Bab14pelaksanaanamdal PDF
Bab14pelaksanaanamdal PDF
341
14.1 PENDAHULUAN
342
Pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui pendataan
Baku Mutu Lingkungan dan kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.
Persyaratan penataan lingkungan hidup yang meliputi
Rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), pengawasan terhadap penataan lingkungan
hidup, sanksi administrasi bagi pelanggar, audit
lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat
ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan.
Mengatur Sanksi dan Ketentuan Pidana yang secara
skematis adalah sebagai berikut.
343
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan.
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud di atas dapat menyerahkan pengelolaan limbah
tersebut kepada pihak lain. Untuk ketentuan pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
344
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah
upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana
/ usaha dan / atau kegiatan.
Rencana Pemantauan Lingkungan hidup (RPL) adalah
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana /
usaha dan / atau kegiatan.
Amdal merupakan bagian dari perijinan yang
dilaksanakan sebelum kegiatan dimulai atau bagian dari
perencanaan.
Bagi rencana kegiatan diluar kegiatan yang berdampak
besar dan penting, wajib menyusun dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
345
pelaksanaan AMDAL di Propinsi DKI Jakarta, Gubernur telah
mengeluarkan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.
2863 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL.
Keputusan Gubernur Nomor 2863 Tahun 2001 tersebut
mengatur 12 sektor atau bidang yang meliputi :
346
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) Serta Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam perijinan daerah diatur
berdasarkan Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 99
Tahun 2002 tentang pelaksanaan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (AMDAL) dan upaya pengelolaan
lingkungan (UKL) serta upaya Pemantauan lingkungan (UPL)
dalam perijinan daerah.
Informasi jenis dan besaran kegiatan wajib AMDAL dan
UKL/UPL sudah harus diinformasikan instansi yang
berwenang sejak pengurusan ijin yang paling awal seperti ijin
prinsip. AMDAL dan UKL/UPL disusun bersamaan dengan
pengurusan ijin pembebasan lahan, surat ijin penunjukan
penggunaan tanah (SIPPT), Blok Plan dan lain-lain. IMB
hanya dapat diterbitkan setelah rekomendasi AMDAL atau
persetujuan UKL/UPL diperoleh. Ijin penggunaan bangunan
(IPB) dapat diberikan apabila AMDAL dan UKL/UPL
dilaksanakan. Dan laporan implementasi RKL/RPL dan
UKL/UPL disampaikan secara periodik ke instansi pembina
BPLHD Propinsi/Wilayah dan Walikotamadya/Kabupaten
Administrasi.
347
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh instansi terkait,
maka keterkaitan AMDAL di dalam mekanisme perijinan
dijelaskan sebagai berikut :
a. Apabila rencana usaha dan/atau kegiatan diwajibkan
mengurus ijin pembebasan lahan dan ijin penunjukan
penggunaan tanah, maka pra proposal dan/atau proposal
yang menjadi kelengkapan permohonan, pemrakarsa
wajib mencantumkan bukti proses penyusunan
AMDAL.
348
14.3.2 UKL dan UPL di Dalam Proses Perijinan Daerah
349
Dalam rangka mengoptimalkan tujuan dan kegunaan
sarana dan atau prasarana lingkungan yang dibangun, perlu
diidentifikasi sejak dini dampak lingkungan yang tidak
tergolong besar dan penting atau secara teknologi dampak
pentingnya dapat dikelola. Identifikasi dimaksud dilakukan
melalui pelaksanaan studi AMDAL yang mencakup
penyusunan kerangka acuan, penyusunan studi AMDAL, dan
penyusunan rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan
rencana pemantauan lingkungan serta upaya pengelolaan
lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL).
Jenis rencana kegiatan dan atau usaha yang wajib
melakukan AMDAL diatur melalui Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 2863 tahun 2001 yang mengatur tentang jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan. Sedangkan untuk jenis
rencana kegiatan usaha dan/atau kegiatan di DKI Jakarta yang
wajib dilengkapi dengan UKL/UPL diatur melalui Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 189 tahun 2002.
350
besar dan penting, atau secara teknologi dampak pentingnya
dapat dikelola. Mekanisme pembahasannya berada di luar
mekanisme AMDAL. Dalam pembahasannya, setidak-tidaknya
melibatkan Intansi pembina teknis dan Unsur wilayah
Kota/Kabupaten.
Usaha/Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Linglungan (UKL) serta Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) diatur berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 189 Tahun 2002.
Keputusan Gubernur no. 189/2002 ini terdiri dari 10
sektor/bidang meliputi : a. Bidang Perhubungan dan
Telekomunikasi, b. Bidang Prasarana Wilayah, c. Bidang
Pariwisata, d. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, e.
Bidang Pertanian, f. Bidang Peternakan, g. Bidang Perikanan,
h. Bidang Kehutanan, i. BidangPerindustrian,dan j. Bidang
Perdagangan. Sesuai Keputusan Meneg LH No. 86/2002,
Pembinaan penilaian UKL/UPL ini dilaksanakan oleh instansi
yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.
351
Gambar 14.1 : Mekanisme Pelaksanaan AMDAL dan UKL/UPL Dalam Proses Perijinan.
Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta.
352
Gambar 14.2 : Mekanisme Pembahasan Prosedur Penilaian Dokumen AMDAL dan UKL/UPL.
Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta.
353
Gambar 14.3 : Persyaratan Administrasi Dokumen AMDAL, RKL-RPL dan UKL/UPL.
354
Selain itu, sebelum penyusunan Kerangka Acuan AMDAL,
terlebih dahulu dilakukan pengumuman rencana kegiatan dan
rencana penyusunan AMDAL melalui papan pengumuman di
lokasi proyek selama 30 hari dan melalui media cetak
355
o Tujuan IPLC adalah mengunrang beban pencemaran agar
badan air atau sumber air tidak tercemar dan dapat
digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sesuai
dengan peruntukannya.
A. Persyaratan
356
a) Data isian tentang pembuangan limbah cair;
b) Peta lokasi pembuangan limbah cair dan pengambilan
air yang berskala proporsional;
c) Fotorian perusahaan;
d) Foto copy IMB dan IPB;
e) Fotocopy Undang-Undang Gangguan;
f) Desain unit pengolah limbah dan cara kerjanya;
g) Memiliki dokumen RKL dan RPL atau dokumen UKL
dan UPL;
h) Hasil pemeriksaan limbah cair dari laboratorium
BPLHD DKI Jakarta
i) Serta surat pernyataan kesanggupan untuk mentaati
persyaratan yang berlaku.
Mekanisme penerbitan Ijin Pebuangan Limbah cair (IPLC)
dapat dilihat seperti pada Gambar 14.4.
B. Debit Maksimum
357
Gambar 14.4 : Mekanisme Penerbitan Ijin Pebuangan Limbah
Cair (IPLC) di DKI Jakarta.
358
2) Meneliti kelengkapan teknis permohonan IPLC.
359
IPLC tidak berlaku apabila dicabut atau tidak diperpanjang
lagi. (SK Gub No.30/1999, Pasal 9 ayat 1).
360
1) Tidak melakukan kegiatan usaha selama tiga tahun
berturut-turut sejak IPLC diterbitkan.
361
14.5.10 Perpanjangan IPLC
362
a. Pemeriksaan air limbah secara berkala atau sewaktu-
waktu.
b. Pengecekan tingkat ketaatan terhadap baku mutu
limbah cair yang tercantum di dalam IPLC.
c. Pengamatan terhadap upaya yang telah dilakukan.
d. Evaluasi terhadap hasil pemantauan, pengecekan dan
pengamatan yang dapat ditindak lanjuti dengan
penegakan hukum atau penghargaan.
(SK Gub No. 57/2003 Pasal 7)
363
Gambar 14.5 : Mekanisme Penerbitan, Evaluasi Dan
Pematauan Ijin Pebuangan Limbah Cair (IPLC) di DKI
Jakarta.
364
meningkatkan volume limbah cair yang dihasilkan, sehingga
akan semakin bertambah pula pencemaran pada perairan atau
badan air.
Dalam rangka menjaga terpeliharanya kualitas air
Sungai/Badan Air serta Limbah Cair maka ditetapkanlah Surat
Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 582 Tahun
1995, tentang penetapan peruntukan Baku Mutu Air Sungai
atau Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair
Surat Keputusan Gubernur tersebut mengatur batasan-
batasan kualitas air Sungai/Badan Air serta Limbah Cair di
wilayah DKI Jakarta.
365
Tingkat Walikotamadya atau Kabupaten Administrasi dibawah
koordinasi Walikotamadya atau Bupati Administrasi.
Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) dibuat
oleh Pemrakarsa Kegiatan dengan dibubuhi materai dan
diketahui oleh Instansi Pembina Teknis di tingkat Walikota-
madya atau Kabupaten Administrasi
Jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL):
- Bidang Perhubungan
- Bidang Prasarana Wilayah
- Bidang Pariwisata
- Bidang Kesehatan
- Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral
- Bidang Pertanian
- Bidang Peternakan
- Bidang Perikanan
- Bidang Kehutanan
- Bidang Perindustrian dan Perdagangan
UNDANG-UNDANG
1 Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1997
2 Undang-Undang Perubahan Iklim Bumi Akibat
Republik Indonesia Peningkatan Konsentrasi Gas
Nomor 17 Tahun 2004 Rumah Kaca di Atmosfer
366
AIR
367
9 Keputusan Menteri Pedoman Penentuan Status
Negara Lingkungan Mutu Air
Hidup Nomor 115 Tahun
2003
10 Keputusan Menteri Perubahan atas Kep. MENLH
Negara Lingkungan No. 111 tahun 2003
Hidup Nomor 142 Tahun
2003
11 Keputusan Gubernur Tindakan Administratif Bagi
Propinsi DKI Jakarta Perusahaan/Kegiatan/Industri
Nomor 1893/1991 Yang Menimbulkan Perusakan
dan Pencemaran Lingkungan
12 Keputusan Gubernur Petunjuk Pelaksanaan Tindakan
Propinsi DKI Jakarta Administratif Bagi
Nomor 123/1995 Perusahaan/Industri/Kegiatan
Peserta Prokasih
13 Keputusan Gubernur Petunjuk Pelaksanaan IPLC di
Propinsi DKI Jakarta Propinsi DKI Jakarta
Nomor 57/2003
14 Keputusan Gubernur Pembuatan Sumur Resapan di
Propinsi DKI Jakarta Propinsi DKI Jakarta
Nomor 115/2001
15 Keputusan Menteri Proper Prokasih
Negara Lingkungan
Hidup Nomor 35A
Tahun 1995
LIMBAH B3
368
2 Peraturan Pemerintah Perubahaan PP No. 19/1994
Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1995
3 Peraturan Pemerintah Pengelolaan Limbah B3
Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 1999
4 Peraturan Pemerintah Perubahan PP No. 18 / 1999
Republik Indonesia
Nomor 85 Tahun 1999
5 SE Bapedal 08 / SE / 02 / Minyak Pelumas Bekas
97
6 Keputusan Kepala Dokumen Limbah B3
BAPEDAL Nomor KEP-
02/BAPEDAL/09/1995
7 Keputusan Kepala Simbol dan Label Limbah B3
BAPEDAL Nomor KEP-
05/BAPEDAL/09/1995
8 Keputusan Kepala Tata Cara dan Persyaratan
BAPEDAL Nomor KEP- Teknis, Penyimpanan dan
01/BAPEDAL/1995 Pengumpulan Limbah B3
9 Keputusan Kepala Persyaratan Teknis Pengelolaan
BAPEDAL Nomor KEP- Limbah B3
03/BAPEDAL/1995
10 Keputusan Kepala Tata Cara Persyaratan
BAPEDAL Nomor KEP- Penimbunan, Persyaratan
04/BAPEDAL/1995 Lokasi Bekas Penimbunan
Limbah B3
11 Keputusan Kepala Tata Cara Memperoleh Izin
BAPEDAL Nomor KEP- Penyimpanan, Pengumpulan,
68/BAPEDAL/1994 Pengoperasian Alat
Pengelolaan, Pengolahan dan
369
Penimbunan Akhir Limbah B3
12 Keputusan Kepala Penyimpanan dan
BAPEDAL Nomor KEP- Pengumpulan Minyak Pelumas
255/BAPEDAL/1995 Bekas
UDARA
370
7 Keputusan Menteri tentang Indeks Standar
Negara Lingkungan Pencemar Udara.
Hidup Nomor KEP-
45/MENLH/10/1997
8 Keputusan Menteri tentang Baku Tingkat
Negara Lingkungan Kebisingan.
Hidup Nomor KEP-
48/MENLH/11/1996
9 Keputusan Menteri tentang Baku Tingkat Getaran.
Negara Lingkungan
Hidup Nomor KEP-
49/MENLH/11/1996
10 Keputusan Menteri tentang Baku Tingkat
Negara Lingkungan Kebauan.
Hidup Nomor KEP-
50/MENLH/11/1996
11 Keputusan Menteri tentang Ambang Batas Emisi
Negara Lingkungan Gas Buang Kendaraan
Hidup Nomor 141 Tahun Bermotor Tipe Baru dan
2003 Kendaraan Yang Sedang
Diproduksi
12 Keputusan Menteri tentang Pedoman Umum
Negara Lingkungan Pelaksanaan Audit Lingkungan
Hidup Nomor Organisasi
42/MENLH/11/1994
13 Keputusan Menteri tentang Pedoman Pelaksanaan
Negara Lingkungan Audit Lingkungan Hidup yang
Hidup Nomor Diwajibkan
30/MENLH/2001
14 Keputusan Menteri tentang Larangan
Perindustrian dan Memproduksi dan
Perdagangan No. Memperdagangkan Bahan
371
110/MPP/Kep/1/1998 Perusak Lapisan Ozon serta
Memproduksi dan
Memperdagangkan Barang
Baru yang Menggunakan
Bahan Perusak Lapisan Ozon
(Ozone Depleting Substances)
15 Keputusan Menteri tentang Perubahan
Perindustrian dan KEPMENINDAG RI No.
Perdagangan No. 110/MPP/Kep/1/1998
790/MPP/Kep/12/2002
16 Keputusan Kepala tentang Pedoman Teknis
BAPEDAL Nomor KEP- Pengendalian Pencemaran
205/BAPEDAL/07/1996 Udara Sumber Tidak Bergerak.
17 Keputusan Kepala tentang Pedoman Teknis
BAPEDAL Nomor KEP- Perhitungan dan Pelaporan
107/BAPEDAL/11/1997 serta Informasi Indeks Standar
Pencemar Udara.
18 Peraturan Daerah tentang Pengendalian
Propinsi DKI Jakarta Pencemaran Udara.
Nomor 2 Tahun 2005
19 Surat Keputusan tentang Penanaman Pohon
Gubernur KDKI Jakarta Langka
Nomor 2359/1987
20 Keputusan Gubernur tentang Penetapan Baku Mutu
Propinsi DKI Jakarta Udara Ambien dan Baku
Nomor 551/2001 Tingkat Kebisingan di Propinsi
DKI Jakarta.
21 Keputusan Gubernur tentang Penetapan Baku Mutu
Propinsi DKI Jakarta Emisi Sumber Tidak Bergerak
Nomor 670/2000 di Propinsi DKI Jakarta.
22 Keputusan Gubernur tentang Pemeriksaan Emisi dan
372
Propinsi DKI Jakarta Perawatan Mobil Penumpang
Nomor 95 Tahun 2000 Pribadi di Propinsi DKI
Jakarta.
23 Keputusan Gubernur tentang Baku Mutu Udara
Propinsi DKI Jakarta Emisi Kendaraan Bermotor di
Nomor 1041 Tahun 2000 Propinsi DKI Jakarta.
24 Peraturan Gubernur tentang Kawasan Dilarang
Propinsi DKI Jakarta Merokok
Nomor 75 Tahun 2005
25 Keputusan Kepala Badan tentang Pedoman Umum
Pengelolaan Lingkungan Pengendalian Kualitas Udara
Hidup Daerah Propinsi Dalam Ruangan (KUDR)
DKI Jakarta Nomor
59/2006
26 Keputusan Kepala Badan tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Lingkungan Kawasan Dilarang Merokok
Hidup Daerah Propinsi
DKI Jakarta Nomor
68/2006
AMDAL
373
3 Keputusan Menteri Jenis usaha wajib AMDAL
Negara Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun
2001
4 SE MENLH No. B. Kegiatan wajib UKL / UPL
1234/MENLH/08/1999
5 Keputusan Menteri Pedoman UKL / UPL
Negara Lingkungan
Hidup Nomor 12 Tahun
1999
6 Kep. Gub KDKI Jakarta Jenis Usaha/Kegiatan yang
No. 189/2002 Wajib Dilengkapi Dengan
Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan
(UPL)
di Propinsi DKI Jakarta
7 Keputusan Menteri Jenis Usaha / Kegiatan yang
Negara Lingkungan Wajib Dilengkapi dengan
Hidup Nomor 3 Tahun Analisis Mengenai Dampak
2000 Lingkungan
8 Keputusan Menteri Pedoman Penyusunan Laporan
Negara Lingkungan Pelaksanaan RKL/RPL
Hidup Nomor 45 Tahun
2005
9 Keputusan Gubernur Jenis Rencana Usaha/Kegiatan
Propinsi DKI Jakarta yang Wajib Dilengkapi
Nomor 2863/2001 Dengan AMDAL
10 Keputusan Gubernur Mekanisme Pelaksanaan
Propinsi DKI Jakarta AMDAL dan UKL serta UPL
Nomor 99/2002 dalam Perizinan Daerah
374
11 Keputusan Gubernur Jenis Usaha / Kegiatan yang
Propinsi DKI Jakarta Wajib Dilengkapi dengan SPPL
Nomor 2333/2002 di Propinsi DKI Jakarta
12 Keputusan Gubernur Pedoman Operasional
Propinsi DKI Jakarta Keterlibatan Masyarakat dan
Nomor 76 Tahun 2001 Keterlibatan Informasi Dalam
AMDAL
375
BAB 15
PENEGAKAN HUKUM
LINGKUNGAN HIDUP TERPADU
DI DKI JAKARTA
376
15.1 Pendahuluan
377
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
yang selanjutnya disebut Gubernur adalah Gubernur
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta
Raya yang selanjutnya disebut Kepala Kepolisian
adalah Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan
Jakarta Raya.
Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta yang
selanjutnya disebut Kepala Kejaksaan adalah
Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan
Lingkungan Hidup atau disingkat STP2LH adalah
tim yang dibentuk oleh Gubernur yang melibatkan
instansi terkait di tingkat Propinsi yang bertugas
membantu Gubernur dalam rangka pelaksanaan
penyelesaian permasalahan lingkungan hidup;
Satuan Tugas Penegakan Hukum Lingkungan atau
disingkat STPHL adalah tim yang dibentuk oleh
Gubernur yang merupakan gabungan dari
komponen penegakan hukum yang melaksanakan
Penegakan Hukum Lingkungan;
Verifikasi adalah serangkaian kegiatan yang
meliputi pemeriksaan kebenaran pengaduan,
meneliti sumber pencemar dan atau perusakan
lingkungan hidup, tingkat pencemaran dan atau
perusakan Iingkungan hidup, perkiraan jenis dan
besar kerugian, lokasi terjadinya pencemaran dan
atau perusakan lingkungan hidup, luas lokasi yang
lerkena dampak, serta pihak yang bertanggung
jawab atas terjadinya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
378
15.3 Maksud Dan Tujuan
379
15.5 Tim Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu
Sebagai pelaksanaan dari Peraturan bersama tentang
penegakan hukum lingkungan hidup dibentuk Tim Penegakan
Hukum Lingkungan Hidup Terpadu Daerah.
Tim Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu
sebagaimana dimaksud terdiri dari Satuan Tugas Penyelesaian
Permasalahan Lingkungan Hidup (STP2LH); Satuan Tugas
Penegakan Hukum Lingkungan (STPHL); dan
Sekretariat.
Pembentukan Tim Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
Terpadu sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan
Hidup (STP2LH) terdiri dari :
a. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
b. Kelompok Kerja Penelitian;
c. Kelompok Kerja Teknis;
d. Kelompok Kerja Hukum.
380
Apabila telah terbentuk Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar
Pengadilan. maka mediator pada lembaga tersebut
merupakan bagian dari STP2LH.
381
lisan atau tertulis kepada instansi pemerintah terdekat
misalnya Kelurahan, Kecamatan, Instansi yang
bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup,
Kantor Kepolisian terdekat atau langsung kepada Satuan
Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan Hidup
(STP2LH) yang ada di BPLHD Propinsi DKI Jakarta.
Setiap orang yang mengadukan dugaan adanya
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan harus
memberikan keterangan secara rinci beberapa hal yang
meliputi :
a. Identitas pengadu.
b. Dugaan sumber pencemaran dan atau perusakan
lingkungan.
c. Waktu terjadinya pencemaran dan atau perusakan
lingkungan.
d. Akibat Yang terjadi.
e. Keterangan lain.
Instansi peperintah yang menerima pengaduan adanya
dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup
mencatat semua keterangan yang telah disampaikan baik
secara lisan ataupun tertulis.
Apabila dugaan pencemaran dan atau perusakan
lingkungan hidup dilaporkan kepada Instansi pemerintah
yang ada di wilayah Kabupaten/Kota, instansi yang
bersangkutan wajib membuat laporan berjenjang kepada
Bupati/walikota dan tembusanya kepada Gubernur melalui
Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan
Hidup (STP2LH) yang ada di BPLHD Propinsi DKI
Jakarta.
Satuan Tugas Penyelesaian Permasalahan Lingkungan
Hidup (STP2LH) yang menerima laporan pengaduan
langsung atau tembusannselanjutnya melakukan verifikasi
dan rapat koordinasi dengan anggota tim dan instansi terkait
382
Setelah diadakan verifikasi dan rapat koordinasi
STP2LH selanjutnya memberikan rekomendasi penegakan
hukum administrasi dan/atau penyelesaian sengketa
lingkungan hidup dan/atau penegakan hukum pidana kepada
instansi terkait dan/atau tim terkait yang tergabung dalam
satuan tugas Tim Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
terpadu.
383
bagi manusia dan lingkungan hidup akibat pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
2) Pengajuan gugatan ganti kerugian atau tuntutan untuk
melakukan tindakan tertentu dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dan
dapat dikuasakan melalui Surat Kuasa Khusus.
3) Penyusunan gugatan ganti kerugian dan/atau tuntutan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan
bersama STP2LH.
4) Gugatan ganti kerugian disusun berdasarkan prinsip
tanggungjawab mutlak atau strict liability sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
384
(2) Penyidikan dilakukan oleh Penyidik POLRI dan atau
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang tergabung
dalam STPHL.
(3) Apabila dalam pelaksanaan penyidikan di lapangan
mengalami hambatan, maka Penyidik POLRI wajib
memberikan bantuan penyidikan dan pengamanan baik
terhadap barang bukti maupun keamanan petugas,
yang sedang melaksanakan tugas penyidikan di
lapangan.
385
Petugas STPHL wajib melaksanakan koordinasi
dengan Penyidik POLRI sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
386
a. Saling memberikan data dan informasi yang diperlukan
yang berkaitan dengan perkembangan masalah-masalah
pencemaran dan perusakan Iingkungan;
b. Pengembangan basis data dan informasi.
387
15.11 Pembiayaan
Segala biaya sebagai akibat diterbitkannya Peraturan
Bersama ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara , dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Propinsi DKI Jakarta.
388
Gambar 15.1 : Mekanisme Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu di Propinsi DKI
Jakarta.
389
DAFTAR PUSTAKA
390
12. Hikami, Sumiko., “Shinseki rosohou ni yoru mizu shouri
gijutsu (Water Treatment with Submerged Filter)”,
Kougyou Yousui No.411, 12,1992.
13. Kalbermatten, J.M., Julius, D.S., Gunnerson,C.D., Amara,
D.D.,
14. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan
Peruntukan Dan Baku Mutu Air Sungai atau Badan Air
Serta Baku Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
15. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 2863
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL.
16. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta nomor
1775/2007 Tentang Pembentukan Tim Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup Terpadu Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
17. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 30/1999
tentang Ijin Pembuangan Limbah cair (IPLC).
18. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 57
Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Izin
Pembuangan Limbah Cair di Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
19. Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 57/2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Izin Pembuangan Limbah
Cair di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
20. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor : Kep-52/Menlh/10/1995 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel.
21. KPPL, Informasi Kualitas Lingkungan DKI Jakarta Tahun
1996, KPPL DKI Jakrta, 1997.
391
22. Kusnoputranto, H., I Made Jaya, "Studi Pencemaran
Bakteriologis Kakus Cubluk Terhadap Air Tanah Di
wilayah Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ",
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 1983.
23. Metcalf And Eddy, " Waste Water Engineering”, Mc Graw
Hill 1978.
24. Nusa Idaman, Teknologi Pengolahan Air Limbah Dengan
Proses Biofilm Tercelup, JTL, DTL, BPPT, 2000.
25. Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 122
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Di
Propinsi DKI Jakarta.
26. Peraturan Bersama Gubernur Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan
Jakarta Raya, Kepala Kejaksaan Tinggi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, DanKepala Pusat Pengelolaan L1ngkungan
Hidup Regional Jawa Nomor 101 TAHUN 2007 ; Nomor
13/5576/VII/2007/Datro; Nomor 13-3845/0.1/GP/06/2007 ;
Nomor Kep-41B/PPLH-Reg.4/06/2007 ; Tentang
Penegakan Hukum L1ngkungan Hidup Terpadu.
27. Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 68 Tahun 2005 Tentang Perubahan
Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 115 Tahun 2001 Tentang Pembuatan Sumur
Resapan
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air.
29. Said, N.I., “Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Skala Individual Tangki Septik Filter Up Flow”, Majalah
Analisis Sistem Nomor 3, Tahun II, 1995.
392
30. Sueishi T., Sumitomo H., Yamada K., dan Wada Y., “
Eisei Kougaku “ (Sanitary Engineering), Kajima Shuppan
Kai, Tokyo, 1987.
31. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
32. Viessman W, Jr., Hamer M.J., “ Water Supply And
Pollution Control “, Harper & Row, New York, 1985.
393