Anda di halaman 1dari 176

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA

MELALUI PENERAPAN PROGRAM JAM BACA SEKOLAH


DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PURI

SKRIPSI

OLEH

OLYNDA ADE ARISMA


NIM 208211416552

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
S1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
AGUSTUS 2012
1
2

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA


MELALUI PENERAPAN PROGRAM JAM BACA SEKOLAH
DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PURI

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana

Oleh

Olynda Ade Arisma


NIM 208211416552

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
S1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
AGUSTUS 2012
3
4
5
6

ABSTRAK

Arisma, Olynda Ade. 2012. Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca


melalui Penerapan Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 01
Puri. Skripsi, Jurusan Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas
Sastra, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Nurchasanah, M.
Pd, (II) Dr. Muakibatul Hasanah, M.Pd.

Kata Kunci : minat membaca, kemampuan membaca, program jam baca sekolah.

Kemampuan membaca berhubungan dengan minat dan kebiasaaan


membaca. Setiap siswa dituntut untuk memiliki minat dan kemampuan membaca
yang baik karena besarnya manfaat membaca bagi seseorang. Namun, hal itu tidak
sesuai dengan fenomena yang terjadi saat ini. Rendahnya minat membaca siswa
berdampak pula pada kemampuan membacanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian di SMP Negeri 01 Puri yang membuktikan bahwa siswa memiliki minat
dan kemampuan membaca yang rendah. Oleh karena itu, peneliti melakukan
tindak lanjut dengan menerapkan program jam baca untuk meningkatkan minat
dan kemampuan membaca siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan kemampuan
membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri dengan menerapkan program jam
baca. Penelitian ini berfokus pada: (1) proses penerapan program jam baca dalam
meningkatkan kemampuan membaca, (2) hasil program jam baca dalam
meningkatkan kemampuan membaca siswa, dan (3) hasil program jam baca dalam
meningkatkan minat membaca siswa. Masalah kemampuan membaca siswa yang
akan dikaji oleh peneliti yaitu terkait membaca pemahaman siswa, sehingga KD
yang akan dicapai oleh siswa adalah KD 7.2 mengomentari buku cerita yang
dibaca.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas. Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara
menggunakan instrumen pengumpul data yaitu peneliti sebagai instrumen utama.
Peneliti bertindak sebagai pengumpul data melalui teknik observasi, teknik
wawancara, teknik kuesioner, dan jurnal membaca.
Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1)
tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap
penutup program. Pada siklus 1, tahap praprogram adalah tahap pengumpulan
siswa di perpustakaan. Namun, pada siklus 2, jadwal mengalami perubahan yaitu
program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir.
Tahap awal program adalah pemberian apersepsi terkait minat membaca
siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca dan pengarahan
tentang langkah-langkah pelaksanaan program. Selain itu, apersepsi yang
diberikan juga terkait perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami
siswa dari pelaksanaan program pada petemuan sebelumnya dan pengarahan
diberikan terkait adanya perubahan metode.
Tahap inti program dilakukan dengan pemberian materi tentang
kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca” dan pelatihan menulis
contoh jurnal dari cerita Legenda Batu Menangis. Tahap berikutnya yaitu
7

pemilihan bahan bacaan berdasarkan deret bangku. Tahap selanjutnya adalah


tahap membaca buku masing-masing oleh siswa. Pada tahap pembacaan hasil
komentar dan tanggapan siswa, pemilihan siswa dilakukan secara dengan
menggunakan metode talking stik.
Pada penutup program adalah pengungkapan kesan dan kesulitan yang
dialami siswa. Pada tahap terakhir yaitu pemberian motivasi oleh guru untuk
meningkatkan minat dengan menambah frekuensi membaca dan menambah
variasi bahan bacaan. Selain itu, motivasi juga diberikan melalui contoh tokoh
sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang memiliki hobi membaca.
Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam
baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi.
Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36%
(siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1)
menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca.
Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam
baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.
Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat
dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi
meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi
bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa
(siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan
dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2).
Berdasarkan temuan-temuan penelitian disarankan kepada Kepala Sekolah
agar meningkatkan fasilitas perpustakaan agar siswa merasa nyaman saat
membaca di perpustakaan. Saran bagi guru Bahasa Indonesia agar menerapkan
program jam baca secara terorganisasi untuk diikuti semua siswa. Guru juga perlu
melaksanakan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan fasilitas ruang
perpustakaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Hal
tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program jam baca.
8

ABSTRACT

Arisma, Olynda Ade. 2012. The Improvement of Interest and Skill in Reading
Ability Through the Application of Reading Hours School Program in
Grade VII Students on SMP Negeri 01 Puri. Thesis, Department of
Language Education, Indonesian and Region Literature, Faculty of
Literature, Universitas Negeri Malang. Supervisor: (I) Dr. Nurchasanah,
M.Pd, Co-Supervisor (II) Dr. Mukibatul Hasanah, M.Pd.

Key words : reading interest, reading ability, reading hours school program.
Reading ability closely related with interest and habit in reading. Each
student must have a good reading interest and ability because of the huge
advantages of reading itself. Nevertheless, those criteria are not sufficient with the
reality. The low Reading interest can impact the reading ability. The previous
statement is in line with the research result in SMP Negeri 01 Puri reveals that the
reading interest and the reading ability are very low. Consequently, the researcher
takes an action as the follow up by applying reading hour program for improving
the students’ interest and skill in reading.
This research is aimed to raise the interest and skill in reading for VIIE
students of SMP Negeri I Puri by applying reading hour program. This research
focuses on: (1) The process of reading hours application in the improvement of
reading ability, (2). The result of reading hour program in the improvement of
students’ reading ability, and (3). The result of reading hour program in the
improvement of students’ reading interest. The problems that will be discovered
by the researcher that is, related to identifying students’ understanding. With the
result, the KD that will be reached is KD 7.2 about giving comments toward the
books which is read.
This research uses qualitative approach by using research action design. The
data of this research is collected by using research instrument with the researcher
as the main instrument. The researcher acts as data collector through observation
technique, interview technique, questionnaire technique, and experiment test in
reading skill. The research instruments are used to answer research problems are
observation guide, interview guide, questionnaire, and test in reading skill.
There are four steps in the application of reading hour program. Those four
steps are: (1) pre-program, (2) beginning program, (3) core program, and (4)
closing program. At cycle 1, the stage is the stage praprogram students in the
library collection. However, in cycle 2, the schedule changes that the program
started 15 minutes after school hours ended.
The early stages of the program is the provision of related apperception
reading interests of students in the library and read journal writing experience and
guidance on program implementation steps. In addition, given apperception is also
related changes in reading interests of students and the difficulties experienced by
students from the implementation of the program and guidance given earlier
petemuan related changes in the method.
The core stage of the program conducted by administering material about
the competence " mengomentari buku cerita yang dibaca " and the training of
journal writing examples of Legenda Batu Menangis. The next stage is the
9

selection of reading materials based on the rows of benches. The next stage is the
stage reading their books by the students. At this stage of reading the comments
and responses of students, student selection is done using the talking stick.
On the program cover impression is disclosure and the difficulties
experienced by students. In the last stage of the motivation by the teachers to
increase interest by increasing the frequency of reading and reading materials add
variety. In addition, motivation is also provided through the example of successful
leaders Soekarno and R. A. Kartini who has a hobby of reading.
Improved literacy outcomes through the implementation of program hours
reading the results can be seen from reading the journals of 25 students according
to qualifications. Very well qualified students increased from 12% (cycle 1) to
36% (cycle 2) and well-qualified students increased from 20% (cycle 1) to 40%
(cycle 2). Based on these data concluded that an increased ability to read through
the application of program hours to read.
Improving the quality of the results of interest to read through the
application program can be seen from the read clock frequency increase reading
and variety of reading materials. Judging from the frequency of reading, students
who qualified are being increased from 12% (cycle 1) to 56% (cycle 2) and highly
qualified students increased from 0% (cycle 1) to 16% (cycle 2). If viewed from
the variation of reading material, students who have two variations of reading
students increased from 1 (cycle 1) to 21 students (cycle 2) and students who have
3 variations of no student reading (cycle 1) to be a student (cycle 2) .
Based on research findings suggested to the principal to improve library
facilities so that students feel comfortable while reading in the library.
Suggestions for Indonesian teachers to implement an organized program for
reading hour followed by all students. Teachers also need to carry out learning to
read by utilizing the library facilities to enhance students' reading interests and
abilities. It can aid in the achievement of program hours to read.
10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan Program Jam
Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 1 Puri.
Sehubungan dengan itu, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh sebab itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.
1. Dr. Nurchasanah, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan
meluangkan waktu dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Muakibatul Hasanah, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
berkenan meluangkan waktu dengan sabar memberikan dorongan, motivasi
serta saran-saran dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Prof. Dr. H. Suparno, selaku rektor Universitas Negeri Malang yang telah
memberikan kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd, selaku dekan Sastra Indonesia yang telah
mendukung dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Suyono, M.Pd, selaku ketua jurusan Sastra Indonesia yang telah
memberikan dorongan serta berbagai fasilitas untuk menyelesaikan studi.
6. Kedua orang tuaku, Bapak Bambang Muharto dan Ibu Misini serta adik
tercinta Angelina Putri Wirandani dan kakak tersayang Rhendra Adie
Fandanata yang telah memberikan dorongan, semangat, serta doanya yang tak
pernah henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi ini.
7. Mahar Luhur Pambudi, A. Md dan keluarga besar Drs. Slamet Basuki yang
telah memberikan semangat, doa, dan dukungan penuh dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman “Abilowo”, Adisti Astarina, dan Wayan Nana A. yang telah
memberikan bantuan, dorongan, dan hiburan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11

9. Pihak-pihak yang belum dapat disebutkan satu per satu karena keterbatasan
penulisan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya dunia pendidikan.
Amin.

Malang, 04 Juli 2012

Penulis
12

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
1.4 Asumsi Pemelitian .......................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 8
1.6 Definisi Operasional ....................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Membaca ........................................................................ 11
2.1.1 Tujuan Membaca ........................................................................ 12
2.1.2 Faktor-faktor dalam Membaca .................................................... 13
2.1.3 Kemampuan Membaca ............................................................... 13
2.1.4 Hakikat Membaca Pemahaman ................................................... 14
2.1.5 Pembelajaran Membaca ............................................................... 16
2.2 Minat Membaca ............................................................................. 17
2.2.1 Faktor-faktor yang Menentukan Minat Baca Anak ...................... 19
2.3 Tinjauan Program Jam Baca .......................................................... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................... 22
3.2 Peranan Peneliti ............................................................................. 23
3.3 Kancah Penelitian .......................................................................... 24
3.4 Subjek Penelitian ........................................................................... 26
3.5 Data dan Sumber Data ................................................................... 26
3.6 Rancangan Tindakan ...................................................................... 27
3.7 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 29
3.7.1 Observasi .................................................................................... 29
3.7.2 Wawancara .................................................................................. 30
3.7.3 Angket ........................................................................................ 31
3.7.4 Jurnal Membaca .......................................................................... 32
3.8 Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi ............................................. 32
3.8.1 Analisis Data .............................................................................. 33
13

3.8.2 Evaluasi ...................................................................................... 33


3.8.3 Refleksi ...................................................................................... 34
3.9 Prosedur Penelitian ........................................................................ 34

BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN DATA


4.1 Studi Pendahuluan ......................................................................... 38
4.2 Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 1 ............................... 41
4.2.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca ................................................................... 41
4.2.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca ........................................... 47
4.2.2.1 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca ...................................................................................... 47
4.2.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat
Membaca ..................................................................................... 54
4.2.3 Temuan Penelitian ....................................................................... 57
4.2.4 Refleksi dan Tindak Lanjut ......................................................... 61
4.3 Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 2 ............................... 63
4.3.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Peningkatan
Kemampuan Membaca ................................................................... 63
4.3.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca ............................................ 69
4.3.2.1 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca ....................................................................................... 69
4.3.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat
Membaca ....................................................................................... 75
4.3.3 Temuan Penelitian ....................................................................... 80
4.3.4 Refleksi dan Tindak Lanjut ......................................................... 83

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Proses Penerapan Program Jam Baca pada Siswa
SMP Negeri 01 Puri ........................................................................ 84
5.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca pada Siswa
SMP Negeri 01 Puri........................................................................ 89

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 97
6.2 Saran ............................................................................................. 99

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 100


14

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kualifikasi Minat Baca pada Program Jam Baca ........................................ 33


4.1 Hasil Kemampuan Membaca tiap Indikator Studi Pendahuluan .................. 137
4.2 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 1 ............................. 46
4.3 Hasil Kemampuan Membaca tiap Indikator Siklus 1 ................................. 138
4.4 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 1 ........................................................ 49
4.5 Minat Baca Siklus 1 ................................................................................... 56
4.6 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 2 ............................ 68
4.7 Hasil Kemampuan Membaca tiap Indikator Siklus 2 ................................. 139
4.8 Hasil Kemapuanl Membaca Siklus 2 ......................................................... 70
4.9 Hasil Kemampuan Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 .... 75
4.11 Minat Baca Siklus 2 ................................................................................ 79
4.12 Variasi Bacaan Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 ........................ 79
15

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
4.1 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)................... 50
4.2 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Baik (B) ................................ 51
4.3 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Cukup (C) ............................. 52
4.4 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Kurang (K)............................ 53
4.5 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 1 ....................................................... 56
4.6 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)................... 71
4.7 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Baik (B) ................................ 72
4.8 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Cukup (C) ............................. 74
4.9 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 2 ....................................................... 76
4.10 Diagram Frekuensi Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2 . 77
16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 102


2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 103
3. Data Mentah ................................................................................................ 114
4. Data Tersaji ................................................................................................. 138
5. Foto Proses Pembelajaran ............................................................................ 141
17

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini disajikan latar belakang, rumusan masalan, manfaat

penelitian, asumsi penelitian, ruang lingkup penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang

Kurikulum memberikan amanat penting agar pembelajaran Bahasa

Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui

pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh kemampuan untuk

berkomunikasi dengan baik, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak

dalam berbagai aspek berbahasa. Untuk itu, pengajar dan siswa harus memiliki

kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran bahasa.

Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar

tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk

di dalamnya adalah keterampilan membaca yang memiliki banyak manfaat dalam

perkembangan berbahasa siswa. Melalui kegiatan membaca siswa mampu

memperoleh banyak pengetahuan. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki

perhatian khusus dalam kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang

besar bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Nurhadi (1987:13) yang menyatakan bahwa membaca

adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses

membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal
18

dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan

sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam membentuk sarana membaca, teks bacaan

(sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang

sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.

Selain kompleksitas membaca, guru juga perlu memperhatikan rendahnya

minat baca siswa yang kini menjadi masalah besar di Indonesia. Sesuai

pernyataan Kusmana (2009), berdasarkan hasil penelitian Programme for

International Student Assessment, diketahui minat baca siswa kita rendah. Jika

dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia termasuk

paling rendah. Dari 42 negara yang disurvey, siswa Indonesia menduduki

peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan siswa kita itu

masih di bawah siswa Thailand yang menduduki peringkat ke-32. Demikian pula

dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa kita hanya mampu menyerap 30%

dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan.

Fenomena tersebut merupakan masalah besar bagi para guru, khususnya

guru Bahasa Indonesia. Sebagai tenaga pendidik profesional, masalah ini harus

menjadi tantangan utama yang harus segera dicari jalan keluarnya karena

rendahnya minat baca juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Supriyoko (2009) yang menyatakan bahwa secara

teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest) dengan

kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading ability).

Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah,

dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca

menjadi rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini.
19

Menurut Siauseni (2010), hal-hal yang menjadi kendala dalam meningkatkan

kegemaran membaca anak adalah derasnya arus hiburan serta permainan dari

media elektronik.

Dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, siswa dapat

dibiasakan sejak dini untuk mengunjungi perpustakaan. Selain memiliki dampak

besar dalam perkembangan minat dan kemampuan membaca siswa, perpustakaan

juga merupakan alternatif yang efektif dan efisien. Hal tersebut diperkuat oleh

pendapat Munaf (2002:247) yang menyatakan bahwa dalam menumbuhkan minat

baca erat sekali hubungan dengan perpustakaan. Boediono (2004) juga

menyatakan bahwa untuk membiasakan anak untuk membaca, sebenarnya adalah

alternatif yang lebih murah dari membeli buku, yaitu anak bisa meminjam

ataupun menumpang baca buku di perpustakaan. Perpustakaan sebagai rumah

kedua di mana kita bisa asyik membaca tanpa mengeluarkan biaya. Oleh karena

itu, tidaklah berlebihan jika perpustakaan dianggap sebagai salah satu wahana

pendidikan masyarakat umum.

Di sekolah, guru dan komite sekolah dapat bekerja sama memanfaatkan

perpustakaan sekolah sebagai fasilitas dalam upaya peningkatan hasil

pembelajaran. Sesuai dengan pengertiannya perpustakaan sekolah merupakan

semua perpustakaan umum yang diselenggarakan di sekolah baik tingkat Sekolah

Dasar maupun Sekolah Lanjutan guna menunjang proses belajar mengajar di

sekolah, maka perpustakaan dapat digunakan sesuai fungsinya (Nurhadi, 1983:9).

Pemanfaatan perpustakaan tersebut juga harus memperhatikan suasana dan

kondisinya agar mampu menarik minat baca siswa. Menurut pendapat Rosidi

(2009), yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca
20

siswa yaitu penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel

pajangan hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa

gemar membaca, penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi

kuantitas judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang

kelas, rak buku yang dipajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan

ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”, dan ada

display/pajangan atau informasi buku-buku baru dan bestseller dengan gaya

yang atraktif di perpustakaan.

Besarnya kendala dalam memerangi rendahnya minat baca siswa

menghendaki kesadaran dan kerja keras dari para guru. Guru hendaknya memiliki

kebijakan khusus, seperti yang telah diterapkan oleh SMAN 1 Wonosari yaitu jam

wajib baca. Program tersebut mulai diterapkan pada tahun ajaran 2010/2011.

Pelaksanaan jam wajib baca ini belum dilaksananakan setiap hari, tetapi dimulai

sekali dalam seminggu dahulu. Dalam penerapannya pun belum dapat murni

dilaksanakan selama 1 jam pelajaran (45 menit), tetapi baru 25 menit dahulu pada

hari Jumat.

Penerapan jam baca yang rutin dilaksanakan di sekolah-sekolah akan

memberikan dampak positif bagi peningkatan perilaku membaca anak bangsa di

masa yang akan datang. Namun, dalam penerapannya tidak hanya membutuhkan

partisipasi dari para siswa, tetapi juga membutuhkan kerja sama dari kepala

sekolah, guru, dan petugas perpustakaan.

Penelitian terkait program jam baca sebelumnya pernah diangkat oleh

Qurrota A’yun, mahasiswi program studi pendidikan bahasa, sastra Indonesia dan

daerah Universitas Negeri Malang, melalui penelitian peningkatan minat baca


21

siswa kelas IV MI Muawanah Banjaranyar Paciran, Lamongan melalui penerapan

program jam baca pada tahun 2008. Pada penelitian ini hanya mengangkat

masalah rendahnya minat baca siswa kelas IV SD sedangkan, penelitian yang

diangkat oleh peneliti kali ini tidak hanya meningkatkan rendahnya minat baca

tapi juga kemampuan membaca siswa melalui program jam baca. Tindakan ini

juga dilakukan pada siswa kelas VII SMP yang lebih tinggi jenjangnya.

Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

30 September 2011, minat dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP

Negeri 1 Puri tergolong rendah. Rendahnya minat membaca siswa terbukti dari

hasil jawaban angket siswa yang diperoleh yaitu 100% siswa menjawab menyukai

kegiatan membaca namun, frekuensi membaca mereka masih rendah. Hal tersebut

terbukti dari kunjungannya ke perpustakaan hanya 52% siswa yang ke

perpustakaan hanya sekali dalam seminggu, sedangkan 48% siswa lain mengaku

tidak pernah mengunjungi perpustakaan. Indikator lain untuk mengetahui minat

membaca siswa yaitu kesediaan dalam memperoleh bahan bacaan. Melalui hasil

angket diperoleh hasil kesediaan siswa untuk mendapatkan bahan bacaan dengan

meminjam buku di perpustakaan hanya 48 % siswa yang menjawab jarang

meminjam buku, sedangkan 41% siswa tidak pernah meminjam buku di

perpustakaan.

Masalah kemampuan membaca siswa yang akan dikaji oleh peneliti yaitu

terkait membaca pemahaman siswa, sehingga KD yang akan dicapai oleh siswa

adalah KD 7.2 mengomentari buku cerita yang dibaca. Alasan pemilihan KD

tersebut oleh peneliti dikarenakan dalam pencapaian KD siswa tidak hanya

dituntut untuk memahami isi dari suatu teks bacaan sastra, tetapi siswa juga harus
22

kritis dalam memahami suatu teks sastra agar mampu mengomentari buku cerita

tersebut, baik dari segi isi maupun bahasa. Berdasarkan hasil uji kompetensi pada

studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 30 September 2011,

diperoleh hasil hanya terdapat 24% siswa memperoleh skor lebih dari Kriteria

Kelulusan Minimal (KKM), sedangkan 76% siswa memperoleh hasil di bawah

KKM.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti akan mengadakan penelitian pada

siswa SMP Negeri 1 Puri untuk meningkatkan perilaku membaca meliputi minat

dan kemampuan membacanya melalui program jam baca sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dijabarkan rumusan masalah

sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan

kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri?

(2) Bagaimanakah hasil program jam baca pada siswa kelas VIIE SMP Negeri 01

Puri:

(a) dalam meningkatkan kemampuan membaca dan

(b) dalam meningkatkan minat membaca?

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan

sebelumnya, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai

berikut.
23

(1) Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu siswa mengatasi

masalah minat dan kemampuan membaca yang rendah.

(2) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan baru

yang bisa dimanfaatkan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk

meningkatkan minat dan kemampuan membaca dengan menerapkan program

jam baca.

(3) Bagi Sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk

menerapkan program jam baca di sekolah dan memaksimalkan fungsi

perpustakaan sekolah.

(4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai rujukan dalam

melakukan penelitian yang sejenis.

(5) Bagi pengembangan teori, hasil penelitian ini bermanfaat dalam

pengembangan ilmu tentang metode peningkatan minat dan kemampuan

membaca.

1.4 Asumsi Penelitian

Penelitian peningkatan minat dan kemampuan membaca melalui

penerapan program jam baca sekolah di kelas VII SMP Negeri 01 Puri memiliki

asumsi sebagai berikut.

1) Program jam baca digunakan sebagai sarana untuk membiasakan siswa

untuk membaca.

2) Penerapan program jam baca mempermudah peserta didik dalam menguasai

kompetensi dalam kemampuan mengomentari buku cerita.


24

3) Pemberian motivasi dalam program jam baca secara langsung akan

merangsang berkembangnya pola pikir peserta didik sehingga peserta didik

menyukai kegiatan membaca.

4) Kegiatan mengisi jurnal membaca dan membacakan komentar terhadap

buku cerita yang dibaca dimaksudkan untuk memberikan dasar-dasar

membaca pemahaman yang benar dan diperlukan oleh peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan membaca selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah peningkatan minat dan kemampuan

membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri dengan menerapkan program jam

baca. Penelitian ini berfokus pada: (1) proses penerapan program jam baca dalam

peningkatan kemampuan membaca, (2) hasil program jam baca dalam

peningkatan kemampuan membaca siswa, dan (3) hasil program jam baca dalam

peningkatan minat membaca siswa.

Pada penelitian proses program jam baca dalam peningkatan kemampuan

membaca, kegiatan difokuskan pada saat proses penerapan program jam baca

yang meliputi: (1) proses saat praprogram jam baca, (2) proses saat kegiatan awal

program jam baca, (3) proses saat kegiatan inti program jam baca, dan (4) proses

saat kegiatan penutup program jam baca.

Pada penelitian hasil program jam baca dalam peningkatan kemampuan

membaca siswa, kegiatan difokuskan pada uji kompetensi siswa terhadap

kemampuan membaca pemahaman siswa yang yang dibatasi pada kemampuan

membaca kritis siswa. Pada penelitian hasil kemampuan membaca kritis siswa

difokuskan pada: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2) kemampuan siswa
25

menuliskan ringkasan bacaan, (3) kemampuan memberikan komentar terhadap

bacaan dengan disertai alasan, dan (4) kemampuan menuliskan kutipan dari

bagian bacaan yang dikomentari.

Pada penelitian hasil program jam baca dalam peningkatan minat

membaca siswa, kegiatan difokuskan pada: (1) frekuensi membaca siswa dan (2)

variasi bahan bacaan.

1.6 Definisi Operasional

Adapun definisi yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Program jam baca adalah program jam wajib baca bagi siswa untuk

meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa yang dilaksanakan di

luar jam sekolah satu kali dalam seminggu selama 60 menit dengan indikator

kegiatan meliputi: persiapan selama 10 menit, proses membaca secara

individual selama 25 menit, pengisian jurnal membaca secara individual

selama 15 menit, dan proses mengemukakan komentar tentang hasil bacaan

selama 10 menit.

(2) Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengkritisi

suatu bahan bacaan dengan waktu 25 menit yang dilaksanakan dengan cara

membandingkan gagasan dalam bacaan dengan pengetahuan yang dimiliki,

menganalisis keakuratan dan kesesuaian, serta menarik kesimpulan atas

kelebihan atau kekurangan dalam unsur bahan bacaan.

(3) Minat membaca adalah suatu keinginan yang kuat disertai usaha-usaha untuk

membaca yang diwujudkan melalui indikator frekuensi membaca dan jumlah

variasi bahan bacaan yang tinggi.


26

(4) Kemampuan membaca adalah kecakapan siswa dalam melakukan kegiatan

membaca yang diukur melalui indikator meliputi: (1) mampu menulis

identitas buku, (2) mampu menuliskan ringkasan, (3) mampu memberi

komentar serta alasan yang sesuai, dan (4) mampu menuliskan kutipan dari

bacaan yang sesuai dengan bagian yang dikomentari.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan disajikan tinjauan membaca, tinjauan minat membaca,

dan tinjauan program jam baca. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

2.1 Tinjauan Membaca

Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan

satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987:5),

sedangkan menurut Soedarso (2004:4), membaca adalah aktivitas yang kompleks

dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang

harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat.

Membaca dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Selain itu, membaca

merupakan suatu aktivitas yang memiliki banyak manfaat. Melalui membaca,

seseorang diharapkan antara lain sebagai berikut, (1) memperoleh informasi dan

tanggapan yang tepat, (2) mencari sumber, menyimpulkan, menjaring, dan menyerpa

informasi dari bacaan, dan (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan

mengambil manfaat dari bacaan (Syafi’ie, 1993:2). Pendapat lain dikemukakan oleh

Rahim (2001:163) yang menyatakan bahwa membaca meliputi informasi tekstual

yang dihubungkan dengan istilah skemata menunjukkan kelompok konsep yang

27
28

tersusun dalam otak seseorang yang berhubungan dengan objek-objek, tempat-

tempat, tindakan-tindakn atau peristiwa-peristiwa.

Membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan

manusia sepanjang masa karena pertama, membaca itu merupakan satu alat

komunikasi yang amat diperlukan dalam suatu masyarakat berbudaya, kedua bahwa

bahan bacaan yang dihasilkan dalam setiap kurun waktu zaman dalam sejarah

sebahagian besar dipengaruhi oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang, dan

ketiga bahwa sepanjang masa sejarah terekam. Oleh karena itu, dengan membaca

dapat diketahui sejarah suatu bangsa, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa

waktu lampau, maupun waktu sekarang di tempat lain, atau berbagai cerita yang

menarik tentang masalah kehidupan di dunia ini (Munaf, 2002:241).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah salah satu dari kemampuan berbahasa yang memiliki banyak

manfaat yang bersifat kompleks dan rumit dengan tujuan memperoleh pemahaman

yang bersifat menyeluruh.

2.1.1 Tujuan Membaca

Suatu kegiatan yang akan dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan.

Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum

melakukannya. Tujuan dalam membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan

diperoleh oleh pembaca.

Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda. Penentuan tujuan

tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing. Berdasarkan pendapat


29

Rahim (2008:11), adapun macam-macam tujuan membaca yaitu: (1) kesenangan; (2)

menyempurnakan membaca nyaring; (3) menggunakan strategi tertentu; (4)

memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; (5) mengaitkan informasi yang

baru dengan informasi yang telah diketahuinya; (6) memperoleh informasi untuk

laporan lisan atau tertulis; (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; (8)

menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari

suatu teks dalam cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; (9) menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

2.1.2 Faktor-Faktor dalam Membaca

Menurut Pandawa, dkk (2009) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

proses pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor kognitif, 2) faktor afektif,

3) faktor teks bacaan,dan 4) faktor penguasaan bahasa. Faktor yang pertama berkaitan

dengan pengetahuan, pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir)

seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional, sikap, dan situasi.

Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran dan keterbacaan suatu bacaan yang

dipengaruhi oleh pilihan kata, struktur, isi bacaan, dan penggunaan bahasanya.

Selanjutnya faktor terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang

berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan unsur-unsur

kewacanaan.

2.1.3 Kemampuan Membaca

Menurut Tampubolon (1987:7), kemampun membaca ialah kecepatan

membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Siswa yang memiliki kemampuan
30

membaca yang memadai akan mampu menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan

(Syamsi dan Kusmiyatun, 2006:219-220). Ia juga menyimpulkan bahwa berdasarkan

temuan lapangan, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya

kemampuan membaca pemahaman siswa. faktor penyebab tersebut dapat

digolongkan dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang

ada dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah dari luar diri siswa.

faktor internal dapat berupa motivasi, semangat, kemampuan dan lainnya, sedangkan

faktor eksternal dapat berupa guru, model belajar, pendekatan dan teknik belajar,

media, sarana, dan sebagainya.

2.1.4 Hakikat Membaca Pemahaman

Menurut Syamsi dan Kusmiyatun (2006:219-220), membaca komprehensif

atau membaca pemahaman adalah membaca yang ditujukan untuk memahami bacaan

sesuai kebutuhan dan harapan penulisnya. Selain itu, Faris menyatakan bahwa

membaca pemahaman terdiri atas tiga bagian, yakni (1) suatu proses konstruktif dan

aktif; (2) suatu proses berpikir sebelum, selama, dan sesudah membaca; dan (3) suatu

interaksi antara pembaca, teks, dan konteks (Runtu:2004).

Menurut Burns yang dikemukakan oleh Runtu (2004) membaca pemahaman

ada beberapa jenis pemahaman yang dapat diperoleh pembaca, yaitu meliputi (1)

pemahaman literal, yakni jenis pemahaman yang paling dasar, dan (2) pemahaman

tingkat tinggi, yang mencakup (a) pemahaman interpretatif, (b) pemahaman kritis,

dan (3) pemahaman kreatif.

(a) Pemahaman Literal


31

Pemahaman literal adalah pemahaman yang diperoleh dengan membaca apa yang

dinyatakan secara langsung dalam teks bacaan. Khususnya, bagian dari paragraf

atau bab yang dinyatakan secara eksplisit yang memuat informasi dasar, seperti

rincian yang mendukung gagasan utama hubungan sebab akibat, inferensi, dan

sebagainya. Untuk menemukan rincian-rincian tersebut secara efektif, dapat

digunakan pertanyaan dengan kata tanya: apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana,

dan mengapa.

(b) Pemahaman tingkat tinggi

Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman yang melebihi pemahaman literal-

teks. Pemahaman literal-teks didasarkan pada proses berpikir tingkat tinggi,

seperti menginterpretasi, menganalisis, dan mensintesis informasi.

Membaca interpretatif adalah membaca antarbaris untuk memperoleh inferensi.

Membaca interpretatif meliputi pembuatan simpulan, misalnya tentang gagasan

utama, hubungan sebab akibat, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan

pengarang menulis bacaan.

Membaca kritis adalah membaca mengevaluasi materi tertulis, yakni

membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar yang

diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan urutan

waktu, pembaca kritis harus menjadi pembaca aktif bertanya, meneliti fakta-

fakta, dan menggantungkan penilaian sampai ia mempertimbangkan semua

materi.

(c) Membaca kreatif adalah membaca yang berusaha mencari makna di balik materi

yang dinyatakan oleh penulis. Seperti halnya membaca kritis, membaca kreatif
32

menuntut pembaca untuk berpikir ketika mereka membaca dan menuntut mereka

menggunakan imajinasi mereka. Dengan membaca seperti itu, pembaca akan

menghasilkan gagasan-gagasan baru.

2.1.5 Pembelajaran Membaca

Pembelajaran adalah sesuatu kegiatan yang sangat kompleks karena adanya

interaksi pada semua komponen pembelajaran yaitu interaksi antara siswa dengan

guru, interaksi siswa dengan media, interaksi siswa dengan siswa lainnya. Dalam

proses pembelajaran semua unsur penunjang perlu diperhatikan, yaitu materi, metode

pembelajaran, sumber, media, alat penilaian, dan instrumen penilaian.

Kompleksitas dalam kegiatan pembelajaran juga terdapat pada pembelajaran

membaca. Pembelajaran membaca harus memperhatikan kebiasaan cara berfikir

teratur dan baik. Hal ini disebabkan membaca sebagai proses yang sangat kompleks

dengan melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi, seperti ingatan, pemikiran,

daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah (Iskandarwassid,

2009:264).

Pembelajaran membaca tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran.

Pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia

yang diarahkan untuk mengembangkan kompetensi membaca. Dengan demikian,

pembelajaran membaca dapat dilakukan terpadu dengan pembelajaran keterampilan

berbahasa lainnya. Kemampuan yang disampaikan dalam pembelajaran membaca

adalah kemampuan berbahasa dan bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam
33

pembelajaran membaca bisa berupa wacana sastra maupun nonsastra (Depdiknas,

2009).

2.2 Minat Membaca

Secara operasional, Hasanah, dkk (2011:34) menyatakan bahwa minat baca

merupakan hasrat yang kuat seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan

lewat perilaku membacanya. Minat menentukan kegiatan dan frekuensi membaca,

mendorong pembaca untuk memilih jenis bacaan yang dibaca, menentukan tingkat

partisipasi di kelas dalam mengerjakan tugas, bertanya-jawab, dan kesanggupan

membaca di luar kelas. Selain itu, Lilawati juga mengartikan minat membaca adalah

suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap

kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya

sendiri (Sandjaya, 2005).

Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan

manfaat membaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku yang dibaca anak.

Sedangkan menurut Sinambela yang dikutip oleh Sandjaya (2005) bahwa minat

membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap

aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca

meeliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca, dan kesadaran akan menfaat

membaca.

Menurut Hernowo (2002:68), kebiasaan membaca bersifat individual, tidak

bisa disamaratakan. Namun, kebiasaan yang baik adalah kebiasaan yang terprogram
34

atau terencana. Hal-hal yang berkaitan dengan masalah kebiasaan membaca adalah

sebagai berikut.

Waktu membaca

Membaca kapan saja dan di mana saja belum menjadi budaya masyarakat

Indonesia. Masyarakat indonesia lebih suka berbicara dan menyimak dibanding

membaca dan menulis sehingga menganggap tidak terlalu penting untuk

mengalokasikan waktu untuk membaca.

Sebenarnya alokasi jam baca tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Cukup

45 menit dalam seminggu untuk membaca apa saja yang menarik minatnya untuk

membaca.

Frekuensi membaca

Frekunsi membaca tiap orang berbeda. Hal tersebut tergantung pada minat

seseorang dalam membaca dan kepentingan tertentu yang mendasari orang

membaca. Seseorang bisa saja membaca tiga kali sehari rutin dalam seminggu,

bisa juga seseorang membaca hanya sekali setahun ketika ia berada dalam keadaan

yang mengharuskan ia harus membaca.

Sikap membaca

Adapun sikap-sikap dalam membaca adalah sebagai berikut.

1) Sabar

Kesabaran diperlukan saat membaca karena bila tergesa-gesa dalam memaknai

suatu gagasan, bisa jadi kesimpulan yang didapt akan salah.

2) Telaten
35

Ketelatenan mengambil makna-makna yang tersebar di sepanjang halaman buku

kemudian mengumpulkan dan menghimpunnya kembali amat diperlukan karena

kalau tidak, akan banyak gagasan hilang.

3) Tekun

Ketekunan diperlukan untuk membantu kita menyisir himpunan kata, kalimat,

alinea, bab, dan bagian demi bagian yang menyimpan gagasan pokok dan hal-hal

penting yang perli diperhatikan.

4) Gigih

Kegigihan akan mendorong seseorang untuk mengulang lebih dari sekali bahan

bacaan yang belum dipahaminya.

5) Sungguh-sungguh

Kesungguhan dalam menemukan makna dan memahami maksud penulis sangat

penting dalam proses membaca.

2.2.1 Faktor-faktor yang Menentukan Minat Baca Anak

Minat membaca seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut

Hasanah, dkk (2011:54), minat baca dipengaruhi oleh aspek-aspek internal yang

menyebabkan tumbuhnya motivasi intrinsik dan aspek-aspek eksternal yang berkaitan

dengan motivasi ekstrinsik. Unsur eksternal berkaitan dengan: tingkat sosial

pembaca, karakteristik bacaan itu sendiri, asal-usul tempat tinggal pembaca.

Pendapatt tersebut serupa dengan pendapat Purves dan Beach yang dikutip oleh

Sandjaya (2005) yang menyatakn bahwa ada dua kelompok besar faktor yang
36

mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor personal dan faktor institusional

yang dijabarkan sebagai berikut.

Faktor Personal

Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi

usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan

psikologis.

Faktor institusional

Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu meliputi

ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi

orang tua dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru, dan teman

sebaya.

2.3 Tinjauan Program Jam Baca

Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak manfaat bagi

pembacanya. Namun, tidak semua orang memiliki kesadaran akan manfaat membaca.

Bagi orang-orang yang memiliki kesadaran tersebut pada umumnya memiliki jam

baca. Jam baca merupakan waktu yang secara khusus digunakan oleh seorang

pembaca untuk membaca dengan tujuan tertentu. Setiap pembaca memiliki alokasi

dan frekuensi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya.

Program jam baca adalah suatu program khusus yang sengaja diselenggarakan

untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa dengan memanfaatkan

perpustakaan sekolah di luar jam pelajaran. Program ini bertujuan meningkatkan

minat dan kemampuan membaca siswa dengan pembiasaan siswa untuk membaca
37

secara rutin di perpustakaan. Dengan begitu siswa akan dilatih untuk gemar membaca

dengan adanya motivasi-motivasi akan pentingnya kegiatan membaca pada saat

program jam baca.

Program jam baca memberikan banyak keuntungan, terutama pada siswa.

Adapun kelebihan dari penerapan program jam baca ini adalah mampu fasilitas

sekolah yaitu perpustakaan sesuai dengan tujuannya, biaya yang diperlukan tidak

terlalu besar karena dalam penerapannya buku-buku di perpustakaan sebagai alatnya,

siswa dapat menjalani program dengan santai karena tidak termasuk dalam kurikulum

yang menuntut nilai, dan tidak mengganggu jam pelajaran karena dilakukan seusai

jam pelajaran. Namun, dalam penerapan program ini juga memiliki kelemahan yaitu

untuk keberhasilan program ini juga menuntut ditingkatkannya fasilitas perpustakaan

sekolah dan koleksi bukunya agar siswa lebih tertarik untuk membaca di

perpustakaan. Kenyamanan siswa dalam membaca merupakan perhatian penting.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan

rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bersifat kualitatif karena

perolehannya yang berupa data verbal secara potensial dapat memberikan makna

dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh peneliti sesuai dengan

model Kemmis dan McTaggart, secara garis besar, siklus alur penelitian PTK

adalah sebagai berikut (Sukarnyana, 2002:31—32).

(1) Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah yang hendak

dipecahkan dan hipotesis yang diajukan. Secara operasional dapat dinyatakan

bahwa rencana tindakan perlu disusun untuk menguji secara empirik

ketetapan hipotesis tindakan yang diajukan.

(2) Pelaksanaan tindakan

Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan atas

pertimbangan teoretis dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa

peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. Selain itu, tindakan

dilaksanakan sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan kurikulum dan

aktivitas belajar mengajar di kelas.

38
39

(3) Observasi

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam PTK dapat disejajarkan

kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal.

Observasi dipandang sebagai teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan

data tentang proses kegiatan.

(4) Refleksi

Pada dasarnya, refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan

eksplanasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan

tindakan. Setiap informasi yang didapat hendaknya dikaji dan dipahami

bersama (peneliti dan pihak lain). Informasi yang terkumpul perlu diurai dan

dicari kaitan antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan

pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian

yang relevan.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan minat dan

kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP negeri 1 Puri Mojokerto.

Diharapkan setelah diterapkannya program jam baca, minat dan kemampuan

membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Puri akan meningkat. Selain itu,

diharapkan perpustakaan sekolah dapat berfungsi lebih maksimal.

3.2 Peranan Peneliti

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berperan sebagai perencana

pelaksanaan dan pemberi tindakan program jam baca. Sebagai perencana peneliti

berperan: (1) perencana tindakan melalui pembuatan RPP sebelum pelaksanaan

program jam baca dan pembuatan instrumen yang dibutuhkan berkaitan dengan

penelitian terhadap proses dan hasil program jam baca, (2) pengumpul data
40

berkaitan dengan proses program jam baca dalam peningkatan minat baca siswa

dan hasil program jam baca dalam peningkatan minat dan kemampuan baca siswa,

(3) penganalisis data hasil yang didapat dari penerapan program jam baca, angket,

wawancara, dan jurnal baca. dan (4) pelapor hasil penelitian berkaitan dengan

proses dan hasil pelaksanaan program jam baca.

Sebagai pemberi tindakan peneliti berperan: (1) penentu sumber bahan

bacaan dalam pelaksanaan program jam baca bagi siswa, (2) pemberi tindakan

dalam memberi pengarahan, perintah, dan bimbingan terhadap siswa dalam

pelaksanaan program jam baca, dan (3) pengamat situasi dan sikap siswa pada

saat pelaksanaan program jam baca.

3.3 Kancah Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Puri di Jalan Raya Tangunan

nomor 02 Puri, Mojokerto. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti, didapatkan informasi bahwa sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak

697 orang, yang terdiri atas 254 orang siswa kelas VII, 226 orang siswa kelas

VIII, dan 217 orang siswa kelas IX yang sedangkan jumlah guru sebanyak 44

orang.

SMP Puri ini juga dilengkapi oleh beberapa fasilitas antara lain yaitu

laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium fisika, laboratorium

biologi, perpustakaan, musala, UKS, ruang keterampilan, koperasi siswa, ruang

OSIS, ruang serba guna, ruang BP, dan kantin sekolah. Selain pendidikan

akademik, pendidikan siswa dapat ditunjang dengan kemampuan non akademik

dengan disediakan beberapa ekstrakurikuler, yaitu basket, pramuka, PMR, voli,

sepak bola, musik, dan tari.


41

Perpustakaan yang dimiliki oleh SMP Negeri 1 Puri merupakan fasilitas

sekolah yang dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang menunjang kebutuhan siswa

agar merasa nyama berada di perpustakaan. Adapun fasilitas tersebut antara lain, 8

kursi panjang, 4 meja panjang, kipas angin, televisi, peta, globe, majalah, koran,

dan jam dinding.

Begitu pula dengan koleksi buku yang terdapat di perpustakaan, ada

berbagai macam jenis buku dengan jumlah yang cukup banyak. Adapun jenis dan

jumlah buku yang dimiliki yaitu: 68 judul buku karya umum dengan jumlah

sebanyak 234, 12 judul buku filsafat dengan jumlah sebanyak 26, 130 judul buku

agama dengan jumlah sebanyak 681, 216 judul buku ilmu pengetahuan sosial

dengan jumlah sebanyak 456, 84 judul buku bahasa dengan jumlah sebanyak 179,

167 judul buku ilmu penegetahuan murni dengan jumlah sebanyak 277, 257 judul

buku teknologi dengan jumlah sebanyak 463, 61 judul buku seni, olahraga dan

hiburan dengan jumlah sebanyak 152, 457 judul buku kesusastraan dengan jumlah

sebanyak 791, 111 judul buku ilmu bumi dan sejarah dengan jumlah sebanyak

314, 780 judul buku fiksi dengan jumlah sebanyak 1565, dan 130 judul buku

referensi dengan jumlah sebanyak 285.

Pemilihan SMP Negeri 1 Puri sebagai lokasi penelitian karena sekolah ini

dianggap memenuhi sebagian besar persyaratan sebagai lokasi penelitian. Adapun

alasannya adalah sebagai berikut.

(1) SMP Negeri 1 Puri memiliki perpustakaan dengan koleksi buku yang cukup

banyak dan terdapat penambahan jumlah buku. Namun, minat dan

kemampuan membaca siswanya rendah.


42

(2) SMP Negeri 1 Puri terletak di daerah pedesaan yang masih berkembang.

Dengan membaca, siswa dapat memperoleh informasi tentang ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga siswa dapat mengikuti perkembangan

IPTEK dengan baik.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Puri,

Mojokerto. Subjek penelitian ini adalah 25 siswa dengan rincian 10 orang siswa

berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang siswa berjenis kelamin perempuan tahun

pelajaran 2011/2012.

3.5 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa data verbal. Adapun data tersebut yaitu

data proses penerapan jam baca yang bersumber dari kegiatan jam baca. Data

tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 1. Data verbal lain berupa data

hasil program jam baca dalam meningkatankan kemampuan membaca yang

bersumber dari hasil kajian jurnal baca yang dikerjakan oleh siswa. Data tersebut

untuk menjawab rumusan masalah nomor 2. Sedangkan, data untuk menjawab

rumusan masalah nomor 3 berupa data hasil program jam baca dalam

meningkatkan minat membaca yang bersumber dari kajian hasil angket siswa dan

wawancara terhadap pengelola perpustakaan.

Sumber data penelitian ini adalah subjek, responden, dan informan. Dalam

penelitian ini, siswa menjadi subjek utama karena siswa yang melaksanakan

program jam baca dan siswa pula yang mengikuti tindakan yang telah dilakukan

oleh peneliti. Responden dalam penelitian ini adalah siswa dan pengelola
43

perpustakaan karena siswa dan guru merespon pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti dalam bentuk kuesioner dan wawancara untuk mengetahui

minat dan kegemaran membaca siswa serta pendapat tentang penerapan program

jam baca tersebut, sedangkan informan dalam penelitian ini adalah guru dan

petugas perpustakaan. Guru dan petugas perpustakaan sebagai pemberi informasi

awal yang dibutuhkan peneliti sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, yaitu

tentang kondisi sekolah (jumlah siswa dan fasilitas sekolah) dan kondisi

perpustakaan sekolah.

3.6 Rancangan Tindakan

Sebelum pelaksanaan tindakan Program jam baca, peneliti dan guru

menyusun rencana kegiatan jam baca. Adapun perencanaan kegiatan jam baca

meliputi (1) tujuan kegiatan, (2) menentukan materi, (3) menentukan langkah-

langkah, dan (4) menentukan dan menyusun alat tes hasil.

Adapun tujuan kegiatan program jam baca pada siklus pertama meliputi:

(1) meningkatkan minat membaca siswa dengan indikator peningkatan frekuensi

membaca siswa dan variasi bahan bacaan siswa dan (2) meningkatkan

kemampuan membaca siswa dengan indikator meliputi: (a) siswa mampu memilih

buku cerita, (b) siswa mampu memahami isi buku cerita, (c) siswa mampu

menuliskan identitas buku cerita, (d) siswa mampu menuliskan ringkasan cerita

yang dibaca, (e) siswa mampu memberikan komentar dengan kalimat yang tepat,

(f) siswa mampu memberikan alasan dari komentar yang diberikan, dan (g) siswa

mampu menuliskan kutipan dari bagian cerita yang dikomentari.

Pada siklus 1 materi yang akan diberikan pada siswa untuk meningkatkan

kemampuan membaca siswa yaitu meliputi: (1) unsur intrinsik dalam cerita, (2)
44

langkah-langkah menulis identitas buku cerita, (3) langkah-langkah menulis

ringkasan cerita, (4) langkah-langkah dan contoh menuliskan komentar terhadap

cerita yang dibaca, dan (5) cara menuliskan kutipan dari bagian yang dikomentari.

Berdasarkan hasil diskusi peneliti dan guru diperoleh hasil penentuan

langkah-langkah dalam pelaksanaan program jam baca siklus 1. Adapun langkah-

langkah tersebut meliputi 4 tahapan yaitu (1) tahap praprogram, (2) tahap awal

program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Dalam tahapan-

tahapan tersebut terdapat beberapa kegiatan dalam pelaksanaannya.

Kegiatan pada praprogram yaitu (1) pengarahan siswa untuk menempati

tempat duduk masing-masing, dan (2) pengarahan siswa untuk persiapan

mengikuti pelaksanaan program jam baca. Pada tahap kegiatan awal program

terdapat beberapa kegiatan meliputi (1) apersepsi dan (2) pengarahan pelaksanaan

program, sedangkan pada kegiatan inti program diisi oleh beberapa kegiatan

antara lain (1) penjelasan materi, (2) pemilihan bahan bacaan, (3) membaca buku

cerita, (4) mengisi jurnal membaca, (5) membacakan komentar di depan kelas,

dan (6) siswa lain menanggapi komentar milik teman. Pada tahapan terakhir,

penutup program, diisi oleh kegiatan pengungkapan kesan oleh siswa dan

pemberian motivasi oleh guru kepada siswa.

Pada perencanaan ini juga disusun alat tes untuk mengetahui keberhasilan

pelaksanaan program jam baca. Alat tes tersebut dibagi menjadi tiga yaitu untuk

mengetahui proses program jam baca, hasil minat baca, dan hasil kemampuan

membaca siswa. Proses program jam baca akan diukur menggunakan pedoman

observasi. Hasil minat baca diukur menggunakan angket yang diberikan pada
45

siswa, sedangkan hasil kemampuan membaca siswa akan diukur menggunakan

jurnal membaca.

Program jam baca siklus 1 ini diadakan pada hari Sabtu, 26 Nopember

2011 dengan alokasi waktu 60 menit. Kegiatan program ini akan dilaksanakan di

perpustakaan SMP Negeri 01 Puri. Peneliti akan berperan sebagai pelaksana dan

pemberi tindakan dalam program ini.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara menggunakan instrumen

pengumpul data yaitu peneliti sebagai instrumen utama. Peneliti bertindak sebagai

pengumpul data melalui teknik observasi, teknik wawancara, teknik kuesioner,

dan jurnal membaca. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjawab

rumusan masalah pada penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman

wawancara, angket, dan jurnal membaca.

3.7.1 Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dan sekaligus

berpartisipasi dalam suasana dan latar perpustakaan ketika kegiatan program jam

baca berlangsung. Dengan berpedoman pada lembar pedoman observasi, peneliti

mengamati apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan program jam baca.

Instrumen pedoman observasi digunakan untuk menjawab rumusan masalah

nomor 1, dengan hasil data berupa proses penerapan program jam baca dalam

peningkatan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 1 Puri.

Dalam teknik ini terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan program

jam baca yang hendak diamati, yaitu (1) praprogram, (2) kegiatan awal program,
46

(3) kegiatan inti program , dan (4) kegiatan penutup program. Dalam empat

tahapan tersebut memiliki indikator yang berbeda.

Pada tahapan praprogram peneliti mengamati aspek kesiapan siswa

sebelum dimulainya program. Pada tahapan awal program indikator yang diamati

adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi dan sikap siswa

saat dijelaskan pengarahan. Sedangkan, pada tahapan inti program indikator yang

diamati meliputi: (1) perhatian siswa ketika materi dijelaskan, (2) sikap tertib

siswa dalam memilih bahan bacaan, (3) sikap membaca siswa dengan seksama,

(4) kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan saat kesulitan, (5) sikap

siswa ketika mengisi jurnal, (6) kemampuan siswa mengemukakan komentar dan

alasan, dan (7) keaktifan siswa mengemukakan tanggapan terhadap komentar

teman. Selain itu, pada tahapan ini juga terdapat dua aspek lagi yang diamati yaitu

penilaian proses dan hasil belajar serta penggunaan bahasa siswa.

Pada tahapan penutup program, indikator yang diamati oleh peneliti yaitu

keaktifan siswa mengungkapkan kesan dan kesulitan yang dialami serta antusias

siswa dalam memperhatikan motivasi membaca yang diberikan.

3.7.2 Wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti yang digunakan untuk mengetahui

minat membaca siswa sebelum program jam baca. Wawancara dilakukan kepada

pengelola perpustakaaan yang mengetahui minat membaca siswa secara langsung

berdasarkan hasil presensi siswa dan peminjaman buku di perpustakaan. Teknik

tersebut dilakukan bedasarkan pada pedoman wawancara. Instrumen yang

digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 3 adalah wawancara untuk


47

mengetahui hasil penerapan program jam baca dalam peningkatan minat membaca

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Puri.

Adapun indikator yang diamati melalui wawancara terhadap pengelola

perpustakaan untuk mengetahui minat membaca siswa meliputi: (1) kondisi minat

baca siswa di perpustakaan sekolah, (2) frekuensi kedatangan siswa ke

perpustakaan sekolah, (3) jenis buku yang sering dibaca oleh siswa, (4) siswa

lebih memilih membaca di perpustakaan atau dipinjam untuk dibawa pulang, (5)

adakah kebijakan lain sebelum program jam baca untuk meningkatkan minat

baca, (6) kebijakan apa yang telah dilakukan, dan (7) hasil perkembangan minat

membaca siswa dari kebijakan yang telah dilakukan.

3.7.3 Angket

Salah satu media untuk mengumpulkan data dalam penelitian pendidikan

maupun penelitian sosial yang paling popular digunakan adalah angket.

Angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

(Arikunto, 2009:151). Dengan demikian, angket merupakan daftar pertanyaan

yang diberikan kepada orang lain yang untuk kepentingan penelitian.

Angket digunakan oleh peneliti untuk mengetahui peningkatan minat baca

siswa sebelum dan sesudah penerapan program jam baca sekolah. Instrumen

tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 3.

Adapun aspek yang dikumpulkan melalui angket yang diberikan kepada

siswa meliputi (1) minat membaca siswa, (2) alasan siswa suka membaca, (3)

alasan siswa tidak suka membaca, (4) pemberi motivasi mereka untuk membaca,

(5) minat berkunjung ke perpustakaan, (6) kegiatan yang dilakukan siswa di


48

perpustakaan, (7) alasan siswa tidak suka berkunjung ke perpustakaan, (8)

frekuensi siswa berkunjung ke perpustakaan dalam seminggu, (9) jenis buku yang

sering dibaca siswa, (10) frekuensi peminjaman buku di perpustakaan, (11) jenis

buku yang terakhir dibaca siswa, (12) jenis buku yang terakhir dipinjam siswa,

(13) kebiasaan membaca siswa, (14) tempat yang digunakan untuk melakukan

kebiasaan membaca, dan (15) alasan siswa tidak mempunyai kebiasaan membaca.

3.7.4 Jurnal Membaca

Jurnal membaca digunakan untuk mengetahui hasil kemampuan

kompetensi membaca kritis siswa sebelum dan sesudah penerapan program jam

baca, sehingga dapat diketahui adanya peningkatan yang terjadi atau tidak. Teknik

tersebut untuk menjawab rumusan masalah nomor 2. Teknik ini berpedoman pada

pedoman jurnal membaca.

Adapun kemampuan membaca siswa yang diteliti adalah kemampuan

membaca pemahaman yang berfokus pada kemampuan membaca kritis. Indikator-

indikator yang dinilai meliputi: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2)

kemampuan siswa menulis ringkasan bahan bacaan, (3) kemampuan siswa

memilih aspek dari bahan bacaan yang akan dikomentari, (4) kemampuan siswa

menuliskan komentar serta alasan, dan (5) kemampuan siswa menuliskan kutipan

pendukung dalam bahan bacaan sesuai yang dikomentari.

3.8 Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi

Adapun analisis data, evaluasi, dan refleksi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.
49

3.8.1 Analisis Data

Analisis data sangat berguna untuk mendukung pemecahan masalah yang

telah dirumuskan sebelum pelaksanaan program jam baca. Untuk pelaksanaan

analisis data secara lebih konkrit, peneliti menganalisa data didapat dari teknik

pengumpulan data.

Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah memeriksa ulang apakah

seluruh informasi yang diperlukan dalam wawancara, angket, observasi, dan

jurnal membaca sebelum pelaksanaan program jam baca. Analisis hasil jurnal

membaca yang diisi siswa menggunakan kualifikasi yang telah ditetapkan oleh

peneliti. kualifikasi tersebut yang merujuk pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.1 Kualifikasi Minat Baca pada Program Jam Baca

Frekuensi Membaca Kualifikasi Membaca


1-2 kali/minggu Rendah
3-4 kali/minggu Sedang
5-6 kali/minggu Tinggi

Data yang telah didapat tersebut akan disesuaikan hasilnya satu sama lain.

Apabila data tersebut tidak sesuai, peneliti harus merefleksi dimana sumber

kesalahan itu.

3.8.2 Evaluasi

Dalam pelaksanaan program jam baca, yang perlu dievaluasi peneliti

adalah sebagai berikut.

(1) Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program jam baca

(2) Kelemahan program jam baca

(3) Perkembangan hasil kemampuan membaca siswa

(4) Perencanaan ke siklus selanjutnya.


50

3.8.3 Refleksi

Refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai proses dan hasil yang

dicapai sebagai akibat dari pelaksanaan program jam baca yang dilakukan. Tahap

refleksi yaitu menganalisis, mensintesis, memaknai, menjelaskan, dan

menyimpulkan hasil dari pelaksanaan. Refleksi selalu diadakan setiap akhir

kegiatan program jam baca di setiap siklus. Hasil refleksi dapat digunakan sebagai

pedoman untuk perbaikan dalam pelaksanaan program jam baca siklus

selanjutnya.

3.9 Prosedur Penelitian

Secara rinci tahapan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

(1) Perencanaan dan persiapan

Dalam tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu:

(a) mengidentifikasi masalah minat dan kemampuan membaca siswa.

(b) merumuskan masalah peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa

melalui penerapan program jam baca.

(c) menyusun rencana pelaksanaan program jam baca.

Identifikasi masalah dilakukan berdasarkan hasil observasi peneliti

terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil identifikasi masalah

kemudian peneliti merumuskannya menjadi rumusan masalah. Masalah tersebut

akan ditindaklanjuti dengan diawali penyusunan rencana tindakan yang

diwujudkan dalam bentuk RPP.

Pengidentifikasian masalah dilakukan dengan studi pendahuluan di

sekolah yang akan diteliti. Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 30

September 2011 pukul 07.00 WIB. Teknik yang digunakan yakni wawancara,
51

penyebaran kuesioner, dan uji kompetensi awal (pretest) untuk mengetahui minat

dan kemampuan membaca siswa kelas VIIE di SMP Negeri 1 Puri. Pihak yang

diwawancara yaitu pengelola perpustakaan SMP Negeri 1 Puri, sedangkan

penyebaran kuesioner dan uji kompetensi awal diberikan kepada siswa.

Kuesioner yang diberikan kepada siswa berisi tentang pertanyaan untuk

mengetahui minat membaca siswa. Rincian panduan pertanyaan pada kuesioner

terdapat 15 soal. Untuk mengetahui kemampuan membaca siswa sebelum

pelaksanaan program jam baca, peneliti melakukan pretest dengan memberikan

soal sesuai KD 7.1 yaitu mengomentari buku cerita yang dibaca. Dalam uji

kompetensi tersebut akan diketahui kemampuan membaca kritis siswa dengan

indikator meliputi kemampuan meringkas bahan bacaan, kemampuan memberikan

komentar dan alasan, serta menuliskan kutipan dari bagian yang dikomentari

tersebut. Pada tahapan pertest ini, peneliti memberikan bahan bacaan yang

berjudul “Si Tanduk Panjang” yang berasal dari buku “Kumpulan Cerita Rakyat

Nusantara”.

Dengan melaksanakan studi pendahuluan ini, peneliti mengetahui bahwa

terdapat permasalahan pada minat dan kemampuan membaca siswa yang rendah.

Maka, dari permasalahan tersebut peneliti merumuskan masalah yang dihadapi

untuk diteliti.

(2) Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan peneliti dengan rencana yang tertulis,

termasuk memuat prinsip-prinsip pendekatan proses yang diimplementasikan

melalui kegiatan proses kegiatan jam baca.


52

Pada tahap ini, praktisi melaksanakan program jam baca sesuai

perencanaan yang telah disusun. Kegiatan berlangsung 60 menit diadakan setelah

jam pelajaran sekolah usai. Langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan

meliputi hal-hal sebagai berikut.

(a) Praktisi melaksanakan program jam baca sesuai perencanaan yang telah

disiapkan sebelumnya.

(b) Selama kegiatan program jam baca berlangsung dilakukan pengamatan

secara sistematis, cermat, dan objektif.

(c) Melaksanakan penilaian terhadap minat dan kemampuan membaca siswa

sebagai hasil dari program jam baca. Kemudian dilakukan refleksi untuk

dijadikan sebagai tindak lanjut perbaikan dan penyempurnaan pada

pelaksanaan selanjutnya.

(3) Observasi atau pengamatan

Pada waktu kegiatan program jam baca berlangsung, peneliti melakukan

pengamatan dengan mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan format observasi

atau pengamatan yang telah disusun, termasuk pelaksanaan skenario tindakan

serta dampak terhadap proses dan hasil kegiatan siswa dengan menggunakan

instrumen berupa lembar observasi atau pengamatan.

Hasil dari pengamatan ini dapat bermanfaat untuk pengambil keputusan

apakah tindakan yang dilakukan sudah tepat atau perlu diadakan perbaikan.

(4) Refleksi

Kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam tahap refleksi meliputi: (1)

merefleksi tindakan (program jam baca) yang telah dilakukan, (2) menyusun
53

rencana selajutnya. Dalam merefleksi tindakan dibahas mengenai kekurangan

yang terjadi pada saat tindakan dan dilakukan revisi rencana. Temuan-temuan

tersebut akan dibawa dan diperbaiki pada siklus berikutnya hingga hasil persiapan

sampai refleksi tidak menampakkan adanya kelemahan-kelemahan atau

kekurangan-kekurangan maka kegiatan penelitian selesai atau tujuan peningkatan

minat dan kemampuan membaca siswa telah dicapai.


54

BAB IV

PAPARAN DAN TEMUAN DATA

Pada bab ini diuraikan tentang paparan data dan temuan penelitian proses

penerapan program jam baca untuk meningkatkan minat dan kemampuan

membaca yang meliputi (1) studi pendahuluan, (2) paparan data dan temuan siklus

1, dan (3) paparan data dan temun siklus 2. Uraian tersebut adalah sebagai berikut.

4.1 Studi Pendahuluan

Sebelum tindakan program jam baca, kegiatan studi pendahuluan

dilakukan untuk mengetahui minat dan kemampuan membaca siswa. Hasil

observasi tersebut akan dibandingkan dengan hasil minat dan kemampuan

membaca siswa setelah dilakukan tindakan program jam baca untuk mengetahui

perkembangan dan peningkatannya.

Kegiatan studi pendahuluan dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 30

September 2011 pukul 07.00 WIB. Teknik yang digunakan yakni wawancara,

penyebaran angket , dan jurnal membaca awal untuk mengetahui minat dan

kemampuan membaca siswa kelas VIIE di SMP Negeri 1 Puri. Tahap awal

tindakan studi pendahuluan yang dilakukan adalah wawancara. Wawancara

dilakukan dengan petugas perpustakaan untuk mengetahui minat membaca siswa

SMP Negeri 01 Puri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa

minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri rendah. Hal tersebut ditandai dengan
55

jumlah pengunjung perpustakaan hanya 50 orang/hari, sedangkan jumlah

keseluruhan siswa 697 orang.

Sebelumnya, pihak sekolah dan guru mata pelajaran telah melakukan

kebijakan untuk meningkatkan minat baca siswa. Kebijakan tersebut dilakukan

dengan menambah koleksi buku dan memberi tugas pada siswa dengan

memanfaatkan buku-buku di perpustakaan. Namun, hasil dari kebijakan tersebut

belum mencapai hasil maksimal. Peningkatan minat baca siswa masih rendah

karena jumlah siswa yang membaca di perpustakaan setiap harinya belum

mencapai setengah dari jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 01 Puri.

Selain wawancara, pada tahap studi pendahuluan juga dilakukan

penyebaran angket. Angket tersebut diberikan pada siswa untuk mengetahui minat

membaca. Berdasarkankan hasil penyebaran angket dapat diketahui bahwa minat

baca siswa masih rendah jika dilihat dari frekuensi membacanya dengan

kualifikasi yang telah ditentukan.

Berdasarkan angket yang diberikan pada siswa terbukti bahwa dari 25

siswa, yang memiliki minat baca kategori rendah sebesar 96%. Dari jumlah

tersebut 48% tidak memiliki minat baca dan 48% memiliki minat baca, tetapi

rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca siswa

dikategorikan buruk karena hanya 4% siswa yang memiliki minat baca kategori

sedang. Tidak ada siswa yang memiliki minat baca dengan kategori tinggi. Variasi

bahan bacaan yang dibaca oleh siswa juga cenderung pada buku sastra atau fiksi

saja. Sementara itu, koleksi buku yang terdapat di perpustakaan SMP Negeri 01

Puri bervariasi dan jumlahnya cukup banyak.


56

Selain minat membaca, kegiatan studi pendahuluan juga bertujuan untuk

mengetahui kemampuan membaca siswa. Untuk mengetahui kemampuan

membaca, peneliti memberikan bahan bacaan berupa cerita rakyat yang berjudul

“Si Tanduk Panjang”. Cerita ini diambil dari buku cerita yang berjudul “Cerita

Rakyat Nusantara”.

Pada tahap awal, siswa diminta untuk membaca dengan waktu 25 menit.

Setelah membaca cerita yang diberikan, siswa diminta mengisi jurnal membaca

secara individu. Berdasarkan hasil kerja jurnal membaca pada kegiatan studi

pendahuluan dapat diketahui kemampuan membaca siswa. Dari hasil kerja siswa

dapat diketahui bahwa kemampuan minat baca siswa rendah. Hal tersebut terbukti

dari jumlah siswa yang memperoleh kualifikasi sangat baik hanya 3 siswa (12%),

siswa yang memperoleh kualifikasi baik sebanyak 5 siswa (20%), siswa yang

memperoleh kualifikasi cukup sebanyak 10 siswa (40%). siswa yang memperoleh

kualifikasi kurang sebanyak 2 siswa (8%), dan siswa yang memperoleh kualifikasi

gagal sebanyak 5 siswa (20%). Selain itu,berdasarkan Tabel 4.1 (terlampir) dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 24 %,

sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 76%. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca siswa perlu dilakukan

perbaikan.

Untuk memperbaiki hasil minat dan kemampuan membaca yang rendah

tersebut perlu diadakan program khusus yang terstruktur dan terencana untuk

diikuti oleh siswa guna meningkatkan minat dan kemampuan membaca tersebut.

Program yang sesuai adalah program jam baca. Program ini dilaksanakan setelah

jam pelajaran sekolah berakhir. Alokasi waktu pelaksanaan program ini yaitu
57

selam 60 menit. Pada pelaksanaannya, siswa akan dibimbing oleh guru. Selain itu,

program ini tidak terikat pada nilai sehingga siswa tidak merasa terbebani.

Dengan begitu, secara tidak langsung program ini dapat berdampak positif dalam

peningkatan hasil minat dan kemampuan membaca.

4.2 Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 1

Pada bagian ini dipaparkan tentang (a) proses penerapan program jam baca

siklus 1 dalam peningkatan kemampuan membaca, (b) hasil program jam baca

siklus 1 dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, (c) temuan

penelitian, dan (d) refleksi dan tindak lanjut.

4.2.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca

Tahap praprogram diawali dengan mempersiapkan siswa untuk memulai

program. Pada siklus 1 ini program masih belum dapat berjalan lancar sesuai

rencana karena guru harus mengarahkan siswa untuk berkumpul di perpustakaan.

Siswa belum dapat dikondisikan dengan baik karena masih ada beberapa siswa

yang ke toilet, kantin, atau musala. Keadaan ini mengakibatkan program jam baca

tidak dimulai sesuai jadwal. Di perpustakaan, siswa juga belum siap menerima

pengarahan dan materi dengan baik. Beberapa siswa masih asyik bermain dengan

temannya dan sibuk sendiri. Ada pula siswa yang sibuk berebut tempat duduk

dengan temannya. Oleh karena itu, kondisi tersebut menghambat jalannya

program jam baca.

Pada kegiatan awal program jam baca, guru memberi apersepsi dahulu

untuk memancing konsentrasi siswa dan menggali pemahaman siswa. Guru

memberikan apersepsi terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan


58

pengalaman siswa dalam menulis jurnal membaca, Pada tahap ini siswa sudah

cukup aktif menjawab pertanyaan awal dari guru. Selain itu, guru juga memberi

pengarahan tentang langkah-langkah dalam penerapan program jam baca. Hal

tersebut diberikan agar siswa dapat melaksanakan program sesuai rencana. Pada

tahap ini siswa sudah dapat dikendalikan. Beberapa siswa juga tampak serius

memperhatikan penjelasan dari guru. Namun, siswa lain kurang serius dan tampak

kurang antusias pada materi yang diberikan.

Pada kegiatan inti program, guru memberikan materi kepada siswa tentang

kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Materi tersebut terkait

tentang konsep dan langkah-langkah dalam menulis identitas buku, ringkasan

cerita, komentar serta alasan, dan kutipan bagian yang dikomentari. Pada tahap ini

tidak semua siswa tampak serius memperhatikan. Terdapat beberapa siswa yang

asyik mengobrol dan bermain sendiri.

Selanjutnya, guru meminta siswa memilih buku cerita yang disediakan

sesuai keinginannya masing-masing. Buku cerita yang disediakan terdapat

beberapa pilihan agar siswa bisa memilih bahan bacaan yang diminatinya. Dalam

pemilihan buku tidak ada aturan khusus yang terorganisir sehingga siswa menjadi

tidak tertib dalam memilih buku cerita. Siswa cenderung berebut karena takut

tidak mendapatkan buku cerita sesuai dengan keinginannya. Namun, hal tersebut

menandakan adanya antusiasme siswa untuk segera memulai kegiatan membaca.

Pada kegiatan inti, kegiatan juga diisi dengan kegiatan membaca. Waktu

yang diberikan untuk kegiatan membaca adalah 25 menit. Kegiatan ini dilakukan

dengan baik. Siswa mulai membaca dengan seksama bukunya masing-masing.

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa siswa yang masih membolak-balik


59

bukunya dan ingin bertukar buku dengan temannya. Hal tersebut diduga karena

siswa memperoleh buku yang tidak sesuai dengan minatnya.Berdasarkan hasil

pengamatan peneliti, beberapa siswa merasa tidak nyaman membaca dengan

duduk di bangku. Hal tersebut disebabkan mereka saling berdesakan karena

ukuran meja yang dikelilingi kecil, sehingga beberapa siswa meminta untuk

membaca sambil duduk di lantai karena mereka merasa lebih leluasa.

Saat kegiatan membaca, guru mengelilingi ruang perpustakaan untuk

membantu siswa menyelesaikan masalah dalam memahami bahan bacaan. Pada

proses ini terdapat siswa (x) yang aktif mengajukan pertanyaan saat mengalami

kesulitan. Dialog antara siswa dan guru terlihat pada Dialog 4.1 berikut.

S: “Bu, saya mau tanya ini Bu?”


G: “Iya, tanya apa?”
S: “Ibu tahu nggak karang pantai seperti apa?”
G: “Oh, karang pantai itu batu kapur yang mengeras yang ada di
pantai, biasanya ukurannya besar.”
S: “Hem, iya saya tahu, Bu. Kalau ini artinya apa, Bu?”
G: “Scuba ya? Scuba itu alat untuk bernapas di bawah air yang
digunakan oleh penyelam.”
Dialog 4.1

Selain siswa (x) pada Dialog 4.1, terdapat juga siswa (y) yang mengajukan

pertanyaan lain saat menemui kesulitan saat membaca. Dialog tersebut

sebagaimana terlihat pada Dialog 4.2 berikut.

S: “Bu, ini saya ada yang tidak paham.”


G: “Mana yang tidak mengerti?”
S: “Ini lho Bu, ada kata-kata saling sir. Apa artinya, Bu?”
G: “Nah, kalau ada kata-kata yang kurang bisa dipahami, lihat
konteks ceritanya dulu. Ini bercerita tentang apa?”
S : “Ceritanya tentang Putu Sasih yang menolong Ngurah yang
terjatuh, Bu. Kemudian mereka saling memandang.”
G: “Nah, berarti bercerita tentang seorang lelaki dan perempuan,
kemudian mereka saling memandang. Berarti mereka di situ
terlibat “saling sir”, yang artinya?”
S : “Saling jatuh cinta, Bu?”
G: “Iya bagus, tapi lebih tepatnya saling menyukai, atau biasa
disebut naksir.”
Dialog 4.2
60

Dari kedua dialog tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya antusiasme

siswa dalam program ini. Siswa berani mengajukan pertanyaaan saat mengalami

kesulitan dalam membaca. Siswa tidak malu bertanya tentang arti kata-kata atau

istilah sulit yang ditemui dam bahan bacaan. Siswa juga merespon dengan baik

pertanyaan balikan yang diberikan untuk mempermudah memahami arti kata

tersebut. Hal tersebut membuktikan adanya interaksi positif yang terjadi ketika

program jam baca ini berlangsung.

Setelah 25 menit waktu yang diberikan untuk membaca habis, siswa

diminta untuk mengisi jurnal membaca yang telah diberikan secara individu. Pada

kegiatan ini, tidak semua siswa mampu mengerjakan jurnal dengan lancar.

Beberapa siswa masih bingung dalam mengerjakannya. Siswa mengalami

kesulitan, sehingga mengajukan beberapa pertanyaan. Dialog saat mengisi jurnal

membaca merujuk pada Dialog 4.3 berikut.

S : “Bu, ini yang ditulis judul bukunya atau judul ceritanya?”


G: “Untuk identitas buku, ya yang ditulis judul bukunya.”
S : “Terus kalau bagian yang dikomentari ini pilih segi isi sama segi
bahasa atau salah satu saja, Bu?”
G: “Pilih salah satu saja.”

Dialog 4.3

Pada kegiatan selanjutnya, siswa secara acak dipilih maju untuk

membacakan komentar dari cerita yang dibaca dan kutipan dari bagian yang

dikomentari, sedangkan siswa lain memberikan tanggapan baik persetujuan,

penolakan, maupun pertanyaan. Proses pemilihan pada kegiatan ini tidak terdapat

metode khusus, guru hanya memanggil nama siswa secara acak dari lembar

presensi siswa.
61

Pada kegiatan ini siswa yang terpilih untuk membacakan komentarnya

masih enggan untuk maju dan ragu atas jawabannya, terutama para siswi. Jadi,

siswa perlu diyakinkan untuk percaya diri dengan jawaban yang dimiliki. Namun,

setelah diyakinkan siswa mau maju untuk membacakan komentarnya. Guru

kembali secara acak memilih siswa untuk memberikan tanggapan. Siswa yang

terpilih dengan terpaksa memberikan komentarnya. Namun, metode ini dianggap

kurang efektif untuk digunakan karena belum tampak antusiasme dan ketertarikan

siswa pada tahap kegiatan ini.

Tahap penutup program merupakan tahap terakhir dalam kegiatan program

jam baca. Pada tahap ini, siswa diminta mengungkapkan kesan dan kesulitan siswa

saat program jam baca. Siswa aktif mengungkapkan kesannya bahwa mereka

senang dengan program tersebut dan ingin dilakukan kembali. Beberapa siswa lain

masih bingung mengungkapkan kesulitan yang dialaminya. Terdapat pula siswa

yang mengungkapkan bahwa mereka malas untuk membaca karena merasa capek

dan lapar. Dialog ungkapan kesan dan kesulitan siswa saat program jam baca

terlihat pada Dialog 4.4 berikut.

G: “Nah, anak-anak kita tadi sudah melaksanakan program jam baca. Apa yang
kalian rasakan setelah melakukan program jam baca tadi?”
S: “Ehm, senang Bu bisa membaca bersama-sama di perpustakaan.”
G: “Iya bagus, siapa lagi yang ingin mengungkapkan kesannya? Siapa yang
berani angkat tangan?”
S: “Itu Bu saya sudah capek sama lapar.”
G: “Iya, memang program ini dilaksanakan setelah pulang sekolah. Bagaimana
kalau minggu depan ada waktu istirahat dulu 15 menit? Jadi kalian bisa ke
kantin, ke toilet, dan lain-lain.”
S: “Setuju, Bu.”

Dialog 4.4

Kegiatan akhir program jam baca ditutup dengan memberikan motivasi

tentang manfaat kegiatan membaca dan pentingnya membaca bahan bacaan yang
62

bervariatif.. Siswa tampak antusias dengan motivasi yang diberikan. Berdasarkan

hasil program jam baca siklus 1 secara keseluruhan diperoleh data yang dapat

dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 1


Kegiatan yang Diamati Deskripsi
A. Kegiatan Praprogram
1. Siswa mengambil tempat masing- Sebagian besar siswa belum menempati tempat
masing duduk di perpustakaan sesuai waktu yang
ditentukan
2. Kesiapan menerima pengarahan Siswa banyak yang belum siap menerima
kegiatan oleh guru pengarahan, beberapa siswa masih sibuk sendiri.
B. Kegiatan Awal Program
3. Siswa menjawab pertanyaan Beberapa siswa aktif menjawab pertanyaan
apersepsi oleh guru apersepsi, sedangkan siswa lain kurang masih
pasif.
4. Siswa mendengarkan saat Siswa cukup memperhatikan pengarahan dengan
dijelaskan pengarahan guru seksamayang diberikan guru.
C. Kegiatan Inti Program
5. Siswa memperhatikan ketika Saat pemberian materi sebagian besar siswa
guru menjelaskan materi tampak serius memperhatikan penjelasan, hanya
beberapa siswa saja yang tidak begitu serius
memperhatikan.
6. Siswa memilih bahan bacaan Proses pemilihan bahan bacaan berjalan dengan
tidak tertib. Siswa saling berdesakan dan berebut
buku cerita.
7. Siswa segera membaca bahan Siswa segera membaca buku cerita dengan
bacaan seksama. Ada beberapa siswa tidak segera
membaca dan ingin bertukar buku dengan
teman.
8. Siswa mengajukan pertanyaan Siswa aktif mengajukan pertanyaan saat
saat mengalami kesulitan mengalami kesulitan.
9. Siswa mengisi jurnal membaca Siswa mengisi jurnal membaca sesuai arahan
yang diberikan oleh guru.
10. Siswa membacakan komentar Beberapa siswa membacakan komentar dan
beserta alasan alasan dengan tepat, tapi siswa masih enggan
untuk maju.
11. Siswa mengemukakan tanggapan Rata-rata siswa tidak aktif dan malu
terhadap komentar teman mengemukakan tanggapan terhadap komentar
teman.
12. Siswa menjawab pertanyaan yang Beberapa siswa menjawab pertanyaan dengan
diajukan benar.
D. Kegiatan Penutup Program
13. Siswa mengungkapkan kesan dan Beberapa siswa aktif mengungkapkan kesan,
kesulitan yang dialami namun siswa masih bingung mengutarakan
kesulitan yang dialami.
14. Siswa memperhatikan motivasi Siswa dengan antusias memperhatikan motivasi
membaca yang diberikan yang diberikan oleh guru.
63

4.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan dan


Minat Membaca

Setelah dilakukan program jam baca diperoleh peningkatan hasil

kemampuan dan minat membaca. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.

4.2.2.1 Peningkatan Kemampuan Membaca

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa, peneliti

menggunakan instrumen jurnal membaca yang terdiri beberapa indikator.

Indikator tersebut meliputi: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2)

kemampuan menulis ringkasan bacaan, (3) kemampuan memberikan komentar

terhadap bacaan yang disertai dengan alasan, dan (4) kemampuan menulis kutipan

dari bagian bacaan yang dikomentari. Indikator-indikator tersebut merupakan

aspek yang akan diukur untuk penguasaan kompetensi dasar “mengomentari buku

cerita yang dibaca”. Dari hasil kemampuan membaca membaca siswa pada siklus

1, diperoleh temuan yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 (terlampir).

Berdasarkan hasil jurnal membaca pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan

bahwa ketuntasan penguasaan kompetensi pada siklus 1 sudah berhasil. Siswa

yang sudah mencapai ketuntasan berjumlah 17 orang (68%.) Siswa yang belum

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah lebih banyak, yaitu 8

orang (32%).

Setelah dilakukan tindakan, kemampuan membaca pada siklus 1

mengalami peningkatan. Dari 25 siswa terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai

95; 6 siswa memperoleh nilai 90; 1 siswa memperoleh nilai 85; 2 siswa

memperoleh nilai 81,5; 4 siswa memperoleh nilai 80; 1 siswa memperoleh nilai

77,5; dan 1 siswa memperoleh nilai 76,5. Terdapat 8 siswa yang memperoleh nilai
64

di bawah KKM. Terdapat 2 siswa memperoleh nilai 72,5; 1 siswa memperoleh

nilai 67,5, 1 siswa memperoleh nilai 62,5; 1 siswa memperoleh nilai 57,5; 1 siswa

memperoleh nilai 52,5; dan 2 siswa memperoleh nilai 47,5.

Berdasarkan hasil analisis, dari empat indikator yang harus dikuasai oleh

siswa berkaitan dengan kompetensi dasar “mengomentari buku cerita yang

dibaca”, skor terendah yang paling banyak diperoleh siswa yaitu terdapat pada

indikator meringkas cerita. Siswa diduga mengalami kesulitan dalam membuat

ringkasan, terutama cerita yang memiliki alur kompleks serta tampilan yang

panjang. Siswa kurang mampu menyatukan antara awal cerita, inti, dan akhir

cerita dengan baik, sehingga banyak terdapat ringkasan yang ditulis siswa hanya

pada inti cerita saja. Selain itu, terdapat pula ringkasan yang tidak berurutan jalan

ceritanya, sehingga susah untuk dipahami.

Selain indikator ringkasan cerita, indikator yang paling banyak

memperoleh nilai rendah yaitu indikator menulis kutipan bagian yang

dikomentari. Kesalahan tersebut didominasi oleh kesalahan penggunaan EYD

atau tidak sesuai dengan aturan pengutipan. Siswa cenderung menulis kutipan dari

cerita menggunakan cara mereka sendiri, sehingga banyak tanda baca yang kurang

dan kesalahan penggunaan huruf kapital. Selain data skor setiap indikator dan

total nilai, dari hasil jurnal membaca diperoleh pula hasil rata-rata kemampuan

membaca berdasarkan kualifikasi pada siklus 1 yang merujuk pada Tabel 4.4

berikut.
65

Tabel 4.4 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 1

No Kualifikasi Interval Jumlah %


1 Sangat baik 85-100 9 36
2 Baik 70-84 10 40
3 Cukup 55-69 3 12
4 Kurang 40-54 3 12
5 Gagal 0-39 - -
Jumlah 25 100

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki

kualifikasi sangat baik hanya berjumlah 9 (36%) orang. Jumlah terbesar yaitu

terdapat pada kualifikasi baik berjumlah 10 (40%) siswa. Pada tingkatan

kualifikasi cukup juga terdapat jumlah yaitu 3 (12%) siswa. Pada kualifikasi

kurang terdapat 3 (12%) siswa. Akan tetapi, tidak terdapat siswa yang

memperoleh kualifikasi gagal.

Setiap hasil kerja jurnal membaca memiliki kualifikasi yang berbeda. Hal

tersebut disebabkan oleh kesulitan yang dialami setiap siswa bervariasi. Dari hasil

jurnal membaca siklus 1 terdapat kualifikasi sangat baik (SB), baik (B), cukup

(C), dan kurang (K). Pada program siklus 1 tidak terdapat hasil jurnal membaca

yang memiliki kualifikasi gagal (G). Contoh jurnal membaca yang memiliki

kualifikasi sangat baik (SB) merujuk pada Gambar 4.1. Jurnal membaca hasil

kerja siswa yang asli dapat dilihat pada lampiran.

Jurnal pada Gambar 4.1 memiliki termasuk pada kualifikasi sangat baik

(SB). Pada indikator identitas buku, data yang disebutkan oleh siswa Mohammad

sudah lengkap yaitu judul buku, pengarang, kota penerbit, nama penerbit, dan

tahun penerbitan. Ringkasan yang ditulis siswa juga memenuhi kriteria

kelengkapan. Cerita yang diringkas tersebut terdapat awal, inti, dan akhir cerita.

Akan tetapi, penggunaan EYD belum tepat. Terdapat kesalahan yaitu penggunaan
66

huruf kapital di tengah kalimat, awalan yang yang dipisah, dan penulisan kata

yang disingkat.

Nama : Mohammad Fahruddin Zuhri


Kelas : VII E

Identitas buku :
Judul Buku : Menembus Belantara Ujung Kulon
Pengarang : T. Bachtiar Tahun Penerbit : 1982
Kota Penerbit : Bandung Penerbit : Gema cahaya

Ringkasan Cerita :
Pada suatu hari Nesi, Deri, Giri dan pak Kopral Berangkat ke Pulau Peucang Di antar oleh
Pak Usup dan Pak wawan. Alasan mereka ke pulau peucang adalah mereka akan melihat
pesona karang pantai atau Fringing reef yg tumbuh pada pantai keras terlihat sangat
menakjubkan mereka kesana hanya untuk melihat-lihat pesona pantai keras. Mereka semua
menyelam dan mereka semua memakai scuba. Nesi turut membantu dan
mendokumentasikannya dalam foto. Karangnya ada yang seperti berjuta jari yang melambai-
lambai ada yg seperti kue bintang , seperti landak, seperti kaktus dan seperti ular. Mereka pun
keluar dari air dan pulang dengan bahagia.

Komentar :
Saya sangat suka dengan Tokoh utamanya karena sangat ramah dan ingin mendapat wawasan
baru dari daerah lain.

Kutipan bagian yang dikomentari :


“Sambil menunggu kami menyelam, Giri dan Pak Kopral di tugasi untuk mengukur suhu air
laut di tempat kami menyelam”

Gambar 4.1 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)

Hasil kerja siswa pada indikator menulis komentar dan alasan sudah tepat.

Kalimat komentar yang ditulis sudah tepat dan jelas, serta alasan yang diberikan

sesuai dengan komentar tersebut. Begitu pula pada indikator kutipan bagian yang

dikomentari, kutipan yang ditulis sudah bersangkutan dengan komentar yang

diberikan. Akan tetapi, kesalahan terjadi pada penulisan kutipan. Penulisan tidak

sesuai pada teks. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa

dengan kualifikasi sangat baik (SB) sudah mampu menguasai kompetensi

“mengomentari buku cerita yang dibaca”, tetapi kesalahan masih banyak terjadi

pada penggunaan EYD. Selain contoh jurnal membaca dengan kualifikasi SB,
67

terdapat pula jurnal membaca yang termasuk pada kualifikasi baik. Contoh jurnal

membaca dengan kualifikasi baik dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Nama : Nabilla Nanda K. P.


Kelas : VII E

Identitas Buku :
Judul buku : Si Dul Anak Jakarta Tahun Penerbitan : 2001
Pengarang : Aman Dt. Madjoindo
Penerbit : Balai Pustaka
Kota Penerbit : Jakarta

Ringkasan Cerita :
Pada suatu hari Si Dul menggembala kambing milik engkongnya (engkong Salim) di hutan.
“Ah, jangan nanti lepas, die lari ke jalan kereta api, dan kegiling,” kata engkong Salim.
Akibat tidak mendengarkan apa yg dikatakan engkongnya, Si Dul membantah dan tetap
menggembala kambing milik engkongnya sehingga kambing itu lari dengan kencang Si Dul
terkejut dan karena kuatnya kambing itu berlari membuat leher Si Dul terlilit.

Komentar dan alasan :


Sebaiknya Si Dul tidak memperlakukan kambing (hewan) dengan kasar.

Kutipan bagian yang dikomentari :


“Nah ini, Lu rasain!” Lalu dipukulnya dengan kayu berulang-ulang.

Gambar 4.2 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Baik (B)

Berdasarkan hasil jurnal membaca pada Gambar 4.2 jika dibandingkan

dengan jurnal membaca berkategori sangat baik, maka kekurangan bukan pada

identitas buku karena data identitas yang ditulis sudah memenuhi kelengkapan.

Namun, kesulitan yang dialami siswa yaitu terdapat pada indikator ringkasan

cerita. Ringkasan tersebut disampaikan secara tidak lengkap. Cerita belum selesai

pada akhir cerita. Siswa Nabilla diduga masih mengalami kesulitan dalam

membuat ringkasan secara utuh dan kebingungan dalam menyampaikannya,

sehingga siswa hanya menyelesaikan ringkasannya hanya hingga inti cerita. Akan

tetapi, EYD yang digunakan siswa sudah tepat.

Indikator yang penting dalam jurnal membaca ini adalah komentar siswa.

Komentar yang diberikan siswa Nabilla sudah bagus. Kalimat komentar berupa
68

saran. Hal ini menunjukkan siswa dapat berpikir kritis dengan memberikan saran

berdasarkan masalah yang terdapat pada bacaan. Akan tetapi, komentar tersebut

tidak dilengkapi dengan alasan. Pada bagian kutipan, siswa tersebut dapat

menuliskan kutipan yang bersangkutan dengan komentarnya. Penggunaan EYD

juga sudah tepat sesuai dengan aturan. Contoh pada Gambar 4.3 adalah jurnal

membaca dengan kategori cukup (C) untuk membandingkan hasil kerja siswa

dengan jurnal membaca sebelumnya.

Nama : M. Diki Andriansyah


Kelas : VII E

Identitas buku :
Judul : M. Yudhistira Pengarang : Cerita rakyat Jawa barat
Penerbit : mitra cendekia Kota penerbit : Surabaya tahun : 2001

Ringkasan cerita :
Pada jaman dahulu, ada sepasang suami istri di daerah tasikmalaya. Pada suatu hari mereka
menemukan seekor harimau kecil. Dan suatu hari harimau itu dididik dan diperlakukan
seperti keluarga sendiri. Harimau itu tumbuh menjadi besar, ia sangat cerdas & tangkas. Dan
ia diberi nama si loreng, ketika lahir anak laki-laki yg sehat dan menyenangkan yg ditunggu
sejak lama.

Komentar dan alasan :


Alasan : si loreng yg tingkah lakunya gag kayak biasanya dan akhirnya dibunuh.
Komentar : saya tidak suka tingkah laku si loreng yang aneh.

Kutipan bagian yang dikomentari :


Kutipan : suami istri yg bahagia.
Dikomentari : karena tingkah laku si loreng yg aneh akhirnya dibunuh.

Gambar 4.3 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Cukup (C)

Berdasarkan hasil jurnal membaca pada Gambar 4.3 dengan kualifikasi

cukup (C) dapat disimpulkan bahwa siswa telah mampu menulis identitas buku

dengan lengkap. Namun, siswa tampak masih kesulitan membuat ringkasan cerita.

Selain tidak lengkap, ringkasan tersebut juga tidak berurutan sehingga susah

untuk dipahami. Pada penggunaan EYD, siswa juga cenderung menyingkat kata,

menggunakan simbol, dan salah dalam menggunakan huruf kapital.


69

Pada indikator komentar dan alasan serta kutipan bagian yang dikomentari,

siswa juga belum mampu dikuasai dengan baik. Kalimat komentar yang diberikan

siswa sudah baik, tetapi alasan yang diberikan tidak berkaitan dengan komentar.

Siswa masih kesulitan memberikan alasan yang tepat sesuai dengan komentarnya.

Begitu pula dengan indikator kutipan bagian yang dikomentari, kutipan yang

dituliskan tidak berkaitan dengan komentar yang diberikan. Berdasarkan hasil

pengamatan pada jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan

dalam menulis ringkasan cerita, alasan yang sesuai komentar, dan pemilihan

kutipan yang berkaitan dengan komentar. Gambar 4.4 berikut ini merupakan

contoh jurnal membaca dengan kualifikasi kurang (K) untuk membandingkan

jurnal membaca dengan kualifikasi sebelumnya.

Nama
Nama :: Yulindra
Yulindra Tri
Tri Setya
Setya Reni
Reni
Kelas
Kelas :: VII
VII E
E

Identitas
Identitas buku
buku ::
Judul
Judul buku
buku :: Sampah
Sampah bulan
bulan desember
desember kota
kota penerbit
penerbit :: Jakarta
Jakarta
Nama
Nama Pengarang
Pengarang :: hamsad
hamsad rangkuti
rangkuti tahun
tahun penerbit
penerbit :: 2001
2001
Penerbit
Penerbit :: Balai
Balai Pustaka
Pustaka

Ringkasan
Ringkasan cerita
cerita ::
Tersiar
Tersiar kabar
kabar seorang
seorang kaya
kaya dengan
dengan mobil
mobil mercy
mercy menbrak
menbrak dinding
dinding jembata
jembata dandan masuk
masuk
mencebur
mencebur ke kali. Air sungai tengah banjir. Bulan desember adalah musim penghujan.
ke kali. Air sungai tengah banjir. Bulan desember adalah musim penghujan.
Sampah yang hanyut
Sampah yang hanyut dibawa
dibawa air
air bah, sangkut di
bah, sangkut buntut mercy
di buntut mercy itu.
itu. di
di saat
saat itu
itu menyembul
menyembul regu
regu
penolong berterjun ke
penolong berterjun ke dalam
dalam air.
air. Orang
Orang kaya
kaya itu
itu telah
telah mati.
mati. Regu penolong tidak
Regu penolong tidak
menghiraukan
menghiraukan barang**
barang** berharga
berharga itu.
itu. mereka
mereka hanya
hanya menyelamatkan
menyelamatkan orang
orang kaya
kaya itu,
itu,
keluarganya, anak**nya. Dia
keluarganya, anak**nya. Dia bersama istrinya mati
bersama istrinya mati seketika,
seketika, jantung
jantung mereka
mereka tidak
tidak kuat
kuat
karena kaget, // terlalu
karena kaget, terlalu lama
lama tidak
tidak menghirup
menghirup udara.
udara. Berita
Berita itu
itu hinggap
hinggap didi telinga Tugimin
telinga Tugimin

Komentar
Komentar dan
dan alasan
alasan ::
Temanya sangat menjijikan
Temanya sangat karena ada
menjijikan karena bangkai** yang
ada bangkai** yang tidak
tidak layak
layak untuk
untuk dilihat
dilihat

Kutipan
Kutipan bagian
bagian yang
yang dikomentari
dikomentari ::
Dia melihat kotoran
Dia melihat kotoran manusia hanyut. dia
manusia hanyut. melihat celana
dia melihat celana dalam
dalam wanita
wanita hanyut.
hanyut. balon**
balon** tidak
tidak
berudara,
berudara, popok
popok bayi,
bayi, bekas
bekas pembalut
pembalut wanita,
wanita, sandal
sandal jepit,
jepit, sepatu
sepatu tentara,
tentara, peci
peci lusuh,
lusuh,
potongan
potongan karcis,
karcis, putung**
putung** rokok,
rokok, kaleng**,
kaleng**, kantong
kantong semen,
semen, goni
goni kardus**
kardus** bekas kemasan
bekas kemasan
alat
alat elektronik,
elektronik, Sampah
Sampah pohon,
pohon, Dahan
Dahan patah,
patah, papan
papan peti
peti sabun,
sabun, Bangkai
Bangkai Tikus,
Tikus, Bangkai
Bangkai
Anjing,
Anjing, Bangkai
Bangkai ayam,
ayam, bangkai
bangkai kucing,
kucing, pelepah
pelepah pisang,
pisang, Dan
Dan lembaran
lembaran uang
uang sepuluh
sepuluh ribu
ribu
rupiah.
rupiah.

Gambar 4.4 Contoh Jurnal Membaca dengan Kualifikasi Kurang (K)


70

Berdasarkan pengamatan jurnal pada Gambar 4.4, kesulitan siswa tidak

pada indikator menulis identitas buku, melainkan pada indikator menulis

ringkasan cerita. Ringkasan yang ditulis siswa selain tidak lengkap, juga banyak

terdapat kesalahan penggunaan EYD. Ringkasan tersebut belum sampai pada

akhir cerita, sehingga susah dipahami isi cerita. Selain itu, siswa cenderung

menggunakan simbol untuk kata ulang dan tidak menggunakan huruf kapital

untuk merek sebuah mobil.

Kesalahan juga terdapat pada penentuan bagian yang dikomentari. Siswa

menulis tema yang akan dikomentari, tetapi sebenarnya bagian yang sesuai

dengan alasan yang disebutkan adalah latar cerita. Oleh karena itu, maka kutipan

yang diberikan juga tidak sesuai dengan komentar siswa. Sama halnya dengan

penggunaan EYD pada ringkasan cerita, siswa juga sering menggunakan simbol

untuk kata ulang.

Berdasarkan hasil pengamatan jurnal membaca dari seluruh kualifikasi

maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang banyak dialami siswa yaitu pada

bagian membuat ringkasan secara lengkap yang berisikan awal, inti, dan akhir

cerita. Siswa juga kesulitan dalam memberikan alasan yang sesuai dengan

komentar. Selain itu, kesalahan yang juga banyak ditemui adalah penggunaan

EYD pada ringkasan cerita dan kutipan bagian yang dikomentari. Dari hasil

tersebut maka diperlukan adanya tindak lanjut pada siklus selanjutnya.

4.2.2.2 Peningkatan Minat Membaca

Berdasarkan hasil angket dan wawancara pada studi pendahuluan, minat

membaca siswa sangat rendah. Semua siswa menyatakan bahwa mereka suka

membaca. Namun, frekuensi membaca mereka masih sangat rendah. Bahan


71

bacaan yang dibaca juga tidak variatif. Hal tersebut disebabkan oleh kurang

adanya motivasi yang diberikan oleh guru bahasa Indonesia. Siswa belum sadar

akan pentingnya frekuensi membaca yang tinggi dan bahan bacaan yang

bervariasi. Oleh karena itu, pada siklus 1 guru memberikan motivasi untuk

meningkatkan minat membaca siswa.

Data peningkatan minat membaca pada siklus 1 diperoleh dengan

menggunakan instrumen angket yang diberikan pada siswa pada pertemuan siklus

2. Hal tersebut karena hasil tindak lanjut dari siklus 1 baru dapat diketahui 1

minggu setelah pertemuan pada siklus 1. Hasil minat membaca siswa diukur dari

aspek frekuensi membaca siswa dan variasi bahan bacaan yang dibaca dalam

waktu 1 minggu. Frekuensi membaca siswa diklasifikasikan berdasarkan kategori

khusus yang telah ditentukan oleh peneliti sesuai pada Tabel 3.1. Berdasarkan

hasil dari angket yang diberikan pada siswa maka diperoleh temuan peningkatan

minat membaca.

Berdasarkan hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa minat

membaca siswa masih rendah. Siswa yang memiliki kategori membaca rendah

berjumlah 22 (88%) orang, sedangkan jumlah kategori sedang hanya berjumlah 3

(12%) siswa. Namun, minat membaca siswa sudah mengalami peningkatan dari

hasil studi pendahuluan meskipun peningkatannya tidak terlalu besar. Pada hasil

studi pendahuluan, frekuensi kunjungan siswa ke perpustakaan masih sangat

rendah. Begitu pula jumlah prosentase siswa yang tidak memiliki minat baca,

jumlahnya cukup besar. Setelah tindakan siklus 1, tidak terdapat siswa yang tidak

memiliki minat membaca di perpustakaan. Dari data tersebut minat membaca

siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.


72

88%
90%
80%
70%
60%
50%
Siklus 1
40%
30%
20% 12%
10% 0%
0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.5 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 1

Selain frekuensi membaca, variasi bahan bacaan juga diamati dari tindakan

siklus 1. Variasi bahan bacaan yang dibaca oleh siswa belum mengalami

peningkatan. Dari 25 siswa, hanya terdapat 1 siswa yang mengalami peningkatan

variasi minat baca dari koran/majalah menjadi buku sastra. Bahan bacaan 24

siswa yang lain masih cenderung sesuai minat masing-masing saja. Sebagian

besar siswa lebih senang membaca buku satra/fiksi dibandingkan buku pelajaran

dan pengetahuan. Hanya terdapat 4 siswa yang cenderung membaca buku

pengetahuan dan 3 siswa membaca koran atau majalah. Data tersebut

sebagaimana terlihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Minat Baca Siswa pada Siklus 1


Variasi Jumlah Siswa Frekuensi Jumlah Siswa
No.
Bacaan Membaca
1. 3 - Tinggi -
2. 2 1 Sedang 3
3. 1 24 Rendah 22

Faktor yang menjadi penyebab belum adanya peningkatan minat

membaca, baik dari segi frekuensi membaca maupun variasi bahan bacaan yaitu

kurangnya kesadaran siswa tentang manfaat dari membaca. Siswa juga belum
73

menyadari bahwa pengetahuan dan wawasan dapat dari berbagai jenis bacaan.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan minat membaca siswa perlu adanya tindak

lanjut pada siklus selanjutnya dengan memberikan motivasi tentang manfaat

membaca yang lebih menarik minat siswa.

4.2.3 Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil paparan data dirangkum temuan sebagai berikut.

a. Temuan Penelitian Proses Penerapan Program Jam Baca

Berikut ini merupakan paparan temuan proses penerapan program jam

baca siklus 1 yang terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap praprogram, (2) tahap

awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program.

1) Pada tahap praprogram, siswa diminta untuk menempati tempat duduk yang

telah disediakan di ruang perpustakaan untuk menerima pengarahan langkah-

langkah pelaksanaan kegiatan program jam baca oleh guru. Namun, kesiapan

siswa dalam mengikuti program jam baca masih kurang. Hal tersebut

dikarenakan setelah berakhirnya jam pelajaran sekolah siswa masih harus

beristirahat seperti ke kantin dan toilet. Selain itu, beberapa siswa izin

melaksanakan ibadah terlebih dahulu. Dengan begitu, jam pelaksanaan

program jam baca tidak sesuai dengan yang direncanakan.

2) Pada tahap awal program siswa dan guru melakukan apersepsi terkait minat

membaca siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca.

Selain itu, guru juga memberikan pengarahan tentang langkah-langkah

pelaksanaan program agar siswa dapat melaksanakannya dengan teratur. Pada

tahap ini, siswa sudah mulai aktif menjawab pertanyaan apersepsi meskipun

jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi, terdapat beberapa siswa yang
74

masih asyik sendiri dan berbicara dengan temannya. Siswa juga

mendengarkan pengarahan yang diberikan oleh guru dengan seksama.

3) Pada tahap pelaksanaan inti program, guru memberikan materi tentang

kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Materi yang diberikan

yaitu konsep dan langkah-langkah menuliskan identitas buku, ringkasan

cerita, komentar dan alasan, serta kutipan begian yang dikomentari. Ketika

pemberian materi, siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan materi

dengan baik dan tampak serius. Kemudian, guru meminta semua siswa

memilih bahan bacaan sesuai minat. Proses pemilihan tidak terorganisasi

khusus sehingga suasana tidak dapat terkondisikan dengan baik dan tampak

saling berebut. Selanjutnya, siswa diminta langsung membaca buku pilihan

masing-masing dan mengerjakan jurnal membaca. Keaktifan siswa sudah

mulai ditunjukkan dengan adanya interaksi positif. Siswa sudah berani

mengajukan pertanyaan jika menemui kesulitan, baik kesulitan dalam

memahami kata-kata sulit maupun kesulitan dalam mengerjakan jurnal baca.

Namun, terdapat beberapa siswa tidak nyaman membaca di bangku karena

merasa kurang nyaman akibat meja yang dikelilingi siswa terlalu kecil. Pada

tahap selanjutnya, pembacaan hasil kerja jurnal baca berupa komentar siswa,

guru meminta siswa maju untuk membacakan jurnal membacanya. Proses

pemilihan siswa dilakukan secara acak sehingga siswa cenderung masih ragu-

ragu dan tidak percaya diri untuk maju. Begitu pula dengan tahap pemberian

tanggapan, jumlah siswa yang memberikan tanggapan sangat minim.

4) Pada tahap terakhir, penutup program, guru meminta siswa menceritakan

kesan dan kesulitannya dalam mengikuti program jam baca. Siswa aktif
75

mengutarakan kesannya terhadap pelaksanaan program jam baca. Siswa

merasa senang dengan adanya program tersebut dan ingin diadakan kembali.

Namun, siswa masih bingung menyampaikan kesulitan yang dialami. Pada

kegiatan terakhir, memberikan motivasi terkait manfaat membaca dan

pentingnya membaca bahan bacaan yang bervariatif untuk meningkatkan

minat membaca siswa.

b. Temuan Penelitian Hasil Peningkatan Kemampuan Membaca

Dari penerapan program jam baca siklus 1 diperoleh temuan data

peningkatan kemampuan membaca sebagai berikut.

1) Pada indikator menulis identitas buku siswa sudah mampu menguasai dengan

baik. Identitas yang ditulis oleh siswa sudah lengkap sesuai identitas buku

cerita yang dibaca masing-masing siswa.

2) Pada jurnal membaca, sebagian besar siswa sudah mampu memberikan

komentar dengan alasan yang sesuai. Hanya terdapat beberapa siswa yang

belum mampu memberikan komentar dengan benar. Siswa tersebut biasanya

masih sulit menuliskan kalimat komentar yang sesuai.

3) Pada kutipan yang ditulis siswa didominasi oleh kesalahan yang terdapat pada

penulisan EYD. Kesalahan tersebut biasanya terdapat pada kurangnya tanda

baca dan penggunaan huruf kapital. Selain itu, kesalahan pada bagian kutipan

dari komentar yaitu kesesuaian antara kutipan dengan komentar yang

diberikan. Beberapa siswa mampu memberikan komentar dengan tepat,

namun masih bingung menentukan kutipan yang mendukung komentar yang

diberikan.
76

4) Kesalahan terbanyak terdapat pada hasil kerja jurnal membaca, siswa masih

mengalami kesulitan membuat ringkasan cerita yang dibaca. Siswa masih

cenderung meringkas cerita dengan tidak memperhatikan kelengkapan cerita.

Ringkasan cerita yang dibuat biasanya hanya sampai bagian tengah cerita.

Selain itu, EYD pada ringkasan masih tidak sesuai aturan. Siswa juga

cenderung sering menggunakan singkatan dan menggunakan simbol-simbol

untuk mempermudah penulisan.

5) Peningkatan terjadi dari hasil pada studi pendahuluan. Pada siklus 1 siswa

yang memperoleh nilai dengan kualifikasi sangat baik dari 3 siswa (12%)

bertambah menjadi 9 siswa (36%), siswa yang memperoleh nilai dengan

kualifikasi baik dari 5 siswa (20%) bertambah menjadi 10 siswa (40%), siswa

yang memperoleh nilai dengan kualifikasi cukup dari 10 siswa (40%)

berkurang menjadi 3 siswa (12%), siswa yang memperoleh nilai dengan

kualifikasi kurang dari 2 siswa (8%) bertambah menjadi 3 siswa (12%), dan

siswa dengan kualifikasi gagal berkurang total dari 5 siswa (20%).

c. Temuan Penelitian Hasil Peningkatan Minat Membaca

Dari penerapan program jam baca siklus 1 diperoleh temuan data

peningkatan minat membaca sebagai berikut.

1) Pada siklus 1, frekuensi membaca masih rendah. Hal tersebut terlihat dari

data yang diperoleh dari hasil tindakan yaitu terdapat 22 siswa (88% ) dengan

kualifikasi rendah, 3 siswa (12%) dengan kualifikasi sedang, dan tidak

terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi.

2) Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 1 terdapat 24 siswa yang

memiliki 1 variasi bahan bacaan, hanya 1 siswa yang memiliki 2 variasi


77

bahan bacaan, dan tidak terdapat siswa yang memiliki 3 variasi bahan bacaan.

Siswa masih cenderung membaca buku fiksi, dibandingkan dengan buku

pengetahuan, buku pelajaran, dan koran/majalah. Siswa belum memiliki

motivasi untuk menambah wawasan dengan membaca buku dengan variasi

lain. Hal tersebut diduga karena buku fiksi merupakan buku yang ringan dan

mudah untuk dipahami dibandingkan buku jenis lain, sehingga siswa

cenderung memilih buku fiksi.

4.2.4 Refleksi dan Tindak Lanjut

Refleksi dilakukan untuk upaya perbaikan pada siklus berikutnya.

Berdasarkan paparan data proses dan hasil penerapan program jam baca terdapat

beberapa catatan penting untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya. Refleksi

pada siklus 1 dijabarkan sebagai berikut.

1) Pelaksanaan program belum berjalan tepat waktu sesuai yang telah

direncanakan karena siswa masih harus beribadah dan istirahat seperti ke

kantin atau toilet. Hal tersebut terjadi karena siswa belum diberikan waktu

untuk istirahat setelah jam pelajaran sekolah berakhir.

2) Pengelolaan siswa pada tahap pemilihan bahan bacaan tidak berjalan dengan

baik. Siswa saling berdesakan dan berebut bahan bacaan yang telah

disediakan. Hal tersebut terjadi karena kurang koordinasi dalam urutan

pemilihan bahan bacaan. Semua siswa maju untuk memilih bahan bacaan

tanpa adanya aturan khusus.

3) Pada tahap pembacaan hasil komentar siswa pada siklus ini, siswa kurang

percaya diri dalam membacakan komentarnya. Model pemilihan siswa secara

acak juga mengakibatkan siswa dengan terpaksa membacakan hasilnya.


78

4) Pada hasil pengisian jurnal membaca siswa masih terdapat banyak kesalahan.

Kesalahan yang ditemui sebagian besar pada indikator menulis ringkasan

cerita. Hal tersebut terjadi karena belum adanya latihan untuk melatih

kemampuan siswa sebelumnya.

5) Selain indikator menulis ringkasan cerita, kesalahan juga banyak ditemui

pada indikator menulis kutipan yang mendukung komentar. Kesalahan EYD

banyak ditemui pada kutipan yang ditulis.

6) Pada hasil minat membaca siswa diketahui bahwa frekuensi membaca siswa

masih rendah. Jumlah siswa yang memiliki frekuensi membaca sedang hanya

sedikit. Selain itu, variasi membaca siswa juga masih didominasi oleh buku

fiksi/sastra.

Berdasarkan paparan di atas perlu adanya tindak lanjut untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang terjadi, baik dari segi proses penerapan program

jam baca, maupun hasil minat dan kemampuan membaca. Beberapa tindak lanjut

yang dilakukan sebagai rancangan kegiatan siklus 2 adalah sebagai berikut.

1) Penjadwalan waktu program jam baca pada siklus selanjutnya mengalami

perubahan untuk memberikan waktu siswa melaksanakan ibadah dan

beristirahat. Atas dasar tersebut perubahan jadwal dilakukan agar pelaksanaan

program jam baca tidak terganggu, serta durasi pelaksanaan menjadi tidak

berkurang. Program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir.

(Refleksi poin 1)

2) Ketidakteraturan pemilihan bahan bacaan dapat disiasati dengan pengondisian

siswa dengan lebih terprogram, misalnya pemilihan bahan bacaan bergantian

berdasarkan deretan bangku. (Refleksi poin 2)


79

3) Guru menerapkan metode talking stik. Metode ini dirasa lebih menyenangkan

dan membuat siswa tidak enggan dalam membacakan hasil kerjanya.

(Refleksi poin 3)

4) Guru memberikan latihan sebelum memulai kegiatan membaca untuk

menindaklanjuti banyaknya kesalahan penulisan ringkasan cerita. Pada

latihan tersebut siswa akan diberikan bacaan. Selanjutnya, secara bersama-

sama siswa akan membuat ringkasan dari cerita tersebut. (Refleksi poin 4)

5) Guru akan kembali menjelaskan contoh penentuan dan penulisan kutipan

yang benar dan sesuai dengan komentar yang diberikan. Siswa akan dilatih

dahulu untuk menentukan dan menuliskan kutipan yang benar. (Refleksi poin

5)

6) Guru akan memberikan motivasi lain untuk tentang contoh tokoh penting dan

sukses di Indonesia yang memiliki hobi membaca. (Refleksi poin 6)

4.3 Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus 2

Pada bagian ini akan dipaparkan (a) proses penerapan program jam baca

siklus 2 dalam peningkatan kemampuan membaca, (b) hasil program jam baca

siklus 2 dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, (c) temuan

penelitian, dan (d) refleksi dan tindak lanjut.

4.3.1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Peningkatan


Kemampuan dan Minat Membaca

Pada kegiatan praprogram terjadi peningkatan antusiasme siswa. Hal

tersebut dilihat dari kesiapan siswa mengikuti program jam baca. Siswa lebih

bersemangat dibandingkan dengan siklus 1. Siswa sudah tidak perlu didatangi di

kelas untuk berkumpul di perpustakaan seperti pada siklus sebelumnya. Mereka


80

sudah datang sesuai jadwal yang ditentukan. Beberapa siswa datang langsung ke

perpustakaan seusai jam pelajaran sekolah berakhir dan menempati tempat duduk

masing-masing. Terdapat pula beberapa siswa yang masih izin untuk beribadah

dahulu, dan lainnya ke kantin serta toilet. Namun, hal tersebut tidak mengganggu

jadwal pelaksanaan program.

Pada tahap praprogram siswa lebih kondusif dibandingkan dengan

pertemuan sebelumnya. Siswa sudah mampu menempati tempat duduk masing-

masing di perpustakaan dan siap menerima pengarahan tentang program jam baca.

Jumlah siswa yang masih asyik bermain dan mengobrol dengan temannya sudah

berkurang.

Kegiatan awal program dimulai dengan pemberian apersepsi dan

pengarahan oleh guru. Kegiatan apersepsi ini bertujuan untuk memancing

konsentrasi dan konsep pemahaman siswa untuk terfokus pada program jam baca

dan kompetensi yang ingin dicapai. Apersepsi yang diberikan dengan

menanyakan perubahan minat membaca siswa setelah diadakan program jam baca

dan mengingatkan kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Pada

kegiatan ini siswa lebih aktif dibandingkan siklus 1. Hal tersebut dikarenakan

siswa sudah memiliki modal pemahaman tentang kompetensi “mengomentari

buku cerita yang dibaca” dari pertemuan sebelumnya. Selain apersepsi, pada

kegiatan ini siswa juga diberikan pengarahan tentang adanya perubahan langkah

pelaksanaan program jam baca. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengikuti

langkah-langkah yang telah ditentukan dengan tertib.

Setelah tahap awal program, kegiatan dilanjutkan pada tahap inti program.

Pada tahap ini, guru memberikan materi sebagai pemantapan pemahaman siswa,
81

serta memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Pemberian

materi pada siklus 2 ini tidak seperti pada siklus sebelumnya. Pada pertemuan kali

ini siswa diberi pelatihan (drill) untuk meningkatkan kemampuan siswa. Siswa

diberikan cerita yang berjudul “Legenda Batu Menangis”. Siswa diminta

membaca teks, kemudian dilanjutkan dengan membahas jawaban yang sesuai

bersama-sama dengan guru. Namun, sebelum guru memberikan jawaban yang

tepat siswa dipancing untuk memberikan jawaban menurut mereka yang benar.

Latihan tersebut meliputi menentukan identitas buku, menulis ringkasan,

memberikan komentar, dan menentukan kutipan sesuai komentar yang diberikan.

Akan tetapi, latihan ini difokuskan pada indikator ringkasan cerita dan menuliskan

kutipan bagian yang dikomentari. Hal tersebut disebabkan oleh hasil kerja siswa

masih banyak mengalami kesalahan di bagian penulisan ringkasan dan kutipan

cerita yang dikomentari.

Pada tahap selanjutnya siswa diminta memilih bahan bacaan. Situasi sudah

berjalan tenang dan tertib. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan metode

yaitu dengan penggiliran sesuai barisan tempat duduk. Siswa secara bergantian

maju berdasarkan deretan tempat duduk masing-masing untuk memilih bahan

bacaan yang diinginkan. Selesai memilih bahan bacaan masing-masing siswa

kembali menempati tempat duduknya. Namun, terdapat beberapa siswa yang

diperbolehkan membaca di lantai agar lebih leluasa sesuai keinginannya. Selama

proses mebaca, guru berkeliling untuk mengawasi siswa dan membantu jika ada

siswa yang mengalami kesulitan.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, siswa mulai merasa nyaman

dengan suasana dan posisi mereka masing-masing pada siklus ini, sehingga proses
82

membaca siswa lebih cepat dimulai dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

Namun, saat proses membaca siswa masih menemui kesulitan. Kesulitan tersebut

berasal dari kata-kata atau istilah sulit pada bahan bacaan yang mereka temui.

Dialog pertanyaan dari siswa tampak pada Dialog 4.5.

Berdasarkan Dialog 4.5 dapat disimpulkan bahwa interaksi aktif kembali

terjadi pada kegiatan di siklus 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan saat

menemui kesulitan tanpa memendam rasa ketidaktahuannya.

S1: “Bu, saya mau tanya.”


G: “Iya, tanya apa?”
S1: “Artinya fantasi itu apa, Bu?”
G: “Fantasi itu khayalan atau sesuatu yang hanya di angan-angan.
Begini, apa kamu pernah membayangkan nanti jika besar
kamu akan menjadi dokter?”
S1: “Oh, pernah Bu, tapi saya membayangkan menjadi tentara.”
G: “Ya seperti itu, nah itu yang disebut dengan fantasi.”
S1: “Iya, saya mengerti Bu sekarang.”
S2: “Oh berarti dunia fantasi itu dunia khayalan ya, Bu?”
G: “Iya, permainan-permainan yang ada di sana berasal dari
khayalan anak-anak, makanya permainannya bermacam-
macam.”

Dialog 4.5

Selain Dialog 4.5, pada siklus ini terdapat pula dialog interakasi siswa

dengan siswa lain yang juga mengalami kesulitan pemahaman saat proses

membaca. Adapun dialog tersebut terlihat pada Dialog 4.6 berikut.

S1: Bu, kombong itu apa, Bu?


S2 : Oalah, aku tahu itu.
G: Iya, coba apa artinya?
S2: Kombong ‘kan bahasa jawa, Bu artinya kandang ya?
G: Iya, bagus. Kombong itu kandang.
S1: Oh, terima kasih Bu.

Dialog 4.6

Dialog 4.6 menandakan adanya interaksi positif sesama siswa dalam

memecahkan masalah. Siswa lain mampu mengutarakan pendapatnya tentang

pengertian kata sulit yang ditemui oleh temannya. Berdasarkan dialog tersebut
83

dapat disimpulkan adanya interaksi sesama teman dapat membantu proses

membaca siswa dalam memahami bahan bacaan.

Pada tahap berikutnya, kegiatan diisi dengan kegiatan mengisi jurnal

membaca. Berdasarkan pengamatan peneliti pada tahap ini siswa sudah tidak

banyak menemui kesulitan dalam mengerjakan. Hanya terdapat beberapa siswa

yang menemui kesulitan. Namun, siswa-siswa tersebut adalah siswa yang

cenderung tidak memperhatikan saat diberi pengarahan dan materi. Jadi, guru

memberikan penjelasan ulang saat melakukan kesalahan dalam mengerjakan

jurnal.

Setelah tahap mengerjakan jurnal selesai, tahap selanjutnya siswa diminta

membacakan komentar. Siklus 2 ini, kegiatan diisi dengan metode “talking stik”.

Penerapan metode ini mendapat antusiasme besar dari siswa karena permainan ini

menggunakan media stik, siswa juga dapat menyanyikan lagu hingga permainan

dihentikan. Berdasarkan pengamatan, siswa mulai berani menanggapi hasil

komentar temannya. Namun, siswa yang memberi tanggapan cenderung siswa

yang mendapat bahan bacaan yang sama. Hal tersebut membuktikan adanya

peningkatan kemampuan membaca siswa dibandingkan dengan siklus 1.

Di akhir program jam baca, siswa mengungkapkan kesannya tentang

program jam baca. Beberapa siswa mengungkapkan keinginannya untuk terus

diadakan program jam baca. Namun, beberapa siswa lain tampak bermalas-

malasan. Setelah ditanyakan pada siswa yang bersangkutan, mereka

mengungkapkan ingin segera pulang karena sudah mengantuk dan lelah. Pada

tahap akhir, motivasi kembali diberikan kepada para siswa untuk terus membaca.

Selain itu, untuk meningkatkan frekuensi dan variasi bahan bacaan siswa, guru
84

memberi motivasi lain tentang contoh tokoh sukses yang memiliki hobi membaca

seperti Soekarno dan R.A. Kartini. Siswa tampak memperhatikan setiap kata-kata

motivasi yang diberikan sebagai wujud antusiasme mereka. Berdasarkan hasil

program jam baca siklus 1 secara keseluruhan diperoleh data yang dapat dilihat

pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Hasil Observasi Penerapan Program Jam Baca Siklus 2


Kegiatan yang Diamati Deskripsi
A. Kegiatan Praprogram
1. Siswa mengambil tempat masing- Semua siswa menempati tempat duduk di
masing perpustakaan sesuai waktu yang ditentukan
2. Kesiapan menerima pengarahan Siswa siap menerima pengarahan, sedikit siswa
kegiatan oleh guru yang masih sibuk sendiri.
B. Kegiatan awal program
3. Siswa menjawab pertanyaan Siswa sudah aktif menjawab pertanyaan
apersepsi oleh guru apersepsi.
4. Siswa mendengarkan saat Hampir semua siswa memperhatikan
dijelaskan pengarahan oleh guru pengarahan yang diberikan guru.
C. Kegiatan inti program
5. Siswa memperhatikan ketika Saat pemberian materi siswa tampak serius
guru menjelaskan materi memperhatikan penjelasan, hanya beberapa
siswa saja yang kurang serius memperhatikan.
6. Siswa memilih bahan bacaan Proses pemilihan bahan bacaan berjalan dengan
tertib.
7. Siswa segera membaca bahan Siswa segera membaca buku cerita dengan
bacaan seksama.
8. Siswa mengajukan pertanyaan Banyak siswa aktif mengajukan pertanyaan saat
saat mengalami kesulitan mengalami kesulitan.
9. Siswa mengisi jurnal membaca Siswa mengisi jurnal membaca sesuai arahan
sesuai arahan yang diberikan oleh guru.
10. Siswa membacakan komentar Siswa membacakan komentar dan alasan
beserta alasan dengan tepat.
11. Siswa mengemukakan tanggapan Siswa cukup aktif mengemukakan tanggapan
terhadap komentar teman terhadap komentar teman.
12. Siswa menjawab pertanyaan yang Sebagian besar siswa menjawab pertanyaan
diajukan dengan benar.
D. Kegiatan penutup program
13. Siswa f mengungkapkan kesan Siswa aktif mengungkapkan kesan dan kesulitan
dan kesulitan yang dialami yang dialami.
14. Siswa memperhatikan motivasi Semua siswa dengan antusias memperhatikan
membaca yang diberikan motivasi yang diberikan oleh guru.
85

4.3.2 Hasil Program Jam Baca untuk Peningkatan Kemampuan dan


Minat Membaca

Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 2 mengalami peningkatan

hasil karena adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Peningkatan hasil

kemampuan dan minat membaca siswa adalah sebagai berikut.

4.3.2.1 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuann


Membaca

Pada siklus 2 kemampuan membaca juga diukur menggunakan jurnal

membaca seperti pada siklus 1. Berdasarkan hasil kerja siswa diperoleh beberapa

temuan kemampuan membaca yang dipaparkan sebagai berikut.

Berdasarkan hasil kemampuan membaca membaca tiap indikakor siklus 2

pada Tabel 4.7 (terlampir), maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan

penguasaan kompetensi pada siklus 2 sudah berhasil. Siswa yang sudah mencapai

ketuntasan berjumlah 21 (84%). Siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) berjumlah lebih banyak, yaitu 4 orang (16%).

Dari hasil kemampuan membaca siklus 2 setelah dilakukan tindakan

peningkatan yang dicapai sudah berhasil. Terdapat 3 siswa memperoleh nilai 100;

5 siswa yang memperoleh nilai 95; 3 siswa memperoleh nilai 90; 1 siswa

memperoleh nilai 87,5; 2 siswa memperoleh nilai 85; 2 siswa memperoleh nilai

82,5; dan 5 siswa memperoleh nilai 80. Terdapat 4 siswa yang memperoleh nilai

dibawah KKM. Terdapat 1 siswa memperoleh nilai 72,5; 2 siswa memperoleh

nilai 70, dan 1 siswa memperoleh nilai 67,5.

Berdasarkan hasil pengamatan hasil kerja siswa yang yang diperoleh pada

siklus 2, beberapa kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan sama

dengan pada siklus 1. Siswa kurang teliti dalam membuat ringkasan cerita dan
86

penulisan ejaan kalimat kutipan. Siswa juga cenderung menulis kata-kata

menggunakan singkatan. Hal tersebut diduga karena siswa terbiasa menggunakan

singkatan-singkatan dan simbol dalam menulis. Meskipun demikian, hasil yang

diperoleh sudah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Selain data skor

setiap indikator dan total nilai, dari hasil jurnal membaca pada siklus ini diperoleh

pula hasil prosentase kemampuan membaca berdasarkan kualifiksi pada siklus 1

yang merujuk pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 2


No Kualifikasi Interval Jumlah %
1 Sangat baik 85-100 14 56
2 Baik 70-84 10 40
3 Cukup 55-69 1 4
4 Kurang 40-54 - -
5 Gagal 0-39 - -
Jumlah 25 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki

kualifikasi sangat baik berjumlah cukup besar yaitu 14 (56%) siswa. Pada

kualifikasi baik berjumlah 10 (40%) siswa. Pada tingkatan kualifikasi cukup

hanya terdapat 1 (4%) siswa. Tidak terdapat siswa pada kualifikasi kurang dan

gagal. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa tindakan pada siklus 2 sudah

berhasil meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Setiap hasil kerja jurnal membaca memiliki kualifikasi yang berbeda. Hal

tersebut disebabkan oleh kesulitan yang dialami setiap siswa bervariasi. Dari hasil

jurnal membaca siklus 2 terdapat kualifikasi sangat baik (SB), baik (B), dan cukup

(C). Pada program siklus 2 tidak terdapat hasil jurnal membaca yang memiliki

kualifikasi kurang (K) dan gagal (G). Jurnal membaca yang memiliki kualifikasi

sangat baik (SB) merujuk pada Gambar 4.6 berikut. Jurnal membaca hasil kerja

siswa yang asli dapat dilihat pada lampiran.


87

Jurnal membaca

Nama : Irawati
Kelas : VII E

Identitas Buku:
Judul buku : Gerhana Kota penerbit : Jakarta
Nama pengarang : Muhammad Ali Tahun penerbit : 2007
Penerbit : PT. Pustaka Utama Grafiti

Ringkasan Cerita:
Sudah tiga hari tukang becak yang bernama Cak Nyoto tidak muncul. Cak nyoto adalah
tukang becak langgananku. Aku tak tahu mengapa Cak Nyoto tidak muncul. Memang
perkerjaan sebagai penarik becak susah. Akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi
rumahnya. Kudatangi rumahnya. Keadaan rumah sangat memprihatinkan rumah Cak nyoto
reyot dan sama sekali tidak mirip dengan sebuah rumah. Lalu aku masuk rumahnaya,
rumahnya gelapakhirnya kulihat Cak Nyoto yang terbaring lemah di kamar dan di dekatnya
istri dan keempat anaknya. Kutanya pada Cak Nyoto apa yg sedang dialaminya, ternyata
Cak Nyoto sakit radang paru-paru, kira-kira sudah lima tahun ini. Cak Nyoto sudah pernah
berobat ke Puskesmas dan diberi resep obat tersebut seharga lima ribu rupiah, tapi bagi Cak
Nyoto lima ribu itu mahal. Lalu aku segera berpamitan, kubilang padanya, “Lekas sembuh
ya Cak”. Setelah sampai di rumah ada orang yang memberi kabar bahwa Cak Nyoto baru
saja meninggal. Aku terkejut dan langsung mengucap “Innalillahi Wainnailaihiroojiun”.

Komentar dan alasan:


Saya merasa kasihan kepada Cak Nyoto ia mati-matian bekerja sebagai penarik becak demi
menghidupi keluarganya.

Kutipan bagian yang dikomentari:


“Jika saya tidak bekerja anak dan keluarga saya makan apa?”

Gambar 4.6 Jurnal Membaca Siklus 2 dengan Kualifikasi Sangat Baik (SB)

Pada Gambar 4.6, identitas buku sudah memenuhi kategori lengkap.

Semua indikator identitas buku sudah disebutkan, yaitu judul buku, pengarang,

kota penerbit, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Ringkasan yang ditulis siswa

juga sudah lengkap dan runtut sehingga dapat dimengerti jalan ceritanya, hanya

sedikit kesalahan EYD yang digunakan siswa. Siswa sudah mampu menulis

ringkasan dengan baik.

Pada jurnal membaca, komentar dan alasan yang diberikan siswa juga

sudah baik. Komentar yang diberikan jelas dan disertai dengan alasan yang sesuai.

Berdasarkan hasil komentar dan alasan siswa, siswa telah menguasai isi cerita
88

dengan baik. Selain itu, kutipan yang dituliskan siswa berdasarkan teks juga sudah

sesuai dengan isi komentar dan penulisan EYD yang tepat. Berdasarkan hasil

tersebut disimpulkan bahwa siswa mampu menguasai kompetensi yang ingin

dicapai. Selain contoh jurnal membaca dengan kualifikasi SB, terdapat pula jurnal

membaca yang termasuk pada kualifikasi baik. Contoh jurnal membaca dengan

kualifikasi baik merujuk pada Gambar 4.7 berikut.

Nama : Isnun Lailatul Komariah


Kelas : VII E

Identitas Buku:
Judul buku : Sampah bulan Desmber Kota penerbit : Bekasi
Nama pengarang : Hamsad Rangkuti Tahun penerbit : 2007
Penerbit : CV. Moutindo Mitra Abadi

Ringkasan Cerita:
Pada suatu hari dihalte ada seorang wanita dan seorang anak. Waktu itu libur umum. Kota
sepi. Hari waktu itu panas terik. Seorang wanita itu mengenakan kalung emas yg kutaksir
dua puluh gram. Aku gelisah melihat kalung itu, sedang dia tenang-tenang saja. Dia buka
sedikit kerah bajunya karena terik matahari itu. dia seolah tampak ingin menyombongkan
perhiasan itu. memamerkan miliknya kepada orang lain. pada saat seperti itulah datang dua
orang lelaki dari dalam gang dan langsung menodongkan dua pucuk pisau belati. Kalung
emas itu direntapkan oleh laki-laki yg menodongkan pisau belati ke leher si wanita dengan
tangannya yg tidak memegang pisau.

Komentar dan alasan:


Saya tidak suka dengan laki-laki yg dari gang itu karena ia mencuri kalung wanita itu
walaupun kalung itu hanya imitasi.

Kutipan bagian yang dikomentari:


Pada saat seperti itulah datang dua orang lelaki dari dalam gang dan langsung
menodongkan dua pucuk pisau belati. Satu diarahkan ke leher wanita muda itu direntapkan
oleh laki-laki yg menodongkan pisau belati ke leher si wanita dengan tangannya yg tidak
memegang pisau. Kalung itu tampak olehku putus dan menimbulkan bekas merah wanita
muda itu. kedua laki-laki dengan cepat menghilang masuk ke dalam gang melarikan
perhiasan wanita muda itu.

Gambar 4.7 Jurnal Membaca Siklus 2 dengan Kualifikasi Baik (B)

Berdasarkan hasil pengamatan jurnal membaca pada Gambar 4.7,

kesalahan bukan pada indikator identitas buku, melainkan ringkasan cerita.

Ringkasan tersebut masih belum lengkap. Cerita yang dituliskan hanya sampai

pada inti cerita. Oleh karena itu, isi cerita belum sepenuhnya mampu dipahami.
89

Siswa diduga masih kesulitan membuat ringkasan yang padat dengan memenuhi

kelengkapan isi cerita. Selain itu, masalah penggunaan EYD yang belum tepat

kembali terjadi pada siklus ini. Siswa masih cenderung menggunakan singkatan

pada kata “yang”.

Indikator yang paling penting ,menulis komentar dan alasan, sudah mampu

dikuasai oleh siswa. siswa sudah dapat memberikan komentar dengan kalimat

yang jelas, serta alasan yang sesuai berdasarkan isi pada cerita tersebut. Kutipan

yang dituliskan siswa juga sudah tepat dan mendukung komentar yang diberikan.

Akan tetapi, tulisan belum sesuai dengan EYD yang tepat. Siswa kembali

menggunakan singkatan kata seperti pada indikator ringkasan cerita. Hal tersebut

diduga siswa terbiasa menulis menggunakan singkatan seperti itu. Contoh pada

gambar 4.8 berikut adalah jurnal membaca dengan kategori cukup (C) untuk

membandingkan hasil kerja siswa dengan jurnal membaca sebelumnya.

Berdasarkan hasil jurnal membaca dengan kualifikasi cukup (C) pada

Gambar 4.8 siswa sudah menguasai indikator menulis identitas buku. Namun,

pada ringkasan cerita siswa belum dapat menulis ringkasan dengan lengkap.

Siswa hanya menuliskan awal dan akhir cerita. Siswa justru menghilangkan inti

cerita pada ringkasannya. Hal ini mengakibatkan ringkasan tidak memenuhi

kategori lengkap. Siswa juga mengalami banyak kesalahan pada penulisan EYD.

Kesalahan tersebut antara lain berupa penggunaan simbol untuk kata ulang,

singkatan kata-kata tertentu, dan penggunaan huruf kapital.

Pada indikator komentar dan alasan, siswa tampak masih kesulitan dalam

menuliskan komentarnya. Siswa masih bingung menyampaikan komentar dengan


90

baik, sehingga hanya disampaikan alasannya saja. Oleh karena itu, kutipan yang

ditulis juga tidak sesuai karena tidak ada komentar yang diberikan.

Nama : Liska Apriliani


Kelas : VII E

Identitas Buku:
Judul buku : Sampah bulan Desmber Kota penerbit : Bekasi
Nama pengarang : Hamsad Rangkuti Tahun penerbit : 2007
Penerbit : CV. Moutindo Mitra Abadi

Ringkasan Cerita:
Banyak tidakan kejahatan yg dinilai sadis yg pernah kita baca di koran2. Perbuatan nekat
dan sadis itu tampaknya dilakukan karena Putus asa. Waktu libur umum, kota sepi. hanya
aku dan seorang wanita muda yg menunggu datangnya kendaraan umum di halte bus. Hari
ini panas terik. Aku sejak berdiri dekat wnita muda itu tetap jaga sikapnya yg sopan. Dia
mengenakan kalung Emas yg kutaksir 2 puluh gram. aku gelisah melihat kalung emas itu,
sedangkan dia tenang2 saja. Pd saat itulah datang dua orang Lelaki dari dlm gang &
langsung menodongkan 2 Pucuk Pisau belati. “Makan! Telan kalung imitasimu ini!”Wanita
itu putus asa membuka mulutnya dan akhirnya dia telan. Sejurus kemudian, wanita itu pulih
kesadarannya. Dia menjerit “tolong2”ia Histeris.

Komentar dan alasan:


Karena perempuan muda itu memperlihatkan kalung emasnya itu, sehingga munculah 2
lelaki dari 2 gang dan mengambil kalung emas milik perempuan itu.

Kutipan bagian yang dikomentari:


Dia mengenakan kalung emas yg kutaksir 20 gram. aku gelisah kalung emas itu direntapkan
oleh laki2 yg menodongkan Pisau belati ke leher wanita itu.

Gambar 4.8 Jurnal Membaca Siklus 2 dengan Kualifikasi Cukup (C)

Berdasarkan hasil analisis jurnal membaca dari kualifikasi sangat baik

(SB), baik (B), dan cukup (C) pada siklus 2 maka dapat disimpulkan bahwa

kesalahan yang banyak terjadi pada penulisan EYD yang tepat baik pada

ringkasan cerita maupun kutipan yang mendukung komentar. Hal tersebut

disebabkan siswa terbiasa menggunakan singkatan kata dan simbol saat menulis.

Namun, sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan identitas buku, ringkasan

cerita, komentar dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari dengan baik.

Pada siklus 2 ini, kemampuan membaca mengalami peningkatan

dibandingkan dengan studi pendahuluan dan siklus 1. Data hasil perbandingan

kemampuan membaca siswa dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut.


91

Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2
Studi Pendahuluan Siklus 1 Siklus 2
No Kualifikasi Interval
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Sangat baik 85-100 3 12 9 36 14 56
2 Baik 70-84 5 20 10 40 10 40
3 Cukup 55-69 10 40 3 12 1 4
4 Kurang 40-54 2 8 3 12 - -
5 Gagal 0-39 5 20 - - - -
Jumlah 25 100 25 100 25 100

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil kemampuan membaca

setiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah hasil

jurnal membaca siswa yang memiliki kualifikasi sangat baik (SB) terus

meningkat. Pada studi pendahuluan Prosentase jumlah siswa pada kualifikasi SB

adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan

kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus

2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami

peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami

penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G).

Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan

gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil

meningkatkan kemampuan membaca siswa.

4.3.2.2 Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca

Perolehan hasil minat membaca siswa siklus 2 diperoleh dari angket yang

diberikan siswa pada pertemuan seminggu setelah pelaksanaan siklus 2. Hasil

minat membaca siswa diukur dari aspek frekuensi membaca siswa dan variasi

bahan bacaan yang dibaca dalam waktu 1 minggu. Berdasarkan hasil angket

tersebut didapatkan beberapa temuan yang disajikan pada Tabel 4.10 (terlampir).
92

Pada siklus 2 hasil minat membaca siswa mengalami peningkatan, baik

frekuensi membaca siswa maupun variasi bacaan. Siswa yang memiliki frekuensi

membaca dengan kategori rendah berkurang menjadi 7 (28%) siswa. siswa yang

memiliki kategori membaca sedang meningkat menjadi 14 (56%) siswa,

sedangkan pada siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca

tinggi yaitu 4 (16%) siswa. Hal tersebut menandakan adanya kesadaran diri pada

siswa tentang manfaat membaca. Siswa sudah mulai membiasakan diri untuk

membaca, meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu pesat karena masih

membutuhkan penerapan program secara berkala. Berdasarkan data di atas maka

perolehan peningkatan minat membaca siklus 2 merujuk pada Gambar 4.9.

56%
60%

50%

40%
28%
30% Siklus 2
16%
20%

10%

0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.9 Diagram Frekuensi Membaca Siklus 2

Pada kegiatan program jam baca perkembangan minat membaca siswa

selalu diamati. Hasil tersebut dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Jika

peningkatan yang dialami belum maksimal dilakukan refleksi dan tindak lanjut

untuk meningkatkan hasil pada siklus selanjutnya. Hasil minat membaca siswa

dari studi pendahuluan, siklus 1, dan siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 4.10

berikut.
93

96%
100% 88%

80% Studi Pendahuluan


56% Siklus 1
60%
Siklus 2
40% 28%
16%
20% 12%
4%
0% 0%
0%
Rendah Sedang Tinggi

Gambar4.10 Diagram Frekuensi Membaca Studi Pendahuluan, Siklus 1, Siklus 2

Berdasarkan data tersebut, pada studi pendahuluan siswa frekuensi minat

membaca siswa sangat rendah. Pada studi pendahuluan siswa frekuensi minat

membaca siswa sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari jumlah siswa yang tidak

memiliki minat membaca dengan kualifikasi rendah yaitu 24 siswa (96%). Dari 24

siswa tersebut, 12 siswa (48%) tidak memiliki minat baca dan 12 siswa (48%)

memiliki minat baca. Siswa yang memiliki minat membaca dengan kualifikasi

sedang hanya 1 siswa (4%). Akan tetapi, tidak terdapat siswa yang memiliki minat

membaca dengan kategori tinggi. Sebagian besar siswa memeiliki frekuensi

membaca yaitu hanya 1-2 kali seminggu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa siswa masih belum memiliki minat untuk membaca.

Setelah dilakukan tindakan program jam baca, pada siklus 1 minat

membaca siswa mengalami peningkatan. Pada siklus ini tidak terdapat siswa yang

tidak memiliki minat baca seperti pada studi pendahuluan. Namun, frekuensi

membaca siswa masih cenderung rendah. Frekuensi membaca siswa dengan

kualifikasi rendah terdapat 22 siswa (88%), sedangkan siswa dengan kualifikasi


94

sedang meningkat menjadi 3 orang (12%). Namun, belum terdapat siswa yang

memiliki frekuensi membaca dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi

tidak begitu besar. Sebagian besar siswa masih memiliki frekuensi membaca 1-2

kali seminggu, hanya sedikit yang memiliki frekuensi 3-4 kali seminggu. Akan

tetapi, dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula

pada antusias siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca.

Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami peningkatan

frekuensi membaca. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan kategori

rendah berkurang menjadi 7 siswa (28%). siswa yang memiliki kategori membaca

sedang meningkat menjadi 14 siswa (56%), sedangkan pada siklus ini juga

terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 4 siswa (16%).

Sebagian besar siswa sudah membaca 3-4 kali seminggu. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap minat dan antusias siswa dalam

membaca sudah meningkat.

Demikian pula dengan variasi membaca, bahan bacaan siswa sudah cukup

variatif. Terdapat 21 siswa (84%) sudah memiliki 2 variasi, bahkan ada 1 siswa

(4%) yang sudah memiliki 3 variasi bacaan. Akan tetapi, masih ada 3 siswa (12%)

yang belum memiliki variasi bacaan. Berdasarkan data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa program jam baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat

membaca siswa dari segi variasai bahan bacaan. Siswa sudah mencari wawasan

dari jenis buku bacaan lain. Mereka tidak cenderung lagi membaca buku sesuai

minat mereka saja. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.
95

Tabel 4.11 Minat Baca Siswa pada Siklus 2

Variasi Frekuensi Jumlah Siswa


No. Jumlah Siswa
Bacaan Membaca
1. 3 1 Tinggi 7
2. 2 21 Sedang 14
3. 1 3 Rendah 4

Jika dibandingkan dengan hasil pada studi pendahuluan dan siklus 1,


program jam baca pada siklus 2 mengalami peningkatan variasi bahan bacaan.
Perbandingan hasil peningkatan variasi bahan bacaan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Variasi Bacaan Studi Pendahuluan, Siklus 1, dan Siklus 2


Jumlah Studi Siklus
No. Jenis teks Siklus 1
Variasi Pendahuluan 2
1. 3 Koran/buku sastra/buku
- - 1
pengetahuan/buku pelajaran
2. 2 Koran, buku sastra/buku sastra, buku
pengetahuan/buku sastra, koran, buku - 1 21
sastra
3. 1 Buku sastra, koran, buku pengetahuan 25 24 3
Jumlah 25 25 25

Berdasarkan data pada Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada studi
pendahuluan variasi bahan bacaan siswa sangat kurang. Semua siswa belum
memiliki variasi bahan bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan
bacaan. Dari jumlah siswa yang memiliki minat membaca, 8 siswa (32%)
memiliki kecenderungan membaca buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan
bacaan lain yaitu berupa buku pengetahuan dan koran/majalah yaitu 5 siswa
(20%). Dari 5 siswa tersebut terdapat 2 siswa memiliki kecenderungan membaca
koran/majalah dan 3 siswa membaca buku pengetahuan. Kecenderungan bahan
bacaan yang dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran
akan pentingnya membaca bahan bacaan variatif. Siswa hanya membaca buku
yang sesuai dengan minatnya masing-masing.
Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami

peningkatan. Setiap siswa belum mengalami peningkatan variasi bacaan

dibandingkan dengan studi pendahuluan. Hanya terdapat 1 siswa yang memiliki 2


96

variasi yaitu membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil

meningkatkan variasi bahan bacaan siswa.

Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa sudah cukup variatif.

Terdapat 21 siswa (84%) sudah memiliki 2 variasi bacaan, bahkan ada 1 siswa

(4%) yang sudah memiliki 3 variasi bacaan. Akan tetapi, masih ada 3 siswa (12%)

yang belum memiliki variasi bacaan. Berdasarkan data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa program jam sudah berhasil meningkatkan minat membaca

siswa SMP Negeri 1 Puri.

4.3.3 Temuan Penelitian

Berdasarkan paparan data proses dan hasil penerapan program jam baca

siklus 2 diperoleh beberapa temuan sebagai berikut.

a. Temuan Proses Penerapan Program Jam Baca

Berikut ini merupakan paparan temuan proses penerapan program jam

baca siklus 2 yang terdiri atas empat tahap, yaitu (1) tahap praprogram, (2) tahap

awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program.

1) Pada tahap praprogram, siswa kembali diminta untuk menempati tempat

duduk masing-masing yang telah disediakan di perpustakaan untuk menerima

pengarahan dari guru terkait langkah penerapan program jam baca. Pada siklus

ini diterapkan perubahan waktu agar pelaksanaan program tidak terganggu

sehingga kegiatan sudah berjalan sesuai rencana. Waktu pelaksanaan program

dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir. Siswa juga semakin

antusias dibandingan dengan siklus 1. Hal tersebut terbukti dengan siswa

datang lebih awal ke perpustakaan sebelum jadwal yang ditentukan.


97

2) Pada kegiatan awal program, guru melakukan apersepsi terkait perubahan

minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami siswa dari pelaksanaan

program pada siklus 1. Pada siklus ini, siswa sudah mulai antusias dan aktif

dalam menjawab pertanyaan apersepsi. Selanjutnya guru memberikan

pengarahan terkait adanya perubahan metode. Pengarahan diberikan agar

siswa dapat melaksanakan program sesuai langkah-langkah yang diberikan.

Pada tahap ini, siswa dapat memperhatikan pengarahan yang diberikan dengan

kondusif.

3) Pada kegiatan inti guru memberikan materi melalui pelatihan bersama

menuliskan ringkasan, komentar, dan kutipan bagian yang dikomentari dari

cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap ini, siswa aktif memberikan

pendapat terkait indikator latihan yang dikerjakan. Selanjutnya, guru meminta

siswa memilih bahan bacaan dengan bergilir berdasarkan deretan bangku.

Dengan adanya perubahan metode ini, siswa lebih tertib dan tidak saling

berebut. Selanjutnya, siswa diminta membaca buku masing-masing,

sedangkan guru mengawasi dan membantu jika ada yang mengalami

kesulitan. Siswa lebih aktif bertanya saat menemui kesulitan dalam membaca

dan mengerjakan jurnal membaca dan mengutarakan pendapatnya. Setelah

selesai mengerjakan jurnal, guru dan siswa melakukan metode talking stik.

Siswa tampak antusias dengan adanya metode talking stik sehingga siswa

tidak ragu lagi untuk maju karena pemilihan dilakukan dengan adil. Pada

proses selanjutnya, siswa dengan mengajukan pertanyaan dan menanggapi

komentar yang dibacakan temannya.


98

4) Pada kegiatan penutup, guru menanyakan kesan-kesan siswa dalam mengikuti

program jam baca siklus 2. Siswa senang mengikuti program jam baca ini dan

ingin diadakan kembali. Hal tersebut tampak dari kesan-kesan yang

diungkapkan oleh siswa. Namun, ada beberapa siswa yang mengungkapkan

ingi segera pulang karena lapar dan mengantuk. Selanjutnya, guru juga

memberikan motivasi dengan memberikan contoh tokoh sukses di Indonesia

seperti Soekarno dan R. A Kartini yang memiliki hobi membaca. Dengan

motivasi ini tampak antusiasme siswa lebih besar.

b. Temuan Penelitian Peningkatan Kemampuan Membaca

Berdasarkan hasil jurnal membaca siklus 2 sebagian besar sudah mampu

mengomentari buku cerita yang dibaca. Pada siklus ini terdapat peningkatan dari

siklus 1 yaitu dari 9 (36%) siswa menjadi 14 (56%) siswa yang memperoleh nilai

dengan kualifikasi sangat baik, 10 (40%) siswa tetap memperoleh nilai dengan

kualifikasi baik sesuai siklus 1, 3 (12%) siswa berkurang menjadi 1 (4%) siswa

yang memperoleh nilai dengan kualifikasi cukup, dan dari 3 (12%) siswa pda

siklus 1 berkurang total menjadi tidak terdapat siswa dengan kualifikasi cukup,

sedangkan pada kualifikasi terakhir sama seperti pada siklus 1, tidak terdapat

siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi gagal. Sebagian besar siswa

(56%) sudah mampu menguasai kompetensi dengan mampu menulis identitas

buku dengan lengkap, ringkasan cerita lengkap dan runtut, komentar dan alasan

yang tepat dan logis, serta kutipan cerita yang sesuai dan tepat penulisannya.

Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

membaca melalui penerapan program jam baca.

c. Temuan Penelitian Peningkatan Minat Membaca


99

Berdasarkan penerapan program jam baca siklus 2 siswa sudah mengalami

peningkatan minat membaca, baik dari segi frekuensi membaca maupun variasi

bahan bacaan siswa. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan

program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi

bahan bacaan. Pada siklus 2, terdapat 7 (28%) siswa dengan kategori rendah, 14

(56%) siswa yang memiliki kategori sedang, 4 (16%) siswa yang memiliki

kategori membaca tinggi. Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 2,

terdapat 3 siswa (12%) yang memiliki 1 variasi bahan bacaan, 21 siswa (84%)

yang memiliki 2 variasi bahan bacaan, hanya terdapat 1 siswa (4%) yang memiliki

3 variasi bahan bacaan.

4.3.4 Refleksi

Secara keseluruhan, siklus 2 berjalan sesuai dengan target yang

diharapkan. Pada siklus ini sudah mengalami peningkatan kemampuan dan minat

membaca siswa. Hal tersebut terbukti dari adanya peningkatan kemampuan dan

minat membaca siswa pada siklus 2 dibandingkan siklus sebelumnya. Adanya

peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa terjadi karena adanya

perbaikan rencana dari siklus ke siklus sebagai tindak lanjut dari kekurangan yang

dialami.
100

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bagian ini diuraikan pembahasan penelitian tentang “Peningkatan

Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan Program Jam Baca Sekolah

di Kelas VII SMP Negeri 01 Puri” yang meliputi: (1) proses penerapan program

jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri,

(2) hasil program jam baca pada siswa SMP Negeri 01 Puri yang terdiri atas: (1)

kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri dan (2) minat membaca siswa

SMP Negeri 01 Puri.

5. 1 Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan


Kemampuan Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri

Program jam baca merupakan program yang bertujuan untuk

meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri.

program ini dilaksanakan karena rendahnya minat dan kemampuan membaca

siswa di SMP Negeri 01 Puri. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil studi

pendahuluan. Dengan adanya program yang berjalan dengan berfokus pada

peningkatan kemampuan mengomentari cerita, frekuensi membaca, dan variasi

bahan bacaan ini akan berdampak positif pada peningkatan minat dan kemampuan

membaca.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan

perencanaan tindakan yang telah disusun selama dua siklus, maka diperoleh
101

beberapa hasil terkait proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan

kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Proses program jam baca

terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program,

(3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program. Pertama, dalam tahap

praprogram siswa diminta untuk menempati tempat duduk masing-masing di

perpustakaan untuk menerima pengarahan langkah-langkah kegiatan program jam

baca oleh guru. Pada siklus 1, siswa belum dapat dikondisikan dengan baik.

Setelah jam sekolah berakhir, siswa masih sibuk ke kantin, toilet, dan musala. Hal

tersebut mengakibatkan jadwal program tidak sesuai dengan yang telah

ditentukan. Di perpustakaan tidak semu siswa siap mengikuti program jam baca

karena masih asyik bermain dan mengobrol. Hal tersebut berbeda dengan

pertemuan pada siklus 2. Tahap praprogram pada siklus 2 sudah berjalan sesuai

rencana karena adanya perubahan waktu agar pelaksanaan program tidak

terganggu. Waktu pelaksanaan program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran

sekolah berakhir.

Kedua, pada tahap awal program, guru melakukan apersepsi dan memberi

pengarahan kegiatan program jam baca. Guru memberikan apersepsi dengan

menanyakan minat siswa membaca di perpustakaan dan pengalaman mereka

menulis jurnal membaca. Pada siklus 1, siswa mulai aktif menjawab pertanyaan

apersepsi meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak. Akan tetapi, terdapat

beberapa siswa yang masih asyik sendiri dan berbicara dengan temannya. Siswa

juga mendengarkan pengarahan yang diberikan oleh guru dengan seksama. Pada

siklus 2, terjadi peningkatan antusiasme siswa dalam mengikuti program jam

baca. Siswa sudah mulai aktif dalam menjawab pertanyaan apersepsi. Apersepsi
102

yang diberikan guru pada siklus 2 berbeda dengan siklus sebelumnya. Apersepsi

yang diberikan dengan menanyakan perubahan minat baca siswa setelah

mengikuti program jam baca dan memancing ingatan siswa tentang kompetensi

“mengomentari buku cerita yang dibaca” yang diperoleh dari pertemuan

sebelumnya. Siswa juga memperhatikan pengarahan yang diberikan terkait

perubahan metode dalam siklus 2 ini oleh guru. Jumlah siswa yang asyik sendiri

dan mengobrol sudah berkurang. Oleh karena itu, siswa dapat memperhatikan

pengarahan yang diberikan dengan kondusif. Pada tahap ini sangat dibutuhkan

perhatian siswa. perhatian siswa sangat penting agar siswa dapat melaksanakan

program jam baca sesuai arahan dan teratur. Hal tersebut sesuai pendapat Dimyati

(2006:42) yang menyatakan bahwa perhatian mempunyai peranan yang penting

dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pembelajaran akan timbul pada siswa

apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan

untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari akan

membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

Ketiga, pada tahap pelaksanaan inti program, guru menjelaskan materi

tentang konsep dan langkah-langkah menulis identitas buku, ringkasan cerita,

komentar dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari. Pada siklus, 1 siswa

mampu memperhatikan penjelasan materi dengan baik. Siswa tampak serius

mendengarkan penjelasan guru. Pada kegiatan selanjutnya, siswa diminta memilih

sesuai dengan minatnya masing-masing bahan bacaan yang telah disiapkan oleh

guru. Namun, dalam proses pemilihan tidak terdapat metode khusus dalam

penggiliran jadi semua siswa maju untuk memilih bahan bacaan. Bahan bacaan

tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
103

Selain itu, buku cerita tersebut dipilih sesuai pertimbangan kemampuan dan

kebutuhan sesuai dengan usianya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Franz dan

Meier (1983:17) yang menyatakan bahwa perhatian utama sudah sewajarnya

diberikan kepada buku remaja yang sifatnya bercerita dengan mempertimbangkan

kriteria yang sesungguhnya mengenai bahasa, susunan, dan cara menceritakan

sesuai dengan usianya. Pada tahap ini tidak berjalan tertib. Hal tersebut

disebabkan siswa saling berebut buku yang disediakan karena takut tidak

mendapatkan buku yang sesuai dengan minat mereka. Selanjutnya, siswa mulai

membaca buku yang diperoleh masing-masing. Akan tetapi, ada beberapa siswa

yang tidak segera membaca bukunya. Siswa tersebut masih sibuk membolak-

balikan bukunya dan ada juga siswa yang ingin bertukar buku dengan milik

temannya.

Waktu yang diberikan pada siswa untuk membaca yaitu 25 menit. Selama

siswa membaca, guru berkeliling untuk memantau dan membantu siswa yang

mengalami kesulitan. Pada tahap ini beberapa siswa aktif mengajukan pertanyaan

saat mengalami kesulitan memahami kata-kata atau teks pada buku cerita tersebut.

Siswa lain juga berinteraksi positif dengan membantu temannya mengartikan

kata-kata sulit. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa mengejakan jurnal

membaca sesuai buku cerita masing-masing. Siswa mampu mengisi jurnal sesuai

arahan yang diberikan. Siswa juga berani mengajukan pertanyaan saat menemui

kesulitan dalam mengisi jurnal. Setelah selesai membaca, siswa diminta membuat

komentar dan alasan dari segi isi atau bahasa dari buku cerita yang dibaca. Hal

tersebut sesuai pendapat Reinlander yang mengatakan bahwa pelajar harus dapat

merefleksikan secara kritis isi buku remaja dalam hubungannya dengan kenyataan
104

(Franz dan Meier, 1983:21). Salah satu tujuan umum refleksi yaitu pelajar

seharusnya dapat membentuk kesan menyeluruh dari suatu buku remaja dan dapat

mewujudkannya kembali serta dapat memberikan alasan mengenai kesannya

terhadap suatu buku remaja.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pada tahap pembacaan komentar siswa.

Siswa merasa enggan dan malu untuk maju membacakan komentar masing-

masing. Guru memilih siswa secara acak dengan memanggil nama berdasarkan

daftar presensi untuk membacakan komentarnya. Hal tersebut juga terjadi pada

tahap menanggapi komentar teman. Siswa kurang aktif menanggapi komentar

yang dibacakan oleh teman. Oleh karena itu, perlu adanya banyak perbaikan

perencanaan pada siklus selanjutnya karena menurut Dimyati dan Mudjiono

(2006:46), belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun

kelompok. Dengan adanya antusiasme siswa maka proses pembelajaran akan

lebih mudah dalam mencapai tujuan.

Pada siklus 2 mengalami beberapa perubahan rencana dan perbaikan.

Perubahan rencana tersebut antara lain yaitu (1) materi yang diberikan berupa

latihan mengisi jurnal dari cerita “Legenda Batu Menangis”, (2) penggiliran

pemilihan bahan bacaan menurut deret meja siswa, dan (3) penggunaan metode

talking stik saat pelaksanaan kegiatan pembacaan komentar siswa. Dengan adanya

perbaikan ini pelaksanaan program jam baca lebih efektif. Siswa juga lebih aktif

bertanya saat menemui kesulitan dalam membaca dan mengerjakan jurnal

membaca dan mengutarakan pendapatnya. Siswa tampak antusias dengan adanya

metode talking stik.


105

Keempat, pada tahap terakhir, penutup program, guru menanyakan kesan

dan kesulitan siswayang dialami dalam mengikuti program jam baca. Pada siklus

1, siswa aktif mengutarakan kesannya terhadap pelaksanaan program jam baca.

Siswa merasa senang dengan adanya program tersebut dan ingin diadakan

kembali. Namun, siswa masih bingung menyampaikan kesulitan yang dialami.

Pada kegiatan terakhir, guru memberikan motivasi kepada siswa untuk

meningkatkan minat dan antusiasnya untuk terus membaca. Motivasi yang

diberikan dengan menjelaskan manfaat membaca dan pentingnya membaca bahan

bacaan yang bervariatif. Pada siklus 2, tampak antusiasme siswa lebih besar yang

dilihat dari kesan-kesan yang diungkapkan oleh siswa dengan adanya program ini.

Motivasi juga diberikan oleh guru dengan memberikan contoh tokoh penting

Indonesia yang sukses karena memiliki hobi membaca. Minat membaca dapat

terwujud karena untuk meningkatkannya guru bertugas memberikan motivasi,

menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak untuk membaca, dan

mengusahakan ketersediaan buku-buku bacaan Wiryodijoyo (1989:194).

5.2 Hasil Penerapan Program Jam Baca pada Siswa SMP Negeri 01 Puri

Dalam penerapan program jam baca, aspek yang diamati tidak hanya

proses penerapan program, tetapi juga hasil dari penerapan program. Hasil

program jam baca yang diamati meliputi: (1) kemampuan membaca siswa SMP

Negeri 01 Puri dan (2) minat membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Hal tersebut

sesuai pendapat Wiryodijoyo (1989:39) yang menyatakan bahwa program

membaca meliputi bahan pelajaran serta pelaksanaan kegiatan untuk memajukan

sikap (senang atau tidak senang) dan ketrampilan membaca.


106

5.2.1 Kemampuan Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri

Dalam penerapan program jam baca, kompetensi yang diajarkan pada

siswa yaitu “Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca”. Kompetensi ini terdiri atas

beberapa indikator yaitu meliputi: (1) kemampuan menulis identitas buku, (2)

kemampuan siswa menuliskan ringkasan bacaan, (3) kemampuan memberikan

komentar terhadap bacaan dengan disertai alasan, dan (4) kemampuan menuliskan

kutipan dari bagian bacaan yang dikomentari. Dalam kompetensi ini bertujuan

agar siswa memiliki kemampuan membaca yang baik untuk memahami isi bacaan

dan memberikan penilaian atau pendapat sesuai skemata yang dimiliki oleh siswa.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Oka (1983:87-88) yaitu sebagai berikut.

Kemampuan membaca yang baik bercirikan (1) kemampuan


memahami atau menangkap isi bacaan secara secara komprehensif,
baik isinya yang tersurat maupun yang tersirat dan tersorot, (2)
kemampuan menilai bacaan secara kritis dalam rangka menentukan
kualitas intrinsik bacaan (bahasanya, tatananya, keakuratannya, dan
keshahihannya) di satu pihak, dan nilai, fungsi, dan kebergunaan
bacaan itu di pihak lain, dan (3) kemampuan memanfaatkan bacaan
itu secara kreatif untuk memecahkan masalah kehidupan yang
sedang dihadapi, untuk memproyeksikan masalah kehidupan di
masa-masa yang akan datang, dan untuk menghasilkan hal-hal yang
baru.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pada

studi pendahuluan, siswa yang mengalami ketuntasan atau nilai mencapai KKM

hanya sebesar 24%. Setelah dilakukan tindakan penerapan program jam baca,

siswa yang mencapai KKM meningkat sebesar 44% sehingga menjadi 68%.

Untuk siklus 2 dilakukan beberapa perbaikan dari kekurangan pada pelaksanaan

tindakan siklus 1 sehingga terjadi peningkatan. Peningkatan yang dialami sebesar

16%, sehingga jumlah ketuntasan hasil kemampuan membaca menjadi 84%.


107

Peningkatan kemampuan membaca terjadi akibat adanya tindak lanjut dari

refleksi pada setiap siklus. Tindak lanjut tersebut diberikan berupa pemberian

pelatihan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam meringkas cerita dan

menulis kutipan. Pelatihan itu diberikan karena adanya identifikasi kesulitan yang

dialami siswa dari hasil kerja jurnal membaca. Untuk memperoleh hasil membaca

yang baik guru perlu menyusun program kembali untuk siklus berikutnya dengan

mempertimbangkan kesalahan siswa dalam belajar membaca dari hasil jurnal

membaca.

Hasil kemampuan membaca dilihat juga dari segi kualifikasi nilai yang

diperoleh. Pada studi pendahuluan, persentase jumlah siswa pada kualifikasi SB

adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan

kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus

2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami

peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami

penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G).

Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan

gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil

meningkatkan kemampuan membaca siswa.

5.2.2 Minat Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri

Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca, tujuan pelaksanaan

program jam baca adalah juga untuk meningkatkan minat membaca siswa SMP

Negeri 01 Puri. Peningkatan minat membaca dalam hal ini berfokus pada

frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan (jenis teks). Fokus tersebut menjadi

pengukur dalam peningkatan minat membaca pada siswa. Selain itu, indikator
108

pengukur tersebut merupakan aspek keadaan membaca seseorang. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Franz/Meier (1983:11) yang menyatakan bahwa aspek

keadaan membaca yaitu jenis teks, motif membaca, tempat membaca, asal dan

pemilihan literatur, frekuensi membaca, dan intensitas membaca.

Dalam proses peningkatan minat membaca, guru memberikan motivasi

kepada siswa untuk memiliki antusias membaca yang tinggi karena manfaat dari

kegiatan membaca sangat banyak. Menurut Giehrl yang dikemukakan oleh

Franz/Meier (1983:8), terdapat tiga motivasi membaca berupa rangsangan dasar

yaitu sebagai berikut.

(1) Rangsangan dasar pertama untuk membaca adalah keinginan


untuk menangkap dan menghayati yang dijumpai di dunia-dalamnya,
disadari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya dan untuk
dapat menjelaskan adanya dunia disekelilingnya itu, (2) rangsangan
dasar kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau
setidaknya melonggarkan keterikatan manusia (mengisi waktu,
melupakan sesuatu, menghibur atau melipur, dan mengganti sesuatu
dalam kehidupan), dan (3) rangsangan dasar untuk membaca yaitu
mencari keteraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna
kehidupan manusia.

Ketiga jenis motivasi tersebut dirangkum menjadi manfaat-manfaat

membaca yang dijadikan motivasi yang diberikan pada siswa. dengan adanya

pemberian motivasi berupa rangsangan dasar tersebut terbukti dapat

meningkatkan minat membaca siswa.

Pada kegiatan program jam baca perkembangan minat membaca siswa

selalu diamati. Hasil tersebut dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Jika

peningkatan yang dialami belum maksimal dilakukan refleksi dan tindak lanjut

untuk meningkatkan hasil pada siklus selanjutnya. Pada studi pendahuluan siswa

frekuensi minat membaca siswa sangat rendah. Hal tersebut terbukti dari jumlah

siswa yang tidak memiliki minat membaca dengan kualifikasi rendah yaitu 24
109

siswa (96%). Dari 24 siswa tersebut, 12 siswa (48%) tidak memiliki minat baca

dan 12 siswa (48%) memiliki minat baca. Siswa yang memiliki minat membaca

dengan kualifikasi sedang hanya 1 siswa (4%). Akan tetapi, tidak terdapat siswa

yang memiliki minat membaca dengan kategori tinggi. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa siswa masih belum memiliki minat untuk membaca.

Setelah dilakukan tindakan program jam baca, pada siklus 1 minat

membaca siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil terjadi karena adanya

motivasi oleh guru tentang manfaat membaca dan pentingnya variasi bahan

bacaan. Pada siklus ini tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat baca

seperti pada studi pendahuluan. Namun, frekuensi membaca siswa masih

cenderung rendah. Frekuensi membaca siswa dengan kualifikasi rendah terdapat

22 siswa (88%), sedangkan siswa dengan kualifikasi sedang meningkat menjadi 3

siswa (12%). Namun, belum terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca

dengan kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Akan

tetapi, dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula

pada antusias siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca.

Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami peningkatan

frekuensi membaca. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya motivasi oleh

guru tentang contoh tokoh sukses di Indonesia yang memiliki hobi membaca

seperti Soekarno dan R. A. Kartini. Siswa yang memiliki frekuensi membaca

dengan kategori rendah berkurang menjadi 7 siswa (28%). siswa yang memiliki

kategori membaca sedang meningkat menjadi 14 siswa (56%), sedangkan pada

siklus ini juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 4
110

siswa (12%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap

minat dan antusias siswa dalam membaca sudah meningkat.

Berdasarkan hasil keseluruhan ditinjau dari frekuensi membaca,

peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 01 Puri belum

mengalami peningkatan yang besar. Hal tersebut terjadi karena dalam pembiasaan

minat membaca siswa melalui program jam baca membutuhkan waktu yang lama

karena hanya dalam waktu 3 minggu tidak dapat membuat perubahan besar dalam

peningkatan minat membaca. Selain itu, pembinaan minat membaca perlu

dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mudjito

yang menyatakan bahwa pembinaan minat membaca memiliki ciri-ciri yaitu

pembinaan minat baca merupakan suatu proses yang berkelanjutan (Suradi

2010:29).

Pada studi pendahuluan, semua siswa belum memiliki variasi bahan

bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan bacaan. Dari jumlah siswa

yang memiliki minat membaca, 8 orang (32%) memiliki kecenderungan membaca

buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan bacaan lain yaitu berupa buku

pengetahuan dan koran/majalah yaitu 5 siswa (20%). Dari 5 siswa tersebut,

terdapat 2 siswa (8%) memiliki kecenderungan membaca koran/majalah dan 3

siswa (12%) membaca buku pengetahuan. Kecenderungan bahan bacaan yang

dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa belum memiliki kesadaran akan

pentingnya membaca bahan bacaan variatif. Siswa hanya membaca buku yang

sesuai dengan minatnya masing-masing. Nurhadi (1989:4) menyatakan bahwa

salah satu ciri pembaca yang buruk yaitu bahan bacaan yang dibacanya itu-itu

saja.
111

Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami

peningkatan. Setiap siswa belum mengalami peningkatan variasi bacaan

dibandingkan dengan studi pendahuluan. Hanya terdapat 1 siswa yang mengalami

variasi yaitu membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil

meningkatkan variasi bahan bacaan siswa.

Untuk menindaklanjuti variasi bahan bacaan siswa yang tidak mengalami

peningkatan maka siswa diberikan kembali motivasi tentang manfaat membaca

bahan bacaan dengan variasi lain dan memberikan contoh tokoh sukses di

Indonesia yang memiliki hobi membaca. Menurut pendapat Wiryodijoyo

(1989:192), kegemaran membaca hendaknya diarahkan untuk memperluas

pandangan murid-murid terhadap kehidupan, sesuai dengan naluri manusia pada

umumnya. Perkembangan budaya, ilmu, seni, dan fantasi manusia makin

memperluas ragam pustaka dunia saat ini. Oleh karena itu, pemilihan bahan

bacaan untuk para pelajar perlu diusahakan seluas mungkin.

Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa sudah cukup variatif.

Terdapat 21 siswa (84%) sudah memiliki 2 variasi bacaan, bahkan ada 1 siswa

(4%) yang sudah memiliki 3 variasi bacaan. Akan tetapi, masih ada 3 siswa (12%)

yang belum memiliki variasi bacaan. Berdasarkan data tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa program jam baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat

membaca siswa SMP Negeri 1 Puri.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini memiliki perbedaan dengan

penelitian sebelumnya yang berjudul “Peningkatan Minat Baca Siswa kelas IV MI

Muawanah Banjaranyar Paciran Lamongan melalui Penerapan Program Jam


112

Baca” yang dilakukan oleh Qurrota A’yun. Pada penelitian tersebut hanya

memiliki tujuan untuk meningakatkan minat baca saja. Selain itu, indikator yang

digunakan untuk mengukur minat baca yaitu kuantitas buku, sehingga minat baca

siswa dilihat dari banyaknya buku yang dibaca saat program jam baca

berlangsung.
113

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka

diperoleh kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat berguna bagi kepala

sekolah, guru bahasa Indonesia, dan peneliti lain. Kesimpulan dan saran tersebut

adalah sebagai berikut.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

penerapan program jam baca mampu meningkatkan minat dan kemampuan

membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Adanya peningkatan hasil minat dan

kemampuan membaca pada siklus 1 dan 2 menunjukkan keefektifan proses

penerapan program jam baca.

Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1)

tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap

penutup program. Pada siklus 1, tahap praprogram adalah tahap pengumpulan

siswa di perpustakaan. Namun, pada siklus 2, jadwal mengalami perubahan yaitu

program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran sekolah berakhir.

Tahap awal program adalah pemberian apersepsi terkait minat membaca

siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal membaca dan pengarahan

tentang langkah-langkah pelaksanaan program. Selain itu, apersepsi yang

diberikan juga terkait perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami
114

siswa dari pelaksanaan program pada petemuan sebelumnya dan pengarahan

diberikan terkait adanya perubahan metode.

Tahap inti program dilakukan dengan pemberian materi tentang

kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca” dan pelatihan menulis

contoh jurnal dari cerita Legenda Batu Menangis. Tahap berikutnya yaitu

pemilihan bahan bacaan berdasarkan deret bangku. Tahap selanjutnya adalah

tahap membaca buku masing-masing oleh siswa. Pada tahap pembacaan hasil

komentar dan tanggapan siswa, pemilihan siswa dilakukan secara dengan

menggunakan metode talking stik.

Pada penutup program adalah pengungkapan kesan dan kesulitan yang

dialami siswa. Pada tahap terakhir yaitu pemberian motivasi oleh guru untuk

meningkatkan minat dengan menambah frekuensi membaca dan menambah

variasi bahan bacaan. Selain itu, motivasi juga diberikan melalui contoh tokoh

sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang memiliki hobi membaca.

Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam

baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi.

Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36%

(siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1)

menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca.

Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam

baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.

Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat

dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi
115

meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi

bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa

(siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan

dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2).

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan kesimpulan hasil

penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Kepala Sekolah

Kepala sekolah perlu meningkatkan fasilitas perpustakaan agar siswa

merasa nyaman saat membaca di perpustakaan. Dengan adanya fasilitas

perpustakaan yang nyaman akan meningkatkan minat membaca siswa di

perpustakaan.

(2) Guru Bahasa Indonesia

Saran bagi guru Bahasa Indonesia adalah mampu menerapkan program

jam baca secara terorganisasi untuk diikuti semua siswa. Guru juga perlu

melaksanakan pembelajaran membaca dengan memanfaatkan fasilitas ruang

perpustakaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa. Hal

tersebut dapat membantu pencapaian tujuan program jam baca.

(3) Peneliti Lain

Saran bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis adalah dapat

menindaklanjuti dengan penelitian yang lain. Tindak lanjut tersebut dalam rangka

mengembangkan dan meningkatkan hasil pembelajaran.


116

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto , S., dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

A’yun, Qurrota. 2008. Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas IV MI Muawanah


Banjaranyar Paciran Lamongan melalui Penerapan Program Jam Baca.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang

Boediono, W. 2004. Gemar Membaca, (Online),


(http://www.mentaritimur.com/mentari/dec04/gemar_membaca.htm),
diakses Senin, 14 Maret 2011

Depdiknas. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Franz, Kurt & Benhard Meier. 1983. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja
Karya

Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011. Membaca Ekstensif:


Teori, Praktik, dn Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran

Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung:Kaifa

Iskandarwassid. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Kusmana, Suherli. 2009. Minat Baca Siswa Rendah, (Online),


(http://suherlicentre.blogspot.com/2009/01/minat-baca-siswa-
rendah.html), diakses Senin, 14 Maret 2011

Munaf, Yarni. 2002. Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa. Jurnal Pendidikan
Bahasa Sastra dan Seni, 3 (2): 241-250

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru

Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV


Sinar Baru Offset

Nurhadi, Muljani A. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di


Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset

Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya:


Usaha Nasional
117

Pandawa, Nurhayati, Hairudin & Sakdiyah M. 2009. Pembelajaran Membaca.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, (Online),
(http://www.scribd.com), diakses 26 Juli 2012

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar (Edisi Kedua).


Jakarta: Bumi Aksara.

Rahim, Farida. 2001. Pengajaran Membaca Pemahaman berdasarkan Teori


Skema. Komposisi Jurnal Pendidikan Bahasa Sastra dan Seni, 2 (2):157-
172

Rosidi, Imron. 2009. Meningkatkan Minat Baca Siswa, (Online), (http://guru-


umarbakri.blogspot.com/2009/05/meningkatkan-minat-baca-siswa.html),
diakses Senin, 14 Maret 2011

Runtu, Anastasia. 2004. Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi


SQ4R Siswa Kelas II SLTP Ketolik Santa Maria Gorontalo. Tesis tidak
diterbitkan. Malang:PPS UM

Sandjaya, Soeyanto. 2005. Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat


Membaca Anak Ditinjau dari pendekatanSter Lingkungan, (Online),
(http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1pdf), diakses Senin,
21 Maret 2011
Sinauseni. 2010. Menumbuhkan Kegemaran Membaca, (Online),
(http://sinauseni.wordpress.com/2010/03/28/menumbuhkan-kegemaran-
membaca/), diakses Senin 14 Maret 2011

Sman1wonosari. 2010. Jam Wajib Baca di Sekolah, (Online),


(http://sma1wonosari.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=25), diakses
Senin,
14 Maret 2011

Soedarso. 2004. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum

Sukarnyana, I Wayan. 2002. Penelitian Tindakan Kelas: Bahan Penataran untuk


Instruktur. Jakarta: Depdiknas

Supriyoko, Ki. 2009. Minat Baca dan Kualitas Bangsa, (Online),


(http://www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php/minat-baca/72-
minat-baca-dan-kualitas-bangsa), diakses Senin, 14 Maret 2011

Suradi. 2010. Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca


Siswa (Studi Kasus di SD Negeri Percobaan 1 Malang). Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang

Syafi’ie, Imam. 1993. Pandai Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud


118

Syamsi, Kastam & Kusmiyatun, Ari. 2006. Peningkatan Kemampuan Membaca


Siswa dengan Pendekatan Proses. Litera, 5 (2): 219-232

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan


Efisien. Bandung: Angkasa

Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya.


Jakarta: Depdikbud
119

LAMPIRAN 1
SURAT-SURAT UNTUK PENELITIAN
120
121

LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
122

Lampiran : Rencana Perbaikan Pembelajaran Melalui Metode Program


Jam Baca Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Nama Sekolah : SMP Negeri 01 Puri


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VII / 1
Materi Pokok : Membaca
Standar Kompetensi : 7. Memahami isi berita berbagai teks bacaan sastra dengan
membaca
Kompetensi Dasar : 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca
Indikator : 1. Siswa mengindentifikasi identitas buku cerita yang
dibaca
2. Siswa menulis ringkasan isi cerita yang dibaca
3. Siswa memberikan komentar dan alasan dari cerita
yang dibaca
4. Siswa menulis kutipan dari bagian yang dikomentari
Alokasi Waktu : 60 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu memilih buku cerita
Siswa mampu membaca buku cerita
Siswa mampu menuliskan ringkasan cerita yang dibaca
Siswa mampu menentukan bagian dari cerita yang akan dikomentari
Siswa mampu memberikan komentar dengan kalimat yang tepat
Siswa mampu memberikan alasan dari komentar yang diberikan
Siswa mampu menuliskan kutipan dari bagian ceritan yang
dikomentari

B. Materi Pembelajaran
Dalam mengomentari buku cerita dapat menyorotinya dari segi isi dan
bahasa. Segi isi meliputi unsur-unsur intrinsik cerita yang meliputi tema,
alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat serta ilustrasi gambar
123

yang digunakan atau kemenarikan isi buku cerita. Adapun dari segi bahasa
meliputi keruntutan, kekomunikatifan kalimat dan penggunaan bahasa
dalam buku cerita tersebut.
Unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita adalah:
Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber
cerita
Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita.
Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan
suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk
sebuah cerita.
Alur meliputi beberapa tahap:
1. Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian
yang merupakan awal cerita.
2. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi
pelaku cerita.
3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat
gawat, konflik telah memuncak.
4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur
dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
Penokohan :
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat
dari tiga segi yaitu melalui:
- Dialog tokoh
- Penjelasan tokoh
- Penggambaran fisik tokoh
Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang
melalui cerita.
Sudut Pandang :Sudut pandang (point of view) merupakan strategi,
teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan
gagasan dan ceritanya.
124

Contoh menulis Identitas Buku:


Judul buku : Benang-benang Kuning Kota penerbit :
Jakarta
Nama Pengarang : Sukamti Tahun penerbit : 1997
Penerbit : Balai Pustaka

Langkah-langkah menulis ringkasan cerita:


1. Membaca naskah asli
2. Mencatat gagasan utama
3. Menyusun gagasan-gagasan tersebut menjadi paragraf sesuai susunan
cerita
4. Mengedit kembali susunan, kelengkapan isi cerita dan ejaannya
dengan benar

Cara-cara dalam mengomentari buku cerita:


Bacalah buku cerita dengan seksama.
Perhatikan kelebihan dan kekurangan dari buku cerita tersebut.
Tulislah identitas dari buku cerita yang dibaca.
Tulislah ringkasan dari cerita yang dibaca.
Tentukan bagian dari cerita yang akan dikomentari.
Tulis komentar dengan kalimat yang tepat.
Komentar dapat menyoroti isi cerita (tema, alur, penokohan, latar, sudut
pandang, amanat, kemenarikan isi atau gambar) atau bahasa (keruntutan,
kekomunikatifan kalimat, dan penggunaan kalimat).
Berikan alasan yang logis dan jelas.
Tulislah kutipan dari bagian yang dikomentari.

Berikut ini contoh kalimat dalam mengomentari buku cerita:


Buku cerita itu sangat bagus karena ilustrasinya menarik.
Isi cerita buku itu tidak masuk akal karena buaya tidak bisa berbicara.
Saya sangat menyukai tokoh utamanya karena memiliki sifat yang baik
hati, suka menolong, dan tidak sombong.
125

Bahasa dalam cerita ini mudah dipahami karena tidak menggunakan


banyak istilah sulit.
Tema cerita tentang kebersihan ini sangat bagus karena dapat
mengingatkan kita untuk menjaga kebersihan.
Cerita ini sangat membingungkan karena kalimat tidak runtut.
Contoh menulis kutipan teks dalam cerita:
Setelah mendengar keterangan dan cerita buaya, timbullah rasa iba
Wuwung Sewe. Ia berkata, "Kalau demikian, engkau akan kubantu."

C. Metode Pembelajaran
Program Jam Baca

D. Langkah-langkah Pembelajaran
Uraian Kegiatan Waktu Metode
(menit)
Kegiatan Awal
1. Apersepsi: salam dan do’a. Guru 5 menit Ceramah
memberikan pengarahan langkah-langkah
pelaksanaan Program Jam Baca.
Kegiatan Inti
2. Guru memberikan materi terkait Ceramah
kompetensi yang akan dicapai.
3. Guru meminta siswa memilih salah satu
buku atau bahan bacaan secara individu. Penugasan
4. Siswa diminta untuk membaca dengan
waktu yang telah ditentukan.
5. Setelah waktu habis, siswa lalu 50 menit
mengerjakan lembar jurnal membaca
secara individu.
6. Setelah semua siswa selesai mengerjakan
lalu siswa diminta membacakan Random
komentarnya. Siswa yang lain diminta
126

memberikan tanggapan untuk komentar


teman.
Kegiatan Akhir
1. Guru menanyakan pada siswa kesan dan 5 menit Refleksi
kesulitan yang dialami siswa setelah
melaksankan pembelajaran. Guru juga
memotivasi siswa untuk terus gemar
membaca.

E. Sumber Belajar
1. Buku bacaan di perpustakaaan
2. Jurnal Membaca

F. Penilaian
1. Penilaian Proses : Dilakukan pada saat pembelajaran dengan
menekankan pada keaktifan dalam pembelajaran.
2. Penilaian hasil
a. Teknik : tes tulis untuk penilaian hasil dan nontes
untuk penilaian proses
b. Bentuk instrumen : penilaian hasil berupa jurnal membaca dan
penilaian proses berupa observasi selama proses pembelajaran.
127

Lampiran : Rencana Perbaikan Pembelajaran Melalui Metode Program


Jam Baca Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Nama Sekolah : SMP Negeri 01 Puri


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VII / 1
Materi Pokok : Membaca
Standar Kompetensi : 7. Memahami isi berita berbagai teks bacaan sastra dengan
membaca
Kompetensi Dasar : 7.2 Mengomentari buku cerita yang dibaca
Indikator : 1. Siswa mengindentifikasi identitas buku cerita yang
dibaca
2. Siswa menulis ringkasan isi cerita yang dibaca
3. Siswa memberikan komentar dan alasan dari cerita
yang dibaca
4. Siswa menulis kutipan dari bagian yang dikomentari
Alokasi Waktu : 60 menit

G. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu memilih buku cerita
Siswa mampu membaca buku cerita
Siswa mampu menuliskan ringkasan cerita yang dibaca
Siswa mampu menentukan bagian dari cerita yang akan dikomentari
Siswa mampu memberikan komentar dengan kalimat yang tepat
Siswa mampu memberikan alasan dari komentar yang diberikan
Siswa mampu menuliskan kutipan dari bagian ceritan yang
dikomentari

H. Materi Pembelajaran
Contoh kalimat komentar terhadap cerita yang dibaca:
1. Tema yang dingkat tentang kemiskinan sangat menarik, karena menceritakan
kondisi kehidupan mereka yang kesusahan.
128

2. Saya menyukai alur klimaksnya karena terjadi perdebatan antara Sukarni dan
karjo yang sangat seru.
3. Tokoh utama yang digambarkan dalam cerita sangat menarik karena dia suka
menolong pengemis.
4. Penggambaran latar tempat tinggal putri sangat bagus karena terdapat sawah
yang hijau.
5. Amanat dari cerita ini sangat baik untuk pembaca karena mengingatkan kita
untuk selalu bersyukur.
6. Kalimat dalam cerita mudah dipahami karena semua diceritakan dengan
runtut.
7. Cerita ini sangat mudah dipahami karena bahasanya tidak sulit.
Contoh penulisan kutipan:

Kedua anak itu terdiam beberapa saat. Ramelan tidak menyangka kalau
Antok akan seberani itu berbuat curang dalam perlombaan

Hmmm... itu bagus. Tapi sebaiknya kamu juga melihat sekelilingmu,


Tikus Tua. Kamu harus tahu bahwa tidak semua kucing terbuat dari
kertas. Misalnya, aku! Lihatlah aku! Apakah aku termasuk kucing yang
bisa kamu makan?” si Kucing menjilati mulutnya sambil menatap tajam
Tikus Tua.

I. Metode Pembelajaran
Program Jam Baca

J. Langkah-langkah Pembelajaran
Uraian Kegiatan Waktu Metode
(menit)
Kegiatan Awal
7. Apersepsi: salam dan do’a. Guru memberikan 5 menit Ceramah
pengarahan langkah-langkah pelaksanaan
Program Jam Baca.
Kegiatan Inti
8. Guru memberikan materi terkait kompetensi Ceramah
yang akan dicapai.
9. Guru meminta siswa memilih salah satu buku
atau bahan bacaan secara individu. Penugasan
10. Siswa diminta untuk membaca dengan waktu
129

yang telah ditentukan.


11. Setelah waktu habis, siswa lalu mengerjakan 50 menit
lembar jurnal membaca secara individu.
12. Setelah semua siswa selesai mengerjakan lalu
siswa diminta membacakan komentarnya. Siswa
yang lain diminta memberikan tanggapan untuk Random
komentar teman.
Kegiatan Akhir
2. Guru menanyakan pada siswa kesan dan 5 menit Refleksi
kesulitan yang dialami siswa setelah
melaksankan pembelajaran. Guru juga
memotivasi siswa untuk terus gemar membaca.

K. Sumber Belajar
3. Buku bacaan di perpustakaaan
4. Jurnal Membaca

L. Penilaian
3. Penilaian Proses : Dilakukan pada saat pembelajaran dengan
menekankan pada keaktifan dalam pembelajaran.
4. Penilaian hasil
c. Teknik : tes tulis untuk penilaian hasil dan nontes
untuk penilaian proses
d. Bentuk instrumen : penilaian hasil berupa jurnal membaca dan
penilaian proses berupa observasi selama proses pembelajaran.
130

Lampiran Bacaan Studi Pendahuluan


Si Tanduk Panjang
Cerita dari Tanah Batak
Dahulu kala di sebuah desa tinggalah sebuah keluarga miskin. Keluarga
itu terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak perempuan.Ayah dan ibu tersebut
sangat sayang kepada anaknya. Namun, mereka masih merasa kecewa karena
belum dikaruniai seorang anak laki-laki.
Setiap hari mereka berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai anak laki-laki
sebagai penyambung keturunannya. Bulan berganti tahun berlalu, tiada jemu
mereka berdoa. Akhirnya si isteri hamil. Keluarga itupun merasa gembira.
Terlebih setelah diketahui sibayi ternyata laki-laki. Namun, kegembiraan mereka
mendadak lenyap setelah mengetahui ternyata di kepala si bayi laki-laki itu ada
tanduknya. Mereka merasa malu dan takut dihina maupun diejek oleh orang-orang
sedesa.
Pada malam hari bayi laki-laki itu dimasukkan ke dalam peti, ia dibekali
dengan sebutir telur ayam dan secangkir beras, lalu peti itu dihanyutkan di sungai.
Kakak perempuan si bayi mengetahui perbuatan orang tuanya. Ia sangat sedih.
Diam-diam ia meninggalkan rumah dan mengikuti adiknya yang dihanyutkan ke
sungai.
Ia terus melangkah mengikuti adiknya yang hanyut. beberapa lama
kemudia terdengar adiknya menangis karena lapar. Maka si kakak perempuan itu
menghiburnya dengan berkata “adikku sayang si tanduk panjang, janganlah
engkau menangis. Jika engkau lapar makanlah sebutir beras agar engkau
kenyang!” Tak berapa lama kemudian tangis adiknya berhenti.
Beberapa hari kemudian si kakak perempuan mendengar ciap anak ayam
dari peti yang hanyut di tengah sungai itu. ia tak dapat mendekati peti itu, tapi ia
dapat menduga pastilah telur yang dibekalkan kepada adiknya telah menetas.
Bila mendengar adiknya menangis ia terus menghiburnya dengan ucapan
penuh kasih sayang. Berbulan-bulan peti itu hanyut, dengan susah payah dan setia
si kakak terus mengikutinya. Pada suatu hari peti itu terbawa arus sungai hingga
ke tepian, si kakak dengan wajah gembira berusaha meraihnya.
Peti dapat diraihnya. Ketika peti dibuka melompatlah seorang anak laki-
laki yang gagah dan tampan. Tidak terlihat tanduk di kepalanya. Di belakangnya
seekor ayam jantan yang bagus sekali menemaninya. Betapa gembira si kakak
perempuan melihat kenyataan itu. Ia bersyukur kepada tuhan yang telah
menyelamatkan adik yang sangat dikasihinya itu.
Selnjutnya, kakak beradik itu segera berjalan menuju desa terdekat. Di
depan pintu gerbang desa mereka ditegur oleh penduduk. Kepala desa segera
memberitahu bahwa untuk dapat masuk ke desa mereka harus mengadu ayamnya
dengan ayam penduduk desa itu. jika mereka menang mereka akan mendapat
harta kekayaan, jika mereka kalah maka mereka akan dijadikan budak di desa itu.
Jika mereka tidak berani menenerima tantangan, maka mereka dipersilahkan pergi
meninggalkan desa itu.
Kakak beradik itu menyanggupi tantangan kepala desa. Pada hari yang
ditentukan ayam mereka diadu dengan disaksikan seluruh masyarakat desa.
Ternyata ayam si tanduk panjanglah yang menang. Maka mereka dipersilahkan
masuk desa, dijamu dengan makanan-makanan lezat dan diberi harta kekayaan.
Sesudah itu kedua kakak beradik itu minta diri meninggalkan desa.
131

Untuk memasuki desa yang lain ternyata mereka dikenai syarat serupa.
Mereka harus menyabung ayam. Untung ayam kakak beradik itu selalu menang
sehingga harta benda mereka semakin berlimpah ruah. Kini untuk mengangkut
harta bendanya mereka harus membawa beberapa orang pengikut.
Akhirnya tibalah kedua kakak beradik itu di desa kelahirannya. Para
penduduk desa itu menanyakan asal usulnya. Mereka menceritakan kisah mereka
yang sebenarnya. Mendengar cerita itulah penduduk setempat tahu siapa
sebenarnya kakak beradik itu.
Kabar segera tersebar ke pelosok desa bahwa si tanduk panjang dan kakak
raya telah kembali. Kedua orang tuanya yang miskin merasa bahagia, mereka
segera menyongsong kedatangan kedua anaknya. Tetapi, kakak beradik itu
menolak.
“Kami tidak mempunyai orang tua lagi karena sewaktu kami
membutuhkan kasih saya serta perlindungan orang tua, justru kami dibuang!”
Betapa kecewa kedua orang tua miskin itu. mereka baru menyadari
kesalahannya. Mereka sangat menyesal sehingga jatuh sakit dan akhirnya
meninggal dunia.
Tetapi ini hanya dongeng, tentang kebenaran cerita ini tidak ada yang tahu
namun, hikmahnya ialah: kita tidak boleh menyia-nyiakan anak kandung kita
sekalipun ia buruk rupa. Kita tidak dapat meramalkan nasib seseorang. Kini
nasibnya buruk, mungkin kelak nasib anak itu menjadi baik.
132

Lampiran Bacaan Siklus 2

Legenda Batu Menangis

Di sebuah bukit yang jauh dari desa, di daerah Kalimantan hiduplah


seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya. Anak gadis janda itu sangat
cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang amat buruk. Gadis itu
amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala
permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus
dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus
membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari ank gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja.
Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup
melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang
bagus, dan bersolek agar orang di jalan yang melihatnya nanti akan mengagumi
kecantikannya. Sementar, ibunya berjalan di belakang sambil membawa
keranjang dengan pakaian yang sangat dekil. Karena mereka hidup di tempat yang
terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu
adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi
mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para
pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. namun, ketika
melihat orang yang berjalan di belakang anak gadis itu, sungguh kontras
keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan
bertanya kepada gadis itu, “ Hai gadis cantik, apakah yang berjalan di belakang itu
ibumu?”
Namun, apakah jawaban anak gadis itu? “Bukan,” katanya dengan angkuh.
“Ia adalah pembantuku!”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa
jauh, mendekat lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis, apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?”
“Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. “Ia
adalah budakku!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang di sepanjang jalan
yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. ibunya diperlakukan
sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya
orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun, setelah berulang kali didengarnya
jawaban yang sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang
itu tak dapat menahan diri. Si ibu itu berdo’a.
“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak hamba begitu
teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak
durhaka ini! Hukumlah dia.....”
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis
durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika
133

perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon
ampun kepada ibunya.
“Oh, ibu.. ibu.. ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama
ini. Ibu... ibu... ampunilah anakmu...”
Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya.
Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah
menjadi batu.
134

Lampiran

Rubrik Penilaian Hasil

No Aspek Penilaian Bobot Total


1 Siswa menulis identitas buku: Judul buku,
pengarang, penerbit buku, tahun penerbitan, dan
kota penerbit 1
Identitas buku lengkap (12,5)
Identitas buku tidak lengkap (9)
2 Siswa menulis ringkasan bacaan
Ringkasan lengkap, EYD tepat (25)
Ringkasan lengkap, EYD tidak tepat (20)
2
Ringkasan tidak lengkap, EYD tepat (15)
Ringkasan tidak lengkap, EYD tidak tepat
(10)
3 Siswa menulis komentar serta alasan
Kalimat komentar tepat, alasan sesuai (37,5)
Kalimat komentar tepat, alasan tidak sesuai
3
(25)
Kalimat komentar tidak tepat, tanpa alasan
(15)
4 Siswa menulis kutipan dari bagian yang
dikomentari
Kutipan yang ditulis bersangkutan, EYD
tepat (25)
Kutipan yang ditulis bersangkutan, EYD
2
tidak tepat (20)
Kutipan yang ditulis tidak bersangkutan,
EYD tepat (15)
Kutipan tidak bersangkutan, EYD tidak tepat
(10)
Skor Akhir
135

LAMPIRAN 3
DATA MENTAH
136

Lampiran Hasil Wawancara Pengelola Perpustakaan Sebelum Penerapan


Program Jam Baca

Tempat : SMP Negeri 01 Puri

Tanggal : 30 September 2011

Narasumber : Elik Waluyaningsih

Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana minat baca Kalau minat membaca siswa di sini itu biasa-
siswa di perpustakaan biasa saja. Biasanya, cuma siswa yang pandai
sekolah? saja yang gemar membaca di perpustakaan Mbak.
2. Bagaimana frekuensi Rata-rata per hari jumlah siswa yang
kedatangan para siswa mengunjungi perpustakaan hanya mencapai 50
ke perpustakaan siswa. itupun sudah termasuk siswa yang hanya
sekolah? membaca koran dan meminjam buku.
3. Buku apa saja yang Mereka paling sering membaca majalah, surat
biasanya dibaca oleh kabar, ya koran-koran begitu, sama buku cerita
siswa di perpustakaan? baik fiksi maupun nonfiksi. Siswa-siswa jarang
membaca buku pengetahuan atau pelajaran di
perpustakaan.
4. Apakah siswa lebih Lebih sering meinjam buku untuk dibawa pulang.
sering membaca di Hanya beberapa saja yang membaca disini,
perpustakaan atau mungkin karena waktunya juga terbatas.
meminjam buku untuk
dibawa pulang?
5. Apakah sebelumnya ada Sudah ada.
kebijakan dari guru atau
sekolah untuk
meningkatkan minat
membaca siswa?
6. Bagaimana proses Sudah menambah koleksi buku, saya juga
penerapan kebijakan biasanya mencari tahu buku yang keluaran
yang telah dilakukan? terbaru supaya buku-buku di sini bisa menarik
siswa. selain itu, para guru juga biasanya
memberi tugas buat siswa dengan mendapatkan
buku-buku di perpustakaan sebagai referensinya,
ya hanya itu saja Mbak.
7. Bagaimana hasil Minat membaca siswa lebih meningkat, tapi ya
perkembangan minat masih sedikit, belum maksimal.
membaca siswa dari
penerapan kebijakan
yang telah dilakukan?
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159

LAMPIRAN 4
DATA TERSAJI
160

Tabel 4.1 Hasil Kemampuan Membaca pada Studi Pendahuluan

No Nama Siswa MIB MRB MKB MK Nilai


1 APP 9 15 37,5 0 61,5
2 AFA 12,5 20 37,5 25 95
3 AA 12,5 25 0 0 37,5
4 AS 12,5 20 25 20 77,5
5 DP 12,5 20 25 0 57,5
6 FAA 12,5 10 15 0 37,5
7 FHP 12,5 15 37,5 20 85
8 FYA 12,5 15 37,5 10 75
9 I 12,5 25 15 10 62,5
10 ILK 12,5 15 15 25 67,5
11 KNK 12,5 20 15 25 72,5
12 LN 12,5 15 15 10 52,5
13 LA 12,5 10 15 25 62,5
14 MAK 12,5 20 15 25 72,5
15 MDA 12,5 15 25 0 57,5
16 MFZ 12,5 20 25 0 52,5
17 MFA 12,5 10 0 0 22,5
18 MI 12,5 20 0 0 32,5
19 NNK 12,5 25 37,5 25 100
20 NPS 12,5 15 15 15 57,5
21 RLP 12,5 20 37,5 10 80
22 SM 12,5 10 0 0 22,5
23 SMS 12,5 15 25 10 62,5
24 WAK 12,5 20 0 0 32,5
25 YTSR 12,5 15 15 25 67,5
Keterangan:
MIB : Menulis Identitas Buku Bacaan
MRB : Menulis Ringkasan Bacaan
MKB : Menulis Komentar Bacaan
MK : Menulis Kutipan
161

Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 1

No Nama Siswa MIB MRB MKB MK Nilai


1 APP 12,5 15 37,5 25 90
2 AFA 12,5 10 15 10 47,5
3 AA 12,5 10 37,5 20 80
4 AS 12,5 20 37,5 25 95
5 DP 9 10 37,5 25 81,5
6 FAA 9 10 37,5 20 76,5
7 FHP 12,5 10 37,5 25 85
8 FYA 12,5 15 25 25 67,5
9 I 12,5 20 15 15 62,5
10 ILK 12,5 10 37,5 20 80
11 KNK 12,5 20 37,5 20 90
12 LN 12,5 10 37,5 20 80
13 LA 9 15 37,5 20 81,5
14 MAK 12,5 20 37,5 20 90
15 MDA 12,5 10 25 10 57,5
16 MFZ 12,5 20 37,5 20 90
17 MFA 12,5 10 37,5 20 80
18 MI 12,5 20 15 25 72,5
19 NNK 12,5 15 25 25 77,5
20 NPS 12,5 15 37,5 25 90
21 RLP 12,5 10 25 25 72,5
22 SM 12,5 15 15 10 52,5
23 SMS 12,5 20 37,5 20 90
24 WAK 12,5 20 37,5 25 95
25 YTSR 12,5 10 15 10 47,5
Keterangan:
MIB : Menulis Identitas Buku Bacaan
MRB : Menulis Ringkasan Bacaan
MKB : Menulis Komentar Bacaan
MK : Menulis Kutipan
162

Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Membaca Siklus 2

No Nama Siswa MIB MRB MKB MK Nilai


1 APP 12,5 25 37,5 20 95
2 AFA 12,5 10 37,5 10 70
3 AA 12,5 25 37,5 20 95
4 AS 12,5 25 25 20 82,5
5 DP 12,5 20 37,5 25 95
6 FAA 12,5 20 37,5 10 80
7 FHP 12,5 25 37,5 25 100
8 FYA 12,5 25 25 25 87,5
9 I 12,5 25 37,5 25 100
10 ILK 12,5 10 37,5 20 80
11 KNK 12,5 20 37,5 20 90
12 LN 12,5 15 37,5 25 90
13 LA 12,5 20 15 20 67,5
14 MAK 12,5 20 37,5 10 80
15 MDA 12,5 10 37,5 10 70
16 MFZ 12,5 25 37,5 20 95
17 MFA 12,5 10 37,5 20 80
18 MI 12,5 10 37,5 20 80
19 NNK 12,5 25 37,5 25 100
20 NPS 12,5 20 37,5 15 85
21 RLP 12,5 25 25 20 82,5
22 SM 12,5 25 37,5 20 95
23 SMS 12,5 20 37,5 15 85
24 WAK 12,5 20 37,5 20 90
25 YTSR 12,5 15 25 20 72,5
Keterangan:
MIB : Menulis Identitas Buku Bacaan
MRB : Menulis Ringkasan Bacaan
MKB : Menulis Komentar Bacaan
MK : Menulis Kutipan
163

LAMPIRAN 5
FOTO-FOTO PROSES PEMBELAJARAN
164

Proses Kegiatan Program Jam baca

Pada tahap pemilihan bahan bacaan siklus 1, siswa tampak kurang tertib dan
berebut agar mendapat bahan bacaan sesuai minat masing-masing.

Pada siklus 1, tahap


pembacaan hasil
komentar siswa
terhadap buku cerita
yang dibaca, siswa
tampak kurang percaya
diri saat di depan karena
takut hasil kerjanya
salah.
165

Foto Proses Kegiatan Program Jam Baca

Pada tahap pengerjaan jurnal membaca siklus 2, siswa tampak serius dalam
mengerjakan sesuai buku cerita yang dibaca masing-masing.

Pada tahap
pembacaan hasil
jurnal membaca
siklus 2, siswa
tampak seksama
dalam
membacakan
komentarnya di
depan teman-
temannya.
166

SEKILAS TENTANG PENULIS

Olynda Ade Arisma, lahir di Jayapura, 23


Januari 1990. Pendidikan TK ia tempuh di Kota
kelahirannya yaitu, di TK Bhayangkari 14. Namun,
pendidikan SD hingga SMA ia tempuh di Mojokerto
karena orang tuanya dipindah tugas yaitu di SDN 01
Mojosari , SMP Negeri 1 Mojokerto, dan SMA Negeri
1 Sooko. Setelah lulus SMA, ia memutuskan untuk
meneruskan studinya di Universitas Negeri Malang
(UM) Prodi Pend. Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah pada tahun 2008 dengan
pilihan minor Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
Sejak dirinya mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar hingga SMP, ia
mulai belajar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, utamanya adalah Gerakan
Pramuka. Selain itu, di SMP dan SMA ia sempat mengikuti ekstrakurikuler Tari
daerah. Akan tetapi, ketika di SMA ekstrakurikuler yang membuahkan prestasi
yang ia ikuti yaitu Paskibra. Ia mengikuti banyak perlombaan dan pernah menjadi
salah satu Paskibra Kabupaten Mojokerto tahun 2006. Saat menjalani kuliah
dirinya menemukan pengalaman baru dengan menjadi Tutor dalam Critical
Language Scholarship Program yang merupakan kerja sama antara BIPA UM
dengan American Councils for International Education.
Dengan secuil perjalanan hidup dan pengalaman tersebut, ia memiliki
moto “Tujuan hidup bukan hanya berjalan karena mimpi, tapi juga karena ada
action dan pray.”
167

PENINGKATAN MINAT DAN KEMAMPUAN MEMBACA


MELALUI PENERAPAN PROGRAM JAM BACA SEKOLAH

Olynda Ade Arisma1,


Nurchasanah2,
Muakibatul Hasanah3
E-mail: Olynda.arisma@yahoo.com
Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang

ABSTRAK:Tujuan penelitian ini memaparkan proses dan hasil penerapan


program jam baca dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian
tindakan kelas. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket, dan jurnal membaca. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa program jam baca dapat meningkatkan minat dan
kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri.
Kata Kunci: Minat membaca, kemampuan membaca, program jam baca

ABSTRACT:This study is conducted figure out the application of reading hours


program in order to improve the skill and interest in reading activity. This study
uses qualitative approach with classroom action research design. The instrument
used in this study are interview guide, observation guide, and journal of
reading.This study reveals that reading hours program can improve the interest
and skill in reading for the students in SMP Negeri 01 Puri.
Key word:Interest reading, skill reading, reading hours program

Kurikulum memberikan amanat penting agar pembelajaran Bahasa


Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui
pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik, yaitu membaca, menulis, berbicara, dan menyimak
dalam berbagai aktivitas berbahasa.Untuk itu, pengajar dan siswa harus memiliki
kerja sama yang baik dalam proses pembelajaran bahasa.

1
Olynda adalah Sarjana Universitas Negeri Malang (UM), Malang.
Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Sastra Indonesia. Program Sarjana
Universitas Negeri Malang, 2012.
2
Nurchasanah adalah dosen Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang(UM)
3
MuakibatulHasanah adalah dosen Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
(UM)
168

Melalui kegiatan membaca, siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan


dan informasi. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam
kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa,
membaca juga merupakan kegiatan yang kompleks. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Nurhadi (1987:13) bahwa membaca adalah sebuah prosesyang kompleks
dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat faktor internal dan
faktor eksternal pembaca. Faktor internal berupa intelegensi (IQ), minat, sikap,
bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal berupa sarana
membaca, teks bacaan, lingkungan, atau latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan,
dan tradisi membaca.
Selain kompleksitas membaca, guru juga perlu memperhatikan rendahnya
minat baca siswa yang kini menjadi masalah besar di Indonesia. Minat baca,
sebagaiman dikatakan oleh Hasanah, dkk. (2011:34) merupakan hasrat yang kuat
seseorang baik disadari ataupun tidak yang terpuaskan lewat perilaku
membacanya.
Rendahnya minat baca merupakan masalah besar bagi para guru,
khususnya guru Bahasa Indonesia. Sebagai tenaga pendidik profesional, masalah
ini harus menjadi tantangan utama yang harus segera dicari jalan keluarnya karena
rendahnya minat baca juga dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa.
Masalah tersebutdapat diatasi di antaranya dengan penerapan program jam baca di
sekolah. Program ini sejalan dengan pendapat Wiryodijoyo (1989:39) yang
menyatakan bahwa program membaca meliputi bahan pelajaran serta pelaksanaan
kegiatan untuk memajukan sikap (senang atau tidak senang) dan ketrampilan
membaca.
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 30 September 2011, menunjukkan
minat dan kemampuan membaca siswa kelasVIIE SMP Negeri 1 Puri tergolong
rendah. Rendahnya minat membaca siswa terbukti dari hasil jawaban angket
siswa yang diperoleh yaitu 100% siswa menjawab menyukai kegiatan membaca
namun, frekuensi membaca mereka masih rendah. Hal tersebut terbukti dari
kunjungannya ke perpustakaan hanya separo (52%) siswa yang ke perpustakaan
hanya sekali dalam seminggu, sedangkan 48% siswa lain mengaku tidak pernah
mengunjungi perpustakaan. Indikator lain untuk mengetahui minat membaca
siswa yaitu kesediaan dalam memperoleh bahan bacaan. Melalui hasil angket
diperoleh hasil kesediaan siswa untuk mendapatkan bahan bacaan dengan
meminjam buku di perpustakaan hanya kurang dari separo (48%) siswa yang
menjawab jarang meminjam buku, sedangkan kurang dari separo (41%) siswa
juga tidak pernah meminjam buku di perpustakaan.
Masalah kemampuan membaca siswa yang akan diteliti terkait membaca
pemahaman siswa. KD yang akan dicapai oleh siswa adalah KD 7.2
mengomentari buku cerita yang dibaca. Alasan pemilihan KD tersebut karena
dalam pencapaian KD siswa tidak hanya dituntut untuk memahami isi teks sastra
(buku cerita), tetapi siswa juga harus kritis dalam memahami suatu teks sastra
agar mampu mengomentari buku cerita tersebut, baik dari segi isi maupun bahasa.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan diperoleh hasil hanya terdapat sebagian kecil
(24%) siswa memperoleh skor lebih dari Kriteria Kelulusan Minimal (KKM),
sedangkan sebagian besar (76%) siswa memperoleh hasil di bawah KKM.
Berdasarkan masalah tersebut,penelitian dilakukan pada siswa SMP Negeri
1 Puri untuk meningkatkan perilaku membaca meliputi minat dan
169

kemampuanmembacanya melalui program jam baca sekolah. Penelitian ini


bertujuan untuk (1) memaparkan proses penerapan program jam baca dalam
meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri dan
(2) memaparkan hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan dan
minat membaca siswa kelas VIIE SMP Negeri 01 Puri.Penelitian ini diharapkan
mampu meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa di SMP Negeri 01
Puri melalui penerapan program jam baca.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas. Bersifat kualitatif karena perolehannya yang
berupa data verbal dan non verbal secara potensial dapat memberikan makna dan
informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 1 Puri di Jalan Raya Tangunan
nomor 02 Puri, Mojokerto.Subjekpenelitian ini adalah siswa kelas VII E SMP
Negeri 1 Puri, Mojokerto. Subjek penelitian ini adalah 25 siswa dengan rincian 10
orang siswa berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang siswa berjenis kelamin
perempuan tahun pelajaran 2011/2012.
Data dalam penelitian ini berupa data verbal. Adapun data verbal tersebut
tentang proses penerapan jam baca yang bersumber dari kegiatan jam baca. Data
verbal lain berupa hasil program jam baca dalam meningkatankan kemampuan
membaca yang bersumber dari hasil analisis jurnal baca yang dikerjakan oleh
siswa, sedangkan data berikutnya tentang hasil program jam baca dalam
meningkatkan minat membaca yang bersumber dari analisis hasil angket siswa
dan wawancara terhadap pengelola perpustakaan.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
pada penelitian ini meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara, angket, dan
jurnal membaca. Instrumen yang digunakan telah diuji coba dan divalidasi untuk
memperoleh hasil yang efektif.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu memilih data (reduksi data)
yang diperlukan yaitu hasil wawancara dengan guru untuk mengetahui minat
membaca siswa, hasil observasi proses program jam baca berupa catatan proses
tahapan program, hasil angket berupa tentang minat membaca siswa, dan hasil
jurnal membaca oleh siswa berupa skor. Hasil tersebut dipaparkan dalam bentuk
data verbal. Hasil skor siswa dianalisis menggunakan pedoman kualifikasi nilai,
sedangkan hasil angket minat membaca dianalisis menggunakan pedoman
kualifikasi frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.Adapun pedoman
kualifikasi nilai dan pedoman kualifikasi frekuensi minat membaca adalah sebagai
berikut.
Pedoman Kualifikasi Nilai
No Kualifikasi Interval
1 Sangat baik 85-100
2 Baik 70-84
3 Cukup 55-69
4 Kurang 40-54
5 Gagal 0-39
170

Pedoman Kualifikasi Frekuensi Minat Membaca


Frekuensi Membaca Kualifikasi Membaca
1-2 kali/minggu Rendah
3-4 kali/minggu Sedang
5-6 kali/minggu Tinggi

Untuk mengetahui peningkatan minat dan kemampuan membaca, data


yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan dengan data pada siklus
sebelumnya.Dari hasil analisis tersebut ditarik kesimpulan tentang proses program
jam baca dan hasil peningkatan minat dan kemampuan membaca siswa SMP
Negeri 01 Puri.

HASIL
Hasil penelitian ini mencakup hasil analisis data proses dan data hasil
peningkatan kemampuan dan minat membaca melalui program jam baca yang
meliputi (1) data siklus 1 dan (2) data siklus 2.
Proses program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap
praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap
penutup program. Proses pada siklus 1 tahap praprogram, jadwal pelaksanaan
program jam bacatidak sesuai dengan yang direncanakan.Hal tersebut dikarenakan
setelah berakhirnya jam pelajaran sekolah siswa masih harus beristirahat seperti
ke kantin, toilet, dan musala. Pada tahap awal program, guru melakukan apersepsi
terkait minat membaca siswa di perpustakaan dan pengalaman menulis jurnal
membaca dan pengarahan tentang langkah-langkah pelaksanaan program.Siswa
mulai aktif menjawab pertanyaan apersepsi, tapi terdapat beberapa siswa yang
masih asyik sendiri dan berbicara dengan temannya.
Pada tahap pelaksanaan inti program, guru memberikan materi tentang
kompetensi “mengomentari buku cerita yang dibaca”. Siswa
mampumemperhatikan penjelasan materi dengan baik. Tahap selanjutnya, guru
meminta semua siswa memilih bahan bacaan sesuai minat.Namun, suasana tidak
dapat terkondisikan dengan baik karena tidak adanya aturan khusus dalam
pemilihan.Tahap selanjutnya, siswa langsung membaca bacaan masing-masing,
hanya sedikit yang belum siap karena tidak mendapat buku sesuai minatnya.
Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan jika menemui kesulitan.Beberapa
siswa tidak nyaman membaca di bangku yang telah disediakan di perpustakaan
karena tidak nyaman berdesakan dengan teman yang lain. Hal tersebut
dikarenakan meja yang dikelilingi siswa terlalu kecil.Pada tahap pembacaan hasil
kerja jurnal baca berupa komentar, siswa cenderung masih ragu-ragu dan malu
untuk maju. Metode pemilihan secara acak dirasa tidak efisien. Hal ini
mengakibatkan siswa yang maju merasa terpaksa. Begitu pula dengan tahap
pemberian tanggapan,jumlah siswa yang memberikan tanggapan sangat minim.
Pada penutup program, guru meminta siswa menceritakan kesan dan
kesulitannya dalam mengikuti program jam baca. Siswa aktif mengutarakan
kesannya terhadap pelaksanaan program jam baca. Siswa merasa senang dengan
adanya program tersebut dan ingin diadakan kembali. Namun, siswa masih
bingung menyampaikan kesulitan yang dialami. Pada kegiatan terakhir, guru
memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan minat dengan menambah
frekuensi membaca dan menambah variatif bahan bacaan.
171

Hasil kemampuan membaca pada siklus 1 terdapat sebagian besar (76%)


siswa yang mencapai KKM dengan kualifikasi sangat baik (36%) dan baik
(40%).Sebagian sisanya memperoleh kualifikasi cukup (12%), kurang (12%).
Namun, hasil peningkatan minat membaca pada siklus 1, terdapat sebagian
besar (88%)siswa memperoleh kualifikasi rendah dansebagian kecil (12%)siswa
dengan kualifikasi sedang. Jika ditinjau dari variasi bahan bacaan, pada siklus 1
hampir semua(24) siswa yang memiliki 1 variasi bahan bacaan; hanya 1 siswa
yang memiliki 2 variasi bahan bacaan; dan tidak terdapat siswa yang memiliki 3
variasi bahan bacaan.
Proses program jam baca siklus 2 terdiri atas empat tahap meliputi: (1)
tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap
penutup program. Proses pada siklus 2 tahap preprogramsudah berjalan sesuai
rencana karena adanya perubahan waktu agar pelaksanaan program tidak
terganggu. Waktu pelaksanaan program dimulai 15 menit setelah jam pelajaran
sekolah berakhir. Pada siklus 2, siswa semakin antusias dibandingan dengan
siklus 1. Pada kegiatan awal program, guru melakukan apersepsi terkait
perubahan minat membaca siswa dan kesulitan yang dialami siswa dari
pelaksanaan program pada siklus 1 dan memberikan pengarahan terkait adanya
perubahan metode. Siswa sudah mulai antusias dan aktif dalam menjawab
pertanyaan apersepsi. Jumlah siswa yang asyik sendiri dan mengobrol sudah
berkurang.
Pada kegiatan inti program siklus 2 guru memberikan materi melalui
pelatihan bersama menuliskan ringkasan, komentar, dan kutipan bagian yang
dikomentari dari cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap ini, siswa aktif
memberikan pendapat terkait indikator latihan yang dikerjakan. Pada tahap
pemilihan bahan bacaan, siswa lebih tertib dan tidak saling berebut dikarenakan
adanya penggiliran berdasarkan deretan bangku. Saat siswa membaca, guru
mengelingi ruangan untuk mengawasi dan membantu siswa yang kesulitan. Siswa
sudah lebih aktif bertanya saat menemui kesulitan dan mengutarakan
pendapatnya. Siswa juga tampak antusias dengan adanya metode talking stik saat
membacakan komentar di depan tema-temannya. Siswa lain juga aktif
memberikan tanggapan.
Pada kegiatan penutup program siklus 2 tampak antusiasme siswa lebih
besar yang dilihat dari kesan-kesan yang diungkapkan oleh siswa dengan adanya
program ini. Motivasi juga diberikan oleh guru agar frekuensi membaca siswa
terus ditingkatkan serta bahan bacaan siswa lebih bervariatif dengan memberikan
contoh tokoh sukses Soekarno dan R. A. Kartini yang hobi membaca.
Berdasarkan hasil jurnal membaca siklus 2 sebagian besar sudah mampu
mengomentari buku cerita yang dibaca. Pada siklus inihampir semua (96%) siswa
mencapai KKM, yaitu terdiri darilebih dari separo (56%) siswa memperoleh
kualifikasi sangat baik dan hampir separo (40%) siswa memperoleh nilai dengan
kualifikasi baik. Sebagian sisanya terdapat 1 (4%) siswa memperoleh nilai dengan
kualifikasi cukup. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca.
Berdasarkan penerapan program jam baca siklus 2 siswa sudah mengalami
peningkatan minat membaca, baik dari segi frekuensi membaca maupun variasi
bahan bacaan siswa. Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan
program jam baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi
172

bahan bacaan. Pada siklus 2, terdapat sebagian kecil(28%) siswa dengan kategori
rendah, lebih dari separo (56%) siswa yang memiliki kategori sedang, dan
sedikit(16%) siswa yang memiliki kategori membaca tinggi. Jika ditinjau dari
variasi bahan bacaan, pada siklus 2, terdapat 3 siswa yang memiliki 1 variasi
bahan bacaan; 21 siswa yang memiliki 2 variasi bahan bacaan; dan hanya terdapat
1 siswa yang memiliki 3 variasi bahan bacaan.

PEMBAHASAN

Pada bagian pembahasan ini dipaparkan hasil (1) proses penerapan


program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa, (2) hasil
program jam baca dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa smp negeri
01 puri, dan (3) hasil program jam baca dalam meningkatkan kemampuan
membaca siswa smp negeri 01 puri.

Proses Penerapan Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan


Membaca Siswa SMP Negeri 01 Puri

Program jam baca merupakan program yang bertujuan untuk


meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri.
program ini dilaksanakan karena rendahnya minat dan kemampuan membaca
siswa di SMP Negeri 01 Puri. Hal tersebut diperoleh berdasarkan hasil studi
pendahuluan. Dengan adanya program yang berjalan dengan berfokus pada
peningkatan kemampuan mengomentari cerita, frekuensi membaca, dan variasi
bahan bacaan ini akan berdampak positif pada peningkatan minat dan kemampuan
membaca.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan
perencanaan tindakan yang telah disusun selama dua siklus, maka diperoleh
beberapa hasil terkait proses penerapan program jam baca dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Proses program jam baca
terdiri atas empat tahap meliputi: (1) tahap praprogram, (2) tahap awal program,
(3) tahap inti program, dan (4) tahap penutup program.
Pada tahap pelaksanaan inti program, guru menjelaskan materi tentang
konsep dan langkah-langkah menulis identitas buku, ringkasan cerita, komentar
dan alasan, serta kutipan bagian yang dikomentari, dan latihan mengisi contoh
jurnal dari cerita “Legenda Batu Menangis”. Pada tahap berikutnya adalah
pemilihan bahan bacaanmenggunakan penggiliran berdasarkan deret meja
siswa.Bahan bacaan tersebut telah disesuaikan dengan kompetensi yang ingin
dicapai oleh siswa. Selain itu, buku cerita tersebut dipilih sesuai pertimbangan
kemampuan dan kebutuhan sesuai dengan usianya. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Franz dan Meier (1983:17) yang menyatakan bahwa perhatian utama
sudah sewajarnya diberikan kepada buku remaja yang sifatnya bercerita dengan
mempertimbangkan kriteria yang sesungguhnya mengenai bahasa, susunan, dan
cara menceritakan sesuai dengan usianya.
Waktu yang diberikan pada siswa untuk membaca yaitu 25 menit. Selama
siswa membaca, guru berkeliling untuk memantau dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan. Tahap selanjutnya, guru meminta siswa mengerjakan jurnal
membaca sesuai buku cerita masing-masing. Siswa mampu mengisi jurnal sesuai
173

arahan yang diberikan. Setelah selesai membaca, siswa diminta membuat


komentar dan alasan dari segi isi atau bahasa dari buku cerita yang dibaca. Hal
tersebut sesuai pendapat Reinlander yang dikutip oleh Franz dan Meier(1983:21)
yang mengatakan bahwa pelajar harus dapat merefleksikan secara kritis isi buku
remaja dalam hubungannya dengan kenyataan. Salah satu tujuan umum refleksi
yaitu pelajar seharusnya dapat membentuk kesan menyeluruh dari suatu buku
remaja dan dapat mewujudkannya kembali serta dapat memberikan alasan
mengenai kesannya terhadap suatu buku remaja. Tahap berikutnya dilakukan
dengan pembacaan hasil komentar dan pemberian tanggapan oleh teman yang
lain. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode talking stik.
Pada tahap terakhir, penutup program,guru menanyakan kesan dan
kesulitan siswayang dialami dalam mengikuti program jam baca. Pada kegiatan
terakhir, guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat membaca dan
pentingnya membaca bahan bacaan yang bervariatif dan memberikan contoh
tokoh penting Indonesia yang sukses karena memiliki hobi membaca. Minat
membacadapat terwujud karena untuk meningkatkannya guru
bertugasmemberikan motivasi, menciptakan suasana yang menyenangkan bagi
anak-anak untuk membaca, dan mengusahakan ketersediaan buku-buku bacaan
Wiryodijoyo (1989:194).

Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca


Siswa SMP Negeri 01 Puri

Dalam penerapan program jam baca, kompetensi yang diajarkan pada


siswa yaitu “Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca Dalam kompetensi ini
bertujuan agar siswa memiliki kemampuan membaca yang baik untuk memahami
isi bacaan dan memberikan penilaian atau pendapat sesuai skemata yang dimiliki
oleh siswa. Hal tersebut sesuai denganpendapat Oka (1983:87-88) yaitu
kemampuan membaca yang baik bercirikan kemampuan menilai bacaan secara
kritis dalam rangka menentukan kualitas intrinsik bacaan di satu pihak, dan nilai,
fungsi, dan kebergunaanbacaan itu di pihak lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pada
studi pendahuluan, siswa yang mengalami ketuntasan atau nilai mencapai KKM
hanya seperempat 24% siswa. Setelah dilakukan tindakan penerapan program jam
baca,siswa yang mencapai KKMmeningkatsebesar 44% sehingga menjadi 68%.
Untuk siklus 2 dilakukan beberapa perbaikan dari kekurangan pada pelaksanaan
tindakan siklus 1 sehingga terjadi peningkatan. Peningkatan yang dialami sebesar
16%, sehingga jumlah ketuntasan hasil kemampuan membaca menjadi 84%.
Hasil kemampuan membaca dilihat juga dari segi kualifikasi nilai yang
diperoleh. Pada studi pendahuluan,persentase jumlah siswa pada kualifikasi SB
adalah 12%. Setelah pelaksanaan program jam baca siklus 1, jumlah siswa dengan
kulifikasi SB mengalami peningkatan cukup besar yaitu menjadi 36%. Pada siklus
2 peningkatan jumlah siswa dengan kualifikasi SB kembali mengalami
peningkatan besar menjadi 56%. Selain itu, setiap siklus juga mengalami
penurunan jumlah siswa dengan kualifikasi cukup (C), kurang (K), dan gagal (G).
Bahkan pada siklus 2, sudah tidak terdapat siswa dengan kualifikasi kurang dan
gagal. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan program jam baca berhasil
meningkatkan kemampuan membacasiswa.
174

Hasil Program Jam Baca dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa SMP
Negeri 01 Puri

Selain untuk meningkatkan kemampuan membaca, tujuan pelaksanaan


program jam baca adalah juga untuk meningkatkan minat membaca siswa SMP
Negeri 01 Puri. Peningkatan minat membaca dalam hal ini berfokus pada
frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan (jenis teks). Fokus tersebut menjadi
pengukur dalam peningkatan minat membaca pada siswa. Selain itu, indikator
pengukur tersebut merupakan aspek keadaan membaca seseorang. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Franz dan Meier (1983:11) yang menyatakan bahwa
aspek keadaan membaca yaitu jenis teks, motif membaca, tempat membaca, asal
dan pemilihan literatur, frekuensi membaca, dan intensitas membaca.
Pada siklus 1 minat membaca siswa mengalami peningkatan. Pada siklus
ini tidak terdapat siswa yang tidak memiliki minat baca seperti pada studi
pendahuluan. Namun, frekuensi membaca siswa masih cenderung rendah.
Frekuensi membaca siswa dengan kualifikasi rendah terdapat sebagian besar
(88%) siswa, sedangkan siswa dengan kualifikasi sedang meningkat menjadi 3
siswa. Namun, belum terdapat siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan
kualifikasi tinggi. Peningkatan yang terjadi tidak begitu besar. Akan tetapi,
dengan adanya peningkatan ini menunjukkan adanya peningkatan pula pada
antusiasme siswa untuk mulai menyukai kegiatan membaca.
Pada siklus 2, hasil minat membaca siswa juga mengalami
peningkatanfrekuensi membaca. Siswa yang memiliki frekuensi membaca dengan
kategori rendah berkurang dari 88% menjadi 28%, siswa yang memiliki kategori
membaca sedang meningkat dari 12% menjadi 56%, sedangkan pada siklus ini
juga terdapat siswa yang memiliki kategori membaca tinggi yaitu 12%.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap minat dan
antusiasme siswa dalam membaca sudah meningkat.
Berdasarkan hasil keseluruhan ditinjau dari frekuensi membaca,
peningkatan minat membaca siswa kelas VII SMP Negeri 01 Puri belum
mengalami peningkatan yang besar. Hal tersebut terjadi karena dalam pembiasaan
minat membaca siswa melalui program jam baca membutuhkan waktu yang lama
karena hanya dalam waktu 3 minggu tidak dapat membuat perubahan besar dalam
peningkatan minat membaca. Selain itu, pembinaan minat membaca perlu
dilakukan secara berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mudjito
(dalam Suradi 2010:29)yang menyatakan bahwa pembinaan minat membaca
memiliki ciri-ciri yaitu pembinaan minat baca merupakan suatu proses yang
berkelanjutan.
Pada studi pendahuluan,semua siswa belum memiliki variasi bahan
bacaan. Setiap siswa hanya membaca satu jenis bahan bacaan. Dari jumlah siswa
yang memiliki minat membaca, sebagian kecil(32%) siswamemiliki
kecenderungan membaca buku sastra/fiksi. Siswa yang memiliki bahan bacaan
lain yaitu berupa buku pengetahuan dan koran/majalah yaitu seperlima (20%)
siswa. Dari 5 siswa tersebut, terdapat 2 siswa (8%) memiliki kecenderungan
membaca koran/majalah dan 3 siswa (12%) membaca buku pengetahuan.
Kecenderungan bahan bacaan yang dibaca siswa menunjukkan bahwa siswa
belum memiliki kesadaran akan pentingnya membaca bahan bacaan variatif.
Siswa hanya membaca buku yang sesuai dengan minatnya masing-masing.
175

Nurhadi (1989:4) menyatakan bahwa salah satu ciri pembaca yang buruk yaitu
bahan bacaan yang dibacanya itu-itu saja.
Variasi bacaan setelah dilakukan tindakan siklus 1 belum mengalami
peningkatan relatif tetap. Hanya terdapat 1 siswa yang mengalami variasi yaitu
membaca koran/majalah dan buku sastra/fiksi. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus 1 belum berhasil meningkatkan variasi
bahan bacaan siswa.
Dari hasil tindakan siklus 2 bahan bacaan siswa cukup variatif, terdapat
sebagian besar (84%)siswa sudah memiliki 2 variasi bacaan, 1 (4%)siswamemiliki
3 variasi bacaan, tetapi masih ada sebagian kecil (12%) siswa bacaannya belum
bervariasi. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa program jam
baca siklus 2 sudah berhasil meningkatkan minat membaca siswa SMP Negeri 1
Puri.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan program jam baca mampu meningkatkan minat dan kemampuan
membaca siswa SMP Negeri 01 Puri. Adanya peningkatan hasil minat dan
kemampuan membaca pada siklus 1 dan 2 menunjukkan keefektifan proses
penerapan program jam baca.
Proses penerapan program jam baca terdiri atas empat tahap meliputi: (1)
tahap praprogram, (2) tahap awal program, (3) tahap inti program, dan (4) tahap
penutup program. Dalam tahapan program jam baca terdiri atas beberapa langkah
yaitu tahap praprogram terdiri atas kegiatan menyiapkan siswa di perpustakaan
untuk menerima pengarahan; tahap awal program terdiri atas kegiatan guru
memberi apersepsi dan pengarahan; tahap inti program terdiri atas kegiatan
pemberian materi oleh guru, pemilihan bahan bacaan oleh masing-masing siswa;
membaca bahan bacaan, mengisi jurnal membaca, membacakaan komentar, dan
memberikan tanggapan terhdap komentar teman; dan tahap penutup program
terdiri atas kegiatan pengungkapan kesan dan kesulitan siswa dan pemberian
motivasi membaca oleh guru.
Peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan program jam
baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai kualifikasi.
Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1) menjadi 36%
(siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20% (siklus 1)
menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca.
Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam
baca dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.
Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat
dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi
meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi
bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa
(siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan
dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2).
176

SARAN
Berdasarkan kesimpulantersebut disarankan kepadaguru Bahasa Indonesia
adalah mampu menerapkan program jam baca secara terorganisasi untuk diikuti
semua siswa. Guru juga perlu melaksanakan pembelajaran membaca dengan
memanfaatkan fasilitas ruang perpustakaan untuk meningkatkan minat dan
kemampuan membaca siswa. Hal tersebut dapat membantu pencapaian tujuan
program jam baca. Untuk menunjang hal tersebut, Kepala Sekolah SMP Negeri
01 Puri perlu meningkatkan fasilitas buku bacaan perpustakaan agar siswa merasa
nyaman saat membaca di perpustakaan.Saran bagi peneliti lain yang melakukan
penelitian sejenis adalah dapat menindaklanjuti dengan penelitian yang lain.
Tindak lanjut tersebut dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan hasil
pembelajaran membaca

Daftar Rujukan
Franz, Kurt&Benhard Meier. 1983. Membina Minat Baca. Bandung: Remadja
Karya

Hasanah, Muakibatul, Nurchasanah & Hamidah, S. C. 2011. Membaca Ekstensif:


Teori, Praktik, dn Pembelajaran. Malang: Pustaka Kaiswaran

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru

Nurhadi. 1989. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV


Sinar Baru Offset

Oka, I Gusti Ngurah. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya:


Usaha Nasional

Suradi. 2010. Pelayanan Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Minat Baca


Siswa (Studi Kasus di SD Negeri Percobaan 1 Malang). Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang

Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya.


Jakarta: Depdikbud

Anda mungkin juga menyukai