Tingkat urbanisasi yang tinggi pada akhirnya mengancam daya dukung lahan pada sebuah
kota. Kota yang semula nyaman menjadi semakin padat karena urbanisasi yang terus meningkat.
Membangun sebuah permukiman kumuh di tengah kota seolah-olah menjadi jalan keluar untuk
mengatasi ketidakmampuan para imigran untuk membangun rumah yang layak di perkotaan.
Ketidakmampuan tersebut yang membuat mereka berkeputusan untuk menetap di permukiman
kumuh yang tentunya illegal dan sangat jauh dari kesan nyaman dan layak tinggal. Banyak dari
mereka yang menetap di bantaran sungai, bantaran rel kereta api, bawah jembatan, atau di tempat
lainnya yang tentunya sangat berbahaya.
b) Dampak Urbanisasi
Rumah-rumah tanpa ventilasi, tanpa jarak, minim fasilitas membuat penduduk kota menjadi prihatin
akan kenyataan ini. Kondisi ini diperparah dengan tempat buang air besar(MCK) yang biasanya
dibuat dari kayu/seng yang tentunya tidak layak dan jauh dari kesan nyaman. Jalan yang tanpa aliran
drainase yang baik dan penuh dengan sampah yang dibuang sembarangan menjadi ancaman banjir
dan genangan air pada musim penghujan. Dengan kondisi demikian, tak ayal jika banyak warga
yang tinggal di rumah-rumah tersebut mudah untuk terserang penyakit-penyakit seperti demam
berdarah, muntaber, atau penyakit-penyakit lainnya.