Anda di halaman 1dari 6

RUMUSAN BAHTSUL MASAIL

ULAMA DAYAH ACEH YANG TERGABUNG DALAM LAJNAH BAHSUL MASAIL


TASTAFI

YANG DILAKSANAKAN OLEH :


DINAS PENDIDIKAN DAYAH ACEH

DENGAN TEMA :
SOLUSI TERHADAP LEGALITAS JUAL BELI MENGGUNAKAN JASA LEASING ATAU
JASA PEMBIAYAAN LAINNYA MENURUT FIQH MUAMALAH

I. PENDAHULUAN
Persoalan muamalah merupakan perihal penting bagi setiap individu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan melakukan berbagai bentuk kegiatan transaski dengan pihak lain.
Sebagai mukallaf, semua bentuk transaksi ini harus dipraktikkan sesuai dengan rambu-rambu dan
ketentuan syariat. Apapun bentuk transaksi yang dilakukan di luar tuntunan syariat dihukumi haram
dan pelakunya berhak mendapatkan ‘uqubah (siksa). Oleh karena itu, memahami persoalan
muamalah ini menjadi wajib bagi setiap orang terkait dengan bentuk muamalah yang ingin
dipraktikkannya.
Menyikapi kebutuhan masyarakat dewasa ini, terdapat para pihak yang menyediakan
berbagai fasilitas demi memudahkan masyarakat untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Di
sisi yang lain, ada juga pihak tertentu yang terkadang hanya mementingkan keuntungan dalam
penyedian fasilitas ini dengan tanpa mengindahkan rambu-rambu syariat. Hal ini sangat jelas
terlihat pada berbagai jenis transaksi modern yang berlaku saat ini yang memerlukan kajian lebih
dalam terkait legalitasnya dalam pandangan syariat. Bahkan masalah-masalah tersebut sebagiannya
belum dibahas secara khusus dalam kitab-kitab turats, sementara pengguna kegiatan transaksi
modern ini semakin hari terus bertambah. Salah satu bentuk transaksi yang memfasilitasi kegiatan
jual beli masyarakat dewasa ini adalah jual beli dengan menggunakan sistem leasing atau sistem
pembiayaan lainnya yang legalitasnya masih dikontroversikan karena ada beberapa praktik di
dalamnya yang dianggap mencedarai ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam fiqh muamalat.
Secara umum sekarang ini lembaga yang menyediakan jasa leasing atau pembiayaan
keuangan lainnya saat ini dikatagorikan ke dalam dua bentuk yaitu bentuk konvensional dan bentuk
syariat. Dengan melihat kepada aturan dan praktek yang dilakukan, sistem leasing atau pembiayaan
bentuk konvensional banyak sekali terdapat permasalahan yang bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah. Sebagai alternatif oleh para ilmuan dan pakar ekonomi Islam, telah
memperkenalkan bentuk leasing atau pembiayaan syariat yang telah disesuaikan dengan prinsip-
prinsip muamalah Islam. Kenyataannya dari hasil pemantauan banyak pihak masih menemukan
beberapa perkara dari praktek leasing atau pembiayaan syariah yang masih perlu disesuaikan
dengan mazhab fikih yang diamalkan oleh masharakat setempat.
Untuk tujuan tersebut para ulama dayah yang tergabung dalam Lajnah Bahtsul Masail telah
melakukan mubahasah selama dua hari penuh mulai tanggal 29 Juli s.d. 1 Agustus 2019.
Mubahasah dengan tema, “Solusi Terhadap Legalitas Jual Beli Yang Menggunakan Jasa Leasing
Menurut Fiqh Muamalah” telah menyimpulkan beberapa poin penting sebagaimana dihuraikan di
bawah ini.

II. PRINSIP UMUM


Beberapa prinsip umum yang wajib diperhatikan dalam hukum muamalah syariah :
1. Barang yang dijadikan sebagai objek pembiayaan, baik menggunakan sistem jual beli (ba’i)
maupun sewa (leasing / ijarah) harus menjadi milik penjual atau pihak yang menyewakan.
Pihak perusahaan pembiayaan harus memastikan bahwa barang tersebut sudah menjadi milik
mereka sebelum menjual atau menyewakan kepada nasabah.
2. Down Payment (DP) atau nama lainnya tidak boleh menjadi sesuatu yang sia-sia seperti
menjadi uang hangus. Akan tetapi harus menjadi bagian dari muamalah seperti menjadi bagian
dari harga atau biaya sewa.
3. Tidak ada para pihak yang terzalimi dan dirugikan oleh berbagai transaksi muamalah yang
dilakukan. Dalam hal terjadi penarikan barang yang menjadi objek pembiayaan harus
dipersentasekan (taqsith) berapa yang menjadi hak perusahaan dan hak nasabah.
4. Tidak boleh adanya sanksi finansial dalam bentuk apapun.
5. Segala bentuk perjanjian (wa’ad) yang tidak sesuai dengan konsekuensi akad tidak boleh
menjadi bagian dari akad.
6. Objek pembiayaan (mabi’) tidak boleh digunakan sebagai jaminan (marhun) utang
pembiayaan.
7. Tidak boleh adanya dua harga (harga kredit dan harga kontan) yang disebutkan dalam satu
akad transaksi.
8. Tidak bercampur dengan unsur-unsur yang dilarang oleh agama, seperti asuransi konvensional.
9. Tidak boleh adanya maisir, gharar, riba, haram, bathil dan ketidakjelasan (majhul hal).

III. MODEL PEMBIAYAAN SYARIAH


Berdasarkan fakta yang terungkap dari hasil pemaparan beberapa nara sumber, diskusi dengan
beberapa praktisi yang bergerak dalam usaha pembiayaan dan diskusi yang berkembang dalam
forum mubahasah, terdapat beberapa model pembiayaan yang menjadi amalan dan dianggap sesuai
fiqh muamalah, yaitu :
1. Ba’i Murabahah

Ba’i Murabahah adalah akad jual beli dimana penjual membeli barang terlebih dahulu
yang diperlukan konsumen kemudian menjualnya kepada konsumen yang bersangkutan sebesar
harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara kedua pihak.

2. Ba’i bi al-tsaman al-muajjal

Ba’i bi al-tsaman al-muajjaladalah akad jual beli yang pembayarannya ditempokan

3. Ijarah muntahiyah bi al-tamlik (IMBT)

Ijarah muntahiyah bi al-tamlik adalah perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan


opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.

4. Musyarakah muntahiyah bi al-tamlik (MMBT)

Musyarakah muntahiyah bi al-tamlik adalah ba’i yang pada tahap awalnya nasabah dan
lembaga pembiayaan secara bersama-sama (musyarakah) membeli sebuah barang. Kemudian
perusahaan pembiayaan segera menjual bagian yang dimilikinya dari barang tersebut kepada
konsumen secara murabahah.

IV. PERMASALAHAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN PRINSIP SYARIAH


Beberapa hal yang menyalahi prinsip-prinsip syariah yang dipahami dan ditemukan oleh peserta
mubahasah pada praktek yang dilakukan oleh perusahaan leasing atau pembiayaan lainnya :

1. Pada lembaga pembiayaan yang menggunakan pola Ba’i Murabahah


Beberapa hal yang menyalahi prinsip syariah yang ditemukan pada sebagian lembaga
pembiayaan yang mengusung konsep ba’i murabahah antara lain adalah :
a. Belum ada kepemilikan barang bagi perusahaan pembiayaan sebelum melakukan penjualan
kepada nasabah.
b. Adanya sanksi finansial, seperti membebankan pembayaran denda dengan jumlah persentase
atau nominal tertentu.
c. Menjadikan objek pembiayaan (mabi’) sebagai jaminan (marhun) hutang pembiayaan itu
sendiri.
d. Adanya kerugian nasabah dalam penarikan objek pembiayaan.
e. Adanya ketidakpastian harga (jahl) dengan sebab terdapat dua harga yang berbeda yang
disebutkan dalam satu transaksi yaitu harga kredit dan harga kontan.
f. Adanya kewajiban penyertaan pembiayaan dengan asuransi yang tidak memenuhi standar
syariah.

2. Pada lembaga pembiayaan yang menggunakan pola Ba’i Bi al-tsaman al-muajjal


Beberapa hal yang menyalahi prinsip syariah yang ditemukan pada sebagian lembaga
pembiayaan yang mengusung konsep ba’i bi al-tsaman al-muajjal antara lain adalah :
a. Belum ada kepemilikan barang bagi perusahaan pembiayaan sebelum penjualan kepada
nasabah.
b. Adanya sanksi finansial, seperti membebankan pembayaran denda dengan jumlah persentase
atau nominal tertentu.
c. Menjadikan objek pembiayaan (mabi’) sebagai jaminan (marhun) hutang pembiayaan itu
sendiri.
d. Adanya kerugian nasabah dalam penarikan objek pembiayaan.
e. Adanya ketidak pastian harga (gharar) dengan sebab terdapat dua harga yang berbeda yang
disebutkan dalam satu transaksi yaitu harga kredit dan harga kontan.
f. Adanya kewajiban penyertaan pembiayaan dengan asuransi yang tidak memenuhi standar
syariah.

3. Pada lembaga leasing (ijarah) yang menggunakan pola Ijarah Muntahiyah Bi al-Tamlik
Beberapa hal yang menyalahi prinsip syariah yang ditemukan pada sebagian lembaga leasing
yang mengusung konsep ijarah muntahiyah bi al-tamlik antara lain adalah :
a. Belum ada kepemilikan barang bagi perusahaan pembiayaan sebelum melakukan akad ijarah
tersebut kepada nasabah.
b. Adanya transfer seluruh resiko (dhaman milkiyyah) yang terjadi pada objek pembiayaan
kepada nasabah selaku penyewa (musta’jir).
c. Adanya sanksi finansial (penalty), seperti membebankan pembayaran denda dengan jumlah
persentase atau nominal tertentu.
d. Adanya kewajiban penyertaan pembiayaan dengan asuransi yang tidak memenuhi standar
syariah.

4. Musyarakah muntahiyah bi al-tamlik

Sejauh yang difahami oleh peserta mubahasah bahwa pembiayaan dengan pola
Musyarakah muntahiyah bi al-tamlik belum diterapkan oleh lembaga pembiayan. Pola tersebut
masih menjadi pemikiran teoritik yang perlu dikembangkan lagi untuk menjadi sebagai sebuah
solusi yang lebih praktis dan seleras dengan prinsip fikih muamalah.

V. SOLUSI HUKUM
Solusi hukum yang ditawarkan oleh forum mubahasah terhadap beberapa persoalan di atas adalah
sebagai berikut :

1. Persoalan pada lembaga pembiayaan yang mengusung pola Ba’i Murabahah dan Ba’i bi Tsaman
Muajjal
a. Perusahaan pembiayaan harus terlebih dahulu memiliki barang objek pembiayaan sebelum
menjual kepada nasabah.
b. Menghilangkan segala bentuk sanksi finansial. Solusi menghadapi ketidak disiplinan
konsumen adalah melalui penetapan barang jaminan (marhun).
c. Tidak menjadikan objek pembiayaan (mabi’) sebagai jaminan (marhun) hutang pembiayaan
itu sendiri, tetapi menjadikan barang lain sebagai jaminan hutang tersebut.
d. Dalam hal penarikan objek pembiayaan harus dilakukan atas dasar kesepakatan bersama
dengan mempertimbangkan bagian hak masing-masing (taqsith).
e. Harus ada kepastian harga dalam satu akad.
f. Dalam hal menggunakan asuransi, harus menggunakan asuransi yang memenuhi standar
syariah.

2. Persoalan pada lembaga leasing yang mengusung pola Ijarah muntahiyah bi al-tamlik
a. Mengikuti sepenuhnya fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI Nomor 27/DSN-
MUI/III/2002 tentang al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik.
b. Harus ada kepemilikan barang bagi perusahaan pembiayaan sebelum akad ijarah tersebut
kepada nasabah sebagaimana disebutkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI
Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah.
c. Membebankan transfer resiko kerusakan (dhaman milkiyyah) yang terjadi pada objek
pembiayaan kepada perusahaan pembiayaan jika hal itu terjadi tanpa kesengajaan
sebagaimana tersebut dalam fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI No. 09/DSN-MUI-
IV/2000 tentang pembiayaan ijarah.
d. Menghilangkan sanksi finansial (penalty).
d. Dalam hal menggunakan asuransi, harus menggunakan asuransi yang memenuhi standar
syariah.
VI. MASUKANDAN SARAN
1. Diharapkan kepada masyarakat dalam hal transaksi pembiayaan agar memilih perusahaan
pembiayaan dan atau leasing yang benar-benar menganut prinsip pembiayaan syariah seperti
ba’i murabahah, ba’i bi tsaman muajjal, dan ijarah muntahiyah bi tamlik.
2. Diharapkan kepada perusahaan leasing atau pembiayaan lainnya untuk menerapkan prinsip-
prinsip ekonomi syariah dalam transaksi keuangan dan pembiayaan termasuk hal-hal yang
disebutkan dalam solusi hasil mubahasah di atas.
3. Diharapkan kepada perusahaan leasing atau pembiayaan lainnya untuk tidak memonopoli
pembelian dan penjualan objek pembiayaan seperti sepeda motor dan lainnya sehingga
masyarakat memiliki alternatif untuk memilih cara pembelian barang-barang tersebut baik
dengan pembelian langsung (tunai) atau pembelian dengan cara menggunakan jasa leasing atau
jasa pembiayaan lainnya.
4. Dalam praktek muamalah sehari-hari, semua pihak sedapat mungkin menghindari perkara-
perkara syubhat muamalah.

VII. PENUTUP

Demikian kesimpulan ini yang dihasilkan oleh forum muhabahas setelah mempertimbangkan
seluruh makalah dan argumentasi yang berkembang. Nas-nas tersebut dilampirkan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari kesimpulan ini. Semoga Allah SWT meridhai usaha dan ikhtiar semua pihak yang
terlibat dan menjadikan kesimpulan mubahasah ini bermanfaat mulai di dunia sampai akhirat nanti.

Banda Aceh, 01 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai