Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari 60
Disusun oleh
Nama : Fauzana Zahran
NIM : 18/429359/BI/10125
Gol/Kelompok : D/2
Asisten : Elika Boscha
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“KEANEKARAGAMAN FAUNA DI DESA PIYUNGAN, WANAGAMA, PANTAI
BARON, DAN PANTAI SEPANJANG YOGYAKARTA”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas untuk melengkapi syarat menempuh
responsi Praktikum Sistematika Hewan semester III T.A. 2019/2020 Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada. Laporan ini penyusun harapkan dapat memberi informasi serta
gambaran tentang keanekaragaman fauna yang meliputi Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan
Mammalia di berbagai daerah di Yogyakarta. Selesainya laporan ini adalah berkat bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Drs. Trijoko, M.Si. selaku Kepala Laboratorium Sistematika Hewan sekaligus sebagai
dosen mata kuliah Sistematika Hewan.
2. Segenap Asisten Laboratorium dan Asisten Lapangan yang telah membimbing dalam
pelaksanaan praktikum lapangan
3. Teman-teman yang telah bekerja sama sehingga praktikum lapangan dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
terlaksananya praktikum lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih banyak kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan laporan ini, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis hanya
mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penyusun
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 3 dari 60
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 5 dari 60
KATA PENGANTAR 2
LEMBAR PENGESAHAN 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 7
B. Permasalahan 8
C. Tujuan 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 9
III.BAHAN DAN CARA KERJA
A. Lokasi dan Waktu 14
B. Deskripsi Lokasi 14
C. Bahan dan Alat 15
D. Metode 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 18
B. Pembahasan 29
V. KESIMPULAN 34
VI. DAFTAR PUSTAKA 35
VII. LAMPIRAN 37
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dan negara dengan iklim tropis, hal ini
menyebabkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan
biodiversitas yang sangat tinggi dan bahkan dapat disebut megabiodiversity.
Kekayaan di Indonesia meliputi keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna.
Keberagaman biodiversitas tersebut tidak diimbangi dengan lengkapnya data
mengenai flora dan fauna tersebut. Hal ini tentu saja mendorong para ahli taksonomi
untuk mengidentifikasi flora dan fauna yang sangat melimpah tersebut. Lengkapnya
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 8 dari 60
data mengenai keberagaman flora dan fauna ini sangat bermanfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan di Indonesia dan Dunia.
Penyusun ekosistem antara tempat satu dengan yang lain berbeda karena
setiap tempat memiliki faktor fisiko-kimia yang berbeda sehingga mempengaruhi
kemelimpahan fauna yang ada di tempat tersebut. Dalam hal ini penelitian dititik
beratkan pada berbagai jenis hewan yang berhabitat pada suatu tempat. Tempat-
tempat tersebut pada umumnya memiliki keanekaragaman hewan yang menyusun
ekosistem baik hutan, sawah maupun pantai. Dengan adanya hewan yang beraneka
ragam maka dapat diketaui kemelimpahan hewan yang terdapat di tempat tersebut.
Oleh sebab itu dilakukan penelitian kemelimpahan fauna di sawah Piyungan, Hutan
Bunder Wanagama, Pantai Baron dan Pantai Sepanjang yang semuanya berada di
Yogyakarta.
Oleh karena itu, praktikum lapangan sistematika hewan ini sangat penting
dilakukan dengan tujuan mempelajari, melihat dan bahkan mengidentifikasi
keanekaragaman fauna secara langsung yang terdapat di daerah; Persawahan
Piyungan, Hutan wanagama, Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang Daerah Istimewa
Yogyakarta.
b. Permasalahan
c. Tujuan
Wanagama, Tempat Pelelangan Ikan di Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang, serta
mengetahui hewan yang paling melimpah di setiap lokasi penelitian.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 10 dari 60
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi hewan didasarkan atas beberapa hal, seperti tingkat organisasi, simetri
tubuh, rongga tubuh, jumlah lapisan embrio, dan notochord. Hewan bersifat multiseluler,
namun sel tubuhnya tidak selalu tersusun membentuk jaringan dan sistem organ, misalnya
sponge yang tersusun atas sekumpulan sel dan berada pada suatu organisasi tingkat sel.
Sementara itu, manusia termasuk hewan yang berada pada organisasi tingkat sistem organ,
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 11 dari 60
sebab sel-selnya berasosiasi sedemikian rupa hingga membentuk sistem organ. Simetri tubuh
hewan dibagi atas dua macam yaitu simetri radial dan simetri bilateral. Rongga tubuh atau
coelom merupakan rongga antara dinding tubuh dan saluran pencernaan. Coelom tidak
ditemukan pada Acoelomate dan terdapat pada Eucoelomate. Sementara itu, coelom pada
cacing pipa bersifat tidak nyata sehingga disebut pseudocoelom. Lapisan sel pada embrio
terdiri atas 3 macam, yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan-lapisan sel ini akan
membentuk bagian-bagian tubuh hewan. Sponge dan Cnidaria tidak memiliki mesoderm
sehingga disebut diploblastik. Hewan lain yang memiliki ketiga lapisan tersebut disebut
triploblastik. Notochord yaitu struktur seperti pipa panjang yang terdapat pada permukaan
dorsal tubuh. Notochord tidak ditemukan pada Avertebrata, namun terdapat pada Vertebrata
(Rao and Kaur, 2006).
Secara umum, kingdom Animalia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
Avertebrata dan Chordata. Kelompok Avertebrata merupakan hewan yang tidak memiliki
notochord, dan terdiri atas filum Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nematoda,
Annelida, Arthropoda, Molluska, dan Echinodermata. Kelompok Chordata merupakan filum
Chordata, dengan anggota coelomate dan memiliki notochord. Filum Chordata dibagi
menjadi dua sub-Phylum, yaitu Protochordata dan Vertebrata. Sub-Phylum Protochordata
terdiri atas organisme yang memiliki notochord pada suatu bagian hidupnya. Beberapa genus
anggota Sub-Phylum ini antara lain Herdmania dan Balanoglossus. Sub-Phylum Chordata
terdiri atas organisme dengan notochord sepanjang hidupnya. Sub-Phylum ini dibagi menjadi
5 kelas yaitu kelas Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia. (Rao and Kaur, 2006).
Filum Porifera merupakan hewan sederhana yang berasal dari kata ‘porus’ berarti
lubang dan ‘fera’ berarti mengandung. Porifera seringkali diasosiasikan dengan spons karena
memang sering dijumpai di alam. Hewan ini dewasanya menambat dan memperoleh
makanan dengan cara menyaring air atau lebih dikenal dengan istilah filter feeder
(Broadhead, 1983). Porifera memiliki tubuh multiselular agregat bebas dari sel tanpa jaringan
sejati, dewasa nya asimetris atau radial simetris. Semua anggota nya akuatik dan kebanyakan
hidup di laut. Semua anggota dewasa sesil, filter feeder dan fase larva nya motil. Tubuhnya
terdiri dari ostia (pori ), canal dan ruang-ruang sebagai lintasan air. Air bergerak masuk ke
ruang dan canal karena adanya aktivitas sel flagela yang unik disebut coanocyte. Bagian
skeletal mengandung zat kapur atau spikula yang mengkristal dari silika, sering terkombinasi
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 12 dari 60
dengan berbagai macam fiber colagen yang termodifikasi (spongia). Reproduksi aseksual
dengan regenerasi, buds, atau gemmule dan reproduksi seksual nya dengan telur dan sperma,
larva nya bersilia dan berenang bebas. Sel nya cenderung totipotent sehingga mereka dapat
bertahan pada mobilitas yang tinggi dan mampu berubah bentuk dan fungsi (Springer and
Holley, 2013).
gelang, tubuhnya dilapisi kutikula yang tidak terbuat dari zat kitin; pada rongga tubuh
terdapat septum yang merupakan sekat kitin, sistem saraf berbentuk sistem saraf tangga tali
yang terdiri atas sepasang ganglion (Solomon, 2008).
Anggota dari filum Mollusca mempunyai tubuh lunak, mantel yang berfungsi
mensekresikan cangkang, alat makan berupa radula (pada kelompok Gastropoda) dan insang
(pada kelompok Bivalvia).Anggota Mollusca mempunyai ciri pembeda berupa epitelium
dorsal membentuk mantel yang mensekresikan spikula kapur atau cangkang. Hampir seluruh
anggota dari filum Mollusca memiliki sistem peredaran darah terbuka. Mollusca hidup di
hampir semua tipe habitat baik di darat, air tawar, payau, maupun di laut. Semua kelas dalam
filum Mollusca mempunyai anggota yang hidup di laut. Sedangkan di perairan tawar diwakili
oleh kelas Gastropoda dan Bivalvia, Mollusca yang hidup di darat hanya diwakili oleh kelas
Gastropoda dengan cangkang kerucut yang terdiri dari apex,whorl,suture,spire,whorl
badan,bibir parietal,bibir luar,aperture dan saluran sifon..Filum Mollusca dibagi kedalam
tujuh kelas yaitu: Aplacophora (tanpa keping cangkang), Monoplacophora (bercangkang
keping tunggal), Polyplacophora (bercangkang keping banyak), Scaphopoda, Cephalopoda,
Bivalvia atau Pelecypoda, dan Gastropoda. Mollusca hidup di hampir semua tipe habitat baik
di darat, air tawar, payau, maupun di laut. (Routh, 2002).
Echinodermata memiliki kulit yang berduri. Tubuh Echinodermata terdiri dari lengan
berjumlah lima atau kelipatannya. Hewan ini memiliki saluran air yang sering disebut sebagai
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 14 dari 60
sistem amburakral, untuk bergerak, bernapas, atau untuk membuka mangsanya yang memiliki
cangkok. Filum ini dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas Asteroidea, Opiuroidea,
Holothuroidea, Echinoidea, dan Ophicistoidea (Rao and Kaur, 2006; Reece et al., 2011).
Pisces merupakan hewan Vertebrata yang hidup di air. Sebagian besar Pisces bernapas
dengan insang, namun ada pula yang bernapas dengan paru-paru. Pisces memiliki sirip
sebagai alat gerak. Tubuhnya ditutupi oleh sisik dan diselubungi dengan lendir, yang
memudahkan pergerakanya di dalam air. Pada tubuh Pisces terdapat gurat sisi yang berfungsi
untuk mengetahui tekanan air dan kedudukannya di dalam air. Kelompok Pisces dibagi
menjadi 4 kelas, yaitu Agnatha, Placodermi, Chondrichthyes, Osteichthyes (Rao and Kaur,
2006).
Anggota Amphibia hidup sebagian di darat dan sebagian di air. Hewan ini bernapas
dengan insang pada masa larva, kemudian bernapas dengan paru-paru pada masa dewasa.
Permukaan tubuhnya dilapisi lender dan kaya akan kelenjar. Anggota kelas Amphibia
biasanya memiliki struktur kulit yang tidak bersisik. Kelas Amphibia dibagi menjadi 3 ordo,
yaitu ordo Urodela, Apoda, dan Anura. Ordo Anura biasanya memiliki 4 tungkai, dan dapat
dibedakan antara kepala, badan, dan anggota gerak. Anggota ordo ini tidak mempunyai leher
dan ekor (Solomon, 2008).
Kelas Reptilia terdiri dari anggota dengan tubuh yang tertutup sisik epidermal. Reptil
biasanya bertelur di luar air. Hewan yang tergolong dalam Kelas Reptilia merupakan hewan
poikilotermik dengan kulit yang biasanya kering dan berkelenjar. Kelas Reptilia dibagi
menjadi 4 ordo, yaitu Testudinata, Sphenodonta, Squamata dan Crocodilia. Reptil
mempunyai sistem saraf pusat dan otak yang berkembang dengan baik. Sebagian besar reptil
mempunyai 2 buah paru – paru. Semua reptil kecuali buaya dan kerabatnya mempunyai
jantung dengan 3 ruang, buaya memiliki jantung dengan 4 ruang (Rao and Kaur, 2006;
Solomon, 2008).
Aves adalah vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu. Aves memiliki
kemampuan terbang karena mempunyai sayap sebagai modifikasi anggota gerak anterior.
Kaki pada Aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput inter
digital). Tubuhnya dapat dibedakan atas paruh, kepala, leher, badan, sayap, tungkai, dan ekor.
Ciri yang digunakan untuk identifikasi hewan ini adalah warna bulu, cara hinggap, bentuk
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 15 dari 60
paruh, sayap, tarsometatarsus, tipe ekor, dan lain sebagainya. Kelas Aves dibagi menjadi 2
subkelas, yaitu Archaeonithes dan Neornithes (Solomon, 2008).
Pisces merupakan Vertebrata yang hidup di air, sebagian bernafas menggunakan
insang dan sebagian kecil dengan paru-paru. Alat gerak berupa sirip. Tubuh ditutupi oleh
sisik dan diselubungi dengan lendir sehingga memudahkan pergerakanya di dalam air. Hewan
yang tergolong Pisces memiliki sirip yang berfungsi sebagai alat gerak dan alat untuuk
menjaga keseimbangan. Memiliki gurat sisi yang berfungsui untuk mengetahui tekanan air
sehingga ikan dapat mengetahui kedudukannya di dalam air. Dibagi menjadi 4 kelas, yaitu:
Agnatha, Placodermi, Chondrichthyes, Osteichthyes (Rao, 2007).
Kelas Mammalia adalah kelompok vertebrata yang memiliki ciri-ciri seperti memiliki
glandula mammae, kulit tertutup oleh rambut dan memiliki daun telinga (kecuali
Monotremata); jari-jari pada setiap kaki/tangan umumnya 5 atau kurang; bersifat plantigrade,
digitigrade atau unguligrade; dan melahirkan anak (kecuali Monotremata); serta memiliki
gigi yang terspesialisasi. Kelas Mammalia dibagi menjadi beberapa ordo, diantaranya
Monotremata, Carnivora, Artyodactyla, Perissodactyla, Rodentia, Primata dan lain-lain (Rao
and Kaur, 2006).
Piyungan merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Bantul dengan luas wilayah
3.254,86 Ha. Kecamatan ini berada pada dataran rendah, dengan ibukota kecamatannya pada
ketinggian 80 mdpl. Iklim di kecamatan ini seperti layaknya daerah dataran rendah di daerah
tropis, dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu yang terukur di kecamatan Piyungan
berkisar antara 23°C sampai 32°C (Pemerintah Kabupaten Bantul, 2018).
Hutan Pendidikan Wanagama terletak di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, sekitar 35 km
dari Kota Yogyakarta. Hutan ini didirikan sebagai hutan pendidikan dan penelitian bagi
mahasiswa dan dosen. Selain hutan yang luas, terdapat pula sungai, air terjun, dan mata air
yang tak pernah kering sepanjang tahun, serta camping ground. Hutan ini telah tercatat
memiliki lebih dari 40 jenis fauna dan lebih dari 1.000 jenis flora (Wanagama Educational
Forest, n.d.).
Pantai Baron merupakan salah satu pantai di DIY yang terletak di Kabupaten Gunung
Kidul. Terletak di Desa Kemandang, Kecamatan Tanjung Sari, pantai ini berjarak sekitar 50
km dari pusat kota Yogyakarta. Pantai ini terletak di posisi teluk yang tidak terlalu dalam dan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 16 dari 60
diapit oleh tebing-tebing yang tinggi. Pantai ini langsung berhubungan dengan Samudra
Hindia, sehingga memiliki ombak yang cukup besar. Di pantai ini terdapat banyak nelayan
yang berburu ikan (garispantai, 2018).
Pantai Sepanjang juga merupakan salah satu pantai di Kabupaten Gunung Kidul, DIY.
Pantai ini berbentuk memanjang dari barat ke timur, tanpa terhalang pulau karang. Abrasi dari
tebing batuan kapur menghasilkan pasir putih pantai ini. Di sepanjang pesisir pantai ini
terdapat sejenis tanaman pandan berduri khas pantai dan cemara udang. Pada lahan kapurnya
terdapat pohon akasia, mahoni, jati, serta tanaman pertanian seperti jagung dan ketela. Fauna
yang banyak dijumpai di pantai ini antara lain berasal dari kelas Molluska dan Echinodermata
(Vikanaswari, 2014).
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 17 dari 60
BAB III
BAHAN DAN CARA KERJA
B. Deskripsi Lokasi
Praktikum ini dilakukan di 3 daerah yang berbeda, yaitu daerah persawahan, daerah
hutan, dan daerah pantai. Persawahan Piyungan mewakili daerah persawahan, Hutan
Wanagama mewakili daerah hutan, sementara Tempat Pelelangan atau Pasar Ikan Pantai
Baron dan Pantai Sepanjang mewakili daerah pantai. Persawahan Piyungan merupakan areal
persawahan yang luas. Pada saat pengambilan data, cuaca di tempat ini cerah berawan,
dengan suhu udara 30,5°C dan kelembaban 43%. Di lokasi ini dilakukan pengambilan data
kemelimpahan spesies dari kelompok Helminthes-Mollusca, Arthropoda, Herpetofauna, dan
Aves-Mammalia.
Hutan Wanagama merupakan daerah hutan yang dilengkapi dengan tempat rekreasi.
Hutan ini berada di Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Pengamatan dilakukan di sepanjang salah
satu jalan di hutan tersebut, yang teduh tertutup kanopi, dan sepanjang tepi sungai. Pada saat
pengamatan, cuaca di lokasi ini cerah, dengan suhu udara 29°C dan kelembaban 82% serta
pH air 7. Di lokasi ini dilakukan pengambilan data kemelimpahan spesies dari kelompok
Helminthes-Molluska, Arthropoda, Pisces, Herpetofauna, dan Aves-Mammalia.
Di lokasi ketiga, dilakukan sampling kelompok Pisces di Tempat Pelelangan Ikan
Pantai Baron. Lokasi ini merupakan pasar ikan yang cukup ramai. Sebagian besar ikan yang
dijual merupakan hasil tangkapan nelayan di Pantai Baron. Beberapa ikan yang
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 18 dari 60
diperdagangkan sudah tidak dalam kondisi segar. Cuaca saat praktikum cerah berawan
dengan suhu 30°C.
Pantai Sepanjang merupakan pantai yang terletak tidak terlalu jauh dari Pantai Baron.
Di pantai ini dilakukan pengambilan data kemelimpahan biota pesisir secara langsung.
Pengamatan dilakukan ketika kondisi air sedang surut, di daerah karang. Pada saat
pengamatan, cuaca cerah dengan suhu udara 30°C dengan kelembaban 78%. Biota di pantai
ini didominasi substrat karang dan algae serta Echinoidea.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah specimen yang diperolah dari hasil
pengambilan sampel dilapangan, alkohol 70 %, dan kloroform
Alat - alat yang digunakan untuk sampling di Sawah Piyungan yaitu sweepnet,
binokuler, killing bottle, botol placon, kertas papilot, pinset, plastik bening, kuas dan kertas
label. Sweepnet berfungsi sebagai alat untuk menangkap serangga terestrial dan terbang.
Binokuler berfungsi untuk mengamati burung dari jarak jauh. Killing bottle berfungsi sebagai
wadah yang dapat membunuh atau mematikan serangga berukuran cukup besar setelah
tertangkap. Botol flacon juga berfungsi sebagai wadah untuk membunuh serangga, tetapi
yang berukuran kecil. Kertas papilot berfungsi untuk tempat menyimpan sementara serangga
yang mempunyai sayap agar sisik pada sayap tidak rusak. Pinset berfungsi untuk mengambil
hewan invertebrata kecil. Plastik bening berfungsi untuk wadah menyimpan speseies selain
insekta, misalnya spesies dari herpetofauna. Kuas berfungsi untuk mengambil spesies yang
berukuran kecil seperti semut. Kertas label ditempel pada plastik bening dan diberi nama
spesies yang didapatkan.
Alat yang digunakan untuk monthing dan pengawetan setelah sampling yaitu
styrofoam, jarum pentul, kertas minyak, cutter, gunting, botol jam, pinset dan kertas label.
Styrofoam berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan serangga yang didapat dan ditata
secara rapi di atasnya. Jarum pentul digunakan untuk menusuk insekta yang akan di
mounthing dan untuk menjepit bagian kaki metathorax pada insekta . Kertas minyak untuk
menutupi bagian sayap pada kupu-kupu setelah di mounthing, agar sisiknya tidak rusak.
Cutter dan gunting digunakan untuk memotong kertas minyak dan styrofoam. Botol jam
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 19 dari 60
digunakan sebagai wadah untuk menyimpan spesies berukuran cukup besar yang akan
diawetkan, misalnya Bufo sp. Pinset digunakan untuk mengambil spesies. Kertas label
digunakan untuk me-label botol jam yang digunakan, diberi nama spesies.
Alat yang digunakan untuk pemanasan insectarium yaitu lampu 40 watt, kabel dan
kardus. Lampu dan kabel dirangkai untuk memanaskan insecta. Kardus sebagai wadah untuk
meletakkan styrofoam yang berisi insecta.
D. Metode
Alur data hasil pengamatan adalah sebagai berikut: Data dari praktikan
dikumpulkan ke PJ golongan dari masing-masing filum. PJ filum golongan kemudian
menyetorkan data ke ketua golongan. Ketua golongan kemudian menyetor data ke ketua
angkatan. Ketua angkatan dibantu dengan beberapa orang mengolah dan menyatukan
data dari masing-masing golongan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Telah dilakukan pengamatan terhadap fauna berbagai kelas. Data kemelimpahan yang
diperoleh dari pengamatan berbagai ekosistem kemudian ditabulasi dan dibuat dalam bentuk
grafik sebagai berikut :
b. Kelimpahan Herpetofauna
Dari identifikasi Takson Herpetofauna di Kecamatan Piyungan diperoleh
gambar berupa grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 23 dari 60
c. Kelimpahan Arthropoda
Dari identifikasi Takson Arthropoda di Kecamatan Piyungan diperoleh gambar
berupa grafik berikut :
1
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 24 dari 60
d. Kelimpahan Aves-Mammal
Dari identifikasi Takson Aves-Mammal di Kecamatan Piyungan diperoleh
gambar berupa grafik berikut :
b. Kelimpahan Herpetofauna
Dari identifikasi Takson Herpetofauna di Hutan Wanagama diperoleh gambar
berupa grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 26 dari 60
d. Kelimpahan Aves-Mammal
Dari identifikasi Aves-Mammal di Hutan Wanagama diperoleh gambar berupa
grafik berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 27 dari 60
b. Kelimpahan Mollusca
Dari identifikasi Mollusca di Pantai Sepanjang diperoleh gambar berupa grafik
berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 29 dari 60
d. Kelimpahan Pisces.
Dari identifikasi Pisces di Pantai sepanjang diperoleh gambar berupa grafik
berikut :
f. Kelimpahan Aves.
Dari Identifikasi Aves di Pantai Speanjang diperoleh gambar berupa grafik
berikut :
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 31 dari 60
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan saat praktikum lapangan mata kuliah Sistematika
Hewan, dapat dikatakan bahwa keberagaman di daerah persawahan Piyungan, Hutan
Wanagama, Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang sangat melimpah.Dari data yang sudah
diperoleh terdapat beberapa filum yang teramati, yaitu Helminthes, Mollusca, Arthropoda,
Amphibia, Reptilia, Pisces, Aves, Mammalia, Echinodermata, dan Crustacea. Berikut
merupakan penjabaran mengenai pembahasan hasil praktikum lapangan ini berdasarkan
lokasi yang berbeda-beda.
Lokasi pertama yaitu Persawahan Piyungan. Pada lokasi Persawahan Piyungan,
mollusca yang sangat melimpah adalah Pomacea canalicuta . Hewan ini banyak ditemukan
di perairan persawahan karena beberapa faktor diantaranya bahan organik yang terkandung di
dalam perairan yang akan menumbuhkan plankton yang merupakan makanannya, selain itu
adanya tanaman padi juga dimanfaatkan untuk meletakkan telur-telurnya.Pada sampling kali
ini tidak ditemukan Helminthes karena pada saat pengambilan kondisi sawah sedang kering.
Pada Arthropoda Famili yang paling melimpah pada lokasi ini adalah
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 32 dari 60
Nymphalidae sebanyak 105 ekor. Famili Nymphalidae merupakan hewan jenis kupu-kupu
yaitu kelompok yang sangat umum dan menyebar luas. Memiliki sayap yang berwarna warni,
dan bagian sayap bawah memiliki warna yang polos sehingga mampu berkamunflase.
Mereka hidup di daerah dekat sungai. Hewan ini ditemukan banyak didaerah dekat sungai
terbang mencari tanaman berbunga. Kupu kupu sering menaruh telurnya dipermukaan daun
dan mati. Oleh karena itu, famili ini juga banyak ditemukan di area Wanagama karena
terdapat sungai besar di Hutan Wanagama. Herpetofauna terbanyak yang dijumpai adalah
Eutropis sp. yakni 6 ekor. Eutropis sp. termasuk reptilia. Spesies ini ditemukan dalam jumlah
yang lebih banyak dari persawahan Piyungan karena kondisi hutan yang lembab dan banyak
vegetasi pendukung sebagai naungan serta Eutropis sp. juga mampu memanjat pohon
sehingga lebih banyak ditemukan. Ketersediaan pakan yang cukup banyak karena banyak
jenis serangga di Hutan Wanagama membuat kadal ini juga lebih banyak ditemukan.Di
perairan tawar di dekat Hutan Wanagama juga ditemukan Pisces sebanyak 6 spesies dengan
jumlah terbanyak adalah Rasbora sp. sebanyak 25 ekor dan Dermogenys sp. sebanyak 19
ekor. Jumlah per spesies Pisces yang lain ditemukan tidak terlalu banyak dikarenakan
keterbatasan dalam sampling. Misalnya Channa striata, Mystacoleucus marginatus, dan
Oreochromis niloticus yang hanya ditemukan masing-masing 1 ekor. Sampling yang
dilakukan hanya pada pinggir perairan saja sedangkan kebanyakan dari Pisces ini hidup di
area pertengahan perairan sehingga jumlah yang didapatkan hanya sedikit. Di perairan tawar
di dekat Hutan Wanagama ditemukan Pisces terbanyak adalah Dermogenys sp. sebanyak 15
ekor dan Poecilia eticulata. Jumlah perspesies Pisces yang ditemukan tidak terlalu banyak
dikarenakan keterbatasan dalam sampling. Sampling yang dilakukan hanya pada pinggir
perairan saja sedangkan kebanyakan dari Pisces ini hidup di area pertengahan perairan
sehingga jumlah yang didapatkan cukup sedikit. Dermogenys sp. dan Poecilia eticulata
merupakan jenis yang paling umum ditemui pada habitat perairan air tawar seperti sungai,
danau, dan persawahan karena pada perairan seperti ini terdapat banyak bahan organik yang
digunakannya untuk nutrisi. Aves spesies terbanyak adalah Pycnonotus aurigaster sebanyak
12 ekor. Seperti umumnya kutilang, makanan burung ini terutama adalah buah-buahan yang
lunak, juga memangsa berbagai jenis serangga kecil seperti ulat dan aneka hewan kecil
lainnya yang menjadi hama tanaman. Cuaca yang hangat, dan banyaknya pepohonan rindang
yang menghasilkan buah, dan banyaknya serangga di Hutan Wanagama sebagai sumber
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 34 dari 60
nutrien sangat mendukung kehidupan spesies ini, oleh karena itu ditemukan melimpah. Selain
Aves ditemukan juga Mammalia yaitu Callosciurus notatus atau bajing. Bajing ini ditemukan
sebanyak 2 ekor bergelantungan di pohon. Spesies ini memakan buah-buahan, serangga kecil,
dll sehingga dapat ditemukan diHutan Wanagama karena tersedianya bahan pakan. Bajing ini
dapat ditemukan karena bajingjuga termasuk hewan diurnal atau mencari makan saat siang
hari sehingga dapat ditemukan. Di Hutan Wanagama, sampling dilakukan di dua bagian yaitu
bagian daerah parkir bus dan daerah wisata Wanagama. Beberapa spesies lebih banyak
ditemukan di wilayah bagian parkiran bus ini karena terdapat sungai yang masih asri dan
tidak banyak aktivitas manusia di tempat ini sehingga alamnya masih alami. Berbeda dengan
bagian wisata Wanagam dimana spesiesnya relatif lebih sedikit, ini kemungkinan karena
disini merupakan daerah wisata dimana banyak aktivitas manusia terjadi disini sehingga
habitat alam fauna ditempat ini mulai berkurang sehingga relatif lebih sedikit fauna yang bisa
ditemukan. Pengambilan sampel dilakukan pada saat suhu 29°C pada cuaca cerah.
Lokasi yang ketigas yaitu Pantai Baron. Pengambilan sampel di Pantai Baron
dilakukan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) disekitar wilayah pantai. Pada lokasi ini,
diketahui terdapat 19 spesies Pisces. Spesies yang melimpah seperti Rastrelliger brachysoma,
Pampus argenteus, dan Nemipterus sp. Spesies-spesies tersebut ditemukan melimpah di TPI
Pantai Baron menandakan bahwa ikan-ikan tersebut banyak digemari dan dicari oleh
konsumen mungkin karena harganya yang lebih murah dan jumlah dihabitatnya kemungkinan
dalam jumlah yang banyak. Selain itu jumlah tersebut juga menandakan bahwa spesies-
spesies ikan tersebut mudah ditangkap dan persebarannya luas serata banyak di pantai Baron.
Pengambilan sampel dilakukan TPI, dengan suhu 29°C pada cuaca cerah dengan melihat ikan
yang diperdagangkan dan didata dalam tabel.
Lokasi yang terakhir yaitu Pantai Sepanjang. Di Pantai Sepanjang dijumpai berbagai
macam Echinodermata sebanyak 6 spesies dengan spesies terbanyak adalah Ophiocoma sp.
sebanyak 42 ekor. Ophiocoma sp. banyak tersebar sepanjang Pantai Sepanjang di antara
karang-karang pantai. Habitat hidupnya berada di wilayah pasang surut hingga kedalaman
laut maksilmal 5.000 meter. Pantai yang berkarang memiliki substrat yang cocok untuk
menempel dan hidup spesies ini karena dapat digunakan sebagai tempat berlindung hewan itu
sendiri. Oleh karena itu, di Pantai Sepanjang ini hewan jenis ini banyak ditemukan dan
berkembang. Spesies ini berperan dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 35 dari 60
ekosistem laut. Berperan penting pula terhadap perputaran bahan organik di dasar laut dan
juga sangat berjasa dalam menjaga kebersihan dasar laut karena salah satu hewan detritivor
sebagai perombak bahan organik dilaut pemakan sisa sisa organisme hidup. Diketahui pula
bahwa Echinodermata yang ditemukan di Pantai Sepanjang sebanyak 8 jenis dan yang paling
melimpah adalah Echinometra mathaei sebanyak 25 ekor. Echinometra sp. atau yang sering
disebut bulu babi ini banyak tersebar dari ujung ke ujung Pantai Sepanjang di antara karang-
karang pantai. Habitat hidupnya berada di wilayah pasang surut hingga kedalaman laut
maksilmal 5.000 meter. Pantai yang berkarang merupakan substrat yang cocok untuk hidup
spesies ini karena dapat digunakan sebagai tempat berlindung dan melekat dari hewan itu
sendiri. Oleh karena itu, di Pantai Sepanjang ini hewan jenis ini banyak berkembang. Spesies
ini berperan dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Berperan
penting pula terhadap perputaran bahan organik di dasar laut dan juga sangat berjasa dalam
menjaga kebersihan dasar laut termasuk perairan pantai.
Helminthes di Pantai Sepanjang banyak dijumpai seperti Nereis sp. yang sering
ditemukan di pantai ini. Nereis sp. adalah jenis cacing yang mampu hidup di air dengan
salinitas cukup tinggi seperti air laut. Nereis sp. hidup di laut, di dalam liang pasir dan hanya
menyembulkan kepala saja ke atas permukaan pasir atau berenang di dalam laut. Substrat
Pantai Sepanjang berupa pasir dan banyak karang yang sangat cocok untuk tempat hidup
spesies ini. Hampir di semua pantai di Gunungkidul terdapat Nereis sp. Nereis sp. merupakan
hewan yang memiliki racun sehingga dalam teknik samplingnya pun harus berhati-hati.
Hewan ini sangat berperan dalam piramida makanan contohnya sebagai makanan dari
Crustacea. Filum Mollusca terbanyak adalah Trochus sp. dan Chiton sp.. Di Pantai Sepanjang
ini banyak dijumpai berbagai macam Mollusca karena pantai ini memiliki substrat berupa
pasir berkarang. Pasir digunakan sebagai tempat persembunyian hewan ini dari mangsa.
Sedangkan karang sendiri digunakan sebagai tempat untuk menambat karena Mollusca ini
merupakan hewan yang tertambat dan bergerak secara lambat. Selain itu, pada pantai ini juga
terdapat banyak mangsa alami Trochus sp. dan Chiton sp. seperti ikan-ikan berukuran kecil,
gastropoda, dan pelecypoda. Trochus sp. berperan sebagai pengontrol populasi makroalga di
pantai karena jenis tersebut adalah herbivora. Selain itu jenis ini memiliki lapiran kerang
yang cukup menawan karena terdapat lapisan mutiara sehingga sering digunakan sebagai
bahan baku cat, dll. Sedangkan Chiton sp. juga berfungsi sebagai pengontrol makroalga
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 36 dari 60
BAB V
KESIMPULAN
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 37 dari 60
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa fauna yang
terdapat di Persawahan Piyungan dan Hutan Wanagama meliputi anggota Helminthes,
Molluska, Arthropoda, Pisces, Herpetofauna, dan Aves; di Tempat Pelelangan Ikan Pantai
Baron meliputi Pisces; dan di Pantai Sepanjang meliputi anggota Crustacea, Echinodermata,
Pisces, Helminthes, dan Molluska, serta Aves. Fauna yang paling melimpah di daerah
Persawahan Piyungan antara lain dari Filum Arthropoda; di daerah Hutan Wanagama antara
lain dari Filum Arthropoda dan Kelas Aves; di Pasar Ikan Pantai Baron yaitu ikan tuna; dan di
Pantai Sepanjang yaitu fauna dari Kelas Echinoidea. Kondisi dan ekologi lingkungan di
setiap daerah mempengaruhi keanekaragaman dan kemelimpahan spesies yang hadir di
daerah tersebut.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 38 dari 60
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Smith, R.I. 1956. The Ecology of Tamar Estuary. Journal of Marine Biological Association
of the UK 35:81-104.
Solomon, E.P., L.R. Berg, D.W. Martin. 2008. Biology, eith edition. Thompson Higher
Education. Belmount, pp. 482-483; 620-621; 674.
Strange, M. 2012. A Photographic Guide to the Birds of Indonesia, Second Edition. Tuttle.
Singapore, p. 71.
Thieriault, P. 2017. The Table of Animals: The Porifera, Ctenophora, and Cnidaria. Lulu.
North Carolina, pp. 1-5; 35-37.
Torres, A.G. n.d. Dermogenys pusilla Kuhl & van Hasselt, 1823 [online]. FishBase [diakses
30 November 2018]. http://www.fishbase.org/summary/11298
Vikanaswari, M.P.A.R. 2014. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Hotel
Resor di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakart [thesis].
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Wanagama Educational Forest. n.d. Tentang Kami: Pendahuluan [online]. Wanagama
Educational Forest [diakses 30 November 2018]. http://wanagama.fkt.ugm.ac.id/about-
us/
Springer, J.T and D. Holley. 2013. An introduction to zoology. Jones & Bartlett Learning.
United States of America. P : 119
Storrer, T.L. and R.L. Usinger. 1957. General Zoology. Tosho Agency. Tokyo
Susanto, A. 2001. Atlas Flora dan Fauna Indonesia. Grasindo.Jakarta, hal. 1.
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 40 dari 60
BAB VII
LAMPIRAN
1. Kelimpahan Hewan di Kecamatan Piyungan.
a. Helminthes-Mollusca
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 41 dari 60
b. Herpetofauna
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 42 dari 60
c. Arthropoda
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 43 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 44 dari 60
d. Pisces
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 45 dari 60
e. Aves-Mammal
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 46 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 47 dari 60
b. Herpetofauna
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 49 dari 60
c. Arthropoda
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 50 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 51 dari 60
e. Aves-Mammalia
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 53 dari 60
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 54 dari 60
b. Echinodermata
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 57 dari 60
c. Mollusca
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 58 dari 60
d. Pisces
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 59 dari 60
e. Aves-Mammal
No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 60 dari 60