Anda di halaman 1dari 14

Home»Ekonomi»Cara Menghitung SHU Koperasi Simpan Pinjam Yang Benar

Cara Menghitung SHU Koperasi Simpan


Pinjam Yang Benar
Monday, May 29th, 2017 - Ekonomi

Selamat datang di situs kami yang mengulas berbagai macam informasi terkait dengan cara
menghitung dari berbagai disiplin ilmu yang mungkin Anda butuhkan, Cara Menghitung SHU
Koperasi Simpan Pinjam Yang Benar.

Rumus SHU Koperasi – Apa itu SHU dan koperasi dan bagaimana cara menghitungnya? SHU
koperasi adalah pendapatan koperasi yang didapat dalam satu tahun buku dikurangi dengan
biaya, penyusutan serta kewajiban termasuk pajak dalam tahun buku.

SHU sendiri bukan berupa keuntungan yang diperoleh dari hasil saham seperti PT namun SHU
adalah keuntungan yang usahanya dibagi sesuai dengan aktivitas ekonomi anggota koperasi
sehingga besaran SHU yang didapat oleh anggota akan berbeda.

Keuntungan besar ataupun kecil dari koperasi tersebut tergantung besaran SHU yang berasal dari
anggota. Dalam kesempatan kali ini saya akan memberikan informasi mengenai bagaimana cara
menghitung SHU , untuk lebih jelasnya silahkan pengertian dibawah ini :

Menghitung SHU

Rumus Pembagian SHU : SHU Koperasi = Y + X


Keterangan :

SHU Koperasi : Sisa Hasil Usaha per Anggota

Y : SHU Koperasi yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi

X : SHU Koperasi yang dibagi atas Modal Usaha

Untuk menghitung SHU koperasi, maka perlu diperhatikan :

SHU berasal dari pendapatan anggota dan bukan anggota


Pendapatan anggota terdiri dari jasa usaha dan jasa modal
Karena setiap anggota koperasi akan menerima SHU sesuai dengan partisipasinya baik itu jasa
usaha maupun jasa modal

Menghitung Jasa Usaha semua anggota = % Jasa usaha x SHU

Menghitung Jasa Modal semua anggota = % Jasa modal x SHU

Untuk menghitung SHU salah seorang anggota dicari jasa modal dan jasa usahanya dulu secara
perseorangan baru dibandingkan dengan seluruh penjualan dan modal anggota koperasi.

Jasa Usaha Seorang Anggota


= (pembeliannya : penjualan anggota koperasi) x jasa usaha semua anggota

Jasa Modal Seorang Anggota


= (simpanannya : modal anggota koperasi) x jasa modal semua anggota

SOAL 1

Koperasi “ALAMRAYA” mempunyai SHU Rp 70.000.000,00. Alokasi pembagian untuk jasa


penjualan 10 % dan jasa modal 20%. Koperasi itu mempunyai total modal sebesar Rp
150.000.000,00 yang terdiri dari:

a.Simpanan wajib Rp 40.000.000,00


b.Simpanan pokok Rp 22.000.000,00
c.Cadangan SHU tahun lalu Rp 16.000.000,00

Sedangkan total penjualan sebesar Rp 20.000.000,00. Bila Pak Didik mempunyai simpanan
Rp1.500.000,00 dan membeli Rp 3.200.000,00, hitunglah besar bagian SHU Pak Didik !

Pembahasan :

Menghitung besarnya jasa modal dan jasa usaha seluruh anggota


Jasa Usaha seluruh anggota
= jasa penjualan x SHU
= 10 % x Rp 70.000.000,00
= Rp 7.000.000,00

Jasa Modal seluruh anggota


= jasa modal x SHU
= 20 % x Rp 70.000.000,00
= Rp 14.000.000,00

Menghitung SHU per anggota ( Pak Didik ) :

Jasa Usaha pak Didik :


= (Jasa pembelian P. Didik : total penjualan anggota) x Jasa Usaha seluruh anggota
= (Rp3.000.000,00 : Rp 20.000.000,00 ) x Rp 7.000.000,00
= Rp 1.050.000,00

Jasa Modal pak Didik :


= ( simpanan pak Didik : simpanan seluruh anggota) x jasa modal seluruh anggota
= ( Rp3.200.000,00 : Rp 62.000.000,00) x Rp14.000.000,00
= Rp 722.580,8

Jadi SHU untuk Pak Didik


= Jasa Usaha pak Didik + Jasa Modal pak Didik
= Rp 1.050.000,00 + Rp 722.580,6
= Rp 1.772.580,6

. Anda merasakan kebas atau mati rasa

Anda merasakan kebas seperti mati rasa, kesemutan, atau rasa terbakar yang menyebar di sekitar
tangan dan kaki, terutama di bagian jari-jari. Jika Anda merasakan gejala tersebut ketika sedang
tidur dan bersifat sementara, hal ini masih relatif wajar. Tetapi jika Anda merasakannya berulang
dan jangka waktu yang lama, segera konsultasikan ke dokter.

2. Sulit untuk bergerak

Kerusakan saraf bisa menurunkan aliran darah ke bagian tubuh tertentu, oleh karenanya Anda
akan merasakan kekakuan yang menyebabkan sulit bergerak. Menurut R. Glenn Smith, MD,
PhD, seorang ahli saraf di Houston Methodist, jika kerusakan saraf terjadi di saraf motorik maka
akan menyebabkan penderitanya mengalami kelumpuhan. Gejala ini bisa juga memberikan
sinyal jika ada masalah serius yang membutuhkan tindakan cepat, misalnya stroke.

3. Kaki terasa sangat nyeri

Jika Anda merasakan sakit yang teramat sangat secara terus menerus, rasa panas, atau kesemutan
yang dimulai di punggung bagian bawah dan menjalar ke bagian kaki, bisa jadi Anda merasakan
linu panggul. Hal ini menandakan jika saraf siatik Anda sedang tertekan atau rusak, entah akibat
jatuh atau lelah pada tulang belakang.

4. Kehilangan keseimbangan

Anda sering merasa hilang keseimbangan? Seperti tiba-tiba tersandung atau bahkan jatuh? Hal
ini menandakan jika ada kerusakan saraf akibat kurangnya koordinasi. Namun, kemungkinan
bisa jadi ini merupakan tanda-tanda Parkinson, yaitu kerusakan yang terjadi pada sel-sel saraf di
bagian otak.

5. Sering buang air kecil

Kerusakan saraf bisa juga sebagai sinyal jika kandung kemih Anda sedang mengalami
kerusakan. Akibatnya, Anda jadi sering buang air kecil. Terlebih jika Anda melahirkan anak
secara normal atau memiliki diabetes, maka Anda lebih berisiko mengalami kerusakan saraf.

6. Sering sakit kepala

Jika Anda mengalami sakit kepala yang terjadi secara berulang dan dalam waktu yang tidak
sebentar, kemungkinan Anda terkena occipital neuralgia yaitu suatu kondisi yang bisa terjadi
karena saraf di leher Anda terjepit. Segera periksa ke dokter untuk memastikan kondisi saraf di
bagian otak.

7. Mengeluarkan keringat berlebih

Jika Anda mengeluarkan keringat berlebih atau terlalu sedikit mengeluarkan keringat tanpa ada
jelasan yang jelas, bisa jadi ini adalah sinyal informasi kalau saraf yang membawa informasi dari
otak ke kelenjar keringat sedang terganggu.

8. Respon otak melambat

Saraf sensorik seharusnya memberi tahu otak Anda jika ada hal-hal yang berbahaya dan
mengancam. Namun dalam hal ini, saraf sensorik justru tidak berfungsi sebagaimana semestinya.
Misalnya Anda mengalami luka bakar, sayatan, atau trauma karena tidak menyadari jika sudah
menyentuh sesuatu yang panas, tajam, atau hal yang tidak membuat Anda nyaman.

Apa yang harus dilakukan jika mengalami kerusakan saraf?

Jika Anda mengalami beberapa tanda-tanda yang sudah disebutkan diatas, berikut beberapa cara
yang bisa Anda lakukan:

1. Konsultasi ke dokter

Dokter adalah teman terbaik Anda untuk mengobati kerusakan saraf. Jadilah pasien yang
kooperatif, caranya dengan menjawab semua pertanyaan umum yang diajukan dokter seperti
bagaimana rasa nyeri yang dirasakan, seberapa lama merasakan rasa nyeri, dan seberapa
berpengaruh terhadap aktivitas keseharian, Anda telah membantu dokter untuk menentukan
penyebab rasa sakit dan bagaimana cara mengobatinya.

2. Obat-obatan bebas untuk nyeri saraf

Ada berbagai jenis obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di pasaran. Obat ini sering
digunakan sebagai obat pertama untuk mengurangi atau menghentikan nyeri saraf. Komponen
dalam obat nyeri biasanya mengandung nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) atau
acetaminophen. Beberapa obat pereda nyeri ini beragam bisa dalam bentuk krim, gel, salep,
minyak, atau semprotan yang diterapkan pada kulit di atasnya daerah yang dirasakan sakit atau
nyeri

3. Pengobatan alami untuk nyeri saraf

Beberapa orang dengan nyeri saraf melakukan pengobatan dengan cara lain, seperti melakukan
pengobatan komplementer atau alami. Sebagai contoh, melakukan akupuntur yang
bisa membantu penyembuhan nyeri saraf. Ada juga beberapa orang yang mengonsumsi
suplemen makanan (seperti vitamin B-12). Namun, Anda dan dokter harus mendiskusikan
penggunaan perawatan ini terlebih dahulu untuk memastikan jika cara alami ini tidak
mengganggu terapi medis lain yang mungkin sedang Anda jalani.

4. Menerapkan gaya hidup sehat

Meskipun pengobatan dokter bisa mengurangi nyeri saraf, namun kebanyakan dokter setuju
bahwa ketika pasien berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup yang sehat seperti olahraga,
diet yang benar, dan menjaga berat badan akan meningkatkan peluang untuk mengontrol rasa
sakit lebih lanjut.

Polarisasi adalah keadaan dimana saraf sedang istirahat atau keadaan dimana saraf tidak sedang
menjalankan rangsang.Pada keadaan ini muatan yang lebih negatif berada di sisi dalam membran
sedangkan muatan yang lebih positif berada di sisi luar membran.

Depolarisasi adalah keadaan dimana saraf sedang menjalankan rangsang.

Keterbalikan dari proses polarisasi sehingga pada keadaan ini muatan yang lebih negatif berada di sisi
luar membran sedangkan muatan yang lebih positif berada di sisi dalam membran.

Repolarisasi disebut juga sebagai periode penyembuhan setelah saraf mengalami depolarisasi.
AGAMA

3.2. PERANAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN


Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Karena kamajuan zaman, maka keluarga tidak mungkin l;agi memenuhi seluruh kebutuhan dan
aspirasi anak terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat, semakin penting peranan sekolah
dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat
itu.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan sekolah dalam perannya sebagai
lembaga pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain

3.2.1. Pengajaran yang mendidik


Yaitu pengajaran yang serentak memberi peluang pencapaian tujuan intruksional bidang studi
dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang
mendidik, perlu dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan
belajar mengajar akan membawa berbagai dampak atau efek kepada siswa,
Pemilihan kegiatan belajar yang etpat, akan memberikan pengalaman belajar siswa yang efisien
dan efekti untuk mewujudkan pembangunan manusia seutuhya. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan konsisten apabila guru memiliki wawasan kependidikan yang tepat serta menguasai
berbagai strategi belajar mengajar sehingga mampu dan mau merancang dan melaksanakan
berbagai kegiatan belajar mengajar yang kaya dan bermakna bagi peserta didik.
Selain itu, pemberian prakarsa dan tanggung jawab sedini mungkin kepada anak dalam kegiatan
belajar mengajar akan memupuk kebiasaan dan kemampuan belajar mandiri yang terus menerus.
Dengan demikian diharapkan peran sekolah dapat mewujudkan suatu masyarakat yang cerdas.

3.2.2. Peningkatan dan pemantapan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah
Seperti diketahui, bidang garapan program BP adalah perkembangan pribadi peserta didik,
khususnya aspek sikap dan perilaku atau kawasan afektif.
Dalam pedoman kurikulum disebutkan bahwa,
Pelaksanaan kegiatan BP di sekolah menitikberatkan kepada bimbingan terhadap perkembangan
pribadi melalui pendekatan perseorangan dan kelompok. Siswa yang menghadapi masalah
mendapat bantuan khusus agar mampu mengatasi masalahnya. Semua siswa tetap mendapatkan
bimbingan karier.
Pendidikan afektif dapat diawali dengan kajian tentang nilai dan sikap yang seharusnya dikejar
lebih jauh dalam perwujudannya melalui perilaku sehari-hari.

3.2.3. Pengembangan perpustakaan sekolah


Perpustakaan sekolah merupakan salah satu pusat sumber belajar, yang mengelola bukan hanya
bahan pustaka tetapi juga berbagai sumber belajar lainnya. Perpustakan diharapkan peranannya
bisa lebih aktif dalam mendukung program pendidikan. Dengan penyediaan berbagai perangkat
lunak yang didukung perangkat keras yang memadai maka perpustakaan dapat menjadi “mitra
kelas” dalam proses belajar mengajar dan tempat pengkajian berbagai pengembangan system
instruksional.
Suatu perpustakaan sekolah yang memadai akan dapat mendorong siswa atau anak untuk belajar
mandiri.
3.2.4. Peningkatan Program pengelolaan sekolah
Khususnya yang terkait dengan peserta didik, pengelola sekolah sebagai pusat pendidikan dan
kebudayaan seharusnya merupakan reflexi dari suatu masyarakat yang beradab yang dicita-
citakan oleh tujuan nasional. Gaya kerja pengelola umumnya, akan berpengaruh bukan hanya
melalui kebijakannya tetapi juga aspek keteladanannya.
Demikianlah beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi sekolah
sebagai salah satu pusat pendidikan.

3.3. PERANAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN


Peran serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan memang sangat erat sekali berkait dengan
pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan . ini tentu saja bukan hal yang
,mudah untuk dilakukan. Akan tetapi apabila tidak dimulai dan dilakukan dari sekarang, kapan
rasa memiliki, kepedulian, keterlibatan, dan peran serta aktif masyarakat dengan tingkatan
maksimaldapat diperolah dunia pendidikan.

3.3.1. Norma –norma Sosial Budaya


Masyarakat sebagai pusat paendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat
dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan
keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.
Masalah pendidikan di keluarga dan Sekolah tidak bisa lepas dari nilai-nilai sosial budaya yang
dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Setiap masyarakat, dimanapun berada pasti
punya karakteristik sendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan
masyarakat yang lain.
Di Masyarakat terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Dan
norma-norma tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada
generasi berikutnya. Penularan-penularan itu dilakukan dengan sadar dan bertujuan, hal ini
merupakan proses dan peran pendidikan dalam masyarakat.

3.3.2. Jenis jenis peran serta masyarakat dalam pendidikan


Ada bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Yang
biasa diklasifikasikan dalam, dimulai dari tingkat terendah ke tingkat lebih tinggi,yaitu;
• Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis ini adalah jenis tingkatan
yang paling umum, pada tingkatan ini masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah untuk
pendidikan anak.
• Peran serta secara fasif. Artinya, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan lembaga
pendidikan lain , kemudian menerima keputusan lembaga tersebut dan mematuhinya.
• Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada jenis ini, masyarakat
berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sarana dan prasaranan pendidikan dengan
menyumbangkan dana, barang atau tenaga
• Peran serta dalam pelayanan. Masyarakat terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya
membantu sekolah dalam bidang studi tertentu.
• Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan/dilimpahkan. Misalnya, sekolah
meminta masyarakat untuk memberikan penyuluhan pentingnya pendidikan, dll.
• Peran serta dalam pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah
pendidikan anak , baik akademis maupun non akademis. Dan ikut dalam proses pengambilan
keputusan dalam rencana pengembangan pendidikan.

BABIV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Disamping peningkatan kontribusi dalam perannya masing masing, Keluarga , sekolah, dan
masyarakat terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkan pula keserasian kontribusi ini,
serta kerjasama yang erat dan harmonis antar ketiga pusat pendidikan anak tersebut. Berbagai
upaya harus dilakukan, program pendidikan dari setiap unsur sumber pendidikan yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat diharapkan dapat saling mendukung dan memperkuat antara satu dengan
yang lainnya.
Misalnya, dilingkungan keluarga telah diupayakan berbagai hal (perbaikan gizi, permainan
edukatif, penanaman ahlak baik dan sebagainya) yang menjadi landasan pengembangan
selanjutnya di sekola dan masyarakat. Dilingkungan sekolah diupayakan berbagai hal yang lebih
mendekatkan sekolah dengan orang tua siswa ( seperti membuat organisasi orang tua dan guru).
Selanjutnya sekolah juga mengupayakan agar programnya berkaitan erat dengan masyarakat
sekitar. (Contoh, nara sumber dari masyarakat).
Dengan masing masing peran yang dilakukan dengan baik oleh keluarga, sekolah maupun
masyarakat dalam pendidikan, yang saling memperkuat dan saling melengkapi antara ketiga
pusat itu , akan memberi peluang besar mewujudkan sumber daya manusia terdidik yang
bermutu.

4.2. SARAN-SARAN
Mengharapkan setiap pihak yang terlibat dalam pendidikan agar lebih menguatkan tekad untuk
berperan aktif dalam pendidikan, agar jalan menuju tujuan pendidikan yang dicita-cita setiap
insan manusia dapat segera terwujud. Dan berusaha memulai hal hal positif yang dapat
membantu proses pendidikan sedini mungkin atau secepat mungkin. Serta tidak perlu menunggu
yang lain sebaik nya dari unsur terkecil yaitu individu, Dan setiap individu inilah diharapkan
menjadi sekumpulan orang yang peduli pada pendidikan, sekumpulan kecil ini diharapkan dapat
mewarnai seluruh rakyat yang besar ini terhadap kesadarannya akan peran masing- masing
dalam pendidikan.

3.1. PENTINGNYA PERANAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN


Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Sekolah sebagi pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama
dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarganya.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992), adalah memberikan
dasar pendidikan , sikap dan keterampilan dasar seperti, pendidikan agama, budi pekerti, sopan
santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan
menanamkan kebiasaan-kebiasaan.
3.1.1. Pembinaan karakter anak yang dilakukan oleh keluarga
Secara etimologi pengasuhan berasal dari kata “asuh” yang artinya, pemimpin, pengelola,
membimbing. Oleh kerena itu mengasuh disini adalah mendidik dan memelihara anak itu,
mengurus makan, minum, pakaiannya dan keberhasilannya dari periode awal hingga dewasa.
Pada dasarnya, tugas dasar perkembangan anak adalah mengembangkan pemahaman yang benar
tentang bagaimana dunia ini bekerja. Dengan kata lain, tugas utama seorang anak dalam
perkembangannya adalah mempelajari “aturan main” segala aspek yang ada di dunia ini.
Berbagai pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kreativitas anak antara lain, lingkungan fisik,
lingkungan sosial pendidikan internal dan eksternal. Intensitas kebutuhan anak untuk
mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar
kreatuvitas diri, menunjukan adanya kebutuhan internal yaitu manakala anak masih
membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiiliki dan mengembangkan dasar-dasar
kreativitas diri ( berdasarkan naluri), berdasarkan nalar dan berdasarkan kata hati.
Dari hasil penelitian bahwa bila orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukan
peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional,
kedisiplinan, serta aspirasi anak untuk belajar sampai ke jenjang paling tinggi, bahkan akan
membantu anak ketika ia telah bekerja dan berkeluarga.
3.1.2. Keluarga sebagai wahana pertama dan utama pendidikan
Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan
suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam
masyarakat, Oleh karena itu para sosiolog yakin, segala macam kebobrokan masyarakat
merupakan akibat lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan iutama bagi pertunbuhan dan
perkembangnnya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah sebagai
wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan
seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta,
memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”.
Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen
kesehatan , pendidikan adan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk megajarkan kejujuran,
semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan- kemampuan
dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena
kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat
yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki
kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
3.1.3. Pola asuh menentukan keberhasilan pendidikan anak dalam keluarga
Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai- nilai kebijakan pada anak sangat tergantung
pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan
sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik
dan kebutuhan psikologis, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat.agar anak dapat hidup
selaras dengan lingkungannya.
Beberapa macam contoh pola asuh :
• Pola asuh otoriter , yaitu mempunyai ciri, kekuasan orang tua dominan, anak tidak diakui
sebagai pribadi, control terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum anak
juka tidak patuh.
• Pola asuh demokratis, kerjasama antara orang tua- anak, anak diakui sebgai pribadi, ada
bimbingan dan penngarahan dari orang tua, control orang tua tidak kaku.
• Pola asuh permisif, mempunyai ciri, dominasi oleh anak, sikap longgar atau kebebasan dari
orangt tua, control dan perhatian orang tua sangat kurang
Melalui pola asuh yang dilakukan orang tua anak akan belajar banyak hal, termasuk karakter.
Artinya jenis pola asuh yang ditetapkan orang tua terhadap anaknya menentukan keberhasilan
pendidikan karakter anak oleh keluarga.

3.1.4. Kesalahan keluarga dalam mendidik anak mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosi
anak
Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter
yang baik. Beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak dapat mempengaruhi kecerdasan
emosi anak, diantaranya adalah,
• Orang tua kurang menunjukan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik
• Kurang meluangkan waktu untuk anak
• Orang tua bersikap kasar secara verbal, misalnya, menyindir anak, mengecilkan anak dan
berkata kata kasar
• Bersikap kasar secara fisik, misalnya memukul, mencubit atau memberikan hukuman badan
lainnya.
• Orang tua terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini
• Orang tua tidak menanamkan karakter yang baik pada anak
Dampak salah asuh diatas akan menimbulkan anak yang mempunyai kepribadian yang
bermasalah atau kecedasan emosi yang rendah, seperti:
• Anak menjadi tak acuh, tidak menerima persahabatan, rasa tidak percaya pada orang lain dll
• Secara emosionil tidak responsif
• Berprilaku agresif
• Menjadi minder
• Selalu berpandangan negatif
• Emosi tiodak stabil
• Emosional dan intelektual tidak seimbang dll

TERBARU AGAMA

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th


"Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini, supaya tetap ada di hadapan-Mu
untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati, ya TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya." (1
Tawarikh 17:27)

Prolog

Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak yang
dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga adalah lembaga masyarakat paling kecil tetapi paling
penting. Tetapi, kata keluarga terlalu banyak dipakai oleh berbagai orang dari berbagai kelompok
sehingga menjadi hilang makna yang sesungguhnya. Sebuah film yang berjudul “The Godfather”,
Vito Corleone menggambarkan kelompok pembunuh berdarah dingin yang ia pimpin sebagai
keluarga. Begitu juga dengan kelompok-kelompok yang lain, entah bertujuan baik atau buruk,
menamakan para pengikut mereka sebagai keluarga. Bahkan dibanyak gereja kita sering
mendengar atau menyanyikan nyanyian tentang persekutuan umat Allah sebagai “keluarga Allah”.
Lalu, apakah dimaksud dengan keluarga itu?

Pengertian Keluarga Kristen

Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak. Inilah yang disebut dengan
keluarga kecil atau keluarga inti. Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah sendiri yakni
keluarga Adam Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus ayah dari Kain dan Habel;
Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak
dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini pertama yang dibentuk oleh Allah. Selain keluarga kecil
atau keluarga inti, ada juga yang disebut keluarga besar, yaitu persekutuan hidup antara ayah, ibu,
dan anak-anak serta kakek, nenek, paman dan bibi, dan lain-lain. Mereka beresal dari hubungan
keluarga (kekerabatan) ayah maupun keluarga (kekerabatan) ibu.

Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup
dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen
itu sendiri. Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran
Kristus.

Pentingnya Keluarga

Dr. Kenneth Chafin dalam bukunya Is There a Family in the House? memberi gambaran tentang
maksud keluarga dalam lima identifikasi, yaitu:
1. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial,
kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai potensi untuk
bertumbuh. Keluarga merupakan tempat memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan
lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Yesus Kristus.
2. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas
mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan kehidupan anak
dibangun dan dikembangkan.
3. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan. Barangkali
orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam keluarga kita
mendapat perhatian dan perlindungan.
4. Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota
keluarga dan saling belajar hal yang baik.
5. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Tidak ada keluarga
yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara tidak terduga.
Misalnya, hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan masalah ekonomi.
Namun, keluarga yang membiarkan Kristus memerintah sebagai Tuhan atas hidup mereka pasti
dapat menyelesaikan semua permasalahan.

Hubungan, Kebersamaan, dan Tanggung Jawab dalam Keluarga

Bagaimanakah bentuk hubungan dalam keluarga? Bagimanakah bentuk hubungan antara suami
dan istri, orang tua dengan anak, dan anak dengan orang tua? Untuk mengetahui bentuk hubungan
ini dapat dilihat dalam Efesus 5:22-23; 6:1-4; Kolose 3:18-21. Berdasarkan ayat-ayat tersebut
bentuk hubungan dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1) Suami mengasihi istri dan tidak boleh
berlaku kasar pada istrinya; 2) Istri tunduk dan taat kepada suami dalam segala hal; 3) Orang tua
mendidik anak-anak di dalam ajaran dan nasihat Tuhan, serta tidak membangkitkan amarah anak-
anaknya; 4) Anak-anak menghormati dan menaati orang tuanya.

Keluarga adalah suatu lembaga atau unit yang paling kecil dalam masyarakat. Keluarga Kristen
khususnya adalah miniatur dari keluarga gereja. Sebuah keluarga adalah suatu tim dalam
persekutuan hidup bersama antara ayah, ibu, dan anak-anak. Persekutuan bersama dalam keluarga
bersifat dinamis dan harus dijaga keharmonisannya. Untuk menjaga kebersamaan dalam keluarga
maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Menyembah dan melayani Tuhan bersama-
sama di gereja lokal; 2) Berdoa bersama-sama atau mezbah keluarga; 3) Mengatur keuangan
bersama-sama; 4) membuat dan menetapkan rencana untuk masa depan bersama-sama; 5)
Biasakan makan bersama-sama; 6) Melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing
dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan hubungan diatas setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing
yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 1) Tanggung jawab suami terhadap istri antara
lain: mengasihi dan menyayangi istrinya; memelihara dan melindungi; menghargai dan
menghormati; memimpin seluruh anggota keluarga. 2) Tanggung jawab istri terhadap suami antara
lain: Penolong, teman dan sahabat bagi suaminya; merawat dan mengatur seisi rumah; rendah hati
untuk tunduk pada suami; dan memperhatikan kecantikan pribadi lebih dari kecantikan lahiriah. 3)
Tanggung Jawab orang tua terhadap anak-anaknya antara lain: merencanakan masa depan
mereka; merawat dan memelihara mereka; mengasuh dan mencukupi kebutuhan mereka;
mengasihi mereka; mengajar, mendidik, dan membimbing mereka; memberi teladan dan bersaksi
bagi mereka. 4) Tanggung jawab anak terhadap orang tua antara lain: membantu orang tua dalam
memelihara seisi rumah; mengerjakan tugas-tugas yang diberikan orang tua; dan belajar dibawah
bimbingan orang tua.

Keluarga Kristen Sebagai Teladan dalam Perbuatan Baik

Semua anggota keluarga Kristen wajib berbuat baik. Kenapa


setiap orang Kristen wajib berbuat baik? Karena Tuhan telah berbuat baik kepada kita terlebih
dahulu. Dengan cara apa Tuhan berbuat baik kepada manusia? 1) Karena Tuhan telah menciptakan
alam semesta untuk dikelola manusia; 2) Karena Tuhan telah mencipta dan memberi kehidupan
kepada kita; 3) Karena Tuhan telah menebus kita dari kuasa dosa; 4) Karena Tuhan telah
menyediakan kehidupan yang kekal untuk kita. Demikianlah perbuatan baik Tuhan yang Ia berikan
kepada manusia. Hal inilah yang menyebabkan setiap anggota keluarga Kristen wajib berbuat baik
dan menjadi teladan dalam hal perbuatan baik ini.

Setiap perbuatan baik yang kita lakukan kepada siapapun, kapanpun, dan dimanapun adalah
sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan yang telah berbuat baik kepada kita (Kolose 3:23).
Perbuatan baik apapun yang kita lakukan bukanlah untuk mendapat pujian tau penghargaan,
melainkan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Sebagai contoh. Suami berbuat baik kepada istri
dan anak-anaknya, istri berbuat baik kepada suami dan anak-anaknya, anak-ana erbuat baik
kepada orang tua dan saudara-saudaranya dan setiap anggota keluarga Kristen berbuat baik
kepada setiap orang. Tuhan Yesus berkata “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga"
(Matius 5:16)

Kebutuhan Keluarga Saat Ini

Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, Paul Meier seorang psikiater Kristen
Amerika mengusulkan lima aspek yang harus terus bertumbuh dalam kehidupan sebuah keluarga,
yaitu:
1. Kasih di antara suami istri dan di antara orang tua terhadap anak harus terus meningkat (1
Korintus 13:4-7). Apakah kasih itu? Menurut Meier, kasih mencakup komitmen, perhatian,
perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang seharusnya berlanjut
dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan secara fisik. Kasih itu harus diungkapkan
dalam perbuatan nyata, saling berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga diaktualisasikan ketika
menghadapi masalah, memikiul tugas dan tanggung jawab hidup. Ketiadaan kasih diantara orang
tua dapat dirasakan oleh anak, akibat selanjutnya adalah menggangu pertumbuhan watak mereka.
2. Harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan orang tua
bagi anak mereka. Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa
pembentukannya. Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin sebenarnya berarti
pemberitahuan, penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan. Melalui disiplin anak
dimampukan mengenali dan memilih serta mewujudkan pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin
orang tua bagi anak-anaknya juga berkaitan dengan pembentukan iman anak melalui pengajaran,
percakapan, komunikasi formal, dan non formal. Alkitab mengajarkan bahwa orang tualah yang
paling bertanggung jawab mengajari anak-anaknya dalam iman dan moral secara berulang-ulang
dengan berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan (Baca:
Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).
3. Pentingnya konsistensi yaitu aturan yang dianggap benar, terus menerus dinyatakan dan
diterapkan orang tua. Aturan tersebut tidak boleh hanya penuh semangat diterapkan satu minggu
atau beberapa hari saja kemudian tidak dilaksanakan lagi, melain terus menerus dan konsisten.
Penetapan aturan yang harus diikuti anak semestinya mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan
anak. Perlu dipahami bahwa cara anak menanggapi aturan berbeda-beda sesuai tingkat usia dan
tahap perkembangan mereka.
4. Mendesaknya keteladanan orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam segi perkataan,
sikap, penampilan dan perbuatan (Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21). Para ahli psikologi dan
pendidikan menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar, merasakan dan
meniru. Selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan dilihat, seiring
dengan perkembangan kognitifnya. Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk,
ia memandang itu sebagai yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang telah
mengingatkan para orang tua supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak
membawa anak-anak mereka bertumbuh dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh dari atau
menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).
5. Peran suami sebagai kepala rumah tangga harus dilaksanakan. Ini merupakan ketetapan Allah
bagi setiap keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan, maka
istri harus memberi kesempatan dan dukungan agar. Inilah perannya sebagai penolong yang
sepadan bagi suaminya. Suami yang takut akan Tuhan dan menjadi pimpinan yang melayani di
dalam keluarganya dinyatakan akan berbahagia; berkat Tuhan akan hadir dan nyata dalam
kehidupan istri, anak-anak dan pekerjaannya. Inilah yang dilakukan oleh Yosua terhadap
keluarganya. Ia mendemonstrasikan peran ini ketika berkata “… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami
akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b). Peranan orang tua terutama, seorang suami
untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan berlaku dalam Perjanjian Lama dan
tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru. Dari sekian banyak peranan suami dalam Alkitab, dua hal
yang paling menonjol, yaitu: 1) Peranan suami sebagai kepala rumah tangga. (Efesus 5:22-29).
Sebagai kepala rumah tangga suami adalah pemimpin keluarga dan pengambil keputusan;
pengayom bagi semua anggota keluarga; pelindung yang melindungi dan bertanggung jawab;
mendidik, menegor dan menasihati. (Efesus 6:4); memberi contoh dan teladan yang baik bagi
keluarga. 2) Peranan suami sebagai imam. Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur ibadah
dalam keluarga; Berdoa setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga bagi
dirinya sendiri.

Epilog

Dr. Tim La Haye dalam bukunya yang berjudul You and Your Family, memberikan diagram silsilah
dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup
alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang pendeta yang
saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita
yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan
bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan : 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190
orang pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang
pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan 1
orang wakil presiden Amerika.

Berdasarkan diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari
generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan
dan agen yang banyak mempengaruhi pembentukan watak, iman, dan tata nilai seseorang adalah
keluarga asal (the family of origin). Dengan kata lain, keluarga asal dianggap paling berperan dan
berharga dengan berbagai dinamika dan kondisi apapun. Karena itu, dalam Mazmur 78:5 dituliskan,
“Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang
kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka”. Tuhan
memerintahkan agar para orangtua memperkenalkan kisah perbuatan-Nya yang ajaib dalam sejarah
Israel dan hukum-hukum-Nya kepada anak-anak mereka. Hal ini bertujuan agar anak-anak hidup
taat akan Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya. Orangtualah penanggung jawab utama
pendidikan rohani bagi anak-anaknya. Tanggung jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru
disekolah maupun sekolah minggu karena waktu yang mereka miliki untuk bergaul dengan anak-
anak di sekolah aupun di gereja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh
orangtua.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa karakter, tata nilai, dan cara beriman kita muncul dan
berkembang dari keluarga tempat dimana kita dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu betapa
pentingnya kehidupan keluarga yang baik, yang sesuai dengan prinsip Alkitab (2 Timotius 3:16-17).
Syarat ini diperlukan untuk membentuk generasi yang berkarakter mulia sesuai dengan kehendak
Allah.

Anda mungkin juga menyukai