Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KELUARGA Tn. W DENGAN IBU HAMIL

Disusun Oleh :
EKALIA YULIANTI / 171500

POLITEKNIK KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
2019
Halaman Pengesahan

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA Tn. W DENGAN IBU HAMIL
Yogyakarta,2 Desember 2019
Praktikan

(Ekalia Yulianti)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

(ISTIQOMAH, APP, MPH) (ARJANI, AMK)


A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Penyakit
a. Pengertian Kehamilan.
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan. Kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan proses
fisiologis dan berkesinambungan (Marmi, 2011).
Dan tidak bisa di pungkiri bahwa masa kehamilan,
persalinan, masa nifas, bayi baru lahir hingga penggunaan
kontrasepsi, wanita akan mengalami berbagai masalah
kesehatan. Agar kehamilan, persalinan serta masa nifas
seorang ibu berjalan normal, ibu membutuhkan pelayanan
kesehatan yang baik.
b. Proses Awal Kehamilan.
Proses awal kehamilan menurut Yuliani, dkk (2017)
sebagai berikut:
1) Oogenesis.
Wanita saat pubertas memiliki 2 juta oosit dalam
ovariumnya. Masing masing oosit memiliki 23 kromosom
dan terbungkus oleh ruang perivitalium, zona pellusida
dan folikel primodial. Setelah menghasilkan esterogen
yang merangsang munculnya tanda seks sekunder.
Folikel primoodial akan berkembang menjadi folikel de
graaf, saat mencapai pembesaran maksimal akan terjadi
beberapa hal penting yaitu:
a) Pengeluaran estrogen maksimal, tekanan intrafolikel
yang mengakibatkan folikel ruptur dan melemparkan
ovum
b) Ovum melepaskan diri dan terbungkus korona radiata
c) Fimbriae tuba fallopi memiliki banyak silla yang aktif
dan kaku sehingga mudah menangkap ovum dengan
korona radiata kemudian melakukan gerakan seolah
membungkus ovum
d) Estrogen yang tinggi merangsang pengeluaran LH
sehingga tekanan intra folikel semakin besar
e) Sinkronisasi antara gerak silla, tekanan folikel yang
tinggi serta tekanan negatif dari tuba fallopi
menyebabkan ovum tidak lepas dari tangkapan fimbria
dan dibawa menuju ampula tuba
f) Ampula tuba merupakan tempat terluas sehingga
memberikan waktu ovum untuk bertemu dengan sel
sperma
Folikel degeneratif berubah menjadi folikel
rubrum, dengan bantuan luteinizing hormone akan
berubah menjadi korpus luteum yang menghasilkan
estrogen dan progresteron. usia korpus luteum hanya
8 hari, jika tidak terjadi konsepsi akan mati dalam
bentuk korpus luteum menstruasi dan selanjutnya
menjadi korpus albikantes. Usia korpus di luar folikel
kurang lebih 24-48 jam.
2) Spermatogenesis
Pembentukan spermatozoa terjadi dibagian kaudal
epididimis dan memerlukan waktu 72 jam untuk siap
mengikuti ejakulasi. Spermatozoa terbentuk dari proses
pembelahan yaitu dari spermatogenium, spermatosit
pertama, spermaosit kedua dan menjadi spermaozoa
yang memiliki 23 kromosom.
Spermatozoa tidak tahan terhadap suhu panas
sehingga disimpan dan dikendalikan di luar tubuh yaitu di
skrotum. Spermaozoa membutuhkan waktur 5 menit untuk
mencapai ampula tuba dan bertahan 72 jam(Yuliani, dkk,
2017).
3) Fertilisasi (konsepsi)
Di dalam tubuh wanita, sperma akan mengalami
kapasitasi sebagai persiapan untuk dapat terjadinya
fertilisasi. Pembentukan zigot (Yuliani, dkk, 2017).
4) Nidasi (implantasi)
Zigot membelah menjadi beberapa blasomer
kemudian menjadi gumpalan sel yang terbungkus zona
pellusida selanjutnya menjadi blastokisa.setelah tiga hari
fertilisasi morulasel telah mask ke dalam kavum uteri dan
mampu menghasilkan HCG. EFP berfungsi sebagai
imunosupresan (agar implantasi blastokisa di terima),
merangsang pembuluh darah menjadi semakin tinggi dan
memberi anda implantasi akan berlangsng. Nidasi terjadi
pada hari ke 16-22 setelah menstruasi.
Adhesi adalah pelekaan antara blasokista dan
endomarium. Invasi trofoblas dalam pembuluh darah
endomerium dilakukan untuk membentuk sirkulasi
uteroplaenter. Nidasi berakhir pada hari ke 10 seelah
fertilisasi. Pembentkan plasenta terjadi pada minggu ke
16.
c. Etiologi Kehamilan
Kehamilan dimulai dari fertirisasi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau
9 bulan 7 hari. Kehamilan terbagi menjadi 3 triwulan
(trimester), (1) Trimester satu usia kehamilan 0-12 minggu, (2)
Trimester dua usia kehamilan 12+1-28 minggu, dan (3)
Trimester tiga usia kehamilan 28+1-40 minggu (Yuliani, dkk,
2017).
1) Gejala kehamilan (dugaan hamil)
Tanda dugaan kehamilan mencakup perubahan
fisiologis yang dirasakan wanita, dan pada sebagian
besar kasus tanda tersebut mengindikasikan adanya
kehamilan (Yuliani, dkk, 2017).
a) Tidak haid
b) Mengidam
c) Tidak nafsu makan (anoreksia)
d) Mual-muntah
e) Payudara membesar, terasa tegang, kesemutan,
teraba benjolan dan pembesaran puting.
f) Sering kencing
g) Pingsan
h) Kelelahan
2) Tanda tidak pasti kehamilan (kemungkinan hamil)
Tanda kemungkinan hamil merupakan perubahan
anatomis fisiologi selain tanda dugaan hamil yang
terdeteksi pada saat pemeriksaan dan telah
didokumentasikan oleh tenaga kesehatan (Yuliani, dkk,
2017).
a) Pembesaran abdomen
b) Palpasi batas-batas janin
c) Ballottement
d) Tanda piskacek
e) Tanda hegar (ismus menjadi lunak)
f) Tanda chadwick (warna kebiruan pada dinding vagina
akibat hipervaskularisasi)
g) Tanda goodel
h) Braxton hick
i) Tes kehamilan positif
Tes kehamilan yang digunakan saat ini
biasanya menggunakan pendeteksian terhadap kadar
HCG pada urine di pagi hari/urine yang didiamkan atau
tidak dikeluarkan minimal 6 jam. Diperkirakan urine
tersebut mengandung kadar HCG sama dengan kadar
HCG serum. Kadar HCG yang diambil secara acak
lebih rendah.
3) Tanda pasti kehamilan (positif hamil)
Tanda positif hamil adalah tanda yang langsung
berhubungan dengan janin, yang dideteksi saat
memeriksakan dan telah terdokumentasikan (Yuliani, dkk,
2017).
a) Pergerakan janin (beragam, bisa masuk dalam tanda
kemungkinan hamil)
b) Detak jantung janin
c) Pemeriksaan USG.

d. Perubahan selama kehamilan


1) Adaptasi psikologis trimester I
Pada trimester pertama umumnya libido ibu turun yang
kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai ketidak
nyamanan trimester awal, seperti kelelahan, nausea, nyeri
pada payudara, dan lain-lain. Perlu dikomunikasikan
kepada pasangan bahwa ibu hamil membutuhkan kasih
sayang yang lebih besar tanpa seks.
2) Adaptasi psikologis trimester II
Trimester kedua dimana wanita merasa nyaman dan
terbebas dari segala macam ketidaknyamanan yang
secara normal dialami ibu hami. Terbagi menjadi dua fase
yaitu:
a) Pra quickening yaitu diamana ibu hamil akan
mengevaluasi kembali aspek berkaitan dengan
hubungan dirinya dengan ibunya.
b) Quickening yaitu pengalaman ibu merasakan sensasi
gerakan janin didalam rahim yang dialami ibu pada
kehamilan 18-20 minggu. Ibu juga akan merubah
kontak sosialnya, ia juga akan lebih banyak
bersosialisasi dengan wanita hamil atau ibu baru.
Minat dan aktivitasnya seputar kehamilan, cara
membesarkan anak dan persiapan menerima peran
baru.
3) Adaptasi psikologis trimester III.
Sering disebut sebagai periode penantian, dimana ibu
mulai menantikan kelahiran bayi dengan penuh waspada.
Ibu akan merasakan ketidak nyamanan fisik. Ibu juga akan
merasakan seperti merasa canggung, jelek, berantakan
sehingga membutuhkan dukungan keluarga.

e. Ketidaknyamanan yang dapat terjadi pada masa


kehamilan.
Terdapat beberapa ketidaknyamanan yang dialami oleh
ibu hamil menurut (Yuliani, dkk, 2017):
1) Rasa nyeri, lembek dan rasa geli pada payudara
2) Hidung tersumbah, kadang mimisan
3) Ngidam dan pika
4) Tidak nafsu makan (anoreksia)
5) Mual (nausea) dan muntah
6) Ptialisme (saliva berlebihan)
7) Sering kencing
8) Mudah lelah
9) Leukorea
10) Peningkatan pigmentasi (hiperpigmentasi), jerawat dan
kulit menjadi berminyak
11) Tahi lalat (angioma) bertambah
12) Telapak tangan merah (eritema palmaris)
13) Varises
14) Dispareunia
15) Braxton hicks
16) Epulis
17) Sakit kepala
18) Pingsan
19) Kesemutan dan baal pada jari
20) Konstipasi
21) Sesak napas
22) Insomnia
23) Nyeri uluh hati/ rasa terbakar bagian dada
24) Kram kaki , bengkak
25) Hemoroid
f. Komplikasi pada masa kehamilan
Berdasarkan Yuliani, dkk (2017) terdapat beberapa
komplikasi saat kehamilan sebagai berikut :
1) Komplikasi pada masa kehamilan muda.
a) Perdarahan pervagina.
i) Abortus
Abortus adalah pengakhiran kehamilan selama
usia kehamilan 20 minggu dan berat janin belum
mencapai 500 gram. Abortus yang terjadi tanpa
tindakan disebut sebagai abotus spontan, jika
karena tindakan disebut sebagai abortus buatan.
Sedangkan abrtus terapeutik adalah abortus
buatan yang dilakukan atas indikasi medis.
ii) Mola hidatidosa.
Mola hidatidosa adalah kehamilan dengan
kelainan perkembangan plasenta, dimana vili
korialis tumbuh berlipat ganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang berisi cairan
seperti buah anggur (hamil anggur). Biasanya
tidak ditemukan embrio atau bisa juga ditemukan
janin diantara mola.
b) Hipertensi kehamilan muda.
i) Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang terjadi
sebelum usia kehamilan 20 minggu, bahkan sebelum
kehamilan. Tekanan darah diastolic > 90 mmHg,
sistolik > 140 mmHg.
ii) Superimposed pre eklamsia.
Superimposed pre eklamsia adalah hipertensi
kronik yang disertai dengan tanda tanda preeklamsia.
Tanda gejala yang muncul seperti pada hipertensi
kronik, dengan tamahan protein urine positif, edema
pada ekstremitas dan muka, oliguria, hiperrefleksia,
gangguan pengelihatan (pandangan mata kabur) dan
nyeri epigastrum (ulu hati).
c) Mual muntah yang berlebih (hyperemesis
gravidarum)
Penyebab pasti belum diketahui, ada beberapa factor
predisposisis yang memicu meliputi
i) Primigravida, mola hidatidosa, kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG
ii) Factor organic karena masuknya vili, karialis
pada sirkulasi ibu dan menyebabkan perubahan
metabolic
iii) Factor pesikologi seperti keretakan rumah
tangga, kecemaan kehamilan, persalinan,
kehamilan yang tidak diinginkan
iv) Factor endokrin seperti hipertiroid, dm, dan lain-
lain
d) Kehamillan ektoik.
Kehamillan ektoik adalah jika hasil konsepsi
berimplatasi dan tumbuh pada tempat selain
endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik tergnggu
(KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu dalam
artian terjadi abortus atau pecah sehingga
menimbulkan perdarahan dan dapat mengancam
keselamatan wanita. Tempat terjadinya kehamilan
ektopik adalah tuba falopi, ovarium, rongga abdomen,
kanalis servikalis, tanduk uterus rudimenter dan intra
ligamenter. Kehamilan tuba merupakan jenis
kehamilan ektopik yang paling sering (95%), terdiri dari
interstisial tuba, isthimus tuba, ampula tuba dan fibrial.

2) Komplikasi pada masa kehamilan lanjut.


a) Perdarahan pervaginam
i) Plasenta previa
Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta
berimplatasi di segmen bawah rahim baik anterior
maupun posterior sehingga menutupi ostium uteri
internal. Plasenta previa digolongkan menjadi 3 yaitu
(1) plasenta previa totalis, jika seluruh ostium uteri
interna (OUI) ditutupi oleh plasenta, (2) plasenta
previa marginalis, jika plasenta menutupi sebagian
OUI dan (3) plasenta letak rendah, yaitu tepi plasnta
berada 3-4 cm diatas pinggir OUI.Gejala yang
ditemuakan pada plasenta previa meliputi perdarahan
pada usia kehamilan > 28 minggu, perdarahan terjadi
spontan (tiba-tiba) tanpa sebab dan berulang, darah
berwarna merah segar, ada stolsel atau kadang
kehitaman, awalnya darah berupa bercak namun
lama kelamaan banyak.
ii) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari
tempat implantasi sebelum waktunya (sebelum janin
lahir). Factor penyebab secara pasti belum diketahui.
b) Hipertensi kehamilan lanjut
i) Hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan >20
minggu. Tenda gejalanya meliputi TD darah diastolic ≥
90 mmHg dan sistolik ≥ 140 mmHg, protein urin (-).
ii) Preeclampsia dan eklampsia
Preeclampsia belum diketahui secara pasti
penyebabnya, ada beberapa hal yang dihubungkan
dengan terjadinyapreeklampsia yaitu
nuliparitas/primigravida, penyakit trofoblas, gemelli,
riwayat hipertensi kronis, penyakit ginjal kronis dan DM;
riwayat preeclampsia pada keluarga riwayat
preeklampsia sebelumnya.Eklampsia adalah
preeklamsia berat yang disertai kejang. Karakteristik
kejang tonik-klonik, dan serta kejang di ikuti dengan
koma. Kejang tidak tergantung pada bertnya hipertensi.
iii) Keluar cairan pervaginam (ketuban pecah dini -
KPD)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum


waktunya tanpa disertai tanda inpartu bahkan sampai
satu jam berikutnya. KDP disebabkan oleh
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya
tekanan intrauteri, atau bisa disebabkan oleh dua-
duanya. Tanda KDP meliputi riwayat pengeluaran
cairan tanpa disadari ibu dalam jumlah banyak atau
sedikit demi sedikit dan periksa dengan kertas lakmus
(berubah jadi biru).

c) Gerakan janin tidak terasa


1) Fetal distress
Fetal distress adalah kondisi gawat janin. Tanda
gejala yang ditemukan pada fetal distress
diantaranya DJJ < 120 atau >160 kali per menit,
terdapat mekoneum dalam air ketuban (pada letak
kepala).
2) Intra uteri fetal death (IUFD)
IUFD merupakan kematian janin yang terjadi
setelah melewati masa bertahan hidup sebelum
pertengahan kehamilan (masa aborsi) yaitu >20
minggu. Tanda gejala yang dapat ditemukan
meliputi pertumbuhan janin terhenti (TFU tetap
atau berkurang), gerakan janin terhenti, DJJ tidak
ada, peningkatan BB ibu berhenti atau berkurang,
perubahan mundur pada payudara, pada palpasi
kepala janin teraba jatuh dan pada USG ditemukan
tidak ada gerakan janin, tidak ada DJJ dan
tengkorak rahim saling tumpang tindih (beberapa
hari setelah kematian).
3) Nyeri perut bagian bawah (reptura uteri)
Rupture uteri atau robekan uterus merupakan kondisi
yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa baik ibu
maupun janin. Rupture uteri dapat terjadi pada korpus
uteri, segmen bawah Rahim (SBR), servik uteri dan
klopoporeksis-kloporeksis (robekan antara servik dan
vagina).
g. Kebutuhan fisik ibu hamil.
Kebutuhan fisik ibu hamil menurut Yuliani, dkk (2017) sebagai
Berikut:
1) Nutrisi ibu hamil
Menurut Yuliani, dkk (2017) mengatakan bayi yang sehat
terlahir dari ibu yang memiliki status gizi baik, sejak sebelum
kehamilan. Status gizi yang baik diperoleh apabila sejak
sebelum lahir ibu mendapatkan asupan gizi yang seimbang
yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Saat hamil seorang ibu
memerlukan gizi seimbang lebih banyak dari pada sebelum
hamil, porsi makan saat hamil 1 porsi lebih banyak di
bandingkan sebelum hamil. Ada 3 manfaat asupan nutrisi yang
dimakan ibu hamil, yaitu untuk asupan gizi ibu sendiri agar tidak
terjadi kurang energy kronis (KEK), untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mempersiapakan pembentukan ASI.
Dalam logo gizi seimbang, bahan makanan dikelompokkan
berdasarkan fungsi utama zat gizi yang dikenl dengan sebutan
tri guna makanan, yaitu sumber zat tenaga (padi-padian, umbi-
umbian, tepung-tepungan yang berada di dasar kerucut), zat
pengatur (sayur dan buah-buahan, tergambar dalam tengah
kerucut) dan zat pembangunan (kacang-kacangan, makanan
hewani dan hasil olahan yang tergambar pada bagian atas
kerucut). Asupan gizi seimbang meliputi sumber kalori
(karbonhidrat, dan lemak), protein, asam folat, vit B 12, zat besi,
zat seng, kalsium, vitamin C, vitamin A, vitamin B6, vitamin E,
kalsium, iodium, serat dan cairan. Selama hamil ibu hamil tidak
ada pantangan makanan, namun batasi asupan gula, garam
dan lemak.
a) Kalori
Peningkatan kebutuhan kalori selama hamil 300 kalori
perhari. Peningkatan kalori terbagi dalam distribusi yang
seimbang yaitu, ± 15%, lemak ± 30% dan karbonhidrat ±
55%. Kebuthan kalori pada trimester I hanya meningkat
sedikit sedangkan pada trimester I dan II peningkatan
cukup banyak. Kalori/egergi tambahan pada trimester II
digunakan pertumbuhan volume darah ibu, pertumbuhan
uterus dan payudara serta penumpukan lemak. Pada
trimester III penambahan kalori digunakan untuk
pertumbuhan janin dan plasenta.
b) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat diantaranya roti, sereal, gandum dan
umbi-umbian.
c) Lemak
Lemak juga sebagai penghasil energy, menghemat protein
untuk dimanfaatkan dalam fungsi pertumbuhan, digunakan
untuk pembentukan materi membran sel dan oembentukan
hormone, pembentukan jaringan lemak serta membsntu
tubuh untuk menyerap nutrisi.
d) Protein
Protein diperlukan untuk pertumbuhan jaringan pada ibu
dan janin. Kebutuhan protein meningkat sampai 68 %
dibandingkan sebelum kehamilan, dengan anjuran
penambahan konsumsi protein 12 gram/hari. Dengan
demikian kebutuhan asupan protein ibu hamil mencapai 75-
100 gram perhari (12-15% dari jumlah total kalori). Protein
yang di anjurkan dari sumber hewani seperti daging, susu,
telur, keju, ayam, ikan. Karena mengandung asam amino
yang optimal.
e) Zat besi
Zat besi di gunakan untuk pembentukan hemoglobin.
Kekurangan zat besi daoat menyebabkan gangguan dan
hambatan pertumbuhan janin baik pada sel tubuh maupun
sel otak, IUFD, abortus, kelainan kongenital, BBLR, dan
anemia pada bayi. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil yaitu
60 mg zat besi elemental per hari (setara 320 mg sulfat
ferosus). Zat besi tersebut diberikan segera setelah
mual/muntah berkurang. Selama hamil minimal ibu
mendapatkan 90 tablet zat besi. Efek samping yang umum
terjadi yaitu gangguan saluran pencernaan seperti mual,
muntah diare, konstipasi dan BAB kehitaman.
f) Asam folat/vitamin B9
Kebutuhan asam folat pada ibu hamil dan wanita usia subur
yaitu 400 mikro gram per hari. Makanan yang mengandung
asam folat diantaranya sayuran hijau seperti bayam dan
asparagus, jeruk, buncis, kacang-kacangan, roti gandum.
Asam folat berfungsi sebagai ko enzim dalam sintestis
asam amino dan asam nukleat, diperlukan dalam
pembentukan dan pematangan sel darah merah dan sel
darah putih di sumsum tulang, pembentukan heme pada
molekul hemoglobin serta pembentukan neural tube.
Kekurangan asam folat dapat terjadi karena intake
makanan berkurang, gangguan absorsi pada pencernaan,
pengaruh obat dan alcohol, kebutuhan internal yang
meningkat karena pertumbuhan sel yang meningkat,
misalnya kehamilan. Kekurangan asam folat pada ibu hamil
dapat menyebabkan meningkatnya risiko anemia, abortus,
neural tube defec, meningkatnya risiko BBLR, kelainan
kongenital, cacat otak dan sumsum tulang belakang,
sindrom down, bibir sumbing, kelainan pembuluh darah dan
solusio plasenta.
g) Kalsium
Kalsium pada ibu hamil sekitar 1000 mg per hari. Makanan
yang menjadi sumber kalsium yaitu susu dan yogurt, ikan
teri. Kalsium diberikan untuk pencegahan pre eklampsia
pada ibu hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi seperti
riwayat pre eklamsia, diabetes, hipertensi kronik, penyakit
ginjal, penyakit autoimun dan kehamilan ganda.
h) Vitamin C
Vitamin C pada ibu hamil 85 mg per hari, meningkat 20%
dibandingkan sebelum hamil. Sumber makanan yang
mengandung vitamin C yaitu tomat, jeruk, stroberi, jambu
biji, brokoli, dan sebagainya.
i) Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, imunitas,
pertumbuhan, dan perkembangan janin. Kekurangan
vitamin A dapat menyebabkan partus premium dan BBLR.
Ibu hamil membutuhkan vitamin A ± 750-800 mg per hari.
j) Vitamin B12
Kebutuhan (xianokobalamin) 2,2-3 mikrogram perhari,.
Kadar vitamin B12 dalam plasma menurun secara
bervariasi selama kehamilan akibat penurunan
transkobalamin plasma. Hal tersebut dapat dicegah
dengan pemberian suplementasi, sumber makanan yang
mengandung vitamin B12 yaitu protein hewani.
k) Vitamin B6
Kebutuhan vitamin B6 (piridoksin) saat hamil 1,4-2,2
mg/hari. Suplemen B6 2 mg dianjurkan untuk ibu hamil
dengan risiko mengalami kurang gizi seperti ibu hamil
remaja, penggunaan ibat terlarang dan kehamilan ganda.
l) Seng
Kebutuhan yang dianjurkan selama hamil yaitu 15 mg/hari.
Bayi yang lahir dari wanita yang mendapatkan
suplementasi seng akan memiliki berat badan dan lingkar
kepala sedikit lebih besar (BB rata-rata bertambah 125
gram. Lingkar kepala bertambah rata-rata 4 mm). seng
yang parah dapat menyebabkan perununan nafsu makan,
pertumbuhan sub optimal dan gangguan penyembuhan
luka bahkan dapat bisa menyebabkan kecebolan dan
hipogonadisme.
m) Iodium
Kebutuhan iodium wanita hamil yaitu ± 175 mikrogram
perhari, untuk memenuhi kebutuhan bayi dan mengatasi
peningkatan sekresi iodium pada urim ibu. Defisiensi
iodium yang parah pada ibu hamil dapat mengakibatkan
kretinisme pada janin.
n) Serat
Selama masa kehamilan motilitas system gastrointestinal
berkurang akibat penignkatan progesterone, sehingga
menyebabkan keluhan konstipasi. Cara untuk
menghindarinya dengan mengonsumsi serat yang cukup.
Sumber serat yaitu sayuran dan buah.
o) Cairan
Air menjaga keseimbangan tubuh, darah, getah bening dan
cairan vital tubuh yang lainnya, serta keseimbangan suhu
tubuh. Asupan cairan yang dianjurkan yaitu minimal 8-10
gelas (2000-25000) per hari.
2) Oksigen pada ibu hamil
Menurut Yuliani, dkk (2017) pada saat hamil kebutuhan
oksigen meningkat smpai 20% dari kondisi sebelum hamil
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan jaringan ibu dan
janin. Namun disis lain dengan semakin besarnya kehamila,
uterus akan mendesak diafragma sehingga mengurangi
kapasitas total paru dan biasanya menyebabkan kehilangan
sesak napas. Ada beberapa hal yang dapat mengurangi
keluhan tersebut :
a) Diupayakan ibu hamil bernapas lebih dalam dari biasanya
untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak
b) Latihan napas melalui senam hamil
c) Tidur dengan bantal lebih tinggi
d) Tidur miring kiri kanan untuk meningkatkan oksigen ke
fetoplasenta
e) Kurangi atau hentikan merokok
f) Makan tidak terlalu banyak
g) Konsultasikan kedokter jika ada gangguan pernapasan
seperti asma.
3) Personal hygiene
Menurut Yuliani, dkk (2017) selama kehamilan tidak ada
larangan untuk mandi, dianjurkan mandi minimal 2 kali sehari.
Tidak di anjurkannya mandi dengan air panas (melelahkan)
atau air terlalu dingin (membuat tubuh menggigil). Bersihkan
daerah lipatan, seperti ketiak, bawah payudara dan daerah
genetalia dengan air yang bersih dan keringkan. Gunakan
sabun yang lembut dan ringan. Untuk mencuci rambut minimal
2-3 kali dalam seminggu. Hipervilisasi pada masa kehamilan
sering kali menyebabkan gangguan pada gigi dan gusi.
Dianjurkan ibu secara teratur gosok gigi dengan benar minimal
2 kali sehari, agar kesehatan gigi dan gusi terjaga. Ibu juga
dianjurkan untuk mencuci tangan sebelum makan serta BAB
dan BAK.
4) Perawatan payudara dan masa kehamilan
Tindakan yang dapat dilakukan dalam rangka perawatan
payudara menurut Yuliani, dkk (2017) meliputi:
a) Membersihkan payudara dan putting setiap hari dengan air
hangat dan handuk yang lembut dan bersih kemudian
keringkan dengan hati-hati.
b) Jika kolostrum mengerak pada puting, lunakkan dengan
mengoleskan krim khusus pada putting sebelum berusaha
membuangnya.
c) Pegang payudara dengan lembut
d) Pakai bra yang menyokong
e) Pada bulan ke 9 mulailah persiapan untuk menyusui
5) Pakaian ibu hamil
Menurut Yuliani, dkk (2017) ibu hamil dianjurkan
menggunakan pakaian yang nyaman dan tidak ketat (longgar)
agar tidak mengganggu tumbuh kembang janin. Pakaian yang
digunakan sebaiknya daei bahan katun yang mudah menyerap
keringat, mudah dicuci dan gunakan sekali pakai saja. Pakaian
dan pakaian dalam harus diganti setiap hari.
Peningkatan masa payudara untuk meningkatkan rasa
nyeri sehingga dibutuhkan bra dengan ukuran yang pas dan
menyangga, bahan lembut, berpori dan mudah dicuci, tali bahu
yang mudah disesuaikan dan tali belakang yang lebar dengan
beberapa pengait yang mudah disesuaikan. Di anjurkan untuk
menggunakan sepatu tumit yang rendah, sepatu yang nyaman
dengan alas yang lebar.
6) Eliminasi pada ibu hamil
Menurut Yuliani, dkk (2017) keluhan yang sering dialami
berkaitan dengan BAB adalah konstipasi dan hemoroid.
Selama hamil dapat dicegah dengan rutin BAB setiap hari,
mengkonsumsi cairan dan jumlah memadai, cukup olahraga
setiap hari, jika dibutuhkan gunakan laksatif ringan.
Selama masa kehamilan system imunitas tubuh ibu
mengalami penurunan. Jika ibu mempunyai kebiasaan
menahan kencing, sehingga mikroorganisme bertahan lebih
lama di kandung kemih, hal ini akan membuat ibu hamil lebih
rentang menderita infeksi saluran kemih (ISK). Oleh karena itu,
ibu hamil disarankan segera berkemih jika sudah merasakan
ingin berkemih, jangan ditahan. Setelah berkemih dipastikan
daerah genetalia eksternal dicuci dengan bersih dan kering
kembali.
7) Hubungan seksual
Menurut Yuliani, dkk (2017) hubungan seksual pada ibu
hamil secara umum tidak dianggap berbahaya dan boleh
dilakukan kapanpun menginginkannya bahkan sampai
menjelang persalinan, asalkan dengan hati-hati. Hasil
penelitian read and klebanoff (1993), menyatakan bahwapada
kehamilan 36 minggu, 72 % ibu hamil melakukan hubungan
seksual <1 kali seminggu. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
berkurangnya hasrat dan kekhawatiran akan bahaya terhadap
janinnya. Hubungan seksual bermanfaat untuk melatih otot-otot
panggul sebagai persiapan menghadapi proses kehamilan.
Dengan tetap menikmati hubungan seksual bersama suami, ibu
dapat berbagi rasa takut serta kekhawatiran dan stres yang
mungkin muncul selama kehamilan. Karena meningkatnya
hormone selama kehamilan, menyebabkan organ reproduksi
lebih sensitive dan responsive sehingga memungkinkan
terjadinya orgasme ganda.
Hubungan seksual setelah usia kehamilan 30 minggu akan
mengalami kesulitan dalam hal tehnik, karena ukuran perut
wanita yang semakin membesar. Oleh karena itu posisi
berhubungan yang dianjurkan adalah yang tidak memberi
tekanan pada perut ibu seperti posisi dari belakang atau posisi
wanita dari atas.
h. Kebutuhan psikologis ibu hamil.
Kebutuhan psikologis ibu hamil menurut Yuliani, dkk (2017)
sebagai berikut :
1) Dukungan keluarga.
Dukungan suami memiliki peranan yang penting bagi
kesejahteraan ibu dan janin sejak masa kehamilan sampai
setelah melahirka. Suami yang terus mendukung istrinya
selama hamil dapat diartikan menjaga janin dalam
kandungan agar tetaap sehat. Sesuai penelitian ibu yang
mengalami problem emosional pada masa kehamilan ,
dapat mempengaruhi perkembangan otak janindan
berdampak emosi setelah anak lahir. Ibu hamil harus
mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dari suami.
Dukungan yang dapat diberikan misalnya memberi
ketenangan pada istri, menjaga kesehatan istri,
mengantarkan priksa kehamilan membantu sebagian
pekerjaan istri atau sekedar memberi pijatan ringan ketika
istri merasa pegal. Dan suami dapat menjaga kestabilan
dirinya sendiri karena berdampak pada kestabilan emosi
istri. Dengan dukungan yang positif dari suami, diharapkan
ibu hamil dapat melewati masa kehamilannya dengan
perasaan senang, dan terhindar dari depresi.
Bersama suami dapat melakukan rangsangan
(stimulasi) pada janin dengan cara mengelus-elus perut
ibu dan ajak janin bicara sejak usia kandungan 4 bulan.
Dukungan dan peran suami pada masa kehamilan juga
meningkatkan kesiapan ibu dalam menghadapi proses
persalinan, adan memicu produksi ASI.
Begitu juga peran keluarga penting, kebersamaan
dengan keluarga bermanfaat untuk menambah
kesejahteraan, kenyamanan dan ketenangan janin. Janin
akan mengenal seluruh anggota keluarga yang
menciptakan suasana damai dan bahagia. Selain itu ibu
hamil juga akan merasa senang karena seluruh keluarga
mendampingi.
Salah satu anggota yang berpengaruh adalah kakek
dan nenek. Karena mereka orang yang akan membagikan
pengetahuan berdsarkan pengalaman, orang yang
menjadi panutan serta orang yang mendukung. Mereka
juga membagikan pengetahuan tentang kehamilan
dimasa lampau. Mereka akan mengingat memori masa
muda ketika menantikan kelahiran anaknya. Mereka
slelau siap sedia dan memberikan bantuan jika
dibutuhkan.
2) Dukungan tenaga kesehatan
Dukungan yang dapat diberikan berkaitan dengan
kehamilan adalah memberikan informasi secara lengkap
pada ibu hamil serta mengikutsertakan suami dan
keluarga dengantujuan dapat membantu ibu hamil
melewati masa kehamilannya dengan aman dan nyaman.
Informasi yang diberikan diantaranya :
a) Hasil pemeriksaan
b) Ketidaknyamanan yang dikeluhkan dan cara
mengatasi
c) Perubahan fisiologis dan psikologis yang dialami
d) Kebutuhan dasar ibu hamil
e) Dukungan suami dan keluarga
f) Terapi yang diberikan
g) Persiapan persalinan
h) Tanda bahaya kehamilan
i) Persiapan ASI eksklusif dan perawatan bayi
j) Kontrasepsi pascasalin
k) Rencana kunjungan ulang
l) Informasi lain sesuai kebutuuhan ibu hamil dan
keluarga

Dukungan bidan cendeung pada aspek fisiologis dan


psikologis , oleh karena itu bidan dituntut untuk selalu
memperbarui keilmuannya, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal. Kurangnya ketrampilan
menyebabkan permasalahan dalam memberikan asuhan.

Bidan harus memiliki sikap adat istiadat karna dapat


mempengaruhi kondisi kehamilan, yaitu :

1) Menganalisa apakah berbagai kegiatan budaya


tersebut berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan
kewajiban ibu dan bayi
2) Mengukur seberapa kuat pengaruh budaya-budaya
tersebut
3) Melihat siapa yang berpengaruh apabila akan
dilakukan perubahan
4) Bidan harus memberikan contoh teladan hidup sehat
dan ssejahtera, termasuk tindakan yang memberi
manfaat bagi kesehatanibu dan janin
5) Memberikan penyuluhan tentsng perubahan budaya
yang dinilai merugikan dengan memnafaatkan tokoh
agama, masyarakat, tokoh setempat yang
berpengaruh
3) Persiapan menjadi orangtua.
Persiapan menjadi orangtua perlu dilakukan untuk
melewati masa transisi dengan baik , yaitu dari peran
sebagai oangtua yang menanti kelahiran bayi menjadi
orangtua yang bertanggungjawab atas bayi mereka yang
baru lahir. Yaitu meliputi : persiapan persalinan, dan
persiapan untuk beperan dan bertanggungjawab sebagai
orangtua ketika bayi baru lahir. Menjadi orangtua
merupakan proses yang terdiri dari 2 komponen :
(1.)Ketrampilan kognitif motorik, yaitu mencakup tentang
aktivitas perawatan anak seperti;cara memberi makna,
mengenakan pakaian, menggendong, membersihkan
bayi, dan menjaganya dari bahaya (2) ketrampilan kognitif
afektif (sifat keibuan/kebapakan) sikap yang lembut,
waspada dan memberi perhatian terhadap kebutuhan dan
keinginan anak. Kedua komponen tersebut perlu dipahami
oleh kedua orangtua sebelum kelahiran bayinya. Bidan
dapat memberikan pendidikan kesehatan sedini mungkin
untuk hasil lebih sehat dan memuaskan.
4) Persiapan sibling rivalry
Saudara kandung/anak terdahulu harus dipersiapkan
kelahirannya agar tidak terjadi sibling rivalry, cara
mengantisipasinya :
a) Anak diberitahu sejak awal kehamilan
b) beri anak kesempatan untuk merasakan gerakan bayi
dan jelaskan bahwa rahim adalah tempat khusus bayi
tumbuh
c) Anak dapat membantu menyiapkan baju bayi dilaci
atau membantu menyiapkan tempat tidur bayi
d) Bantu anak menyesuaikan diri terhadap perubahan
e) Kenalkan anak dengan bayi lain, agar anak
mengetahui seperti apakah bayi
f) Ajak anak ketempat periksa dan mendengarkan DJJ
bayi
I. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil

Pemeriksaan fisik pada ibu hamil menurut Mualifah (2019)


sebagai berikut:

1) Anamnesis/pengkajian.
a) Identitas pasien dan suami termasuk nama, umur,
pekerjaan, nama suami, agama, alamat, pengobatan
yang akan diberikan, penentuan prognosis kehamilan
setelah mengetahui umur pasien
b) Keluhan yang muncul saat pemeriksaan
c) Riwayat menstruasi
i) Usia menarche
ii) Menstruasi teratur atau tidak, lamanya, jumlah
drah, nyeri atau tidak, siklus menstruasi
anamnesis ubu bertujuan untuk menilai fungsi alat
reproduksi
iii) Hari pertama haid terakhir, menentukan hari
perkiraan lahir dengan rumus naegele
iv) Riwayat perkawinan: kawin atau tidak, berapa
kali, jumlah anak
v) Riwayat kehamilan sebelumnya: terjafi
perdarahan atau tidak, hyperemesis gravidarium
vi) Riwayat persalinan sebelumnya: spontan/buatan,
aterm atau tidak, siapa yang menolong persalinan
ada perdarahan atau tidak
vii) Riwayat nifas sebelumnya: terjadi demam atau
tidak, perdarahan, laktasi
viii)Riwayat anak lahir: jenis kelamin, berat badan,
ada kecacatan atau tidak
ix) Riwayat kehamilan sekarang: hyperemesis
gravidarum, kapan merasakan gerak janin, ada
perdarahan atau flek tidak, sakit kepala, kaki dan
muka bengkak atau tidak, sakit pinggang
x) Riwayat penyakit keluarga: penyakit keturunan
ada atau tidak
xi) Riwayat kontrasepsi: menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak, jenisnya apa, ada efek
samping atau tidak
d) Pemeriksaan fisik pada ibu hamil
Meliputi pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan
lengkap head to toe untuk menemukan apakah ada
kelainan, termasuk status gizi, tinggi badan dan berat
badan, serta pemeriksaan tanda-tanda kehamilan
meliputi wajah, dada, abdomen, genetalia eksterna
dan interna serta pemeriksaan panggul.
i)Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum, gizi, bentuk tubuh, kesadaram
b. Tanda vital
c. Apakah ada anemia, sianosis, icterus, dyspnea
e) Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan leher
Distribus, jumlah dan kualitas rambut dikaitkan
dengan status nutrisi, fungsi endokrin dan perhatian
terhadap kebersihan diri
1. Pada mata: konjungtiva anemia atau tidak, sclera
ikterik atau tidak
2. Edema di wajah, cloasma gravidarum
3. Mulut pucat atau pecah-pecah , terdapat
stomatitis, gigi karies, gusi berdarah/bengkak
atau tidak
4. Leher: pemeriksaan pembesaran kelenjar tiroid
dan kelenjar limfe
b. Dada
1. Pemeriksaan jantung
2. Suara nafas
3. Retraksi dada atau tidak
4. Bentuk payudara
5. Ukuran simetris atau tidak
6. Pembesaran
7. Bentuk putting susu
8. Pigmentasi
9. Konsistensi
10. Ada nyeri payudara atau tidak
11. Keluar kolostrum atau cairan lainnya

c. Abdomen
1. Membesar
2. Perubahan pigmentasi
3. Adanya line gravidarum
4. Luka bekas operasi
5. Erlihat gerakan janin atau tidak
6. Inggi fundus uteri
7. Letak, presentasi, posisi dan penurunan janin
d. Genetalia eksterna dan vagina
1. Vulva: pada bagian perineum terdapat verises atau
tidak
2. Ada perdarahan yang keluar dari genetalian
eksterna dan interna atau tidak
3. Erdapat cairan yang keluar atau tidak
4. Anus terdapat hemoroid atau tidak
5. Pemeriksaan ekstermitas bawah
6. Edema: distribusi edema, derajat edema dan pitting
edema. Bila ada edema hubungkan dengan tekanan
darah ibu.
7. Kuku jadi pucat
8. Varices vena
9. Reflek patella
f) Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup
bulan setelah pembesaran uterus sehingga dapat
membedakan bagian-bagian janin melalui palpasi.
Kesulitan dalam pemeriksaan ini bila dilakukan janin
melalui palpasi. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum
melakukan pemeriksaan leopold adalah:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Anjurkan klien untuk mengkosongkan kandung
kemih sebelum pemeriksaan
3. Anjurkan klien untuk tidur terlentang rata punggung
dengan lutut sedikit fleksi
4. Cuci tangan dan hangatkan tangan dengan
menggosok kedua telapak tangan
5. Siapkan alat yang akan digunakan: lanec/dopler,
midline, selimut
6. Buka pakaian klien mulai dari prosesus xipoideus
sampai simpisis pubis
a) Leopold 1
Tujuan: untuk menentukan apakah kepala janin atau
bokong yang berada di fundus
Cara melakukan maneuver 1:
1) Mengobservasi abdomen pasien terlebih dahulu
sebelum palpasi
2) Menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari
kedua telapak tangan untuk mempalpasi fundus
uteri
3) Palpasi abdomen bagian atas dengan kedua
tangan
4) Apabila kepala janin teraba dibagian fundus,
yang akan teraba adalah keras, bulat, mudah
digerakan
5) Apabila bokong janin teraba dibagian fundus,
yang akan teraba adalah lembut, tidak
beraturan/tidak rata, melingkar dan sulit
digerakkan
b) Leopold 2
Tujuan: untuk mengidentifikasi punggung janin
berada disebelah kanan atau kiri ibu
Cara melakukan lepold 2:
1) Wajah diperiksa menghadap ke kepala pasien
2) Letakkan tangan pada kedua sisi abdeomen.
Pertahankan uterus dengan tangan yang satu,
dan palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi
punggung janin
3) Bagian punggung akan teraba jelas, rata,
cembung, kaku tidak dapat digerakkan
4) Bagian bagian kecil tangan dan kaki akan
teraba kecil, bantuk atau posisi tidak jelas
5) Ulangi untuk mempalpasisi lainnya
c) Leopold 3
Tujuan: untuk menentukan apakah kepala janin
yang berada pada inlet pelvis dan untuk
menentukan gerakannya dan sejauh mana
peregangannya.
Cara melakukan leopold 3:
1) Wajah pemeriksa menghadap kearah kepala ibu
2) Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada
kedua sisi abdomen pasien tepat diatas simpisis
dan minta pasien untuk menarik napas dalam
dan menghembuskannya. Pada saat pasien
menghembuskan napasnya, tekan jari tangan ke
bawah secara perlahan dan kedalam kesekitar
bagian presentasi. Catat kontur, ukuran dan
konsitensinya.
3) Bagian kepala akan teraba keras, rata dan
mudah digerakkan jika tidak terikat/tertahan, sulit
bertahan jika tertahan
4) Bagian bokong akan teraba lembut dan tidak rata
d) Leopold 4
Tujuannya : untuk menentukan apakah kepala janin
sudah terrfleksi baik di dalam pelvis
Cara melakukan leopald 4:
1) Pemeriksaan menghadap ke kaki pasien. Secara
perlahan gerakkan jari tangan ke sisi bawah
abdomen kearah pelvis hingga ujung jari salah
satu tangan menyentuh bagian tulang yang
menonjol. Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian
ujung terletak di bagian yang berlawanan dengan
punggung, ini adalah bagian pundak bayi, dan
kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada posisi
ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian
yang sama dengan punggung dan bagian
oksiput menjadi ujung kepala. Maneuver 4 ini
juga bisa mengidentifikasikan apakah bagian
presentasi sudah bisa masuk pintu atas panggul
(PAP) atau belum.
2) Jika hasil pemeriksaan kedua ujung jari masi
bertemu (convergent) dapat disimpulkan bagian
presentasi belum masuk panggul
3) Jika hasil pemeriksaan edua ujung jari sudah
tidak dapat bertemu (divergen) dapat
disimpulkan bagian presentasi sudah masuk ke
pintu atas panggul
g) Mengukur tinggi fundus uteri (TFU).
Mengukur tinggi fundus uteri (TFU) diatas simpisis
pubis digunakan sebagai salah satu indicator untuk
menentukan kemajuan pertumbuhan janin. Pengukuran TFU
juga dapat digunakan untuk perkiraan usia kehamilan. Tinggi
fundus yang tetap/stabil atau menurun merupakan indikasi
adanya retardasi pertumbuhan janin. Sebaliknya tinggi fundus
yang meningkat secara berlebihan menindikasikan adanya
jumlah janin lebih dari satu atau kemungkinan hidramnion.
Alat yang digunakan berupa midline. Pengukuran TFU dapat
dilakukan trimester ke 2.
Cara pengukuran :
1. Posisi pasien saat mengukur yaitu supinasi dengan kepaka
sedikit terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut
diluruskan
2. Cara bagian batas atas simpisis pubis dan tarik kearah
fundus uteri, alat ukur terletak di bagian ditengah abdomen
h) Perhitungan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Pergerakan Janin biasanya dirasakan oleh ibu pada usia 16
minggu (multigravida) atau 20 minggu (primigravida). DJJ dapat
didengar menggunakan dopler (12 minggu), fetoscope (18-20
minggu) atau ultrasound stetoscope (awal trimester).
Pemeriksaan USG kehamilan dapat lebih tepat memperkirakan
usia kehamilan dan digunakan apabila tanggal terakhir
menstruasi tidak dapat dipastikan atau jika ukuran uterus tidak
sesuai dengan kepastian tanggal menstruasi terakhir.

1. konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga (Family
Health Nursing) dapat dinyatakan berdasar berbagai sumber
berikut :
1) Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial dan individu-individu yang ada di dalamnya terlihat
dari pada interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).
2) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan daeah dan ikatan adopsi yang hidup Bersama
dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi
dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial
keluarga (Burgess dkk, 1963).
3) Keluarga adalah suatu sitem sosial yang berisi dua atau
lebih orang yang hidup bersama yang mempunyai
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal
bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan
bersama, mempunyai tujuan bersama generasi penerus,
saling pengrtian dan saling menyayangi (Murray & Zentner,
1997).
4) Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang
saling tergantung satu sama lainnya untuk emosi, fisik dan
dukungan ekonomi ( Hanson, 1996).
5) Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung
karena hubungan perkawinan, darah atau adopsi dan hidup
dalam satu rumah yang saling berinteraksi satu sama lain
dalam perannya masing-msing dan menciotakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan (Baylon dan Maglaya,
1978).
6) Keluarga adalah unit atau lebih dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan ( Depkes R.I, 1998).
7) Keluarga menurut Smart (1991), meliputi 5 sifat yaitu:
a) Keluarga merupakan unit suatu sistem.
b) Setiap anggota keluarg dapat atau tidak dapat saling
berhubungan atau dapat dan tidak selalu tinggal dalam
satu atap.
c) Keluarga dapat mempunyai anak ataupun tidak
mempuntai anak.
d) Terdapat komitment dan saling melengkapi antar
anggota keluarga.
e) Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten
terhadap perlindungan kebutuhan hidup dan sosialisasi
antar anggota keluarga.
Keluarga merupakan subsistem komunitas sebagai
sistem sosial yang bersifat unik dan dinamis. Oleh karena itu
perawat komunikasi perlu memberikan intervensi pada
keluarga untuk membantu keluarga untuk membantu keluarga
dalam mencapai derajat kesehatan yang diinginkan, dengan
mengambil langkah peningkatan pemberdayaan peran
keluarga (Allender & Spradley,(1997) memberikan alasan
mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai
sistem, membutuhkan Keluarga merupakan subsistem
komunitas sebagai sistem sosial yang bersifat unik dan
dinamis. Oleh karena itu perawat komunikasi perlu memberikan
intervensi pada keluarga untuk membantu keluarga untuk
membantu keluarga dalam mencapai derajat kesehatan yang
diinginkan, dengan mengambil langkah peningkatan
pemberdayaan peran keluarga (Allender & Spradley,(1997)
memberikan alasan mengapa keluarga menjadi penting,
karena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan
kesehatan seperti halnya individu agar dapat melakukan tugas
sesuai perkembangannya.
Tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat
kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat
fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat
mempengaruhi derajat kesehatan sistem diatasnya. Keluarga
sebagai suatu sistem, dimana sistem keluarga merupakan
bagian dari subsistem, perubahan pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi semua anggota keluarga.
Mempelajari keluarga secara untuh lebih mudah dari pada
mempelajari masing-masing anggotanya.
Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan
karena keluarga merupakan sumber kritikal untuk pemberian
pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan pada
keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan
individu. Disfungsi apapun yang terjadi pada keluarga akan
berdampak pada satu atau lebih anggota keluarga atau
keseluruhan keluarga, bila ada satu orang yang sakit akan
berpengaruh pada kelurga dan status kesehatan setiap
anggota keluarga, sangat memerlukan peran keluarga pada
saat menghadapi masalah yang terjadi pada keluarga. Juga
keluarga merupakan sistem pendukung yang vital untuk
individu, merupakan support sistem dan mengkaji setiap
sumber yang tersedia.
Karakteristik keluarga yang sehat, bila anggota
keluarga nya berinteraksi satu dengan yang lainnya, anggota
keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara fleksibel,
anggota keluarga selalu termotivasi untuk berkomunikasi
dengan keluarga lainnya dan juga dengan masyarakat sekitar
serta setiap anggota keluarga menguasai salah satu tugas
kelurga seperti pengambilan keputusan atau upaya pencarian
informasi.

b. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut:
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur peran
3) Struktur kekuatan
4) Nilai-nilai keluarga
a) Pola komunikasi keluarga
Pola tindakan yang berfungsi dalam keluarga memiliki
karakteristik terbuka, jujur, berpikir positif dan selalu
berupaya menyelesaikan konflik keluarga. Komunikasi
berkualitas antara pembicara dan pendengar komunikasi
yang tidak berfungsi dengan baik Fokus pembicaraan
hanya pada satu orang Tidak ada diskusi didalam rumah,
seluruh anggota keluarga hanya menyetujui entah benar-
benar setuju. Hilangnya empati didalam keluarga
b) Struktur Peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
porsi sosial yang diberikan. Struktur peran bersifat formal
atau informal.
c) Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak
(lagimate power), keahlian (exper power), hadiah ( reward
power), paksa ( coercive power ), dan efektif ( efektif
power ).
d) Struktur nilai-nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide. Sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu.
Sedangkan norma adalah pola perilaku yang di terima
pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

c. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Suprajitno (2012) yaitu sebagai berikut
:
1) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu dan anak yang
tunggal dalam saru rumah di tetapkan sanksi untuk legal
dalam suatu ikatan perkawinan
2) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misal
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,dll.
3) Reconstited Nuklear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami atu istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anak nya baik itu bawaan dari
perkawinan lama atau baru.
4) Middle Age
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah, anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau
meriti karir
5) Dyadis Nuklear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak
6) Commuter Married
Suami istri yang tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya mencari nafkah pada waktu tertentu.

7) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
ingin menikah.
8) Three Generation
Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
9) Group Mariage
Satu perumahan yang terdiri dari orang tua dan
keturunannya.
10) Contibing Couple
Dua orang yang tinggal bersama tanpa pernikahan

d. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi
dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan
oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi keluarga menutur
Friedman (1998) ; Setiawati & Dermawan (2005) yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari
anggota keluarga. Meruoakan respon dari keluarga terhadap
kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik
senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara
keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercemin dalam melakukan
pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan
norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-
nilai budaya keluarga. Bagaiman keluarga produktif terhadap
sosial dan bagaimana keluarga memperkenalkan anak
dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal
budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam
keluarga sehingga mampu berperan dalam masyarakat.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Tugas menyediakan kebutuhan fisik, makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.
Tugas perawatan keluarga :
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenak
masalah kesehatan
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga, keluarga
mengambil keputusan yang tepat
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat
e) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan di masyarakat
4) Fungsi reproduksi
a) Membuat kehidupan keluarga maupun keluarga lain
b) Memberikan contoh pengenalan kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan
fisik maupun mental
c) Mengambil kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang
berakitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak
dan jumlah ideal
d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai
modal yang kondusif menuju keluarga bahagia sejahtera
5) Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
seperti sandang, pangan, papan dan kebutuhan lainnya
melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan pengahasilan keluarga, menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap


perkmbangan (DUVAL)
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan
dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan
pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan
promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan
dukungan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada
keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Tahanp perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller (1985)
; Carter & Mc Goldrick (1998), mempunyai tugas
perkembangan yang berbeda seperti:
1) Tahap 1, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain
membina hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama
dengan membangun perkawinan yang saling memuaskan,
membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi
orang tua.
2) Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi
sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
3) Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak
tertua berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu
memenuhi kebutuhan anggota, mensosialisasikan anak,
mengintergrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
4) Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah ( anak tertua
usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengfan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan
anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5) Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua 13-20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6) Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak,
melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan,
membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami
maupun istri, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang
tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi
keluarga setelah ditinggalkan anak.
7) Tahap VII, orang tua usia pencegahan (tanpa jabatan
pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh
arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan
perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan
yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-
masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anak.
8) Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami
eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang
menyenangkan antar pasangan, menyenangkan antar
pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengklajian merupakan suatu tahapan saat seseorang
perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap
anggota keluarga yang dibinanya. Data dikumpulkan secara
sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat
pengkajian, metode observasi, wawancara, dan pemeriksaan
fisik (Maglaya, 2009).
Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing tahap
pengkajian. Variabel data dalam pengkajian keperwatan
keluarga mencakup :
1) Data Umum atau identitas keluarga mencakup nama kepala
keluarga, komposisi anggota keluarga, alamat, agama,
suku, bahasa sehari-hari, jarak pelayanan kesehatan
terdekat dan alat transportasi.
2) Kondisi kesehatan semua anggota terdiri dari nama,
hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-
tanda vital, status imunisasi dasar, dan penggunaan alat
bantu atau protesa serta status kesehatan anggota keluarga
saat ini meliputi keadaan umum, riwayat keluarga atau
alergi.
3) Data pengkajian individu yang mengalami masalah
kesehatan (saat ini sedang sakit) meliputi nama individu
yang sakit, diagnosa medis, rujukan dokter, atau rumah
sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan,
pernapasan, muskuloskletal, neurosensori, kulit, istirahat
dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya,
kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data
penunjang medis individu yang sakit (lab, radiologi, EKG,
USG).
4) Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan
pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai,
tempat pembuangan sampah, dll.
5) Struktur keluarga; struktur keluarga mencakup struktur
peran, nilai atau value, komunikasi, kekuatan. Komponen
struktur keluarga ini akan menjawab pertanyaan tentang
siapa anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara
anggota keluarga.
6) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel
perkembangan keluarga ini akan menjawab tahap
perkemvbangan keluarga, tugas perkembangan keluarga.
7) Fungsi keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari aspek
instrumental dan ekspresif. Aspek instrumental fungsi
keluarga adalah aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek ekspresif fungsi
keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi , pemecahan
masalah, keyakinan, dll. Pengkajian variabel fungsi
keluarga mencakup kemampuan keluarga dalam
melakukan tugas kesehatan keluarga, meliputi kemampuan
menganal masalah kesehatan, mengambil keputusan
mengenai tindakan keperawatan yang tepat, merawat
anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah
yang sehat dan menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat.

Sumber data dalam pengkajian keluarga meliputi :


1. Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga
dapat diperoleh dari wawancara dengan klien berkaiatan
dengan kejadian sebelumnya dan kejadian sekarang,
penilaian subyektif misalnya pengalaman setiap anggota
keluarga, maupun temuan yang obyektif misalnya hasil
observasi berbagai fasilitas yang ada di rumah keluarga.
2. Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi
yang tertulis atau lisan dari berbagai agensi yang
berhubungan atau bekerjasama dengan keluarga, atau
informasi dari anggota tim kesehatan yang lain.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis
mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh
melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat
dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan
–tindakan dimana perawtan bertanggung jawab
melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis
dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap
perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur
keluarga, fungsoi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, baik
yang bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat
memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan
tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.

Anda mungkin juga menyukai