Anda di halaman 1dari 41

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

MODEL PENGKAJIAN KELUARGA CALGARY YANG


DIKEMBANGKAN OLEH WRIGHT DAN LEAHEY PADA
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA USIA
PERTENGAHAN

Disusun oleh :

Kelompok VII
1. Dewi Puspitasari (1807053)
2. Leni Darmawati (1807062)
3. Lukluk Atun Mahmudah (1807063)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu
merupakan bagian dari keluarga dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan
tanpa hambatan yang berarti. Pada tahun 1960, keluarga di Indonesia sekitar 30 juta,
tahun 1990-an menjadi 35-40 juta, dan pada awal abad ke-21 diperkirakan berlipat
jumlahnya menjadi 60-65 juta (BKKBN, 1996 dalam Suprajitno, 2004).
Menurut UU No.10 tahun 1992 dalam Suprajitno, 2004 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Keluarga adalah kelompok individu manusia yang melakukan interaksi yang
pastinya memiliki suatu masalah-masalah kesehatan di dalamnya. Perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
kepada keluarga sebagai kesatuan dengan sehat sebagai tujuan keperawatan sebagai
sarananya.
Berbagai fenomena di dalam keluarga yang tercermin dalam masalah
kesehatan keluarga yang ada memiliki kaitan yang erat dengan tugas keluarga
khususnya dalam bidang kesehatan. Hal ini dimuali dengan pengenalan masalah
kesehatan, penentuan tindakan kesehatan yang tepat, merawat keluarga yang
mengalami gangguan, modifikasi lingkungan, dan pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal
ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga yang untuk memenuhi kebutuhan tiap
individu yang ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.
Keluarga Tn. S yang beralamatkan di RT 02 RW 16 dusun Samban menjadi
studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini karena ada beberaa alasan yang
mendukung dijadikannya keluarga Tn. M sebagai sasaran dalam Asuhan Keperawatan
Keluarga diantaranya yaitu :
1. Keluarga Tn. M merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terapat
usia pertengahan
2. Tn. M ada yang menderita penyakit hipertensi

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Keluarga Tn. M mau dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui
pemberian asuhan keperawatan keluarga.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. M
b. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada
keluarga Tn. M, kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring
dengan keluarga.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga.
d. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas
perawatan kesehatan.
e. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan keluarga yang diberikan kepada
keluarga Tn.M
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan Keluarga.
b. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga dengan melalui Asuhan Keperawatan Keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri.
Sehingga tercipta peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Model dan Konsep Pengkajian Calgary


The Calgary Family Assessment Model (CFAM) merupakan suatu model
pengkajian keluarga terintegrasi yang bersifat menyeluruh, sistem kerangka kerja
multidimensional, sibernetika, dan komunikatif. CFAM dikembangkan oleh Tom &
Sanders (1983) sebagai kerangka pengkajian keluarga dan dikategorikan kedalam tiga
kategori yaitu struktural, developmental dan fungsional. Tiap kategori tersebut terdiri
atas beberapa subkategori (Levac, Wright, and Leahey, 2009).
B. Tujuan
Model intervensi keluarga Calgary memiliki tiga domain tujuan keluarga, yaitu :
a. Kognitif, intervensi diarahkan pada domain kognitif fungsi keluarga memberikan
ide, pendapat, informasi atau pendidikan baru tentang masalah atau resiko
kesehatan tertentu.
b. Afektif, tindakan keperawatan diarahkan pada domain affektif fungsi keluarga
yang ditujukan untuk membantu keluarga yang memiliki respon emosi yang tinggi
sehingga dapat menghentikan upaya penyelesaian masalah mereka.
c. Perilaku, strategi keperawatan diarahkan untuk membantu anggota keluarga untuk
berinteraksi/berperilaku secara berbeda antara satu dengan yang lain serta dengan
orang lain diluar keluarga.

Pengkajian struktural keluarga dalam tahap perkembangan dengan usia pertengahan


dimulai dengan pengkajian struktur internal. Struktur internal terdiri atas enam (6)
subkategori yaitu:
1. Komposisi dalam keluarga (Family composition)
Jenis komposisi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Komposisi keluarga
dapat terdiri atas keluarga inti (nuclear family), orang tua tunggal (single parent),
keluarga tiri, keluarga lesbian, gay biseksual, queer (ambigu/aneh), intersexed,
trangendered, atau twin-spirited (LGBQITT). Pertanyaan yang perlu diajukan
perawat kepada keluarga adalah: saya siapa saja yang ada di dalam keluarga,
apakah ada orang lain yang tinggal dengan keluarga, dan kaji menurut keluarga
adakah orang lain yang dianggap sebagai keluarga tapi tidak tinggal serumah
sekarang, dan kaji adakah yang bukan anak atau saudara kandung di dalam
keluarga.
2. Jenis kelamin (Gender)
Pada subkategori gender, hal yang dikaji adalah pengenalan dan persepsi anggota
keluarga mengenai peran jenis kelamin wanita dan laki-laki di dalam keluarga.
Tiap anggota keluarga mampu menidentifikasi jenis kelamin masing-masing dan
berpenampilan juga berperilaku sesuai jenis kelaminnya. Pertanyaan perawat yang
perlu dimunculkan adalah: bagaimana harapan anggota keluarga terhadap perilaku
anggota keluarga berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan,
pandangan keluarga pada feminitas dan maskulinitas. Kaji apakah ada masalah
yang terjadi dalam penentuan jenis kelamin pada anggota keluarga.
3. Sexual Orientation
Pada subkategori ini perawat mengkaji tentang orientasi seksual di dalam keluarga
apakah keluarga mengetahui tentang heteroseksual, homoseksual, LGBQITT.
4. Urutan/Posisi (Rank order)
Subkategori ini merujuk pada posisi orang tua usia pertengahan di dalam keluarga
5. Subsystem
Tiap individu dalam sebuah keluarga memiliki beberapa subsistem yang berbeda. Dalam
hal ini posisi anggota kelurga dalam sebuah hubungan kekeluargaan.
6. Batasan keluarga (Boundaries)
Batasan keluarga merujuk pada peraturan-peraturan yang ada di dalam keluarga.
Bagaimana keterlibatan orang tua usia pertengahan dalam keluarga, bagaimana sifat dari
batasan yang dibuat dalam keluarga apakah fleksibel, kaku, permeable, terbuka atau
tertutup. Tanyakan juga siapa yang biasa memberi perhatian dan perlindungan di dalam
keluarga, kepada siapa biasanya tersebut berbagi saat senang dan sedih.
(Levac, Wright, and Leahey, 2009).

Berdasarkan model CFAM, setelah pengkajian struktur internal selesai kemudian


perawat melakukan pengkajian struktur eksternal yang meliputi:
1. Keluarga Besar (Extended family)
Keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan keluarga pembentuk atau pendukung lainnya.
Levac, Wright, and Leahey (2009) merekomendasikan pengkajian terhadap seberapa sering
dan bagaiman tipe kontak keluarga dengan keluarga besar untuk mencari informasi
mengenai kualitas dan kuantitas dukungan yang diperoleh keluarga.
2. Sistem Lebih Luas (Larger System)
Subkategori ini mengacu pada agen-agen sosial dan personal yang memiliki hubungan
berarti dalam keluarga. Pertanyaan yang dapat diajukan perawat adalah mengenai siapa
yang terlibat dalam pelayanan kesehatan keluarga, bagaimana hubungan antara keluarga
dengan sistem yang lebih luas, apakah ada agen professional yang datang ke rumah
(keluarga, perawat).

Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengkajian struktural konteks. Konteks


menjelaskan keseluruhan kondisi atau latarbelakang yang berhubungan dengan
individu di dalam keluarga. Misalnya pada usia pertengahan konteks yang dapat
mempengaruhinya adalah hubungan dengan pasangan hidup, tetangga, hubungan di
dalam agama dan Negara.. Konteks meliputi lima (5) subkategori sebagai berikut.
1. Etnis (Ethnicity)
Subkategori ini dimaksudkan untuk mencari tahu konsep kebangsaan yang dianut
oleh keluarga diantaranya yaitu kombinasi dari kebudayaan, suku, ras dan
agama. Perawat perlu mengetahui etnis apa yang dianut oleh keluarga, perbedaan
nilai dan kepercayaan dalam keluarga, larangan dan anjuran yang berlaku bagi
remaja sesuai budaya yang dianut. Perawat juga perlu mengkaji apakah keluarga
mebentuk jaringan sosial dengan etnis yang sama dan apakah sesama etnis saling
tolong-menolong.
2. Ras (Race)
Perawat perlu mengkaji ras apa yang dianut oleh keluarga, apakah ada perbedaan antar
keluarga dalam ras yang sama dalam menangani anak usia remaja.
3. Kelas Sosial (Social Class)
Kelas sosial terbentuk berdasarkan keberhasilan tingkat pendidikan, jumlah pendapatan
dan pemasukan yang diperoleh. Tanyakan kepada keluarga apakah kelas sosial
mempengaruhi keyakinan terhadap perawatan kesehatan, nilai, dan interaksi didalam
keluarga, apakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga mempengaruhi masalah
finansial keluarga. Tanya juga apakah keluarga sudah pernah pindah dalam 5 tahun
terakhir, apakah dengan pindah memberi pengaruh baru terhadap keluarga. Kaji
bagaimana kondisi keuangan mempengaruhi pelayanan kesehatan yang digunakan
keluarga, apakah pekerjaan berdampak terhadap tingkat stress dalam keluarga.
4. Agama dan Spiritual (Spirituality and/or Religion)
Kaji apa agama yang dianut dalam keluarga apakah sama atau berbeda dengan
orangtuanya dan anak-anaknya, apakah keluarga terlibat dalam kegiatan
keagamaan tertentu, kepada siapa anggota keluarga lainnya menceritakan masalah
dalam mengatasi penyakit yang dialami, apakah keyakinan spiritual yang dianut
memberikan motivasi untuk mengatasi masalah yang terjadi, apakah keluarga dan
menemukan cara lain, doa, keyakinan dan agama lain yang membantu dalam
mengatasi masalah keluarga.
5. Lingkungan (Environmental)
Perawat perlu mengkaji kondisi lingkungan rumah dengan membuat denah rumah.
Tanyakan layanan masyarakat apa yang digunakan oleh keluarga, adakah layanan
masyarakat yang ingin diikuti tetapi tidak tahu bagaimana menjangkaunya. Kaji
apa yang membuat keluarga merasa lebih nyaman berada di lingkungan daripada
diam di dalam rumah.

Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan


istilah penjajakan.

1. Penjajakan I
a. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga
6) Tipe keluarga
7) Tipe bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahapan perkembangan
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
6) Fungsi pendidikan
7) Fungsi religius
8) Fungsi rekreasi
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berrespon terhadap situasi / stressor.
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. Data tambahan
Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-
data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga
b. Perumusan diagnosis keperawatan
c. Penyusunan perencanaan
d. Pelaksanaan asuhan keperawatan
e. Evaluasi

C. Tahap dan tugas Perkembangan Keluarga usia pertengahan


Tahap VII : orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orang tua
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pension atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki
usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pension, biasanya 16-18
tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahannya
merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orang tua
mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga dari hasil perkawinan keturunannya.
Pasangan postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah)
biasanya tidak terisolasi saat ini, semakin banyak pasangan usia pertengahanhidup
menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase postparental, dengan hubungan
ikatan keluarga hingga 4 generasi, yang merupakan hal yang biasa. (Troll, 1971)
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada penyesuaian perkawinan,
pada distribusi kekuasaan antara suami dan istri (lebih merata), dan pada peran
(diferensiasi peran perkawinan meningkat).(Leslie dan Korman, 1989). Bagi banyak
keluarga yang kepuasan maupun status ekonominya meningkat (Rollins dan Feldman,
1970), tahun-tahun ini dipandang sebagai usia kehidupan yang paling baik. Keluarga-
keluarga usia pertengahan umumnya secara ekonomi lebih baik daripada tahap-tahap
siklus kehidupan lain. Partisipasi kekuatan buruh yang meningkat oleh wanita dan
berpendapatan yang lebih tinggi daripada periode sebelumnya oleh pria bertanggung
jawab untuk keamanan ekonomi yang dialami oleh kebanyakan keluarga usia
pertengahan. Kegiatan-kegiatan waktu luang dan persahabatan yang dinikmati satu
sama lain disebut factor utama yang menimbulkan kebahagiaan. Kepuasan seksual
juga memiliki korelasi yang positif dengan komunikasi yang lebih baik dan kepuasan
perkawinan (Levin dan Levin, 1975), meskipun para suami dengan usia pertengahan
mungkin mengalami penurunan kemampuan seksual. Komunikasi suami istri intim
sangat penting untuk mempertahankan pengertian dan keinginan satu sama lain dalam
tahun-tahun ini.
Akan tetapi bagi sejumlah pasangan, tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena
masalah-masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri
merka bahwa mereka gagal membesarkan anak dan usaha kerja. Selanjutnya tidak
jelas apa yang terjadi dengan kepuasan perkawinan dan keluarga melewati siklus
kehidupan berkeluarga. Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan
bahwa kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawunan berlangsung dan
terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman)

D. Tugas Perkembangan Keluarga usia Pertengahan


1. Pertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan
Dalam masa ini upaya ntuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih
menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka telah
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64
tahun. Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang
daripada tidak pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk
mengembalikan begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang telah
terjadi, seperti tekanan darah tinggi akibat kurangnya olah raga, stress yang
berkepanjangan, menurunnya kapaasitas vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup
mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang
dibangitkan bila seorang teman atau anggota keluarga mengalaminserangan
jantung, stroke, atau kanker. Selain takut keyakinan bahwa pemeriksaan yang
teratur dan kebiasaan hidup yang sehat merupakan cara-cara yang efektif
untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga
merupakankekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker, dan stroke
merupakan dua pertiga dari semua penyebab kematian antara usia 46 hingga
64 tahun dan sebagai penyebab kematian urutan keempat.
2. Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak anaknya dan sebayanya
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka ke dalam keluarga dan
meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini
mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duval dalam Friedman). Tugas
perkembanganini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa
seperti sebuah keluarga da mendatangkan kebahagiaann yang berasal dari
posisi sebagai kakek nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24
jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek nenek
secara khusu terjadi pada tahap siklus kehidupan ini. Kakek nenek
memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu mereka pada saat-saat
krisis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian dorongan dan
dukungan
3. Meningkatkan keakraban pasangan atau hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebu benar-benar sendirian setelah bertahun tahun
dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun mincul
sebagai sambutan kelegaan, bagi kelompok pasangan merupakan pengalaman
yang menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan
menikah daripada sebagai orang tua. Bagi pasanganyang mengalami masalah ,
tekanan hidup yang menurun dalam tahun tahun postparental tidak
mendatangkan kebahagiaan perkawinan melainkan menimbulkan kebohongan.
Menurut Kerckhoff para konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa
ketika timbul perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan
seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas
traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini berkaitan dengan kepuasan
diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang membosankan.
Tugas-tugas perkembangan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan atau
harapan sosio kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita sejak
dulu hingga kini tetap memiliki harapan sesuai di atas bagian penentu sebagai
orang dewasa pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam masa
usia pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong terciptanya
hubungan hidup berkeluarga. Kebutuhan individu pada suatu pihak dan tugas
perkembangan pada lain pihak. Pemanduann antara keduanya menimbulkan
energy yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk bersatu
dalam satu jalinan hubungan berkeluarga

E. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga usia pertengahan


Menurut Fridman, 1998, pada fase ini, masalah kesehatan yang dapat terjadi pada
keluarga dewasa pertengahan yaitu:
1. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan waktu
luang dan tidur yang kurang, nutrisis yang tidak baik, program olahraga yang
tidak teratur, pengurangan berat badan hingga berat badan yang optimum,
berhenti merokok, berhenti atau mengurangi penggunaan alcohol,
pemeriksaan skrining kesehatan preventif.
2. Masalah-masalah hubungan perkawinan
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, cucu, dan orang tua yang
berusia lanjut.
4. Masalah yang berhubungan dengan perawatan: membantu perawatan orang
tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat diri
5. Tugas perkembangan

Usia pertengahan yang merupakan usia rata-rata para orang tua melepaskan anak
mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan yang terperangkap yaitu
terperangkap antara tuntutan kaum muda da terperangkap antara dunia kerja dan
tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya
tidak mungkin memenuhi tuntuan-tuntutan dari kedua bidang tersebut.
KASUS

Sebuah keluarga dengan kepala keluarga Tn. M usia 60 tahun. Memiliki seorang istri
Ny. S berusia 55 tahun. Anak pertama bernama An. S, berjenis kelamin laki-laki, berusia 27
tahun dan baru 3 bulan menikah dan berprofesi sebagai guru. Anak kedua bernama An. T,
berjenis kelamin perempuan, berusia 25 tahun, sekarang sudah bekerja di bank swasta. Kedua
anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi denganorang tuanya, mereka sudah memiliki
tempat tinggal sendiri.
Tn. M bekerja sebagai Guru SMP dan Ny. S sebagai Ny. Sumah tangga. Sebagai Guru
SMP, Tn. M mendapat gaji Rp. 3.000.000 per bulan. Tahun depan Tn. M akan pensiun. Tn.
M merasa sedikit bingung dengan apa kegiatan yang akan ia lakukan setelah pensiun dan
memikirkan bahwa penghasilan juga akan berkurang.
Tn. M memiliki penyakit hipertensi sejak 5 tahun lalu. Tn. M sering merasa pusing
dan terasa berat pada tengkuk saat Tn. M merasa terlalu lelah. Akan tetapi Tn. M tidak segera
berobat ke puskesmas, Tn. M hanya beristirahat dan meminum obat warung karena
beranggapan bahwa sakit tersebut akan hilang dengan sendirinya. Rumah terlihat berantakan,
tidak ada pertukaran udara karena kurangnya ventilasi rumah.
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. M
b. TTL : Kab. Semarang, 30 Maret 1957
c. Usia : 60 Tahun
d. Alamat : Samban, rt 5/ rw 7 Bergas
e. Pekerjaan KK : Guru SMP
f. Pendidikan KK : SMA
g. Komposisi keluarga : Ayah, ibu dan dua orang anak

N Pekerja
Nama JK TTL Hubungan Pendidikan
o. an
1. Ny. S P Kab. Semarang, 12 Agustus Istri IRT SMP
1964
2. An. S L Kab. Semarang, 25 Juni Anak Guru S1
1989
3. An. T P Kab. Semarang, 10 April Anak Pegawai S1
1991 Bank

Genogram
Keterangan : Tn.S tinggal dalam satu rumah berdua dengan Ny.M saja.
: Laki-laki

: Perempuan

….. : Tinggal dalam satu rumah

h. Tipe keluarga
Tipe keluarga adalah keluarga inti (nuclear family) dengan orang tua dan dua
anak kandung.
i. Latar belakang budaya
Keluarga ini adalah keluarga dengan latar belakang budaya Jawa baik Tn. M
maupun Ny. S.
j. Agama
Keluarga memeluk agama islam dan aktif dalam kegiatan keagamaan di
lingkungan sekitar. Ny. S sering mengikuti pengajian ibu-ibu setiap satu
minggu sekali. Menurut Ny. S, keluarganya melaksanakan shalat dan puasa.

k. Status sosial ekonomi keluarga


Tn. M merupakan pencari nafkah di keluarga, ia bekerja sebagai guru SMP.
Status ekonomi tergolong sederhana dengan penghasilan Rp. 3.000.000 per
bulan. Menurut Ny. S, penghasilan Tn. M sudah mencukupi kebutuhan sehari-
hari. Keluarga Tn. M tidak memiliki tabungan yang dikhususkan untuk
kesehatan.
l. Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Pada hari libur, biasanya keluarga Tn. M berkumpul di rumah untuk
membersihkan kebun kecil dibelakang rumah mereka dan menonton televisi
bersama. Waktu luang juga biasa digunakan Ny. S untuk berbincang dengan
tetangga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. M dalam tahap keluarga dengan usia pertengahan
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menurut Ny. S, suaminya saat ini sedang menjelang masa pensiun. Tn. M
bingung dengan kegiatan apa yang akan ia lakukan setelah pensiun. Karena
selama ini sebagai guru SMP adalah satu-satunya kegiatan Tn. M. Saat ditanya
bagaimana perasaan Tn. M menjelang masa pensiun, Tn. M menjawab bahwa
ia bingung dan merasa sedih. Tn. M menjelaskan bahwa pensiun adalah
kejadian di mana seseorang harus berhenti dari pekerjaannya, karena usia yang
sudah lanjut dan harus diberhentikan ataupun atas permintaan sendiri. Tn. M
berkata bahwa pensiun bukanlah suatu masalah, akan tetapi masa setelah
pensiun yang merupakan suatu masalah, disamping tidak memiliki kegiatan,
penghasilan pun akan berkurang. Tn. M dan Ny. S mengatakan bahwa mereka
tidak mengetahui tahap perkembangan keluarga usia pertengahan. Tugas
dalam tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah mempertahankan
kesehatan individu dan pasangan. Sedangka tugas perkembangankeluarga
yang sudah terpenuhi yaitu meningkatkan keakraban pasangan dan
mempertahankan hubungan yang serasi dengan anak-anaknya.
c. Riwayat keluarga inti
Kedua orang tua saat ini hidup di lingkungan yang sama. Mereka berpacaran
terlebih dahulu sebelum menikah. Saat menikah, keduanya berada pada usia
yang sudah matang yaitu Tn. M 31 tahun dan Ny. S berusia 27 tahun.
Keluarga dikaruniai anak setelah 2 tahun menikah yaitu An. S. Setelah itu Ny.
S mengikuti keluarga berencana dan baru mempunyai anak lagi setelah anak
pertama berusia 2 tahun.
Saat ini kondisi Tn. M pusing dan berat pada tengkuk. Tn. M sudah di
diagnosis hipertensi sejak 5 tahun lalu saat berobat ke puskesmas. Saat ditanya
mengenai hipertensi, Ny. S dapat menjelaskan dengan sederhana bahwa
hipertensi adalah tekanan darah tinggi. Tn. M dan Ny. S tidak mengetahui
penyebab dari hipertensi, selain itu Tn. M dan Ny. S tidak mengetahui tanda
dan gejala hipertensi selain pusing dan berat pada tengkuk. Menurut Ny. S,
keluhan Tn. M tidak terlalu mengkhawatirkan karena Tn. M tidak terlihat
sakit, dan tetap dapat menjalankan aktivitas seperti biasa. Tn. M tidak mau
berobat ke puskesmas karena merasa bahwa keluhan tersebut akan hilang
dengan sendirinya.

3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga merupakan rumah sendiri, ukuran 9x6
meter. Menurut Ny. S, keluarganya belum mampu merenovasi rumah karena
keterbatasan biaya. Rumah terlihat berantakan. Jarak antara rumah Ny. S
dengan yang lainnya sangat dekat, hanya kurang dari satu meter. Kondisi
ventilasi kurang karena sehingga cahaya yang masuk sedikit dan pertukaran
udara sangat kurang. Tn. M sering merasa pengap dan sesak dengan kondisi
rumah. Tetapi ia tidak mengatakan dengan istrinya. Istrinya mengatakan
bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ventilasi rumah sudah seperti
itu saat mereka pertama kali tinggal. Untuk mengubahnya tentu
membutuhkan biaya. Ny. S mengatakan bahwa rumah yang bersih adalah
rumah yang di sapu setiap hari. Ny. S mengatakan rumahnya sudah cukup
bersih. Menurut Ny. S ini tidak menjadi masalah karena semua rumah di sini
juga mengalami hal yang sama.

b. Karakteristik tetangga dan lingkungan RW


Lingkungan di mana keluarga Tn. M tinggal merupakan tempat hunian yang
padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya kurang
dari 1 meter. Terdapat banyak rumah petak atau rumah kontrakan disekitar
rumah Ny. S. Antar tetangga sangat rukun, mereka terkadang menghabiskan
waktu untuk mengobrol di teras salah satu rumah. Jarak masjid hanya
sekitar 50 meter dari rumah Ny. S. Menurut Ny. S, sebelumnya terdapat
klinik dokter akan tetapi sekarang sudah tidak ada. Sehingga apabila ada
anggota keluarga yang sakit, mereka pergi ke puskesmas yang berjarak 500
meter. Kegiatan posyandu biasa diadakan di rumah pak RT.
Untuk fasilitas umum, lingkungan rumah Ny. S sangat strategis karena
dekat dengan Pasar Karangjati yang berjarak kurang lebih 1 KM.
c. Mobilitas geografis keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini mereka
tempati dan tidak pernah pindah rumah.
d. Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, Ny. S selalu mengikuti
pengajian tiap minggu.
e. Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan dari keluarga besar sangat membantu keluarga Tn. M dan Ny. S.
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka anggota keluarga lain akan
membantu pekerjaan rumah.

4. Struktur lingkungan
a. Pola komunikasi
Komunikasi antara Tn. M dan Ny. S tidak mengalami kesulitan, apabila
terdapat hal yang penting dibicarakan biasanya mereka langsung
membicarakannya. Menurut Ny. S, mereka sama-sama orang jawa jadi jika
berbicara tanpa basa basi. Tn. M dan Ny. S dekat dengan anak-anak mereka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga Tn. M, kekuasaan dibagi menurut peran masing-masing. Untuk
masalah-masalah yang berhubungan dengan kepentingan rumah tangga, Tn. M
menyerahkan sepenuhnya pada Ny. S namun apabila tidak bisa diatasi, An. E
selalu meminta bantuan dan pertimbangan Tn. M. Tn. M selalu memberikan
tanggung jawab keuangan kepada Ny. S. Apabila terdapat keputusan penting
dan mendesak, Tn. M lah yang bertanggungjwab mengambil keputusan dan
semua keluarga akan mematuhi.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Tn. M: bapak dan suami, ia merupakan pencari nafkah satu-satunya dan
merupakan pemimpin keluarga. Perannya di keluarga dilakukan sebaik-
baiknya, menurut Tn. M ia selalu berusaha menjadi suami dan bapak yang
baik.ia selalu berusaha memenuhi keinginan istri dan anaknya. Tn. M tidak
pernah mengambil keputusan sepihak, ia selalu melibatkan Ny. S untuk
memberikan masukan. Tn. M selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
dengan keluarga.
Ny. S: Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Ia selalu berusaha
memberikan yang terbaik dan mengasuh anak-anaknya dengan sebaik-
baiknya. Ia pun merasa sangat dihargai oleh suaminya sehingga tidak mau
mengecawakan Tn. M.
An. S: Merupakan anak pertama. Menurut Ny. S, An. S merupakan tumpuan
harapan keluarga. An. S setiap bulan sering mengirimkan uang untuk kedua
orang tuanya. Begitupun dengan An. T.
d. Nilai atau norma dalam keluarga
Nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai jawa karena mereka berasal dari
suku yang sama. Namun menurut Ny. S ia tidak tahu seperti apa nilai jawa
sehingga mereka menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Norma yang
dianut adalah norma agama. Apabila menurut agama tidak baik, maka mereka
tidak akan melakukan hal tersebut.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Tn. M danNy. S selalu berusaha saling memperlihatkan kasih sayang baik
antara mereka berdua untuk anak-anaknya. Tidak ada perbendaan antara anak
pertama dan kedua. Mereka selalu berusaha menerapkan komunikasi terbuka
dalam segala hal sehingga jarang jarang terjadi perselisihan antara Tn. M dan
Ny. S.
b. Fungsi sosialisasi
Dalam hal pengasuhan anak, Tn. M menyerahkan sepenuhnya pada Ny. S
namun apabila ada masalah yang mendesak biasanya mereka membicarakan
bersama. Menurut keluarga, anak adalah amanah yang harus dijaga sebaik-
baiknya. Keluarga mencoba menerapkan kedisiplinan kepada semua anak
mereka, sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik.
Begitu juga dengan anak-anak mereka.
c. Fungsi perawatan keluarga
Dalam keluarga, Ny. S yang berperan melakukan perawatan pada anak-anak
mereka saat masih kecil dan Tn. M. Ny. S mengatakan bahwa ia selalu
berusaha menyiapkan sarapan untuk mereka keluarga, dengan membeli bahan
di pasar. Untuk semua anaknya, saat masa kehamilan ibu menjaga kehamilan
dengan kemampuan dan biaya seadanya, dan setelah anaknya lahir Ny. S
membawa anak-anaknya ke posyandu untuk imunisasi. Apabila ada anggota
keluarga yang sakit, jika tidak terlalu mengganggu maka tidak diberi obat.
Apabila sudah merasa tidak enak badan, salah satu keluarga membelikan obat
di warung.
6. Koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang serta kesehatan keluarga
Keluarga tidak merasakan adanya stressor saat ini.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stessor
Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap stressor yaitu:
1) Sistem dukungan sosial keluarga kuat. Keluarga besar selalu memberikan
bantuan kepada keluarga Tn. M
2) Tempat tinggal yang memadai dengan sarana kesehatan yang tersedia
3) Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman masa lalu dan
berpusat pada Ny. S untuk menangani masalah kesehatan pada keluarga.
Keluarga juga menggunakan sistem dukungan sosialnya yaitu dari keluarga
besar dalam membantu mereka saat membutuhkan pertolongan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga terutama Ny. S secara sadar telah melakukan adaptasi disfungsional
yaitu apabila tidak memiliki biaya untuk membeli sayuran, Ny. S masih dapat
memtik sayur di kebun belakang rumah mereka.

7. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pada keluarga secara umum kondisi
kesehatan secara fisik, Ny. S tidak memiliki gangguan. Sedangkan Tn. M merasa
pusing dan berat pada tengkuk. An. S (anak pertama) dan An. T (anak kedua)
belum terkaji karena mereka tidak ada dirumah saat dilakukan pengkajian.
Dibawah ini akan dijabarkan hasil pemeriksaan fisik Tn. M.

No. Prosedur Hasil Pemeriksaan


1. Pemeriksaan umum
a. Penampilan umum Saat ini Tn. M berusia 60 tahun. Tubuh Tn. M
proporsional dengan TB 168 cm dan BB 62 kg,
cara berpakaian rapi, tubuh dan pakaian terlihat
bersih.
b. Status mental Status emosi Tn. M normal, tingkat kecerdasan
rata-rata, orientasi baik, cara bicara normal dan
dapat dimengerti.
2. Pemeriksaan kulit, kuku dan rambut
Kulit Kulit terlihat bersih, pigmentasi kulit merata,
turgor kulit elastis, permukaan kulit tidak kering,
tekstrur kulit lembut, tidak terdapat lesi,
sensitivitas baik.
Rambut dan kulit kepala Rambut dan kulit kepala terlihat bersih, warna
rambut hitam, tebal, tekstur halus, jumlah dan
distribusi normal, tidak terdapat lesi pada kulit
kepala.
Kuku Kuku bersih, rata dan tidak terdapat kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala Kepala terlihat simetris, bentuk oval, tidak ada lesi
dan tenderness. Rambut berwarna hitam dan
distribusi merata, testur halus, tebal, tidak ada kutu
dan ketombe. Tn. M mengatakan kepala terasa
pusing.
Muka Wajah terlihat simetris, warna kulit sawo matang,
distribusi warna merata sesuai dengan warna kulit
tubuh.
Telinga Teling tidak ada kelainan, tidak ada les, bengkak
maupun nyeri tekan.
Mata Mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda,
sklera berwarna putih.
Hidung dan sinus Hidung terlihat simetris, tidak ada lesi maupun
cairan.
Mulut dan tenggorokan Warna bibir merah muda, lembab, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada gigi berlubang dan tidak ada
bau mulut.
Leher Leher terlihat simetris, tidak ada gangguang fungsi
dan kelainan anatomis. Akan tetapi Tn. M
mengatakan terasa berat pada tengkuk.
4. Pemeriksaan dada
Pernapasan Pernapasana normal, 18 kali per menit, Tn. M
tidak mengalami gangguan pernapasan. Terdengar
suara bronchial pada trakea, bronkhovesikuler
pada bronkus, vesikuler pada paru-paru. Tidak
terdengar suara atau bunyi napas tambahan.
Kardiovaskuler Bunyi jantung normal, terdengar suara S1 dan S2.
Tidak terdengar suara murmur. TD 140/90 mmHg,
nadi 88 kali per menit.
5. Pemeriksaan abdomen
Bising usus terdengar jelas pada kuadran kanan atas, frekuensi 10 kali per
menit, turgor elastis.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas tidak ada kelainan, tidak ada gangguan fungsi maupun kelainan
anatomis.

8. Harapan keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat untuk membantu mengatasi
masalah Tn. M dan ingin sekali Tn. M tidak memiliki keluhan lagi.
9. Persepsi keluarga terhadap masalah
Keluarga mengganggap apa yang terjadi pada keluaarga Tn. M adalah biasa.
Keluarga akan mencari pelayanan kesehatan ketika ada anggota keluarga Tn. M
ada keluhan atau mereka akan mencari perawat/bidan/dokter terdekat untuk
berobat. Apabila ada yang sakit jarang sekali minum obat dari warung atau justru
terkadanng minum ramuan tradisional.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. TINJAUAN TEORI
a. Definisi Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien
(Herdman, 2012).
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti
praktik keperawatan (Ali, 2009).
Diagnosa keperawatan juga sebagai suatu bagian dari proses keperawatan
yang di reflesikan dalam standar praktik American Nurses Assiation (ANA).
Standar-standar ini memberikan suatu dasar luas untuk mengevaluasi praktik dan
mereflesikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima asuhan keperawatan
(Am, 1980)
Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan interprestasi data
yang di peroleh dari pengkajian klien. Diagnosa keperawatan memberikan
gambaran tentang kesehatan yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi,
dimana pengambilan keputusannya dapat di lakukan dalam batas wewenang
perawat.
b. Tujuan Diagnosa Keperawatan
Ada beberapa hal yang dijadikan alasan dalam penulisan diagnosa keperawatan
yaitu diantaranya:
1. Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.
2. Memberikan kesatuan bahasa dalam profesi keperawatan.
3. Meningkatkan komunikasi antar sejawat Perawat dan profesi kesehatan
lainnya.
4. Membantu merumuskan hasil yang diharapkan / tujuan yang tepat dalam
menjamin mutu asuhan keperawatan, sehingga pemilihan intervensi lebih
akurat dan menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.
5. Menciptakan standar praktik keperawatan.
6. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

c. Tipe diagnosa keperawatan


Penentuan diagnosa kesperawatan, bagaimanapun lebih sulit dan kompleks dari
pada penentuan diagnosa medis. Hal itu dikarenakan data dari hasil pengkajian
tidak selalu menjadi data batasan karakteristik (S) dalam format PES pada
diagnosa keperawatan, tetapi juga bisa menjadi etiologi (E) pada format PES.
Data ini bahkan bisa berfungsi sebagai label diagnosa itu sendiri (Herdman,
2012). Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001) dapat di bedakan
menjadi diagnosa keperawatan syndromedan kolaborasi, Sedangkan menurut
Herdman (2012) diagnose keperawatan dapat dibedakan menjadi diagnosa
keperawatan aktual, resiko, kemungkinan, dan kesejahteraan. Diagnosa
keperawatan menurut Carpenito (2001) dan Herdman (2012) dapat di jelaskan
sebagai berikut :
1) Aktual
Suatu diagnosa keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis yang harus
di validasi oleh perawat karena adanya batasan karakteristik mayor. Jenis
keperawatan tersebut memiliki empat komponen : dimulai dari label, defenisi,
karakteristik dan faktor yang berhubungan. Label yang di berikan juga harus
singkat dan jelas, hal itu bertujuan untuk mempermudah dalam membantu
membedakan diagnosa yang ada agar dapat di bedakan antara diagnosa yang
satu dengan diagnosa yang lainnya. Syarat untuk menegakkan suatu diagnosa
keperawatan maka di perlukan adanya Problem, etiology, symptom (PES)
yang dijelaskan sebagai berikut :
a) Problem (Masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan
atau masalah kesehatan klien secara singkat dan sejelas mungkin. Karena
pada bagian ini dari diagnosa keperawatan mengidentifikasi apa yang
tidak sehat tentang klien dan apa yang harus di rubah tentang status
kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari
asuhan keperawatan.
b) Etiologi (Penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah faktor faktor klinik dan personal yang dapat
merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.
Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual
serta faktor-faktor lingkungan yang di percaya berhubungan dengan
masalah baik sebagai penyebab maupun faktor resiko. Karena etiologi
mengidentifikasi faktor yang mendukung terhadap faktor masalah
kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung
dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan
penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efesien.
c) Symptom (tanda atau gejala)
Merupakan identifikasi data objektif dan subjektif sebagai tanda dari
masalah keperawatan memerlukan kriteria evaluasi
2) Resiko Tinggi
Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana
individu maupun kelompok lebih rentan mengalami masalah yang sama di
bandingkan orang lain di dalam situasi yang sama atau serupa. Syarat untuk
menegakkan diagnosa resiko ada unsur PE (Problem and Etiologi ) dan untuk
penggunaan batasan karakteristik yaitu “resiko dan resiko tinggi “ tergantung
dari tingkat kerentanan/keparahan suatu masalah. Dan faktor yang terkait
untuk diagnosa keperawatan resiko merupakan faktor yang sama dengan
keperawatan aktual seperti yang sudah dibahas sebelumnya di diagnosa
keperawatan aktual.
3) Potensial
Diagnosa potensial adalah diagnosa keperawatan yang memerlukan data
tambahan, hal tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya suatu diagnosa
yang bersifat sementara, dan dalam menentukan suatu diagnosa keperawatan
yang bersifat sementara bukanlah menunjukan suatu kelemahan atau keraguan
dalam menentukan suatu diagnosa, akan tetapi merupakan suatu proses
penting dalam keperawatan.
B. ANALISA DATA

No. Data Masalah Etiologi


1. Data subjektif: Ketidakefektifan kurang pengetahuan
a. Tn. M mengatakan kepalanya managemen tentang program
sering terasa pusing kesehatan terapeutik
b. Terasa berat pada tengkuk keluarga
c. Sudah didiagnosis hipertensi
sejak 5 tahun lalu
d. Tn. M tidak pernah berobat,
bila keluhan datang Tn. M
hanya istirahat atau membeli
obat warung
e. Saat ditanya mengenai
hipertensi, Tn. M dan Ny. S
dapat menjelaskan secara
sederhana bahwa hipertensi
adalah tekanan darah tinggi
f. Tn. M dan Ny. S tidak
mengetahui penyebab
hipertensi
g. Tn. M dan Ny. S tidak
mengetahui tanda dan gejala
hipertensi selain pusing dan
berat pada tengkuk
h. Menurut Ny. S dan Tn. M
tidak terlalu
mengkhawatirkan karena
keluhan akan hilang dengan
sendirinya
i. Tn. M mengatakan sering
merasa pengap dan sesak
dengan kondisi rumah
Data Objektif:
- TD 140/90 mmHg
-. Nadi 88 kali per menit
- Tidak memiliki obat
hipertensi
- Kondisi ventilasi kurang karena
sehingga cahaya yang masuk
sedikit dan pertukaran udara
sangat kurang

2. Data Subjektif: Risiko kesepian Ketidakmampuan


a. Ny. S mengatakan suaminya pada keluarga Tn. keluarga mengenal
saat ini sedang menjalang M khususnya Tn. tahap perkembangan
masa pensiun. M keluarga dengan usia
b. Tn. M mengatakan bahwa ia pertengahan
bingung dan merasa sedih.
Karena selama ini ia
menjalani profesi sebagai
guru tetapi sebentar lagi ia
tidak akan menjalankan
kegiatan tersebut lagi.
c. Tn. M menjelaskan bahwa
pensiun adalah kejadian di
mana seseorang harus
berhenti dari pekerjaannya,
karena usia yang sudah lanjut
dan harus diberhentikan
ataupun atas permintaan
sendiri.
d. Tn. M berkata bahwa pensiun
bukanlah suatu masalah,
akan tetapi masa setelah
pensiun yang merupakan
suatu masalah, disamping
tidak memiliki kegiatan,
penghasilan pun akan
berkurang
e. Tn. M dan Ny. S mengatakan
bahwa mereka tidak
mengetahui tahap
perkembangan pada keluarga
usia pertengahan.

Data Objektif:
a. Tn. M terlihat bingung
b. Bertanya mengenai tugas
perkembangan keluarga pada
usia pertengahan.

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan managemen kesehatan keluarga berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang program terapeutik .
2. Resiko kesepian pada keluarga Tn. M khususnya Tn. M berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal tahap perkembangan keluarga usia pertengahan
.
C. PRIORITAS MASALAH

1. 1. Diagnosa 1: Ketidakefektifan managemen kesehatan keluarga berhubungan dengan


kurang pengetahuan tentang program terapeutik .

No. Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah: 3/3 x 1 = 1 Masalah hipertensi telah terjadi
aktual pada Tn. M, sejak di diagnosa
1 hipetensi 5 tahun lalu. Saat ini
Tn. M mengeluh pusing dan
berat pada tengkuk.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = 2 Keluarga memiliki sumber
untuk diubah: daya yang cukup kuat untuk
mudah mengatasi masalah yaitu:
a. Pola komunikasi yang baik
dalam keluarga
b. Keluarga besar selalu
memberikan bantuan
2
c. Tersedianya pelayanan
kesehatan yaitu puskesmas
yang berjarak 200 meter
d. Ny. S tidak bekerja di luar
rumah sehingga memiliki
banyak waktu untuk
merawat Tn. M
3. Potensial untuk 2/3 x 1 = 2/3 Masalah sudah berlangsung
dicegah: cukup cukup lama, yaitu 5 tahun lalu.
1 Jarak rumah dengan pelayanan
kesehatan dekat.

4. Menonjolnya 1/1 x 1 = 1 Saat Tn. M mengeluh pusing


1
masalah: dan berat pada tengkuk,
masalah ada keluarga tidak langsung
tetapi tidak membawa ke palayanan
perlu segera kesehatan. Tn. M hanya
ditangani istirahat dan meminum obat
warung. Ny. S mengatakan
keluhan akan hilang dengan
sendirinya.

Total 4 2/3

2. Diagnosa 2: Risiko kesepian pada keluarga Bp. Y khususnya Bp. Y berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga mengenal tahap perkembangan keluarga usia
pertengahan

No. Kriteria Perhitungan Bobot Pembenaran


1. Sifat masalah: 2/3 x 1 = 2/3 Tn. M saat ini merasa
risiko 1 bingung dan sedih menjlang
pensiun.
2. Kemungkinan 1/2 x 2 = 1 Keluarga memiliki sumber
untuk diubah: daya yang cukup kuat untuk
sebagian mengatasi masalah yaitu:
a. Pola komunikasi yang
baik dengan An. S
2
b. Sistem dukungan
keluarga yang sangat
kuat
c. Hubungan keluarga
yang harmonis
3. Potensial untuk 3/3 x 1 = 1 Tn. M dan Ny. S memiliki
dicegah: tinggi kebun di halaman belakang
1 sehingga berkebun bisa
dijadikan kegiatan setelah
Tn. M pensiun.
4. Menonjolnya 1/2 x 1 = 1/2 Masalah tidak dirasakan
masalah: karena dianggap hal yang
1
masalah tidak biasa dan tidak
dirasakan membahayakan.
Total 3 1/6
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Tinjauan teori
a. Defenisi dan tujuan Intervensi Keperawatan (Perencanaan)
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhnya kebutuhan klien
(Maryam,2008).
Intervensi keperawatan menurut Dochterman & Bulechek adalah “ semua
treatment yang didasarkan pada penilaian klinik dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan outcome pasien/klien”.Tahap perencanaan dapat disebut sebagai
inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan
awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,
termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan
keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk
klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal.
Tujuan Intervensi yaitu untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya
kembali masalah dengan menganalisis kondisi lingkungan internal maupun
eksternal yang mengacu pada upaya pencapaian tujuan (Mc Namara,2010).
b. Pedoman penetapan intervensi berdasarkan SMART :
S : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )

M : Measurable ( tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya


tentang Perilaku klien; dapat di lihat, didengar, diraba, dirasakan dan
dibau )

A : Achievable ( tujuan harus di capai )

R : Realistic ( Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah )

T : Time ( Tujuan keperawatan harus ada target waktunya )


c. Tipe-Tipe Intervensi Keperawatan

Menurut Walkinson (2007) intervensi keperawatan terdiri dari tiga tipe :


1. Intervensi mandiri ( independent intervention )
Tipe intervensi ini adalah tipe dimana perawat diijinkan untuk meresepkan,
melakukan atau mendelegasikan intervensi berdasarkan pada pengetahuan dan
keterampilan perawat.
2. Intervensi ketergantungan ( dependent intervation)
Tipe intervensi ini adalah tipe dimana intervensi diresepkan oleh dokter dan
dilakukan oleh perawat. Medical order biasanya meliputi order untuk
pengobatan, terapi IV, tes diagnostic, penanganan, diet dan aktifitas. Perawat
bertanggungjawab untuk menjelaskan, mengkaji, kebutuhan untuk intervensi
ini, dan melaksanakan medical orders.
3. Intervensi saling ketergantungan ( interdependent intervention )
Tipe intervensi ini juga disebut dengan collaborative yang dilakukan secara
berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain. Misalnya phsycal
therapy, pekerja social, ahli gizi dan dokter.Intervensi disini menggambarkan
tanggung jawab yang overlapping.
B. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak M dengan hipertensi

No Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 2x NIC 1 : Panduan sistim pelayanan
managemen kunjungan 90 menit) keluarga kesehatan
kesehatan keluarga mengetahui tentang penyakit 1. Jelaskan system perawatan
berhubungan dengan Hipertensi. kesehatan segera
kurang pengetahuan TUK 1 : keluarga mampu 2. Mantu pasien atau keluarga
tentang program mengenal penyakit Hipertensi untuk berkoordinasi dan
terapeutik . TUK 2 : keluarga mampu mengkomunikasikan
memutuskan untuk mengatasi perawatan kesehatan
atau merawat anggota keluarga 3. Bantu pasien atau keluarga
dengan masalah Hiertensi memilih professional
TUK 3 : keluarga mampu perawatan kesehatan yang
merawat anggota keluarga tepat
dengan masalah Hipertensi 4. Informasikan kepada pasien
TUK 4 : keluarga mampu atu keluarga jenis fasilitas
memodifikasi lingkungan untuk pelayanan kesehatan dengan
mengatasi asalah Hipertensi tepat
TUK 5 : keluarga bisa NIC 2 : Fasilitasi pembelajaran
memanfaatkan fasilitas 1. Tentukan tujuan pembelajaran
kesehatan untuk mengatasi yang realistis, jelas, dan mudah
masalah Hipertensi dipahami
2. Buat isi pendidikan kesehatan
1 sesuai dengan kemampuan
memahami pasien
3. Berikan informasi yang sesuai
dengan tingkat perkembangan
pasien
4. Hubungkan informasi dengan
kebutuhan dan keinginan
pasien
5. Gunakan alat bantu untuk
menggambarkan materi yang
penting dan kompleks
6. Berikan informasi yang
merangsang perubahan
perilaku pasien dan keluarga
NIC 3 : Dukungan keluarga
1. Yakinkan keluarga bahwa
pasien sedang diberikan
perawatan terbaik
2. Pertimbangkan beban
psikologis dan prognosis
terhadap keluarga
3. Dukung harapan yang realistis
4. Dengarkan kekhawatiran,
perasaan, dan pertanyaan dari
keluarga
5. Orientasikan keluarga terkait
tatanan pelayanan kesehatan,
seperti rumah sakit atau klinik

No Tujuan
Diagnosa Kep. Intervensi
.
2. Risiko kesepian Setelah dilakukan intervensi NIC 1 : Pemeliharaan proses
pada keluarga Tn. M selama 2x45 menit, keluarga keluarga
khususnya Tn. M mampu mengenal masalah a. Diskusikan bersama keluarga
berhubungan dengan dalam tahap usia pertengahan. tentang pengertian tahap keluarga
ketidakmampuan TUK 1 : keluarga mampu dengan usia pertengahan
keluarga mengenal mengenal tugas-tugasa dalam b. Identifikasi efek perubahan peran
tahap perkembangan tahap perkembangan usia terhadap proses keluarga
keluarga usia pertengahan c. Jelaskan kepada keluarga tentang
pertengahan TUK 2 : keluarga mampu tugas perkembangan keluarga
memutuskan cara agar tidak pada tahap ini
merasa kesepian d. Jelaskan kepada keluarga
TUK 3 : keluarga mampu mengenai masalah yang sering
merawat anggota keluarga yang terjadi dengan usia pertengahan
memiliki ketergantungan e. Bantu keluarga untuk
TUK 4 : mampu menciptakan mengidentifikasi tugas
lingkungan dimana anggota perkembangan yang telah atau
keluarga secara terbuka dapat belum dilakukan
mengungkapkan perasaan f. Beri kesempatan pada keluarga
TUK 5 : mampu berpartisipasi untuk bertanya
dalam kegiatan masyarakat g. Bantu keluarga untuk
mengulangapa yang telah di
diskusikan
h. Beri pujian atas perilaku yang
benar
NIC 2 : Peningkatan sosialisasi
a. Anjurkan kegiatan social dan
masyarakat
b. Tingkatkan berbagi masalah
umum denganorang lain
c. Tingkatkan hubungan dengan
orang-orang yang memiliki
minat dan tujuan yang sama
d. Fasilitasi masukan pasien dan
perencanaan kegiatan di masa
depan
NIC 3 : Pengurangan kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
b. Pahami situasi krisis yang
terjadi dari pespektif klien dan
keluarga
c. Berikan informasi factual
terkait diagnosis, perawatan,
dan prognosis
d. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat
e. Pertimbangkan kemampuan
klien dalam mengambil
keputusan
Evaluasi keperawatan keluarga Tn. M dengan usia pertengahan

No Evaluasi
Diagnosa Kep. NOC Ttd
. Sebelum Sesudah
1. Ketidakefektifan TUK 1 : keluarga S: S:
managemen mampu mengenal - Tn. M mengatakan - Keluarga
kesehatan penyakit Hipertensi belum memahami mengatakan bersedia
keluarga TUK 2 : keluarga tentang penyakit untuk diberikan
berhubungan mampu memutuskan
Hipertensi penyuluhan
dengan kurang untuk mengatasi atau
pengetahuan merawat anggota - Tn. M mengatakan hipertensi aga dapat
tentang program keluarga dengan sering merasa mengontrol tekanan
terapeutik masalah Hiertensi pusing dan sakit di darah Tn. M
TUK 3 : keluarga tengkuknya. - Keluarga
mampu merawat - Ny. S mengatakan
anggota keluarga mengatakan
bingung kalau Tn.
dengan masalah mengerti saat
M tiba tiba
Hipertensi diberikan
TUK 4 : keluarga merasakan pusing penyuluhan tentang
mampu memodifikasi hipertensi
lingkungan untuk O:
mengatasi asalah - Tn. M
Hipertensi O:
1. TD: 140/80 mmhg - Keluarga
TUK 5 : keluarga mampu
bisa memanfaatkan 2. N: 80x/’ menyebutkan
fasilitas kesehatan Keluarga mampu
untuk mengatasi 3. Rr: 20x/’
menyebutkan
masalah Hipertensi - Ny. S terlihat pengertian
cemas dengan Hipertensi
keluhan suaminya - penyebab Hipertensi
A : masalah belum - Keluarga mampu
teratasi menyebutkan 3
tanda dan gejala
P : rencanakan
Hipertensi
pertemuan
- Keluarga mampu
selanjutnya untuk
menyebutkan 5 dari
memberikan
6 faktor predisposisi
pendkes tentang
terjadinya Hipertensi
penyakit
- Keluarga mampu
hipertensi dan cara
menyebutkan 5
memodifikasi
penatalaksanaan
lingkungan
Hipertensi di rumah
- Keluarga tampak
senang dan
tersenyum
- Keluarga juga
mengucapkan terima
kasih pada perawat
atas informasi yang
diberikan
A : masalah teratasi
P :pertahankan
intervensi
2. Risiko kesepian TUK 1 : keluarga S : S :Keluarga
pada keluarga - Ny. S mengatakan mengatakan bahwa
mampu mengenal
Tn. M khususnya suaminya saat ini mereka sudah
Tn. M tugas-tugasa dalam sedang menjalang mengetahui
berhubungan penyebab keluarga
tahap perkembangan masa pensiun.
dengan mereka merasa
ketidakmampuan usia pertengahan - Tn. M mengatakan kesepian. Klien
keluarga bahwa ia bingung mengatakan sudah
TUK 2 : keluarga dan merasa sedih.
mengenal tahap mampu
perkembangan mampu memutuskan Karena selama ini mengidentifikasi
keluarga usia ia menjalani cara
cara agar tidak
pertengahan profesi sebagai menghindari/menga
merasa kesepian tasi rasa kesepian
guru tetapi
dalam keluarga
TUK 3 : keluarga sebentar lagi ia O : keluarga mampu
mampu merawat tidak akan menyebutkan
menjalankan tugas-tugas
anggota keluarga
kegiatan tersebut keluarga pada tahap
yang memiliki lagi. keluarga usia
- Tn M mengatakan pertengahan
ketergantungan
A : masalah teratasi
anaknya sudah
TUK 4 : mampu P : lanjutkan intervensi
berkeluarga dan dan berikan
menciptakan sudah tidak tinggal reinforcementterha
lingkungan dimana serumah lagi dap ernyataan dan
sehingga takut kegiatan yang
anggota keluarga
merasa kesepian dilakukan oleh
secara terbuka dapat keluarga
O:
-
mengungkapkan - Tn. M terlihat
perasaan bingung dan sedih
A : masalah belum
TUK 5 : mampu teratasi
berpartisipasi dalam P : lanjutkan
intervensi
kegiatan masyarakat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu
yang memiliki hubungan erat satu salam alin, saling tergantung yang diorganisir
dalam satu unit tunggal dalam rangka mengcapai tujuan tertentu.
Terdapat 8 tahap perkembangan keluarga yaitu tahap keluarga pemula, tahap
keluarga sedang mengasuh anak, tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah, tahap
keluarga dengan anak usia sekolah, tahap keluarga dengan anak remaja, tahap
keluarga dengan anak dewasa, tahap keluarga usia pertengahan, dan tahap keluarga
lanjut usia.
Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, prioritas masalah, rencana asuhan keperawatan keluarga, catatan
perkembangan dan evaluasi.

B. Saran
1. Keluarga

a. Diharapkan keluarga tetpamempertahankan / meningkatkan perilaku yang


menunjang kesehatan, misalnya tetap memeriksakan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan bila anggota keluarga sakit serta melaksanakan diit dan
olahraga setiap hari
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam hal perilaku kesehatan dan tambahan
informasi baru diharapkan keluarga aktif dalamkegiatan perkumpulan di
sekitarnya, misalnya posyandu lansia ataupun puskesmas setempat
2. Petugas Kesehatan

a. Sebaiknya peleyanan kesehatan keluarga tetapo dipertahankan dan


ditingkatkan sehingga pelayanan lebih merata dan dapat mendeteksi secara
dini keluarga resiko tinggi
b. Diharapkan petugas keehatan meneruskan pemantauan pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga sehingga berjalan berkesinambungan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


Suparman,Lucilla. 2012. Pemeriksaan fisik Keperawatan. Bogor
Wilkinson,Judith M. 2011. Buku saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC
Walkinson J.M. 2007. Nursing Procces and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey. Pearson
Education.
Flores,R.M.N. 2009. Basic Principles of Publick Health Administration and Management,
Published 01/16/2009, http://www.scribd.com/doc/ 10509982/Basic-Principles-of-Public-
Health diperoleh 10 maret 2010.
Mc Namara. 2010. Introduction to Management: Management functions, Encyclopedia of
Business, 2nd ed, http://www.referenceforbusiness.com/management/log-mar/management-
functions.html diperoleh 13 maret 2010.
Maryam, dkk. 2008. Buku Ajar Berfikir Kritis Dalam proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ria Riksani. 2012. Cara Mudah Dan Aman Pijat Bayi. Jakarta : Dunia
Sehat.

Anda mungkin juga menyukai