7.zulfadli Adha Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Pada Tanaman Sayuran
7.zulfadli Adha Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Pada Tanaman Sayuran
SKRIPSI
SKRIPSI
Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing
Zulfadli Adha Nasution lahir di Sibuhuan pada tanggal 31 Mei 1993. Anak dari
Langkat.
Kabupaten Karo.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas
anugrah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
saudara tersayang Fahmi dan Niswah yang telah memberikan doa dan
4. Tulang Ir.Irwan Zainal Nasution yang telah memberi dukungan bagi penulis.
5. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis dan Kakak Bagian Tata Usaha dan
Rizki Taufik Harahap, Ridho, Kudri, Ijal, Muzzani , Fitrah, Budi Ginting,
Fadil, Futri, Nelfita dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu.
7. Abang Kakak Senior yang telah banyak membantu 2010, 2009 dan 2008 yang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ...............................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................9
1.4 Kegunaan Penelitian.............................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................11
2.2 Landasan Teori ....................................................................................19
2.3 Peneliti Terdahulu ................................................................................32
2.4 Kerangka Pemikiran .............................................................................33
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ..................................................38
3.2 Metode Penentuan Sampel ..................................................................39
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................41
3.4 Metode Analisis Data ..........................................................................41
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ......................................................49
3.5.1 Defenisi ................................................................................36
3.5.2 Batasan Operasional .............................................................37
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian .................................................................52
4.2 Karakteristik Sampel Dalam Penelitian ...............................................58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan
Pupuk Tanaman Sayuan ............................................................................. 66
5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk pada
Usahatani Sayuran ...................................................................................... 82
5.3 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori LDR .................94
5.4 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Seharusnya Berdasarkan Teori
Efisiensi dengan Penggunaan Pupuk oleh Petani .............................102
5.5 Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk Untuk Tanaman Sayuran Oleh
Petani Sayuran di Daerah Penelitian .................................................108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................................111
6.2 Saran ..................................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. JUDUL
1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo
Tahun 2015
2. Karakteristik Petani Kubis Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun
2015
3. Karakteristik Petani Wortel Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun
2015
4. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga
dengan Menggunakan Frontier
5. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis dengan
Menggunakan Frontier
6. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Wortel dengan
Menggunakan Frontier
7. Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga
8. Hasil Analisis Statistik Kubis
9. Hasil Analisis Statistik Wortel
10. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis Bunga
11. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis
12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel
13. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga
14. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel
15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis
16. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Kubis Bunga
17. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Wortel
18. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Kubis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh
manusia. Namun, masih banyak dari penduduk Indonesia tidak menyadari akan
masyarakat akan sayuran yang masih rendah. Menurut FAO (Food and
tentu saja angka tersebut masih jauh lebih rendah dari standar FAO.
sayuran Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan seperti pada Tabel
1.1.
peningkatan produksi yakni, kubis, kol bunga dan sawi. Namun komoditi lain
terkadang mengalami penurunan produksi juga atau dengan kata lain produksinya
terbesar dalam hal potensi produksi sayur-sayuran. Keadaan alam dan iklim yang
menjadi salah satu faktor penting menjadikan Kabupaten Karo sebagai sentra
produksi sayuran terbesar di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
Utara yakni 1.026.433 ton dan Kabupaten Karo menjadi daerah penghasil sayuran
ke Singapura dan Malaysia. Kubis, kubis bunga dan wortel merupakan jenis-jenis
Berikut ini realisasi ekspor 3 komoditi tahun 2008- 2012 pada masing- masing
eksportir :
Kol / Kubis(Kg)
No. Nama Perusahaan
2008 2009 2010 2011 2012
1 UD. Rohaya Tani 10.300.966 9.785.918 10.177.354 10.686.222 11.236.533
2 UD. Jaya Tani 15.451.449 14.678.876 15.266.032 16.029.333 16.854.800
3 UD. Cahaya Baru 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400
4 Pagoda 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400
5 PT. Selek Tani - - - - -
6 PT. Horti Jaya Lestari 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267
7 PT. Tani Deli Nusa 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267
Total Ekspor Kab.Karo 51.504.829 48.929.588 50.886.772 53.431.111 56.182.667
Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah
Pada Tabel 1.3 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis
Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir,
volume ekspor Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar
56.182.667 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 48.929.588 Kg.
Tabel 1.4 Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan Eksportir di
Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
Pada Tabel 1.4 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis
bunga Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun
terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 17.752
Pada Tabel 1.5 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor
wortel Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun
1.528.220 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 1.358.707 Kg.
unsur hara. Pengelolaan unsur hara yang salah melalui teknik budidaya yang
kurang baik akan mempengaruhi dan membatasi ketersediaannya sehingga
Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan
Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka
akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K
Tigapanah yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo
mengatakan bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut
masih belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani
tingkat produksi panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi,
sayuran di daerah tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim
tanam berikutnya.
Di sisi lain, petani sayuran juga menyatakan ada berbagai faktor lain yang
mempengaruhi mereka menggunakan dosis pupuk. Harga pupuk yang murah juga
meskipun itu sudah melewati aturan. Pada hakekatnya, hal yang mendasari petani
sayuran memupuk lebih banyak yakni karena sebagian besar petani beranggapan
semakin banyak dosis pupuk yang diberikan maka akan menghasilkan produksi
yang akan meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan permintaan
jumlah komoditi sayuran baik di pasar lokal maupun untuk pasar ekspor,
mereka dan salah satu alternatifnya yakni menambah jumlah pupuk yang
Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara
panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal
ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran
kubis bunga dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak
100 kg/ha, ZA 250 kg/ha. TSP atau SP-36 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Untuk
g. Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan
harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).
rusaknya tanah apabila dipakai pupuk terus-menerus. Di mana apabila tanah diberi
pupuk terus-menerus dan dalam dosis besar seperti penggunaan urea, maka dalam
jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan cenderung
keras dan tentu hal ini tidak baik untuk keberlangsungan usaha tani sayuran
karena salah satu faktor pentingnya yakni kesuburan tanah. Di sisi lain, pupuk
juga bisa mencemari daerah perairan dikarenakan pupuk yang sulit terurai dalam
waktu singkat terbawa oleh air hujan ke sungai-sungai dan bermuara ke laut. Hal
ini berdampak pada semakin cepat dan tidak terkendalinya jumlah populasi
gondok yang menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari dan oksigen
susah menembus permukaan perairan yang berdampak pada matinya biota ada di
seperti sayuran dan buah-buahan juga berdampak buruk bagi kesehatan konsumen
hal ini dikarenakan akan mengakibatkan penyakit seperti kanker, tumor, dan
penyakit kronis lainnya apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Residu kimia
yang ada di dalam makanan tersebutlah yang menjadi faktor utama penyebab
penyakit sehingga perlu ada penggunaan pupuk dan pestisida secara tepat untuk
pendapatan petani. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya biaya yang dikeluarkan
peningkatan jumlah penerimaan kepada petani. Hal ini menjadi tidak efisien di
banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan dosis pupuk yang
tidak sesuai dan bahkan penggunaan yang cenderung berlebihan oleh petani
Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
Kabupaten Karo?
Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
(harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran
Wortel (Daucus carota L.) merupakan salah satu tanaman yang termasuk
dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat
tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim
hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk
pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel bukan tanaman asli Indonesia,
berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia
Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang
lalu. Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah,
menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian
Sub-Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak
tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang
berikut :
Ordo : Capparales
Genus : Brassica
cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan
serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun
yang di atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan
ulat atau patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang
Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun- daun
Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun-
daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin
panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin
seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15-
200C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60 - 90%. kalau
dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania,
sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing
disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa
bunganya (curd). Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih
sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleracea var. Botrytis L.
permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga
air besar. Menurut Rukmana (1995), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g
kubis bunga adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium
(22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1
perbedaannya pada bentuk daun dan ukuran krop. Menurut Pracaya (2001) bahwa
secara umum kubis bunga dibedakan atas 3 jenis yaitu: (a) jenis pendek,
mempunyai ciri ukuran daun sedang, daun sebelah luar melengkung ke arah luar
dan daun sebelah dalam melengkung ke arah dalam sehingga ujungnya menutupi
krop, (b) jenis besar, mempunyai ciri ukuran kepalanya lebih besar daripada jenis
pendek. Jenis besar ini juga mempunyai daun lebih tegak dan lebih panjang,
kepala bunga lebih bulat lebih tebal dan berat, (c) jenis kepala ungu, jenis ini akan
berubah warnanya menjadi hijau pucat pada saat masa panen, kepala bunga tidak
tertutupi daun. Jenis kepala ungu ini biasanya tidak dibudidayakan secara besar-
seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila
jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu
level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun
Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk
anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan
mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering
a. ZA (Zwavelzure ammoniak)
menjadi padat.
e. Phosphat Cirebon
Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan
anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar
dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang
pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut.
Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang
dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan
hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman
sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan
jasa (output = product). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan
kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau
fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk
matematis menjadi,
Q = f(L, K, T, W)
di mana : Q = Jumlah barang dan jasa (output)
L = Tenaga Kerja
K = Modal
T = Tanah
W = Wirausaha/ Skill
Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau
empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel
Q = f( L)
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu
disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel
ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran
data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data
tersebut menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila
sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier.
Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan
standar, indah dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi Cobb-
Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari hukum The
menurun dengan kenaikan pemakaian jumlah input. Hal ini sesuai dengan hukum
The Law of Diminishing Returns, dimana pada hakikatnya apabila jumlah input
ditambah maka akan meningkatkan jumlah output yang diperoleh. Namun akan
ada suatu saat di mana meskipun jumlah input terus ditambah namun, tidak
jumlah output sebagai akibat dari penambahan jumlah input yang telah melebihi.
Hal ini lah yang perlu disikapi di dalam hukum kenaikan hasil yang semakin
menurun. Misalnya, penambahan jumlah pupuk pada tanaman dalam dosis yang
tetap akan meningkatkan jumlah produksi tanaman. Namun apabila dosis terus
ditambah sampai overdosis maka, hal ini akan mengakibatkan produksi tanaman
akan menurun atau bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman. Berikut ini
berikut :
b. Increasing returns to scale, jika (a+b) > 1. Artinya, jika K dan L ditambah
lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari proporsi
pertambahan input.
c. Decreasing returns to scale, jika (a+b) < 1. Artinya, jika K dan L
menjadi kurang dari dua kalinya. Output bertambah kurang dari proporsi
Diminishing Returns) disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor
pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor
produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula
terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil
nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain
bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu
yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor
sebagai berikut :
1. TP (Total product) atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level
pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor
produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas
hasil dibag dengan jumlah input yang dipakai. Kalau AP tenaga kerja
(Labour) disingkat APL (Average Product of Labour), kalau AP modal
Ep ini adalah :
3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya
terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal
(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisensi yang
diemikian disebut efisiensi harga atau allocative efficiency. Ada beberapa istilah
mengenai efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis dan efisiensi
marjinal masing – masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (vi) atau ki = 1.
kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat
bYPy = Px ...................................................................................(2.1)
Atau
bYPy = 1 .....................................................................................(2.2)
dimana:
B = elastisitas produksi
Y = produksi
Py = harga produksi
berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input
disebut X dan jumlah output X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan
dB = Py . dY - PX
dX dX
Py . MP = PX
VMP = PX
VMP(NPMXi) = 1
PX
VMP = Value Marginal Product
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering
Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah
maka efisiensi teknis belum cukup karena pada kondisi itu belum tentu
Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi.
tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi
adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/ alokatif dari
seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu
Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
EE = ET . EH .................................................................................(2.3)
di mana :
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
Di mana :
Y = dosis pupuk
b0 = intercept
X1 = harga pupuk
X2 = harga sayuran
X3 = pengalaman petani
e = standart error
dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
variabel dependen.
2. Uji T-hitung
Hipotesis
Ho : βo = 0
H1 : βo ≠ 0
bi−Bi
t-hitung = 𝑆𝑏𝑖
t-tabel = tα/2(n-p)
keterangan:
Kriteria uji :
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-
pupuk (Y), sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka faktor-
3. Uji F-hitung
Hipotesis :
H0 : β1 = β2 =…= β(k-1) = 0
H1 : β1 ≠ 0
𝑅 2 /(k − 1)
F − hitung =
(1 − R2 )/(n − k)
Keterangan:
R2 = koefisien determinan
n = jumlah pengamatan
kriteria uji :
Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur” Dari hasil analisis data secara umum model
yang digunakan dapat menunjukkan secara baik tingkat efisiensi teknologi usaha
tani tebu di wilayah contoh di Kabupaten Malang dan Lumajang. Nilai indeks
efisiensi teknis dikategorikan belum efisien. Hal ini diduga karena sistem usaha
tani tebu yang dilakukan adalah sistem keprasan (umumnya lebih dari kepras
ketiga) dan bibit yang digunakan adalah bibit lokal. Sistem ini berdampak pada
rendemen yang masih rendah (7,3%). Luas lahan usaha tani memiliki pengaruh
paling responsif terhadap produksi. Kuantitas penggunaan pupuk urea, KCl, dan
NPK memiliki pengaruh negatif terhadap produksi tebu, yang diduga karena
berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi adalah pupuk ZA, pupuk
kandang, dan pupuk cair. Peubah tenaga kerja keluarga juga berpengaruh positif
dan nyata sehingga masih mungkin untuk meningkatkan produksi tebu dengan
dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7), analisis secara
yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan produk (X3), sedangkan harga(X4)
Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis Frontier)” Dari hasil analisis data yang
telah berhasil diolah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, usahatani padi di
daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus
dikurangi, apabila dilihat dari efisiensi harga (EH) dan efisiensi ekonomi (EE),
maka usahatani padi tidak efisien dengan nilai efisiensi harga sebesar 0,22 dan
efisiensi ekonomi sebesar 0,16. Dari hasil perhitungan ketiga efisiensi ini dapat
produksi pada budidaya tanaman sayuran. Di mana dengan pemupukan yang tepat
baik dalam ketepatan dosis maupun ketepatan waktu akan berdampak positif
peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau
bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan
Y= ẞ0 X1ẞ1
Y= jumlah produksi
X1 = pupuk
Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran ini diukur dengan
analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi
harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti tercapainya efisiensi
maka dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari,
meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani
petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk. Harapannya setelah dosis
pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input
pupuk. Dan apabila harga pupuk kembali tetap, maka petani akan menambah
petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka
petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman
Fungsi Cobb-Douglas
Analisis Efisiensi
1. Efisiensi Teknis
Perbandingan (Pendekatan Frontier)
2. Efisiensi Harga
3. Efisiensi Ekonomi
Faktor-faktor
yang
Dosis mempengaruhi
penggunaan Dosis penggunaan Penggunaan penggunaan
Pupuk menurut Pupuk pupuk oleh pupuk (harga
Teori Law of seharusnya petani sayuran sayuran, harga
Diminishing X1=X1E pupuk, dan
Returns (LDR) (Efisien) pengalaman
petani)
Penggunaan pupuk
Penggunaan pupuk
Inefisien X1<X1E
Inefisien X1>X1E
(Belum Efisien)
(Tidak Efisien)
X1 Perlu Ditambah
X1 Perlu Dikurangi
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
: Menyatakan hasil
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
Kabupaten Karo tidak efisien baik secara teknis, harga maupun ekonomi.
Kabupaten Karo.
BAB III
METODE PENELITIAN
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena Kabupaten Karo
Kabupaten Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabe,
kentang, kubis bunga, kubis, sawi, terong, dan wortel. Dan sayur kubis merupakan
produksi sayur terbesar, kol bunga merupakan produksi kelima dan wortel
kubis bunga dan wortel yang berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.
petani wortel. Untuk menetukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka
N
𝑛 = 1+Ne2
di mana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
n = .....?
e = 10%
N
n = 1+Ne2
25
n = 1+25.10%2
n = 20
n = 20 sampel petani sayuran kubis
e = 10%
N
n = 1+Ne2
75
n = 1+75.10%2
n = 42,85
e = 10%
N
n = 1+Ne2
20
n = 1+20.10%2
n = 16,66
sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan
Pusat Statistik Kabupaten Karo dan dari dinas terkait lainnya yang dapat
digunakan suatu model. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input
dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan
suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh
Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani
Y = AXb…………………………………………………………………..…. (4.2)
Atau Ln Y = Ln A + bLnX
maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai
berikut:
dimana:
Y = produksi (sayuran)
Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang
berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input
dapat dituliskan :
B = (Y. Py) – (X. PX)
dB = Py . dY - PX
dX dX
Py . MP = PX
VMP = PX
VMP (NPMXi) = 1
PX
VMP = Value Marginal Product
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering
harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis
dengan efisiensi harga/ alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai
apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif
(Soekartawi, 1990).
Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
(Soekartawi, 1990).
menggunakan alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss
Keterangan :
Y = dosis pupuk
b0 = intercept
X1 = harga pupuk
X2 = harga sayuran
X3 = pengalaman petani
e = kesalahan pendugaan
dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien
determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah
koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara
terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
2. Uji T-hitung
Hipotesis
Ho : βo = 0
H1 : βo ≠ 0
bi−Bi
t-hitung = 𝑆𝑏𝑖
t-tabel = tα/2(n-p)
keterangan:
Kriteria uji :
pengaruh harga pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk (Y),
sebaliknya jika signifikansi > α, maka faktor-faktor pengaruh harga pupuk (Xi)
3. Uji F-hitung
Hipotesis :
H0 : β1 = β2 =…= β(k-1) = 0
H1 : β1 ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:
𝑅 2 /(k − 1)
F − hitung =
(1 − R2 )/(n − k)
Keterangan:
R2 = koefisien determinan
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :
variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila H0
ketahui apakah penggunaan pupuk oleh petani sudah optimal atau tidak optimal.
Optimal dapat diketahui apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum
dan ketika Average Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP)sampai
ketika Marginal Product (MP) berada dititik 0 dan Total Product (TP) berada
penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi
produksi.
melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan
variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel
maksimum.
beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (Marginal Value Product) sama
harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya
10. Harga sayuran ialah harga jual sayuran yang berlaku di daerah penelitian
dalam Rupiah.
11. Harga pupuk ialah harga input pupuk anorganik yang dipakai petani sayuran
12. Pengalaman petani ialah kejadian yang pernah dialami petani sayuran ketika
14. Dosis (dose ; dosage) merupakan takaran obat, pupuk, pestisida, dsb;
Utara.
2. Data yang digunakan adalah data penggunaan faktor produksi pupuk pada
usahatani sayuran.
Kabupaten Karo. Kecamatan Tigapanah memiliki luas wilayah 186,84 Km2 dan
berikut:
terbagi atas 26 desa. Pada penelitian analisis penggunaan pupuk pada tanaman
sayuran ( Kubis, Kubis Bunga dan Wortel) ini lokasinya berada di tiga desa yaitu
Desa Aji Jahe, Desa Aji Buhara dan Desa Aji Julu. Berikut ini deskripsi Desa Aji
Desa Aji Jahe memiliki luas wilayah 1000 Ha dengan ketinggian 1200 m
di atas permukaan laut. Desa Aji Jahe berjarak 14 Km dari Kantor Bupati
Tigapanah.
Luas lahan dan penggunaan lahan di Desa Aji Jahe dapat dilihat pada
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar lahan di Desa Aji Jahe
diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni sebesar 673 Ha.
Keadaan penduduk
Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Jahe terdiri dari 1401 jiwa dengan
rincian 392 kepala keluarga, 685 laki-laki dan 716 perempuan dengan tingkat
kepadatan penduduk pada setiap Km2 adalah 140 jiwa/ Km2. Dari segi agama
besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2
sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik penduduk Desa Aji Jahe menurut mata pencaharian
Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013
Desa Aji Julu memiliki luas wilayah 516 Ha dengan ketinggian 1300 m di
atas permukaan laut. Desa Aji Julu berjarak 16 Km dari Kantor Bupati Kabupaten
Luas lahan dan penggunaan lahan di Desa Aji Julu dapat dilihat pada
Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar lahan di Desa Aji Julu
diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni sebesar 347 Ha.
Keadaan penduduk
Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Julu terdiri dari 1367 jiwa dengan
rincian 382 kepala keluarga, 677 laki-laki dan 690 perempuan dengan tingkat
kepadatan penduduk pada setiap Km2 adalah 265 jiwa/ Km2. Dari segi agama
penduduk, di Desa Aji Julu 123 diantaranya beragama muslim, 983 beragama
besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4
sebagai berikut :
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Petani Industri rumah PNS lainnya
Tangga
Gambar 4.2 Grafik penduduk Desa Aji Julu menurut mata pencaharian
Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013
Desa Aji Julu bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 94%.
4.1.3 Desa Aji Buhara
Desa Aji Buhara memiliki luas wilayah 450 Ha dengan ketinggian 1200 m
di atas permukaan laut. Desa Aji Buhara berjarak 15 Km dari Kantor Bupati
Tigapanah. Secara geografis disebelah utara berbatasan dengan Desa Aji Julu,
berbatasan dengan Desa Bukit Kecamatan Dolat Raya, disebelah Barat berbatasan
Keadaan penduduk
Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Buhara terdiri dari 794 jiwa dengan
rincian 215 kepala keluarga, 399 laki-laki dan 395 perempuan. dengan tingkat
beda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :
pendidikan pada strata SMP sebesar 222 jiwa dan SMA sebesar 217 jiwa.
Penduduk Desa Aji Buhara berdasarkan tingkatan usia dapat dilihat pada
interval 25-54 tahun 358 jiwa. Interval tersebut termasuk usia angkatan kerja
produktif.
petani berjumlah 600 jiwa dengan rincian 300 laki-laki dan 300 perempuan.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Petani Buruh tani PNS Polri Pensiunan
polri atau
PNS
Gambar 4.3 Grafik penduduk Desa Aji Buhara menurut mata pencaharian
Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013
Berdasarkan data pada tabel dan grafik diatas kita dapat melihat bahwa
sebagian besar penduduk Desa Aji Buhara bermata pencaharian sebagai petani.
responden merupakan petani sayuran (kubis, kubis bunga, dan wortel) yang
berdomisili di Desa Aji Jahe, Desa Aji Buhara, dan Desa Aji Julu. Petani yang
35%
Laki-Laki
Perempuan
65%
35%
Laki-Laki
Perempuan
65%
Jumlah responden petani kubis yang berusia pada rentang 20-29 tahun
sebanyak 2 orang (10%), responden yang berusia pada rentang 30-39 tahun
sebanyak 4 orang (20%), responden yang berusia pada rentan 40-49 tahun
sebanyak 9 orang (45%), responden yang berusia pada rentan 50-59 tahun
25% 20-29
20% 30-39
40-49
50-59
45%
Jumlah responden petani kubis bunga yang berusia pada rentang 20-29
tahun sebanyak 9 orang (21%), responden yang berusia pada rentang 30-39 tahun
sebanyak 16 orang (37%), responden yang berusia pada rentan 40-49 tahun
sebanyak 12 orang (28%), responden yang berusia pada rentan 50-59 tahun
sebanyak 5 orang (12%), responden yang berusia pada rentan 60-69 tahun
30-39
40-49
50-59
28%
60-69
37%
Jumlah responden petani wortel yang berusia pada rentang 20-29 tahun
sebanyak 2 orang (12%), responden yang berusia pada rentang 30-39 tahun
sebanyak 4 orang (23%), responden yang berusia pada rentan 40-49 tahun
sebanyak 8 orang (47%), responden yang berusia pada rentan 50-59 tahun
sebanyak 1 orang (6%), responden yang berusia pada rentan 60-69 tahun
6%
20-29
30-39
23% 40-49
50-59
60-69
47%
orang (15%), SMP sebanyak 5 orang (25%), SLTA sebanyak 11 orang (55%), dan
sebanyak 4 orang (9%), SMP sebanyak 10 orang (23%), SLTA sebanyak 26 orang
7%
9% SD
23%
SMP
61% SLTA
S1
sebanyak 4 orang (24%), SLTA sebanyak 13 orang (76%). Sampel tidak ada yang
0% 0%
24% SD
SMP
SLTA
76%
S1
optimal dituntut dalam hal ini yakni dengan pengalokasian sumber daya yang
Berikut ini hasil penelitian analisis penggunaan pupuk oleh petani pada
tanaman sayuran ( Kubis, Kubis bunga dan Wortel) yang telah diolah dengan
menggunakan software Frontier 4.1 dan hasilnya (output) dapat dilihat dari data
kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Kubis merupakan tanaman semusim
yang hanya baik jika ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian antara 1000-
memerlukan nutrisi unsur hara yang cukup. Oleh karena itu, pemupukan menjadi
dibutuhkan data mengenai dosis pupuk, harga pupuk, produksi kubis, dan harga
Tabel 5.2 Hasil Analisis Frontier 4.1 Penggunaan Pupuk pada Kubis
The Final MLE Estimates Are :
Coefficient t-Ratio e.Teknis
Beta 0 0.41206718 0.19310238 0.99
Beta 1 0.68578953 0.22431175
Sigma-Squared 0.37616711 0.29891388
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Berdasarkan hasil estimasi Frontier disajikan pada Frontier 4.1 maka
yang artinya 37% variabel Y (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel X (pupuk)
teknis penggunaan pupuk pada kubis oleh petani yaitu 0,99 yang artinya 99% dari
potensial yaitu 100% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani
kubis hampir mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,99 < 1
teknis.
(Efisien). Namun hasil tersebut masih di bawah 1 dan masih termasuk daerah
tidak efisien. Hal lain yang perlu dilihat juga dari aspek efisiensi harga apakah
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Maka
oleh petani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut :
Tabel 5.3 Analisis Efisiensi Harga Pada Faktor Produksi Pupuk Tanaman
Kubis
Harga Px
Responden NMPXi (Rp) Efisiensi Harga Keterangan
1 0 3.000.000 0 Tidak Efisien
2 16778,72 3.162.500 0,005305524 Tidak Efisien
3 0 4.300.000 0 Tidak Efisien
4 0 3.762.000 0 Tidak Efisien
5 0 3.975.000 0 Tidak Efisien
6 0 3.425.000 0 Tidak Efisien
7 0 3.514.500 0 Tidak Efisien
8 0 3.700.000 0 Tidak Efisien
9 0 3.602.500 0 Tidak Efisien
10 0 2.750.000 0 Tidak Efisien
11 -4542,55 4.450.000 -0,001020798 Tidak Efisien
12 0 4.134.000 0 Tidak Efisien
13 -32894,2 4.777.500 -0,006885232 Tidak Efisien
14 -31107,3 4.290.000 -0,007251124 Tidak Efisien
15 0 2.700.000 0 Tidak Efisien
16 0 4.020.000 0 Tidak Efisien
17 0 4.470.000 0 Tidak Efisien
18 -656915 5.080.000 -0,129314037 Tidak Efisien
19 23600,1 3.312.000 0,007125635 Tidak Efisien
20 3421,22 5.352.000 0,000639241 Tidak Efisien
Tidak
Rata-Rata -34083 3.888.850 -0,00657004 Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015
harga penggunaan pupuk pada tanaman kubis oleh petani yaitu NPMx / Px
= -0,006 di mana -0,006 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman
Efisiensi ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga.
Efisiensi ekonomi (EE) dapat diperoleh dengan kriteria EE = ET. EH. Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
4. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien
harga/ alokatif. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi
ekonomi penggunaan pupuk tanaman kubis pada Tabel 5.4 sebagai berikut :
ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman kubis oleh petani yaitu - 0,006 di
mana -0,006 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman kubis tidak
bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing disebut cauliflower. Bagian
bunga memerlukan nutrisi unsur hara yang cukup. Unsur nitrogen, Phospor dan
Kalium sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pemupukan
dibutuhkan data mengenai dosis pupuk, harga pupuk, produksi kubis, dan harga
kubis bunga dalam satu periode tanam. Pada Tabel 5.5 disajikan dosis pupuk,
harga pupuk, produksi kubis bunga, dan harga kubis bunga berdasarkan informasi
Tabel 5.5 Hasil Analisis Frontier 4.1 Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga
The Final MLE Estimates Are :
Coefficient t-Ratio e.Teknis
Beta 0 0.92862804 0.97225090 0.99
Beta 1 -0.90478859 -0.72032932
Sigma-Squared 0.48261506 0.44902099
Sumber : Data Primer Diolah 2015
yang artinya 48% variabel Y (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel X (pupuk)
pupuk pada kubis bunga oleh petani yaitu 0,99 yang artinya 99% dari potensial
yaitu 100% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani kubis
bunga hampir mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,99 < 1
teknis.
(Efisien). Namun, hasil tersebut masih berada di daerah tidak efisien.Hal lain yang
perlu dilihat juga dari aspek efisiensi harga apakah penggunaan pupuk tersebut
oleh petani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut :
harga penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga oleh petani yaitu
NPMx / Px = -0,02 di mana -0,02 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada
harga. Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila efisiensi teknis dan harga sudah
tercapai terlebih dahulu. Efisiensi ekonomi (EE) dapat diperoleh dengan kriteria
EE = ET. EH.
Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
harga/ alokatif. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi
ekonomi penggunaan pupuk tanaman kubis bunga pada Tabel 5.7, sebagai berikut
Tabel 5.7 Analisis Efisiensi Ekonomi Pada Faktor Produksi Pupuk Kubis
Bunga
ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga oleh petani yaitu -0,02 di
mana -0,02 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman kubis bunga
satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel berumur pendek, yakni berkisar
antara 70-120 hari. Tanaman ini dapat tumbuh dengan sempurna baik pada
yang lebih tinggi yang berguna untuk pemeliharaan mata dan selaput mata.
Untuk menunjang pertumbuhannya, wortel memerlukan nutrisi unsur hara
yang cukup. Unsur nitrogen, Phospor dan Kalium sangat penting bagi
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pemupukan menjadi hal yang penting di
dibutuhkan data mengenai dosis pupuk, harga pupuk, produksi wortel, dan harga
wortel dalam satu periode tanam. Pada Tabel 5.8 disajikan dosis pupuk, harga
daerah penelitian.
Tabel 5.9 Hasil Analisis Frontier 4.1 Penggunaan Pupuk pada Wortel
The Final MLE Estimates Are :
Coefficient t-Ratio e.Teknis
Beta 0 0.65312182 0.57376872 0.99
Beta 1 0.36093906 0.20704926
Sigma-Squared 0.28503069 0.68301498
Sumber : Data Primer Diolah 2015
yang artinya 28% variabel Y (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel X (pupuk)
pupuk pada wortel oleh petani yaitu 0,99 yang artinya 99% dari potensial yaitu
100% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani wortel hampir
mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,99 < 1 ( mendekati 1) dan
(Efisien). Namun, hasil tersebut masih tergolong pada daerah yang tidak efisien
secara teknis. Hal lain yang perlu dilihat juga dari aspek efisiensi harga apakah
oleh petani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.10 sebagai berikut :
Tabel 5.10 Analisis Efisiensi Harga Pada Faktor Produksi Pupuk Wortel
Harga Px Efisiensi
Responden NMPXi (Rp) Harga Keterangan
1 0 1.492.500 0 Tidak Efisien
2 24446,7672 1.568.000 0,01559105 Belum Efisien
3 0 1.667.500 0 Tidak Efisien
4 0 1.290.000 0 Tidak Efisien
5 1306808,69 1.737.500 0,752120108 Belum Efisien
6 -68565,199 2.280.000 -0,030072456 Tidak Efisien
7 -33204,964 1.280.500 -0,025931249 Tidak Efisien
8 56687,9846 1.910.000 0,029679573 Belum Efisien
9 296011,191 1.570.000 0,18854216 Belum Efisien
10 -78518,112 1.320.000 -0,059483418 Tidak Efisien
harga penggunaan pupuk pada tanaman wortel oleh petani yaitu NPMx / Px = -
0,005 di mana -0,005 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman
Dimana:
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
harga/ alokatif. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi
ekonomi penggunaan pupuk tanaman wortel pada Tabel 5.11, sebagai berikut :
Tabel 5.11 Analisis Efisiensi Ekonomi Pada Faktor Produksi Pupuk Wortel
ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman wortel oleh petani yaitu -0,005 di
mana -0,005 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman wortel
melihat pengaruh harga pupuk, harga sayuran dan pengalaman petani terhadap
alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss 17, maka
5.1.1 Kubis
pupuk bagi tanaman. Faktor pengalaman bertani salah satunya di mana tentu ada
perbedaan antara satu petani dengan petani yang lain. Pengalaman yang berbeda-
memberikan pupuk. Dari segi harga pupuk dan harga sayuran juga menjadi salah
satu pertimbangan. Keadaan harga pupuk sedang mahal dengan keadaan harga
pupuk sedang murah tentu hal yang berbeda yang perlu disikapi petani ketika
Pada Tabel 5.11 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, harga sayuran kubis,
Tabel 5.11 Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis, dan
Pengalaman Bertani Kubis
Dosis Harga
Pupuk Pupuk Harga Kubis Pengalaman Bertani
Responden ( kg) X (Rp) ( Rp) ( Tahun)
1 500 3.000.000 700 7
2 550 3.162.500 2.000 25
3 550 4.300.000 1.200 13
4 550 3.762.000 1.200 8
5 550 3.975.000 900 5
6 550 3.425.000 700 11
7 550 3.514.500 700 4
8 550 3.700.000 900 9
9 550 3.602.500 700 20
10 550 2.750.000 1.200 14
11 600 4.450.000 500 4
12 600 4.134.000 1.200 25
13 650 4.777.500 1.200 20
14 660 4.290.000 700 6
15 660 2.700.000 1.200 3
16 660 4.020.000 1.200 35
17 660 4.470.000 1.500 20
18 665 5.080.000 1.200 20
19 720 3.312.000 1.200 36
20 840 5.352.000 700 7
Sumber : Data Primer Diolah 2015
1. Apabila harga pupuk sama dengan nol, harga kubis sama dengan nol,
pengalaman petani sama dengan nol maka dosis penggunaan pupuk pada
peningkatan terhadap dosis penggunaan pupuk oleh petani kubis sebesar 5,976
kubis.
pada model dijelaskan oleh variabel independen (harga pupuk, harga kubis, dan
64,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.
5.2.1.2 T-hitung
Kriteria uji :
pupuk pada kubis, diperoleh hasil Signifikansi 0,017 < 0,05 α maka, H0 ditolak,
Hasil pengujian Uji-T faktor harga kubis terhadap penggunaan pupuk pada
kubis diperoleh hasil Signifikansi 0,882 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1 ditolak.
Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara harga kubis terhadap penggunaan pupuk
pada tanaman kubis. Dengan kata lain, harga kubis tidak berpengaruh nyata
pupuk pada kubis diperoleh Signifikansi 0,356 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1
ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman petani terhadap
penggunaan pupuk pada tanaman kubis. Dengan kata lain, pengalaman petani
5.2.1.3 F-hitung
terikat (dependen).
Kriteria uji :
nilai signifikansi F 0,065 > 0,05 α, maka, H0 diterima, H1 ditolak. Artinya, tidak
ada pengaruh nyata harga pupuk, harga kubis dan pengalaman petani secara
berbeda-beda sesuai dengan target produksi yang ingin petani tersebut capai.
Namun, selalu ada yang disebut keterbatasan yang pada prosesnya menghambat
pemberian pupuk bagi tanaman, antara lain harga pupuk, harga kubis bunga dan
Pada Tabel 5.12 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, harga kubis bunga,
Tabel 5.12 Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis Bunga,
dan Pengalaman Bertani Kubis Bunga
Dosis Pupuk Harga Pupuk Harga Kubis Bunga Pengalaman Bertani
Responden (kg) X (Rp) (Rp) ( Tahun)
1 300 2.580.000 4.500 10
2 440 2.585.000 4.200 8
3 440 3.685.000 4.300 5
4 480 3.624.000 4.200 20
5 480 2.850000 4.500 4
6 480 2.808.000 4.200 15
7 520 3.581.500 4.200 12
8 540 3.840.000 4.000 2
9 540 3.210.000 4.500 2
10 540 3.900.000 4.500 12
11 550 4.070.000 4.500 15
12 560 2.240.000 4.200 8
13 560 3.780.000 4.600 7
14 600 3.750.000 4.200 25
15 600 4.344.000 4.200 4
16 605 3.960.000 4.500 8
17 605 4.537.500 4.500 10
18 650 4.745.000 3.500 25
19 660 2.550.000 4.200 6
20 660 4.080.000 5.200 36
21 660 3.120.000 4.000 13
23 700 4.039.000 3.800 3
24 720 3.750.000 5.500 14
25 720 3.810.000 4.500 4
26 720 3.360.000 4.500 11
27 720 6.400.000 4.000 20
28 720 5.010.000 5.000 3
29 720 4.920.000 4.500 5
30 750 5.005.000 4.500 20
31 780 3.570.000 3.000 5
32 780 5.430.000 3.000 15
33 780 3.750.000 4.000 10
34 780 5.520.000 4.000 7
35 780 4.962.000 4.500 5
36 780 6.300.000 4.000 7
37 800 4.010.000 4.500 35
38 800 5.760.000 5.000 30
39 810 5.619.000 4.500 20
40 840 6.600.000 4.000 4
41 840 4.650.000 4.500 4
42 900 6.084.000 4.000 3
43 960 6.480.000 4.500 7
Sumber : Data Primer Diolah 2015
1. Apabila harga pupuk sama dengan nol, harga kubis bunga sama dengan nol,
pengalaman petani sama dengan nol maka dosis penggunaan pupuk pada
pada model dijelaskan oleh variabel independen (harga pupuk, harga kubis bunga,
dan pengalaman petani) secara bersama-sama sebesar 53,6 % dan sisanya sebesar
46,4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.
5.2.1.2 T-hitung
Kriteria Uji :
menguji seberapa besar faktor harga pupuk terhadap penggunaan pupuk pada
diterima. Artinya, ada pengaruh nyata antara harga pupuk terhadap penggunaan
pupuk pada tanaman kubis bunga. Dengan kata lain, harga pupuk berpengaruh
pupuk pada kubis bunga diperoleh Signifikansi 0,783 > 0,05 α maka, H0
diterima, H1 ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara harga kubis
bunga terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga. Dengan kata lain,
harga kubis bungan tidak berpengaruh nyata pada tanaman kubis bunga.
pupuk pada kubis bunga diperoleh Signifikansi 0,996 > 0,05 α maka, H0
diterima, H1 ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman petani
terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga. Dengan kata lain,
5.2.1.3 F-hitung
Kriteria uji :
nilai signifikansi F 0,000 < 0,05 α, maka, H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada
pengaruh nyata harga pupuk, harga kubis bunga dan pengalaman petani secara
5.1.3 Wortel
Pada Tabel 5.13 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, harga kubis bunga,
Tabel 5.13 Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Wortel, dan
Pengalaman Bertani Wortel
Pengalaman
Dosis Pupuk Harga Pupuk Harga Wortel Bertani
Responden (kg) Y (Rp) (Rp) ( Tahun)
1 141 1.280.500 2.000 9
2 150 1.320.000 1.800 5
3 150 1.370.000 3.500 12
4 150 1.290.000 5.000 5
5 152,5 1.406.250 2.000 7
6 165 1.492.500 2.000 20
7 175 1.422.500 2.500 13
8 179,5 1.568.000 2.500 25
9 180 1.667.500 2.000 6
10 185 1.737.500 4.500 20
11 190 1.570.000 2.000 8
12 222,5 1.817.500 2.000 8
13 227 1.950.000 2.000 20
14 229 2.027.000 1.200 25
15 230 1.910.000 1.800 8
16 240 2.280.000 3.200 20
17 330 2.800.000 2.000 4
1. Apabila harga pupuk sama dengan nol, harga wortel sama dengan nol,
pengalaman petani sama dengan nol maka dosis penggunaan pupuk pada
wortel.
wortel.
pada model dijelaskan oleh variabel independen (harga pupuk, harga kubis bunga,
dan pengalaman petani) secara bersama-sama sebesar 96,6 % dan sisanya sebesar
3,4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.
5.2.3.2 T-hitung
Kriteria uji :
menguji faktor harga pupuk terhadap penggunaan pupuk pada wortel diperoleh
pengaruh nyata antara harga pupuk terhadap penggunaan pupuk pada tanaman
wortel. Dengan kata lain, harga pupuk berpengaruh nyata terhadap penggunaan
pada wortel diperoleh Signifikansi 0,275 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1 ditolak.
Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara harga wortel terhadap penggunaan
pupuk pada tanaman wortel. Dengan kata lain, harga wortel tidak berpengaruh
pupuk pada wortel diperoleh Signifikansi 0,173 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1
ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman petani terhadap
5.2.3.3 F-hitung
Kriteria uji :
nilai signifikansi F 0,000 < 0,05 α, maka, H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada
pengaruh nyata harga pupuk, harga wortel dan pengalaman petani secara
Returns (LDR)
apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum dan ketika Average
Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) sampai ketika Marginal
Product (MP) berada dititik 0 dan Total Product (MP) berada di titik maksimum.
5.3.1 Kubis
“Bila satu faktor produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris
paribus, maka mula-mula terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu
menurun, lalu kenaikan hasil nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.
semakin berkurang. Hukum ini populer dipakai dalam sektor pertanian, di mana di
Namun peningkatan hasil memiliki batas yang justru dalam jangka panjang faktor
produksi ditambah malah tidak memberikan hasil yang meningkat dan bahkan
cenderung menurun. Pada Tabel 5.14 disajikan dosis penggunaan pupuk, produksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 5.14, maka dapat diperoleh
Produksi Kubis
Ln Y Produksi Kubis
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
8.4
8.3
Ln X
8.2
6.15 6.2 6.25 6.3 6.35 6.4 6.45 6.5 6.55 6.6 6.65 6.7 6.75 6.8
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5 MP
0
-0.5 6.15 6.2 6.25 6.3 6.35 6.4 6.45 6.5 6.55 6.6 6.65 6.7 6.75 6.8 AP
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
-5
Gambar 5.1 Kurva Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis
Produksi kubis tertinggi adalah ketika dosis pupuk yang digunakan 550
kg/0,25 Ha, namun pada dosis 600 kg/0,25 Ha produksi kembali menurun. Pada
dosis 660 kg/0,25 Ha produksi kubis kembali meningkat dan kembali menurun
pada dosis 665 kg/0,25 Ha. Sebagian besar petani kubis yang diteliti, tidak
optimal dalam pemberian dosis pupuk sehingga penggunaan dosis pupuk harus
dikurangi. Hal ini dikarenakan, penambahan jumlah dosis pupuk yang dilakukan
pupuk secara optimal berdasarkan data tersebut dapat dilihat ketika Average
Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) atau ketika AP bersinggungan
mendekati 1 serta AP > MP , maka termasuk ke daerah efisien. Dosis pupuk yang
masuk ke daerah efisien yaitu ketika penggunaan pupuk 550 kg/0,25 Ha dengan
produksi 4.400 kg/0,25 Ha. Dengan dosis optimal adalah 550 kg/0,25 Ha. Dengan
kata lain, apabila penggunaan pupuk pada kubis lebih besar dari nilai dosis
penggunaan pupuk tidak optimal dan dosis penggunaan pupuknya perlu dikurangi.
pupuk masih belum optimal. Dengan kata lain, input pupuk harus ditambah.
LN Y
30
25 AP
20
15 MP
10
5
0 LN X
-5 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45
-50
Produksi kubis bunga tertinggi adalah ketika dosis pupuk yang digunakan
540 kg/0,25 Ha, namun pada dosis 600 kg/0,25 Ha produksi kembali menurun.
Sebagian besar petani kubis bunga yang diteliti, tidak optimal dalam pemberian
dosis pupuk sehingga penggunaan dosis pupuk harus dikurangi. Hal ini berarti,
penambahan jumlah dosis pupuk yang dilakukan oleh petani sayuran tersebut,
ternyata tidak mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang diperoleh atau
tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya (cost) yang
dianggap tidak terlalu memberikan dampak besar bagi jumlah produksi. Dan dana
data tersebut dapat dilihat ketika Average Product (AP) sama dengan Marginal
Product (MP) atau ketika AP bersinggungan dengan MP. Salah satu cara untuk
melihat titik optimal ialah dengan melihat dan membandingkan nilai Elastisitas
produksinya (Ep). Di mana apabila nilai Ep, hampir mendekati 1, maka nilai itu
mendekati nilai efisien itu sendiri. Titik optimal ketika penggunaan pupuk 440
kg/0,25 Ha dengan produksi 6600kg/0,25 Ha. Dengan dosis optimal adalah 440
kg/0,25 Ha. Hal ini menunjukkan, apabila penggunaan pupuk di atas 440 kg/0,25,
maka penggunaan pupuk tidak optimal serta perlu dilakukan pengurangan dosis
pupuk dan apabila penggunaan pupuk di bawah 440 kg/0,25 Ha, maka
15
14 AP
13
12 MP
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35 5.4 5.45 5.5 5.55 5.6 5.65 5.7 5.75 5.8 5.85
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
Produksi wortel tertinggi adalah ketika dosis pupuk yang digunakan 229
kg/0,25 Ha, namun pada dosis 222,5 kg/0,25 Ha produksi kembali menurun.
Sebagian besar wortel yang diteliti, belum optimal dalam pemberian dosis pupuk
sehingga penggunaan dosis pupuk harus ditambah. Hal ini berarti, penambahan
jumlah dosis pupuk yang dilakukan oleh petani masih memiliki peluang potensial
berdasarkan data tersebut dapat dilihat ketika Average Product (AP) sama dengan
penggunaan pupuk 150 kg/0,25 Ha dengan produksi 4300 kg/0,25 Ha. Dengan
dosis optimal adalah 150 kg/0,25 Ha. Hal ini menunjukkan, apabila penggunaan
pupuk di atas 150 kg/0,25, maka penggunaan pupuk tidak optimal serta perlu
150kg/0,25 Ha, maka penggunaan pupuk belum optimal dan penggunaan pupuk
perlu ditambah.
antara penggunaan pupuk yang efisien menurut teori efisiensi dengan penggunaan
pupuk oleh petani sayuran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh
petani dengan menggunakan uji One Sample T-test yaitu dengan menggunakan
5.4.1 Kubis
efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dan penggunaan
pupuk oleh petani kubis, maka diperlukan data penggunaan pupuk yang efisien
berdasarkan teori dan data penggunaan pupuk oleh petani kubis. Tabel 5.17 dosis
pupuk efisien berdasarkan teori dan dosis pupuk oleh petani kubis berdasarkan
informasi 20 responden.
1 550 500
2 550
3 550
4 550
5 550
6 550
7 550
8 550
9 550
10 550
11 600
12 600
13 650
14 660
15 660
16 660
17 660
18 665
18 720
20 840
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan data Tabel 5.17 tersebut diolah, maka diperoleh hasil T-test
Test Value = 0
mana signifikansi 0,000 < 0,005 α, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada
penggunaan pupuk oleh petani kubis, dengan rata-rata perbedaan sebesar 608,25
kg/0,25ha.
efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dan penggunaan
pupuk oleh petani kubis bunga, maka diperlukan data perbandingan antara dosis
pupuk yang sesuai dengan teori dan data penggunaan pupuk yang telah diberikan
petani kubis bunga. Tabel 5.19 disajikan dosis pupuk efisien berdasarkan teori dan
One-Sample Test
Test Value = 0
mana signifikansi 0,000 < 0,005 α, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada
penggunaan pupuk oleh petani kubis bunga, dengan rata-rata perbedaan sebesar
663,72 kg/0,25ha.
5.4.3 Wortel
efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dan penggunaan
pupuk oleh petani wortel, maka diperlukan data sebagai berikut. Tabel 5.21
disajikan dosis pupuk efisien berdasarkan teori dan dosis pupuk oleh petani kubis
Berdasarkan data Tabel 5.21 diolah, maka diperoleh hasil T-test dengan
One-Sample Test
Test Value = 0
mana signifikansi 0,000 < 0,005 α, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada
penggunaan pupuk oleh petani wortel, dengan rata-rata perbedaan sebesar 193,82
kg/0,25ha.
dosis pupuk untuk tanaman sayuran oleh petani, ternyata terdapat perbedaan-
diberikan berbagai alternatif pilihan yang biasa dijadikan acuan oleh petani di
Arahan
Penyuluh
Pertanian
Petunjuk Pada
16% Kemasan
29%
Pupuk
20%
Mengira saja
tanpa aturan
yang jelas
4% 31%
Metode
Pemupukan
Lain
mengira saja tanpa aturan yang jelas, 23 petani (29%) berdasarkan tradisi secara
petani (16%) berdasarkan arahan dari penyuluh pertanian dan 3 petani (4%)
tanaman sayuran.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Penggunaan pupuk pada kubis, kubis bunga dan wortel tidak efisien baik
berikut :
pupuk oleh petani pada tanaman sayuran (Kubis, Kubis Bunga dan
Wortel).
pupuk oleh petani pada tanaman sayuran ( Kubis, Kubis Bunga dan
Wortel).
kubis bunga dan wortel, sedangkan harga pupuk, harga sayuran dan
Returns (LDR) pada Kubis yaitu 550 kg/0,25ha, pada Kubis bunga yaitu 440
kg/0,25ha, dan pada Wortel yaitu 150 kg/0,25ha. Apabila penggunaan dosis
pupuk di bawah nilai pupuk yang optimal, maka penggunaan dosis pupuk
apabila penggunaan dosis pupuk di atas nilai pupuk yang optimal, maka
penggunaan dosis pupuk termasuk tidak optimal dan penggunaan pupuk perlu
penggunaan pupuk yang dibuat oleh petani kubis, kubis bunga dan wortel saat
kajian dibuat.
sayuran.
6.2 Saran
efisiensi pupuk dapat tercapai. Sehingga diharapkan tidak ada faktor produksi
2. pupuk yang terbuang percuma hanya demi meningkatkan produksi Kubis
petani harus membayar lebih mahal untuk pupuk non-subsidi dan hal ini
petani sayuran.
BPS. 2013. Karo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo
Cahyono, Bambang. 2002 Kubis bunga & brocoli : teknik budi daya dan analisis
usaha tani. Kanisius. Yogyakarta
Coelli, T.J. (1992), “A Computer Program for Frontier Production Function
Estimation: FRONTIER, Version 2.0.
Darwanto. 2009. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Di Jawa Tengah (Penerapan
Analisis Frontier). (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang
Kalangi, Bintang. 2011. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta
Pracaya. 2001. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta
Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Ekesperimen. Rineka Cipta.
Jakarta
Susantun, I. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb- Douglas Dalam Pendugaan Efisiensi
Ekonomi Realtif. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 5 No.2.
Susilowati, Sri Hery. 2012. Analisis Efisiensi Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tim Prima Tani Balitsa.2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung
LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten
Karo 2015
Pengalaman Bertani Jumlah
Responden Nama ( Tahun) Usia Pendidikan Tanggungan
1 Diamon Pelawi 20 42 SMA 5
2 Tommi 20 45 SMP 4
3 Robin 9 40 SMA 3
4 Andarias Sinuhaji 20 50 SMA 3
5 Indra Tarigan 3 25 SMP 1
6 Ulina Br Sinuhaji 25 40 SMA 5
7 Demo Depari 30 46 SMA 4
8 Mama Petro 35 49 SD 4
9 Gindo Ginting 15 29 SMP 0
10 Sariwangi 25 43 SMA 8
11 Hendra Sembiring 8 38 SMA 2
12 Diamon Bukit 6 27 SMP 2
13 Irawati Br Ginting 8 29 SMA 3
14 Endia Pandia 12 33 SMA 2
15 Sarjani Sembiring 4 30 SMP 3
Mamak Margareta
16 Pandia 20 52 SD 4
17 Edi Syahputra Sembiring 4 34 SMA 1
18 Armut Br Ginting 14 46 S1 1
19 Rela Ginting 36 56 SMA 2
20 Eko Diska Barus 4 26 SMA 1
21 Junanda Purba 7 37 S1 2
22 Nurboti Br Ginting 5 39 SMP 3
23 Ridwan Parangin-angin 12 40 SMP 3
24 Fitri Br Barus 8 30 SMA 1
25 Reksa Ginting 5 66 SMA 4
26 Jasmin Kemit 10 50 SMA 4
27 Lela Br Purba 2 35 SMA 3
28 Dolat J. Ginting 11 41 S1 2
29 Lekson Br Tarigan 4 59 SD 3
30 Ratna Br Tarigan 4 33 SMA 1
31 Ahmadi Sukapiring 5 48 SMA 2
32 Rolianta Br Sinuhaji 7 42 STM 1
33 Andi Ginting 10 35 SMA 3
34 Dafit Sinuhaji 15 39 SMA 4
35 Auri 5 25 SD 3
36 Lesna Sembiring 15 36 SMP 5
37 Supardi Pandia 13 39 SMA 6
38 Heuvaruati Purba 10 32 SMA 6
39 Eka Susanti 3 25 SMA 2
40 M. Sulaiman Lubis 3 26 STM 2
41 Hanni Sembiring 7 33 STM 3
42 Muklis 2 26 SMP 1
43 B. Tarigan 7 34 SMP 3
Lampiran 2. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis
Bunga dengan Menggunakan Frontier
Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)
beta 0 0.93245333E+01
beta 1 -0.90486142E-01
sigma-squared 0.49845671E-01
gamma 0.50000000E-01
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
number of iterations = 51
number of cross-sections = 43
covariance matrix :
firm eff.-est.
1 0.99836971E+00
2 0.99838072E+00
3 0.99838072E+00
4 0.99837104E+00
5 0.99838367E+00
6 0.99838367E+00
7 0.99837377E+00
8 0.99837138E+00
9 0.99838400E+00
10 0.99838876E+00
11 0.99836870E+00
12 0.99838886E+00
13 0.99838886E+00
14 0.99837167E+00
15 0.99838429E+00
16 0.99837420E+00
17 0.99838162E+00
18 0.99836918E+00
19 0.99837194E+00
20 0.99838456E+00
21 0.99838456E+00
22 0.99838460E+00
23 0.99838472E+00
24 0.99837219E+00
25 0.99837219E+00
26 0.99837219E+00
27 0.99837700E+00
28 0.99838480E+00
29 0.99838956E+00
30 0.99838492E+00
31 0.99837242E+00
32 0.99837242E+00
33 0.99837242E+00
34 0.99838503E+00
35 0.99838503E+00
36 0.99838503E+00
37 0.99837249E+00
38 0.99838986E+00
39 0.99837252E+00
40 0.99838523E+00
41 0.99837263E+00
42 0.99837282E+00
43 0.99837300E+00
beta 0 0.41555165E+01
beta 1 0.68578412E+00
sigma-squared 0.38852704E-01
gamma 0.50000000E-01
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
number of iterations = 41
number of cross-sections = 20
covariance matrix :
firm eff.-est.
1 0.99964373E+00
2 0.99964379E+00
3 0.99964494E+00
4 0.99964429E+00
5 0.99964361E+00
6 0.99964361E+00
7 0.99964359E+00
8 0.99964361E+00
9 0.99964379E+00
10 0.99964379E+00
11 0.99964349E+00
12 0.99964449E+00
13 0.99964389E+00
14 0.99964372E+00
15 0.99964407E+00
16 0.99964407E+00
17 0.99964449E+00
18 0.99964354E+00
19 0.99964378E+00
20 0.99964375E+00
Pengalaman
Bertani Jumlah
Responden Nama ( Tahun) Usia Pendidikan Tanggungan
1 Tommi 20 45 SMP 4
2 Demo Depari 25 46 SMA 4
3 Diamon Bukit 6 27 SMP 2
4 Ahmadi Sukapiring 5 48 SMA 2
5 Andarias Sinuhaji 20 50 SMA 3
6 Diamon Pelawi 20 42 SMA 5
7 Robin 9 40 SMA 3
8 Fitri Br Barus 8 30 SMA 1
9 Hendra Sembiring 8 38 SMA 2
10 Reksa Ginting 5 66 SMA 4
11 Ulina Br Sinuhaji 25 40 SMA 5
12 Irawati Br Ginting 8 29 SMA 3
13 Ridwan Parangin-Angin 12 40 SMP 3
14 Supardi Pandia 13 39 SMA 6
15 Rolianta Br Sinuhaji 7 42 STM 1
16 Edi Syahputra Sembiring 4 34 SMA 1
17 Bersih Sembiring 20 65 SMP 0
number of cross-sections = 17
covariance matrix :
firm eff.-est.
1 0.99926865E+00
2 0.99926917E+00
3 0.99926842E+00
4 0.99926594E+00
5 0.99927165E+00
6 0.99926928E+00
7 0.99926784E+00
8 0.99926874E+00
9 0.99926923E+00
10 0.99926764E+00
11 0.99926985E+00
12 0.99927196E+00
13 0.99926687E+00
14 0.99927262E+00
15 0.99926682E+00
16 0.99926855E+00
17 0.99926778E+00
Descriptive Statistics
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pengalaman
Bertani (X3),
Harga Pupuk
. Enter
(X1), Harga
Kubis Bunga
(X2)a
Model Summaryb
Change Statistics
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis Bunga (X2)
ANOVAb
Total 823154.651 42
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis Bunga (X2)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pengalaman
Bertani (X3),
Harga Pupuk . Enter
(X1), Harga
Kubis (X2)a
Model Summaryb
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis
(X2)
ANOVAb
Total 124263.750 19
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis (X2)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Descriptive Statistics
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pengalaman
Bertani (X3),
Harga Wortel . Enter
(X2), Harga
Pupuk (X1)a
Model Summaryb
Change Statistics
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk
(X1)
ANOVAb
Total 37106.471 16
a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk (X1)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Correlations
Harga Pupuk (X1) .000 .000 .975 18.386 .000 .978 .981 .944
Harga Wortel (X2) -.003 .003 -.060 -1.140 .275 -.266 -.302 -.059
Pengalaman
-.489 .339 -.075 -1.443 .173 .055 -.371 -.074
Bertani (X3)
One-Sample Test
Test Value = 0
One-Sample Test
Test Value = 0
Dosis Pupuk
31.089 42 .000 663.72093 620.6365 706.8054
Petani
Lampiran 12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0