Anda di halaman 1dari 4

METODE KALIBRASI ELEKTRODA DAN TITRASI POTENSIOMETRI

Oleh Hendra Fauzi (0806333114)

A. Metode Kalibrasi Elektroda

Pada metode kalibrasi elektroda, nilai K pada persamaan sebelumnya didapatkan


dengan mengukur Ecell untuk satu atau lebih solusi standar dengan pX diketahui. Nilai
K diasumsikan tidak berubah selama standar digantikan dengan solusi analyte. Dalam
metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi
dari larutan tersebut diukur dengan AAS. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik
antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati
titik nol dengan slope = ε.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari
setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau
dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan
program regresi linear pada kurva kalibrasi.

Kurva Metode Kaliberasi

Salah satu cara untuk mengkonversi penentuan potensiometri dari aktivitas ke


konsentrasi adalah dengan menggunakan kurva empiris kaliberasi, seperti ditunjukkan
oleh kurva di bawah ini:
Cara kurva kalibrasi ini dilakukan jika tidak ada gangguan, karena hanya akan
memberikan hasil yang baik jika tidak ada gangguan, yang disebut gangguan disini
adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi intensitas pancaran unsur x (unsur
yang akan dianalisis) sehingga nilai intensitas yang dibaca pada alat tidak lagi sesuai
dengan konsentrasi yang sebenarnya. Selain itu, cara kurva kalibrasi dilakukan jika
larutan standar dapat dibuat mendekati komposisi sampel.

B. Titrasi Potensiometri

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda


indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak
ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan


volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan
titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap
volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu
potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas,
maka akan digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian
biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila
penggunaannya tidak diwajibkan.

Prinsip yang dimanfaatkan pada metode ini ialah stoikiometri reaksi dua zat
dalam larutan. Kita tahu bahwa akhir dari suatu reaksi ditandai dengan habisnya salah
satu reaktan. Contoh rekasi ini adalah titrasi Ca2+ dengan EDTA.

Pada titik akhir titrasi semua ion Ca2+ habis bereaksi dengan EDTA
membentuk Ca-EDTA (Gb.1). Pada Gb.2 terlihat pula, bahwa pada titik akhir tersebut
potensial elektrode turun secara drastis. Dengan mengukur konsentrasi dan volume
EDTA yang digunakan pada titik akhir, konsentrasi Ca bisa ditentukan.

Gb.1 Gb.2

Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri yaitu


reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks.
Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan
membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg,
sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada
titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan
ionisasi harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau
elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4,
K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan
dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan


sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada
macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda
indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan
ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan
klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II))
dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks.
DAFTAR PUSTAKA

A. Skoog, Douglas, dkk. Fundamentals of Analytical Chemistry. New York: Saunders


College Publishing.

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

“Methods of Analysis”. www.nico2000.net. 25 September 2009. 15.05 WIB.

Anda mungkin juga menyukai