Anda di halaman 1dari 2

BAB III

KESIMPULAN

Perdarahan Uterus Abnormal adalah semua kelainan haid baik dalam hal
jumlah maupun durasi waktunya. Klasifikasi PUA berdasarkan perdarahan terbagi atas
PUA akut, PUA kronik, dan intermenstrual bleeding. Jika berdasarkan penyebab
perdarahannya PUA terbagi atas 9 kategori umum yang disusun berdasarkan akronim
“PALM-COEIN”. Kelompok “PALM” adalah merupakan kelompok kelainan struktur
penyebab PUA yang dapat dinilai dengan erbagai teknik pencitraan ataupun
pemeriksaan histologis. Kelomopok “COEIN” adalah merupakan kelompok kelainan
struktural penyebab PUA yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencittraan dan
pemeriksaan histopatologis. Adapun arti dari singkatan “PALM’ adalah Polip,
Adenomiosis, Leiomioma, Malignansi dan hiperplasia. Sedangkan “COEIN” adalah
Coagulophaty, Ovulatroy dysfunction, Endometrial, Istrogenik, dan not yet classified.
Gold standard PUA adalah dilatasi dan kuretase, yang membutuhkan
pelebaran serviks untuk memungkinkan penyisipan kuret ke dalam rongga
endometrium. Langkah pertama dalam D&C adalah melebarkan serviks. Setelah
serviks dilebarkan lalu dilakukan kuret untuk mengikis lapisan rahim dengan lembut
dan mengangkat jaringan yang ada didalam rahim. Lalu jaringan ini diperiksa untuk
kelengkapan data diagnosa. Komplikasi D&C adalah perdarahan, infeksi atau
perforasi. Selain dilatasi dan kuretasi sebagai tatalaksana, terdapat juga cara yang lain,
yaitu biopsi endometrium terarah ataupun tidak terarah, dan histeroskopi. Biopsi
endometrium mengacu pada prosedur pengambilan sampel yang tidak membutuhkan
pelebaran endoserviks. Biopsi endometrium relatif tidak menyakitkan dan tidak
memerlukan tindakan anestesi yang biasanya digunakan pada tindakan D&C. Alat
yang paling sering digunakan disebut pipelle yang berbentuk pipa kecil yang terbuat
dari plastik dan dimasukkan ke dalam uterus dengan bantuan spekulum lalu dilakukan
penghisapan jaringan endometrium melalui pipelle. Keuntungan biopsi endometrium
adalah biaya dan resiko yang lebih kecil untuk pasien karena tidak diperlukan tindakan
anestesi. Lalu ketidaknyamanan dan rasa sakit yang dihasilkan pasien juga minimal.
Tetapi alat yang digunakan untuk tindakan ini memliki tingkat yang rendah dari hasil
jaringan palsu-negatif dan kurang cukup untuk mendeteksi kelainan endometrium.
Pemeriksaan histeroskopi tidak dapat membedakan patologi dari suatu
kelainan. Tetapi dapat menentukan apakah seorang pasien perlu ditindak lanjuti ke
meja operasi atau tidak. Pemeriksaan ini juga terbukti efektif dan akurat dalam
membantu dokter membuat diagnosa, dapat mengoptimalkan perencanaan operasi, dan
hemat biaya. Tetapi prosedur histeroskopi masih sangat kurang dimanfaatkan karena
kompleksitas dalam memelihara dan menjaga peralatannya. Dari mulai masalah
pembersihan alat, proses sterilisisasi alat, tempat penyimpanan, serta pelatihan staff
untuk membantu mengoperasikan alat ini. Prosedur pemeriksaannya adalah dengan
memasukan kanula steril kedalam rongga rahim dengan adanya bantuan visualisasi
layar pada alat histeroskopi sehingga rongga rahim bisa terlihat dalam bentuk gambar
dan video berkualitas tinggi.
Ceci et al. membandingkan temuan histeroskopi dan histerektomi yang
menunjukkan bahwa histeroskopi dengan biopsi yang tererah lebih andal daripada D
& C. Munculnya histeroskopi, tanpa perlu anestesi, telah menjadi keuntungan dalam
diagnosa PUA peri-menopausal dan perdarahan uterus pascamenopausal. Histeroskopi
dan biopsi terarah adalah pendekatan evaluasi endometrium yang paling akurat untuk
menyingkirkan kanker endometrium.

Anda mungkin juga menyukai