna yang terdapat di kawasan persawahan di Piyungan, Hutan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 9 dari 60

Wanagama, Tempat Pelelangan Ikan di Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang, serta
mengetahui hewan yang paling melimpah di setiap lokasi penelitian.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 10 dari 60

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut berbagai penelitian Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati


kedua setelah Brazil. Namun karena belum banyak penelitian yang dikaji, sehingga tidak
menutup kemungkinan bahwa Indonesia dapat merupakan negara yang paling banyak
keanekaragaman hayatinya. Kawasan Indonesia tercatat ditempati oleh 2.827 jenis satwa
vertebrata non ikan. Dari jumlah tersebut 848 diantaranya merupakan jenis endemik yakni
jenis yang hanya ada di Indonesia. Indonesia memiliki 515 jenis mammalia, 1.531 jenis
burung, 511 jenis reptilia, 270 jenis amfibia, dan 1.400 jenis ikan air tawar. Selain itu, juga
disebutkan bahwa Indonesia memiliki berbagai jenis hayati endemik yang terdiri atas 201
jenis mammalia, 397 jenis burung, 150 jenis reptilia, dan 100 jenis amfibia (Susanto, 2001).

Untuk mempermudah mempelajari, menyebarluaskan dan mengkomunikasikan


hewan maka perlu adanya penggambaran, penamaan dan sistematika untuk mengenali
persamaan dan perbedaan antar spesies. Selain itu banyak nya jumlah hewan juga
menyebabkan para ahli taksonomi dan sistematika menggolongkan dalam tata nama yang
telah disepakati. Perbedaan morfologi yang nampak merupakan dasar dari klasifikasi.
Pengklasifikasian sangat diperlukan untuk mengetahui suatu species beserta jumlah dan
keanekaragaman atau variasi yang ada. Klasifikasi tidak hanya menggolongkan organisme
pada golongan-golongan tertentu tetapi juga harus mengikuti peraturan yang telah berlaku
khususnya dalam dunia sistematika internasional. Hewan-hewan yang terdapat di alam
diklasifikasikan dalam 9 filum utama, yaitu Porifera, Cnidaria, Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Artropoda, Echinodermata, dan Chordata, yang
masing-masing dibagi lagi menjadi lebih banyak tingkatan takson di bawahnya (Campbell et
al., 2003).

Klasifikasi hewan didasarkan atas beberapa hal, seperti tingkat organisasi, simetri
tubuh, rongga tubuh, jumlah lapisan embrio, dan notochord. Hewan bersifat multiseluler,
namun sel tubuhnya tidak selalu tersusun membentuk jaringan dan sistem organ, misalnya
sponge yang tersusun atas sekumpulan sel dan berada pada suatu organisasi tingkat sel.
Sementara itu, manusia termasuk hewan yang berada pada organisasi tingkat sistem organ,
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 11 dari 60

sebab sel-selnya berasosiasi sedemikian rupa hingga membentuk sistem organ. Simetri tubuh
hewan dibagi atas dua macam yaitu simetri radial dan simetri bilateral. Rongga tubuh atau
coelom merupakan rongga antara dinding tubuh dan saluran pencernaan. Coelom tidak
ditemukan pada Acoelomate dan terdapat pada Eucoelomate. Sementara itu, coelom pada
cacing pipa bersifat tidak nyata sehingga disebut pseudocoelom. Lapisan sel pada embrio
terdiri atas 3 macam, yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan-lapisan sel ini akan
membentuk bagian-bagian tubuh hewan. Sponge dan Cnidaria tidak memiliki mesoderm
sehingga disebut diploblastik. Hewan lain yang memiliki ketiga lapisan tersebut disebut
triploblastik. Notochord yaitu struktur seperti pipa panjang yang terdapat pada permukaan
dorsal tubuh. Notochord tidak ditemukan pada Avertebrata, namun terdapat pada Vertebrata
(Rao and Kaur, 2006).
Secara umum, kingdom Animalia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
Avertebrata dan Chordata. Kelompok Avertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki
notochord, dan terdiri atas filum Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nematoda,
Annelida, Arthropoda, Molluska, dan Echinodermata. Kelompok Chordata merupakan filum
Chordata, dengan anggota coelomate dan memiliki notochord. Filum Chordata dibagi
menjadi dua sub-Phylum, yaitu Protochordata dan Vertebrata. Sub-Phylum Protochordata
terdiri atas organisme yang memiliki notochord pada suatu bagian hidupnya. Beberapa genus
anggota Sub-Phylum ini antara lain Herdmania dan Balanoglossus. Sub-Phylum Chordata
terdiri atas organisme dengan notochord sepanjang hidupnya. Sub-Phylum ini dibagi menjadi
5 kelas yaitu kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia. (Rao and Kaur, 2006).
Filum Porifera merupakan hewan sederhana yang berasal dari kata ‘porus’ berarti
lubang dan ‘fera’ berarti mengandung. Porifera seringkali diasosiasikan dengan spons karena
memang sering dijumpai di alam. Hewan ini dewasanya menambat dan memperoleh
makanan dengan cara menyaring air atau lebih dikenal dengan istilah filter feeder
(Broadhead, 1983). Porifera memiliki tubuh multiselular agregat bebas dari sel tanpa jaringan
sejati, dewasa nya asimetris atau radial simetris. Semua anggota nya akuatik dan kebanyakan
hidup di laut. Semua anggota dewasa sesil, filter feeder dan fase larva nya motil. Tubuhnya
terdiri dari ostia (pori ), canal dan ruang-ruang sebagai lintasan air. Air bergerak masuk ke
ruang dan canal karena adanya aktivitas sel flagela yang unik disebut coanocyte. Bagian
skeletal mengandung zat kapur atau spikula yang mengkristal dari silika, sering terkombinasi
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 12 dari 60

dengan berbagai macam fiber colagen yang termodifikasi (spongia). Reproduksi aseksual
dengan regenerasi, buds, atau gemmule dan reproduksi seksual nya dengan telur dan sperma,
larva nya bersilia dan berenang bebas. Sel nya cenderung totipotent sehingga mereka dapat
bertahan pada mobilitas yang tinggi dan mampu berubah bentuk dan fungsi (Springer and
Holley, 2013).

Berdasarkan struktur penyusun rangkanya, filum Porifera digolongkan lagi menjadi 3


kelas antara lain kelas Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongiae (Bergquist, 1978). Kelas
Calcarea terdiri atas Ordo Homocoela dan Heterocoela. Kelas Hexactinellida terdiri atas Ordo
Hexatinospora dan Amphisdiscospora. Kelas Demospongiae terdiri atas Ordo Tetratinelida,
Monaxonida, dan Keratosa (Storer and Usinger, 1957).

Coelenterata merupakan organisme acoelomate diploblastik dengan zat seperti agar di


antara kedua lapisannya. Coelenterata atau Cnidaria, merupakan hewan yang memiliki
cnidocyte, yaitu sel penyengat, dengan simetri radial. Cnidaria memiliki dua bentuk tubuh
yaitu polip dan medusa. Polip memiliki bagian basal (aboral) yang melekat pada substrat
padat, sementara bagian oralnya berupa mulut yang dikelilingi tentakel. Medusa yaitu bentuk
yang melayang atau berenang bebas di dalam air dan mnggunakan kontraksi otot untuk
pergerakan. filum ini dibagi menjai 5 kelas yaitu Anthozoa, Hydrozoa, Scyphozoa, Cubozoa,
dan Staurozoa (Theriault, 2017).
Kelompok hewan Helminthes dapat dibagi ke dalam beberapa filum, yaitu Filum
Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida. Hewan dari Filum Plathyhelminthes ini
terbagi menjadi beberapa kelompok, biasanya, hewan yang termasuk dalam golongan ini
bersifat parasit di dalam tubuh hewan lain, misalnya hewan ternak, manusia, dan sebagainya.
Berdasarkan sifat hidupnya dibagi menjadi tiga kelas yaitu Turbellaria,Trematoda,dan
Cestods.Sedangkan hewan dari Filum Nemathelminthes juga biasa ditemukan hidup parasit
di dalam tubuh makhluk hidup lain. Tubuhnya tidak bersegmen, dan biasanya berbentuk
gilig. Filum Annelida merupakan kelompok yang paling sering ditemukan hidup bebas di
alam. Filum ini terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Hirudinea, Oligochaeta dan Polychaeta.
Hewan dari filum ini memiliki beberapa ciri umum antara lain rongga tubuh, saluran
pencernaan makanan dan dinding tubuh merupakan coelom yang sebenarnya dilapisi oleh
epidermis yang biasanya disebut peritoneum, tubuh beruas-ruas sehingga di sebut juga cacing
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 13 dari 60

gelang, tubuhnya dilapisi kutikula yang tidak terbuat dari zat kitin; pada rongga tubuh
terdapat septum yang merupakan sekat kitin, sistem saraf berbentuk sistem saraf tangga tali
yang terdiri atas sepasang ganglion (Solomon, 2008).

Anggota dari filum Mollusca mempunyai tubuh lunak, mantel yang berfungsi
mensekresikan cangkang, alat makan berupa radula (pada kelompok Gastropoda) dan insang
(pada kelompok Bivalvia).Anggota Mollusca mempunyai ciri pembeda berupa epitelium
dorsal membentuk mantel yang mensekresikan spikula kapur atau cangkang. Hampir seluruh
anggota dari filum Mollusca memiliki sistem peredaran darah terbuka. Mollusca hidup di
hampir semua tipe habitat baik di darat, air tawar, payau, maupun di laut. Semua kelas dalam
filum Mollusca mempunyai anggota yang hidup di laut. Sedangkan di perairan tawar diwakili
oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia, Mollusca yang hidup di darat hanya diwakili oleh kelas
Gastropoda dengan cangkang kerucut yang terdiri dari apex,whorl,suture,spire,whorl
badan,bibir parietal,bibir luar,aperture dan saluran sifon..Filum Mollusca dibagi kedalam
tujuh kelas yaitu: Aplacophora (tanpa keping cangkang), Monoplacophora (bercangkang
keping tunggal), Polyplacophora (bercangkang keping banyak), Scaphopoda, Cephalopoda,
Bivalvia atau Pelecypoda, dan Gastropoda. Mollusca hidup di hampir semua tipe habitat baik
di darat, air tawar, payau, maupun di laut. (Routh, 2002).

Hewan anggota Filum Arthropoda mempunyai tubuh bersegmen yang dikelompokkan


sehingga disebut tagmata, dibedakan atas kepala, dada, dan abdomen, tiap satu pasang
segmen terdapat appendage. Memiliki rangka luar dari kitin, otot mempunyai serat lintang.
Alat pencernaan makanan sempurna, mulut untuk mengunyah atau menghisap, anus terdapat
pada ujung. Sistem peredaran darah terbuka. Bernafas dengan insang, trakea, dan paru-paru
buku atau permukaan tubuh, dengan sistem reproduksi internal. Filum Arthropoda memiliki
empat class, yaitu Crustaceae, Myrapoda, Arachnida, Insecta (Reece et al, 2009). Kelas
Insecta dibagi dalam 16 ordo, yaitu Hymenoptera, Diptera, Lepidoptera, Strepsiptera,
Coleoptera, Hemiptera, Thysanoptera, Trichoptera, Mecoptera, Plecoptera, Neuroptera,
Odonata, Corrodentia, Orthoptera, Dermaptera, dan Thysanura.

Echinodermata memiliki kulit yang berduri. Tubuh Echinodermata terdiri dari lengan
berjumlah lima atau kelipatannya. Hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sebagai
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 14 dari 60

sistem amburakral, untuk bergerak, bernapas, atau untuk membuka mangsanya yang memiliki
cangkok. Filum ini dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, Opiuroidea,
Holothuroidea, Echinoidea, dan Ophicistoidea (Rao and Kaur, 2006; Reece et al., 2011).
Pisces merupakan hewan Vertebrata yang hidup di air. Sebagian besar Pisces bernapas
dengan insang, namun ada pula yang bernapas dengan paru-paru. Pisces memiliki sirip
sebagai alat gerak. Tubuhnya ditutupi oleh sisik dan diselubungi dengan lendir, yang
memudahkan pergerakanya di dalam air. Pada tubuh Pisces terdapat gurat sisi yang berfungsi
untuk mengetahui tekanan air dan kedudukannya di dalam air. Kelompok Pisces dibagi
menjadi 4 kelas, yaitu Agnatha, Placodermi, Chondrichthyes, Osteichthyes (Rao and Kaur,
2006).
Anggota Amphibia hidup sebagian di darat dan sebagian di air. Hewan ini bernapas
dengan insang pada masa larva, kemudian bernapas dengan paru-paru pada masa dewasa.
Permukaan tubuhnya dilapisi lender dan kaya akan kelenjar. Anggota kelas Amphibia
biasanya memiliki struktur kulit yang tidak bersisik. Kelas Amphibia dibagi menjadi 3 ordo,
yaitu ordo Urodela, Apoda, dan Anura. Ordo Anura biasanya memiliki 4 tungkai, dan dapat
dibedakan antara kepala, badan, dan anggota gerak. Anggota ordo ini tidak mempunyai leher
dan ekor (Solomon, 2008).
Kelas Reptilia terdiri dari anggota dengan tubuh yang tertutup sisik epidermal. Reptil
biasanya bertelur di luar air. Hewan yang tergolong dalam Kelas Reptilia merupakan hewan
poikilotermik dengan kulit yang biasanya kering dan berkelenjar. Kelas Reptilia dibagi
menjadi 4 ordo, yaitu Testudinata, Sphenodonta, Squamata dan Crocodilia. Reptil
mempunyai sistem saraf pusat dan otak yang berkembang dengan baik. Sebagian besar reptil
mempunyai 2 buah paru – paru. Semua reptil kecuali buaya dan kerabatnya mempunyai
jantung dengan 3 ruang, buaya memiliki jantung dengan 4 ruang (Rao and Kaur, 2006;
Solomon, 2008).
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu. Aves memiliki
kemampuan terbang karena mempunyai sayap sebagai modifikasi anggota gerak anterior.
Kaki pada Aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput inter
digital). Tubuhnya dapat dibedakan atas paruh, kepala, leher, badan, sayap, tungkai, dan ekor.
Ciri yang digunakan untuk identifikasi hewan ini adalah warna bulu, cara hinggap, bentuk
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 15 dari 60

paruh, sayap, tarsometatarsus, tipe ekor, dan lain sebagainya. Kelas Aves dibagi menjadi 2
subkelas, yaitu Archaeonithes dan Neornithes (Solomon, 2008).
Pisces merupakan Vertebrata yang hidup di air, sebagian bernafas menggunakan
insang dan sebagian kecil dengan paru-paru. Alat gerak berupa sirip. Tubuh ditutupi oleh
sisik dan diselubungi dengan lendir sehingga memudahkan pergerakanya di dalam air. Hewan
yang tergolong Pisces memiliki sirip yang berfungsi sebagai alat gerak dan alat untuuk
menjaga keseimbangan. Memiliki gurat sisi yang berfungsui untuk mengetahui tekanan air
sehingga ikan dapat mengetahui kedudukannya di dalam air. Dibagi menjadi 4 kelas, yaitu:
Agnatha, Placodermi, Chondrichthyes, Osteichthyes (Rao, 2007).

Kelas Mammalia adalah kelompok vertebrata yang memiliki ciri-ciri seperti memiliki
glandula mammae, kulit tertutup oleh rambut dan memiliki daun telinga (kecuali
Monotremata); jari-jari pada setiap kaki/tangan umumnya 5 atau kurang; bersifat plantigrade,
digitigrade atau unguligrade; dan melahirkan anak (kecuali Monotremata); serta memiliki
gigi yang terspesialisasi. Kelas Mammalia dibagi menjadi beberapa ordo, diantaranya
Monotremata, Carnivora, Artyodactyla, Perissodactyla, Rodentia, Primata dan lain-lain (Rao
and Kaur, 2006).

Piyungan merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Bantul dengan luas wilayah
3.254,86 Ha. Kecamatan ini berada pada dataran rendah, dengan ibukota kecamatannya pada
ketinggian 80 mdpl. Iklim di kecamatan ini seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah
tropis, dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu yang terukur di kecamatan Piyungan
berkisar antara 23°C sampai 32°C (Pemerintah Kabupaten Bantul, 2018).
Hutan Pendidikan Wanagama terletak di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, sekitar 35 km
dari Kota Yogyakarta. Hutan ini didirikan sebagai hutan pendidikan dan penelitian bagi
mahasiswa dan dosen. Selain hutan yang luas, terdapat pula sungai, air terjun, dan mata air
yang tak pernah kering sepanjang tahun, serta camping ground. Hutan ini telah tercatat
memiliki lebih dari 40 jenis fauna dan lebih dari 1.000 jenis flora (Wanagama Educational
Forest, n.d.).
Pantai Baron merupakan salah satu pantai di DIY yang terletak di Kabupaten Gunung
Kidul. Terletak di Desa Kemandang, Kecamatan Tanjung Sari, pantai ini berjarak sekitar 50
km dari pusat kota Yogyakarta. Pantai ini terletak di posisi teluk yang tidak terlalu dalam dan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 16 dari 60

diapit oleh tebing-tebing yang tinggi. Pantai ini langsung berhubungan dengan Samudra
Hindia, sehingga memiliki ombak yang cukup besar. Di pantai ini terdapat banyak nelayan
yang berburu ikan (garispantai, 2018).
Pantai Sepanjang juga merupakan salah satu pantai di Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Pantai ini berbentuk memanjang dari barat ke timur, tanpa terhalang pulau karang. Abrasi dari
tebing batuan kapur menghasilkan pasir putih pantai ini. Di sepanjang pesisir pantai ini
terdapat sejenis tanaman pandan berduri khas pantai dan cemara udang. Pada lahan kapurnya
terdapat pohon akasia, mahoni, jati, serta tanaman pertanian seperti jagung dan ketela. Fauna
yang banyak dijumpai di pantai ini antara lain berasal dari kelas Molluska dan Echinodermata
(Vikanaswari, 2014).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 17 dari 60

BAB III
BAHAN DAN CARA KERJA

A. Lokasi dan Waktu

Praktikum ini dilakukan di 4 lokasi, Persawahan Desa Piyungan, Hutan Wanagama,


Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang. Praktikum dilakukan pada Hari Minggu tanggal 12
November 2019. Rombongan berangkat dari Fakultas Biologi pukul 07:00 WIB. Rombongan
pulang ke Fakultas Biologi pukul 21:00 WIB. Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan
identifikasi dan preservasi spesimen yang dikoleksi di Laboratorium Sistematika Hewan
hingga pukul 22:30 WIB.

B. Deskripsi Lokasi

Praktikum ini dilakukan di 3 daerah yang berbeda, yaitu daerah persawahan, daerah
hutan, dan daerah pantai. Persawahan Piyungan mewakili daerah persawahan, Hutan
Wanagama mewakili daerah hutan, sementara Tempat Pelelangan atau Pasar Ikan Pantai
Baron dan Pantai Sepanjang mewakili daerah pantai. Persawahan Piyungan merupakan areal
persawahan yang luas. Pada saat pengambilan data, cuaca di tempat ini cerah berawan,
dengan suhu udara 30,5°C dan kelembaban 43%. Di lokasi ini dilakukan pengambilan data
kemelimpahan spesies dari kelompok Helminthes-Mollusca, Arthropoda, Herpetofauna, dan
Aves-Mammalia.
Hutan Wanagama merupakan daerah hutan yang dilengkapi dengan tempat rekreasi.
Hutan ini berada di Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Pengamatan dilakukan di sepanjang salah
satu jalan di hutan tersebut, yang teduh tertutup kanopi, dan sepanjang tepi sungai. Pada saat
pengamatan, cuaca di lokasi ini cerah, dengan suhu udara 29°C dan kelembaban 82% serta
pH air 7. Di lokasi ini dilakukan pengambilan data kemelimpahan spesies dari kelompok
Helminthes-Molluska, Arthropoda, Pisces, Herpetofauna, dan Aves-Mammalia.
Di lokasi ketiga, dilakukan sampling kelompok Pisces di Tempat Pelelangan Ikan
Pantai Baron. Lokasi ini merupakan pasar ikan yang cukup ramai. Sebagian besar ikan yang
dijual merupakan hasil tangkapan nelayan di Pantai Baron. Beberapa ikan yang
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 18 dari 60

diperdagangkan sudah tidak dalam kondisi segar. Cuaca saat praktikum cerah berawan
dengan suhu 30°C.
Pantai Sepanjang merupakan pantai yang terletak tidak terlalu jauh dari Pantai Baron.
Di pantai ini dilakukan pengambilan data kemelimpahan biota pesisir secara langsung.
Pengamatan dilakukan ketika kondisi air sedang surut, di daerah karang. Pada saat
pengamatan, cuaca cerah dengan suhu udara 30°C dengan kelembaban 78%. Biota di pantai
ini didominasi substrat karang dan algae serta Echinoidea.

C. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah specimen yang diperolah dari hasil
pengambilan sampel dilapangan, alkohol 70 %, dan kloroform

Alat - alat yang digunakan untuk sampling di Sawah Piyungan yaitu sweepnet,
binokuler, killing bottle, botol placon, kertas papilot, pinset, plastik bening, kuas dan kertas
label. Sweepnet berfungsi sebagai alat untuk menangkap serangga terestrial dan terbang.
Binokuler berfungsi untuk mengamati burung dari jarak jauh. Killing bottle berfungsi sebagai
wadah yang dapat membunuh atau mematikan serangga berukuran cukup besar setelah
tertangkap. Botol flacon juga berfungsi sebagai wadah untuk membunuh serangga, tetapi
yang berukuran kecil. Kertas papilot berfungsi untuk tempat menyimpan sementara serangga
yang mempunyai sayap agar sisik pada sayap tidak rusak. Pinset berfungsi untuk mengambil
hewan invertebrata kecil. Plastik bening berfungsi untuk wadah menyimpan speseies selain
insekta, misalnya spesies dari herpetofauna. Kuas berfungsi untuk mengambil spesies yang
berukuran kecil seperti semut. Kertas label ditempel pada plastik bening dan diberi nama
spesies yang didapatkan.

Alat yang digunakan untuk monthing dan pengawetan setelah sampling yaitu
styrofoam, jarum pentul, kertas minyak, cutter, gunting, botol jam, pinset dan kertas label.
Styrofoam berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan serangga yang didapat dan ditata
secara rapi di atasnya. Jarum pentul digunakan untuk menusuk insekta yang akan di
mounthing dan untuk menjepit bagian kaki metathorax pada insekta . Kertas minyak untuk
menutupi bagian sayap pada kupu-kupu setelah di mounthing, agar sisiknya tidak rusak.
Cutter dan gunting digunakan untuk memotong kertas minyak dan styrofoam. Botol jam
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 19 dari 60

digunakan sebagai wadah untuk menyimpan spesies berukuran cukup besar yang akan
diawetkan, misalnya Bufo sp. Pinset digunakan untuk mengambil spesies. Kertas label
digunakan untuk me-label botol jam yang digunakan, diberi nama spesies.

Alat yang digunakan untuk pemanasan insectarium yaitu lampu 40 watt, kabel dan
kardus. Lampu dan kabel dirangkai untuk memanaskan insecta. Kardus sebagai wadah untuk
meletakkan styrofoam yang berisi insecta.

D. Metode

i. Sampling lapangan (Piyungan, Wanagama, Pantai Sepanjang)

Metode yang digunakan pada sampling di Persawahan Piyungan, Hutan Wanagama,


dan Pantai Sepanjang adalah metode jelajah dan pengamatan secara langsung. Selain itu,
hewan yang belum dapat diidentifikasi di lapangan dikoleksi untuk diidentifikasi di
laboratorium.
Pengambilan sampel berupa serangga dilakukan dengan menggunakan sweep net, di
mana sweep net diayunkan atau dipukulkan ke arah serangga yang akan ditangkap.
Setelah itu, serangga dimasukkan ke dalam killing bottle yang berisi kloroform; kantong
plastik; flakon berisi alkohol untuk serangga kecil seperti semut; atau kertas papilot untuk
kupu-kupu. Sebelum dimasukkan ke dalam kertas papilot, bagian thorax kupu-kupu
ditekan hingga kupu-kupu mati. Arthropoda selain serangga diambil menggunakan pinset
dan disimpan di dalam kantong plastik.
Pengambilan sampel berupa Herpetofauna dilakukan dengan penangkapan langsung
dengan tangan atau menggunakan hook untuk ular. Pengambilan sampel berupa
Helminthes-Molluska juga dapat dilakukan dengan penangkapan langsung dengan
tangan, kecuali untuk spesies berduri atau beracun seperti Nereis sp., yang harus diambil
dengan bantuan pinset maupun jaring ikan. Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik
dan diberi label.
Pengambilan sampel berupa Pisces dilakukan dengan menggunakan jaring ikan.
Sampel Pisces yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik atau ember bertutup
yang telah diisi air sesuai air tempat spesies tersebut berasal.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 20 dari 60

Untuk kelompok Aves-Mammalia, tidak dilakukan pengambilan samel, namun


dilakukan pengamatan Aves menggunakan bantuan binocular dan buku identifikasi.

ii. Sampling Pantai Baron

Di Pantai Baron, metode sampling yang digunakan adalah pengamatan secara


langsung spesies-spesies ikan yang tersedia di Tempat Pelelangan Ikan.

iii. Alur data

Alur data hasil pengamatan adalah sebagai berikut: Data dari praktikan
dikumpulkan ke PJ golongan dari masing-masing filum. PJ filum golongan kemudian
menyetorkan data ke ketua golongan. Ketua golongan kemudian menyetor data ke ketua
angkatan. Ketua angkatan dibantu dengan beberapa orang mengolah dan menyatukan
data dari masing-masing golongan.

iv. Metode identifikasi

Spesimen yang didapat disortir menurut filumnya. Semua PJ filum golongan


didampingi asisten kemudian mengidentifikasi spesimen yang didapatkan untuk
kemudian diambil datanya dan dipreservasi. Identifikasi menggunakan bantuan buku
identifikasi dan panduan illustrasi dari internet.

v. Metode preservasi spesimen

Preservasi sampel serangga dilakukan dengan pembuatan insektarium. Sampel


serangga yang telah dikumpulkan, dikelompokkan pada masing-masing ordo lalu
ditancapkan ke styrofoam pada bagian metathorax sebelah kanan dengan menggunakan
jarum pentul. Setelah itu dilakukan penataan kaki dan sayap. Spesimen kemudian
dijemur di bawah lampu bohlam selama 3-4 hari hingga kering. Setelah proses tersebut,
serangga dipindahkan ke styrofoam yang baru untuk dibuat insektarium.
Untuk Molluska, sampel pertama-tama dibersihkan dengan air tembakau lalu
diawetkan dalam alkohol 70% selama 24 jam. Spesimen akan mengalami relaksasi dan
keluar dari cangkangnya sehingga dapat dilakukan identifikasi. Setelah keluar dari
cangkang, spesimen dipindahkan ke bottle jam dan diberi alkohol untuk fiksasi.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 21 dari 60

Awetan Herpetofauna dapat dilakukan dengan menyuntikkan alkohol 70% pada


ekstremitas dan rongga perut Herpetofauna tersebut. Sampel kemudian dibersihkan
dengan alkohol 70% dan diawetkan dalam bottle jam berisi formalin, lalu didiamkan
selama 24 jam.
Sebelum pengawetan Echinodermata, spesimen dicuci dengan air bersih terlebih
dahulu. Setelah itu, spesimen dipindahkan ke cawan berisi larutan MgCl 2. Perlu
dipastikan bahwa spesimen telah benar-benar mati. Saat dimasukkan ke dalam larutan
MgCl2, spesimen juga harus segera diposisikan. Kemudian, spesimen dipindahkan ke
dalam wadah berisi alkohol 70%.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 22 dari 60

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Telah dilakukan pengamatan terhadap fauna berbagai kelas. Data kemelimpahan yang
diperoleh dari pengamatan berbagai ekosistem kemudian ditabulasi dan dibuat dalam bentuk
grafik sebagai berikut :

1. Kelimpahan Hewan di Kecamatan Piyungan


a. Kemelimpahan Helminthes-Mollusca
Dari identifikasi Takson Helminthes-Mollusca di Kecamatan Piyungan
diperoleh gambar berupa grafik berikut :

Gambar 1. Kelimpahan relatif takson Helminthes-Mollusca di Kecamatan Piyungan (skala 1


= tidak melimpah, 2 = melimpah, 3 = sangat melimpah).

b. Kelimpahan Herpetofauna
Dari identifikasi Takson Herpetofauna di Kecamatan Piyungan diperoleh
gambar berupa grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 23 dari 60

Gambar 2. Kelimpahan Herpotofauna di Kecamatan Piyungan.

c. Kelimpahan Arthropoda
Dari identifikasi Takson Arthropoda di Kecamatan Piyungan diperoleh gambar
berupa grafik berikut :

1
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 24 dari 60

Gambar 3. Kelimpahan Arhtropoda di Kecamatan Piyungan.

d. Kelimpahan Aves-Mammal
Dari identifikasi Takson Aves-Mammal di Kecamatan Piyungan diperoleh
gambar berupa grafik berikut :

Gambar 4. Kelimpahan Aves-Mammal di Kecamatan Piyungan.

2. Kelimpahan Hewan di Hutan Wanagama


a. Kelimpahan Helminthes-Mollusca
Dari identifikasi Takson Helminthes-Mollusca di Hutan Wanagama diperoleh
gambar berupa grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 25 dari 60

Gambar 5. Kelimpahan relatif takson Helminthes-Mollusca di Hutan Wanagama (skala 1 =


tidak melimpah, 2 = melimpah, 3 = sangat melimpah).

b. Kelimpahan Herpetofauna
Dari identifikasi Takson Herpetofauna di Hutan Wanagama diperoleh gambar
berupa grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 26 dari 60

Gambar 6. Kelimpahan Herpetofauna di Hutan Wanagama.


c. Kelimpahan Arthropoda
Dari identifikasi Takson Arthropoda di Hutan Wanagama diperoleh gambar
berupa grafik berikut :

Gambar 7. Kelimpahan Takson Arthropoda di Hutan Wanagama.

d. Kelimpahan Aves-Mammal
Dari identifikasi Aves-Mammal di Hutan Wanagama diperoleh gambar berupa
grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 27 dari 60

Gambar 8. Kelimpahan Aves-Mammal di Hutan Wanagama.

e. Kelimpahan Pisces di Sungai Oyo


Dari identifikasi Takson Pisces di Sungai Oyo, Wanagaman diperoleh hasil
gambar berupa grafik berikut :

Gambar 9. Kelimpahan Takson Pisces di Sungai Oyo, Wanagama.

3. Kelimpahan Hewan di pantai Baron.


a. Kelimpahan Takson Pisces.
Dari identifikasi Takson Pisces di Pantai Baron diperoleh hasil gambar berupa
grafik berikut :
Tabel
No Spesies Jumlah 1.kelimpahan
1 Scomber japonicas 3 Pisces di
2 Dasyatis sp. 1 Pantai Baron
3 Rastrelliger brachysoma 2
4 Katsuwonus pelamis 2
5 Pampus argenteus 3
6 Lutjanus camphechanus 3
7 Carcharhinus sp. 1
8 Lates calcarifer banyak
9 Rastrelliger kanagurta banyak
10 Thunus sp. sedikit
11 Lethrinus sp. Sedikit
12 Myripristis murdjan Sedikit
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 28 dari 60

4. Kelimpahan Hewan di Pantai Sepanjang.


a. Kelimpahan Crustacea.
Dari identifikasi Crustacea di Pantai Sepanjang diperoleh gambar berupa
grafik berikut :

Gambar 11. Kelimpahan Crustacea di Pantai Sepanjang.

b. Kelimpahan Mollusca
Dari identifikasi Mollusca di Pantai Sepanjang diperoleh gambar berupa grafik
berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 29 dari 60

Gambar 12. Kelimpahan Mollusca di Pantai Sepanjang (skala 1 = tidak


melimpah, 2 = melimpah, 3 = sangat melimpah).
c. Kelimpahan Echinodermata
Dari identifikasi Echinodermata di Pantai sepanjang diperoleh gambar berupa
grafik berikut :

Gambar 13. Kelimpahan Echinodermata di Pantai Sepanjang.


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 30 dari 60

d. Kelimpahan Pisces.
Dari identifikasi Pisces di Pantai sepanjang diperoleh gambar berupa grafik
berikut :

Gambar 14. Kelimpahan Pisces di Pantai Sepanjang.


e. Kelimpahan Helminthes.
Dari identifikasi Helminthes di Pantai sepanjang diperoleh gambar berupa
grafik berikut :

Gambar 15. Kelimpahan Helminthes di Pantai Sepanjang.

f. Kelimpahan Aves.
Dari Identifikasi Aves di Pantai Speanjang diperoleh gambar berupa grafik
berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 31 dari 60

Gambar 16. Kelimpahan Aves di Pantai Sepanjang.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan saat praktikum lapangan mata kuliah Sistematika
Hewan, dapat dikatakan bahwa keberagaman di daerah persawahan Piyungan, Hutan
Wanagama, Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang sangat melimpah.Dari data yang sudah
diperoleh terdapat beberapa filum yang teramati, yaitu Helminthes, Mollusca, Arthropoda,
Amphibia, Reptilia, Pisces, Aves, Mammalia, Echinodermata, dan Crustacea. Berikut
merupakan penjabaran mengenai pembahasan hasil praktikum lapangan ini berdasarkan
lokasi yang berbeda-beda.
Lokasi pertama yaitu Persawahan Piyungan. Pada lokasi Persawahan Piyungan,
mollusca yang sangat melimpah adalah Pomacea canalicuta . Hewan ini banyak ditemukan
di perairan persawahan karena beberapa faktor diantaranya bahan organik yang terkandung di
dalam perairan yang akan menumbuhkan plankton yang merupakan makanannya, selain itu
adanya tanaman padi juga dimanfaatkan untuk meletakkan telur-telurnya.Pada sampling kali
ini tidak ditemukan Helminthes karena pada saat pengambilan kondisi sawah sedang kering.
Pada Arthropoda Famili yang paling melimpah pada lokasi ini adalah
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 32 dari 60

Pyrgomorphidae sebanyak 105 ekor. Famili Pyrgomorphidae merupakan hewan jenis


belalang, kelompok yang sangat umum dan menyebar luas. Mereka hidup dengan memakan
tanaman atau biasanya sering disebut hama tanaman. Lokasi persawahan ini didominasi oleh
padi dan rumput. Oleh karena itu, famili ini banyak ditemukan di area persawahan piyungan
karena kondisi lingkungan yang mendukung dan ketersediaan pakan yang melimpah.
Belalang ini juga berukuran kecil, bergerak sangat cepat, dan mampu berkembang biak
dengan cepat sehingga populasinya sangat banyak.
Di persawahan Piyungan ini Pisces tidak dijumpai spesies apapun.karena pada saat
pengambilan kondisi sawah sedang kering,sehingga tidak memungkinkan ikan untuk
hidup.Begitupula dengan mammal disana tidak ditemukan satupun.karena mammal disana
merupakan hewan yang dipelihara dan tidak dibiarkan berkeliaran di lingkungan persawahan
Aves di persawahan Piyungan yang paling banyak dijumpai adalah Collocalia linchi
sebanyak 43 ekor burung.Hal ini dimungkinkan karena pada persawahan piyungan
didominasi oleh tanaman padi yang merupakan makanan dari spesies ini selain itu keadaan
persawahan di Piyungan yang hangat cocok untuk habitat Collocalia linchi. Burung ini
ditemukan dalam kelompok yang cukup banyak. Burung ini terbang dan turun ke batang padi
untuk memakan biji padi.Di sini juga dapat dilihat ada beberapa macam burung migrasi dan
burung domestik.Pengambilan sampel dilakukan disawah Piyungan di beberapa petak sawah.
Herpet yang ada di daerah persawahan piyungan yang paling banyak jumlahnya
adalah Hemidactylus frenatus sebanyak 7 ekor.Karena di dekat sawah terdapat rumah warga
dan pohon sebagai tempat tinggal mereka.Sawah juga merupakan tempat yang cocok karena
sumber makanan di tempat itu mencukupi untuk kehidupan mereka.
Lokasi yang kedua yaitu Hutan Wanagama. Di Hutan Wanagama Mollusca banyak
dijumpai adalah Pomacea canaliculata dan Lissachatina fulica yang sering ditemukan.
Spesies ini banyak ditemukan karena tanah-tanah yang relatif lembab karena daerahnya dekat
dengan sungai dan banyak tanaman kanopi yang membuat teduh daerah ini, serta tanah
mengandung banyak humus dari seresah daun sebagai sumber nutriennya. Di tempat yang
banyak tumbuh tumbuhan seperti di Hutan Wanagama ini membuat gastropoda dapat
melindungi dirinya dari pemangsa. Oleh karena itu, spesies ini banyak ditemukan di hutan
daripada di area persawahan.Di Hutan Wanagama, Helminthes tidak ditemukan karena jenis
tanah di Hutan Wanagama yang kering menyebabkan Helminthes tidak dapat hidup dan tidak
ditemukan di tempat tersebut. Arthropoda terbanyak yang dijumpai adalah Famili
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 33 dari 60

Nymphalidae sebanyak 105 ekor. Famili Nymphalidae merupakan hewan jenis kupu-kupu
yaitu kelompok yang sangat umum dan menyebar luas. Memiliki sayap yang berwarna warni,
dan bagian sayap bawah memiliki warna yang polos sehingga mampu berkamunflase.
Mereka hidup di daerah dekat sungai. Hewan ini ditemukan banyak didaerah dekat sungai
terbang mencari tanaman berbunga. Kupu kupu sering menaruh telurnya dipermukaan daun
dan mati. Oleh karena itu, famili ini juga banyak ditemukan di area Wanagama karena
terdapat sungai besar di Hutan Wanagama. Herpetofauna terbanyak yang dijumpai adalah
Eutropis sp. yakni 6 ekor. Eutropis sp. termasuk reptilia. Spesies ini ditemukan dalam jumlah
yang lebih banyak dari persawahan Piyungan karena kondisi hutan yang lembab dan banyak
vegetasi pendukung sebagai naungan serta Eutropis sp. juga mampu memanjat pohon
sehingga lebih banyak ditemukan. Ketersediaan pakan yang cukup banyak karena banyak
jenis serangga di Hutan Wanagama membuat kadal ini juga lebih banyak ditemukan.Di
perairan tawar di dekat Hutan Wanagama juga ditemukan Pisces sebanyak 6 spesies dengan
jumlah terbanyak adalah Rasbora sp. sebanyak 25 ekor dan Dermogenys sp. sebanyak 19
ekor. Jumlah per spesies Pisces yang lain ditemukan tidak terlalu banyak dikarenakan
keterbatasan dalam sampling. Misalnya Channa striata, Mystacoleucus marginatus, dan
Oreochromis niloticus yang hanya ditemukan masing-masing 1 ekor. Sampling yang
dilakukan hanya pada pinggir perairan saja sedangkan kebanyakan dari Pisces ini hidup di
area pertengahan perairan sehingga jumlah yang didapatkan hanya sedikit. Di perairan tawar
di dekat Hutan Wanagama ditemukan Pisces terbanyak adalah Dermogenys sp. sebanyak 15
ekor dan Poecilia eticulata. Jumlah perspesies Pisces yang ditemukan tidak terlalu banyak
dikarenakan keterbatasan dalam sampling. Sampling yang dilakukan hanya pada pinggir
perairan saja sedangkan kebanyakan dari Pisces ini hidup di area pertengahan perairan
sehingga jumlah yang didapatkan cukup sedikit. Dermogenys sp. dan Poecilia eticulata
merupakan jenis yang paling umum ditemui pada habitat perairan air tawar seperti sungai,
danau, dan persawahan karena pada perairan seperti ini terdapat banyak bahan organik yang
digunakannya untuk nutrisi. Aves spesies terbanyak adalah Pycnonotus aurigaster sebanyak
12 ekor. Seperti umumnya kutilang, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang
lunak, juga memangsa berbagai jenis serangga kecil seperti ulat dan aneka hewan kecil
lainnya yang menjadi hama tanaman. Cuaca yang hangat, dan banyaknya pepohonan rindang
yang menghasilkan buah, dan banyaknya serangga di Hutan Wanagama sebagai sumber
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 34 dari 60

nutrien sangat mendukung kehidupan spesies ini, oleh karena itu ditemukan melimpah. Selain
Aves ditemukan juga Mammalia yaitu Callosciurus notatus atau bajing. Bajing ini ditemukan
sebanyak 2 ekor bergelantungan di pohon. Spesies ini memakan buah-buahan, serangga kecil,
dll sehingga dapat ditemukan diHutan Wanagama karena tersedianya bahan pakan. Bajing ini
dapat ditemukan karena bajingjuga termasuk hewan diurnal atau mencari makan saat siang
hari sehingga dapat ditemukan. Di Hutan Wanagama, sampling dilakukan di dua bagian yaitu
bagian daerah parkir bus dan daerah wisata Wanagama. Beberapa spesies lebih banyak
ditemukan di wilayah bagian parkiran bus ini karena terdapat sungai yang masih asri dan
tidak banyak aktivitas manusia di tempat ini sehingga alamnya masih alami. Berbeda dengan
bagian wisata Wanagam dimana spesiesnya relatif lebih sedikit, ini kemungkinan karena
disini merupakan daerah wisata dimana banyak aktivitas manusia terjadi disini sehingga
habitat alam fauna ditempat ini mulai berkurang sehingga relatif lebih sedikit fauna yang bisa
ditemukan. Pengambilan sampel dilakukan pada saat suhu 29°C pada cuaca cerah.
Lokasi yang ketigas yaitu Pantai Baron. Pengambilan sampel di Pantai Baron
dilakukan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) disekitar wilayah pantai. Pada lokasi ini,
diketahui terdapat 19 spesies Pisces. Spesies yang melimpah seperti Rastrelliger brachysoma,
Pampus argenteus, dan Nemipterus sp. Spesies-spesies tersebut ditemukan melimpah di TPI
Pantai Baron menandakan bahwa ikan-ikan tersebut banyak digemari dan dicari oleh
konsumen mungkin karena harganya yang lebih murah dan jumlah dihabitatnya kemungkinan
dalam jumlah yang banyak. Selain itu jumlah tersebut juga menandakan bahwa spesies-
spesies ikan tersebut mudah ditangkap dan persebarannya luas serata banyak di pantai Baron.
Pengambilan sampel dilakukan TPI, dengan suhu 29°C pada cuaca cerah dengan melihat ikan
yang diperdagangkan dan didata dalam tabel.
Lokasi yang terakhir yaitu Pantai Sepanjang. Di Pantai Sepanjang dijumpai berbagai
macam Echinodermata sebanyak 6 spesies dengan spesies terbanyak adalah Ophiocoma sp.
sebanyak 42 ekor. Ophiocoma sp. banyak tersebar sepanjang Pantai Sepanjang di antara
karang-karang pantai. Habitat hidupnya berada di wilayah pasang surut hingga kedalaman
laut maksilmal 5.000 meter. Pantai yang berkarang memiliki substrat yang cocok untuk
menempel dan hidup spesies ini karena dapat digunakan sebagai tempat berlindung hewan itu
sendiri. Oleh karena itu, di Pantai Sepanjang ini hewan jenis ini banyak ditemukan dan
berkembang. Spesies ini berperan dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 35 dari 60

ekosistem laut. Berperan penting pula terhadap perputaran bahan organik di dasar laut dan
juga sangat berjasa dalam menjaga kebersihan dasar laut karena salah satu hewan detritivor
sebagai perombak bahan organik dilaut pemakan sisa sisa organisme hidup. Diketahui pula
bahwa Echinodermata yang ditemukan di Pantai Sepanjang sebanyak 8 jenis dan yang paling
melimpah adalah Echinometra mathaei sebanyak 25 ekor. Echinometra sp. atau yang sering
disebut bulu babi ini banyak tersebar dari ujung ke ujung Pantai Sepanjang di antara karang-
karang pantai. Habitat hidupnya berada di wilayah pasang surut hingga kedalaman laut
maksilmal 5.000 meter. Pantai yang berkarang merupakan substrat yang cocok untuk hidup
spesies ini karena dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan melekat dari hewan itu
sendiri. Oleh karena itu, di Pantai Sepanjang ini hewan jenis ini banyak berkembang. Spesies
ini berperan dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Berperan
penting pula terhadap perputaran bahan organik di dasar laut dan juga sangat berjasa dalam
menjaga kebersihan dasar laut termasuk perairan pantai.
Helminthes di Pantai Sepanjang banyak dijumpai seperti Nereis sp. yang sering
ditemukan di pantai ini. Nereis sp. adalah jenis cacing yang mampu hidup di air dengan
salinitas cukup tinggi seperti air laut. Nereis sp. hidup di laut, di dalam liang pasir dan hanya
menyembulkan kepala saja ke atas permukaan pasir atau berenang di dalam laut. Substrat
Pantai Sepanjang berupa pasir dan banyak karang yang sangat cocok untuk tempat hidup
spesies ini. Hampir di semua pantai di Gunungkidul terdapat Nereis sp. Nereis sp. merupakan
hewan yang memiliki racun sehingga dalam teknik samplingnya pun harus berhati-hati.
Hewan ini sangat berperan dalam piramida makanan contohnya sebagai makanan dari
Crustacea. Filum Mollusca terbanyak adalah Trochus sp. dan Chiton sp.. Di Pantai Sepanjang
ini banyak dijumpai berbagai macam Mollusca karena pantai ini memiliki substrat berupa
pasir berkarang. Pasir digunakan sebagai tempat persembunyian hewan ini dari mangsa.
Sedangkan karang sendiri digunakan sebagai tempat untuk menambat karena Mollusca ini
merupakan hewan yang tertambat dan bergerak secara lambat. Selain itu, pada pantai ini juga
terdapat banyak mangsa alami Trochus sp. dan Chiton sp. seperti ikan-ikan berukuran kecil,
gastropoda, dan pelecypoda. Trochus sp. berperan sebagai pengontrol populasi makroalga di
pantai karena jenis tersebut adalah herbivora. Selain itu jenis ini memiliki lapiran kerang
yang cukup menawan karena terdapat lapisan mutiara sehingga sering digunakan sebagai
bahan baku cat, dll. Sedangkan Chiton sp. juga berfungsi sebagai pengontrol makroalga
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 36 dari 60

karena bersifat herbivora.


Untuk Arthropoda, Crustacea yang paling banyak ditemukan di pantai ini adalah dari
Clibanarius virescens sebanyak 25 ekor. Clibanarius virescens hidup di area pasang surut
pada substrat batu, pasir, dan karang. Mereka memiliki cangkang yang berguna untuk
melindungi bagian lunak tubuhnya yaitu bagian abdomen. Hewan ini termasuk omnivora dan
memakan bangkai makluk hidup lainnya. Mereka juga memiliki peran penting dalam
ekosistem sebagai agen pembersih dengan memakan detritus dan memakan alga.
Pisces terbanyak adalah Pempheris sp. yakni sebanyak 39 ekor. Spesies ini ditemukan
banyak bergerombol karena substrat Pantai Sepanjang adalah berkarang yang merupakan
tempat hidup Pempheris sp. dan zooplankton merupakan sumber makanannya. Termasuk
hewan nocturnal dan hidup didaerah karang sebagai tempat perlindungannya.
Aves yang dapat ditemukan di tempat ini adalah Egreta sacra yang termasuk kedalam
burung pantai. Berwarna hitam pada umunya dan ada juga yang putih dan bentuk seperti
burung cangak. Burung ini termasuk karnivora mencari ikan keci di daerah pantai berkarang
atau pasir seperti Pantai Sepanjang. Oleh karena itu burung ini dapat ditemukan di Pantai
Sepanjang. Pada Pantai Sepanjang tidak banyak ditemukan burung laut karena Pantai
Sepanjang memiliki pasir yang berasal dari sisa karang sehingga pasirnya berwarna putih
dantekstrunya keras. Burung laut umunya lebih suka di pantai yang memiliki pasir berwarna
hitam karena pasir berwarna hitam berasal dari sungai atau daerah aluvial yang lunak dan
memiliki nutrien yang lebih banyak. Sehingga di pantai yang pasirnya hitam ikan akan lebih
banyak sehingga burung ini lebih banyak.
Sampling di Pantai Sepanjang dilakukan di beberapa sisi yaitu sisi barat dan timur.
Pada saat melakukan sampling keadaan air laut sedang surut sehingga lebih banyak spesies
yang dapat ditemukan dipantai ini. Pengambilan sampel dilakukan sepanjang Pantai
Sepanjang, dengan suhu 30°C pada cuaca cerah.

BAB V
KESIMPULAN
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 37 dari 60

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa fauna yang
terdapat di Persawahan Piyungan dan Hutan Wanagama meliputi anggota Helminthes,
Molluska, Arthropoda, Pisces, Herpetofauna, dan Aves; di Tempat Pelelangan Ikan Pantai
Baron meliputi Pisces; dan di Pantai Sepanjang meliputi anggota Crustacea, Echinodermata,
Pisces, Helminthes, dan Molluska, serta Aves. Fauna yang paling melimpah di daerah
Persawahan Piyungan antara lain dari Filum Arthropoda; di daerah Hutan Wanagama antara
lain dari Filum Arthropoda dan Kelas Aves; di Pasar Ikan Pantai Baron yaitu ikan tuna; dan di
Pantai Sepanjang yaitu fauna dari Kelas Echinoidea. Kondisi dan ekologi lingkungan di
setiap daerah mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan spesies yang hadir di
daerah tersebut.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 38 dari 60

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Bhamrah, H. S. and K. Juneja. 2001. An Introduction To Porifera. Anmol Publications Pvt.


Ltd.New Delhi, pp. 1-5.
Brindley, P.J., M. Mitreva, E. Ghedin, and S. Lustigman. 2009. Helminth Genomics: The
Implications for Human Health. PLoS Neglected Tropical Diseases 3(10): e538. doi:
10.1371/journal.pntd.0000538
Capinera, J.L. 2017. Biology and Food Habits of the Invasive Snail Allopeas gracile
(Gastropoda: Subulinidae). Florida Entomologist 100(1):116-123
Das, I. 2010. A Field Guide to the Reptiles of South-East Asia. New Holland Publishers.
Sydney, pp. 232-233.
Dolny, A., F. Harabis, and H. Mizicova.2014. Home Range, Movement, and Distribution
Patterns of the Threatened Dragonfly Sympetrum depressiusculum (Odonata:
Libellulidae): A Thousand Times Greater Territory to Protect? PLoS One 9(7):e100408.
doi: 10.1371/journal.pone.0100408
Garispantai. 2018. Pantai Baron Gunungkidul Yogyakarta, Sebuah Teluk yang Menawan
[online]. Garispantai [diakses 30 November 2018].
http://www.garispantai.com/pantai-baron-gunungkidul-yogyakarta/
Global Invasive Species Database. 2011. Species profile: Lumbricus terrestris [online].
Global Invasive Species Database [diakses 30 November 2018].
http://www.iucngisd.org/gisd/species.php?sc=1555
iNaturalist. 2018. Cave Swiftlet (Collocalia linchi) [online]. iNaturalist [diakses 30
November 2018]. https://www.inaturalist.org/taxa/578254-Collocalia-linchi
Pemerintah Kabupaten Bantul. 2018. Data Kecamatan: Kecamatan Piyungan [online].
Pemerintah Kabupaten Bantul [diakses 30 November 2018].
https://bantulkab.go.id/kecamatan/Piyungan.html
Rao, D.K. and J.J. Kaur. 2006. Living Science Biology. Ratna Sagar. Delhi, pp. 95-106.
Reece, J.B., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011.
Campbell Biology, 9th edition. Benjamin Cummings. California, pp. 654-655.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 39 dari 60

Smith, R.I. 1956. The Ecology of Tamar Estuary. Journal of Marine Biological Association
of the UK 35:81-104.
Solomon, E.P., L.R. Berg, D.W. Martin. 2008. Biology, eith edition. Thompson Higher
Education. Belmount, pp. 482-483; 620-621; 674.
Strange, M. 2012. A Photographic Guide to the Birds of Indonesia, Second Edition. Tuttle.
Singapore, p. 71.
Thieriault, P. 2017. The Table of Animals: The Porifera, Ctenophora, and Cnidaria. Lulu.
North Carolina, pp. 1-5; 35-37.
Torres, A.G. n.d. Dermogenys pusilla Kuhl & van Hasselt, 1823 [online]. FishBase [diakses
30 November 2018]. http://www.fishbase.org/summary/11298
Vikanaswari, M.P.A.R. 2014. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Hotel
Resor di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakart [thesis].
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Wanagama Educational Forest. n.d. Tentang Kami: Pendahuluan [online]. Wanagama
Educational Forest [diakses 30 November 2018]. http://wanagama.fkt.ugm.ac.id/about-
us/
Springer, J.T and D. Holley. 2013. An introduction to zoology. Jones & Bartlett Learning.
United States of America. P : 119
Storrer, T.L. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. Tosho Agency. Tokyo
Susanto, A. 2001. Atlas Flora dan Fauna Indonesia. Grasindo.Jakarta, hal. 1.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 40 dari 60

BAB VII
LAMPIRAN
1. Kelimpahan Hewan di Kecamatan Piyungan.
a. Helminthes-Mollusca
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 41 dari 60

b. Herpetofauna
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 42 dari 60

c. Arthropoda
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 43 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 44 dari 60

d. Pisces
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 45 dari 60

e. Aves-Mammal
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 46 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 47 dari 60

2. Kelimpahan Hewan di Hutan Wanagama


a. Helminthes-Mollusca
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 48 dari 60

b. Herpetofauna
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 49 dari 60

c. Arthropoda
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 50 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 51 dari 60

d. Pisces, Sungai Oyo, Wanagama


No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 52 dari 60

e. Aves-Mammalia
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 53 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 54 dari 60

3. Kelimpahan di Pantai Baron


a. Pisces
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 55 dari 60

4. Kelimpahan Hewan di Pantai Sepanjang


a. Crustacea
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 56 dari 60

b. Echinodermata
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 57 dari 60

c. Mollusca
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 58 dari 60

d. Pisces
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 59 dari 60

e. Aves-Mammal
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 60 dari 60

Anda mungkin juga menyukai