Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

ACNE VULGARIS

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3
dosen pengampu Ns. Herdiman, S.Kep., M.Kep.
Oleh:
Agung Wibowo 217048
Ai Isma Awaliyah 217049
Aisyah Prasetyo 217051
Ani Rahmawati 217053
Dede Widayanti 217056
Devi Alfah 217058
Eka Retno Wulandari 217061
Indah Furiani 217064
Ira Endah Siti Maesyaroh 217066
Muhammad Dandi Pratama 217073
Yustika Ramadhan 217092

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ‘‘Asuhan Keperawatan
Acne Vulgaris”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun sangat menyadari bahwa masih banyaknya
terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kehilafan
yang penyusun miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini dimasa yang akan datang.

Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Ns. Herdiman, S.Kep., M.Kep. selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3.
Semoga Allah SWT membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya atas
bantuan yang telah diberikan kepada penyusun dalam penyusunan makalah ini, akhirnya
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan Keperawatan
Medikal Bedah 3.

Bandung, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3


1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5


2.1 Definisi Acne Vulgaris ................................................................................................. 5
2.2 Epidemiologi Acne Vulgaris......................................................................................... 5
2.3 Etiologi Acne Vulgaris ................................................................................................. 6
2.4 Patofisiologi Acne Vulgaris .......................................................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis Acne Vulgaris ................................................................................. 7
2.6 Klasifikasi Acne Vulgaris ............................................................................................. 7
2.7 Gradasi Acne Vulgaris .................................................................................................. 8
2.8 Komplikasi Acne Vulgaris ............................................................................................ 8
2.9 Pemeriksaan Penunjang Acne Vulgaris ........................................................................ 9
2.10 Penatalaksanaan Medis Acne Vulgaris ....................................................................... 9

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ACNE VULGARIS ........................ 11


3.1 Pengkajian ..................................................................................................................... 11
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 12
3.3 Intervensi....................................................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 15
4.2 Saran ............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan bagian terluar yang melindungi bagian tubuh yang didalam.
Perawatan diri terutama kulit sangat diperlukan agar kulit tetap utuh, jika perawatan kulit
tidak teratur dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit diantaranya akne vulgaris. Akne
vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada
remaja dan dapat sembuh sendiri. Umumnya insiden terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada
wanita dan 16 – 19 tahun pada pria. Penyebab dari akne vulgaris ini ada bermacam-
macam diantaranya stress, ras , hormonal cuaca dan lain - lain.
Sebagai seorang perawat profesional peran perawat yang paling inti dalam
memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai pengajar kesehatan dan konseling,
dimana harus memberikan pendidikan kesehatan dan support emosional serta conseling
pada pasien dengan akne vulgaris.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu definisi Acne Vulgaris ?
2. Bagaimana epidemiolgi dari Acne Vulgaris ?
3. Apa etiologi dari Acne Vulgaris ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Acne Vulgaris ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Acne Vulgaris ?
6. Apa saja klasifikasi dari Acne Vulgaris ?
7. Bagaimana cara menentukan gradasi dari Acne Vulgaris ?
8. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi dari Acne Vulgaris ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Acne Vulgaris ?
10. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Acne Vulgaris ?

1.3 Tujuan

1. Untuk memahami apa itu definisi Acne Vulgaris.


2. Untuk memahami bagaimana epidemiolgi dari Acne Vulgaris.
3. Untuk memahami apa etiologi dari Acne Vulgaris.
4. Untuk memahami bagaimana patofisiologi dari Acne Vulgaris.

3
5. Untuk memahami manifestasi klinis dari Acne Vulgaris.
6. Untuk memahami klasifikasi dari Acne Vulgaris.
7. Untuk memahami gradasi dari Acne Vulgaris.
8. Untuk memahami komplikasi yang bisa terjadi dari Acne Vulgaris.
9. Untuk memahami pemeriksaan penunjang dari Acne Vulgaris.
10. Untuk memahami penatalaksanaan medis dari Acne Vulgaris.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Akne vulgaris ( jerawat ) merupakan kelainan folikel umum yang mengenai


pilosebasea ( polikel rambut ) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka,
leher, serta bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo
terbuka ( black head ), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner & Suddarth, 2001 ).
Akne vulgaris atau yang sering dikenal dengan sebutan jerawat merupakan
gangguan inflamatorik pada kelenjar sebasea dan masalah kulit yang paling umum
dialami remaja, namun lesi juga bisa muncul saat penderita berusia 8 tahun. Walaupun
lebih sering terjadi dan lebih parah dialami anak lelaki daripada anak perempuan, akne
(jerawat) yang dialami perempuan biasanya muncul lebih awal dan cenderung
berlangsung lebih lama, kadang-kadang hingga penderita menginjak masa dewasa. Jika
ditangani dengan baik, prognosisnya baik. (William and Wilkins, 2008 hal.1).

2.2 Epidemiologi

Akne merupakan kelainan kulit yang paling sering ditemukan pada remaja dan
dewasa muda di antara usia 12 - 35 tahun. Laki – laki dan perempuan terkena
sama banyaknya, dengan insiden tertinggi antara usia 14 dan 17 tahun pada anak
perempuan, serta usia 16 dan 19 tahun untuk anak laki –laki. Kelainan kulit ini semakin
nyata pada pubertas dan usia remaja, dan kenyataan tersebut mungkin terjadi karena
fungsi kelenjar endokrin tertentu yang mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai
aktivitas puncaknya pada usia ini. Akne tampaknya berakar dari interaksi faktor genetic,
hormonal dan bacterial. Pada sebagian besar kasus terdapat riwayat akne dalam keluarga.
(Brunner & Suddart, 2002:1857).

Walaupun demikian ada banyak juga orang setengah baya yang mengalami
serangan akne. Akne tidak terdapat pada laki – laki yang dikastrasi sebelum pubertas
atau pada perempuan yang sudah diooforektomi.

5
6

2.3 Etiologi

Penyebab yang pasti dari akne vulgaris ini belum diketahui dengan jelas tetapi
banyak factor yang berpengaruh yaitu ;
a) Sebum merupakan factor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu
disertai pengeluaran sebore yang banyak.
b) Bakteri, Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium
acnes, staphylococcus epidermis,
c) Herediter, Berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit ( kelenjar sebasea)
Bila orang tua mempunyai parut bekas acne kemungkinan besar anaknya akan
menderita acne.
d) Hormon, Hormon androgen memegang peranan yang penting karena kelenjar palit
sangat sensitive terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari kelenjar
adrenalin yang menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum
meningkat.
e) Iklim, Akne bertambah hebat pada musim dingin sebaliknya kebanyakan membaik
pada musim panas.
f) Psikis, Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi acne.
g) Kosmetika, Pemakaian bahan kosmetika tertentu ,secara terus menerus dapat
menyebabkan acne ringan.

2.4 Patofisiologi

Selama usia kanak –kanak, kelenjar sebasea berukuran kecil dan pada hakekatnya
tidak berfungsi, kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin, khususnya hormon -
hormon androgen. Dalam usia pubertas, hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea
dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresikan suatu minyak alami
,yaitu sebum yang merembas naik hingga puncak folikel rambut dan mengalir keluar
pada permukaan kulit.
Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgen akan meningkatkan daya
responsive kelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika duktus pilosebaseus tersumbat
oleh tumpukan sebum. Bahan bertumpuk ini akan membentuk komedo.
7

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari akne fulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi :
Komedo terbuka dan tertutup, papula, pustule dan lesi nodulo kistik. Tempat predileksi
akne vulgaris yaitu pada muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian atas, leher,
dan lengan atas, kadang terkena erupsi kulit polimorfi. akne vulgaris dapat disertai gatal
dan nyeri.
Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne berupa papul miliar yang
ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam mengandung unsur
melanin sehingga disebut komedo hitam, sedang bila berwarna putih karena letaknya
lebih dalam sehingga tidak mengadung unsur melanin disebut sebagai komedo putih
atau komedo tertutup.

2.6 Klasifikasi
a) Jerawat klasik (jerawat biasa), tampilannya mudah dikenali yaitu tonjolan kecil
berwarna pink atau kemerahan , kulit memproduksi minyak yang menjadi tempat
berkembang biaknya bakteri akibatnya pori-pori tersumbat karena terinfeksi oleh
bakteri.
b) Cystic acne (jerawat batu), bentuknya besar dengan tonjolan yang meradang hebat,
berkumpul hampir diseluruh area wajah , ini terjadi karena kelenjar minyak yang
over aktif yang membanjiri pori-pori dengan minyak dan terjadi penyumbatan pada
duktus pilosebaseus yang menyalurkan sebum.
c) Komedo
Terdiri atas 2 jenis:

Komedo yang terbuka (blookhead) terlihat seperti pori-pori yang membesar


dan menghitam (yang berwarna hitam tersebut adalah penyumbatan pori-pori yang
berubah warna karena akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel ).

Komedo yang tertutup (whitehead) adanya penumpukan sebum dibawah


kulit sehingga terlihat seperti tonjolan putih kecil.
8

2.7 Gradasi

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan


pengobatan. Adanya pola pembagaian gradasi akne vulgaris yang dikemukakan :
1) Pillsburi (1963) membuat gradasi sebagai berikut :
 Komedo dimuka
 Komedo, papul, pustule dan peradangan lebih dalam dimuka.
 Komedo, papul, pustule dan peradangan lebih dalam dimuka, dada dan
punggung.
 Akne konglobata.
2) Frank (1970)
 Akne komedonal non infalmatori.
 Akne komedonal inflamattori.
 Akne papular.
 Akne papulo pustular.
 Akne agak berat.
 Akne berat.
 Akne nodulo kistik konglobata.
3) Akne dibagi menjadi beberapa derajat :
 Derajat I : memiliki komedo, papula atau pustula yang kurang dari 10
buah pada salah satu sisi wajah.
 Derajat II : 10 – 20 buah komedo, papula atau pustula.
 Derajat III : 25 – 50.
 Derajat IV : > 50.

2.8 Komplikasi

Komplikasi potensial yang dapat terjadi pada akne vulgaris meliputi :


a) Pembentukan sikatrik.
b) Infeksi.
9

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Laboratorium

Penegakkan diagnosa acne vulgaris berdasarkan diagnostik medis. Evaluasi


sistem hormonal yaitu pemeriksaan testosterone total, pemeriksaan DHEA-S,
pemeriksaan LH, dan pemeriksaan kadar FSH.

2) Pemeriksaan Hispatogenesis

Mikrokomedo dicirikan oleh adanya folikel berdilatasi dengan a plugulof


loosely araanged keratin. Seiring kemajuan penyakit, pembukaan folikular menjadi
dilatasi dan penghasil suatu komedo terbuka. Dinding folikular tipis dan dapat
robek. Peradangan dan bakteri terlihat jelas dengan atau tanpa follicular rupture.

3) Kultur lesi kulit untuk me-rule out gram-negatif folliculitis.

2.10 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan akne vulgaris dapat dilakukan dengan cara memberikan obat topical,
sistemik, dan pembedahan.
1) Pengobatan topical
Untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan
mempercepat penyembuhan lesi yang terdiri atas :
 Bahan iritan yang dapat mengelupas, misalnya sulfur, peroksida bensoil,
asam salisilat, asam vitamin A, asam aseleat, asam alfa hidroksi (AHA),
misalnya asam glikolat.
 Antibiotika topical yang dapat mengurangi mikroba dalam folikel yang
berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris misalnya, tetrasiklin,
eritromisin dan lain-lain.
 Anti peradangan topical, salap atau krim kortokosteroid kekuatan ringan
atau sedang atau suntikan intra lasi kortikosteroid kuat pada lesi
nodulokistik.
2) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktifitas jasad renik
disamping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum dan
keseimbangan hormonal.
10

 Anti bakteri sistemik, tetrasiklin , eritromisi, doksiklin dan trimetropin.


 Estrogen antiandrogen sipriteron asetat.
 Vitamin A dan retinoid oral.
3) Bedah kulit
Tindakan bedah kulit kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki
jaringan parut akibat akne vulgaris yang berat. Tindakan ini dilakukan setelah
akne vulgarisnya sembuh.
 Bedah skapel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol.
 Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah
pengeluaran sebum.
 Bedah kimia dengan asan triklor asetat untuk meratakan jaringan parut
yang berbenjol.
 Dermabrasi untuk meratakan jaringan parit yang hipo dan hipertrofi pasca
akne yang lias.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ACNE VULGARIS

3.1 Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pekerjaan pendidikan,
alamat, agama, tanggal pemeriksaan.
2) Keluhan Utama
Biasanya adalah bintil merah pada wajah atau punggung yang disertai gejala
lokal seperti nyeri dan kemerahan.
3) Riwayat Kesehatan
Meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu dan riwayat
kesehatan keluarga.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Kulit : dengan mengamati dan mendengarkan ,perawat dapat mengetahui
bagaimana persepsi klien tentang kulitnya.
b) Kaji persepsi pasien tentang penyakitnya, orang muda yang satu mungkin
menganggap lesi yang kecil sebagai cacat yang tidak bisa ditoleransi
sementara remaja yang lain memandang kelainan yang lebih luas sebagai hal
yang normal. Pada remaja dalam tahun tahun formatif perkembangan
merupakan orang yang rentan dan perlu didekati serta perhatian ketika mereka
berupaya untuk mengatasi akne.
c) Kaji kegiatan seksual dan metode kontrasepsi yang digunakan pada wanita
usia produktif khususnya jika pengobatan akne tersebut meliputi pemakaian
isotretinoin yang diketahui memiliki sifat-sifat teratogenik.
d) Kaji persepsi pasien tentang fektor-faktor yang memicu peningkatan intensitas
akne atau yang membuat lesi semakin parah, seperti makanan dan minuman,
gesekan dan tekanan dari pakaian , trauma akibat upaya untuk memijat keluar
komedo dengan tangan.
e) Inspeksi komedo : komedo yang tertutup tampak seperti papula kecil yang
agak menonjol, sedangkan komedo yang terbuka akan terlihat agak menonjol
dengan pemadatan bagian tengah folikel.
f) Palpasi : nyeri tekan pada daerah akne yang meradang.
Catat ciri-ciri lesi inflamatori seperti Papula, pustule, nodus dan kista.

11
12

5) Daily Activity
1) Aktivitas istirahat
 Tanda : perasaan klien gelisah akan keadaan kulitnya.
2) Integritas ego
 Gejala : ansietas, emosi, kesal.
 Tanda : menolak perhatian terhadap sekitarnya, Depresi karena memikirkan
akan proses penyembuhan.
3) Neurosensori
 Gejala : dapat meningkatkan emosional seperti rasa tidak nyaman ,dan gatal.
 Tanda : perubahan diri, orientasi dan perilaku.
4) Nyeri
 Gejala : klien mengeluh nyeri pada akne.
 Tanda : adanya lesi pada kulit, kemerahan dan edema.
5) Interaksi social
 Gejala : hubungan dengan orang lain kurang terbina.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat.
2. Nyeri b/d proses peradangan.
3. Gangguan perubahan citra tubuh b/d keadaan luka.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya.
5. Ansietas b/d kecacatan.

3.3 Intervensi
1. Dx Resiko terjadi penyebaran infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat
Intervensi:
1. Observasi keadaan luka pasien
2. Gunakan tehnik septic dan aseptic selama perawatan luka
3. Tekankan tehnik cuci tangan yang baik untuk setiap individu yang kontak
dengan pasien
4. Kolaborasi pemberian antibiotic
13

Rasional:
1. Mengetahui keadaan luka pasien
2. Mencegah terpajan organism infeksius
3. Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko penyebaran infeksi
4. Antibiotic dapat membantu mengurangi penyebaran infeksi
2. Dx Nyeri b/d proses peradangan
Intervensi:
1. Observasi tingkat nyeri pasien(skala 0-10)
2. Ajarkan pasien tehnik distraksi, relaksasi
3. Beri posisi yang nyaman
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional:
1. Mengetahui derajat nyeri pasien
2. Distraksi relaksasi dapat membantu meringankan nyeri
3. Memberikan kenyamanan pada pasien sehingga dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan
4. Pemberian analgetik dapat membantu meringankan derajat nyeri pasien
3. Dx Gangguan perubahan citra tubuh b/d keadaan luka
Intevensi:
1. Observasi makna perubahan yang dialami oleh pasien
2. Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan.
3. Catat perilaku menarik diri : peningkatan ketergantungan, manipulasi atau
tidak terlibat pada perawatan.
Rasional:
1. Mengetahui perasaan pasien tentang keadaannya dan control emosinya
2. Dukung keluarga dan orang terdekat dapat mempercepat proses penyembuhan
3. Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan
terapi lebih ketat.
4. Dx Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakitnya
Intervensi:
1. Diskusikan tentang perawatan kulit,contoh :penggunaan pelembab dan
pelindung sinar matahari.
2. Berikan HE tentang Higiene, pencegahan dan pengobatan penyakitnya.
3. Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatan.
14

Rasional:
1. Meningkatkan perawatan diri setelah pulang dan kemandirian
2. Meningkatkan pengetahuan pasien.
3. Dukungan jangka panjang continue dan perubahan terapi dibutuhkan untuk
mencapai penyembuhan optimal
5. Dx Ansientas b/d kecacatan
Intervensi :
1. Observasi derajat ansietas pasien.
2. Informasikan pasien bahwa perasaannya normal.
3. Berkan kenyaman fisik, lingkungan tenag dan istirahat.
Rasional:
1. Mengetahui tingkat ansietas pasien sehingga dapat memberikan HE yang
tepat.
2. Pemahaman bahwa perasaan normal dapat membantu pasien meningkatkan
beberapa perasaan kontrol emosi.
3. Rasa nyaman dapat meningkatkan relaksasi sehingga membantu menurunkan
ansietas.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Akne vulgaris merupakan peradangan menahun folikel polisebasea yang


umumnya terjadi pada remaja, yang sering ditemukan pada daerah muka, leher serta
badan bagian atas. Hampir semua orang pernah mengalami penyakit ini sehingga akne
vulgaris ini disebut sebagai penyakit kulit yang timbul secara fisiologis.

Orang dengan akne vulgaris tidak perlu dirawat dirumah sakit, namun ada
beberapa macam terapi yang diberikan pada pasien akne vulgaris yakni : pengobatan
sistemik, pengobatan topical dan pembedahan. Sedangkan untuk mencegah timbulnya
akne dianjurkan beberapa hal yaitu : diet, perawatan kulit dan memberikan informasi
yang cukup kepada pasien mengenai penyebab penyakit serta pencegahannya.

4.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Putra, I Putu Juniartha Semara. (2012, September 6). Asuhan Keperawatan Acne Vulgaris.
[Online]. Tersedia:
https://iputujuniarthasemaraputra.wordpress.com/2012/09/06/asuhan-keperawatan-
akne-vulgaris/. [2019, April 3].

Suddarth, Brunner. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Suszamne C. Smelyzer dan Brenda G. Bare. (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Volume 3. Jakarta: EGC.

Utami, Deni. Materi KMB | Integumen | Laporan Pendahuluan | Konsep Dasar Asuhan

Keperawatan | Acne Vulgaris |. [Online]. Tersedia:

https://www.academia.edu/11924638/Acne_Vulgaris. [2019, April 3].

16

Anda mungkin juga menyukai