Anda di halaman 1dari 179

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR INDIVIDU DAN KELUARGA TERHADAP TUGAS


KESEHATAN KELUARGA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DRIYOREJO
KABUPATEN GRESIK

Oleh:
AMELIA KRISTINA MERRY PITALOKA
NIM. 171.1004

PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019
SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR INDIVIDU DAN KELUARGA TERHADAP TUGAS


KESEHATAN KELUARGA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DRIYOREJO
KABUPATEN GRESIK

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya

Oleh:
AMELIA KRISTINA MERRY PITALOKA
NIM. 171.1004

PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019

i
HALAMAN PERNYATAAN

Saya bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Amelia Kristina Merry Pitaloka
Nim : 171.1004
Tanggal lahir : 24 April 1996
Program Studi : S-1 Keperawatan
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Individu dan
Keluarga Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik”. Saya susun tanpa
melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang berlaku di STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
STIKES Hang Tuah Surabaya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 30 Januari 2019

Amelia Kristina Merry Pitaloka


NIM.171.1004

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:


Nama : Amelia Kristina Merry Pitaloka
NIM : 171.1004
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap Tugas
Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat
menyetujui bahwa Skripsi ini diajukan dalam sidang skripsi guna memenuhi
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar :

SARJANA KEPERAWATAN (S.Kep)

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Nuh Huda., M.Kep.,Sp.Kep.KMB Dwi Ernawati.,S.Kep.,Ns.M.Kep


NIP.03.020 NIP. 03023

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 30 Januari 2019

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dari :
Nama : Amelia Kristina Merry Pitaloka
NIM : 171.1004
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap Tugas
Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik
Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Skripsi di Stikes Hang Tuah
Surabaya, dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar “SARJANA KEPERAWATAN” pada Prodi S-1 Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya.

Penguji I : Puji Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kes ( ............................... )


NIP.03.010

Penguji II : Nuh Huda, M.Kep., Sp.Kep.KMB ( ............................... )


NIP. 03.020

Penguji III : Dwi Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep ( ............................... )


NIP. 03023

Mengetahui,
STIKES HANG TUAH SURABAYA
KAPRODI S-1 KEPERAWATAN

Puji Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP.03.010

Ditetapkan di : Stikes Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 30 Januari 2019

iv
ANALISIS FAKTOR INDIVIDU DAN KELUARGA TERHADAP TUGAS
KESEHATAN KELUARGA PENDERITA DIABETES MELLITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DRIYOREJO
KABUPATEN GRESIK

Amelia Kristina Merry Pitaloka

ABSTRAK

Salah satu penyakit tidak menular yang menyita banyak perhatian dan
memerlukan perawatan khusus adalah Diabetes Melitus. Keluarga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita Diabetes Melitus yang
menuntut pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga.
Ketidakmampuan keluarga menjalankan lima tugas kesehatan keluarga pada
penderita DM bisa disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya dari
pengetahuan keluarga dan sosial ekonomi keluarga.
Untuk mengetahui hubungan faktor individu dan keluarga terhadap tugas
kesehatan keluarga yang sudah dilaksanakan pada keluarga penderita Diabetes
Mellitus di wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.
Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik. Pengambilan
sampel dilakukan secara non probability sampling dengan metode cluster
sampling dan diperoleh jumlah sampel 67 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuisioner. Variabel independen yaitu faktor individu dan keluarga
sedangkan variabel dependen yauitu tugas kesehatan keluarga. Instrumen
penelitian faktor individu adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
lama menderita diabetes mellitus. Instrumen faktor keluarga tipe, struktur, tahap
perkembangan, status sosial ekonomi keluarga dan tingkat pengetahuan keluarga.
Analisa data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan uji Spearman
Rank.
Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan antara faktor indvidu yang terdiri
dari usia dan pendidikan dengan tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes
Mellitus. Hasil penelitian ada hubungan antara faktor keluarga yang terdiri dari
penghasilan dan tingkat pengetahuan keluarga dengan tugas kesehatan keluarga
penderita Diabetes Mellitus. Hasil uji spearman rank diperoleh p-value sebesar
0,003 < 0,05 pada usia, 0,013 < 0,05 pada pendidikan, 0,001 < 0,05 pada
penghasilan dan 0,001 < 0,05 pada tingkat pengetahuan.
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan promosi kesehatan
kepada masyarakat mengenai hidup sehat, monitoring berat badan ideal, dan rutin
memeriksakan kadar gula darah serta keluarga mendukung penderita diabetes
untuk mengikuti program-program kesehatan untuk mencegah komplikasi dari
diabetes mellitus lebih lanjut.
Faktor individu, faktor keluarga, tingkat pengetahuan keluarga, diabetes melitus,
tugas kesehatan keluarga.

v
ANALYSIS OF INDIVIDUAL AND FAMILY FACTORS OF FAMILY
HEALTH TASK IN CARING FOR PATIENTS DIABETES
MELLITUS AT PUSKESMAS DIYOREJO GRESIK
HEALTH CENTER AREA

Amelia Kristina Merry Pitaloka

ABSTRACT
Non-communicable disease that takes a lot of attention and requires special care is
Diabetes Mellitus. The family function as a support system for members suffering
from Diabetes Melitus demands greater economic, social, and psychological
sacrifice from the family. The inability of the family to carry out five family
health tasks for people with DM can be caused by several factors, including
family knowledge and family social economy. The family has an important role in
the care of family members who suffer from diabetes mellitus. This is very much
related to family health duties.
To determine the relationship of individual and family factors to family health
tasks that have been carried out on families of people with Diabetes Mellitus at
the Driyorejo Gresik Community Health Center working area.
The design of this study uses observational analytic methods. The sampling was
done by non probability sampling with cluster sampling method and obtained a
sample of 67 respondents. Data collection using a questionnaire. Independent
variables are individual and family factors while the dependent variable is family
health tasks. Research instruments for individual factors were age, sex, education,
occupation and duration of suffering from diabetes mellitus. The instruments of
family factors are type, structure, stage of development, family socio-economic
status and family knowledge level.Data analysis was done computerically using
the Spearman Rank test.
The results of this study indicate that there is a relationship between individual
factors consisting of age and education with the health assignments of families
with diabetes mellitus patients. The results also indicate that there is a relationship
between family factors consisting of income and the level of family knowledge
with the family health duties of people with Diabetes Mellitus. Spearman rank test
results obtained p-value of 0.003 <0.05 at age, 0.013 <0.05 in education, 0.001
<0.05 on income and 0.001 <0.05 at the level of knowledge.
This hoped that health workers can improve health promotion to the community
regarding healthy living, ideal body weight monitoring, and routine blood sugar
and family checkups to support diabetics to participate in health programs to
prevent further complications of diabetes mellitus
Individual factors, family factors, family’s level of knowledge, family’s health
tasks, Diabetes Mellitus

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehendak dan ridho Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan segala hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor Individu dan Keluarga

Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah

Kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik” pada waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan skripsi ini digunakan sebagai persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah

Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dan

bantuan dari para pembimbing serta semua pihak yang ikut membantu dalam

penyelesaiannya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis perkenankan

menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Wiwiek Lestyaningrum, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan Program

Studi S1-Keperawatan.

2. Puket 1, Puket 2, dan Puket 3 STIKES Hang Tuah Surabaya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti dan

menyelesaikan program studi S-1 Keperawatan.

3. Ibu Puji Hastuti., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Program Studi

Pendidikan S1-Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada

kami untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Pendidikan S1

Keperawatan.

vii
4. Ibu Puji Hastuti., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua penguji terima kasih

atas segala arahannya dalam pembuatan skripsi.

5. Bapak Nuh Huda, M.Kep.,Ns.,Sp.KMB selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dwi Ernawati, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku Pembimbing II yang penuh

kesabaran dan penuh perhatian memberikan saran, kritik dan bimbingan

demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

7. Kepala Puskesmas Driyorejo yang telah memberikan izin untuk penelitian

ini.

8. Keluarga yang telah bersedia menjadi responden dan membantu proses

pengumpulan data untuk tugas akhir saya yang berjudul Analisis Faktor

Individu dan Keluarga Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita

Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten

Gresik.

9. Seluruh staf dan karyawan Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah

memberikan bantuan dalam kelancaran proses belajar di perkuliahan.

10. Seluruh staf perpustakaan Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah memberi

kesempatan untuk membaca dan meminjam referensi buku di Stikes Hang

Tuah Surabaya.

11. Perpustakaan Daerah Surabaya yang ikut membantu menyediakan sumber

pustaka dalam penyusunan penelitian ini.

12. Ibu dan ayah tercinta beserta keluarga yang senantiasa mendoakan dan

memberi semangat setiap hari.

viii
13. Teman-teman sealmamater di Stikes Hang Tuah Surabaya yang selalu

bersama-sama dan menemani dalam pembuatan skripsi ini.

14. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas

dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya, namun penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna. Penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama masyarakat dan

perkembangan ilmu keperawatan. Semoga budi baik yang telah diberikan kepada

peneliti mendapatkan balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.

Surabaya, 30 Januari 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
2.1 Konsep Keluarga ..................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Individu ................................................................................ 8
2.1.2 Faktor Individu ....................................................................................... 9
2.1.3 Pengertian Keluarga ............................................................................. 12
2.1.4 Tipe Keluarga ....................................................................................... 13
2.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga ............................................................ 14
2.1.6 Status Sosial Ekonomi Keluarga .......................................................... 21
2.1.7 Tingkat Pengetahuan Keluarga ............................................................ 22
2.1.8 Tugas Kesehatan Keluarga .................................................................... 24
2.2 Konsep Diabetes Mellitus .................................................................... 29
2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus .................................................................... 29
2.2.2 Etiologi ................................................................................................. 30

x
2.2.3 Klasifikasi Diabetes ............................................................................. 33
2.2.4 Patofisiologi ......................................................................................... 35
2.2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................ 37
2.2.6 Komplikasi ........................................................................................... 38
2.2.7 Penatalaksanaan ................................................................................... 42
2.3 Teori Model Konseptual Keperawatan ................................................. 44
2.3.1 Sejarah Dorothea E. Orem .................................................................... 45
2.3.2 Konsep Teori Self Care ......................................................................... 46
2.4 Hubungan Antara Konsep ..................................................................... 49
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .................................... 52
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 52
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 53
BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................... 54
4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 54
4.2 Kerangka Kerja ..................................................................................... 55
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 55
4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling Desain ............................................... 56
4.4.1 Populasi Penelitian ............................................................................... 56
4.4.2 Sampel Penelitian .................................................................................. 56
4.4.3 Teknik Sampling ................................................................................... 57
4.5 Identifikasi Variabel .............................................................................. 58
4.5.1 Variabel Independen (Variabel bebas) .................................................. 58
4.5.2 Variabel Dependen (Variabel terkait) ................................................... 58
4.6 Definisi Operasional.............................................................................. 58
4.7 Pengumpulan data Pengolahan Data ..................................................... 63
4.7.1 Pengumpulan data ................................................................................. 63
4.7.2 Analisa Data .......................................................................................... 69
4.8 Etika Penelitian ..................................................................................... 71
4.8.1 Lembar Persetujuan (Informed consent) ............................................... 71
4.8.2 Tanpa Nama (Anonimity) ...................................................................... 71
4.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ................................................................ 72
4.8.4 Keadilan (Justice) ................................................................................... 72
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 73
5.1 Latar Belakang .................................................................................... 74
5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .................................................. 74

xi
5.1.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian ....................................................... 74
5.1.3 Data Umum Hasil Penelitian ................................................................ 75
5.1.4 Data Khusus Penelitian ........................................................................ 80
5.2 Pembahasan .......................................................................................... 90
5.2.1 Tugas Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Driyorejo Gresik ............................................................... 90
5.2.2 Hubungan Faktor Individu Dalam Melaksanakan Tugas Kesehatan
Keluarga ............................................................................................... 99
5.2.3 Hubungan Faktor Keluarga Dalam Melaksanakan Tugas Kesehatan
Keluarga ............................................................................................. 107
5.3 Keterbatasan ....................................................................................... 114
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 116
6.1 Simpulan ............................................................................................ 116
6.2 Saran ................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 118
LAMPIRAN .................................................................................................. 120

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus .................................... 30


Tabel 4.1 Definisi Operasional Analisis Faktor Individu dan Keluarga
Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes
Mellitus diwilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik ................. 59
Tabel 4.2 Klasifikasi Pertanyaan Tingkat Pengetahuan Keluarga Penderita
Diabetes Mellitus ........................................................................... 64
Tabel 4.3 Klasifikasi Pertanyaan Tugas Kesehatan Keluarga Penderita
Diabetes Mellitus ........................................................................... 67
Tabel 5.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Penderita DM di
Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 75
Tabel 5.2 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita
DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 75
Tabel 5.3 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Penderita DM
di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 76
Tabel 5.4 Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita DM
di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 76
Tabel 5.5 Karekteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita DM
Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ............................................ 77
Tabel 5.6 Karekteristik Responden Berdasarkan Tipe Keluarga Penderita
DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 77
Tabel 5.7 Karekteristik Responden Berdasarkan Tahap Perkembangan
Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 78
Tabel 5.8 Karekteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Penderita
DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 78
Tabel 5.9 Karekteristik Responden Berdasarkan Asuransi Kesehatan
Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ............................................ 79
Tabel 5.10 Karekteristik Responden Berdasarkan Jarak Yankes Penderita
DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67) ............................................................... 79
Tabel 5.11 Karekteristik Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga
Dengan Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 80
Tabel 5.12 Karekteristik Responden Berdasarkan Tugas Kesehatan
Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 80

xiii
Tabel 5.13 Hubungan Antara Usia Dengan Tugas Kesehatan Keluarga
Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ............................................ 81
Tabel 5.14 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Tugas Kesehatan
Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 82
Tabel 5.15 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Tugas Kesehatan
Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 83
Tabel 5.16 Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Tugas Kesehatan Keluarga
Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ............................................ 84
Tabel 5.17 Hubungan Antara Lama Menderita DM Dengan Tugas
Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................ 85
Tabel 5.18 Hubungan Antara Tipe Keluarga Dengan Tugas Kesehatan
Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 86
Tabel 5.19 Hubungan Antara Tahap Perkembangan Keluarga Dengan
Tugas Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N =
67) .................................................................................................. 87
Tabel 5.20 Hubungan Antara Penghasilan Dengan Tugas Kesehatan
Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................................. 88
Tabel 5.21 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tugas
Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67) ................ 89

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konsep self care .......................................................................... 48
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Analisis Faktor Individu dan Keluarga
Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes
Mellitus diwilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik .............. 52
Gambar 4.1 Desain Penelitian Cross Sectional ............................................... 54
Gambar 4.2 Kerangka kerja penelitian Analisis Faktor Individu dan
Keluarga Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita
Diabetes Mellitus diwilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik .......................................................................................... 55

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Curriculum Vitae ........................................................................ 121


Lampiran 2 Motto dan Persembahan ............................................................. 122
Lampiran 3 Surat Penelitian ........................................................................... 123
Lampiran 4 Information for Consent ............................................................. 129
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................... 130
Lampiran 6 Lembar Kuisioner Data Demografi ............................................ 131
Lampiran 7 Lembar Kuisioner Tingkat Pengetahuan Keluarga .................... 134
Lampiran 8 Lembar Kuisioner Tugas Kesehatan Keluarga ........................... 137
Lampiran 9 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ............................................. 139
Lampiran 10 Hasil Output Software Computere ............................................. 151

xvi
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association


BSC : Bachelor of Science
Dinkes : Dinas Kesehatan
DM : Diabetes Mellitus
IDF : International Diabetes Federation
JK : Jenis Kelamin
KES : Kesehatan
KEL : Keluarga
Mg : Miligram
PENG : Penghasilan
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PK : Pekerjaan
PNS : Pegawai Negeri Sipil
PTH : Pengetahuan
RI : Republik Indonesia
SHHNK : Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
SPSS : Statistical Product for Social Science
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
TBC : Tuberculosis
TIA : Transiennt Ischemic Attack
TGS : Tugas
US : Usia
WDF : World Diabetes Foundation
WHO : World Health Organization

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan

masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit

tidak menular yang menyita banyak perhatian adalah Diabetes Melitus (DM)

(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perilaku perawatan Diabetes melitus

berhubungan dengan keluarga terhadap penderita Diabetes Melitus menurut

Friedman (2010) dimana keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam menentukan progam perawatan. Keluarga berfungsi sebagai sistem

pendukung bagi anggota yang menderita Diabetes melitus yang menuntut

pengorbanan ekonomi, sosial, psikologis yang lebih besar dari keluarga

(Friedman, 2010). Ketidakmampuan keluarga menjalankan lima tugas kesehatan

keluarga pada penderita DM bisa disebabkan karena beberapa faktor, salah

satunya dari pengetahuan keluarga dan sosial ekonomi keluarga. Pengetahuan

yang diperoleh juga akan mempengaruhi keluarga untuk mengambil keputusan

yang tepat dalam memilih tindakan pengobatan bagi pasien DM sesuai dengan

ekonomi keluarga. Tugas kesehatan keluarga dalam merawat pasien DM juga

diperlukan seperti mengontrol gula darah rutin, mengatur diit, menangani pasien

saat terjadi gula darah turun dan mengontrol minum obat sebagian sudah

dijalankan oleh keluarga sebagian belum karena mereka tidak peduli dengan

penderita dan sudah sering mengingatkan tetapi dihiraukan oleh penderita. Tugas

kesehatan yang ke empat yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan dimana

keluarga memberikan ligkungan yang nyaman dan sehat bagi anggota

1
2

keluarganya. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar masyarakat sudah

di manfaatkan keluarga dengan baik, dimana keluarga saat melakukan kontrol,

mengambil obat dan saat mengalami keluhan tanda-tanda dari gula darah naik

atau turun penderita dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat dari rumah untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Hasil data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) mengatakan

penyandang Diabetes Mellitus pada tahun 2015 ada 415 juta orang, pada tahun

2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Berdasarkan data

International Diabetes Federation (IDF) ditemukan bahwa jumlah penderita

diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap negara. Pada tahun 2013,

ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita diabetes. Pada tahun 2035

penderita diabetes diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dan

Indonesia berada pada urutan ke-7 di antara sepuluh negara di dunia dengan

penderita diabetes terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil,

Rusia dan Mexico (IDF, 2015). Indonesia merupakan negara menempati urutan

ke-6 dengan penderita DM sejumlah 10,3 juta, dan telah diprediksi akan

meningkat mencapai 16,7 juta pada tahun 2045. Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Timur masuk 10 besar prevalensi penderita

diabetes se-Indonesia atau menempati urutan ke sembilan dengan prevalensi 6,8.

Angka ini satu tingkat diatas DKI Jakarta yang berada diurutan kesepuluh dengan

prevalensi 6,6. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik pada 2013

terdapat 9397 penduduk yang terkena DM, jumlah paling banyak terjadi pada

perempuan dengan jumlah 5807 dan laki-laki 3590. Dari hasil studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 30 November 2018 data dari Puskesmas
3

Driyorejo Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik, selama Januari sampai

Oktober 2018 terdapat 643 orang yang menderita DM. Paling banyak terjadi pada

perempuan dengan jumlah 417 dan laki-laki 226. Jumlah penderita DM yang asli

penduduk Gresik di wilayah Kelurahan Randegansari sebanyak 24 orang dan di

Kelurahan Driyorejo sebanyak 56 orang total 80 orang.

Penyakit Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang dapat

menyerang siapa saja terutama di usia tua dengan jenis kelamin kebanyakan

adalah perempuan. Penelitian yang dilakukan Amelia (2014) bahwa DM banyak

terjadi pada wanita karena wanita yang telah mengalami menopause, kadar gula

dalam darah lebih tidak terkontrol dikarenakan terjadi penurunan produksi

hormon esterogen dan progesteron (Amelia, Nurchayati, & Veni Elita, 2014).

Usia yang semakin bertambah tua merupakan salah satu faktor penyakit DM akan

muncul. Hal itu terjadi karena sistem endokrin yang ada didalam tubuh manusia

mengalami penurunan fungsinya dengan bertambahnya usia (Trisnawati, 2013).

Penyakit ini juga bisa disebabkan karena faktor keturunan dari keluarga yang

menderita Diabetes Mellitus. Pekerjaan merupakan faktor penyebab DM,

pekerjaan atau aktivitas fisik banyak terjadi pada wanita terutama kelompok ibu

rumah tangga karena sedikit memerlukan tenaga dan sedikit melakukan aktivitas

fisik sehingga dapat menimbulkan penimbunan lemak dalam tubuh yang dapat

mengakibatkan resistensi insulin dan terjadi peningkatan kadar gula darah

(Ramadhan, 2017). Seseorang dengan durasi penyakit yang lebih lama memiliki

pengalaman dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku perawatan

diri yang lebih baik sehingga mampu menjalakan tugas kesehatan keluarga untuk

mencapai derajat kesehatan yang opitmal (Fatimah, 2016). Tingkat sosial


4

ekonomi keluarga mempengaruhi keluarga dalam memberikan pengobatan dan

pengetahuan tentang perawatan pada penderita DM. Pendapatan keluarga yang

tinggi akan mempengaruhi keluarga untuk selalu memberikan pengobatan yang

terbaik bagi keluarga. Jika tugas kesehatan keluarga tidak dijalankan dengan baik

akan menimbulkan berbagai masalah salah satunya, pada penderita akan

mengalami peningkatan kadar gula darah karena tidak terkontrol diit dan obatnya.

Jika sudah terjadi seperti itu maka derajat kesehatan keluarga juga tidak optimal.

Pengelolaan penyakit Diabetes Mellitus, selain dokter, perawat, ahli gizi,

dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarganya menjadi sangat penting.

Peran pasien diwujudkan melalui perilakunya dalam mengelola penyakit DM

yang terdiri dari perilaku diit, perilaku olahraga/ aktivitas fisik, perilaku

pengobatan, perilaku dalam mengontrol gula darah serta perilaku pencegahan

komplikasi (Ferawati, 2014). Penanganan Diabetes Mellitus sangat memerlukan

peran aktif dari keluarga sebagai sistem yang mendukung untuk mengoptimalkan

derajat kesehatannya. Keluarga yang tidak dapat menyelesaikan tugas kesehatan

keluarga diberikan edukasi kepada penderita sendiri terutama ke keluarga

bagiamana penanganan awal jika terjadi hipoglikemia pada penderita, penanganan

untuk mencegah luka diabetes, pencegahan agar tidak kambuh dari cara diet dan

aktivitas, pengontrolan rutin gula darah sampai meminum obat rutin. Edukasi

yang diberikan bisa berupa penyuluhan dengan media leaflet, poster, dan lembar

balik (Soekidjo, 2012). Konseling juga bisa dilakukan ke keluarga dengan

pendekatan komunikasi terapeutik agar tugas kesehatan keluarga yang tidak

dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik. Sehingga keluarga mampu


5

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan

keluarga dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara faktor individu dan keluarga terhadap

tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja

Puskesmas Driyorejo Gresik ?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk menganalisis faktor individu dan keluarga terhadap tugas

kesehatan keluarga yang sudah dilaksanakan.

b. Tujuan Khusus

1. Menganalisis tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes Mellitus di

wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.

2. Menganalisis hubungan faktor individu dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.

3. Menganalisis hubungan faktor keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatan keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.


6

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat.

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal menganalisis faktor Individu dan keluarga terhadap tugas

kesehatan keluarga penderia DM agar keluarga mampu merawat anggota keluarga

yang sakit dan meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1. Bagi Keluarga Penderita DM

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang faktor

yang dapat meningkatkan tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes

Mellitus (DM) serta untuk memandirikan keluarga dalam merawat anngota

keluarga yang menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM).

2. Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur atau

indikator dalam penerapan tugas kesehatan keluarga sehingga dapat

menunjang keberhasilan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan

keluarga serta merawat anggota keluarga yang sakit kronis seperti penyakit

Diabetes Mellitus (DM). Pengambil kebijakan Puskesmas Driyorejo dapat

memasukkan intervensi tugas kesehatan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit untuk diterapkan dikeluarga pasien yang berobat di Puskesmas

Driyorejo agar penyakit kronis yang di alami pasien tidak kambuh kembali

sehingga derajat kesehatan keluarga dapat terpenuhi.


7

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil peneltian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk

pengembangan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

pelaksanaan tugas kesehatan keluarga yang harus dilakukan keluarga untuk

mencapai derajat kesehatan yang optimal.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep, landasan teori dan berbagai aspek yang

terkait dengan topik penelitian, meliputi : Konsep keluarga, konsep diabetes

mellitus, dan hubungan antar konsep.

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari

aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai

klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencangkup kebutuhan

spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,

kurangnya kemauan menuju kemandirian klien (Kartika, 2013).

Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah seluruh masyarakat

termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga

penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau

termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1998) sasaran

keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu salah satunya tingkat

individu. Di tingkat individu ini perawat memberikan asuhan keperawatan kepada

individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, DM, Ibu

hamil dll) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat

perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu

(Kartika, 2013).

8
9

2.1.2 Faktor Individu

1. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang di hitung sejak dia lahir hingga

penelitian ini dilakukan dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola

kehidupan baru dan harapan baru (Pribadi, 2017). Umumnya manusia mengalami

penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia

setalah 40 tahun. Penurunan ini yang berisiko pada penurunan fungsi endokrin

pankreas yang memproduksi insulin (Ferawati, 2014). Beberapa ahli berpendapat

bahwa bertambah umur, intoleransi terhadap glukosa juga meningkat jadi untuk

golongan usia lanjut diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi daripada

orang dewasa non lanjut usia (Nindya, 2018). Risiko DM dapat terjadi pada usia

lebih dari 40 tahun, obesitas atau kegemukan, hipertensi, adanya dislipidemia

(gangguan pada lemak), terdapat luka, penyakit kardio vaskuler, TBC positif yang

sulit sembuh (Perkeni, 2011). Diabetes Mellitus sering terjadi setelah usia 40

tahun terutama pada usia setelah 45 tahun. Proses penuaan juga menyebabkan sel

β pankreas berkurang kemampuannya dalam memproduksi insulin (Trisnawati,

2013). Penelitian yang dilakukan Nur Sa’adah pada pasien Diabetes Mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 usia rata-rata responden adalah 56,15 tahun

(Sa’adah, 2016).

2. Jenis kelamin

Mayoritas responden pada penelitian yang dilakukan Nur Sa’adah pada

pasien Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 adalah

perempuan (60,4%). Hal ini dikarenakan perempuan memiliki trigliserida yang

lebih tinggi dan juga aktivitas fisik yang lebih sedikit dibanding laki-laki
10

(Sa’adah, 2016). Perempuan juga memiliki peluang lebih besar dalam

peningkatan IMT dari siklus bulanan dan post menopause sehingga lemak tubuh

mudah terakumulasi (Trisnawati, 2013). Hasil penelitian Amelia Muharina pada

pasien Diabetes Mellitus di Kelurahan Rejosari menunjukan perempuan lebih

banyak menderita DM dengan presentase sebesar (57,5%) sedangkan laki-laki

sebesar (42,5%). Wanita yang telah mengalami menopause, kadar gula dalam

darah lebih tidak terkontrol dikarenakan terjadi penurunan produksi hormon

esterogen dan progesteron (Amelia et al., 2014).

3. Tingkat pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya memiliki pemahaman yang

baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan memiliki keterampilan

manajemen diri yang lebih baik untuk menggunakan informasi peduli diabetes

yang diperoleh melalui berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan

rendah. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat

manajemen diri yang lebih tinggi terhadap diet, olahraga, dan pemeriksaan gula

darah mandiri, dan lebih mudah untuk memahami informasi kesehatan yang

berhubungan dengan diet, aktivitas fisik, dan pemeriksaan gula darah mandiri

(Fatimah, 2016). Semakin tinggi tingkat pendidikan individu akan memberikan

pemahaman secara matang kepada individu untuk memilih atau memutuskan

suatu hal (Erlinda, 2015). Tingkat pendidikan berhubungan dengan pemilihan

fasilitas kesehatan yang tepat dalam menentukan program pengobatan dan

merawat anggota keluarga dengan DM (Rahayu, Putri, & Utami, 2018). Orang

yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan

tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut seseorang akan memiliki


11

kesadaran dalam menjaga (Sari, 2016).

4. Pekerjaan

Pekerjaan dalam kamus besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

pencaharian yang dijadikan pokok penghidupan sesuatu yang dilakukan untuk

mendapat nafkah. Bekerja dapat memperoleh pengalaman dan dari pengalaman

tersebut akan memperoleh pengetahuan baru dan terus berkembang.

Kecenderungan situasi pekerjaan akan menimbulkan masalah kesehatan karena

dengan situasi kerja akan terjadi kesibukan dalam pekerjaan sehingga seseorang

cenderung memilki waktu yang terbatas untuk merawat anggota keluarganya

(Soekidjo, 2012). Pekerjaan merupakan salah satu indikator kesejahteraaan

keluarga. Keluarga dengan status ekonomi rendah akan mempengaruhi kesehatan

keluarga. Penghasilan keluarga merupakan aspek penting yang mempengaruhi

kehidupan keluarga. Semakin tinggi status ekonomi maka semakin tinggi

kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan pada anggota keluarga

(Trirahayu, Dwidiyanti, & Muin, 2016). Jenis pekerjaan juga erat kaitannya

dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas

fisiknya (Sa’adah, 2016). Penelitian yang dilakukan Nur Sa’adah kebanyakan

responden adalah kelompok tidak bekerja dan juga berjenis kelamin perempuan.

Kelompok ini adalah ibu rumah tangga. Variabel pekerjaan ini memiliki kaitan

dengan aktifitas fisik. Ibu rumah tangga justru melakukan berbagai aktivitas

seperti menyapu, memasak dan mencuci (Sa’adah, 2016).

5. Lamanya menderita diabetes

Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki pengalaman dalam

mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku perawatan diri yang lebih
12

baik. Seseorang yang telah didiagnosis dengan diabetes bertahun-tahun dapat

menerima diagnosis penyakitnya dan rejimen pengobatannya, serta memiliki

adaptasi yang lebih baik terhadap penyakitnya dengan mengintegrasikan gaya

hidup baru dalam kehidupan mereka sehari-hari (Fatimah, 2016). Rata-rata

penderita DM yang mengetahui cara melakukan perawatan pada penyakit DM

yakni 6 tahun. Menurut Albikawi dan Abuadas (2015) dalam (Rahma, 2015),

orang yang menderita DM lebih lama sudah dapat beradaptasi terhadap perawatan

DM-nya dibandingkan dengan orang dengan lama menderita DM lebih pendek.

Pasien dengan durasi DM > 10 tahun lebih baik dalam perawatan DM termasuk

perawatan kaki dikarenakan akumulasi dari pengalaman dan sering terpapar

informasi mengenai DM (Rahma, 2015). Penelitian yang dilakukan Nur Sa’adah

dengan hasil rata-rata lama responden menderita DM adalah 6,335 tahun.

Penderita DM dengan durasi lebih lama memiliki self care yang lebih baik

dibandingkan dengan penderita yang memiliki durasi lebih pendek. Seseorang

yang sudah lama menderita DM mampu merespon terhadap penyakitnya dengan

rajin melakukan pengobatan dan pencegahan terjadinya komplikasi (Sa’adah,

2016).

2.1.3 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan peerkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat

dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama

(Komang, 2012). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
13

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu

sama lain (Wahit, 2009).

2.1.4 Tipe Keluarga

Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan

berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti :

Menurut (Komang, 2012), membagi tipe keluarga berdasarkan:

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,

istri dan anak kandung atau anak angkat.

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek

nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

4) Single parent yairu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena

perceraian atau kematian.

5) Single aduls, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang

dewasa saja.

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut.


14

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah

hidup serumah.

2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah tangga.

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

2.1.5 Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap I: Keluarga pemula

Keluarga pemula adalah keluarga yang baru menikah, keluarga baru, dan

perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.

Tugas perkembangan keluarganya adalah membangun perkawinan yang

saling memuaskan, menghubungkan ikatan persaudaraan secara harmonis,

keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua (Ali, 2009).

Masalah kesehatan tahap ini adalah :

a. Penyesuaian seksual dan peran pernikahan.

b. Penyuluhan dan konseling keluarga berencana.

c. Penyuluhan dan konseling prenatal.

d. Komunikasi dan informasi, kurangnya informasi dapat mengakibatkan

masalah seksual, emosional, ketakutan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak

direncankan, penyakit kelamin (sebelum dan sesudah pernikahan).

2. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Keluarga yang sedang mengasuh anak adalah tahap yang dimulai dari

kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.


15

Tugas perkembangan keluarnya adalah membentuk keluarga muda sebagai

sebuah unit yang mantap (mengintregasikan bayi baru kedalam keluarga),

mempertahankan pernikahan yang memuaskan, dan memperluas persahabatan

dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek

(Ali, 2009).

Masalah kesehatan tahap ini adalah :

a. Pendidikan maternitas yang berpusat pada keluarga.

b. Perawatan bayi yang baik.

c. Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini.

d. Imunisasi

e. Konseling perkembangan anak.

f. Keluarga berencana.

3. Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah

Keluarga dengan anak usia prasekolah adalah dimulai ketika anak pertama

berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun (saat ini keluarga

terdiri dari 3-5 orang anggota keluarga yaitu suami, istri dan anak).

Tugas perkembangan keluarganya adalah memenuhi kebutuhan anggota

keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan dan lain lain kemudian

mensosialisasikan anak, mempertahankan hubungan yang sehat didalam keluarga

(hubungan perkawinan dan hubungan orangtua serta anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas) (Ali, 2009).

Masalah kesehatan fisik utama pada tahap ini adalah :

a. Penyakit menular yang lazim pada anak-anak.

b. Anak terjatuh.
16

c. Luka, luka bakar.

d. Keracunan

Sedangkan masalah psikososial keluarga yang utama adalah :

1) Hubungan pernikahan, beberapa studi meneliti adanya penurunan kepuasan

yang dirasakan oleh banyak pasangan suami istri pada tahap ini.

2) Persaingan antara kakak dan adik.

3) Keluarga berencana.

4) Kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan.

5) Masalah komunikasi keluarga.

Peran perawat pada tahap ini adalah:

a) Memberikan penyuluhan kesehatan dan konseling dalam hal pencegahan

masalah kesehatan utama, seperti merokok, penyalahgunaan obat dan

alkohol, seksualitas, keselamatan, diet dan nutrisi, olahraga, dan penanganan

stres/dukungan sosial.

b) Membantu anak membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi

pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, dan sosial secara optimal.

4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah.

Keluarga dengan anak usia sekolah adalah dimulai ketika anak pertama

telah berusia 6 tahun (dimulai masuk sekolah dasar) dan berakhir pada usia 13

tahun (awal dari masa remaja).

Tugas perkembangan keluarganya adalah mensosialisasikan anak-anak,

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan

teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga (Ali, 2009).


17

Masalah kesehatan tahap ini adalah :

a. Orang tua akan mulai berpisah dengan anak karena anak sudah mulai

memiliki banyak teman sebaya (hati-hati dengan pengaruh lingkungan

anak).

b. Orang tua mengalami banyak tekanan dari luar, misalnya dari sekolah dan

komunitas, untuk menyesuaikan anak dengan komunitas dan sekolah.

c. Kecacatan/kelemahan anak akan tampak pada periode ini melalui

pengamatan perawat sekolah dan guru. Mereka dapat mendeteksi gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan wicara, kesulitan belajar,

gangguan tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekat, pengamanan

anak, penyalahgunaan obat/zat, dan penyakit menular.

5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja.

Keluarga dengan anak remaja adalah dimulai ketika anak petama berusia 13

tahun hingga berusia 19 tahun atau 20 tahun. Tugas perkembangan keluarganya

adalah mengembangkan kebebasan bertanggungjawab ketika anak remaja menjadi

dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan pernikahan,

berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak (Ali, 2009).

Masalah kesehatan tahap ini adalah :

a. Pada orang tua yang berusia 35 tahun resiko penyakit jantung koroner

meningkat di kalangan pria dan perubahan perkembangan dari biasanya

sudah mulai tampak.

b. Penyalahgunaaan obat dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang

tidak di kehendaki.
18

c. Hubungan keluarga orangtua dan anak perlu mendapat perhatian serius

karena periode ini adalah periode rawan.

Peran perawat dalam tahap ini:

1) Mendeteksi perubahan yang terjadi pada orang tua dan anak-anak.

2) Memberi pendidikan dan konseling yang intensif.

3) Melaksanakan upaya penanggulangan (pencegahan peningkatan kesehatan

dan penyembuhan) dengan mandiri atau tujukan.

6. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda.

Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda adalah fase yang

ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan

“rumah kososng” ketika anak terakhir meninggalkan rumah.

Tugas perkembangan keluarganya adalah memperluas siklus keluarga

dengan memasukkan anggota keluarga yang baru yang didapat melalui

pernikahan anak-anak, melanjutkan/memperbarui keharmonisan pernikahan dan

menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, membantu orangtua lanjut usia dan

cenderung sakit-sakitan dalam kehidupan dan kesehatannya.

Masalah kesehatan tahap ini adalah :

a. Komunikasi kaum dewasa muda dengan orangtua mereka perlu

ditingkatkan.

b. Masalah dalam hal transisi peran bagi suami istri.

c. Masalah perawatan orangtua lanjut usia.

d. Munculnya masalah kesehatan yang bersifat kronis dan perubahan situasi

fisik (kolesterol tinggi, obesitas, tekanan darah tinggi).


19

e. Masalah gaya hidup perlu mendapat perhatian, kebiasaan minum alkohol,

merokok, makan dan lain-lain.

Peran perawat pada tahap ini adalah memberi pendidikan dan konseling

pada keluarga, merawat orang tua lanjut usia dengan anggota keluarga yang

bermasalah, mengkaji kebutuhan/permasalahan keluarga dan berupaya

menanggulanginya (Ali, 2009).

7. Tahap VII : Orangtua usia pertengahan.

Orangtua usia pertengahan adalah dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada pension atau kematian salah satu

pasangan orang tua (44-45 tahun sampai dengan 16-18 tahun kemudian).

Tugas perkembangan keluarganya adalah menciptakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan harmonis dan penuh arti

dengan para orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan pernikahan.

Masalah kesehatan tahap ini adalah :

a. Masalah yang berhubungan dengan pemahaman mengenai kebutuhan,

misalnya promosi kesehatan, istirahat yang cukup, kegiatan pada waktu

luang, tidur, nutrisi yang baik, program olahraga yang teratur.

b. Maslah yang berhubungan dengan keharmonisan hubungan pernikahan.

c. Masalah yang berkaitan dengan keharmonisan hubungan dengan anggota

keluarga (anak-anak, cucu, orangtua lansia dan lain-lain).

d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan keluarga, antara lain

perawatan orangtua lanjut usia atau yang tidak mampu merawat dirinya

sendiri.
20

Peran perawat disini yaitu memberikan pendidikan dan konseling keluarga

dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga, keharmonisan pernikahan, hubungan

keluarga, pencegahan penyakit. Memberi/ membina/ melatih keluarga dalam hal

perawatan orang tua lanjut usia (Ali, 2009).

8. Tahap VIII : Keluarga usia tua.

Tahap ini dimulai ketika salah satu/ pasangan suami istri memasuki masa

pensiun, sampai dengan salah satu pasangan meninggal dunia.

Tugas perkembangan keluarganya adalah mempertahankan pengaturan

hidup yang memuaskan : menyesuaikan diri terhadap pendapatan yang

menurunkan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan

ikatan keluarga antar generasi, meneruskan upaya memahami eksistensi

mereka/penelaahan dan integrasi hidup.

Masalah kesehatan adalah :

a. Masalah kesehatan lanjut usia karena menurunnya kekuatan fisik, sumber

finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak

kehilangan yang lain mengakibatkan lansia rentan secara psikologis.

b. Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif, masalah psikologis merupakan

masalah kesehatan yang serius.

c. Kemampuan saling menolong suami-istri lansia dalam merawat

pasangannya perlu ditingkatkan. Karena penuaan dan banyaknya masalah,

suami istri lansia perlu saling menolong. Umumnya suami lebih sulit

merawat orang lain, sementara istri kebalikannya.

d. Defisiensi nutrisi yang dapat mengganggu kesehatan, misalnya lemah,

bingung, depresi, konstipasi, dan lain-lain.


21

e. Masalah yang berkaitan dengan perumahan, penghasilan yang kurang

cocok, kurang rekreasi, dan fasilitas perawatan yang kurang memadai

banyak merugikan kesehatan lansia

Peran perawat adalah memberi bantuan tidak langsung dengan merujuk

individu atau pasangan lansia ke sumber-sumber komunitas yang sesuai untuk

mengatasi masalah mereka (Ali, 2009).

2.1.6 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan Selain itu status

sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang

dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Status

ekonomi ditentukan oleh jumlah penghasilan yang diperoleh keluarga (Friedman,

2010). Perlu juga diketahui siapa yang menjadi pencari nafkah dalam keluarga,

dana tambahan ataupun bantuan yang diterima oleh keluarga, bagaimana

keluaraga mengaturnya secara finansial. Selain itu juga perawat perlu mengetahui

sejauh mana pendapatan tersebut memadai serta sumber-sumber apa yang dimiliki

oleh keluarga terutama yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan seperti

asuransi kesehatan dan lain-lain. Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari

pendapatan kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya dan juga

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga (Friedman, 2010). Pada

pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi

berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan

keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas

kesehatan lainnya (Friedman, 2010). Keluarga dengan tingkat penghasilan tinggi

maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat


22

dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya

beli obat maupun biaya yang dikeluarkan dalam mengunjungi pusat pelayanan

kesehatan. Dalam hal ini keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan

penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga dan perkembangan anak

(Soekidjo, 2012).

2.1.7 Tingkat Pengetahuan Keluarga

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbetuknya tindakan seseorang overt behavior (Soekidjo,

2012). Keluarga dengan pendidikan yang lebih baik akan lebih baik pula

pengetahuannya tentang kesehatan, dan pengetahuan keluarga yang kurang

tentang mengenal tanda dan gejala TB paru serta tidak mengetahui penyebab TB

paru diksrensksn tingkst pendidikan keluarga kebanyakan rendah (Lola, 2015).

(Soekidjo, 2012) mengungkapkan pengetahuan yang dicakup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan
23

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-

tanda kelebihan gula darah atau disebut diabetes.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengiterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

mengurangi makanan mengandung banyak gula.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


24

5. Sintetis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada (Notoatmojo, 2003).

Menurut (Soekidjo, 2012) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Orang dengan pengetahuan

tinggi lebih mudah memahami perilaku kesehatan dibandingkan dengan orang

dengan tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan yang dimiliki responden

mengenai diabetes dan penatalaksanaanya akan menimbulkan kesadaran bagi

mereka dan akhirnya akan menyebabkan mereka berperilaku sesuai dengan apa

yang mereka ketahui (Amelia et al., 2014). Tingkat pendidikan keluarga juga

mempengaruhi perilaku keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan

keluarga (Potter, Perry, 2011).

2.1.8 Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan

keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan

etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila
25

ditemui data maladaptif pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud

adalah:

1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana

presepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda

dan gejala, faktor penyebab dan presepsi keluarga terhadap masalah yang

dialami keluarga. Masih banyak keluarga yang tidak tahu sama sekali

tentang penyakit yang dialami salah satu anggota keluarga karena

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan, sehingga masalah yang

dirasakan pada keluarga tidak dapat diselesaikan. Seperti halnya penyakit

DM, penyakit ini biasanya orang awam menyebut penyakit keturunan

sehingga, anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut keluarga

mengira itu hanya penyakit keturunan dan tidak berbahaya untuk kesehatan

(Komang, 2012).

Mengenal masalah kesehatan merupakan salah satu proses dari

memperoleh pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal salah satunya adalah

pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan memberikan pengaruh

terhadap pemahaman tentang sebuah pengalaman dan rangsangan yang

diberikan melalui belajar dan media lainnya. Pengetahuan atau pendidikan

tentang kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka

menengah (intermediet impact). Pengetahuan yang diperoleh akan

diinterpretasikan berbeda pada setiap orang (Zulfitri, 2014). Mengenal

masalah kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti. Keluarga


26

perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan- perubahan yang dialami

anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau

pengambil keputusan dalam keluarga (Erlinda, 2015).

2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana

keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah

dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah

yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif

dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaiamana sistem pengambilan

keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

Seperti halnya dengan keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan

penyakit DM bahwa keluarga tidak mampu untuk mengambil keputusan

tentang pengobatan yang harus diambil untuk kesembuhan salah satu

anggota keluarganya (Komang, 2012).

Kemampuan keluarga menginterpretasi penyakit yang dialami anggota

keluarga dipengaruhi oleh pemahaman keluarga tentang penyakit. Apabila

keluarga mengenal penyakit yang diderita anggota keluarga, maka keluarga

akan mampu memutuskan dan mengambil sikap untuk mengatasi penyakit

yang dialami anggota keluarga (Zulfitri, 2014). Mengambil keputusan

kesehatan keluarga merupakan sejauh mana keluarga mengerti mengenai

sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap

masalah yang dihadapi, takut akan akibat dari tindakan penyakit,

mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan (Erlinda, 2015).


27

3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti

bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan

perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta

sikap keluarga terhadap yang sakit. Seprti halnya keluarga tidak mampu

untuk merawat anggota keluarga yang sakit DM karena ada luka pada

bagian kakinya. Keluarga belum tau cara merawat dan melakukan tindakan

apa yang harus dilakukan untuk mencapai kesembuhan (Komang, 2012).

Dengan adanya pengalaman dan tambahan pengetahuan mengenai

masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga dapat membantu keluarga

melakukan perawatan yang tepat untuk masalah kesehatan yang dialami

keluarga. Namun, kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga

tidak lepas dari partisipasi petugas kesehatan dalam memberikan pendidikan

kesehatan mengenai cara perawatan anggota keluarga di rumah. Minimnya

informasi yang diberikan dapat menghambat keluarga dalam melakukan

perawatan bahkan mungkin dapat terjadi kesalahan perawatan akibat

informasi yang tidak jelas dan kurangnya pengalaman keluarga (Zulfitri,

2014).

4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan atau kemampuan keluarga

menciptakan lingkungan yang sehat, seperti pentingnya hygiene sanitasi

bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya

pemeliharaan lingkumgan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota

keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak

terhadap kesehatan keluarga. Modifikasi lingkungan disini bisa juga untuk

mencegah resiko jatuh pada anggota keluarga yang sudah lansia, keluarga
28

bisa memodifikasi lingkungan rumah dengan cara membuatkan pegangan

pada dinding kamar mandi dan tembok rumah agar lansia tidak mudah jatuh

(Komang, 2012).

Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan tidak terlepas

dari peningkatan pengetahuan keluarga akan berbagai tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan dan sikap dalam mengambil keputusan.

Kemampuan keluarga menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan

tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga mengenai lingkungan

yang mendukung kesehatan keluarga tapi juga jenis pekerjaan yang dijalani

anggota keluarga. Kesibukan di luar rumah dapat menjadi salah satu faktor

penyebab lingkungan sekitar menjadi tidak sehat misalnya dapat

mempengaruhi frekuensi pembersihan rumah sehingga terjadi penumpukan

sampah dan meningkatkan risiko masalah kesehatan terkait lingkungan.

Keseimbangan antara pekerjaan dan rumah tangga membantu keluarga

dalam mengatasi dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi seluruh

anggota keluarga (Zulfitri, 2014).

5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan

ksehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga

terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan

terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik

dipresepsikan keluarga. Pelayanan kesehatan yang jaraknya cukup jauh dari

rumah mereka membuat keluarga enggan membawa anggota keluarga yang

sakit ke pelayanan kesehatan (Komang, 2012).


29

Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya dipengaruhi

oleh sumber daya tenaga kesehatan tapi juga kemampuan masyarakat untuk

mencapainya. Berdasarkan data karakteristik diketahui bahwa pekerjaan

responden cukup bervariasi dan mayoritas pekerjaan responden adalah

swasta dan wiraswasta. Pekerjaan ini menuntut kualitas yang tinggi. Tidak

semua masyarakat mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

Salah satu faktor penghambat kurangnya pemanfaatan fasilitas pelayanan

kesehatan oleh masyarakat adalah sulitnya transportasi untuk mencapai

pelayanan kesehatan (Zulfitri, 2014). Keluarga dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayanan kesehatan yang

biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya posyandu,

puskesmas, maupun rumah sakit hasil penelitian (Erlinda, 2015).

2.2 Konsep Diabetes Mellitus

2.3.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes melitus adalah penyakit metabolik kronik yang disebabkan oleh

ketidakmampuan sel menggunakan glukosa akibat kurangnya produksi atau tidak

adekuatnya insulin (Huda, 2017). Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan

metabolik yang ditandai hiperglikemia kronis dan dapat mempegaruhi

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Gibney, M. J., 2009). Diabetes juga

sering disebut dengan istilah kencing manis. Karena kadar glukosa dalam darah

meningkat dan kelebihan ini dibuang melalui urin (Soegondo, S & Sukardji,

2008).
30

2.3.2 Etiologi

Diabetes terjadi karena produksi insulin yang kurang (defisiensi insulin)

atau insulin yang tidak efektif (insulin yang resiten). Fungsi insulin adalah

memasukkan glukosa kedalam sel tubuh sehingga bisa diubah menjadi energi.

Ketika insulin tidak mampu memasukkan glukosa kedalam sel maka jumlah

glukosa didalam darah akan meningkat yang nantinya akan menyebabkan

hiperglisemia (Leslie, R. David, 2012). Menurut (H Tandra, 2008); (Gibney, M.

J., 2009); (Leslie, R. David, 2012) ada dua tipe utama diabetes, yaitu diabetes tipe

1 dan diabetes tipe 2.

Tabel 2.1 Klasifikasi dan etiologi DM


Klasifikasi etiologi kelainan glikomia (diabetes mellitus)
Tipe 1 (tipe Ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau
tergantung total oleh sel-sel beta pangkreas. Faktor penyebab masih belum
insulin) jelas, tetapi beberapa virus, penyakit autoimun, dan faktor-faktor
genetik dapat menjadi penyebab. Diabetes tipe 1 dapat terjadi
pada anak dan dewasa. Penangannya dengan injeksi insulin
untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah.
Tipe 2 (tidak Ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin
tergantung diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan
insulin) bentuk yang tidak efektif. Faktor genetik yang kuat dan obesitas
dapat berperan dalam proses terjadinya penyakit dan biasanya
terjadi pada orang dewasa. Diabetes tipe 2 dapat dikendalikan
dengan diet dan latihan, dan penggunaan obat diabetes.

Proses timbulnya penyakit diabetes disebabkan oleh berbagai faktor yang

dipengaruhi oleh komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi

sama kuatnya terhadap munculnya penyakit tersebut. Sebagian faktor tersebut

dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian yang

lainnya tidak dapat dirubah (Gibney, M. J., 2009).

Menurut (Gibney, M. J., 2009) berikut faktor resiko yang dapat

menyebabkan munculnya DM:


31

1. Faktor genetik DM dapat diturunkan dari keluarga sebelumnya yang juga

menderita DM. Hal tersebut menyebabkan kelainan gen yang

mempengaruhi produksi insulin. Komponen genetik turut memberikan

pengaruh terhadap timbulnya penyakit diabetes. Hal tersebut dapat terlihat

dari prevalesi DM yang tinggi pada anak- anak yang diturunkan dari orang

tua yang menderita diabetes, dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok

etnis tertentu.

2. Faktor usia Perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat pada

umumnya terjadi sejalan dengan pertambahan usia. Penurunan tersebut

dapat terjadi setelah usia 40 tahun. DM sering muncul setelah usia lanjut

terutama setelah berusia 45 tahun.

3. Faktor kegemukan/ obesitas

Faktor - faktor kegemukan yang ikut andil dalam kejadian DM:

a. Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat Stres

kronik cendrung membuat seseorang untuk mengkonsumsi makanan

yang manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin

otak. Serotonin memberikan efek penenang sementara untuk

menurunkan stres, namun gula dan lemak yang berlebihan dapat

berakibat fatal dan beresiko terjadinya DM.

b. Makan berlebihan Obesitas disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi

makanan yang manis dan kaya lemak, serta mengkonsumsi makanan

yang terlalu banyak karena jumlah yang disimpan di dalam tubuh

terlalu banyak dan berlebihan.


32

c. Faktor demografi

1) Jumlah penduduk meningkat

2) Urbanisasi

3) Penduduk berusia diatas 40 tahun menigkat

4) Kurang gizi

5) Jarang melakukan aktivitas fisik

6) Faktor-faktor makanan/ nutrisi

Etiologi dapat digolongkan menurut faktor resiko yang dapat diubah dan

faktor resiko yang tidak dapat diubah:

1. Faktor resiko yang dapat diubah

a. Obesitas (Kegemukan)

b. Gula darah tinggi

c. Tekanan darah tinggi

d. Kadar kolestrol tinggi

e. Merokok

f. Kurangnya aktivitas fisik

2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Riwayat keluarga/ keturunan

Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel

pulau lagerhans. Penyebab resistensi insulin pada Diabetes Melitus sebenarnya

tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain, kelainan genetik,

usia, gaya hidup, stress, pola makan yang salah, obesitas dan infeksi.
33

Manifestasi Diabetes Melitus dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus

apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:

1. Keluhan: banyak minum, banyak kencing dan banyak makan.

2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.

3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.

Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus adalah:

poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal,

visus menurun, bisul/ luka, keputihan.

2.3.3 Klasifikasi Diabetes

Diabetes dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu diabetes tipe 1 dan

diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 artinya dimana pankreas tidak bisa membuat

insulin, dikatakan penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit keturunan.

Diabetes tipe 2 adalah dimana pankreas bisa membuat insulin, tetapi kualitasnya

tidak baik, gangguan yang melibatkan baik genetik maupun faktor lingkungan.

a. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah diabetes di mana pankreas sebagai pabrik insulin

tidak dapat atau kurang mampu membuat insulin, mengakibatkan insulin tubuh

kurang atau tidak ada sama sekali. Gula jadi menumpuk dalam peredaran darah

karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Penyakit ini biasanya timbul pada usia

anak atau remaja, dapat pada pria maupu wanita (Hans Tandra, 2013). DM tipe 1

diturunkan sebagai heterogen, sifat multi genetik. Kembar identik mempunyai

resiko 25-50% mewarisi penyakit, sementara saudara kandung memiliki 6%

resiko, dan anak cucu memiliki resiko 5%. Meskipun pengaruh keturunan kuat,
34

90% orang dengan DM tipe 1 tidak memiliki relatif tingkat pertama dengan DM

(Huda, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2017 Diabetes tipe

1 (sebelumnya dikenal sebagai insulin-dependent, remaja atau masa kanak-kanak)

ditandai dengan produksi insulin yang kurang dan memerlukan pemberian insulin

setiap hari. Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui dan tidak dapat dicegah

dengan pengetahuan terkini. Sampai saat ini belum ada kegiatan promosi

kesehatan yang dapat mencegah DM tipe 1, tetapi bagaimanapun, aktivitas fisik,

dan kepatuhan terhadap rencana pola makan yang ditentukan diharapkan mampu

menghambat berkembangnya komplikasi terkait dengan Diabetes Melitus ini.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk memelihara kesehatan adalah

menjaga glukosa darah pada kondisi senormal mungkin, mencegah hipo atau

hiperglikemia yang menyertai stress, penyakit dan aktivitas fisik, melakukan

perawatan kaki harian, mencegah faktor resiko seperti merokok, hipertensi,

hiperlipid dan obat-obatan (Huda, 2017).

b. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling sering diderita pasien. DM tipe 2

adalah gangguan yang melibatkan baik genetik maupun faktor lingkungan.

Sembilan puluh hingga 95 persen presentase dari penderita diabetes adalah

Diabetes Melitus tipe 2. Biasanya timbul pada usia setelah 40 tahun dan lebih

umum diantara dewasa, tua dan obesitas. DM tipe 2 ini sering menimbulkan

masalah kebutaan, gangguan kaki luka dan masalah lainnya. Obesitas adalah

nfaktor resiko mayor, selain gangguan pembuluh darah koroner (Huda, 2017).
35

Pada diabetes tipe 2, pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitas

insulinnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk

memasukkan gula ke dalam sel, sehingga gula dalam darah meningkat. Demikian

biasanya tidak perlu tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tapi perlu

obat yang bekerja untuk memperbaiki pengolahan gula di hati, dan lain-lain.

Kemungkinan lain terjadinya diabetes tipe 2 adalah sel-sel jaringan tubuh dan otot

tidak peka atau sudah resisten terhadap insulin, dinamakan resistensi insulin atau

insulin resistance, sehingga menolak insulin sebabagi kunci buka pintu masuknya

gula, sehingga akhirnya gula tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini

umumnya terjadi pada pasien yang gemuk atau obesitas (Hans Tandra, 2013).

Tindakan promosi dapat dilakukan dengan mengikuti pola makan yang baik,

hindari makanan olahan tinggi gula dan lemak jenuh, jaga berat badan, olahraga

teratur. Kegiatan memelihara kesehatan juga bisa dilakukan dengan melakukan

skrining pada inividu yang memounyai resiko tinggi, keturunan, pola hidup

malas,mengkaji kebutuhan belajar dan pengendalian glikemi, kurangi kegiatan

merokok, hipertensi, hiperlipidemia, obat nefrotoksis, perawatan kaki, monitor

keadaan gula darah ecara ketat. Seangkan tindakan pemulihan yang bisa dilakukan

adalah dngan mengajarkan perencanaan program diet dan aktifitas fisik untuk

mengurangi obesitas, pengobatan kaki, perawatan luka kaki diabetes, dan

pengobatan komplikasi DM (Huda, 2017).

2.3.4 Patofisiologi

Hiperglikemia yang dialami oleh penderita diabetes disebabkan oleh

beberapa faktor tergantung dari tipe diabtesnya. DM tipe 1 ditandai oleh adanya

defisiensi insulin secara absolut disebabkan oleh karena adanya kerusakan sel beta
36

pankreas akibat dari gangguan auto imun. Penyakit jenis ini sering berkembang

pada anak sampai dewasa, biasanya semakin memburuk saat sudah dewasa.

Penderita DM jenis ini memerlukan insulin dari luar selama hidupnya. Sesorang

akan tergantung pada pemberian insulin secara eksogen untuk bertahan hidup.

Patogenesis DM tipe 2 berbeda secara signifikan dari DM tipe 1, respon

terbatas pada sel beta terhadap hiperglikemia tampak menjadi faktor mayor dalam

perkembangannya. Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadar glukosa darah

tinggi menjadi secara progresif kurang efisien ketika merespon peningkatan

glukosa lebih lanjut. Pada DM tipe 2 adalah resistensi terhadap insulin, baik di

hati maupun jaringan perifer. Seseorang akan memiliki penurunan sensitisasi

terhadap insulin terhadap glukosa, yang mengakibatkan produksi glukosa hepatik

berlanjut, bahkan sampai kadar glukosa tinggi. Hal ini dikuti oleh ketidak

mampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa.

Mekanisme resistensi insulin ini belum sepenuhnya jelas namun ini terjadi setelah

insulin berikatan terhadap reseptor permukaan sel.

Sel-sel yang memerlukan insulin sebagai pembawa glukosa dapat

mengambil sekitar 25% dari glukosa sebagai bahan bakar sel. Jaringan syarat,

erytrosit serta sel saluran pencernaan, hati dan tubulus ginjal tidak memerlukan

insulin untuk transport glukosa. Namun jaringan lemak, sepanjang otot dan tulang

memerlukan insulin untuk tranport glukosa, tanpa insulin yang adekuat maka

banyak glukosa yang dimakan tidak dapat digunakan. Dengan kadar insulin yang

tidak adekuat, maka kadar glukosa darah akan meningkat. Peningkatan ini akan

berlanjut karena hati tidak dapat menyimpan glukosa sebagai glikokogen tanpa

kadar insulin yang cukup. Dalam upaya mengembalikan keseimbangan kadar


37

glukosa darah menjadi normal, maka ginjal mengeluarkan glukosa berlebihan,

shingga glukosa muncul dalam urin (glukosuria). Sehingga ini bertindak sebagai

diuresis osmotik dan menyebabkan pengeluaran jumlah air meningkat sehingga

dapat menyebabkan kekurangan volume cairan.

Metabolisme lemak menyebabkan pemecahan produk yang disebut keton.

Keton terakumulasi dalam darah dan dikeluarkan melalaui ginjal dan paru-paru.

Kadar keton dapat diukur dalam darah dan urin yang tinggi mengindikasikan tidak

terkontrolnya DM. Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan

menghasilkan ion hidrogen. Selain itu, ketika keton diekresikan, natrium juga

keluar, mengakibatkan kehabisan natrium serta asidosis. Pengeluaran keton juga

meningkatkan tekanan osmotik, mengarah kepada peningkatan kehilangan cairan.

Dan ketika lemak menjadi sumber energi primer, maka kadar lemak tubuh dapat

meningkat menjadi lima kali normal, yang dapat mengarah kepada terjadinya

aterosklerosis (Huda, 2017).

2.3.5 Manifestasi Klinis

Keluhan umum pada pasien seperti rasa haus yang berlebihan (polidipsia),

sering buang air kecil (poliuria) terutama malam hari, dan sering merasa lapar

(polifagia).

1. Poliuria

Kadar glukosa plasma puasa normal atau toleransi glukosa setelah makan

tidak dapat dipertahankan akibat defisiensi insulin. Sehingga kadar glukosa dalam

darah meningkat (hiperglikemia) dan jika melebihi ambang batas ginjal akan

menyebabkan glikosuria. Hal ini mengakibatkan diuresis osmotik yang

meningkatkan pengeluaran urin.


38

2. Polidipsia

Glikosuria yang mengakibatkan diuresis osmotik menyebabkan pasien

sering merasa haus dan banyak minum.

3. Polifagia

Glikosuria menyebabkan glukosa hilang bersama urin, sehingga pasien

mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Akibat

kehilangan kalori mungkin menyebabkan rasa lapar dan mudah lelah serta

mengantuk pada pasien.

(Gibney, M. J., 2009) menyebutkan gejala kronik yang dapat muncul pada

pasien DM:

a. Kesemutan

b. Kulit terasa panas atau tertusuk-tusuk jarum

c. Rasa tebal di kulit sehingga ketika berjalan terasa seperti di atas bantal atau

kasur

d. Kram

e. Mudah lelah

f. Mudah mengantuk

g. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

h. Luka sulit sembuh

i. Penyakit kulit akibat jamur dibawah lipatan kulit

2.3.6 Komplikasi

Berbagai komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes baik yang

bersifat akut maupun kronik.


39

1. Komplikasi Akut

Ada tiga komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan

berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek

(Rumahorbo, 2014) yaitu :

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang menunjukkan kadar glukosa dalam

darah rendah. Kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/dL. Pada penyandang

diabetes, keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral

yang berlebihan. Konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas

fisik yang berat dan berlebihan. Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan ke

dalam dua kategori yaitu gejala adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.

Hipoglikemi dapat dikelompokkan menjadi ringan, sedang, dan berat.

Hipoglikemia ringan didiagnosis ketika kadar glukosa darah 50 mg/dL yang akan

merangsang sistem saraf simpatis dimana terjadi perangsangan adrenalin sehingga

menimbulkan gejala seperti tremor, takhikardia, palpitasi, kegelisahan dan rasa

lapar.

Hipoglikemia sedang didiagnosis ketika terjadi penurunan kadar glukosa

darah kurang dari 50 mg/dL kondisi ini menyebabkan sel-sel otak tidak

mendapatkan cukup glukosa sehingga menimbulkan gangguan pada sistem saraf

pusat. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup

ketidakmampuan berkosentrasi, sakit kepala, vertigo, bingung (confuse),

penurunan daya ingat, mati rasa didaerah bibir serta lidah, bicara rero, gerakan

tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

penglihatan ganda dan sinkop. Hipoglikemia berat didiagnosis bila kadar glukosa
40

darah <40 mg/dL. Gejala dapat mencakup gangguan perilaku seperti disorientasi,

serangan kejang, sulit dibangunkan, atau bahkan kehilangan kesadaran.

b. Diabetes Ketoasidosis

Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak

cukup jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang

penting pada ketoasidosis yaitu terjadinya dehidrasi, kehilangan elektrolit dan

asidosis.

c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmilaritas dan

hiperglikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of Awareness).

Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi

kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik,

cairan akan berpindah dari intrasel ke ruang ekstrasel. Dengan adnaya glukosuria

dan dehidrasi, maka akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan

osmolaritas cairan.

2. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik diabetes dapat menyerang semua sistem organ tubuh.

Kerusakan organ tubuh disebabkan oleh menurunnya sirkulasi darah ke organ

akibat kerusakan pada pembuluh darah. Kategori komplikasi kronik diabetes yang

lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis

(Rumahorbo, 2014).
41

a. Komplikasi Makrovaskuler

Perubahan pembuluh darah besar akibat aterosklerotik menimbulkan

masalah yang serius pada diabetes. Aterosklerotik yang terbentuk sangat beragam

tergantung pada lokasi pembuluh darah yang terkena, derajat sumbatan yang

ditimbulkan dan lamanya sumbatan itu telah terjadi. Aterosklerotik yang terjadi

pada pembuluh darah arteri koroner, maka akan menyebabkan penyakit jantung

koroner. Sedangkan aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah serebral,

akan menyebabkan stroke infark dengan jenis TIA (Transiennt Ischemic Attack).

Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah besar ekstremitas

bawah, akan menyebabkan penyakit penyakit oklusif arteri perifer atau penyakit

vaskuler perifer (Rumahorbo, 2014).

b. Komplikasi Mikrovaskuler

Berbagai bentuk komplikasi mikrovaskuler menurut (Rumahorbo, 2014)

antara lain:

1) Ritonopati Diabetikum

Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil

pada retina mata, retina mengandung banyak sekali pembuluh darah kecil

seperti arteriol, venula dan kapiler. Retinopati diabetic dapat menyebabkan

kebutaan.

2) Nefropati Diabetikum

Bila kadar glukosa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal

akan mengalami stress yang mengakibatkan kerusakan pada membrane

filtrasi sehingga terjadi kebocoran protein darah ke dalam urin. Kondisi ini

mengakibatkan tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan


42

tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus dalam terjadinya

nefropati. Nefropati diabetic dapat menyebabkan gagal ginjal.

3) Neuropati Diabetikum

Hiperglikemia juga merupakan faktor utama terjadinya neuropati

diabetikum. Terdapat 2 tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai

yaitu polineuropati sensorik dan neuropati otonom. Polineuropati sensorik

disebut juga neuropati perifer. Gejala permulaannya adalah parastesia (rasa

tertusuk-tusuk, kesemutan dan peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar

(khususnya pada malam hari). Dengan bertambah lanjutnya neuropati ini

kaki akan terasa baal. Penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dan

penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko

untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui. Neuropati

otonom atau mononeuropati merupakan neuropati yang menyerang sistem

saraf otonom yang mengenai hampir seluruh system organ tubuh seperti

kardiovaskuler, gastrointestinal, urinarius, kelenjar adrenal dan disfungsi

seksual.

2.3.7 Penatalaksanan Diabetes Mellitus

Menurut (Ferawati, 2014) perilaku pengelolaan penyakit DM yang tidak

baik meliputi prilaku diet, prilaku olahraga/ aktivitas fisik, prilaku pengobatan,

prilaku dalam mengontrol gula darah, serta prilaku pencegahan komplikasi oleh

pasien dan keluarga serta tenaga kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang

pengelolaan diet, latihan dan perawatan kaki bertujuan untuk mengontrol dan

mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Menurut (Gibney, M. J., 2009)

penanganan DM meliputi:
43

1. Terapi gizi mencakup modifikasi diet

Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang pengetahuan

diet bagi pasien diabetes. Regimen diet bergantung pada kebutuhan pertumbuhan,

penurunan berat badan yang diinginkan (biasanya untuk penderita diabetes tipe 2)

dan tingkat aktivitas. Pembagian kalori biasanya 50-60% dari karbohidrat

kompleks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak, serta kebutuhan akan vitamin

dan mineral. Untuk membatasi diet makan makanan yang dapat memperburuk

penyakit pasien serta perubahan gaya hidup pasien.

Tujuan terapi ini adalah:

a. Untuk mencapai outcome metabolik yang optimal dan mempertahankannya.

Outcome metabolik yang optimal meliputi:

1) Kadar glukosa yang normal

2) Keberadaan lipid yang menguntungkan

3) Tingkat tekanan darah yang dapat diterima untuk mengurangi resiko

penyakit pada pembuluh darah makro serta mikro.

b. Untuk mencegah dan mengatasi komplikasi DM yang kronis dengan

mengubah asupan nutrien dan pola hidup sebagai pencegahan serta

penanganan obesitas, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan

nefropati.

c. Untuk memperbaiki kesehatan melalui pemilihan makanan yang sehat.

d. Beberapa komponen neuropati diabetik dapat dicegah dengan dengan gula

darah yang terkontrol, sedangkan yang lainnya tidak.


44

2. Aktivitas fisik

Program olahraga yang digabung dengan penurunan berat badan

menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan

terhadap intervensi farmakologik. Untuk kedua tipe diabetes, olahraga terbukti

dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah

turun. Namun bagi penderita diabetes tipe 1 harus mennjadi perhatian sewaktu

berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah yang mencetuskan

hipoglikemia. Terutama terjadi apabila pemberian insulin tidak disesuaikan

dengan program olahraga.

3. Perawatan kaki

Perawatan kaki digunakan untuk melakukan pencegahan untuk terjadinya

luka-luka di kaki. Setiap hari kaki pasien diabetes harus diperiksa dengan seksama

minimal satu kali untuk menemukan luka-luka secara dini atau perubahan warna

kulit seperti kemerah-merahan yang disebabkan oleh sepatu yang sempit tepat

pada waktunya (Soegondo, S & Sukardji, 2008).

2.4 Teori Model Konseptual Keperawatan

Teori merupakan kumpulan konsep, definisi, dan usulan yang

memproyeksikan sebuah pandangan sistematis tentang suatu fenomena dengan

merancang hubungan khusus antar konsep guna menggambarkan, menjelaskan,

memprediksi, dan atau mengendalikan fenomena yang ada (Asmadi, 2008).

Cakupan Suatu teori bisa lebih luas, sempit, atau terbatas, bergantung pada fokus

yang menjadi ruang lingkupnya Teori keperawatan sangat penting artinya bagi

pengembang profesionalisme keperawatan. Teori tersebut membedakan ilmu


45

keperawatan dengan disiplin ilmu yang lain dan berfungsi menggambarkan,

menjelaskan, memprediksi, serta mengontrol hasil asuhan keperawatan yang

diberikan. Karenanya, salah satu manfaat teori keperawatan adalah membantu

menyampaikan pengetahuan dalam rangka memperbaiki praktik keperawatan

melalui upaya penggambaran, penjelasan, prediksi, dan pengendalian fenomena

dalam ranah keperawatan.

Tujuan pengembangan teori keperawatan adalah untuk menumbuhkan serta

mengembangkan pengetahuan yang diharapkan mampu membantu serta

mengembangkan praktik keperawatan. Ini penting, mengingat pengetahuan

teoritis keperawatan akan berdampak pada kemampuan perawat dalam melakukan

analisis serta berpikir secara logis, sistematis, dan analitis agar dapat

meningkatkan profesionalisme keperawatan, baik dalam pendidikan dalam

pengembangan dan pembentukan teori keperawatan.

2.4.1 Sejarah Dorothea E. Orem

Orem lahir di Baltimore dan lulus dari Providence Hospital School of

Nursing pada 1930. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar

Bachelor of Science (BSC) dalam bidang pendidikan keperawatan pada 1939,serta

gelar Master of Science bidang pendidikan keperawatan tahun 1945 dari

Universitas Katolik Amerika. Terakhir ia mendapat gelar doktor kehormatan dari

Georgetown University, Washington, D.C., pada tahun 1976. Dengan latar

belakang tinggi tersebut, orem disebut sebagai ners teorist. Menurut Orem, asuhan

keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mampu mempunyai

kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu dalam

memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai kesejahteraan.


46

Teori orem ini dikenal sebagai self-care deficit theory. Orem melabeli teorinya

sebagai teori umum yang terdiri atas tiga teori yaitu, teori self-care, teori self-care

deficit, dan teori nursing system (Asmadi, 2008).

2.4.2 Konsep Teori Self Care

Selama tahun 1958-1959 Dorothea Orem sebagai seorang konsultan

berpartisipasi dalam suatu proyek pelatihan peningkatan praktek perawat

(vokasional). Pekerjaan ini menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan :

“Kondisi apa dan kapan seseorang kemudian menekankan ide bahwa seorang

perawat itu adalah “Diri sendiri”. Ide inilah yang kemudian dikembangkan dalam

konsep keperawatannya “Self Care”. Pada tahun 1959 konsep keperawatan Orem

ini pertama kali dipublikasikan.

Model ini tepat digunakan untuk keperawatan Keluarga karena tujuan

akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan

upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :

Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, Merawat

anggota keluarga yang mengalamai geangguan kesehatan, Memodifkasi

lingkungan yang dapat menunjang kesehatan, dan Menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan secara tepat.

1. Pengertian

Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut Orem,

keperawatan mandiri adalah pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan

dilakukanoleh individuitusendiri untuk memenuhi kebutuhan guna

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat


47

sakit. Individu : Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial dengan

berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri. "Self Care” : Referensi

untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang dipilih bagaimana untuk memenui

kebutuhan. Keperawatan : Pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan

teknikal merupakan tindakan khusus. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan

keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik. Asuhan

keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keluarga.

2. Sasaran

a. Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri.

b. Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara

teraupetik.

c. Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan.

3. Fokus Asuhan Keperawatan

a. Aspek interpersonal: Hubungan di dalam keluarga.

b. Aspek sosial: Hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada

disekitarnya.

c. Aspek procedural : Melatih keterampilan dasar keluarga sehingga

mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.

d. Aspek teknis: Mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu

dilakukan keluarga di rumah. misalnya: Mengompres dengan baik dan

benar.
48

Sistem keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan atau

melakukan keperawatan mandiri. Sistem keperawatan mandiri dibagi tiga kategori

bantuan sebagai berikut:

1) Wholly compensatory, bantuan secara keseluruhan dibutuhkan untuk klien

yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungan dan tidak

berespon terhadap rangsangan.

2) Partially compensantory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh klien yang

mengalami keterbatasan gerak karena sakit, misalnya kecelakaan.

3) Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang

membutuhkan bantuan untuk mempelajari agar melakukan keperawatan

mandiri (Kartika, 2013).

Gambar 2.1 Konsep self care (sumber: (Nursalam, 2016))

Berdasarkan kerangka konseptual teori Orem diatas menunjukkan bahwa

ketika seorang individu tidak mampu memenuhi kebutuhan self care yang

disebabkan karena adanya beberapa faktor dasar yang mempengaruhi seperti

masalah kesehatan, penyakit atau keterbatasan maka individu tersebut akan

mengalami self care defisit. Ketidakmampuan tersebut akan mengakibatkan

ketergantungan terhadap orang lain salah satunya adalah perawat. Perawat sebagai

nursing agency adalah orang yang dipercaya untuk membantu orang lain
49

memenuhi kebutuhan self care melalui tindakan keperawatan secara terapeutik.

Kemampuan individu memenuhi kebutuhan self care bukan hanya karena adanya

nursing agency, tetapi juga karena adanya kemampuan individu itu sendiri untuk

menjaga keseimbangan, struktur dan fungsi yang dapat mendukung tercapainya

kesejahteraan dan kesehatan (Chairani, 2015).

2.5 Hubungan Antar Konsep

Keluarga dikatakan sebagai unit pelayanan yang dirawat. Keluarga

merupakan suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan

atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Masalah-

masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan sehingga apabila salah satu

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga lainnya, serta keluarga tetap dan selalu berperan sebagai

pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Adapun

tujuan dari praktek keperawatan pada keluarga adalah untuk meningkatkan

kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri.

Oleh karena itu, untuk dapat tercapainya tujuan praktek keperawatan keluarga

secara optimal dan berkualitas, maka perlu mengembangkan ilmu dan praktek

keperawatan salah satunya melalui penerapan model konseptual self care.

Fokus utama dari model konseptual self care ini adalah meningkatkan

kemampuan seseorang atau keluarga untuk dapat merawat dirinya atau anggota

keluarganya secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan

kesehatan dan kesejahteraannya (Harmoko, 2012). Tujuan dari keperawatan

kesehatan keluarga adalah meningkatkan kemampuan keluarga dalam


50

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga, kemampuan

mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para

anggotanya, meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, meningkatkan kemampuan

keluarga menciptakan lingkungan yang sehat, dan kemampuan keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Konsep self care dalam praktek keperawatan keluarga menurut orem

terdapat empat dimensi yaitu: 1) individu subsistem : self care individu, 2) pola

interaksi keluarga : dependen care system untuk memenuhi therapeutic self care

demand angota keluarga dependen dapat dilakukan dengan kolaborasi dilakukan

antara anggota keluarga untuk memenuhi therapeutic self care demand, 3)

karakteristik unik secara keseluruhan : pola-pola interaksi sepanjang hidup

keluarga memberikan perawatan self care untuk semua anggota keluarga, 4)

lingkungan : pengkajian faktor-faktor dasar terhadap kondisi self care dan self

care agency: sosial cultural, status kesehatan, elemen-elemen system pelayanan

kesehatan dan elemen system keluarga (Harmoko, 2012).

Teori orem yang sudah dijelaskan diatas menjelaskan hubungan antara

konsep yaitu teori self care berhubungan dengan tujuan dari keperawatan keluarga

adalah kemandirian keluarga dalam melakukan upaya kesehatan yang terkait

dengan lima tugas kesehatan keluarga yaitu : mengenal masalah, mengambil

keputusan untuk mengatasi masalah, merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang kesehatan

dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat (Kartika, 2013).

Konsep teori self care di praktek keperawatan keluarga dimana individu sebagai
51

subsistem yang merawat anggota keluarga yang sakit/ sebagai care giver meliputi

faktor usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan yang dimiliki. Faktor dari

lingkungan yaitu system pelayanan kesehatan yang digunakan keluarga, jarak

tempuh pelayanan kesehatan, elemen system keluarga (tipe keluarga dan tingkat

pengetahuan).
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual


Self Care Theory Orem

Self Care Self Care Self Care


Demand Defisit Agency

Individu Keluarga
1. Usia 1. Tipe Keluarga
2. Jenis Kelamin 2. Tahap Perkembangan Keluarga
3. Pendidikan 3. Status sosial Ekonomi Keluarga
4. Pekerjaan 4. Tingkat Pengetahuan Keluarga
5. Lama Menderita DM (Friedman, 2010) Nursing Agency

(Friedman, 2010) 1. Wholly


Compensantory
2. Partially
Compensantory
Diabetes
Mellitus 3. Supportive-
educative

Tugas Kesehatan Keluarga


1. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Intervensi Keperawatan 1. Promosi kesehatan


2. Penyuluhan DM
Self Care 3. Konseling
(Soekidjo, 2012)

52
53

Keterangan :

: Diteliti : Berpengaruh

: Tidak diteliti : Berhubungan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap
Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara faktor individu

dan keluarga terhadap tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes Mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik.


BAB 4

METODE PENELITIAN

Bab metode penelitian ini akan menjelaskan mengenai : Desain penelitian,

Kerangka kerja, Waktu dan Tempat Penelitian, Populasi, Sampel, dan Teknik

Sampling, Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, Pengumpulan, Pengolahan

dan Analisa Data dan Etika Penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dimana

dilakukan observasi untuk mengidentifikasi apakah variabel independen yang

meliputi individu dan keluarga mempengaruhi variabel dependen yakni tugas

kesehatan keluarga penderita Diabetes Mellitus. Jenis penelitian yang peneliti

lakukan adalah bersifat analitik faktor yaitu untuk mencari hubungan antar

variabel yang akan diteliti, dimana kedudukan masing-masing variabel adalah

sama dan saling mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional,

yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan data

variabel independen (individu dan keluarga) dan dependen (tugas kesehatan

keluarga penderita Diabetes Mellitus) hanya satu kali pada satu saat (Nursalam,

2016).

Variabel 2 Deskripsi Variabel


Uji Interpretasi
Variabel 1 Deskripsi Variabel Hubungan makna/ arti

Gambar 4.1 Desain penelitian cross sectional

54
55

4.2 Kerangka Kerja

POPULASI
Keluarga penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas
Driyorejo yang bejumlah 80 orang

SAMPLING
Menggunakan Probability sampling dengan Cluster sampling

SAMPEL
Keluarga penderita diabetes mellitus sebanyak 67 orang yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi

Pengumpulan Data
Kuisioner untuk data demografi dan faktor individu dan keluarga,
quisioner untuk tingkat pengetahuan keluarga dan lima tugas keluarga

Pengolahan Data
Editing, coding, Processing, cleaning

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap
Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus diwilayah
kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik.

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 selama satu bulan di

wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik. Peneliti mengambil

sampel dari dua desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo, yakni

Kelurahan Randegansari dan Kelurahan Driyorejo.


56

4.4 Populasi, Sampel, dan Sampling Desain

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dengan salah satu anggota

keluarga menderita Diabetes Mellitus yang ada diwilayah kerja Puskesmas

Driyorejo Kabupaten Gresik. Populasi yang peneliti ambil adalah keluarga

penderita diabetes mellitus yang berada di Kelurahan Randegansari dan Kelurahan

Driyorejo. Populasi di Kelurahan randegansari sejumlah 24 orang, sedangkan di

Kelurahan Driyorejo sejumlah 56 orang.

4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan

kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2013). Besarnya sampel dalam penelitian ini

67 orang yang diperoleh dari rumus:

n= 1+N(d)²

n= 80

1+80(0,05)²

N= 80

1,2

n= 66,66 n= 67

Keterangan :

N= jumlah populasi

n= jumlah sampel

d= tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05).


57

Sampel penelitian ini adalah keluarga penderita diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik yaitu Kelurahan

Randegansari dan Kelurahan Driyorejo yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

a. Responden bersedia untuk di teliti.

b. Penduduk asli Gresik / KTP Gresik.

c. Berobat di Pustu Randegansari dan Ponkesdes Driyorejo 3 bulan terakhir.

d. Aktif mengikuti program Prolanis 1 bulan terakhir.

2. Kriteria eksklusi :

a. Responden mengundurkan diri menjadi responden selama penelitian

berlangsung.

b. Responden menolak dikunjungi kerumah.

c. Responden didatangi 3 kali kunjungan rumah tidak ada.

d. Responden tidak hadir saat acara Prolanis.

4.4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Jiwantoro, 2017). Teknik sampling dalam

penelitian ini menggunakan probability sampling dengan cluster sampling.

Cluster sampling adalah pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi

populasi berada. Peneliti mengambil lokasi populasi yang berada di Kelurahan

Randegansari dan Kelurahan Driyorejo.


58

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah konsep dari berbagai level abstrak yang diidentifikasikan

sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian

(Nursalam, 2016). Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel

independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

4.5.1 Variabel Independen (Variabel bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dari faktor individu meliputi

usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan lama menderita Diabetes Mellitus.

Keluarga meliputi tipe keluarga, tahap perkembangan keluarga, status sosial

ekonomi keluarga dan tingkat pengetahuan keluarga.

4.5.2 Variabel Dependen (Variabel terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah lima tugas kesehatan

keluarga. Tugas kesehatan keluarga tersebut meliputi keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat, keluarga

mampu merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga mampu memodifikasi

lingkungan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga mempermudahkan

pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).


59

Tabel 4. 1 Definisi Operasional Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap


Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor


Operasional Ukur
Variabel Independen
a. Usia 1. Menunjuk 1) Usia 46-55 Kuisi Ordin Menentukan kode
kan usia tahun oner al untuk setiap
penderita 2) Usia 56-65 pilihan jawaban :
DM tahun 1) Usia 46-55
3) Usia > 65 tahun
tahun 2) Usia 56-65
tahun
(Depkes RI, 3) Usia > 65
2009) tahun
b. Jenis 2. Pembagia 1) Laki-laki Kuisi Nomi Menentukan kode
kelam n jenis 2) Perempuan oner nal untuk setiap
in seksual pilihan jawaban
secara 1) Laki-laki
fisiologis 2) Perempuan
c. Pendi 3. Tingkatan 1) Tidak Kuisi Ordin Responden
dikan / jenjang Sekolah oner al diberikan
tahapan 2) SD/sederaja pertanyaan
pendidika t tentang
n formal 3) SMP/sedera pendidikan
yang jat terakhir yang
pernah 4) SMA/seder ditempuh.
didapatka ajat Menentukan kode
n 5) Perguruan untuk setiap
penderita Tinggi pilihan jawaban :
Diabetes 1. Tidak Sekolah
Mellitus 2. SD/sederajat
3. SMP/sederajat
4. SMA/sederajat
5. Perguruan
Tinggi
d. Peker 4. Kegiatan 1) Tidak Kuisi Nomi Responden
jaan yang bekerja oner nal diberikan
dilakukan 2) Petani pertanyaan
sehari- 3) Pedagang/ tentang pekerjaan.
hari untuk wiraswasta Menentukan kode
menghasil 4) PNS untuk setiap
kan 5) Ibu rumah pilihan jawaban :
nafkah tangga 1) Tidak
bagi Bekerja
keluarga 2) Petani
3) Pedagang/
60

wiraswasta
4) PNS
5) Ibu rumah
tangga
e. Tipe 5. Jumlah 1) Nuclear Kuisi Nomi Menentukan kode
keluar individu Family oner nal untuk setiap
ga yang 2) Extended pilihan jawaban :
tinggal Family 1) Nuclear
serumah 3) Keluarga Family
dengan Dyad (ayah, ibu,
penderita 4) Keluarga anak)
Diabetes usia lanjut 2) Extended
Mellitus (Komang, Family
2012) (ayah, ibu,
anak, kakek,
nenek,
paman, bibi
dst)
3) Keluarga
Dyad (suami,
istri tanpa
anak)
4) Keluarga
usia lanjut
(suami, istri
usia >60th
tanpa anak
tinggal
serumah)
f. Tahap 6. Proses 1) Tahap I Kuisi Ordin Responden
Perke perubahan keluarga oner al diberikan
mban dinamis baru pertanyaan
gan menikah tentang tahap
Kelua 2) Tahap II perkembangan
rga keluarga keluarga.
dengan 1) Tahap I
anak tertua keluarga baru
usia bayi menikah
3) Tahap III 2) Tahap II
keluarga keluarga
dengan dengan anak
anak tertua tertua usia
usia pra- bayi
sekolah 3) Tahap III
4) Tahap IV keluarga
keluarga dengan anak
dengan tertua usia pra-
anak tertua sekolah
61

usia 4) Tahap IV
sekolah keluarga
5) Tahap V dengan anak
keluarga tertua usia
dengan sekolah
anak tertua 5) Tahap V
remaja keluarga
6) Tahap VI dengan anak
satu anak tertua remaja
atau lebih 6) Tahap VI satu
berada anak atau
dirumah lebih berada
dan dirumah dan
meninggalk meninggalkan
an rumah rumah
7) Tahap VII 7) Tahap VII
semua anak semua anak
pergi pergi
meninggalk meninggalkan
an rumah rumah
8) Tahap VIII 8) Tahap VIII
keluarga keluarga
pasangan pasangan
lansia lansia
(Friedman,
2010)
g. Sosial 7. Keduduka Penghasilan Kuisi Ordin Responden
ekono n atau keluarga oner al diberikan
mi posisi 1) < pertanyaan
keluar seseorang 3.500.000/ tentang
ga dalam bulan penghasilan
masyarak 2) > keluarga.
at 3.500.000/ Menentukan kode
berdasark bulan untuk setiap
an pilihan jawaban :
pengahasi (sesuai UMR 1) < 3.500.000/
lan yang Kabupaten bulan
diperoleh Gresik tahun 2) > 3.500.000/
keluarga 2018) bulan
h. Tingk 8. Informasi 1. Pengertian Kuisi Ordin Responden
at yang Diabetes oner al diberikan
Penge dimiliki Mellitus pertanyaan
tahua keluarga 2. Faktor- tentang
n mengenai faktor pengetahuan
Kelua masalah penyebab penyakit Diabetes
rga kesehatan penyakit Mellitus. Ada 18
anggota Diabetes pertanyaan
keluargan Mellitus dengan masing-
62

ya yang 3. Gejala- masing nilai.


menderita gejala Pengukuran
Diabetes penyakit dengan skala
Mellitus Diabetes Likert dengan
Mellitus skor (0-1)
4. Akibat Pernyataan
yang 1. Jawaban
ditimbulkan benar skor 1
penyakit 2. Jawaban
Diabetes salah skor 0
Mellitus Hasil :
5. Cara Jika presentase
mencegah ≥75% tingkat
penyakit pengetahuan
Diabetes tinggi
Mellitus jika presentase
(Huda, 2017) 56-74% tingkat
pengetahuan
cukup
Jika presentase
≤55% tingkat
pengetahuan
rendah
(Notoatmojo,
2012)
Variabel Dependen
i. Tugas 9. Kemampu 1. Keluarga Kuisi Ordin Keluarga
Keseh an mampu oner al diberikan
atan keluarga mengenal pertanyaan
Kelua dalam masalah sebanyak 20.
ga menghada kesehatan Pertanyaan
pi 2. Keluarga tersebut ada yang
masalah mampu bentuk positif dan
kesehatan memutuska negatif dengan
n tindakan penilaian skala
yang tepat Likert (1-4)
3. Keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga
yang sakit
4. Keluarga Kuisi Ordin Kategori
mampu oner al penilaian posistif
memodifika 1. Selalu (4)
si 2. Sering (3)
lingkungan 3. Jarang (2)
5. Keluarga 4. Tidak Pernah
63

mampu (1)
memanfaat Kategori
kan fasilitas penilaian negatif
kesehatan 1. Selalu (1)
(Komang, 2. Sering (2)
2012) 3. Jarang (3)
4. Tidak Pernah
(4)

Hasil penilaian :
Baik : 76% -
100%
Cukup : 56 % -
75%
Kurang : ≤55%

4.7 Pengumpulan data Pengolahan Data

4.7.1 Pengumpulan data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada 3, yaitu

lembar quisioner untuk data demografi, lembar quisioner untuk penilaian

faktor tingkat pengetahuan, dan lembar quisioner untuk penilaian tugas

kesehatan keluarga penderita Diabetes Mellitus.

a. Faktor Individu

Instrumen yang digunakan pada faktor individu adalah kuesioner data

demografi penderita DM menyatakan tentang usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan lama menderita diabetes mellitus.

b. Faktor Keluarga

Instrumen yang digunakan pada faktor keluarga adalah kuesioner data

demografi keluarga menyatakan tentang tipe, struktur, tahap perkembangan,

status sosial ekonomi keluarga dan data kuisioner tingkat pengetahuan


64

keluarga menyatakan tingkat pengetahuan mereka tentang penyakit Diabetes

Mellitus.

Tabel 4.2 Klasifikasi pertanyaan Tingkat Pengetahuan Keluarga Penderita


Diabetes Mellitus

No Jumlah
NO Pertanyaan Keterangan
Item soal
Pengertian
1 1 1 Item 1 positif -
penyakit Diabetes Mellitus
Faktor-faktor penyebab
2 dan Item 2 dan 3
2 penyakit Diabetes 2 -
3 positif
Mellitus
Gejala-gejala
4 dan Item 5
3 penyakit Diabetes 2 Item 4 positif
5 negatif
Melllitus
Akibat yang ditimbulkan
6 dan Item 7
4 penyakit Diabetes 2 Item 6 positif
7 negatif
Melllitus
8, 9,
Cara mencegah
10, 11 Item 9, 11 dan Item 8 dan
5 penyakit Diabetes 5
dan 12 positif 10 negatif
Melllitus
12
Cara penanganan 13, 14
Item 12, 13 Item 14
6 Hiperglikemi dan dan 3
dan 15 positif negatif
Hipoglikemi 15
Jumlah 15 11 4

Penelitian untuk faktor keluarga dengan tingkat pengetahuan keluarga

menggunakan skala Likert dengan 10 pertanyaan masing-masing diberi nilai (0-

1). Indikator faktor tingkat pengetahuan bersifat mengukur seberapa tinggi

pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus.

Pernyataan positif :
i. Jawaban benar skor 1
ii. Jawaban salah skor 0

Pernyataan negatif :
i. Jawaban benar skor 1
ii. Jawaban salah skor 0

Skoring ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


f
P = ─ X 100%
n
65

Keterangan :

P = Prosentase

f = Jumlah jawaban yang benar

n = Jumlah skor maksimal

Kategori tingkat pengetahuan keluarga

i. ≥=75% : Tinggi

ii. 56-74% : Cukup

iii. ≤=55% : Kurang

c. Tugas Kesehatan Keluarga

Instrumen yang digunakan pada tugas kesehatan keluarga adalah

kuisioner tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes Mellitus. Kuisioner

ini menggunakan skala Likert berjumlah 20 soal, peneliti memberikan kode

pada masing-masing item dengan dua penilaian yaitu positif dan negatif.

Sistem penilaian skala Likert sebagai berikut :

1. Item positif : Selalu (4), Sering (3), Jarang (2), Tidak Pernah (1) yang

terdiri dari pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,

16, 17, 18, dan 20.

2. Item negatif : Selalu (1), Sering (2), Jarang (3), Tidak Pernah (4) yang

terdiri dari pertanyaan nomor 6, 14, dan 19.

Proses pengelompokan item selesai dan lembar quisioner yang telah dijawab

oleh responden diberikan nilai, langkah peneliti selanjutnya adalah menjumlahkan

seluruh nilai disetiap itemnya dan memasukkannya dalam bebrapa kategori.

Skoring ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


f
P = ─ X 100%
n
66

Keterangan :

P = Prosentase

F = Jumlah jawaban yang benar

N = Jumlah skor maksimal

Kategori tugas kesehatan keluarga

i. 76%-100% : Baik

ii. 56% - 75% : Cukup

iii. ≤55% : Kurang

Tabel 4.3 Klasifikasi pertanyaan tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes


Mellitus

Indikator tugas kesehatan keluarga penderita Nomor item soal Jumlah


Diabetes Mellitus (bagian IV) soal
1. Mengenal masalah kesehatan 1, 2, 3, 4 20
2. Memutuskan tindakan yang tepat 5, 6, 7, 8,
3. Mampu merawat anggota keluarga yang sakit 9, 10, 11, 12
4. Memodifikasi lingkungan atau kemampuan 13, 14, 15, 16
keluarga menciptakan lingkungan yang sehat
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan 17, 18, 19, 20

2. Uji Validitas dan Realibilitas

Validitas adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti atau pengguna

instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris guna mendukung kesimpulan

yang dihasilkan oleh skor instrumen. Validitas instrumen merupakan validitas

yang diuji datanya, data atau informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada

perbedaan antara yang dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi

pada obyek yang diteliti (Jiwantoro, 2017). Validitas instrumen diuji dengan

teknik korelasi Pearson Product Moment yaitu melihat nilai korelasi antara skor

masing- masing variabel dengan skor totalnya.


67

Berdasarkan tingkat signifikan 0,05, bila r hitung lebih besar dari nilai r

tabel, maka item kuesioner adalah valid, namun bila nilai r hitung lebih kecil dari

r tabel maka instrumen tidak valid. Sedangkan reliabilitas menyangkut ketepatan

alat ukur atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukuran (Nursalam, 2016).

Reliabilitas instrumen akan diuji dengan menggunakan Alpha Cronbach yaitu bila

nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka item kuesioner reliabel, namun

bila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel maka item kuesioner tidak reliabel.

Peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas yang dilakukan pada 15

responden keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita Diabetes

Mellitus yang berada di wilayah Klinik Miftachul Munir Medika Lontar Surabaya

pada tanggal 22 Oktober 2018 sampai tanggal 29 Oktober 2018. Hasil dari uji

validitas dan reabilitas menyatakan bahwa kuisioner yang peneliti ajukan

dinyatakan reliabel atau valid dibuktikan dari hasil nilai uji reabilitas “Cronbach’s

Alpha” (0,971). Angket atau kuisioner dikatakan reliabel, jika “cronbach alpha”

lebih dari (0,7) (Jiwantoro, 2017). Hasil validitas diperoleh dengan

membandingkan nilai “Corrected Item-Total Correlation” dengan nilai r tabel (α

5%, N= 15) maka nilai r tabelnya 0,514. Item soal jika dibandingkan dengan nilai

r tabel dapat dilihat bahwa semua item soal memiliki nilai “Corrected Item-Total

Correlation” >(0,514). Hasil tersebut menunjukkan pertanyaan kuisioner peneliti

reliabel atau valid.

3. Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat ijin dari Stikes Hang

Tuah Surabaya, Kepala Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur, Kepala

Bakesbangpol Kabupaten Gresik, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan


68

Penelitian dan Pengembangan (BAPPEDA) Kabupaten Gresik, Kepala Puskesmas

Driyorejo, Kepala Kecamatan Driyorejo, Kepala Desa Randegansari dan

Driyorejo untuk melakukan penelitian. Langkah awal penelitian, peneliti

mengambil data penderita diabetes mellitus di Puskesmas, dari Puskesmas peneliti

diarahkan untuk mengambil data wilayah kerja Puskesmas Driyorejo yaitu

kelurahan Randegansari dan Driyorejo. Wilayah Kelurahan Driyorejo peneliti

mengambil data di Poskesdes Driyorejo, dan wilayah Randegansari peneliti

mengambil dari data Pustu Randegansari. Peneliti mendapatkan 80 responden

yang berasal dari Kelurahan Driyorejo sebanyak 56 orang dan 24 orang dari

Kelurahan Randegansari. Penelitian dilakukan dengan cara responden di

kumpulkan di Pustu Randegansari pada tanggal 28 Desember 2018 pukul 08.00

WIB, penelitian selanjutnya di Puskesmas Driyorejo pada acara Prolanis tanggal

29 Desember 2018 pukul 08.00 WIB. Sebagian responden yang tidak hadir pada

acara Prolanis dan Pustu peneliti datangi ke rumah-rumah pada tanggal 30 s/d 31

Desember 2018. Sebelum dilakukan pengkajian data, peneliti memberikan

penjelasan terlebih dahulu mengenai maksud dan tujuan dari penelitian untuk

menghindari kesalah pahaman. Calon responden diminta untuk mengisi surat

persetujuan (Informed Concent), peneliti memberikan kesempatan kepada

responden untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Jika calon

responden bersedia untuk menjadi responden, diminta untuk tanda tangan di

lembar persetujuan. Peneliti memberikan kuesioner untuk data demografi,

kuisioner tingkat pengetahuan keluarga, dan kuisioner tugas kesehatan keluarga,

bila responden tidak mengerti tentang lembar kuesioner boleh bertanya kepada

peneliti agar jawaban tersebut valid. Lembar kuisioner yang terkumpul diteliti
69

kembali saat keluarga penderita Diabetes Mellitus mengisi kuisioner dengan

beberapa tahap diantaranya editing (melakukan pengecekan kelengkapan data

identitas), coding (pemberian kode responden), scoring (menentukan skor untuk

setiap jawaban yang sudah dijawab), dan entry (memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam program komputer).

4.7.2 Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner untuk data demografi

responden, kuisioner untuk faktor individu dan keluarga serta kuisioner tugas

kesehatan keluarga. Variabel data yang terkumpul dengan metode pengumpulan

data secara kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan tahap

sebagai beriikut :

a. Pemeriksaan data/ editing

Daftar pertanyaan yang telah diisi kemudian diperiksa yaitu dengan

memeriksa kelengkapan jawaban.

b. Memberi tanda kode/ coding

Hasil jawaban yang telah diperoleh diklasifikasikan ke dalam kategori yang

telah ditentukan dengan cara memberi kode atau tanda berbentuk angka pada

masing-masing jawaban.

c. Pengolahan Data/ Processing

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh

data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan.


70

d. Pembersihan/cleaning

Data diteliti kembali agar pada pelaksanaan analisa data bebas dari

kesalahan.

2. Analisa Statistik

Hasil lembar kuisioner faktor pengetahuan keluarga dan tugas kesehatan

keluarga yang telah terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui kelengkapan isi

datanya, setelah data lengkap dikelompokkan. Data yang sudah dianalisa diuji

dengan menggunakan Uji Statistik Spearman yaitu uji yang digunakan untuk

melihat apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis Spearman

memiliki dasar keputusan jika p < 0,05 maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antar variabel dan jika P > 0,05 maka, dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antar variabel.

Analisa menggunakan SPSS 16,00 For Windows.

a. Analisa Univariat

Peneliti melakukan analisa umum dengan menganalisa data demografi dari

responden dan di distribusikan kedalam tabel frekuensi.

b. Analisa Bivariate

Analisa Bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen

dan dependen. Variabel independen yakni individu dan keluarga, sedangkan

variabel dependen adalah tugas kesehatan keluarga. Dengan mengunakan Uji

Analisis Spearman Rank memiliki dasar keputusan jika p < 0,05 maka, dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dan jika P

> 0,05 maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antar variabel.
71

4.8 Etika Penelitian

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat ijin dari Stikes Hang

Tuah Surabaya, Kepala Bakesbangpol Provinsi Jawa Timur, Kepala

Bakesbangpol Kabupaten Gresik, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Penelitian dan Pengembangan (BAPPEDA) Kabupaten Gresik, Kepala Puskesmas

Driyorejo, Kepala Kecamatan Driyorejo dan Kepala Desa Randegansari dan

Driyorejo untuk melakukan penelitian. Penelitian dimulai dengan melakukan

beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian meliputi:

4.8.1 Lembar Persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan sebagai sampel akan diberikan sebelum penelitian

dilakukan kepada keluarga penderita Diabetes Mellitus yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Driyorejo Gresik yang akan diteliti agar responden mengetahui

maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti, responden harus

menandatangani lembar persetujuan yang ada. Jika responden tidak berkenan

maka peneliti harus menghargai hak-hak responden dan tidak mengikut sertakan

responden sebagai sampel penelitian.

4.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencatumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang

diisi oleh responden. Lembar tersebut diberikan kode tertentu untuk menjaga

kerahasian.
72

4.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan disajikan atau

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.8.4 Keadilan (Justice)

Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata

mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini peneliti menyajikan data dan pembahasan hasil penelitian tentang analisis

faktor individu dan keluarga terhadap tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes

Mellitus diwilayah kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 – Januari 2019 dengan

total jumlah 67 responden. Hasil penelitian diuraikan berdasarkan data tentang

gambaran umum lahan dan subyek penelitian, serta data umum dan data khusus.

5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

tepatnya di Kelurahan Driyorejo dan Randegansari yang termasuk pada jangkauan

wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan pertama Puskesmas Driyorejo dan

Pustu Randegansari. Puskesmas Driyorejo terletak di Wilayah Kecamatan

Driyorejo dan mempunyai luas wilayah kerja 5.129,72 Ha. Jumlah penduduk

Kecamatan Driyorejo 103.623 berdasarkan jenis kelamin sebanyak 52.252 laki-

laki dan 51.371 perempuan. Puskesmas Driyorejo memiliki sarana kesehatan yang

terdiri dari puskesmas pembantu, poskesdes, posyandu balita, posyandu lansia,

posbindu, prolanis, praktek dokter swasta, praktek dokter gigi swasta, bidan

praktek swasta dan poliklinik. Serta memiliki UKM esensial terdiri dari Promkes,

kesling, KIA/KB, Gizi, dan P2. Puskesmas Driyorejo terletak di Wilayah

Kecamatan Driyorejo, berjarak 1 km dari kantor Kecamatan Driyorejo dan 18 km

dari kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Kecamatan Driyorejo terletak di

ketinggian 11 meter di atas permukaaan laut.

73
74

1. Batas Wilayah Kerja

a. Utara : Desa Tenaru

b. Selatan : Wilayah Sidoarjo

c. Barat : Desa Cangkir

d. Timur : Desa Krikilan

2. Luas wilayah kerja : 2.800,4 Ha

3. Wilayah kerja Puskesmas Driyorejo terdiri dari :

a. Kelurahan Krikilan : 296.30 Ha

b. Kelurahan Driyorejo : 162.03 Ha

c. Kelurahan Cangkir : 158.09 Ha

d. Kelurahan Bambe : 283.73 Ha

e. Kelurahan Mulung : 309.72 Ha

f. Kelurahan Petiken : 285.29 Ha

g. Kelurahan Tenaru : 222.55 Ha

h. Kelurahan Kesambenwetan : 184.70 Ha

i. Kelurahan Randegansari : 624.32 Ha

j. Kelurahan Gadung : 273.67 Ha

5.1.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus dan

keluarganya dengan kriteria inklusi penderita DM asli penduduk Gresik, berobat

di pustu dan poskesdes serta prolanis yang berada di wilayah kerja Puskesmas

Driyorejo. Jumlah keseluruhan subyek penelitian adalah 67 penderita. Data

demografi diperoleh melalui kuesioner yang ditanyakan kepada responden.


75

5.1.3 Data Umum Hasil Penelitian

Data umum hasil penelitian menampilkan data demografi dan distribusi

responden dalam bentuk tabel yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, lama menderita DM, tipe keluarga, tahap perkembangan keluarga,

penghasilan keluarga, asuransi kesehatan dan jarak yankes.

1. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 5.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Penderita DM di


Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67)

Usia Frekuensi Persentase (%)


46-55 Tahun 11 16.4
56 - 65 Tahun 22 32.8
> 65 Tahun 34 50.7
Total 67 100

Tabel 5.1 menunjukkan dari 67 responden didapatkan 11 orang (16,4%)

berusia 46-55 Tahun, 22 orang (32,8%) berusia 56-65 tahun, dan 34 orang

(50,7%) berusia > 65 tahun.

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita


DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 28 41.8
Perempuan 39 58.2
Total 67 100

Tabel 5.2 menunjukkan 67 responden didapatkan 39 (58.2%) berjenis

kelamin perempuan dan 28 orang (41.8%) berjenis kelamin laki- laki.


76

3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)


Tidak sekolah 5 7.5
SD 25 37.3
SMP 14 20.9
SMA 18 26.9
Perguruan Tinggi 5 7.5
Total 67 100.0

Tabel 5.3 menunjukkan dari 67 responden di dapatkan 25 orang (37,3%)

tamatan SD, 18 orang (26,9%) Lulusan SMA, 14 orang (20,9%) Lulusan SMP, 5

orang (7,5%) Tidak Sekolah dan 5 orang (7,5%) lulusan Perguruan Tinggi.

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita DM di


Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67)

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Tidak Bekerja 3 4.5
Petani 12 17.9
Pedagang/ Wiraswasta 18 26.9
PNS 4 6.0
Ibu Rumah Tangga 30 44.8
Total 67 100.0

Tabel 5.4 menunjukkan dari 67 responden di dapatkan 30 orang Ibu Rumah

Tangga (44,8%), 18 orang (26,9%) Pedagang/ Wiraswasta, 12 orang (17,9%)

Petani, 4 orang (6,0%) PNS dan 3 orang (4,5%) tidak bekerja.


77

5. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita DM

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan lama menderita DM


Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Lama Menderita DM Frekuensi Persentase (%)


< 6 Tahun 39 58.2
> 6 Tahun 28 41.8
Total 67 100

Tabel 5.5 menunjukkan dari 67 orang didapatkan 39 orang (58,2%) lama

menderita DM < 6 Tahun dan 28 orang (41,8%) lama menderita DM > 6 Tahun.

6. Karakteristik responden berdasarkan tipe keluarga

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tipe Keluarga Penderita


DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28
Desember 2018 (N = 67)

Tipe Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Nuklear Family 19 26.4
Extended Family 26 38.8
Keluarga Dyed 4 6.0
Keluarga Lansia 18 26.9
Total 67 100

Tabel 5.6 menunjukkan dari 67 orang didapatkan hasil 26 orang (38,8%)

memiliki tipe keluarga Extended Family, 19 orang (26,4%) memiliki tipe keluarga

Nuklear Family, 18 orang (26,9%) memiliki tipe keluarga Lansia dan 4 orang

(6,0%) memiliki tipe keluarga Dyad.


78

7. Karakteristik responden berdasarkan tahap perkembangan keluarga

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tahap Perkembangan


Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Tahap Perkembangan
Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Tahap VI 19 26.4
Tahap VII 28 41.8
Tahap VIII 20 29.9
Total 67 100

Tabel 5.7 menunjukkan dari 67 orang didapatkan hasil 28 orang (41,8%)

memiliki tahap perkembangan keluarga VII, 20 orang (29,9%) memiliki tahap

perkembangan keluarga VIII dan 19 orang (28,4%) memiliki tahap perkembangan

keluarga VI.

8. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan keluarga

Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga


Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Penghasilan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


< 3.500.000 38 56.7
> 3.500.000 29 43.3
Total 67 100

Tabel 5.8 menunjukkan dari 67 orang didapatkan hasil 38 orang (56,7%)

penghasilan keluarga < 3.500.000 dan 29 orang (43,3%) penghasilann keluarga >

3.500.000.
79

9. Karakteristik responden berdasarkan asuransi kesehatan yang dimiliki

Tabel 5.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Asuransi Kesehatan yang


dimiliki Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Asuransi Kesehatan Frekuensi Persentase (%)


BPJS 57 85.0
JKN 3 4.5
Kartu Sehat 2 3.0
Tidak Punya 5 7.5
Total 67 100

Tabel 5.9 menunjukkan dari 67 orang didapatkan hasil 57 orang (85,0%)

memiliki asuransi kesehatan BPJS, 5 orang (7,5%) tidak memiliki asuransi

kesehatan, 3 orang (4,5%) memiliki asuransi JKN dan 2 orang (3,0%) memiliki

asuransi kartu sehat.

10. Karakteristik responden berdasarkan jarak rumah ke pelayanan kesehatan

Tabel 5.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke


Pelayanan Kesehatan Penderita DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N
= 67)

Jarak Yankes Frekuensi Persentase (%)


< 1Km 27 40.3
> 1Km 40 50.7
Total 67 100

Tabel 5.10 menunjukkan dari 67 orang didapatkan hasil 40 orang (50,7%)

jarak rumah ke yankes lebih dari 1 Km dan 27 orang (40,3%) jarak rumah ke

yankes kurang dari 1 Km.


80

11. Karakteristik responden berdasarkan hubungan keluarga dengan penderita

Diabetes Mellitus

Tabel 5.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Keluarga


Dengan Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Hubungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Suami/ Istri 33 49.3
Anak 27 40.3
Cucu/ Saudara Dekat 7 10.4
Total 67 100

Tabel 5.11 menunjukkan dari 67 orang didapatkan hasil 33 orang (49,3%)

hubungan keluarga dengan penderita DM adalah suami/ istri, 27 orang (40,3%)

hubungan keluarga dengan penderita DM adalah anak dan 7 orang (10,4%)

hubungan keluarga dengan penderita DM adalah cucu/ saudara dekat.

5.1.4 Data Khusus Hasil Penelitian

Data khusus dalam penelitian ini berisi tentang usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, lama menderita DM, tipe keluarga, tahap perkembangan

keluarga, penghasilan keluarga, pengetahuan keluarga dan tugas kesehatan

keluarga.

1. Tugas Kesehatan Keluarga

Tabel 5.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tugas Kesehatan


Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Tugas Kesehatan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Baik 9 13.4
Cukup 20 29.9
Rendah 38 56.7
Total 67 100
81

Tabel 5.12 Memperlihatkan bahwa Penderita DM dari 67 orang didapatkan

hasil 38 orang (56,7%) memiliki tugas kesehatan keluarga kurang, 20 orang

(29,9%) memiliki tugas kesehatan keluarga cukup dan 9 orang (13,4%) memiliki

tugas kesehatan keluarga baik.

2. Faktor Individu

1) Hubungan antara usia dengan tugas kesehatan keluarga Penderita DM di

Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.

Tabel 5.13 Hubungan Antara Usia Dengan Tugas Kesehatan Keluarga


Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)
Faktor usia Tugas Kesehatan Keluarga P
Value
Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
45-54 Tahun 5 45.4 3 27.3 3 27.3 11 100
0.003
55-64 Tahun 2 9.1 9 40.9 11 50.0 23 100
> 65 Tahun 2 5.9 8 23.5 24 70.6 34 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 11 responden yang

berusia 45-54 tahun telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga baik ada 5

responden (45,4%), 3 responden (27,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga

cukup dan 3 responden (27,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang.

Pada penderita DM yang berusia 55-64 tahun dari 23 responden ada 2 responden

(9,1%) telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga baik, 9 responden (40,9%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 11 responden (50,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM

yang berusia > 65 tahun dari 34 responden ada 2 responden (5,9%) telah

melaksanakan tugas kesehatan keluarga baik, 8 responden (23,5%) melaksanakan


82

tugas kesehatan keluarga cukup dan 24 responden (70,6%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p =

0,003 (p value < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan antara faktor usia dengan

tugas kesehatan keluarga.

2) Hubungan antara jenis kelamin dengan tugas kesehatan keluarga Penderita

DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.14 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Tugas Kesehatan


Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Faktor Jenis Tugas Kesehatan Keluarga P


Kelamin Value
Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
Laki-Laki 1 3.6 12 42.8 15 53.6 28 100
0.837
Perempuan 8 20.5 8 20.5 23 59.0 39 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 28 responden yang

berjenis kelamin laki-laki telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 1 responden (3,6%), 12 responden (42,8%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 15 responden (53,6%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM yang berjenis kelamin

perempuan dari 39 responden ada 8 responden (20,5%) telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik, 8 responden (20,5%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 23 responden (59,0%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p =

0,837 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara

faktor jenis kelamin dengan tugas kesehatan keluarga.


83

3) Hubungan antara pendidikan dengan tugas kesehatan keluarga Penderita

DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.15 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Tugas Kesehatan


Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Faktor Tugas Kesehatan Keluarga P


Pendidikan Value
Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
Tidak Sekolah 0 0 1 20.0 4 80.0 5 100
SD 2 8.0 7 28.0 16 64.0 25 100
SMP 1 7.1 4 28.6 9 64.3 14 100 0.013
SMA 3 16.7 7 38.9 8 44.4 18 100
Perguruan Tinggi 3 60.0 1 20.0 1 20.0 5 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 5 responden yang tidak

sekolah telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan cukup 1 responden

(20,0%) dan 4 responden (80,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang.

Pada Penderita DM dari 25 responden yang berpendidikan SD telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (8,0%), 7 responden

(28,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 16 responden (64,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Penderita DM dari 14 responden

yang berpendidikan SMP telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 1 responden (7,1%), 4 responden (28,6%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga cukup dan 9 responden (64,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga

kurang. Penderita DM dari 18 responden yang berpendidikan SMA telah

melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 3 responden (16,7%), 7

responden (38,9%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 8

responden (44,4%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan


84

pada penderita DM yang berpendidikan Perguruan Tinggi dari 5 responden ada 3

responden (60,0%) telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 1

responden (20,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 1

responden (20,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan

Hasil spearman menunjukkan nilai p = 0,013 (p value < 0,05) maka disimpulkan

ada hubungan antara faktor pendidikan dengan tugas kesehatan keluarga.

4) Hubungan antara pekerjaan dengan tugas kesehatan keluarga Penderita DM

di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.16 Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Tugas Kesehatan Keluarga


Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik
Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Faktor Pekerjaan Tugas Kesehatan Keluarga P


Value
Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
Tidak Bekerja 0 0 0 0 3 100 3 100
Petani 1 8.4 4 33.3 7 58.3 12 100
Wiraswasta/ 8 44.4 18 100 0.936
2 11.2 8 44.4
Pedagang
PNS 2 50.0 1 25.0 1 25.0 4 100
Ibu Rumah Tangga 4 13.3 7 23.3 19 63.4 30 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 3 responden yang

tidak bekerja kurang dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga ada 3

responden (100,0%). Pada Penderita DM dari 12 responden yang bekerja sebagai

petani telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 1 responden

(8,4%), 4 responden (33,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 7

responden (58,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Penderita DM

dari 18 responden yang bekerja sebagai pedagang/ wiraswasta telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (11,2%), 8 responden


85

(44,4%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 8 responden (44,4%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Penderita DM dari 4 responden

yang bekerja sebagai PNS telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 2 responden (50,0%), 1 responden (25,0%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 1 responden (25,0%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang . Sedangkan pada penderita DM sebagai Ibu rumah

tangga dari 30 responden telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 4 responden (13,3%), 7 responden (23,3%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 19 responden (63,4%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p =

0,936 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan antara faktor

pekerjaan dengan tugas kesehatan keluarga.

5) Hubungan antara lama menderita Diabetes Mellitus dengan tugas kesehatan

keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik.

Tabel 5.17 Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Mellitus Dengan


Tugas Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N =
67)
Faktor Lama Tugas Kesehatan Keluarga P
DM Value
Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
< 6 tahun 6 15.4 12 30.8 21 53.8 39 100
>6 tahun 3 10.7 8 28.6 17 60.7 28 100 0.538
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 39 responden yang lama

menderita DM < 6 tahun telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 6 responden (15,4%), 12 responden (30,8%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 21 responden (53,8%) melaksanakan tugas


86

kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM yang menderita DM >

6 tahun dari 28 responden ada 3 responden (10,7%) telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik, 8 responden (28,6%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 17 responden (60,7%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p =

0,538 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan antara faktor lama

menderita Diabetes Mellitus dengan tugas kesehatan keluarga.

3. Faktor Keluarga

1) Hubungan antara tipe keluarga dengan tugas kesehatan keluarga Penderita

DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.18 Hubungan Antara Tipe Keluarga Dengan Tugas Kesehatan


Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Faktor Lama DM Tugas Kesehatan Keluarga P


Value
Baik Cukup Kurang Total
(f (f) %
% (f) % (f) %
)
Nuklear Family 2 18.2 1 9.1 8 72.7 11 100
Extended Family 5 14.7 16 47.1 13 38.2 34 100
0.137
Keluarga Dyed 1 20.0 2 40.0 2 40.0 5 100
Keluarga Lansia 1 5.9 1 5.9 15 88.2 17 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 11 responden yang

memiliki tipe keluarga nuklear family telah melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dengan baik ada 2 responden (18,2%), 1 responden (9,1%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 8 responden (72,7%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 34

responden yang memiliki tipe keluarga extended family telah melaksanakan tugas
87

kesehatan keluarga dengan baik ada 5 responden (14,7%), 16 responden (47,1%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 13 responden (38,2%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Penderita DM dari 5 responden

yang memiliki tipe keluarga dyad/ tanpa anak telah melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dengan baik ada 1 responden (20,0%), 2 responden (40,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 2 responden (40,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM

yang memiliki tipe keluarga lansia dari 17 responden telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 1 responden (5,9%), 1 responden (5,9%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 15 responden (88,2%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,137 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara tipe keluarga dengan tugas kesehatan keluarga.

2) Hubungan antara tahap perkembangan keluarga dengan tugas kesehatan

keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.19 Hubungan Antara Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Tugas


Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas
Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N = 67)

Faktor Tahap Perkembangan Tugas Kesehatan Keluarga P


Keluarga Value
Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
Tahap Perkembangan Keluarga VI 4 25.0 5 31.2 7 43.8 16 100
Tahap Perkembangan Keluarga VII 3 13.7 7 31.8 12 54.5 22 100
0.097
Tahap Perkembangan Keluarga VIII 2 6.9 8 27.6 19 65.5 29 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 16 responden yang

berada di tahap perkembangan keluarga VI telah melaksanakan tugas kesehatan


88

keluarga dengan baik ada 4 responden (25,0%), 5 respondreen (31,2%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 7 responden (43,8%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 22

responden yang berada di tahap perkembangan keluarga VII telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 3 responden (13,6%), 7 responden

(35,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 12 responden (31,6%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan Penderita DM dari 29

responden yang berada di tahap perkembangan keluarga VIII telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (22,2%), 8 responden

(40,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 19 responden (50,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,097 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara tahap perkembangan keluarga dengan tugas kesehatan keluarga.

3) Hubungan antara penghasilan keluarga dengan tugas kesehatan keluarga

Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.20 Hubungan Antara Penghasilan Keluarga Dengan Tugas


Kesehatan Keluarga pada Penderita DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N =
67)
Faktor Tugas Kesehatan Keluarga P
Penghasilan Value
Keluarga Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
< 3.500.000 2 5.3 8 21.1 28 73.6 38 100
>3.500.000 7 24.1 12 41.4 10 34.5 29 100 0.001
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.20 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 38 responden yang

memiliki penghasilan keluarga tiap bulan < 3.500.000 telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (5,3%), 8 responden (21,1%)


89

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 28 responden (73,6%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada Penderita DM

dari 29 responden yang memiliki penghasilan keluarga tiap bulan > 3.500.000

telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 7 responden

(24,1%), 12 responden (41,4%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup

dan 10 responden (34,5%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang.

Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p = 0,001 (p value < 0,05) maka

disimpulkan ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan tugas kesehatan

keluarga.

4) Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tugas kesehatan

keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik

Tabel 5.21 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Tugas


Kesehatan Keluarga pada Penderita DM di Wilayah Kerja
Puskesmas Driyorejo Gresik Tanggal 28 Desember 2018 (N =
67)
Faktor Tingkat Tugas Kesehatan Keluarga P
Pengetahuan Value
Keluarga Baik Cukup Kurang Total
(f) % (f) % (f) % (f) %
Tinggi 5 41.7 4 33.3 3 25.0 12 100
Cukup 2 8.3 10 41.7 12 50.0 24 100 0.001
Rendah 2 6.5 6 19.4 23 74.1 31 100
Total 9 13.4 20 29.9 38 56.7 67 100

Tabel 5.21 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 12 responden yang

memiliki pengetahuan tinggi telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 5 responden (41,7%), 4 responden (33,3%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup 3 responden (25,0%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 24 responden yang memiliki

pengetahuan cukup telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada
90

2 responden (8,3%), 10 responden (41,7%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga cukup dan 12 responden (50,0%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga kurang. Sedangkan Penderita DM dari 32 responden yang memiliki

pengetahuan rendah telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik

ada 2 responden (6,5%), 6 responden (19,4%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga cukup dan 23 responden (74,2%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p = 0,001 (p

value < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan keluarga

dengan tugas kesehatan keluarga.

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dirancang untuk memberikan gambaran interpretasi dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menjalankan tugas

kesehatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik. Sesuai tujuan

penelitian, maka akan dibahas hal-hal sebagai berikut :

5.2.1 Tugas Kesehatan Keluarga Penderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas

Driyorejo Gresik

Hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik penderita

dan keluarga yang sudah menjalankan tugas kesehatan keluarga baik sebanyak 9

orang (13,4%), 20 orang (29,9%) menjalankan tugas kesehatan cukup dan 38

orang (56,7%) kurang dalam menjalankan tugas kesehatan keluarga. Data

penelitian menunjukkan keluarga penderita DM banyak yang kurang dalam

menjalankan tugas kesehatan keluarga. Dari hasil penelitian usia rata-rata

responden yakni usia lanjut diatas 60 tahun, mayoritas berjenis kelamin


91

perempuan, tingkat pendidikan yang terbanyak yakni lulusan SD, banyak yang

tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan penghasilan keluarga juga rendah

yakni dibawah dibawah umr dan tingkat pengetahuan keluarga mengenai DM juga

rendah namun tidak berbeda jauh dengan tingkat pengetahuan yang cukup.

Mayoritas keluarga dengan usia lanjut tinggal dirumah hanya bersama suami/ istri

saja, anak-anak mereka tidak tinggal bersama lansia dan kebanyakan anak mereka

tinggal jauh dari rumah orang tuanya. Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa

setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan maka seseorang

tersebut akan melaksanakan dan mempraktikkan apa yang diketahuinya. Teori ini

membenarkan hasil penelitian di atas dimana keluarga dengan pendidikan tinggi

akan mempunyai pengetahuan yang tinggi pula. Dengan informasi yang diperoleh

mengenai perawatan kesehatan, keluarga akan mempraktikkan apa yang diketahui

untuk meningkatkan status kesehatan keluarga (Soekidjo, 2012).

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo dari hasil kuisioner

tugas kesehatan keluarga yang terdiri dari 20 item pertanyaan dikategorikan

menjadi 5 tugas kesehatan keluarga yang tebagi atas pertanyaan nomor 1-4 tugas

1, pertanyaan nomor 5-8 tugas 2, pertanyaan nomor 9-12 tugas 3, pertanyaan

nomor 13-16 tugas 4 dan pertanyaan nomor 17-20 tugas 5. Tugas yang ke 1 yaitu

mengenal masalah kesehatan bahwa dari 67 responden sebanyak 59 responden

(88,1%) mampu mengenal masalah kesehatan di keluarga dengan baik dan

sebanyak 8 responden (11,9%) mampu mengenal masalah di keluarga cukup.

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Gresik menunjukkan

tugas kesehatan keluarga dalam mengenal masalah keluarga sebagian besar adalah

baik sebanyak 59 orang (88,1%). Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu


92

sejauh mana keluarga, mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi

keluarga terhadap masalah. Menurut Maulana (2010) pengenalan keluarga

terhadap masalah Diabetes melitus meliputi pengetahuan tentang pengertian

diabetes melitus, pengetahuan tentang penyebab Diabetes melitus serta peran

keluarga dalam mencari dan mengumpulkan informasi serta memberitahukan

kepada anggota keluarga tentang masalah Diabetes melitus. Mengenal merupakan

salah satu proses dari memperoleh pengetahuan. Pengetahuan dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal salah satunya adalah

pendidikan (Zulfitri, 2014). Tingkat pendidikan seseorang akan memberikan

pengaruh terhadap pemahaman tentang sebuah pengalaman dan rangsangan yang

diberikan melalui belajar dan media lainnya. Diabetes Melitus merupakan

penyakit yang memerlukan pengelolaan jangka panjang sehingga keterlibatan

keluarga sebagai pihak yang paling dekat dengan penderita sangat dibutuhkan.

Sebagian besar keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo sudah mengenal

masalah kesehatan didalam keluarganya yang menderita DM . Keluarga sudah

mengenal keadaan sehat sakit dan perubahan - perubahan yang dialami anggota

keluarganya dari pengamatan banyak keluarga yang mengatakan bahwa penyakit

DM adalah penyakit keturunan, penyakit ini bisa menimbulkan luka di kaki,

penyakit ini bisa diakibatkan karena gaya hidup dan pola makan. Pengalaman

yang keluarga miliki berpengaruh terhadap mengenal masalah kesehatan keluarga,

pengalaman tersebut didapatkan keluarga karena sering mengikuti kegiatan

posyandu, posbindu dan senam lansia yang diadakan di balai Desa setiap 3 bulan

sekali. Keluarga mendapatkan pengalaman bertukar fikiran, pendapat dan


93

infomasi dilakukan baik dengan petugas kesehatan maupun dengan sesama

penderita Diabetes Mellitus.

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo dari hasil kuisioner

tugas kesehatan keluarga yang terdiri dari 20 item pertanyaan dikategorikan

menjadi 5 tugas kesehatan keluarga yang tebagi atas pertanyaan nomor 1-4 tugas

1, pertanyaan nomor 5-8 tugas 2, pertanyaan nomor 9-12 tugas 3, pertanyaan

nomor 13-16 tugas 4 dan pertanyaan nomor 17-20 tugas 5. Tugas yang ke 2 yaitu

mampu memutuskan tindakan yang tepat bahwa dari 67 responden sebanyak 32

responden (47,8%) mampu memutuskan tindakan yang tepat dengan baik,

sebanyak 31 responden (46,3%) cukup mampu memutuskan tindakan yang tepat

dan sebanyak 4 responden (6,0%) kurang mampu memutuskan tindakan yang

tepat.

Tugas keluarga dalam mengambil keputusan sebagian besar adalah baik

sebanyak 32 orang (47,8%). Menurut Friedman (2010), salah satu tugas kesehatan

keluarga yaitu keluarga mampu dalam mengambil keputusan mengenai tindakan

kesehatan yang tepat, dapat dilihat dari: sejauh mana keluarga mengerti mengenai

sifat dan luasnya masalah, apakah masalah kesehatan yang dirasakan keluarga,

apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, apakah

keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit, apakah keluarga

mempunyai sifat negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat

menjangkau pelayanan kesehatan yang ada, apakah keluarga kurang percaya

terhadap tenaga kesehatan, apakah keluarga mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Seluruh faktor yang mempengaruhi

kemampuan keluarga mengambil keputusan merupakan dampak dari pengetahuan


94

positif yang diperoleh keluarga (Friedman, 2010). Keluarga di wilayah kerja

Puskesmas Driyorejo sudah mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk

menangani penyakit di dalam keluarganya. Pengamatan peneliti keluarga sudah

memberikan tindakan yang diperlukan untuk anggota keluarga yang mengalami

Diabetes melitus seperti memilih fasilitas kesehatan yang baik dengan pelayanan

BPJS, memilih pengobatan yang tepat serta tau akan konsekuensi dan manfaat

dari setiap tindakan yang akan dilakukan. keluarga segera membawa pasien

berobat ke pelayanan kesehatan terdekat jika mengalami keluhan DM seperti

timbul gejala pusing, mata berkunang-kunang dan kesemutan. Anggota keluarga

membawa pasien berobat tiap 1 bulan sekali untuk cek gula darah dan membeli

obat. Kekambuhan yang terjadi pada pasien keluarga sudah mengetahui cara

untuk menanganinya karena mendapatkan informasi dari petugas kesehatan dan

pada saat mengikuti kegiatan posbindu keluarga aktif bertanya kepada petugas.

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo dari hasil kuisioner

tugas kesehatan keluarga yang terdiri dari 20 item pertanyaan dikategorikan

menjadi 5 tugas kesehatan keluarga yang tebagi atas pertanyaan nomor 1-4 tugas

1, pertanyaan nomor 5-8 tugas 2, pertanyaan nomor 9-12 tugas 3, pertanyaan

nomor 13-16 tugas 4 dan pertanyaan nomor 17-20 tugas 5. Tugas yang ke 3 yaitu

mampu merawat anggota keluarga yang sakit bahwa dari 67 responden sebanyak

52 responden (77,6%) kurang mampu dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, sebanyak 9 responden (13,4%) mampu dalam merawat anggota keluarga

yang sakit dengan baik dan sebanyak 6 responden (9,0%) cukup mampu dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.


95

Tugas keluarga dalam memberikan perawatan sebagian besar adalah kurang

sebanyak 52 orang (77,6%). Soekidjo (2012) menyatakan bahwa setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan maka seseorang tersebut

akan melaksanakan dan mempraktikkan apa yang diketahuinya (Soekidjo, 2012).

Pendapat lain menyatakan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari

dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama

hidupnya (Sunaryo, 2008). Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit

khususnya DM, harus mampu melakukan perubahan perilaku yang kompleks

misalnya dengan membuat perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat

hipoglikemi dan penyuluhan (Soegondo, S & Sukardji, 2008). Pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki keluarga dapat membantu keluarga melakukan

perawatan yang tepat untuk mengurangi masalah kesehatan yang dialami

keluarga. Keluarga dalam memberikan perawatan ditunjukkan dengan melakukan

perawatan sederhana untuk pencegahan seminimal mungkin sesuai dengan

kemampuan yang keluarga miliki. Tugas keluarga mengenai perawatan masih

banyak yang belum terlaksana dengan baik khususnya tentang pengaturan makan

penderita DM, pengontrolan gula darah rutin setiap 1 bulan sekali dan kondisi

ekonomi keluarga yang minim. Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo

sebagian besar tidak memisahkan makanan untuk penderita DM dan yang tidak

DM sehingga penderita lebih sulit untuk menjaga kestabilan gula darahnya.

Kontrol gula darah tidak dilakukan rutin oleh keluarga karena alasan meminta

rujukan sulit, jarak pelayanan kesehatan dengan rumah juga jauh dan kesibukan

keluarga dalam bekerja sehingga jarang untuk mengontrolkan penderita dan

keluarga menganggap penyakit diabet tidak berbahaya.


96

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo dari hasil kuisioner

tugas kesehatan keluarga yang terdiri dari 20 item pertanyaan dikategorikan

menjadi 5 tugas kesehatan keluarga yang tebagi atas pertanyaan nomor 1-4 tugas

1, pertanyaan nomor 5-8 tugas 2, pertanyaan nomor 9-12 tugas 3, pertanyaan

nomor 13-16 tugas 4 dan pertanyaan nomor 17-20 tugas 5. Tugas yang ke 4 yaitu

mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat bahwa dari 67 responden

sebanyak 29 responden (43,3%) cukup mampu dalam memodifikasi lingkungan

rumah yang sehat, sebanyak 25 responden (37,3%) kurang mampu untuk

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan sebanyak 13 responden (19,4%)

mampu untuk memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dengan baik.

Tugas keluarga dalam memodifikasi lingkungan sebagian besar adalah

cukup sebanyak 29 orang (43,3%). Kemampuan keluarga memodifikasi

lingkungan atau kemampuan keluarga menciptakan lingkungan yang sehat, seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang

dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,

kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah

yang berdampak terhadap kesehatan keluarga. Modifikasi lingkungan disini bisa

juga untuk mencegah resiko jatuh pada anggota keluarga yang sudah lansia,

keluarga bisa memodifikasi lingkungan rumah dengan cara membuatkan

pegangan pada dinding kamar mandi dan tembok rumah agar lansia tidak mudah

jatuh (Komang, 2012). Keluarga di wilayah Kerja Puskesmas Driyorejo sebagian

besar sudah mampu melaksanakan tugas memodifikasi lingkungan. Tugas ini

tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga tetapi juga jenis pekerjaan

yang dijalani anggota keluarga. Banyak keluarga yang memiliki kesibukan di luar
97

rumah untuk bekerja menjadi salah satu faktor penyebab lingkungan sekitar

menjadi tidak sehat. Keluarga tidak membuat jadwal untuk melakukan kegiatan

gotong royong bersih-bersih seluruh isi rumah setiap satu minggu sekali atau satu

bulan sekali. Keluarga tidak pernah mengajak olahraga bersama-sama, keluarga

mayoritas tinggal di pemukiman padat penduduk dan lokasinya bersebelahan

dengan sungai Brantas, sungai tersebut banyak membawa sampah-sampah

sehingga lingkungan sekitar rumah penduduk tercemar bau yang tidak enak. Pada

saat penelitian berlangsung kondisi rumah keluarga sebagian bersih dan tertata

rapi dan sebagian belum tertata rapi. Rumah responden jarang yang memiliki

pegangan tangan pada tembok rumahnya atau di area kamar mandi.

Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Driyorejo dari hasil kuisioner

tugas kesehatan keluarga yang terdiri dari 20 item pertanyaan dikategorikan

menjadi 5 tugas kesehatan keluarga yang tebagi atas pertanyaan nomor 1-4 tugas

1, pertanyaan nomor 5-8 tugas 2, pertanyaan nomor 9-12 tugas 3, pertanyaan

nomor 13-16 tugas 4 dan pertanyaan nomor 17-20 tugas 5. Tugas yang ke 5 yaitu

mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan bahwa dari 67 responden sebanyak 33

responden (49,3%) cukup mampu dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan,

sebanyak 24 responden (35,8%) mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan

baik dan sebanyak 10 responden (14,9%) kurang mampu dalam memanfaatkan

fasilitas kesehatan.

Tugas keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sebagian

besar adalah cukup sebanyak 33 orang (49,3%). Persepsi keluarga terhadap sehat

sakit erat hubungannya dengan perilaku mencari pengobataan. Respon keluarga

apabila terdapat anggota keluarga yang sakit adalah sangat bervariasi mulai dari
98

tidak melakukan apa-apa dengan alasan tidak mengganggu, melakukan tindakan

tertentu seperti mengobati sendiri, mencari fasilitas kesehatan tradisional, mencari

pengobatan di warung obat, mencari pengobatan ke fasiltas kesehatan modern

yang diselenggarakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga swasta seperti balai

pengobatan, Puskesmas, Rumah Sakit sampai dengan mencari pengobataan

modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (Soekidjo, 2012). Berdasarkan

data karakteristik responden bahwa pekerjaan responden bervariasi dan mayoritas

pekerjaan responden adalah wiraswasta dan pedagang sebagian juga hanya

sebagai ibu rumah tangga. Menurut Fautino (2008) semakin tinggi kualitas

pekerjaan seseorang, maka pendapatan yang diperoleh pun akan semakin tinggi

begitu pula sebaliknya. Sehingga hal ini mempermudah masyarakat untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang ada. Pelayanan kesehatan yang jaraknya

cukup jauh dari rumah mereka membuat keluarga enggan membawa anggota

keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan (Komang, 2012). Tidak semua

masyarakat mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dengan baik.

Kurangnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh keluarga adalah

karena jaraknya pelayanan kesehatan yang jauh dari rumah, mayoritas keluarga

memiliki BPJS tetapi keluarga sulit untuk meminta rujukan berobat karena tidak

ada waktu untuk melaksanakannya. Keluarga sebagian besar sudah mampu dan

tahu untuk segera membawa anggota keluarga yang sakit/ kambuh ke pelayanan

kesehatan. Keluarga belum mampu melakukan pemeriksaan gula darah secara

rutin setiap bulan. Tindakan yang keluarga lakukan yaitu mengantarkan penderita

mengikuti posyandu lansia dan posbindu untuk cek kesehatan meskipun

menunggu 3 bulan sekali.


99

5.2.2 Hubungan Faktor Individu Dalam Melaksanakan Tugas Kesehatan

Keluarga

1. Hubungan Usia Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tugas Kesehatan

Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.13 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 11

responden yang berusia 45-54 tahun telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga

baik ada 5 responden (45,4%), 3 responden (27,3%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 3 responden (27,3%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Pada penderita DM yang berusia 55-64 tahun dari 23

responden ada 2 responden (9,1%) telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga

baik, 9 responden (40,9%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 11

responden (50,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan

pada penderita DM yang berusia > 65 tahun dari 34 responden ada 2 responden

(5,9%) telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga baik, 8 responden (23,5%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 24 responden (70,6%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,003 (p value < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan

antara faktor usia dengan tugas kesehatan keluarga. Menurut teori umumnya

manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan

cepat pada usia setalah 40 tahun. Seseorang yang berusia lebih dari 50 tahun

memiliki resiko terkena DM dibandingkan yang berusia kurang dari 40 tahun

(Sudoyo, 2009). Kemampuan kognitif dan kemampuan berperilaku di tentukan

oleh tahap perkembangan umur seseorang. Kemampuan untuk menyelesaikan

problem praktis, meningkat pada usia 41-50 tahun (Soekidjo, 2012). Penelitian
100

yang dilakukan pada pasien Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas

Gamping 1 usia rata-rata responden adalah 56,15 tahun (Sa’adah, 2016). Pada usia

lanjut menyebabkan seseorang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri terutama

kesehatan karena semakin tua maka tubuh akan semakin sulit untuk melakukan

aktivitas, kegiatan dan melakukan pola hidup sehat. Seseorang yang berusia 60

tahun keatas sudah mengalami penurunan fungsi-fungsi didalam tubuhnya

terutama fungsi kognitif dan fisik sehingga penderita yang sudah berusia lebih

dari 60 tahun sudah jarang mengontrol gula darah, mengatur pola makan, olahraga

dan anak atau suami/istri memberitahu untuk menjaga kesehatan tidak dihiraukan.

Seringkali lansia marah jika diberi tau oleh anaknya untuk menjaga pola makan,

sehingga anak dan keluarga enggan untuk memberi nasehat lagi. Lansia diwilayah

kerja Puskesmas Driyorejo rata-rata memiliki keyakinan nilai yang kuat akan

penyakitnya, sehingga jika dikasih tahu anak atau saudara terdekat tidak

dihiraukan. Usia 45-54 tahun adalah usia yang berada pada tahap perkembangan

yang matang. Usia yang matang dalam befikir dan bertindak lebih mampu dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga karena keadaan fisik mereka masih bisa

dan tidak ada keterbatasan. Hasil pengamatan responden yang berada di usia

tersebut masih sanggup melakukan olahraga, melakukan aktivitas sehari-hari

tanpa bantuan orang lain, mampu menjawab pertanyaan peneliti, mampu bertanya

balik kepada peneliti dan sebagian besar masih sanggup untuk bekerja.

2. Hubungan Jenis Kelamin Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tugas

Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.14 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 28

responden yang berjenis kelamin laki-laki telah melaksanakan tugas kesehatan


101

keluarga dengan baik ada 1 responden (3,6%), 12 responden (42,8%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 15 responden (53,6%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM

yang berjenis kelamin perempuan dari 39 responden ada 8 responden (20,5%)

telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 8 responden (20,5%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 23 responden (59,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,837 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara faktor jenis kelamin dengan tugas kesehatan keluarga. Menurut

teori kebanyakan perempuan yang menderita Diabetes Mellitus dibandingkan

laki-laki, karena perempuan memiliki peluang lebih besar dalam peningkatan IMT

dari siklus bulanan dan post menopause sehingga lemak tubuh mudah

terakumulasi (Irawan, 2010). Mayoritas responden pada penelitian pasien

Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 adalah perempuan

(60,4%). Hal ini dikarenakan perempuan memiliki trigliserida yang lebih tinggi

dan juga aktivitas fisik yang lebih sedikit dibanding laki-laki (Sa’adah, 2016).

Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap tugas kesehatan

keluarga. Hal tersebut terjadi karena pada dasarnya tugas kesehatan tidak hanya

dilaksanakan oleh kaum laki-laki saja ataupun perempuan saja tetapi harus semua

juga terlibat didalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga tersebut. Pemberi

perawatan biasanya dilakukan oleh seorang perempuan karena perempuan

memiliki naluri yang lebih akan kasih sayang dalam merawat anggota keluarga

yang sakit. Tugas kesehatan keluarga tidak hanya berfokus pada perawatan saja

sehingga kaum laki-laki juga perlu melaksanakannya agar dapat bekerjasama


102

dengan baik dalam merawat sekaligus menerapkan tugas kesehatan didalam

keluarga. Berdasarkan data demografi mayoritas pekerjaan responden adalah ibu

rumah tangga, sehingga banyak yang menderita DM adalah perempuan.

3. Hubungan Pendidikan Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tugas

Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.15 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 5

responden yang tidak sekolah telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga

dengan cukup 1 responden (20,0%) dan 4 responden (80,0%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 25 responden yang

berpendidikan SD telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada

2 responden (8,0%), 7 responden (28,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga

cukup dan 16 responden (64,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang.

Penderita DM dari 14 responden yang berpendidikan SMP telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 1 responden (7,1%), 4 responden

(28,6%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 9 responden (64,3%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Penderita DM dari 18 responden

yang berpendidikan SMA telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan

baik ada 3 responden (16,7%), 7 responden (38,9%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 8 responden (44,4%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM yang berpendidikan

Perguruan Tinggi dari 5 responden ada 3 responden (60,0%) telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik, 1 responden (20,0%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga cukup dan 1 responden (20,0%) melaksanakan tugas

kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p =


103

0,013 (p value < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan antara faktor pendidikan

dengan tugas kesehatan keluarga. Menurut teori bahwa tingkat pendidikan dapat

mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin tinggi tingkat

pendidikan penderita, semakin tinggi jumlah penderita dan keluarga yang

melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik (Depkes, 2001). Penelitian

lain yang mendukung yaitu tentang pengaruh pendidikan terhadap perilaku

pencegahan penularan Tuberculosis, didapatkan hasil ada pengaruh atau hubungan

yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan penularan

penyakit TB Paru (p=0.000) hasil tersebut juga menunjukkan ada perbedaan

perilaku diantara jenjang pendidikan (Zuliana, 2007). Sejalan dengan penelitian

lain yang menyatakan bahwa mayoritas reponden berpendidikan Tamat SD

kurang mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga dalam merawat penderita

TBC (Trirahayu, Dwidiyanti, & Muin, 2016). Penderita yang berpendidikan tinggi

akan semakin mengerti untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam

perawatan kesehatan didalam keluarga. Tingkat pendidikan akan membantu

seseorang untuk lebih mudah menangkap dan memahami informasi serta

pengambilan sikap dalam menentukan kesehatan dirinya sendiri dan keluarganya.

Pendidikan yang rendah membuat penderita sulit untuk mengontrol kesehatan

dirinya dan keluarga sehingga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga juga

kurang. Hasil observasi banyak keluarga yang mayoritas berpendidikan rendah,

mereka kurang dalam menggali infomasi terkait DM karena rasa ingin tau dari

keluarga kurang dibandingkan keluarga yang berpendidikan tinggi. Keluarga yang

berpendidikan tinggi mereka akan mencari-cari informasi sebanyak mungkin

dengan cara bertanya kepada petugas kesehatan, menambah ilmu dengan ikut
104

sosialisasi, penyuluhan kesehatan dan aktif di kegiatan posyandu, posbindu

sedangkan keluarga yang berpendidikan rendah mereka cenderung diam dan malu

untuk bertanya. Saat pelaksanaan penelitian mayoritas yang bertanya kepada

peneliti mengenai penelitian ini dan tentang penyakit DM adalah keluarga dengan

pendidikan tinggi.

4. Hubungan Pekerjaan Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tugas

Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.16 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 3

responden yang tidak bekerja kurang dalam melaksanakan tugas kesehatan

keluarga ada 3 responden (100,0%). Pada Penderita DM dari 12 responden yang

bekerja sebagai petani telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik

ada 1 responden (8,4%), 4 responden (33,3%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga cukup dan 7 responden (58,3%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga

kurang. Penderita DM dari 18 responden yang bekerja sebagai pedagang/

wiraswasta telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2

responden (11,2%), 8 responden (44,4%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga

cukup dan 8 responden (44,4%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang.

Penderita DM dari 4 responden yang bekerja sebagai PNS telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (50,0%), 1 responden

(25,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 1 responden (25,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang . Sedangkan pada penderita DM

sebagai Ibu rumah tangga dari 30 responden telah melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dengan baik ada 4 responden (13,3%), 7 responden (23,3%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 19 responden (63,4%)


105

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,936 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara faktor pekerjaan dengan tugas kesehatan keluarga. Menurut teori

jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM, karena pekerjaan

seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Kecenderungan situasi

pekerjaan akan menimbulkan masalah kesehatan karena dengan situasi kerja akan

terjadi kesibukan dalam pekerjaan sehingga seseorang cenderung memilki waktu

yang terbatas untuk merawat anggota keluarganya (Soekidjo, 2012). Pekerjaan

merupakan salah satu indikator kesejahteraaan keluarga. Keluarga dengan status

ekonomi rendah akan mempengaruhi kesehatan keluarga. Penghasilan keluarga

merupakan aspek penting yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Semakin

tinggi status ekonomi maka semakin tinggi kemampuan keluarga dalam

memberikan dukungan pada anggota keluarga (Trirahayu et al., 2016). Data

penelitian menunjukkan kebanyakan responden adalah kelompok tidak bekerja

dan berjenis kelamin perempuan. Kelompok ini adalah ibu rumah tangga.

Kelompok tidak bekerja belum tentu memiliki aktivitas fisik yang rendah

dibandingkan yang bekerja. Ibu rumah tangga justru melakukan berbagai aktivitas

seperti menyapu, memasak dan mencuci. Tugas kesehatan keluarga tidak ada

hubungan dengan pekerjaan karena pekerjaan tidak menjadi patokan seseorang

dapat melaksanakan tugas tesebut. Karena kesibukan bekerja seseorang akan lupa

dengan kesehatannya, termasuk merawat anggota keluarga baik yang sakit

maupun yang tidak untuk meningkatkan kesehatannya.


106

5. Hubungan Lama Menderita Diabetes Mellitus Pada Penderita Dengan

Tugas Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.17 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 39

responden yang lama menderita DM < 6 tahun telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 6 responden (15,4%), 12 responden (30,8%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 21 responden (53,8%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM

yang menderita DM > 6 tahun dari 28 responden ada 3 responden (10,7%) telah

melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik, 8 responden (28,6%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 17 responden (60,7%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,538 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara faktor lama menderita Diabetes Mellitus dengan tugas kesehatan

keluarga. Seseorang yang sudah lama menderita DM mampu merespon terhadap

penyakitnya dengan rajin melakukan pengobatan dan pencegahan terjadinya

komplikasi, rata-rata responden pada penelitian ini lama menderita DM yakni 6

tahun (Sa’adah, 2016). Penderita DM dengan durasi lebih lama memiliki self care

yang lebih baik dibandingkan dengan penderita yang memiliki durasi lebih

pendek. Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki pengalaman

dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku perawatan diri yang

lebih baik. Seseorang yang telah didiagnosis dengan diabetes bertahun-tahun

dapat menerima diagnosis penyakitnya dan rejimen pengobatannya, serta

memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap penyakitnya dengan mengintegrasikan

gaya hidup baru dalam kehidupan mereka sehari-hari (Fatimah, 2016). Seseorang
107

menjelaskan lama menderita DM pada saat diagnosa ditegakkan kenyataannya

bahwa tidak memberikan gambaran tentang lamanya menderita DM, padahal

mungkin saja penyakit diabetes sudah terjadi sebelumnya namun penderita tidak

tau karena belum timbul gejala yang signifikan dari DM. Pada kenyataannya

orang dengan lebih pendek durasi menderita DM lebih tidak dapat melaksanakaan

tugas kesehatan dengan baik. Faktor yang mendorong penderita dan keluarga

tidak bisa menjalankan yaitu keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan.

Keluarga mengatakan bahwa penyakit yang diderita baru tau dalam jangka dekat

karena melakukan pemeriksaan lengkap di RS ketika akan menjalankan tindakan

medis lain yang memerlukan tes laborat lengkap. Sebenarnya, mungkin saja

penyakit tersebut sudah muncul sudah lama tetapi tidak diketahui karena tidak

timbul gejala-gejala yang menunjukkan diabet.

5.2.3 Hubungan Faktor Keluarga Dalam Melaksanakan Tugas Kesehatan

Keluarga

1. Hubungan Tipe Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tugas

Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.18 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 11

responden yang memiliki tipe keluarga nuklear family telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (18,2%), 1 responden (9,1%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 8 responden (72,7%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 34

responden yang memiliki tipe keluarga extended family telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 5 responden (14,7%), 16 responden (47,1%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 13 responden (38,2%)


108

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Penderita DM dari 5 responden

yang memiliki tipe keluarga dyad/ tanpa anak telah melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dengan baik ada 1 responden (20,0%), 2 responden (40,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 2 responden (40,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan pada penderita DM

yang memiliki tipe keluarga lansia dari 17 responden telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 1 responden (5,9%), 1 responden (5,9%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 15 responden (88,2%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,137 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara tipe keluarga dengan tugas kesehatan keluarga. Indonesia

memiliki kekerabatan keluarga yang erat yang dibuktikan dengan adanya

kebiasaan salah satu anggota keluarga menemani anggota keluarganya yang sakit

(Damayanti dkk, 2014). Hasil penelitian lain diperoleh bahwa hubungan anggota

keluarga terbanyak adalah berasal dari pasangan baik suami/ istri (pernikahan)

sebanyak 22 orang dari 38 orang responden (Ferawati, 2014). Tipe keluarga tidak

memiliki pengaruh yang besar terhadap tugas kesehatan keluarga. Hal tersebut

terjadi karena pada dasarnya tugas kesehatan tidak hanya dilaksanakan pada

keluarga kecil atau keluarga besar. Semua tipe keluarga bisa melaksanakan tugas

tersebut sesuai kemampuan yang mereka miliki. Hasil diatas menerangkan bahwa

tipe keluarga lansia lebih banyak tidak bisa melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dipicu oleh faktor usia dan juga pengetahuan keluarga. Lansia cenderung

memiliki pengetahuan yang kurang dan lebih sulit untuk menjaga kesehatannya

karena kurang aktivitas fisik serta lansia memiliki prinsip nilai sendiri tentang
109

penyakitnya. Lansia di wilayah Driyorejo banyak yang hanya tinggal berdua

dengan istri/ suami saja, anaknya merantau untuk bekerja. Lansia tidak

mendapatkan perhatian yang lebih akan kesehatannya dan aktivitasnya juga

menurun, jika dalam keadaan darurat barulah anak membawa orang tuanya

berobat. Sehingga peran dalam menjalankan tugas kesehatan juga tidak bisa

dilakukan dengan optimal.

2. Hubungan Tahap Perkembangan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus

Dengan Tugas Kesehatan Keluarga

Hasil penelitiann Tabel 5.19 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 16

responden yang berada di tahap perkembangan keluarga VI telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 4 responden (25,0%), 5 respondreen

(31,2%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 7 responden (43,8%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 22

responden yang berada di tahap perkembangan keluarga VII telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 3 responden (13,6%), 7 responden

(35,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 12 responden (31,6%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan Penderita DM dari 29

responden yang berada di tahap perkembangan keluarga VIII telah melaksanakan

tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (22,2%), 8 responden

(40,0%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 19 responden (50,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,097 (p value > 0,05) maka disimpulkan tidak ada

hubungan antara tahap perkembangan keluarga dengan tugas kesehatan keluarga.

Menurut Stanley (2005) masa lansia adalah periode dimana terjadi berbagai
110

macam kemunduran fungsi organ sehingga meningkatkan resiko untuk terkena

berbagai macam penyakit. Hal inilah menyebabkan penyakit diabetes melitus

mayoritas terjadi pada masa lansia. Sejalan dengan hasil penelitian lain dari 106

responden menunjukan tahap perkembangan keluarga yang mendominasi adalah

lansia (41,5%) (Amelia, Nurchayati, & Veni Elita, 2014). Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan pengaturan hidup yang

memuaskan, menyesuaikan diri terhadap pendapatan yang menurunkan,

menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan

keluarga antar generasi, meneruskan upaya memahami eksistensi

mereka/penelaahan dan integrasi hidup (Ali, 2009). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar penderita DM berusia lebih dari 60 tahun. Sehingga tahap

perkembangan yang dijalani adalah masa lansia. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara tugas kesehatan keluarga dengan tahap

perkembangan keluarga. Pada tahap perkembangan lansia keluarga biasanya

hanya terfokus pada perawatan kesehatan jika lansia sakit, sehingga tugas-tugas

kesehatan yang lain tidak di laksanakan. Sanak saudara juga kurang dalam

memperhatikan lansia, tidak pernah mengajak lansia kontrol gula darah rutin

karena terbatasnya biaya dan jarak rumah anak-anaknya jauh dari rumah

orangtuanya. Pada tahap perkembangan ini banyak lansia yang kurang puas dalam

hidupnya karena mereka memiliki penyakit yang tidak bisa sembuh dan bahkan

ada yang sudah sampai timbul komplikasi kronis lain yang membuat kehidupan

lansia tidak tenang karena terfikirkan dengan penyakit yang dideritanya.

Ketidakseimbangan psikologis lansia akan mempengaruhi kesehatan lansia, jika

psikologis lansia terganggu maka keluarga perlu untuk memberikan dukungan


111

kepada lansia tersebut. Lansia mengatakan bahwa dirinya ingin mendapatkan

perhatian dari anak-anak mereka.

3. Hubungan Penghasilan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Dengan

Tugas Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.20 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 38

responden yang memiliki penghasilan keluarga tiap bulan < 3.500.000 telah

melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (5,3%), 8

responden (21,1%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 28

responden (73,6%) melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan

pada Penderita DM dari 29 responden yang memiliki penghasilan keluarga tiap

bulan > 3.500.000 telah melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan baik ada

7 responden (24,1%), 12 responden (41,4%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga cukup dan 10 responden (34,5%) melaksanakan tugas kesehatan

keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman menunjukkan nilai p = 0,001 (p

value < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan antara penghasilan keluarga

dengan tugas kesehatan keluarga. Menurut teori Friedman (2010) status sosial

ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat

kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang

enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya (Friedman,

2010). Keluarga dengan tingkat penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan

kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan dengan

penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan

kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya

yang dikeluarkan dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan. Dalam hal ini
112

keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam

meningkatkan status kesehatan keluarga dan perkembangan seseorang (Soekidjo,

2012). Keluarga dengan tingkat penghasilan tinggi akan lebih memanfaatan

pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibandingkan

dengan penghasilan rendah. Penghasilan keluarga merupakan aspek penting yang

mempengaruhi kehidupan keluarga. Semakin tinggi status ekonomi maka semakin

tinggi kemampuan keluarga dalam memberikan dukungan pada anggota keluarga.

Penderita DM yang berada diwilayah kerja Puskesmas Driyorejo yang memiliki

sosial ekonomi tinggi lebih bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keluarga

sering memeriksakan penderita DM untuk kontrol gula darah setiap bulan,

membelikan obat-obatan penurun gula darah secara herbal, mengingatkan minum

obat dan bahkan ada sebagian yang sudah mampu untuk memisahkan makanan

dan minuman penderita DM dengan yang tidak DM. Keluarga memberikan

makanan khusus untuk penderita DM dengan gula jagung, memberikan porsi

makan yang sedikit karbohidrat, rendah gula banyak protein dan vitamin.

Sedangkan pada keluarga yang sosial ekonomi rendah mereka jarang

memeriksakan anggota keluarga ke pelayanan kesehatan, tidak memisahkan

makanan penderita DM dan tidak DM, kontrol gula darah kadang 3 bulan sekali,

hanya saat kambuh baru keluarga memeriksakan ke pelayanan kesehatan.

4. Hubungan Pengetahuan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Dengan

Tugas Kesehatan Keluarga

Hasil penelitian Tabel 5.21 menunjukkan bahwa Penderita DM dari 12

responden yang memiliki pengetahuan tinggi telah melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dengan baik ada 5 responden (41,7%), 4 responden (33,3%)


113

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup 3 responden (25,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Pada Penderita DM dari 24

responden yang memiliki pengetahuan cukup telah melaksanakan tugas kesehatan

keluarga dengan baik ada 2 responden (8,3%), 10 responden (41,7%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 12 responden (50,0%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Sedangkan Penderita DM dari 32

responden yang memiliki pengetahuan rendah telah melaksanakan tugas

kesehatan keluarga dengan baik ada 2 responden (6,5%), 6 responden (19,4%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga cukup dan 23 responden (74,2%)

melaksanakan tugas kesehatan keluarga kurang. Berdasarkan Hasil spearman

menunjukkan nilai p = 0,001 (p value < 0,05) maka disimpulkan ada hubungan

antara pengetahuan keluarga dengan tugas kesehatan keluarga. Pengetahuan

merupakan hasil pengindraan seseorang terhadap suatu objek tertentu melalui

penglihatan ataupun pendengaran (Soekidjo, 2012). Orang dengan pengetahuan

tinggi lebih mudah memahami perilaku kesehatan dibandingkan dengan orang

dengan tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan yang dimiliki responden

mengenai diabetes dan penatalaksanaanya akan menimbulkan kesadaran bagi

mereka dan akhirnya akan menyebabkan mereka berperilaku sesuai dengan apa

yang mereka ketahui (Amelia et al., 2014). Pengetahuan merupakan salah satu

pendorong seseorang untuk merubah perilaku atau mengadopsi perilaku baru.

Anggota keluarga yang berpengetahuan tinggi/memadai tentang Diabetes melitus,

diharapkan dapat melaksanakan tugas merawat penderita Diabetes melitus. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menunjukkan adanya

hubungan pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam perawatan DM


114

di Desa Pamongan Kecamatan Guntur Demak (Rahayu, Putri, & Utami, 2018).

Keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi lebih bisa melaksanakan tugas

kesehatan keluarga karena mereka terpapar infomasi kesehatan dengan baik, lebih

bisa menerapkan perilaku kesehatan dengan benar dan mampu merawat dirinya

sendiri dan keluarga dengan baik. Keluarga dengan pengetahuan tinggi akan lebih

bisa dalam menangani penderita diabetes mellitus jika menimbulkan keluhan dan

harus mendapatkan penangan seperti apa saat terjadi komplikasi ataupun

kegawatan. Keluarga di wilayah Driyorejo sering mengikuti kegiatan posyandu,

posbindu dan prolanis yang diadakan oleh Puskesmas Driyorejo, dari situ mereka

mendapatkan tambahan ilmu kesehatan, sebagai sumber informasi kesehatan dan

bisa bertukar infomasi atau pendapat mengenai penyakit DM mulai dari

penanganannya, diit, komplikasi-komplikasinya dan pencegahannya.

5.3 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya

belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:

1. Peneliti mendapatkan data penelitian tentang tugas kesehatan keluarga

melalui kuisioner sehingga ada kemungkinan responden menjawab

pertanyaan dengan tidak jujur.

2. Peneliti tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

tugas kesehatan keluarga seperti sikap, keyakinan, kepercayaan dan nilai-

nilai tradisi.
115

3. Peneliti tidak mengategorikan untuk responden keluarga, sehingga ada

kemungkinan bahwa data tingkat pengetahuan kurang relevan berhubungan

dengan tugas kesehatan keluarga.


BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis

faktor individu dan keluarga terhadap tugas kesehatan keluarga yang sudah

dilaksanakan keluarga penderita Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas

Driyorejo Kabupaten Gresik dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar keluarga kurang dalam melaksanakan tugas kesehatan

keluarga pada penderita Diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas

Driyorejo Kabupaten Gresik.

2. Hubungan faktor individu dengan tugas kesehatan keluarga dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes melitus di

wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik yang memiliki

hubungan adalah faktor usia dan faktor pendidikan.

3. Hubungan faktor keluarga dengan tugas kesehatan keluarga dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga penderita Diabetes melitus di

wilayah kerja Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik yang memiliki

hubungan adalah faktor penghasilan keluarga dan faktor pengetahuan.

6.2 Saran

1. Bagi Penderita Diabetes melitus

Diharapkan penderita Diabetes melitus hendaknya mencari dukungan

keluarga untuk menjaga agar hidupnya tetap berkualitas, dukungan tersebut dalam

bentuk pengenalan tanda dan gejala, pengambilan keputusan tindakan

116
117

yang tepat, memberikan perawatan, mempertahankan suasana rumah yang sehat

serta menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga dapat membantu dalam proses penatalaksanaan

penyakit diabaetes mellitus dengan memberikan dukungan serta selalu

mengingatkan responden untuk menjaga pola makan sesuai diet diabetes, menjaga

pola hidup, mengkonsumsi obat diabet rutin, melakukan olahraga rutin bersama-

sama dan mengontrol gula darah penderita DM setiap bulan.

3. Bagi Puskesmas Driyorejo

Diharapkan Puskesmas Driyorejo dapat memasukkan intervensi tugas

kesehatan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit untuk diterapkan

dikeluarga pasien yang berobat di Puskesmas Driyorejo agar penyakit kronis yang

di alami pasien tidak kambuh kembali sehingga derajat kesehatan keluarga dapat

terpenuhi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti yang akan datang dapat menggunakan data yang ada

untuk melakukan penelitian selanjutnya. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya

agar menyempurnakan penelitian selanjutnya dengan menambahkan atau meneliti

variabel - variabel lain yang memungkinkan dapat mempengaruhi tugas kesehatan

keluarga berupa perilaku manajemen diri Diabetes Mellitus, pengetahuan

perawatan kaki jika terjadi luka diabet dan menambah sampel penelitian agar

dapat mewakili polpulasi yang lebih besar.


118

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Amelia, M., Nurchayati, S., & Veni Elita. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keluarga Untuk Memberikan Dukungan Kepada Klien
Diabetes Mellitus Dalam Menjalani Diet. Universitas Riau, 1, 1–10.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Chairani, R. (2015). Modul Keperawatan Komunitas 1 Konsep Dasar


Keperawatan Komunitas. Jakarta: AIPHSS.

Erlinda, V. (2015). Penerapan model family-centered nursing terhadap


pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam pencegahan ISPA pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Besar Application
Of Family-Centered Nursing Model On The Execution Of Family He. Jurnal
Kedokteran Yarsi, 23(2), 165–186.

Fatimah. (2016). Hubungan Faktor Personal dan Dukungan Diabetes Mellitus di


Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun
2016. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ferawati. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dan Perilaku Pengelolaan


Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama
Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak. Universitas Tanjungpura,
205(1), 76–77. https://doi.org/10.1192/bjp.205.1.76a

Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan


Praktik (5th ed.). EGC.

Gibney, M. J., et al. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Harmoko. (2012). asuhan keperawatan keluarga. yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Huda, N. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan


Penggunaan SFE dalam Perawatan Luka Kaki Diabetes. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.

IDF. (2015). Prevalensi Indonesia di Dunia. (http://www.searo.who.int/indonesia/


topics/8-whd2016-diabetes-facts-and-numbers-indonesian.pdf): Di akses pada
tanggal 15 Oktober 2018 jam 16.00 WIB.

Jiwantoro, Y. A. (2017). Riset Keperawatan: Analisis Data Statistik


Menggunakan SPSS (1st ed.). Jakarta: Mitra Wacana Medika.

Kartika, S. W. (2013). Penuntun Praktis Asuhan Keperaatan Komunitas (1st ed.).


Jakarta: TIM.
119

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Diabetes Melitus Penyebab Kematian Nomor


6 Didunia. Retrieved from http://www.depkes.go.id

Komang, A. H. A. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (2nd


ed.). Jakarta: Sagung Seto.

Leslie, R. David, et al. (2012). Diabetes. London: Manson Publishing Ltd.

Lola, Ii. dkk. (2015). Tugas Kesehatan Keluarga Pada Anggota Keluarga Yang
Menderita Tb Paru. Universitas Lambung Mangkurat, 3(2), 34–45.

Nindya, A. S. (2018). Hubungan Faktor yang Dapat Dimodifikasi dan Tidak


Dapat Dimodifikasi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II pada Wanita
Lanjut Usia di Puskesmas Sering Kecamatan Tembung Medan Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara, (X), 1–5. https://doi.org/10.1007/s13398-014-
0173-7.2

Noval Sahputra. (2014). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit


Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral di Poliklinik Endokrin
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, 59–82.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Perkeni. (2011). No Title. Konsensus Pengendalian Dan Pencegahan Diabetes


Mellitus Tipe2 Di Indonesia 2011.

Potter, Perry, S. & H. (2011). Basic Nursing (7th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.

Pribadi, A. Y. E. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga pPasien dengan


Kepatuhan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di
Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara, (Dm), 13–52.

Rahayu, N. W., Putri, M., & Utami, S. (2018). Peningkatan Kemampuan Keluarga
dalam Merawat Klien Increasing Family Ability in According Clients Diabetes
Mellitus, 1(1), 24–28.

Rahma, S. (2015). Gambaran pengetahuan tentang perawatan luka dm pada


anggota keluarga pasien dm. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Ramadhan, M. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes


Mellitus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Unhas.

Rumahorbo, H. (2014). Mencegah diabetes mellitus dengan Perubahan Gaya


Hidup. Bogor: In Media.
120

Sa’adah, N. (2016). Hubungan Keyakinan Kemampuan Diri (Self-Efficacy)


Terhadap Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Sari, M. A. (2016). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II pada


Masyarakat Urban Kota Semarang(Studi Kasus di RSUD Tugurejo).

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. yogyakarta:


Graha Ilmu.

Soegondo, S & Sukardji, K. (2008). Hidup secara Mandiri dengan Diabetes


Mellitus Kencing Manis Sakit Gula. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Soekidjo, N. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (1st ed.).


Jakarta: Rineka Cipta.

Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes
Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cepat dan
Mudah. (Gramedia Pustaka Utama, Ed.). Jakarta.

Tandra, H. (2013). Life Healthy with Diabetes, Diabetes Mengapa & Bagaimana.
Yogyakarta: Andi Offset.

Trirahayu, K. E., Dwidiyanti, M., & Muin, M. (2016). Peningkatan Pelaksanaan


Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Perawatan TB Paru Melalui Paket
Pendidikan Manajemen Diri. Universitas Diponegoro, (1), 14–25.

Trisnawati, S. S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di


Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(1), 6–11. https://doi.org/10.1007/BF01254905

Wahit, I. M. et all. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi


(2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Zulfitri, R. (2014). Gambaran Pelaksanaan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga


Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai. Jurnal Ners Indonesia, 2(2), 109–115.
Retrieved from http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/view/2020.
121

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Amelia Kristina Merry Pitaloka

NIM : 171.1004

Program Studi : S-1 Keperawatan

Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 24 April 1996

Alamat : Jalan Kalimaya 1 12.G No.04 KBD - Gresik

Agama : Islam

Email : ameliapitaloka29@gmail.com

Riwayat Pendikan :

1. Lulus TK Aisyiyah Waru Sidoarjo Tahun 2002

2. Lulus SD Negeri Petiken III Driyorejo Tahun 2008

3. Lulus SMP Negeri 1 Driyorejo Tahun 2011

4. Lulus SMA Negeri 1 Driyorejo Tahun 2014

5. Lulus D-III Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya Tahun 2017


122

Lampiran 2

“MOTTO “
Usaha kanti sabar, tawakal lan belajaro Kanti nrimo ing pandum.
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang
disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak
akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

“PERSEMBAHAN”
Alhamdulillah ya ALLAH kupanjatkan atas segala nikmat, hidayah, dan
kekuatan yang telah kau beri untuk hamba sehingga hamba mampu
menyelesaikan Skripsi ini.

......Kupersembahkan......
Kedua orang tuaku tercinta terimakasih atas do’a, materi dan pikiran
serta segalanya. Nasehatmu akan selalu mengiringi langkahku.
Keluarga serta saudara – saudara yang telah membantu dan
mendoakan kesuksesan penulisan Skirpsi ini.
Buat My Honey and Family thank you for all support.
Sahabat- sahabatku tercinta, terimakasih telah senantiasa memotivasi,
memberikan semangat dan saran kepada saya selama proses
pembuatan Skirpsi ini.
Teman – temanku yang saya sayangi, terimakasih selama proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini kalian yang sudah membantu dan
memberikan motivasi dan saran kepada saya.
123

Lampiran 3

SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA PENELITIAN


DARI STIKES HANG TUAH SURABAYA
124

SURAT IJIN PENELITIAN DARI BANKESBANGPOL


PROIVINSI JAWA TIMUR
125

SURAT IJIN PENGAMBILAN DATA PENELITIAN


DARI BAPPEDA KABUPATEN GRESIK
126

Lanjutan...
127

PERSETUJUAN ETIK
128

SURAT REKOMENDASI SETELAH PENELITIAN


DARI PUSKESMAS DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK
129

Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


INFORMATION FOR CONSENT

Kepada Yth. Masyarakat Keluarga Penderita Diabetes Mellitus calon


responden penelitian Di Kelurahan Randegansari dan Kelurahan Driyorejo.
Saya adalah Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya
akan mengadakan penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Faktor
Individu dan Keluarga Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes
Mellitus diwilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik”. Saya mengharapkan
tanggapan atau jawaban yang Anda berikan sesuai dengan yang terjadi pada
saudara sendiri tanpa ada pengaruh atau paksaan dari orang lain. Partisipasi
bersifat bebas dalam penelitian ini, artinya saudara ikut atau tidak ikut tidak ada
sanksi apapun, jika Saudara bersedia menjadi responden dan silahkan untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Informasi atau
keterangan yang Saudara berikan dijamin kerahasiaannya dan akan digunakan
untuk kepentingan ini saja. Apabila penelitian ini telah selesai, pernyataan
Saudara akan kami hanguskan.

Yang menjelaskan, Yang dijelaskan,

Amelia Kristina Merry Pitaloka


Nim 171.1004
130

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk ikut berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi S1
Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya atas nama:
Nama : Amelia Kristina Merry Pitaloka
NIM : 171.1004
Yang berjudul “Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap Tugas Kesehatan
Keluarga Penderita Diabetes Mellitus diwilayah Kerja Puskesmas Driyorejo
Gresik”.
1. Saya telah diberi informasi atau penjelasan tentang penelitian ini dan informasi
peran saya.
2. Saya mengerti bahwa catatan tentang penelitian ini dijamin kerahasiaannya.
Semua berkas yang mencantumkan identitas dan jawaban yang saya berikan
hanya diperlukan untuk pengolahan data.
3. Saya mengerti bahwa penelitian ini akan mendorong pengembangan tentang
“Analisis Faktor Individu dan Keluarga Terhadap Tugas Kesehatan Keluarga
Penderita Diabetes Mellitus diwilayah Kerja Puskesmas Driyorejo Gresik”.

Oleh karena itu saya secara sukarela menyatakan ikut berperan serta dalam
penelitian ini. Tanda tangan saya di bawah ini, sebagai bukti kesediaan saya
menjadi responden penelitian.

Tanggal

Nama Responden

Tanda Tangan
131

Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN

“ANALISIS FAKTOR INDIVIDU DAN KELUARGA TERHADAP


TUGAS KESEHATAN KELUARGA PENDERITA DIABETES
MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DIYOREJO KABUPATEN GRESIK”

No Kode Responden (di isi peneliti) :


Tanggal Pengisian :
Petunjuk Pengisian :
1. Lembar diisi oleh responden.
2. Berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan.
3. Kolom kode tetap dibiarkan kosong.
4. Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti.
5. Mohon diteliti ulang agar tidak ada pertnyaan yang terlewatkan.

I. Data Demografi Kode

1. Jenis Kelamin :
Laki- laki
Perempuan

2. Usia anda sekarang : ............ tahun

3. Pendidikan terakhir :

Tidak Sekolah

SD/ sederajat

SMP/ sederajat

SMA/ sederajat

Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan :

Tidak bekerja

Petani
132

Pedagang/ Wiraswasta

PNS

Ibu rumah Tangga

5. Sudah berapa lama anda terkena penyakit Diabetes Mellitus ?

< 6 tahun

> 6 tahun

6. Apa tipe keluarga anda ?


Nuclear Family (ayah, ibu, anak)

Extended Family (ayah, ibu, anak, kakek, nenek,


paman,bibi dst)

Dyad Family (suami, istri tanpa anak)

Keluarga Lanjut Usia (suami istri usia >60 th tanpa anak


tinggal serumah)

7. Tahap perkembangan keluarga anda ?

Tahap I (keluarga baru menikah)

Tahap II (keluarga dengan anak tertua


usia bayi 0-36 bulan)

Tahap III (keluarga dengan anak tertua


usia pra-sekolah 3-5 tahun)

tahap IV (keluarga dengan anak tertua


usia sekolah 6-12 tahun)

Tahap V (keluarga dengan anak tertua


Usia remaja 13-20 tahun)

Tahap VI (keluarga dengan salah satu anak


tidak tinggal dirumah/ tinggal dirumah)

Tahap VII (keluarga dengan semua anak


pergi meninggalkan rumah)

Tahap VIII (keluarga pasangan lansia >60tahun)


133

8. Berapa penghasilan Keluarga dalam satu bulan ?

< 3.500.000

> 3.500.000

9. Apakah keluarga memiliki asuransi kesehatan ?

BPJS

JKN

Kartu sehat

Lainnya sebutkan, .................

10. Jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berapa kilo meter?

< 1km

> 1km
134

Lampiran 7

ii. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes


Petunjuk pengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling tepat
dan benar dengan memberikan tanda ( X ) pada jawaban yang disediakan.

1. Apakah pengertian dari diabetes melitus adalah ?


a. Suatu penyakit yang banyak diderita oleh lansia
b. Suatu penyakit tidak menular dan dapat disembuhkan
c. Suatu penyakit dengan keadaan kadar gula darah melebihi normal yang
memerlukan pengobatan dan penanganan seumur hidup
d. Penyakit diamana terjadi penurunan kadar gula dalam darah dibawah batas
normal

2. Apa saja faktor penyebab penyakit diabetes melitus yang tidak dapat diubah
adalah ?
a. Faktor keturunan, usia dan jenis kelamin
b. Faktor stress, keturunan dan obesitas
c. Merokok dan alkohol
d. Stress dan pola hidup

3. Apa saja faktor penyebab penyakit diabetes melitus yang dapat diubah
adalah ?
a. Faktor keturunan dan pola hidup yang salah
b. Obesitas, tekanan darah, pola hidup, dan merokok
c. Faktor stress, merokok dan keturunan
d. Aktivitas fisik, kegemukan dan keturunan

4. Bagaimana tanda dan gejala awal dari penyakit diabetes mellitus adalah ?
a. Luka sulit disembuhkan
b. Mudah lapar dan sering haus
c. Berkeringat berlebihan
d. Mual dan muntah

5. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul dalam jangka panjang adalah,
kecuali ?
a. Sering kencing malam hari
b. Mata kabur, sering ganti kacamata
c. Kesemutan dan kulit terasa panas seperti ditusuk-tusuk jarum
d. Timbul luka di kaki yang tidak kunjung sembuh

6. Apa saja efek jangka pendek atau komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit diabetes mellitus ?
a. Mudah lelah dan sering mengantuk
b. Penyakit jantung koroner dan gagal ginjal
c. Demam dan pusing
d. Kesemutan dan mati rasa di bagian kaki
135

7. Apa saja efek jangka panjang atau komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol, kecuali ?
a. Luka di kaki lama sembuh
b. Penyakit jantung koroner dan gagal ginjal
c. Mudah lelah dan sering mengantuk
d. Kerusakan sistem saraf biasanya di kaki terjadi mati rasa

8. Bagaimana hasil pemeriksaan kadar gula darah yang tidak normal, kecuali ?
a. Apabila pemeriksaan kadar gula darah sesaat atau sewaktu-waktu langsung
diperiksa kurang dari 200 mg/dl
b. Apabila pemeriksaan kadar gula darah sesaat atau sewaktu-waktu langsung
diperiksa lebih dari 200 mg/dl
c. Apabila 2 jam setelah makan, kadar gula darah lebih dari 180 mg/dl
d. Apabila diperiksa kadar gula darah didahului dengan puasa, hasilnya lebih
dari 126 mg/dl

9. Apakah tujuan dari melakukan diet dan pengaturan makanan bagi penderita
diabetes mellitus ?
a. Menjaga agar kadar gula darah berada diatas normal
b. Menjaga agar gula darah berada dalam batas normal
c. Menjaga agar gula darah berada dibawah normal
d. Menjaga agar gula darah tetap berada diatas 200 mg/dl

10. Hal apakah yang paling penting untuk dilakukan bagi penderita DM untuk
pengaturan makanan ?
a. Mengurangi bahan makanan yang mengandung serat dan vitamin seperti
buah dan sayur-sayuran
b. Memakan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak seperti nasi,
gula, daging, minyak, dll
c. Mengurangi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak seperti
nasi, gula, daging, minyak, dll
d. Mengurangi semua sumber makanan

11. Apakah manfaat melakukan olah raga secara teratur untuk penderita
diabetes mellitus, kecuali ?
a. Dapat menyembuhkan penyakit diabetes mellitus
b. Mengurangi resiko komplikasi penyakit diabetes
c. Mempertahankan kadar gula darah dalam batas normal dan mengurangi
resiko penyakit jantung koroner
d. Mempertahankan agar kadar gula tetap berada diatas 200 mg/dl

12. Berikut ini yang merupakan cara terbaik melakukan olah raga pada
penderita diabetes mellitus adalah?
a. Melakukan olah raga ringan sebulan sekali
b. Melakukan olah raga ringan setahun sekali
c. Melakukan olah raga ringan secara teratur minimal 3-4 kali dalam seminggu
d. Melakukan olah raga berat (fitness, meraton) setiap hari
136

13. Bagaimanakah cara mengatasi gejala dari hipoglikemia (gula darah kurang/
dibawah normal) tandanya lelah, pusing, pucat gemetar dll ?
a. Minum air gula
b. Minum air putih
c. Istirahat yang cukup
d. Makan permen yang kecut

14. Apa yang anda lakukan ketika anda merasa gejala yang anda alami tidak
membaik atau tidak teratasi ?
a. Mengurangi konsumsi obat
b. Menghentikan konsumsi obat
c. Menambah konsumsi obat selain obat diabetes
d. Tetap mengkonsumsi obat

15. Apa yang anda lakukan ketika gejala dari hiperglikemia (gula darah naik/
diatas normal) tandanya ?
a. Segera meminum obat diabet/ suntik insulin
b. Membawa ke pelayanan kesehatan segera
c. Meminum teh manis
d. Memakan permen

Keterangan Skor : Kategori tingkat pengetahuan keluarga


a. ≥=75% : Tinggi
Pernyataan
 Jawaban benar skor 1 b. 56-74% : Cukup
 Jawaban salah skor 0 c. ≤=55% : Rendah
Skoring ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
P = Prosentase
n = Jumlah skor maksimal f
f = Jumlah jawaban yang benar
P = ─ X 100%
n
137

Lampiran 8

 Tugas Kesehatan Keluarga Penderita Diabetes Mellitus


Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah Pertanyaan di bawah dengan seksama
2. Berilah tanda Cheklist ( ) pada salah satu jawaban yang menurut Bapak/
Ibu tepat

Tidak
NO Pernyataan Selalu Sering Jarang
Pernah
Keluarga mampu mengenal masalah
Keluarga mengetahui jika salah satu anggota
1
keluarga menderita Diabetes Mellitus
Keluarga mengetahui penyebab dari DM yang
2
terjadi pada anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengetahui tanda dan gejala dari
3 Diabetes Mellitus salah satunya sering
kencing, mudah haus dan cepat lelah
Keluarga mengetahui pengobatan yang harus
4 dilakukan untuk menstabilkan gula darah
penderita Diabetes Mellitus
Keluarga mampu mengambil keputusan yang Selalu Tidak
Sering Jarang
tepat Pernah
Kepala keluarga berperan penting dalam
5 mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan dalam keluarga
Keluarga tidak yakin tindakan pengobatan
yang keluarga pilih dapat mencegah
6
komplikasi-komplikasi penyakit Diabetes
Mellitus
Keputusan keluarga untuk berobat dan kontrol
7 rutin adalah pelayanan medis (Puskesmas,
Rumah Sakit)
Keluarga segera membawa ke pelayanan
kesehatan terdekat dari rumah jika anggota
8 keluarga yang sakit Diabetes Mellitus timbul
gejala pusing, mata berkunang-kunang sampai
kejang karena gula darah rendah
Selalu Tidak
Keluarga mampu merawat Sering Jarang
Pernah
Keluarga aktif mencari informasi tentang
9
perawatan penyakit Diabetes Mellitus
Keluarga memeriksakan gula darah penderita
10
Diabetes Mellitus setiap bulan rutin
Keluarga selalu mengingatkan penderita
11 Diabetes Mellitus untuk jadwal minum obat
setiap hari
138

Keluarga memisahkan makanan untuk


penderita Diabetes Mellitus dan yang tidak
12
Diabetes Mellitus (memberikan minum dan
makan rendah gula)
Selalu Tidak
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan Sering Jarang
Pernah
Keluarga memberikan lingkungan yang
13 nyaman dan tidak berisik untuk dapat
beristirahat
Keluarga tidak pernah mengajak klien untuk
14
berolah raga bersama
Keluarga membuat jadwal khusus untuk
15
membersihkan seluruh bagian rumah
Keluarga memfasilitasi untuk penataan obat-
16
obatan disamping tempat tidur klien
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas Tidak
Selalu Sering Jarang
kesehatan Pernah
Keluarga membiasakan diri sendiri maupun
17 didalam keluarga untuk memeriksakan gula
darah setiap 1 bulan sekali
Keluarga sesegera mungkin membawa
penderita diabetes ke pelayanan kesehatan
18
saat terjadi keluhan hipoglikemi seperti pucat,
pusing dan gemetaran
Keluarga tidak pernah membawa penderita
19
DM berobat ke pelayanan kesehatan terdekat
Keluarga membawa anggota keluarga yang
20 sakit ke fasilitas kesehatan yang terdekat dari
rumah

Penilaian :
a. Item positif : Selalu (4), Sering (3), Jarang (2), Tidak Pernah (1)
b. Item negatif : Selalu (1), Sering (2), Jarang (3), Tidak Pernah (4)
Keterangan :

P = Prosentase Rumus :

f = Jumlah jawaban yang benar f


P = ─ X 100%
n = Jumlah skor maksimal
n
Kategori tugas kesehatan keluarga
i. 76% - 100% : Baik
ii. 56% - 75% : Cukup
iii. ≤=55% : Kurang
139

Lampiran 9

A. Data Umum

Tahap
Kode Jenis Pendidi Lama Tipe Jarak
Usia Pekerjaan Perkembangan Penghasilan Asuransi
Responden Kelamin kan DM Keluarga Yankes
Keluarga
1 3 2 1 5 1 2 8 1 1 2
2 2 1 2 3 2 2 6 2 1 1
3 3 2 2 2 1 2 7 1 1 2
4 2 2 4 5 1 2 7 1 1 2
5 1 2 4 5 2 2 7 2 2 1
6 3 1 2 2 1 4 8 1 1 2
7 2 2 3 2 1 4 7 2 2 2
8 3 2 4 3 1 4 8 1 4 2
9 3 2 3 5 1 4 8 1 1 1
10 2 2 5 5 1 2 7 2 1 2
11 3 1 4 3 1 2 8 1 1 1
12 1 2 3 5 2 2 6 2 1 2
13 3 2 2 5 2 3 8 1 1 1
14 3 1 2 2 1 3 8 1 1 1
15 3 1 4 2 2 2 8 2 1 2
16 3 2 4 5 1 2 8 2 1 1
17 1 2 4 5 2 2 7 1 1 2
18 2 2 3 5 1 1 7 1 3 1
19 3 2 4 5 1 2 6 1 1 2
20 2 2 4 4 2 4 6 2 1 2
140

21 3 1 3 2 2 2 8 1 1 2
22 2 2 2 5 1 4 8 1 1 2
23 3 1 2 1 1 4 8 1 1 1
24 3 1 4 3 1 2 8 2 1 2
25 2 1 2 1 1 1 6 1 1 2
26 3 2 2 5 2 1 6 2 1 1
27 3 2 4 5 1 1 7 1 1 2
28 2 1 3 3 1 2 8 2 1 1
29 3 2 2 5 2 2 8 1 1 2
30 2 1 4 3 2 2 6 1 1 2
31 3 2 3 5 2 4 8 1 1 2
32 2 2 3 5 1 4 8 1 1 2
33 2 2 2 5 1 2 8 2 1 2
34 1 1 4 3 1 2 7 2 1 1
35 3 1 3 1 2 4 6 2 3 2
36 3 2 2 5 1 2 8 1 1 1
37 3 2 2 5 2 4 8 1 1 2
38 3 2 2 5 2 4 7 1 4 2
39 2 2 1 5 2 4 8 1 1 1
40 1 2 4 5 1 2 6 2 1 1
41 2 2 4 5 1 2 7 2 1 2
42 3 1 5 3 2 1 8 2 1 1
43 2 1 2 3 1 1 6 2 1 1
44 3 1 3 2 2 2 6 2 1 1
45 2 1 3 3 1 2 8 1 1 1
46 3 1 4 4 1 3 8 2 1 1
47 3 2 3 5 2 4 6 1 1 2
141

48 3 2 2 5 2 4 6 1 2 2
49 3 1 4 3 1 2 7 1 1 2
50 2 1 1 2 1 2 7 2 1 2
51 3 1 2 4 2 3 7 1 1 1
52 1 2 5 2 1 1 8 2 1 1
53 2 2 4 3 1 4 8 2 1 2
54 3 1 2 3 1 4 8 2 1 2
55 1 2 5 3 1 3 6 1 1 1
56 2 2 3 5 1 2 7 1 1 2
57 2 2 3 5 2 2 7 1 1 1
58 1 1 2 3 2 2 7 1 1 2
59 2 1 2 5 1 1 7 1 1 1
60 3 1 1 2 2 2 7 2 4 1
61 1 2 5 4 1 2 7 2 1 1
62 3 1 1 2 1 2 8 1 1 2
63 3 2 2 5 2 1 6 2 4 2
64 1 2 2 3 1 2 8 2 1 2
65 3 2 3 2 2 1 7 1 1 1
66 1 1 2 3 2 1 6 1 4 2
67 2 1 2 3 2 2 7 2 1 2
142

Keterangan :

Usia : 1 = 45-54 tahun Lama DM : 1 = < 6 tahun

2 = 55-65 tahun 2 = > 6 tahun

3 = >65 tahun

Jenis Kelamin : 1 = laki-laki Pekerjaan : 1 = Tidak Bekerja

2 = Perempuan 2 = Petani

3 = Pedagang/Wiraswasta

Pendidikan : 1 = Tidak sekolah 4 = PNS

2 = SD 5 = Ibu rumah tangga

3 = SMP

4 = SMA Penghasilan : 1 = < 3.500.000

5 = Perguruan Tinggi 2 = > 3.500.000

Tipe Keluarga : 1 = Nuklear Family Tingkat Pengetahuan : 1= Rendah

2 = Extended Family 2= Cukup

3 = Keluarga Dyed 3= Tinggi

4 = Keluarga Lansia

Asuransi : 1 = BPJS Jarak Yankes : > 1 Km

2 = JKN < 1 Km

3 = Kartu Sehat

4= Tidak Punya
143

B. Data Khusus

1. Tingkat Pengetahuan

Total Presentase
Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 Kategori Koding
Skor %
1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 11 73 Cukup 2
3 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 8 53 Rendah 1
4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
5 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 6 40 Rendah 1
6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 11 73 Cukup 2
7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11 73 Cukup 2
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 13 87 Baik 3
11 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik 3
13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 11 73 Cukup 2
14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 10 67 Cukup 2
15 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 11 73 Cukup 2
17 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
18 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 11 73 Cukup 2
21 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
144

22 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 11 73 Cukup 2
23 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 7 47 Rendah 1
24 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 10 67 Cukup 2
25 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13 87 Baik 3
27 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 11 73 Cukup 2
29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
30 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11 73 Cukup 2
32 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
33 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 10 67 Cukup 2
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik 3
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 11 73 Cukup 2
36 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
37 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
38 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
39 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 11 73 Cukup 2
41 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 10 67 Cukup 2
43 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 93 Baik 3
45 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 11 73 Cukup 2
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 93 Baik 3
47 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
48 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 8 53 Rendah 1
145

49 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik 3
51 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 11 73 Cukup 2
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 93 Baik 3
53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 11 73 Cukup 2
54 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 10 67 Cukup 2
55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 11 73 Cukup 2
56 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
57 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
58 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13 87 Baik 3
59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 Baik 3
60 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
61 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 93 Baik 3
62 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 53 Rendah 1
63 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 11 73 Cukup 2
64 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 47 Rendah 1
65 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 10 67 Cukup 2
66 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 10 67 Cukup 2
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13 87 Baik 3

Pernyataan positif : Tingkat Pengetahuan : 1 = Rendah


iii. Jawaban benar skor 1 2 = Cukup
iv. Jawaban salah skor 0 3 = Tinggi
Pernyataan negatif : Jawaban benar skor 0 & Jawaban salah skor 1
146

2. Tugas Kesehatan Keluarga

Tot
Respon P P P P P P P P P P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P2 al Present Kateg Kodi
den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Sko ase % ori ng
r
Kuran
1 3 3 3 3 4 2 3 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 3 2 44 55 1
g
2 4 4 4 4 3 3 3 4 2 2 1 3 4 2 3 2 3 3 2 3 59 73,75 Cukup 2
Kuran
3 3 3 4 3 3 2 4 2 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 3 2 44 55 1
g
Kuran
4 3 3 2 3 3 2 3 3 1 1 2 1 2 1 3 2 2 2 2 3 44 55 1
g
5 4 4 4 4 4 3 4 3 2 1 2 1 3 1 3 3 3 4 2 4 59 73,75 Cukup 2
Kuran
6 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 2 2 3 1 4 2 2 44 55 1
g
7 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 3 4 1 3 60 75 Cukup 2
Kuran
8 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 3 2 1 1 3 3 3 44 55 1
g
Kuran
9 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 1 2 1 1 3 1 2 44 55 1
g
10 4 4 4 4 3 2 4 2 3 3 2 2 3 1 3 3 3 4 3 3 60 75 Cukup 2
Kuran
11 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 2 1 3 1 3 1 1 3 2 3 44 55 1
g
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 76 95 Baik 3
13 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 1 2 3 1 3 2 3 4 1 3 60 75 Cukup 2
Kuran
14 3 3 3 3 3 1 3 4 1 1 1 1 2 3 2 1 1 3 2 3 44 55 1
g
147

15 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 2 3 1 3 3 3 4 3 3 60 75 Cukup 2
Kuran
16 3 3 3 3 4 1 3 3 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 3 3 44 55 1
g
Kuran 1
17 3 3 2 2 4 1 3 3 1 1 2 1 2 3 3 1 1 3 3 2 44 55
g
Kuran
18 3 3 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 2 2 3 1 1 3 2 3 44 55 1
g
19 4 4 4 4 4 2 4 3 2 1 2 1 3 3 3 3 3 4 3 3 60 75 Cukup 2
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 78 97,5 Baik 3
Kuran
21 3 3 4 3 4 1 3 3 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 2 3 44 55 1
g
Kuran
22 3 3 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 2 1 3 2 1 3 2 3 44 55 1
g
Kuran
23 3 3 3 3 4 1 3 3 1 2 1 1 2 2 3 2 1 3 1 2 44 55 1
g
24 4 4 4 4 4 2 3 4 2 1 2 1 3 2 4 3 3 4 3 3 60 75 Cukup 2
Kuran
25 3 3 3 4 4 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 1 3 2 3 44 55 1
g
26 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78 97,5 Baik 3
Kuran
27 4 3 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 2 3 1 1 3 2 3 44 55 1
g
28 4 4 4 4 4 2 3 3 1 2 2 2 3 1 3 3 3 4 4 4 60 75 Cukup 2
Kuran
29 3 3 3 3 3 1 4 3 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 3 3 44 55 1
g
30 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 1 2 3 1 3 2 2 4 3 4 60 75 Cukup 2
Kuran
31 3 4 3 3 3 2 3 3 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 2 3 44 55 1
g
32 3 3 3 3 4 1 3 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 3 3 44 55 Kuran 1
148

g
33 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 2 2 4 1 3 2 1 4 1 4 59 73,75 Cukup 2
34 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 74 92,5 Baik 3
35 3 4 3 3 4 1 3 4 1 1 1 1 3 1 2 1 1 3 2 3 45 56,25 Cukup 2
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 100 Baik 3
Kuran
37 3 3 3 2 3 1 3 3 1 1 1 1 2 3 2 1 2 3 3 3 44 55 1
g
Kuran
38 3 3 3 3 2 1 2 3 1 1 1 1 3 1 2 3 2 3 3 3 44 55 1
g
Kuran
39 3 3 2 4 3 2 3 2 1 1 1 1 2 3 2 3 1 3 1 3 44 55 1
g
40 4 4 4 4 4 2 3 3 3 2 2 2 3 1 3 2 3 4 3 4 60 75 Cukup 2
41 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 1 4 3 3 4 3 4 71 88,75 Baik 3
Kuran
42 3 4 3 3 2 1 3 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 3 3 44 55 1
g
Kuran
43 4 3 3 4 3 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 1 2 2 3 44 55 1
g
44 4 4 4 4 4 2 3 3 2 1 3 2 4 1 3 3 2 4 3 4 60 75 Cukup 2
45 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 4 3 2 4 2 4 59 73,75 Cukup 2
Kuran
46 3 2 3 3 2 1 3 2 1 1 1 1 3 2 3 3 1 3 3 3 44 55 1
g
Kuran
47 3 3 4 3 3 1 3 2 1 1 1 1 3 1 3 1 2 3 2 3 44 55 1
g
Kuran
48 3 4 3 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 3 2 2 1 3 2 2 44 55 1
g
49 4 4 4 4 4 2 4 4 1 2 1 2 4 2 3 2 2 4 3 4 60 75 Cukup 2
Kuran
50 4 3 3 3 3 1 2 2 1 1 1 1 3 1 2 3 2 3 2 3 44 55 1
g
149

51 4 4 4 4 4 2 3 3 1 1 1 2 3 3 4 3 2 4 3 4 59 73,75 Cukup 2
52 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 75 93,75 Baik 3
Kuran
53 4 3 3 2 4 1 3 3 1 1 1 1 2 3 1 2 1 3 2 3 44 55 1
g
Kuran
54 3 3 4 3 4 1 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 3 3 3 44 55 1
g
55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 78 97,5 Baik 3
Kuran
56 3 4 3 3 3 1 3 2 1 1 1 1 2 2 3 3 1 3 2 2 44 55 1
g
Kuran
57 4 3 3 2 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 3 3 1 3 2 3 44 55 1
g
Kuran
58 3 3 2 3 3 2 3 4 1 1 1 1 2 2 3 1 2 3 2 2 44 55 1
g
59 4 4 4 4 4 2 4 3 2 1 2 1 4 2 4 3 2 4 2 4 60 75 Cukup 2
Kuran
60 3 2 3 3 4 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 4 1 2 44 55 1
g
61 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 76 95 Baik 3
62 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 2 1 3 1 3 3 2 4 2 4 60 75 Cukup 2
Kuran
63 2 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 4 1 3 44 55 1
g
64 4 4 4 3 4 2 4 3 4 2 2 2 3 1 4 3 2 4 2 3 60 75 Cukup 2
65 2 2 2 3 3 2 3 3 1 1 1 1 2 2 2 3 2 4 3 3 45 56,25 Cukup 2
66 3 3 3 3 3 1 3 3 2 2 2 1 3 1 2 1 1 4 1 3 45 56,25 Cukup 2
67 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 60 75 Cukup 2
150

3. Item positif : Selalu (4), Sering (3), Jarang (2), Tidak Pernah (1) yang terdiri dari pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15,

16, 17, 18, dan 20.

4. Item negatif : Selalu (1), Sering (2), Jarang (3), Tidak Pernah (4) yang terdiri dari pertanyaan nomor 6, 14, dan 19.

Tugas Kesehatan Keluarga : 1 = Kurang 2= Cukup 3 = Baik


151

Lampiran 10

Frequency
Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 46-55 Tahun 11 16.4 16.4 16.4

56-65 Tahun 22 32.8 32.8 49.3

>65 Tahun 34 50.7 50.7 100.0

Total 67 100.0 100.0


Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 28 41.8 41.8 41.8

Perempuan 39 58.2 58.2 100.0

Total 67 100.0 100.0


Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Sekolah 5 7.5 7.5 7.5

SD 25 37.3 37.3 44.8

SMP 14 20.9 20.9 65.7

SMA 18 26.9 26.9 92.5

Perguruan Tinggi 5 7.5 7.5 100.0

Total 67 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Bekerja 3 4.5 4.5 4.5

Petani 12 17.9 17.9 22.4

Pedagang/
18 26.9 26.9 49.3
Wiraswasta

PNS 4 6.0 6.0 55.2

Ibu Rumah Tangga 30 44.8 44.8 100.0

Total 67 100.0 100.0


152

Lama DM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <6 Tahun 39 58.2 58.2 58.2

>6 Tahun 28 41.8 41.8 100.0

Total 67 100.0 100.0


Tipe Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Nuklear Family 11 16.4 16.4 16.4

Extended Family 34 50.7 50.7 67.2

Keluarga Dyad 5 7.5 7.5 74.6

Keluarga Lansia 17 25.4 25.4 100.0

Total 67 100.0 100.0


Tahap Perkembangan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tahap Perkembangan VI 16 23.9 23.9 23.9

Tahap Perkembangan VII 22 32.8 32.8 56.7

Tahap Perkembangan VIII 29 43.3 43.3 100.0

Total 67 100.0 100.0


Penghasilan

Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent

Valid <3.500.000 38 56.7 56.7 56.7

>3.500.000 29 43.3 43.3 100.0

Total 67 100.0 100.0


Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 31 46.3 46.3 46.3

Cukup 24 35.8 35.8 82.1

Baik 12 17.9 17.9 100.0

Total 67 100.0 100.0


153

Jarak Yankes
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid < 1Km 27 40.3 40.3 40.3
> 1Km 40 59.7 59.7 100.0
Total 67 100.0 100.0
Hubungan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Suami/ Istri 33 49.3 49.3 49.3

Anak 27 40.3 40.3 89.6

Cucu/ Saudara Dekat 7 10.4 10.4 100.0

Total 67 100.0 100.0


Asuransi Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

57 85.1 85.1 85.1


3 4.5 4.5 89.6
2 3.0 3.0 92.5
5 7.5 7.5 100.0
67 100.0 100.0
Tugas Kesehatan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 38 56.7 56.7 56.7

Cukup 20 29.9 29.9 86.6

Baik 9 13.4 13.4 100.0

Total 67 100.0 100.0


154

Frequency Item Kategori Tugas Kesehatan


TUGAS 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid CUKUP 8 11.9 11.9 11.9

BAIK 59 88.1 88.1 100.0

Total 67 100.0 100.0


TUGAS 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KURANG 4 6.0 6.0 6.0

CUKUP 31 46.3 46.3 52.2

BAIK 32 47.8 47.8 100.0

Total 67 100.0 100.0


TUGAS 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KURANG 52 77.6 77.6 77.6

CUKUP 6 9.0 9.0 86.6

BAIK 9 13.4 13.4 100.0

Total 67 100.0 100.0


TUGAS 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KURANG 25 37.3 37.3 37.3

CUKUP 29 43.3 43.3 80.6

BAIK 13 19.4 19.4 100.0

Total 67 100.0 100.0


TUGAS 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid KURANG 10 14.9 14.9 14.9

CUKUP 33 49.3 49.3 64.2

BAIK 24 35.8 35.8 100.0

Total 67 100.0 100.0


155

Hasil Crosstab dan Hasil Uji statistik

Usia * Tugas Kesehatan Keluarga


Crosstab

Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Usia 46-55 Tahun Count 3 3 5 11

% within Usia 27.3% 27.3% 45.5% 100.0%

56-65 Tahun Count 11 9 2 22

% within Usia 50.0% 40.9% 9.1% 100.0%

>65 Tahun Count 24 8 2 34

% within Usia 70.6% 23.5% 5.9% 100.0%

Total Count 38 20 9 67

% within Usia 56.7% 29.9% 13.4% 100.0%

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
-.393 .121 -3.444 .001c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation
-.358 .118 -3.095 .003c
Ordinal
N of Valid Cases 67

Jenis Kelamin * Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Jenis Kelamin Laki- Count 15 12 1 28


Laki
% within Jenis Kelamin 53.6% 42.9% 3.6% 100.0%

Peremp Count 23 8 8 39
uan
% within Jenis Kelamin 20.5
59.0% 20.5% 100.0%
%

Total Count 38 20 9 67

% within Jenis Kelamin 13.4


56.7% 29.9% 100.0%
%
156

Symmetric Measures Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.079 .113 .642 .523c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation
.026 .120 .206 .837c
Ordinal
N of Valid Cases 67

Pendidikan * Tugas Kesehatan Keluarga


Crosstab

Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Pendidikan Tidak Sekolah Count 4 1 0 5

% within
80.0% 20.0% .0% 100.0%
Pendidikan

SD Count 16 7 2 25

% within
64.0% 28.0% 8.0% 100.0%
Pendidikan

SMP Count 9 4 1 14

% within
64.3% 28.6% 7.1% 100.0%
Pendidikan

SMA Count 8 7 3 18

% within
44.4% 38.9% 16.7% 100.0%
Pendidikan

Perguruan Count 1 1 3 5
Tinggi
% within
20.0% 20.0% 60.0% 100.0%
Pendidikan

Total Count 38 20 9 67
% within
56.7% 29.9% 13.4% 100.0%
Pendidikan
Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .338 .116 2.891 .005c


Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .303 .117 2.565 .013c
N of Valid Cases 67
157

Pekerjaan * Tugas Kesehatan Keluarga


Crosstab

Tugas Kesehatan
Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Pekerjaan Tidak Bekerja Count 3 0 0 3

% within Pekerjaan 100.0% .0% .0% 100.0%

Petani Count 7 4 1 12

% within Pekerjaan 58.3% 33.3% 8.3% 100.0%

Pedagang/ Wiraswasta Count 8 8 2 18

% within Pekerjaan 44.4% 44.4% 11.1% 100.0%

PNS Count 1 1 2 4

% within Pekerjaan 25.0% 25.0% 50.0% 100.0%

Ibu Rumah Tangga Count 19 7 4 30

% within Pekerjaan 63.3% 23.3% 13.3% 100.0%

Total Count 38 20 9 67

% within Pekerjaan 56.7% 29.9% 13.4% 100.0%

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .046 .113 .371 .712c


Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .010 .119 .081 .936c
N of Valid Cases 67

Lama DM * Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Lama DM <6 Tahun Count 21 12 6 39

% within Lama DM 53.8% 30.8% 15.4% 100.0%

>6 Tahun Count 17 8 3 28

% within Lama DM 60.7% 28.6% 10.7% 100.0%

Total Count 38 20 9 67

% within Lama DM 56.7% 29.9% 13.4% 100.0%


158

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
-.079 .120 -.642 .523c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation
-.077 .121 -.620 .538c
Ordinal
N of Valid Cases 67

Tipe Keluarga * Tugas Kesehatan Keluarga


Crosstab

Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Tipe Nuklear Family Count 8 1 2 11


Keluarga
% within Tipe
72.7% 9.1% 18.2% 100.0%
Keluarga

Extended Count 13 16 5 34
Family % within Tipe
38.2% 47.1% 14.7% 100.0%
Keluarga

Keluarga Dyad Count 2 2 1 5

% within Tipe
40.0% 40.0% 20.0% 100.0%
Keluarga

Keluarga Lansia Count 15 1 1 17

% within Tipe
88.2% 5.9% 5.9% 100.0%
Keluarga

Total Count 38 20 9 67

% within Tipe
56.7% 29.9% 13.4% 100.0%
Keluarga
Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R -.218 .113 -1.801 .076c


Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.184 .122 -1.506 .137c
N of Valid Cases 67
159

Crosstab
Tahap Perkembangan Keluarga * Tugas Kesehatan Tugas Kesehatan Keluarga
Keluarga
Kurang Cukup Baik Total

Tahap Tahap Count 7 5 4 16


Perkembangan Perkemban
% within Tahap
Keluarga gan VI 43.8% 31.2% 25.0% 100.0%
Perkembangan Keluarga

Tahap Count 12 7 3 22
Perkemban % within Tahap
gan VII 54.5% 31.8% 13.6% 100.0%
Perkembangan Keluarga

Tahap Count 19 8 2 29
Perkemban
% within Tahap
gan VIII 65.5% 27.6% 6.9% 100.0%
Perkembangan Keluarga

Total Count 38 20 9 67

% within Tahap
56.7% 29.9% 13.4% 100.0%
Perkembangan Keluarga

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
-.219 .121 -1.809 .075c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation
-.204 .120 -1.683 .097c
Ordinal
N of Valid Cases 67
Crosstab
Penghasilan * Tugas Kesehatan Keluarga Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Penghasilan <3.500.000 Count 28 8 2 38

% within Penghasilan 73.7% 21.1% 5.3% 100.0%

>3.500.000 Count 10 12 7 29

% within Penghasilan 34.5% 41.4% 24.1% 100.0%

Total Count 38 20 9 67

% within Penghasilan 56.7% 29.9% 13.4% 100.0%


160

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval Pearson's R .401 .108 3.532 .001c


Ordinal by Ordinal Spearman
.407 .110 3.591 .001c
Correlation
N of Valid Cases 67

Pengetahuan * Tugas Kesehatan Keluarga


Crosstab

Tugas Kesehatan Keluarga

Kurang Cukup Baik Total

Pengetahuan Rendah Count 23 6 2 31

% within Pengetahuan 74.2% 19.4% 6.5% 100.0%

Cukup Count 12 10 2 24

% within Pengetahuan 50.0% 41.7% 8.3% 100.0%

Baik Count 3 4 5 12

% within Pengetahuan 25.0% 33.3% 41.7% 100.0%

Total Count 38 20 9 67

% within Pengetahuan 56.7% 29.9% 13.4% 100.0%

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Pearson's R
.411 .118 3.629 .001c
Interval
Ordinal by Spearman Correlation
.393 .114 3.443 .001c
Ordinal
N of Valid Cases 67
161

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai