Anda di halaman 1dari 141

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA

TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)


(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

ZULFADLI ADHA NST


110304075
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA
TANAMAN SAYURAN (Kubis, Kubis Bunga, dan Wortel)
(Studi kasus : Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

ZULFADLI ADHA NST


110304075
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

( Dr.Ir. Salmiah, Ms ) (Sri Fajar Ayu SP. MM, DBA)


NIP. 19570217 198603 2 001 NIP. 19700827 200812 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ABSTRAK
Zulfadli Adha Nasution (110304075) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi
Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis
Bunga Dan Wortel)” dibawah bimbingan Ibu Dr.Ir.Salmiah,MS sebagai Ketua
Komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota
Komisi pembimbing.
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi
harga dan efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman
petani) oleh petani sayuran dan untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh
petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis efisiensi
dengan metode stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum
Likelihood (MLE), analisis Law of Diminishing Returns (LDR),analisis regresi
linier berganda, dan analisis Compare Means One Sample T-Test. Metode
stochastic frontier digunakan untuk menganalisis tingkat efisiensi secara teknis.
Perbandingan nilai produksi marginal (NPM) Cobb-Douglas untuk menganalisis
efisiensi harga. Analisis regresi linear berganda Metode analisis regresi linear
berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan pupuk (harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh
petani sayuran.Analisis The Law of Diminishing Returns (LDR) digunakan untuk
menganalisis tingkat efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman sayuran di daerah
penelitian, dan analisis Compare Means One Sample T-Test digunakan untuk
menganalisis perbedaan penggunaan pupuk yang seharusnya berdasarkan teori
efisiensi dengan penggunaan pupuk oleh petani di daerah penelitian.
Penggolongan jumlah dan persentase petani berdasarkan informasi yang
diperolehnya mengenai cara pemupukan sayuran untuk mengetahui dari mana
petani sebenarnya memperoleh informasi pemupukan sayuran.
Hasil penelitian menyatakan peggunaan pupuk pada tanaman sayuran
(Kubis,Kubis Bunga dan Wortel) tidak efisien,baik secara teknis, harga dan
ekonomi. Ada pengaruh nyata harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman petani
secara bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga dan
wortel. Sedangkan, untuk kubis harga pupuk,harga sayuran dan pengalaman
petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata.Penggunaan pupuk efisien
berdasarkan The Law of Diminishing Returns (LDR) pada Kubis yaitu 550 Kg/
Ha, Kubis Bunga yaitu 440 kg/0,25ha,dan Wortel, yaitu 150 Kg/0,25ha.Ketika
dilakukan perbandingan antara penggunaan pupuk yang efisien menurut teori The
Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh petani
sayuran diperoleh hasil yakni ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan
pupuk secara efisien dengan penggunaan pupuk oleh petani kubis, kubis bunga
dan wortel.
Kata Kunci: Sayuran, Produksi, Biaya,The Law of Diminishing Returns,
Dosis Pupuk, Efisien
RIWAYAT HIDUP

Zulfadli Adha Nasution lahir di Sibuhuan pada tanggal 31 Mei 1993. Anak dari

Bapak Damhuri Nasution dan Ibu Hamnah Baroroh.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1998 masuk Taman Kanak-kanak di TK Kartika Padangsidempuan dan

tamat pada tahun 1999.

2. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 12 Padangsidempuan dan

tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1

Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2

Padangsidempuan dan tamat pada tahun 2011.

5. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN Tertulis.

6. Bulan Agustus hingga September 2014 Melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Kelurahan Pelawi Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten

Langkat.

7. Bulan Desember 2015 melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Tigapanah,

Kabupaten Karo.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas

anugrah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul dari skripsi ini adalah “Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani

Pada Tanaman Sayuran (Kubis, Kubis Bunga Dan Wortel)”

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku Ketua Komisi pembimbing.

2. Ibu Sri Fajar Ayu SP.MM,DBA sebagai Anggota Komisi pembimbing.

3. Ayahanda tercinta Damhuri Nasution dan Ibunda tercinta Hamnah Baroroh,

saudara tersayang Fahmi dan Niswah yang telah memberikan doa dan

dukungan baik secara moril maupun materil bagi penulis dalam

menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

4. Tulang Ir.Irwan Zainal Nasution yang telah memberi dukungan bagi penulis.

5. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis dan Kakak Bagian Tata Usaha dan

Bagian Perpustakaan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

6. Kawan-Kawan Seperjuangan, Mail, Aimi, Ahmad Suheili Bin Mahyutan,

Rizki Taufik Harahap, Ridho, Kudri, Ijal, Muzzani , Fitrah, Budi Ginting,

Fadil, Futri, Nelfita dan Kawan-Kawan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu.

7. Abang Kakak Senior yang telah banyak membantu 2010, 2009 dan 2008 yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


8. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan

penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ...............................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................9
1.4 Kegunaan Penelitian.............................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................11
2.2 Landasan Teori ....................................................................................19
2.3 Peneliti Terdahulu ................................................................................32
2.4 Kerangka Pemikiran .............................................................................33
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ..................................................38
3.2 Metode Penentuan Sampel ..................................................................39
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................41
3.4 Metode Analisis Data ..........................................................................41
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ......................................................49
3.5.1 Defenisi ................................................................................36
3.5.2 Batasan Operasional .............................................................37
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian .................................................................52
4.2 Karakteristik Sampel Dalam Penelitian ...............................................58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan
Pupuk Tanaman Sayuan ............................................................................. 66
5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk pada
Usahatani Sayuran ...................................................................................... 82
5.3 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori LDR .................94
5.4 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Seharusnya Berdasarkan Teori
Efisiensi dengan Penggunaan Pupuk oleh Petani .............................102
5.5 Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk Untuk Tanaman Sayuran Oleh
Petani Sayuran di Daerah Penelitian .................................................108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................................111
6.2 Saran ..................................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. JUDUL HALAMAN


1. Data Produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim di 1
Indonesia
2. Produksi Sayur-Sayuran di Sumatera Utara, Tahun 2012 2

3. Data Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di 3


Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
4. Data Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan 4
Eksportir di Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
5. Data Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di 4
Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
6. Luas, Panen,Produksi Sayur-Sayuran di Kec.Tigapanah 38
Kab.Karo Tahun 2012
7. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usahatani Sayuran 42
8. Luas Wilayah Desa Aji Jahe Menurut Penggunaannya 53
9. Penduduk Desa Ajijahe Berdasarkan Mata Pencarian 53
10. Luas Wilayah Desa Aji Julu Menurut Penggunaannya 54
11. Penduduk Desa Aji julu Berdasarkan Mata Pencarian 55
12. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat 56
Pendidikan
13. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Usia 57
14. Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Mata Pencaharian 57
15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 67
16. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada 69
Kubis
17. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada 69
Kubis
18. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada 70
Tanaman Kubis
19. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga 72
20. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada 73
Kubis Bunga
21. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada 74
Kubis Bunga
22. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada 76
Tanaman Kubis Bunga
23. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel 78
24. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada 78
Wortel
25. Hasil Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk pada 79
Wortel
26. Hasil Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk pada 81
Wortel
27. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis dan 83
Pengalaman Bertani Kubis
28. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis 87
Bunga dan Pengalaman Bertani Kubis Bunga
29. Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Wortel dan 91
Pengalaman Bertani Wortel
30. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis 95
31. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga 97
32. Data Primer Penggunaan Pupuk pada Wortel 100
33. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis 103
34. Hasil Analisis Statistik Kubis 104
35. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga 105
36. Hasil Statistik Kubis Bunga 106
37 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel 107
38 Hasil Analisis Statistik Wortel 107
39. Data Primer Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan 109
Dosis Penggunaan Pupuk untuk Sayuran
DAFTAR GAMBAR

No. JUDUL HALAMAN


1. Tahap-Tahap Produksi 21
2. The Law Of Diminishing Return 24
3. Daerah diterima dan ditolak H0 30
4. Skema Kerangka Pemikiran 36
5. Grafik Penduduk Desa Aji Jahe Menurut Mata Pencarian 54
6. Grafik Penduduk Desa Julu Jahe Menurut Mata Pencarian 55
7. Grafik Penduduk Desa Aji Buhara menurut mata 58
pencaharian
8 Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Jenis 59
Kelamin
9 Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut 59
Jenis Kelamin
10 Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Jenis 60
Kelamin
11 Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut Umur 61
12 Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut 62
Umur
13 Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut Umur 63
14 Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Menurut 64
Pendidikan Terakhir
15 Grafik Jumlah Responden Petani Kubis Bunga Menurut 64
Pendidikan Terakhir
16. Grafik Jumlah Responden Petani Wortel Menurut 65
Pendidikan Terakhir
17. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis 96
18. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Kubis Bunga 99
19 Kurva Penggunaan Pupuk Pada Petani Wortel 101
20. Grafik Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis 109
Penggunaan Pupuk untuk Sayuran
DAFTAR LAMPIRAN

No. JUDUL
1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo
Tahun 2015
2. Karakteristik Petani Kubis Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun
2015
3. Karakteristik Petani Wortel Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun
2015
4. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga
dengan Menggunakan Frontier
5. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis dengan
Menggunakan Frontier
6. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Wortel dengan
Menggunakan Frontier
7. Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga
8. Hasil Analisis Statistik Kubis
9. Hasil Analisis Statistik Wortel
10. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis Bunga
11. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis
12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel
13. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga
14. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel
15. Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis
16. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Kubis Bunga
17. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Wortel
18. Grafik The Law of Diminishing Returns Produksi Kubis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu sumber pemenuhan pangan dan peningkatan gizi manusia

berasal dari sayuran. Sayuran berperan penting karena mengandung berbagai

sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh

manusia. Namun, masih banyak dari penduduk Indonesia tidak menyadari akan

pentingnya mengkonsumsi sayuran, hal ini diketahui dari tingkat konsumsi

masyarakat akan sayuran yang masih rendah. Menurut FAO (Food and

Agriculture Organization), yang mengeluarkan standar konsumsi sayuran

menyatakan bahwa standar konsumsi ideal sayuran adalah sebesar 65,75

kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia menurut

Ditjen Hortikultura, Deptan, tahun 2007 yaitu sebesar 36,63 kg/kapita/tahun,

tentu saja angka tersebut masih jauh lebih rendah dari standar FAO.

Konsumsi sayuran tentu berkaitan erat dengan produksi sayuran. Produksi

sayuran Indonesia beberapa tahun ini mengalami peningkatan seperti pada Tabel

1.1.

Tabel 1.1 Produksi Sayuran Semusim di Indonesia, 2009- 2012


Tahun Kol Kentang Kubis Cabai Petsai/ Wortel
Bunga Sawi
2009 96.038 1.176.304 1.358.113 1.378.727 562.838 358.014
2010 101.205 1.060.805 1.385.044 1.328.864 583.770 403.827
2011 113.491 955.488 1.363.741 1.483.079 580.969 526.917
2012 135.837 1.094.240 1.450.046 1.656.615 594.934 465.534
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013
Berdasarkan Tabel 1.1 diperoleh informasi bahwa produksi sayuran

Indonesia mulai tahun 2009-2012 untuk beberapa komoditi mengalami

peningkatan produksi yakni, kubis, kol bunga dan sawi. Namun komoditi lain

seperti, wortel, kentang dan cabai terkadang mengalami peningkatan namun

terkadang mengalami penurunan produksi juga atau dengan kata lain produksinya

berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo masih menjadi kabupaten

terbesar dalam hal potensi produksi sayur-sayuran. Keadaan alam dan iklim yang

mendukung serta tersedianya tenaga kerja bidang pertanian di Kabupaten Karo

menjadi salah satu faktor penting menjadikan Kabupaten Karo sebagai sentra

produksi sayuran terbesar di Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

Tabel 1.2 yang menjelaskan produksi sayuran di beberapa kabupaten penghasil

sayuran di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1.2 Produksi Sayuran Per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun


2012
No. Kabupaten/Kota Produksi (Ton)
1. Simalungun 222.858
2. Dairi 29.517
3. Karo 354.060
4. Langkat 23.585
5. Samosir 22.065
6. 27 Kabupaten/kota lainnya 374.348
Total produksi sayuran 1.026.433
Sumber: BPS 2012 diolah

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa total produksi sayuran Sumatera

Utara yakni 1.026.433 ton dan Kabupaten Karo menjadi daerah penghasil sayuran

terbesar di Sumatera Utara dengan total produksi 354.060 ton.


Berbagai tanaman hortikultura banyak dibudidayakan di Kabupaten Karo.

Hal ini dikarenakan, Kabupaten Karo tidak hanya memproduksi tanaman

hortikultura untuk kebutuhan di daerah itu saja, namun produksi hortikultura

Kabupaten Karo juga dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor, seperti

ke Singapura dan Malaysia. Kubis, kubis bunga dan wortel merupakan jenis-jenis

komoditi sayuran dengan tujuan ekspor yang dibudidayakan di Kabupaten Karo.

Berikut ini realisasi ekspor 3 komoditi tahun 2008- 2012 pada masing- masing

eksportir :

Tabel 1.3 Realisasi Ekspor Kubis Oleh Perusahaan Eksportir di Kabupaten


Karo Tahun 2008-2012

Kol / Kubis(Kg)
No. Nama Perusahaan
2008 2009 2010 2011 2012
1 UD. Rohaya Tani 10.300.966 9.785.918 10.177.354 10.686.222 11.236.533
2 UD. Jaya Tani 15.451.449 14.678.876 15.266.032 16.029.333 16.854.800
3 UD. Cahaya Baru 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400
4 Pagoda 7.725.724 7.339.438 7.633.016 8.014.667 8.427.400
5 PT. Selek Tani - - - - -
6 PT. Horti Jaya Lestari 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267
7 PT. Tani Deli Nusa 5.150.483 4.892.959 5.088.677 5.343.111 5.618.267
Total Ekspor Kab.Karo 51.504.829 48.929.588 50.886.772 53.431.111 56.182.667
Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.3 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis

Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun terakhir,

volume ekspor Kabupaten Karo tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar

56.182.667 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 48.929.588 Kg.
Tabel 1.4 Realisasi Ekspor Kubis Bunga Oleh Perusahaan Eksportir di
Kabupaten Karo Tahun 2008-2012

Kubis Bunga (Kg)


No. Nama Perusahaan
2008 2009 2010 2011 2012
1 UD. Rohaya Tani - - - - -
2 UD. Jaya Tani 10.275 9.967 10.446 10.990 11.539
3 UD. Cahaya Baru 3.162 3.067 3.220 3.381 3.550
4 Pagoda 2.371 2.300 2.415 2.536 2.663
5 PT. Selek Tani - - - - -
6 PT. Horti Jaya Lestari - - - - -
7 PT. Tani Deli Nusa - - - - -
Total Ekspor Kab.Karo 15.808 15.334 16.081 16.907 17.752
Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.4 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor kubis

bunga Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun

terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar 17.752

Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 15.334 Kg.

Tabel 1.5 Realisasi Ekspor Wortel Oleh Perusahaan Eksportir di


Kabupaten Karo Tahun 2008-2012
Wortel (Kg)
No. Nama Perusahaan
2008 2009 2010 2011 2012
1 UD. Rohaya Tani 143.022 135.871 139.947 146.944 152.822
2 UD. Jaya Tani 457.670 434.786 447.830 470.221 489.030
3 UD. Cahaya Baru 200.231 190.219 195.926 205.722 213.951
4 Pagoda 143.022 135.871 139.947 146.944 152.822
5 PT. Selek Tani 257.439 244.567 251.904 264.500 275.080
6 PT. Horti Jaya Lestari - - - - -
7 PT. Tani Deli Nusa 228.835 217.393 223.915 235.111 244.515
Total Ekspor Kab.Karo 1.430.219 1.358.707 1.399.469 1.469.442 1.528.220
Sumber : Koperindag Kab. Karo 2013 diolah

Pada Tabel 1.5 dapat diperoleh data informasi bahwa volume ekspor

wortel Kabupaten Karo cenderung tidak stabil atau berfluktuasi. Data 5 tahun

terakhir, volume ekspor tahun 2012 merupakan ekspor tertinggi sebesar

1.528.220 Kg dan ekspor terendah terjadi di tahun 2009 sebesar 1.358.707 Kg.

Faktor penting dalam budidaya sayuran adalah identifikasi ketersediaan

unsur hara. Pengelolaan unsur hara yang salah melalui teknik budidaya yang
kurang baik akan mempengaruhi dan membatasi ketersediaannya sehingga

produksi tanaman akan menurun.

Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan

Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka

akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya

yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K

dengan penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi

pemupukan sesuai dosis berimbang (Izhar,2010).

Pola penggunaan pupuk di kalangan petani sayuran juga menjadi sebuah

masalah. Berdasarkan pernyataan beberapa petani sayuran di Kecamatan

Tigapanah yang menjadi salah satu sentra produksi sayuran di Kabupaten Karo

mengatakan bahwa pola penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah tersebut

masih belum sesuai prosedur pemupukan yang benar. Hal ini didasari, petani

sayuran di sana menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan berdasarkan

tingkat produksi panen yang diperoleh pada musim tanam sebelumnya. Jadi,

apabila produksi panen sebelumnya dinilai cukup memuaskan, maka petani

sayuran di daerah tersebut akan berupaya menambah dosis pupuk untuk musim

tanam berikutnya.

Di sisi lain, petani sayuran juga menyatakan ada berbagai faktor lain yang

mempengaruhi mereka menggunakan dosis pupuk. Harga pupuk yang murah juga

menjadi faktor penting petani sayuran menambah dosis penggunaan pupuknya

meskipun itu sudah melewati aturan. Pada hakekatnya, hal yang mendasari petani

sayuran memupuk lebih banyak yakni karena sebagian besar petani beranggapan

semakin banyak dosis pupuk yang diberikan maka akan menghasilkan produksi
yang akan meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan permintaan

jumlah komoditi sayuran baik di pasar lokal maupun untuk pasar ekspor,

menjadikan petani sayuran berpikir bagaimana meningkatkan produksi sayuran

mereka dan salah satu alternatifnya yakni menambah jumlah pupuk yang

digunakan dengan harapan peningkatan jumlah produksi sayuran.

Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara

tidak langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka

panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal

ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran

kubis bunga dan kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak

100 kg/ha, ZA 250 kg/ha. TSP atau SP-36 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Untuk

tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9 g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7

g. Namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan

harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).

Apabila situasi di mana petani terus-menerus menambah jumlah pupuk

sehingga pemakaian menjadi berlebih maka akan menyebabkan dampak negatif

bagi beberapa aspek penting, seperti mencemarkan ekologi lingkungan, aspek

kesehatan konsumen serta terjadi penurunan pendapatan petani akibat penggunaan

pupuk yang berlebihan.

Penggunaan pupuk berlebihan mencemarkan ekologi lingkungan seperti

rusaknya tanah apabila dipakai pupuk terus-menerus. Di mana apabila tanah diberi

pupuk terus-menerus dan dalam dosis besar seperti penggunaan urea, maka dalam

jangka panjang akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur dan cenderung

keras dan tentu hal ini tidak baik untuk keberlangsungan usaha tani sayuran
karena salah satu faktor pentingnya yakni kesuburan tanah. Di sisi lain, pupuk

juga bisa mencemari daerah perairan dikarenakan pupuk yang sulit terurai dalam

waktu singkat terbawa oleh air hujan ke sungai-sungai dan bermuara ke laut. Hal

ini berdampak pada semakin cepat dan tidak terkendalinya jumlah populasi

tanaman di perairan, seperti enceng gondok. Di mana semakin banyaknya enceng

gondok yang menutupi permukaan perairan sehingga sinar matahari dan oksigen

susah menembus permukaan perairan yang berdampak pada matinya biota ada di

dalamnya seperti, ikan.

Dari aspek kesehatan, penggunaan pupuk yang berlebihan pada makanan

seperti sayuran dan buah-buahan juga berdampak buruk bagi kesehatan konsumen

hal ini dikarenakan akan mengakibatkan penyakit seperti kanker, tumor, dan

penyakit kronis lainnya apabila dikonsumsi dalam jangka panjang. Residu kimia

yang ada di dalam makanan tersebutlah yang menjadi faktor utama penyebab

penyakit sehingga perlu ada penggunaan pupuk dan pestisida secara tepat untuk

meminimalisir dampak buruknya bagi kesehatan.

Penggunaan pupuk yang berlebihan sebenarnya juga berpengaruh terhadap

pendapatan petani. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya biaya yang dikeluarkan

petani untuk menambah dosis pupuk ternyata tidak selalu memberikan

peningkatan jumlah penerimaan kepada petani. Hal ini menjadi tidak efisien di

dalam usahatani sayuran dimana seharusnya dengan penggunaan modal sekecil-

kecilnya bisa memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena

banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan dosis pupuk yang

tidak sesuai dan bahkan penggunaan yang cenderung berlebihan oleh petani

sayuran, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji tingkat efisensi penggunaan


pupuk oleh petani sayuran dan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi

penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo?

2. Apakah harga sayuran ,harga pupuk dan pengalaman petani merupakan

faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

3. Bagaimana penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo yang berdasarkan teori The Law of

Diminishing Returns (LDR)?

4. Bagaimana perbedaan penggunaan pupuk yang optimal berdasarkan teori

The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh

petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

5. Bagaimana cara penentuan penggunaan dosis pupuk untuk tanaman

sayuran oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.


2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk

(harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani) oleh petani sayuran

di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Untuk menganalisis penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo berdasarkan teori The Law of

Diminishing Returns (LDR).

4. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk optimal berdasarkan

teori The Law Of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk

oleh petani Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

5. Untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber informasi kepada petani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo agar memperhatikan penggunaan pupuk secara efisien.

2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam

merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya

berhubungan dengan penggunaan pupuk pada tanaman sayuran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Botani Wortel (Daucus carota L.)

Wortel (Daucus carota L.) merupakan salah satu tanaman yang termasuk

dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat

tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim

hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk

pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel bukan tanaman asli Indonesia,

berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia

Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang

lalu. Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah,

menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian

dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya (Rukmana, 1995).

Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-Divisi : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae

Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)

Genus : Daucus

Spesies : Daucus carrota L.

Rukmana (1995) mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke dalam

tiga golongan, yaitu :

1. Tipe imperatur, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang

dengan ujung runcing, mirip bentuk kerucut.

2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang

dengan ujung tumpul dan tidak berakar serabut.

3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe

peralihan antara bentuk imperator dan tipe chantenay.

2.1.2 Botani Kubis

Kubis (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam

pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk

kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak

mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur

tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang

lebih 25% vitamin C, lebih dari 30% vitamin A, 4 - 5% vitamin B, 5 - 6% kapur

dan besi dari kebutuhan tubuh manusia.

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kubis dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales

Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea var. capitata L

Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2

cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan

serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun

yang di atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan

ulat atau patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang

tidak bisa bercabang.

Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun- daun

bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm.

Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun-

daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin

banyak sehingga seakan- akan membentuk telur atau kepala.

Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah sub-

tropis termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan

awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya

masuk ke masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan

panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin
seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15-

200C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60 - 90%. kalau

temperatur melebihi 25%, pertumbuhan akan terhambat (Pracaya, 2001).

2.1.3 Botani Kubis Bunga/ Kol Bunga

Kubis bunga (Brassica oleraceea L.) merupakan jenis tanaman sayuran

yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang berasal

dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania,

masuk ke Indonesia pada abad ke XIX. Di Indonesia masyarakat mengenal

sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing

disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa

bunganya (curd). Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih

kekuning-kuningan (Rukmana, 1995 dan Cahyono, 2002).

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kol bunga dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleracea var. Botrytis L.

Kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena

mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga

permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga

dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang

air besar. Menurut Rukmana (1995), komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g

kubis bunga adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium
(22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg), vitamin B1

(0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g).

Kubis bunga terdiri dari beberapa varietas, yang dapat dilihat

perbedaannya pada bentuk daun dan ukuran krop. Menurut Pracaya (2001) bahwa

secara umum kubis bunga dibedakan atas 3 jenis yaitu: (a) jenis pendek,

mempunyai ciri ukuran daun sedang, daun sebelah luar melengkung ke arah luar

dan daun sebelah dalam melengkung ke arah dalam sehingga ujungnya menutupi

krop, (b) jenis besar, mempunyai ciri ukuran kepalanya lebih besar daripada jenis

pendek. Jenis besar ini juga mempunyai daun lebih tegak dan lebih panjang,

kepala bunga lebih bulat lebih tebal dan berat, (c) jenis kepala ungu, jenis ini akan

berubah warnanya menjadi hijau pucat pada saat masa panen, kepala bunga tidak

tertutupi daun. Jenis kepala ungu ini biasanya tidak dibudidayakan secara besar-

besaran, namun hanya ditanam di sekitar rumah.

2.1.4 Tinjauan Pupuk

Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman

seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila

jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu

filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency

level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun

rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally

friendliness) yang tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman,


terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi

filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.

Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk

anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan

mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering

digunakan petani sayuran antara lain seperti :

a. ZA (Zwavelzure ammoniak)

- ZA mengandung + 21 % zat lemas

- Mudah hancur dalam air

- Agak mudah hanyut

- Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan

- Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan.

- Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam

b. Ureum atau Urea

- Mengandung zat lemas 45%-46%

- Mudah hancur dalam air

- Agak mudah hanyut

- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

- Mudah menarik air dari dalam udara

- Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah

- Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.

c. Sendawa Chili (Chilisalpeter)

- Mengandung zat lemas + 15%


- Mudah hancur dalam air

- Mudah hanyut akibat air hujan

- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

- Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah

menjadi padat.

- Baik untuk tanaman sayuran.

d. DS (Dubbel Super- Posphat)

- Mengandung 34%- 38% asam phosphor.

- Agak mudah hanyut dalam air

- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan

- Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran

e. Phosphat Cirebon

- Mengandung asam phosphor 25%-28%

- Tidak mudah hancur dalam air

- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di

dalam tanah (AAK, 1992).

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan

anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar

dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk

mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air

dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang

berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk

yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan

menerapkan aplikasi pemupukan yang lebih efisien dan efektif.


Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku

(POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara

spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan

pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut.

Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang

dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan

hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman

khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia,

sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan

rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Fungsi Produksi

Menurut Kalangi (2011), produksi adalah proses penggabungan atau

pengkombinasian faktor produksi (input) yang mengubahnya menjadi barang atau

jasa (output = product). Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan

kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau

fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk

matematis menjadi,

Q = f(L, K, T, W)
di mana : Q = Jumlah barang dan jasa (output)
L = Tenaga Kerja
K = Modal
T = Tanah
W = Wirausaha/ Skill
Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau

empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel

bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi,

Q = f( L)

di mana : Q = jumlah barang dan jasa (output)


L = Tenaga kerja

2.2.2 Fungsi Produksi Cobb- Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu

disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel

independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi, 1993).

Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu

ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran

data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data

tersebut menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila

sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier.

Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan

fungsi produksi non - linier (Soekartawi,1990).

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi non linier

standar, indah dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi Cobb-

Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari hukum The

Law of Demineshing Return berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Adapun


rumus fungsi produksi Cobb-Douglas (Q) dengan menggunakan dua input (K dan

L) adalah sebagai berikut :

Q = KαLẞ 0<α, ẞ<1

0<α, ẞ<1 menunjukkan produk marjinal untuk setiap input adalah

menurun dengan kenaikan pemakaian jumlah input. Hal ini sesuai dengan hukum

The Law of Diminishing Returns, dimana pada hakikatnya apabila jumlah input

ditambah maka akan meningkatkan jumlah output yang diperoleh. Namun akan

ada suatu saat di mana meskipun jumlah input terus ditambah namun, tidak

menambah jumlah output yang dihasilkan atau bahkan mengakibatkan penurunan

jumlah output sebagai akibat dari penambahan jumlah input yang telah melebihi.

Hal ini lah yang perlu disikapi di dalam hukum kenaikan hasil yang semakin

menurun. Misalnya, penambahan jumlah pupuk pada tanaman dalam dosis yang

tetap akan meningkatkan jumlah produksi tanaman. Namun apabila dosis terus

ditambah sampai overdosis maka, hal ini akan mengakibatkan produksi tanaman

akan menurun atau bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman. Berikut ini

gambar tahapan-tahapan fungsi produksi :


Gambar 2.1 Tahap-tahap Produksi

Dimana persamaan Q = KαLẞ ini memiliki sifat yang berlaku di dalam

penerapan tahapan fungsi produksi. Tahapan-tahapan itu antara lain sebagai

berikut :

a. Constant return to scale, jika (a+b) = 1. Artinya, jika input K dan L

ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga

bertambah dua kali.

b. Increasing returns to scale, jika (a+b) > 1. Artinya, jika K dan L ditambah

masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi

lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari proporsi

pertambahan input.
c. Decreasing returns to scale, jika (a+b) < 1. Artinya, jika K dan L

ditambah masing-masing menjadi dua kali, maka outputnya bertambah

menjadi kurang dari dua kalinya. Output bertambah kurang dari proporsi

pertambahan input (Sunaryo, 2001).

2.2.3 Teori The Law Of Diminishing Returns

Dalam proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang (Law Of

Diminishing Returns) disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor

pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor

produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula

terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil

nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain

bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu

yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor

produksi itu juga sama.

Dalam teori Law Of Diminishing Returns terdapat istilah-istilah produksi

sebagai berikut :

1. TP (Total product) atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level

pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor

produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas

lahan adalah bagian dari faktor produksi alam.

2. AP (Average product) hasil rata-rata atau produksi rata-rata yaitu jumlah

hasil dibag dengan jumlah input yang dipakai. Kalau AP tenaga kerja
(Labour) disingkat APL (Average Product of Labour), kalau AP modal

capital disingkat dengan APC (Average Product of Capital).

3. MP (Marginal product) atau produk marginal yaitu kenaikan hasil yang

disebabkan oleh kenaikan atau pertambahan satu unit input. MP Labour

disingkat MPL (Marginal Product of Labour) dan MP capital disingkat

MPC (Marginal Product of Capital), dan sebagainya.

Daerah-daerah produksi pada kurva Law of Diminishing Returns dibagi

menjadi tiga menurut gerak dari kurva marginal produk, yaitu :

1. Daerah increasing returns, yaitu dari X= 0, ke MP maksimum.

2. Daerah diminishing returns, yaitu dari titik A sampai ke titik C

3. Daerah negatif returns, yaitu dari titik C sampai seterusnya.


Gambar 2.2 The Law Of Diminishing Returns

Pada titik inflection point besarnya Ep = 1, karena AP=MP, pada titik

maksimum point Ep = 0 karena MP adalah nol. Daerah- daerah produksi menurut

Ep ini adalah :

1. Daerah inefisien I, yaitu dari titik X=0 sampai ke Marginal Product

(MP) mencapai maksimum, atau Ep> 1

2. Daerah efisien, dari MP maksimum samapai MP=0 atau 0< Ep < 1.

3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya

atau 0 > Ep samapai ke kanan seterusnya ( Pindyck, 2007).

2.2.4 Fungsi Efisiensi


Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan

terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal

(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisensi yang

diemikian disebut efisiensi harga atau allocative efficiency. Ada beberapa istilah

mengenai efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis dan efisiensi

ekonomis (Soekartawi, 1990).

2.2.4.1 Efisensi Harga

Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas

marjinal masing – masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (vi) atau ki = 1.

kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat

ditulis sebagai berikut:

bYPy = Px ...................................................................................(2.1)

Atau

bYPy = 1 .....................................................................................(2.2)

dimana:

Px = harga faktor produksi X

B = elastisitas produksi

Y = produksi

Py = harga produksi

X = jumlah faktor produksi X


Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang

berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input

disebut X dan jumlah output X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan

disebut B, sehingga dapat dituliskan :

B = (Y. Py) – (X. PX)

Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol,

dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.

dB = Py . dY - PX
dX dX

Py . MP = PX

VMP = PX

VMP(NPMXi) = 1
PX
VMP = Value Marginal Product

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering

terjadi adalah sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu dikurangi.

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu ditambah (Soekartawi, 1990).

2.2.4.2 Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah

pemakaian input tertentu mempunyai Average Product (AP) dalam keadaan

maksimum. Tingkat pemakaian input menghasilkan rasio output-input yang


maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum, tetapi belum tentu

optimum dari segi ekonomis (Soekartawi, 1990).

2.2.4.3 Efisiensi Ekonomis

Suatu proses produksi sebagai usaha komersial bertujuan untuk

memperoleh pendapatan atau keuntungan maksimum. Bila ini menjadi tujuan

maka efisiensi teknis belum cukup karena pada kondisi itu belum tentu

memberikan keuntungan maksimum.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi.

Menurut Hanafie (2010), efisiensi ekonomi dikatakan tercapai apabila petani

mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi dapat ditekan,

tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi

adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/ alokatif dari

seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu

efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif (Soekartawi, 1990).

Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,

sehingga dapat dituliskan menjadi :

EE = ET . EH .................................................................................(2.3)
di mana :
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien


(Soekartawi, 1990).

2.2.5 Fungsi Statistik

Bentuk fungsi Cobb-douglas yang bersifat non-linier dapat diubah menjadi

bentuk linier dimana bentuk hubungan antara Y dan X sudah ditransformasikan

menjadi bentuk sebagai berikut :

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e

Di mana :

Y = dosis pupuk

b0 = intercept

X1 = harga pupuk

X2 = harga sayuran

X3 = pengalaman petani

e = standart error

Untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap faktor dependen

dilakukan analisis dengan menggunakan cara regresi linier berganda. Dengan

menggunakan regresi, maka diperoleh besaran besarnya nilai t-hitung F-hitung

dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara

statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen (Xn)

yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel

dependen (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana

besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap

variabel dependen.
2. Uji T-hitung

Hipotesis

Ho : βo = 0

H1 : βo ≠ 0

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t

bi−Bi
t-hitung = 𝑆𝑏𝑖

t-tabel = tα/2(n-p)

keterangan:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan

N = Banyaknya pasangan data

P = jumlah parameter regresi

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak


Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H0

Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor-

faktor pengaruh penggunaan pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan

pupuk (Y), sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka faktor-

faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk (Xi) tidak berpengaruh nyata

terhadap dosis pupuk (Y).

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis :

H0 : β1 = β2 =…= β(k-1) = 0

H1 : β1 ≠ 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

𝑅 2 /(k − 1)
F − hitung =
(1 − R2 )/(n − k)

Keterangan:
R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel termasuk intersep

n = jumlah pengamatan

kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Apabila nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama

variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan

sebaliknya bila H0 diterima maka secara bersama-sama variabel independen tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

2.3 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan skripsi Sri Hery Susilowati dengan judul “Analisis Efisiensi

Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur” Dari hasil analisis data secara umum model

yang digunakan dapat menunjukkan secara baik tingkat efisiensi teknologi usaha

tani tebu di wilayah contoh di Kabupaten Malang dan Lumajang. Nilai indeks

efisiensi teknis dikategorikan belum efisien. Hal ini diduga karena sistem usaha

tani tebu yang dilakukan adalah sistem keprasan (umumnya lebih dari kepras

ketiga) dan bibit yang digunakan adalah bibit lokal. Sistem ini berdampak pada

rendemen yang masih rendah (7,3%). Luas lahan usaha tani memiliki pengaruh

paling responsif terhadap produksi. Kuantitas penggunaan pupuk urea, KCl, dan
NPK memiliki pengaruh negatif terhadap produksi tebu, yang diduga karena

faktor produksi tersebut digunakan secara berlebihan. Peubah lain yang

berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi adalah pupuk ZA, pupuk

kandang, dan pupuk cair. Peubah tenaga kerja keluarga juga berpengaruh positif

dan nyata sehingga masih mungkin untuk meningkatkan produksi tebu dengan

peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.

Berdasarkan skripsi Nurul Mubarok dengan judul “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan Di Sentra Roduksi Kerupuk Desa

Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” dari

hasil analisis disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama ditunjukan

dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7), analisis secara

parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi ditandai t-hitung>t-tabel

yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), permintaan produk (X3), sedangkan harga(X4)

tidak berpengaruh (t-hitung<t-tabel).

Berdasarkan skripsi Darwanto dengan judul “Analisis Efisiensi Usahatani

Padi Di Jawa Tengah (Penerapan Analisis Frontier)” Dari hasil analisis data yang

telah berhasil diolah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, usahatani padi di

daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus

dikurangi, apabila dilihat dari efisiensi harga (EH) dan efisiensi ekonomi (EE),

maka usahatani padi tidak efisien dengan nilai efisiensi harga sebesar 0,22 dan

efisiensi ekonomi sebesar 0,16. Dari hasil perhitungan ketiga efisiensi ini dapat

dikatakan bahwa usahatani padi tidak efisien.

2.4 Kerangka Pemikiran


Pupuk merupakan variabel independen yang mempengaruhi jumlah

produksi pada budidaya tanaman sayuran. Di mana dengan pemupukan yang tepat

baik dalam ketepatan dosis maupun ketepatan waktu akan berdampak positif

dalam peningkatan hasil panen sayuran.

Seringkali para petani terus-menerus menambah penggunaan input pupuk

dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut. Namun kenyataannya,

ternyata para petani belum mempertimbangkan efisiensi penggunaan pupuk itu

sendiri. Di mana input pupuk terus ditambah belum tentu menghasilkan

peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau

bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan

penggunaan faktor produksi pupuk menggunakan model kepangkatan yang

merupakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:

Y= ẞ0 X1ẞ1

Y= jumlah produksi

X1 = pupuk

Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran ini diukur dengan

analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi

harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti tercapainya efisiensi

ekonomi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani

sayuran di dalam penggunaan pupuk. Adapun faktor-faktor lain tersebut, yakni

harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani.


Harga sayuran diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam

menggunakan pupuk. Di mana, diasumsikan apabila harga sayuran meningkat,

maka dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari,

petani berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan

volume produksi sayuran. Dugaan peningkatakan jumlah input akan

meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani

sayuran. Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan

petani dikarenakan harga sayuran sedang meningkat.

Harga pupuk juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam

menggunakan pupuk. Di mana, diduga apabila harga pupuk meningkat, maka

petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk. Harapannya setelah dosis

pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input

pupuk. Dan apabila harga pupuk kembali tetap, maka petani akan menambah

dosis pupuk seperti sebelum harga pupuk mengalami kenaikan.

Penggunaan dosis pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh pengalaman

petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka

petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman

sayuran. Pengalaman yang panjang tersebut secara tidak langsung mengajarkan

petani sayuran di dalam penentuan dosis pupuk sehingga kebiasaan untuk

menebak-nebak dosis pupuk dapat diminimalisir.

Secara skematis, kerangkan pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut


Usahatani Sayuran

Dipengaruhi Faktor produksi


pupuk
X1 = pupuk

Fungsi Cobb-Douglas

Analisis Efisiensi
1. Efisiensi Teknis
Perbandingan (Pendekatan Frontier)
2. Efisiensi Harga
3. Efisiensi Ekonomi
Faktor-faktor
yang
Dosis mempengaruhi
penggunaan Dosis penggunaan Penggunaan penggunaan
Pupuk menurut Pupuk pupuk oleh pupuk (harga
Teori Law of seharusnya petani sayuran sayuran, harga
Diminishing X1=X1E pupuk, dan
Returns (LDR) (Efisien) pengalaman
petani)

Penggunaan pupuk
Penggunaan pupuk
Inefisien X1<X1E
Inefisien X1>X1E
(Belum Efisien)
(Tidak Efisien)
X1 Perlu Ditambah
X1 Perlu Dikurangi

Keterangan :
: Menyatakan Hubungan
: Menyatakan hasil
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang

telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :

1. Penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo tidak efisien baik secara teknis, harga maupun ekonomi.

2. Harga sayuran, harga pupuk, dan pengalaman petani merupakan faktor

yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan

Tigapanah Kabupaten Karo.

3. Adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk efisien

berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan

penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive), yaitu di

Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena Kabupaten Karo

merupakan daerah penghasil sayuran terbesar di Sumatera Utara.

Sayuran yang dipilih merupakan golongan sayuran yang paling banyak

dibudidayakan di Kecamatan Tigapanah yakni : kubis, kubis bunga dan wortel.

Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di


Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2012
No. Jenis sayuran Luas Panen Produksi (Ton) Produktivitas
(Ha) (Ton/Ha)
1. bayam 0 0 0
2. bawang daun 5 30 6
3. bawang merah 0 0 0
4. bawang putih 0 0 0
5. buncis 212 1 109 5,2
6. cabe 500 1 829 3,65
7. ercis 0 0 0
8. kacang merah 0 0 0
9. kacang panjang 0 0 0
10. kangkung 0 0 0
11. kentang 298 3 178 10,66
12. ketimun 0 0 0
13. kubis bunga 234 1 633 6,98
14. kubis 775 12 957 16.72
15. labu siam 16 466 29,12
16. lobak 0 0 0
18. terong 182 1 637 8,99
19. tomat 3 3 1
20. wortel 152 1 425 9,37
Sumber : BPS Kecamatan Tigapanah Dalam Angka, tahun 2013
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Tigapanah

Kabupaten Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu buncis, cabe,

kentang, kubis bunga, kubis, sawi, terong, dan wortel. Dan sayur kubis merupakan

produksi sayur terbesar, kol bunga merupakan produksi kelima dan wortel

merupakan urutan ketujuh.

3.2 Metode Penentuan Jumlah Sampel


Sampel merupakan petani yang membudidayakan sayuran,yakni : kubis,

kubis bunga dan wortel yang berada di Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

Berdasarkan hasil pra survey diketahui jumlah populasi petani sayuran di

Kecamatan Tigapanah berjumlah 25 petani kubis, 75 petani kol bunga dan 20

petani wortel. Untuk menetukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka

metode penentuan besar sampel menggunakan Rumus Slovin ( Supranto, 2000), di

mana jumlah populasi telah diketahui dengan pasti, sehingga :

N
𝑛 = 1+Ne2

di mana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, yaitu 10%

n = .....?

N = 25 (petani sayur kubis)

e = 10%

N
n = 1+Ne2

25
n = 1+25.10%2

n = 20
n = 20 sampel petani sayuran kubis

Pengambilan sampel 20 dari 25 populasi dilakukan dengan metode

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

N = 75 (petani sayur kubis bunga)

e = 10%

N
n = 1+Ne2

75
n = 1+75.10%2

n = 42,85

n = 43 sampel petani sayuran kol bunga (kubis bunga)

Pengambilan sampel 43 dari 75 populasi dilakukan dengan metode

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

N = 20 (petani sayur wortel)

e = 10%

N
n = 1+Ne2

20
n = 1+20.10%2

n = 16,66

n = 17 sampel petani sayuran wortel

Pengambilan sampel 18 dari 20 populasi dilakukan dengan metode

pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuissioner) yang telah dibuat terlebih


dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-

sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan

Pusat Statistik Kabupaten Karo dan dari dinas terkait lainnya yang dapat

mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data


3.4.1 Model Fungsi Produksi Frontier
Untuk lebih menyederhanakan analisis data yang terkumpul, maka

digunakan suatu model. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input

dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan

suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh

Coelli, et al sebagai berikut:

Ln Y = b0 + b1LnX1 + b2LnX2 (V1-U1)..........................................................(4.1)

Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani

sayuran seperti Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Definisi variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Sayuran


Variabel Kode Variabel Skala pengukuran
Dependen Ln Y Output Kg
Independen LnX1 Pupuk Kg
b0 Intersep

(Coelli, T.J, 1992)

3.4.2 Efisiensi Teknis

Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan

Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini

yaitu: Pupuk (X1).


Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji Frontier adalah, semakin

mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknis.

3.4.3 Efisiensi Harga

Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan

adalah fungsi Cobb-Douglas, maka:

Y = AXb…………………………………………………………………..…. (4.2)

Atau Ln Y = Ln A + bLnX

Maka kondisi produksi marginal adalah:

∂Y / ∂X = b (Koefisien parameter elastisitas)

Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien

regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian,

maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai

berikut:

NPM = bYPy/X……………………………………………….….................... (4.3)

dimana:

b = elastisitas produksi (sayuran)

Y = produksi (sayuran)

Py = harga produksi (harga sayuran)

X = jumlah faktor produksi X (Pupuk)

Px = harga faktor produksi X (harga Pupuk)

Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang

berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input

disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga

dapat dituliskan :
B = (Y. Py) – (X. PX)

Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol,

dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol.

dB = Py . dY - PX
dX dX

Py . MP = PX

VMP = PX

VMP (NPMXi) = 1
PX
VMP = Value Marginal Product

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering

terjadi adalah sebagai berikut:

a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu ditambah.

b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).

3.4.4 Efisiensi Ekonomis

Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi

harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis

dengan efisiensi harga/ alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai

apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi harga/ alokatif

(Soekartawi, 1990).

Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,

sehingga dapat dituliskan menjadi:


EE = ET . EH......................................................................................................(4.5)

Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi

ET : Efisiensi Teknis

EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

(Soekartawi, 1990).

3.4.5 Analisis Pengaruh Harga Pupuk, Harga Sayuran dan Pengalaman


Petani Terhadap Dosis Pupuk

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan

kualitatif, analisis Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi berganda untuk

mengetahui pengaruh faktor-faktor (harga pupuk, harga sayuran, dan pengalaman

petani) terhadap dosis penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan

menggunakan alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss

17, maka dilakukan interpretasi hasil.

Analisis fungsi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan X yang

sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut:

LnY=lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e

Keterangan :

Y = dosis pupuk

b0 = intercept
X1 = harga pupuk

X2 = harga sayuran

X3 = pengalaman petani

e = kesalahan pendugaan

Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat

dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh

dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien

determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah

koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara

terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).

pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:

1. Uji Determinan (R2)

Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana

besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas terhadap variabel

terikat.

2. Uji T-hitung

Hipotesis

Ho : βo = 0

H1 : βo ≠ 0

Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t

bi−Bi
t-hitung = 𝑆𝑏𝑖

t-tabel = tα/2(n-p)
keterangan:

bi = koefisien regresi ke-i

Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi = parameter ke-I yang dihipotesiskan

n = banyaknya pasangan data

p = jumlah parameter regresi

Kriteria uji :

2. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Jika signifikansi < α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor

pengaruh harga pupuk (Xi) berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk (Y),

sebaliknya jika signifikansi > α, maka faktor-faktor pengaruh harga pupuk (Xi)

tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk(Y).

3. Uji F-hitung

Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang

digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas.

Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:

Hipotesis :

H0 : β1 = β2 =…= β(k-1) = 0

H1 : β1 ≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

𝑅 2 /(k − 1)
F − hitung =
(1 − R2 )/(n − k)

Keterangan:

R2 = koefisien determinan

K = jumlah variabel termasuk intersep

n = jumlah pengamatan

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Apabila Signifikansi < α maka H0 ditolak maka secara bersama-sama

variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila H0

diterima maka secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat.

3.4.6 Penentuan Dosis Pupuk Optimal Berdasarkan Teori The Law of

Diminishing Returns (LDR)

Berdasarkan kurva The Law of Diminishing Returns (LDR) dapat kita

ketahui apakah penggunaan pupuk oleh petani sudah optimal atau tidak optimal.

Optimal dapat diketahui apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum

dan ketika Average Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP)sampai
ketika Marginal Product (MP) berada dititik 0 dan Total Product (TP) berada

dititik maksimum yang sering disebut titik optimum.

3.4.7 Perbandingan Penggunaan Pupuk yang Digunakan Petani dengan Nilai

Optimal Berdasarkan Teori The Law of Diminishing Returns (LDR)

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan

kualitatif, dan menggunakan model T-test mean compare untuk mengetahui

perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan

penggunaan pupuk oleh petani sayuran. Pengolahan data digunakan dengan

menggunakan alat bantu software spss 17.

Dengan kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional


Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran

penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi.


2. Usahatani sayuran ialah kegiatan yang dilakukan seseorang di dalam

pembudidayaan tanaman sayuran (kubis, kubis bunga dan wortel) dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan.

3. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Sehingga

faktor produksi dapat diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi total

produksi.

4. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan

variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel

independen, yang menjelaskan (X).

5. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan

output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang

dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan

penggunaan sumber yang terbatas.

6. Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output,

kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk

memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input dan teknologi.

Efisiensi teknis dikatakan tercapai apabila Average Product berada di titik

maksimum.

7. Efisiensi harga merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk

beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (Marginal Value Product) sama

dengan biaya marjinal (Marginal Cost).


8. Efisiensi ekonomi manakala petani mampu meningkatkan produksinya dengan

harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya

dengan harga yang tinggi.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk merupakan

kemungkinan alasan petani menggunakan pupuk pada tanaman sayuran.

10. Harga sayuran ialah harga jual sayuran yang berlaku di daerah penelitian

dalam Rupiah.

11. Harga pupuk ialah harga input pupuk anorganik yang dipakai petani sayuran

di daerah penelitian dalam Rupiah.

12. Pengalaman petani ialah kejadian yang pernah dialami petani sayuran ketika

dalam proses budidaya sayuran di daerah penelitian.

13. Pupuk pada penelitian ini ialah pupuk kimia/ anorganik.

14. Dosis (dose ; dosage) merupakan takaran obat, pupuk, pestisida, dsb;

menyatakan banyaknya bahan (dalam kilogram) persatuan bobot badan atau

satuan luas lahan, yang akan menghasilkan efek yang optimal.

15. Kesesuaian penggunaan pupuk merupakan ketika penggunaan pupuk

seharusnya sama dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera

Utara.

2. Data yang digunakan adalah data penggunaan faktor produksi pupuk pada

usahatani sayuran.

3. Waktu penelitian tahun 2015.


BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu sentra penghasil sayuran di

Kabupaten Karo. Kecamatan Tigapanah memiliki luas wilayah 186,84 Km2 dan

terletak 1.192-1.376 meter dpl. Kecamatan Tigapanah berbatasan langsung

dengan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Karo, antara lain sebagai

berikut:

a. Sebelah Utara :Kecamatan Dolat Raya dan Kecamatan Berastagi

b. Sebelah Selatan :Kecamatan Merek

c. Sebelah Barat :Kecamatan Juhar, Munte, dan Kaban Jahe

d. Sebelah Timur :Kecamatan Merek dan Kecamatan Barus Jahe.

Dari segi penduduk, Kecamatan Tigapanah memiliki penduduk sebesar

29.976 jiwa berdasarkan sumber BPS Tigapanah 2012. Kecamatan Tigapanah

terbagi atas 26 desa. Pada penelitian analisis penggunaan pupuk pada tanaman

sayuran ( Kubis, Kubis Bunga dan Wortel) ini lokasinya berada di tiga desa yaitu

Desa Aji Jahe, Desa Aji Buhara dan Desa Aji Julu. Berikut ini deskripsi Desa Aji

Jahe, Desa Aji Buhara dan Desa Aji.

4.1.1 Desa Aji Jahe

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Aji Jahe memiliki luas wilayah 1000 Ha dengan ketinggian 1200 m

di atas permukaan laut. Desa Aji Jahe berjarak 14 Km dari Kantor Bupati

Kabupaten Karo di Kabanjahe dan berjarak 7 Km dari Kantor Kecamatan

Tigapanah.
Luas lahan dan penggunaan lahan di Desa Aji Jahe dapat dilihat pada

Tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Luas wilayah Desa Aji Jahe menurut penggunaannya


No Penggunaan lahan Luas (Ha)
1 Sawah 0
2 Bukan sawah 673
3 Bukan pertanian 327
Jumlah 1000
Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar lahan di Desa Aji Jahe

diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni sebesar 673 Ha.

Keadaan penduduk

Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Jahe terdiri dari 1401 jiwa dengan

rincian 392 kepala keluarga, 685 laki-laki dan 716 perempuan dengan tingkat

kepadatan penduduk pada setiap Km2 adalah 140 jiwa/ Km2. Dari segi agama

penduduk, di Desa Aji Jahe 79 diantaranya beragama muslim, 1.314 beragama

Kristen protestan, dan 8 beragama Kristen katolik.

Luas lahan yang sebagian besar diperuntukkan untuk lahan pertanian

bukan sawah yakni 673 Ha menunjukkan keadaan alamnya bagus untuk

melakukan usaha pertanian. Alasan baik tersebut mendorong warga sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2

sebagai berikut :

Tabel 4.2 Penduduk Desa Aji Jahe Berdasarkan mata pencaharian


No Mata pencaharian Penduduk
1 Petani 916
2 Industri rumah Tangga 3
3 PNS 14
4 Lainnya 14
Jumlah 947
Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Petani Industri rumah PNS lainnya
Tangga

Gambar 4.1 Grafik penduduk Desa Aji Jahe menurut mata pencaharian
Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk

Desa Aji Jahe berprofesi sebagai petani yaitu sebesar 97%.

4.1.2 Desa Aji Julu

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Aji Julu memiliki luas wilayah 516 Ha dengan ketinggian 1300 m di

atas permukaan laut. Desa Aji Julu berjarak 16 Km dari Kantor Bupati Kabupaten

Karo di Kabanjahe dan berjarak 9 Km dari Kantor Kecamatan Tigapanah.

Luas lahan dan penggunaan lahan di Desa Aji Julu dapat dilihat pada

Tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Luas wilayah Desa Aji Julu menurut penggunaannya


No Penggunaan lahan Luas (Ha)
1 Sawah 0
2 Bukan sawah 347
3 Bukan pertanian 169
Jumlah 516
Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar lahan di Desa Aji Julu

diperuntukkan untuk lahan pertanian bukan sawah yakni sebesar 347 Ha.

Keadaan penduduk
Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Julu terdiri dari 1367 jiwa dengan

rincian 382 kepala keluarga, 677 laki-laki dan 690 perempuan dengan tingkat

kepadatan penduduk pada setiap Km2 adalah 265 jiwa/ Km2. Dari segi agama

penduduk, di Desa Aji Julu 123 diantaranya beragama muslim, 983 beragama

Kristen protestan, dan 261 beragama Kristen katolik.

Luas lahan yang sebagian besar diperuntukkan untuk lahan pertanian

bukan sawah yakni 347 Ha menunjukkan keadaan alamnya bagus untuk

melakukan usaha pertanian. Alasan baik tersebut mendorong warga sebagian

besar bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.4

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Penduduk Desa Aji Julu Berdasarkan mata pencaharian


No Mata pencaharian Penduduk
1 Petani 873
2 Industri rumah Tangga 2
3 PNS 32
4 lainnya 20
Jumlah 927
Sumber : BPS,Karo dalam angka 2013

100%
80%
60%
40%
20%
0%
Petani Industri rumah PNS lainnya
Tangga

Gambar 4.2 Grafik penduduk Desa Aji Julu menurut mata pencaharian
Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk

Desa Aji Julu bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebesar 94%.
4.1.3 Desa Aji Buhara

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Aji Buhara memiliki luas wilayah 450 Ha dengan ketinggian 1200 m

di atas permukaan laut. Desa Aji Buhara berjarak 15 Km dari Kantor Bupati

Kabupaten Karo di Kabanjahe dan berjarak 8 Km dari Kantor Kecamatan

Tigapanah. Secara geografis disebelah utara berbatasan dengan Desa Aji Julu,

disebelah selatan berbatasan dengan Desa Aji Mbelang, disebelah timur

berbatasan dengan Desa Bukit Kecamatan Dolat Raya, disebelah Barat berbatasan

dengan Desa Aji Jahe.

Keadaan penduduk

Pada tahun 2013 penduduk Desa Aji Buhara terdiri dari 794 jiwa dengan

rincian 215 kepala keluarga, 399 laki-laki dan 395 perempuan. dengan tingkat

pendidikan, usia, dan mata pencaharian yang berbeda.

Penduduk di Desa Aji Buhara memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-

beda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No Tinggkat Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Belum Sekolah 73
2 Tidak Tamat SD 96
3 Tamat SD 140
4 Tamat SMP 222
5 Tamat SMA 217
6 Perguruan Tinggi 46
Jumlah 794
Sumber : Profil Desa 2014

Berdasarkan Tabel 4.5 sebagian besar penduduk memiliki tingkatan

pendidikan pada strata SMP sebesar 222 jiwa dan SMA sebesar 217 jiwa.

Penduduk Desa Aji Buhara berdasarkan tingkatan usia dapat dilihat pada

Tabel 4.6 sebagai berikut :


Tabel 4.6 Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan Tingkat Usia
No Tingkat usia(tahun) Jumlah (jiwa)
1 0-1 16
2 2-5 43
3 5-7 42
4 7-14 105
5 15-24 148
6 25-54 358
7 Diatas 55 82
Jumlah 794
Sumber : Profil Desa 2014

Berdasarkan Tabel 4.6, penduduk Desa Aji Buhara mayoritas berusia di

interval 25-54 tahun 358 jiwa. Interval tersebut termasuk usia angkatan kerja

produktif.

Penduduk Aji Buhara sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Penduduk Desa Aji Buhara Berdasarkan mata pencaharian


No Mata pencaharian Laki-laki Perempuan
1 Petani 300 300
2 Buruh tani 50 50
3 PNS 9 8
4 Polri 2 -
5 Pensiunan polri atau PNS - 2
Jumlah 361 360
Sumber : Profil Desa 2014

Jumlah penduduk Desa Aji Buhara yang bermata pencaharian sebagai

petani berjumlah 600 jiwa dengan rincian 300 laki-laki dan 300 perempuan.

100%
80%
60%
40%
20%
0%
Petani Buruh tani PNS Polri Pensiunan
polri atau
PNS
Gambar 4.3 Grafik penduduk Desa Aji Buhara menurut mata pencaharian
Sumber : BPS, Karo dalam angka 2013

Berdasarkan data pada tabel dan grafik diatas kita dapat melihat bahwa

sebagian besar penduduk Desa Aji Buhara bermata pencaharian sebagai petani.

4.2 Karakteristik Responden Dalam Penelitian

Dalam penelitian analisis penggunaan pupuk pada tanaman sayuran,

responden merupakan petani sayuran (kubis, kubis bunga, dan wortel) yang

berdomisili di Desa Aji Jahe, Desa Aji Buhara, dan Desa Aji Julu. Petani yang

menjadi sampel dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

4.2.1 Jenis Kelamin Responden

4.2.1.1 Jenis Kelamin Petani Kubis

Jumlah responden petani Kubis yakni sebesar 20 orang. Dengan rincian,

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang dan responden dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang.

35%
Laki-Laki
Perempuan
65%

Gambar 4.4 Grafik Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin


Sumber : Data Primer Diolah 2014
4.2.1.2 Jenis Kelamin Petani Kubis Bunga

Jumlah responden petani Kubis Bunga yakni sebesar 43 orang. Dengan

rincian, responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang dan responden

dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang.

35%
Laki-Laki
Perempuan
65%

Gambar 4.5 Grafik Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin


Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.1.3 Jenis Kelamin Petani Wortel

Jumlah responden petani Wortel yakni sebesar 17 orang. Dengan rincian,

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 orang dan responden dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang.


35%
Laki-Laki
Perempuan
65%

Gambar 4.6 Grafik Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin


Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.2 Usia Sampel

4.2.2.1 Usia Petani Kubis

Jumlah responden petani kubis yang berusia pada rentang 20-29 tahun

sebanyak 2 orang (10%), responden yang berusia pada rentang 30-39 tahun

sebanyak 4 orang (20%), responden yang berusia pada rentan 40-49 tahun

sebanyak 9 orang (45%), responden yang berusia pada rentan 50-59 tahun

sebanyak 5 orang (25%).


10%

25% 20-29

20% 30-39

40-49

50-59

45%

Gambar 4.7 Grafik Jumlah Responden Menurut umur

Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.2.2 Usia Petani Kubis Bunga

Jumlah responden petani kubis bunga yang berusia pada rentang 20-29

tahun sebanyak 9 orang (21%), responden yang berusia pada rentang 30-39 tahun

sebanyak 16 orang (37%), responden yang berusia pada rentan 40-49 tahun

sebanyak 12 orang (28%), responden yang berusia pada rentan 50-59 tahun

sebanyak 5 orang (12%), responden yang berusia pada rentan 60-69 tahun

sebanyak 1 orang (2%).


2%
12%
21%
20-29

30-39

40-49

50-59
28%
60-69

37%

Gambar 4.8 Grafik Jumlah Responden Menurut umur


Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.2.3 Usia Petani Wortel

Jumlah responden petani wortel yang berusia pada rentang 20-29 tahun

sebanyak 2 orang (12%), responden yang berusia pada rentang 30-39 tahun

sebanyak 4 orang (23%), responden yang berusia pada rentan 40-49 tahun

sebanyak 8 orang (47%), responden yang berusia pada rentan 50-59 tahun

sebanyak 1 orang (6%), responden yang berusia pada rentan 60-69 tahun

sebanyak 2 orang (12%).


12% 12%

6%
20-29
30-39

23% 40-49
50-59
60-69

47%

Gambar 4.9 Grafik Jumlah Responden Menurut umur


Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.3 Pendidikan Terakhir Sampel

4.2.3.1 Pendidikan Terakhir Petani Kubis

Jumlah responden petani kubis dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 3

orang (15%), SMP sebanyak 5 orang (25%), SLTA sebanyak 11 orang (55%), dan

S1 sebanyak 1 orang (5%).


5% 15%
SD
25% SMP
55% SLTA
S1

Gambar 4.10 Grafik Jumlah Responden Menurut Pendidikan Terakhir


Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.3.2 Pendidikan Terakhir Petani Kubis Bunga

Jumlah responden petani kubis bunga dengan pendidikan terakhir SD

sebanyak 4 orang (9%), SMP sebanyak 10 orang (23%), SLTA sebanyak 26 orang

(61%), dan S1 sebanyak 3 orang (7%).

7%
9% SD
23%
SMP
61% SLTA
S1

Gambar 4.11 Grafik Jumlah Responden Menurut Pendidikan Terakhir


Sumber : Data Primer Diolah 2014

4.2.3.3 Pendidikan Terakhir Petani Wortel


Jumlah responden petani wortel dengan pendidikan terakhir SMP

sebanyak 4 orang (24%), SLTA sebanyak 13 orang (76%). Sampel tidak ada yang

berpendidikan setingkat SD dan setingkat S1.

0% 0%

24% SD
SMP
SLTA
76%
S1

Gambar 4.12 Grafik Jumlah Responden Menurut Pendidikan Terakhir


Sumber : Data Primer Diolah 2014
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan

Pupuk Tanaman Sayuran

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input secara

optimal dituntut dalam hal ini yakni dengan pengalokasian sumber daya yang

terbatas mampu memberikan hasil yang optimal.

Berikut ini hasil penelitian analisis penggunaan pupuk oleh petani pada

tanaman sayuran ( Kubis, Kubis bunga dan Wortel) yang telah diolah dengan

menggunakan software Frontier 4.1 dan hasilnya (output) dapat dilihat dari data

Notepad yang telah diolah menggunakan software Frontier 4.1.

5.1.1 Efisiensi Penggunaan Pupuk Tanaman Kubis

Kubis (Brassica oleracea var cipitata) adalah kubis yang dalam

pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk

kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Kubis merupakan tanaman semusim

yang hanya baik jika ditanam di dataran tinggi dengan ketinggian antara 1000-

3000 m dpl (dari permukaan laut). Untuk menunjang pertumbuhannya, kubis

memerlukan nutrisi unsur hara yang cukup. Oleh karena itu, pemupukan menjadi

hal yang sangat krusial di dalam budidaya kubis.

Untuk menghitung efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman kubis

dibutuhkan data mengenai dosis pupuk, harga pupuk, produksi kubis, dan harga

kubis dalam satu periode tanam.


Pada Tabel 5.1 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, produksi kubis, dan

harga kubis berdasarkan informasi 20 responden.

Tabel 5.1 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis


Produksi
Dosis Pupuk Harga Pupuk Kubis Harga Kubis
Responden ( kg) X (Rp) (Kg) Y ( Rp)
1 500 3.000.000 4.000 700
2 550 3.162.500 4.400 2.000
3 550 4.300.000 8.000 1.200
4 550 3.762.000 5.720 1.200
5 550 3.975.000 4.000 900
6 550 3.425.000 4.000 700
7 550 3.514.500 3.960 700
8 550 3.700.000 4.000 900
9 550 3.602.500 4.400 700
10 550 2.750.000 4.400 1.200
11 600 4.450.000 4.000 500
12 600 4.134.000 6.720 1.200
13 650 4.777.500 5.200 1.200
14 660 4.290.000 4.800 700
15 660 2.700.000 5.760 1.200
16 660 4.020.000 5.760 1.200
17 660 4.470.000 7.200 1.500
18 665 5.080.000 4.400 1.200
19 720 3.312.000 5.280 1.200
20 840 5.352.000 5.760 700
Jumlah 12165 77.777.000 10.1760 20.800
Rata-rata 608,25 3.888.850 5.088 1.040
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan data pada Tabel 5.1, maka diperoleh efisiensi penggunaan

pupuk sebagai berikut :

Tabel 5.2 Hasil Analisis Frontier 4.1 Penggunaan Pupuk pada Kubis
The Final MLE Estimates Are :
Coefficient t-Ratio e.Teknis
Beta 0 0.41206718 0.19310238 0.99
Beta 1 0.68578953 0.22431175
Sigma-Squared 0.37616711 0.29891388
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Berdasarkan hasil estimasi Frontier disajikan pada Frontier 4.1 maka

diperoleh persamaan Y = 0,41 + 0,68 X + e, dengan Sigma-Squared sebesar 0.37,

yang artinya 37% variabel Y (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel X (pupuk)

dan 63% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

teknis penggunaan pupuk pada kubis oleh petani yaitu 0,99 yang artinya 99% dari

potensial yaitu 100% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani

kubis hampir mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,99 < 1

(mendekati 1) dan terdapat peluang sebesar 1% untuk mencapai efisiensi secara

teknis.

Meskipun secara teknis, hasil uji Frontier 0,99 hampir mendekati 1

(Efisien). Namun hasil tersebut masih di bawah 1 dan masih termasuk daerah

tidak efisien. Hal lain yang perlu dilihat juga dari aspek efisiensi harga apakah

penggunaan pupuk tersebut efisien dari segi harga.

Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Maka

kriteria menguji efisiensi harga ialah sebagai berikut :

c. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu ditambah.

d. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk

mencapai efisien input X perlu dikurangi (Soekartawi, 1990).

Hasil perhitungan efisiensi harga pada penggunaan faktor produksi pupuk

oleh petani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut :

Tabel 5.3 Analisis Efisiensi Harga Pada Faktor Produksi Pupuk Tanaman
Kubis
Harga Px
Responden NMPXi (Rp) Efisiensi Harga Keterangan
1 0 3.000.000 0 Tidak Efisien
2 16778,72 3.162.500 0,005305524 Tidak Efisien
3 0 4.300.000 0 Tidak Efisien
4 0 3.762.000 0 Tidak Efisien
5 0 3.975.000 0 Tidak Efisien
6 0 3.425.000 0 Tidak Efisien
7 0 3.514.500 0 Tidak Efisien
8 0 3.700.000 0 Tidak Efisien
9 0 3.602.500 0 Tidak Efisien
10 0 2.750.000 0 Tidak Efisien
11 -4542,55 4.450.000 -0,001020798 Tidak Efisien
12 0 4.134.000 0 Tidak Efisien
13 -32894,2 4.777.500 -0,006885232 Tidak Efisien
14 -31107,3 4.290.000 -0,007251124 Tidak Efisien
15 0 2.700.000 0 Tidak Efisien
16 0 4.020.000 0 Tidak Efisien
17 0 4.470.000 0 Tidak Efisien
18 -656915 5.080.000 -0,129314037 Tidak Efisien
19 23600,1 3.312.000 0,007125635 Tidak Efisien
20 3421,22 5.352.000 0,000639241 Tidak Efisien
Tidak
Rata-Rata -34083 3.888.850 -0,00657004 Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

harga penggunaan pupuk pada tanaman kubis oleh petani yaitu NPMx / Px

= -0,006 di mana -0,006 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman

kubis tidak efisien dari segi harga.

Efisiensi ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga.

Efisiensi ekonomi (EE) dapat diperoleh dengan kriteria EE = ET. EH. Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Teknis
EH : Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
4. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

5. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

6. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

Efisiensi ekonomi merupakan perkalian efisiensi teknis dan efisiensi

harga/ alokatif. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk tanaman kubis pada Tabel 5.4 sebagai berikut :

Tabel 5.4 Analisis Efisiensi Ekonomi Pada Faktor Produksi Pupuk


Tanaman Kubis
Efisiensi Efisensi Efisiensi Ekonomi
Responden Teknis Harga ( ET X EH) Keterangan
1 0,99964373 0 0 Tidak Efisien
2 0,99964379 0,005305524 0,005303634 Tidak Efisien
3 0,99964494 0 0 Tidak Efisien
4 0,99964429 0 0 Tidak Efisien
5 0,99964361 0 0 Tidak Efisien
6 0,99964361 0 0 Tidak Efisien
7 0,99964359 0 0 Tidak Efisien
8 0,99964361 0 0 Tidak Efisien
9 0,99964379 0 0 Tidak Efisien
10 0,99964379 0 0 Tidak Efisien
11 0,99964349 -0,001020798 -0,001020434 Tidak Efisien
12 0,99964449 0 0 Tidak Efisien
13 0,99964389 -0,006885232 -0,00688278 Tidak Efisien
14 0,99964372 -0,007251124 -0,007248541 Tidak Efisien
15 0,99964407 0 0 Tidak Efisien
16 0,99964407 0 0 Tidak Efisien
17 0,99964449 0 0 Tidak Efisien
18 0,99964354 -0,129314037 -0,129267942 Tidak Efisien
19 0,99964378 0,007125635 0,007123097 Tidak Efisien
20 0,99964375 0,000639241 0,000639013 Tidak Efisien
Rata-Rata 0,999643902 -0,00657004 -0,006567698 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman kubis oleh petani yaitu - 0,006 di
mana -0,006 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman kubis tidak

efisien secara ekonomi.

5.1.2 Efisiensi Penggunaan Pupuk Tanaman Kubis Bunga

Kubis bunga (Brassica oleraceea L.) merupakan jenis tanaman sayuran

yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang berasal

dari Eropa. Di Indonesia masyarakat mengenal sayuran kubis bunga sebagai

bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing disebut cauliflower. Bagian

yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa bunganya (curd).

Kubis Bunga banyak dibudidayakan pada dataran tinggi dengan ketinggian

1000-3000 m di atas permukaan laut. Untuk menunjang pertumbuhannya, kubis

bunga memerlukan nutrisi unsur hara yang cukup. Unsur nitrogen, Phospor dan

Kalium sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pemupukan

menjadi hal yang penting di dalam budidaya kubis bunga.

Untuk menghitung efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga

dibutuhkan data mengenai dosis pupuk, harga pupuk, produksi kubis, dan harga

kubis bunga dalam satu periode tanam. Pada Tabel 5.5 disajikan dosis pupuk,

harga pupuk, produksi kubis bunga, dan harga kubis bunga berdasarkan informasi

43 responden di daerah penelitian.


Tabel. 5.5 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga
Produksi Kubis Harga Kubis
Responden Dosis Pupuk Harga Pupuk Bunga Bunga
( kg) X (Rp) (Kg) Y ( Rp)
1 300 2.580.000 4.800 4.500
2 440 2.585.000 6.600 4.200
3 440 3.685.000 6.600 4.300
4 480 3.624.000 4.800 4.200
5 480 2.850.000 7.200 4.500
6 480 2.808.000 7.200 4.200
7 520 3.581.500 5.200 4.200
8 540 3.840.000 4.800 4.000
9 540 3.21.0000 7.200 4.500
10 540 3.900.000 8.400 4.500
11 550 4.070.000 4.400 4.500
12 560 2.240.000 8.400 4.200
13 560 3.780.000 8.400 4.600
14 600 3.750.000 4.800 4.200
15 600 4.344.000 7.200 4.200
16 605 3.960.000 5.200 4.500
17 605 4.537.500 6.600 4.500
18 650 4.745.000 4.400 3.500
19 660 2.550.000 4.800 4.200
20 660 4.080.000 7.200 5.200
21 660 3.120.000 7.200 4.000
22 670 3.915.000 7.200 4.200
23 700 4.039.000 7.200 3.800
24 720 3.750.000 4.800 5.500
25 720 3.810.000 4.800 4.500
26 720 3.360.000 4.800 4.500
27 720 6.400.000 5.600 4.000
28 720 5.010.000 7.200 5.000
29 720 4.920.000 8.400 4.500
30 750 5.005.000 7.200 4.500
31 780 3.570.000 4.800 3.000
32 780 5.430.000 4.800 3.000
33 780 3.750.000 4.800 4.000
34 780 5.520.000 7.200 4.000
35 780 4.962.000 7.200 4.500
36 780 6.300.000 7.200 4.000
37 800 4.010.000 4.800 4.500
38 800 5.760.000 8.400 5.000
39 810 5.619.000 4.800 4.500
40 840 6.600.000 7.200 4.000
41 840 4.650.000 4.800 4.500
42 900 6.084.000 4.800 4.000
43 960 6.480.000 4.800 4.500
Jumlah 28540 182.784.000 264.200 184.700
Rata-Rata 663,7209302 4.250.790,7 6.144,186047 4.295,348837
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan data pada Tabel 5.5, maka diperoleh efisiensi penggunaan

pupuk kubis bunga sebagai berikut :

Tabel 5.5 Hasil Analisis Frontier 4.1 Penggunaan Pupuk pada Kubis Bunga
The Final MLE Estimates Are :
Coefficient t-Ratio e.Teknis
Beta 0 0.92862804 0.97225090 0.99
Beta 1 -0.90478859 -0.72032932
Sigma-Squared 0.48261506 0.44902099
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil estimasi Frontier disajikan pada Frontier 4.1 maka

diperoleh persamaan Y = 0,92 - 0,9 X + e, dengan Sigma-Squared sebesar 0.48,

yang artinya 48% variabel Y (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel X (pupuk)

dan 52 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan

pupuk pada kubis bunga oleh petani yaitu 0,99 yang artinya 99% dari potensial

yaitu 100% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani kubis

bunga hampir mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,99 < 1

(mendekati 1) dan terdapat peluang sebesar 1 % untuk mencapai efisiensi secara

teknis.

Meskipun secara teknis, hasil uji Frontier 0,99 hampir mendekati 1

(Efisien). Namun, hasil tersebut masih berada di daerah tidak efisien.Hal lain yang

perlu dilihat juga dari aspek efisiensi harga apakah penggunaan pupuk tersebut

efisien dari segi harga.

Hasil perhitungan efisiensi harga pada penggunaan faktor produksi pupuk

oleh petani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut :

Tabel 5.6 Analisis Efisiensi Harga Pada Faktor Produksi Pupuk


Tanaman Kubis Bunga
Harga Px
Responden NMPXi (Rp) Efisiensi Harga Keterangan
1 0 2.580.000 0 Tidak Efisien
2 30713,75 2.585.000 0,011881528 Tidak Efisien
3 0 3.685.000 0 Tidak Efisien
4 -130295,5 3.624.000 -0,035953516 Tidak Efisien
5 0 2.850.000 0 Tidak Efisien
6 0 2.808.000 0 Tidak Efisien
7 -146105,6 3.581.500 -0,040794517 Tidak Efisien
8 -71909,47 3.840.000 -0,018726423 Tidak Efisien
9 0 3.210.000 0 Tidak Efisien
10 0 3.900.000 0 Tidak Efisien
11 -1330392 4.070.000 -0,326877621 Tidak Efisien
12 1361946,6 2.240.000 0,608011855 Belum Efisien
13 0 3.780.000 0 Tidak Efisien
14 -288765,3 3.750.000 -0,077004078 Tidak Efisien
15 0 4.344.000 0 Tidak Efisien
16 -1509859 3.960.000 -0,381277442 Tidak Efisien
17 0 4.537.500 0 Tidak Efisien
18 -165945,4 4.745.000 -0,034972697 Tidak Efisien
19 202893,51 2.550.000 0,079566084 Tidak Efisien
20 0 4.080.000 0 Tidak Efisien
21 0 3.120.000 0 Tidak Efisien
22 0 3.915.000 0 Tidak Efisien
23 0 4.039.000 0 Tidak Efisien
24 -671005 3.750.000 -0,178934675 Tidak Efisien
25 0 3.810.000 0 Tidak Efisien
26 0 3.360.000 0 Tidak Efisien
27 0 6.400.000 0 Tidak Efisien
28 0 5.010.000 0 Tidak Efisien
29 0 4.920.000 0 Tidak Efisien
30 -150926,8 5.005.000 -0,030155214 Tidak Efisien
31 -262887,1 3.570.000 -0,073637834 Tidak Efisien
32 0 5.430.000 0 Tidak Efisien
33 0 3.750.000 0 Tidak Efisien
34 0 5.520.000 0 Tidak Efisien
35 0 4.962.000 0 Tidak Efisien
36 0 6.300.000 0 Tidak Efisien
37 -610871,5 4.010.000 -0,152337033 Tidak Efisien
38 0 5.760.000 0 Tidak Efisien
39 -1718315 5.619.000 -0,305804381 Tidak Efisien
40 396096,56 6.600.000 0,060014631 Belum Efisien
41 0 4.650.000 0 Tidak Efisien
42 0 6.084.000 0 Tidak Efisien
43 0 6.480.000 0 Tidak Efisien
Rata-Rata -117805,3 4.250.790,698 -0,020860496 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

harga penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga oleh petani yaitu

NPMx / Px = -0,02 di mana -0,02 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada

tanaman kubis bunga tidak efisien dari segi harga.


Efisiensi ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi

harga. Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila efisiensi teknis dan harga sudah

tercapai terlebih dahulu. Efisiensi ekonomi (EE) dapat diperoleh dengan kriteria

EE = ET. EH.

Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi

ET : Efisiensi Teknis

EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

Efisiensi ekonomi merupakan perkalian efisiensi teknis dan efisiensi

harga/ alokatif. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk tanaman kubis bunga pada Tabel 5.7, sebagai berikut

Tabel 5.7 Analisis Efisiensi Ekonomi Pada Faktor Produksi Pupuk Kubis

Bunga

Efisiensi Ekonomi Keterangan


Responden Efisiensi Teknis Efisensi Harga ( ET X EH)
1 0,99836971 0 0 Tidak Efisien
2 0,99838072 0,011881528 0,011862288 Belum Efisien
3 0,99838072 0 0 Tidak Efisien
4 0,99837104 0,0035953516 -0,035894949 Tidak Efisien
5 0,99838367 0 0 Tidak Efisien
6 0,99838367 0 0 Tidak Efisien
7 0,99837377 -0,040794527 -0,040728176 Tidak Efisien
8 0,99837138 -0,018726423 -0,018695925 Tidak Efisien
9 0,998384 0 0 Tidak Efisien
10 0,99838876 0 0 Tidak Efisien
11 0,9983687 -0,326877621 -0,326344386 Tidak Efisien
12 0,99838886 0,608011855 0,607032263 Belum Efisien
13 0,99838886 0 0 Tidak Efisien
14 0,99837167 -0,077004078 -0,07687869 Tidak Efisien
15 0,99838429 0 0 Tidak Efisien
16 0,9983742 -0,381277442 -0,380657561 Tidak Efisien
17 0,99838162 0 0 Tidak Efisien
18 0,99836918 -0,3812277442 -0,034915663 Tidak Efisien
19 0,99837194 0,079566084 0,079436546 Belum Efisien
20 0,99838456 0 0 Tidak Efisien
21 0,99838456 0 0 Tidak Efisien
22 0,9983846 0 0 Tidak Efisien
23 0,99838472 0 0 Tidak Efisien
24 0,99837219 -0,178934675 -0,178643403 Tidak Efisien
25 0,99837219 0 0 Tidak Efisien
26 0,99837219 0 0 Tidak Efisien
27 0,998377 0 0 Tidak Efisien
28 0,9983848 0 0 Tidak Efisien
29 0,99838956 0 0 Tidak Efisien
30 0,99838492 -0,030155214 -0,030106511 Tidak Efisien
31 0,99837242 -0,073637834 -0,073517983 Tidak Efisien
32 0,99837242 0 0 Tidak Efisien
33 0,99837242 0 0 Tidak Efisien
34 0,99838503 0 0 Tidak Efisien
35 0,99838503 0 0 Tidak Efisien
36 0,99838503 0 0 Tidak Efisien
37 0,99837249 -0,152337033 -0,152089103 Tidak Efisien
38 0,99838986 0 0 Tidak Efisien
39 0,99837252 -0,305804381 -0,30530669 Tidak Efisien
40 0,99838523 0,060014631 0,059917721 Belum Efisien
41 0,99837263 0 0 Tidak Efisien
42 0,99837282 0 0 Tidak Efisien
43 0,998373 0 0 Tidak Efisien
Rata-rata 0,998378813 -0,020860496 -0,020826284 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga oleh petani yaitu -0,02 di

mana -0,02 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman kubis bunga

tidak efisien secara ekonomi.

5.1.3 Efisiensi Penggunaan Pupuk Tanaman Wortel

Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim karena hanya berproduksi

satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel berumur pendek, yakni berkisar

antara 70-120 hari. Tanaman ini dapat tumbuh dengan sempurna baik pada

saat musim kemarau maupun musim hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A

yang lebih tinggi yang berguna untuk pemeliharaan mata dan selaput mata.
Untuk menunjang pertumbuhannya, wortel memerlukan nutrisi unsur hara

yang cukup. Unsur nitrogen, Phospor dan Kalium sangat penting bagi

pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pemupukan menjadi hal yang penting di

dalam budidaya wortel.

Untuk menghitung efisiensi penggunaan pupuk pada tanaman wortel

dibutuhkan data mengenai dosis pupuk, harga pupuk, produksi wortel, dan harga

wortel dalam satu periode tanam. Pada Tabel 5.8 disajikan dosis pupuk, harga

pupuk, produksi wortel, dan harga kubis berdasarkan informasi 17 responden di

daerah penelitian.

Tabel. 5.8 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel


Dosis Pupuk Harga Pupuk Produksi Wortel Harga Wortel
Responden (Kg) (Rp) (Kg) (Rp)

1 141 1.280.500 4.500 2.000


2 150 1.320.000 4.400 1.800
3 150 1.370.000 4.620 3.500
4 150 1.290.000 3.150 5.000
5 152,5 1.406.250 4.000 2.000
6 165 1.492.500 4.800 2.000
7 175 1.422.500 4.000 2.500
8 179,5 1.568.000 4.000 2.500
9 180 1.667.500 5.000 2.000
10 185 1.737.500 4.300 4.500
11 190 1.570.000 7.000 2.000
12 222,5 1.817.500 6.500 2.000
13 227 1.950.000 4.000 2.000
14 229 2.027.000 4.000 1.200
15 230 1.910.000 5.500 1.800
16 240 2.280.000 5.000 3.200
17 330 2.800.000 4.000 2.000
Jumlah 3296,5 28.909.250 78.770 42.000
Rata-Rata 193,9117647 1.700.544,12 4.633.529.412 2.470,59
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Berdasarkan data pada Tabel 5.8, maka diperoleh efisiensi penggunaan

pupuk sebagai berikut :

Tabel 5.9 Hasil Analisis Frontier 4.1 Penggunaan Pupuk pada Wortel
The Final MLE Estimates Are :
Coefficient t-Ratio e.Teknis
Beta 0 0.65312182 0.57376872 0.99
Beta 1 0.36093906 0.20704926
Sigma-Squared 0.28503069 0.68301498
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil estimasi Frontier disajikan pada Frontier 4.1 maka

diperoleh persamaan Y = 0,65 + 0,36 X + e, dengan Sigma-Squared sebesar 0,28,

yang artinya 28% variabel Y (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel X (pupuk)

dan 72% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan

pupuk pada wortel oleh petani yaitu 0,99 yang artinya 99% dari potensial yaitu

100% hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani wortel hampir

mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,99 < 1 ( mendekati 1) dan

terdapat peluang sebesar 1 % untuk mencapai efisiensi secara teknis.

Meskipun secara teknis, hasil uji Frontier 0,99 hampir mendekati 1

(Efisien). Namun, hasil tersebut masih tergolong pada daerah yang tidak efisien

secara teknis. Hal lain yang perlu dilihat juga dari aspek efisiensi harga apakah

penggunaan pupuk tersebut efisien dari segi harga.

Hasil perhitungan efisiensi harga pada penggunaan faktor produksi pupuk

oleh petani kubis dapat dilihat pada Tabel 5.10 sebagai berikut :

Tabel 5.10 Analisis Efisiensi Harga Pada Faktor Produksi Pupuk Wortel
Harga Px Efisiensi
Responden NMPXi (Rp) Harga Keterangan
1 0 1.492.500 0 Tidak Efisien
2 24446,7672 1.568.000 0,01559105 Belum Efisien
3 0 1.667.500 0 Tidak Efisien
4 0 1.290.000 0 Tidak Efisien
5 1306808,69 1.737.500 0,752120108 Belum Efisien
6 -68565,199 2.280.000 -0,030072456 Tidak Efisien
7 -33204,964 1.280.500 -0,025931249 Tidak Efisien
8 56687,9846 1.910.000 0,029679573 Belum Efisien
9 296011,191 1.570.000 0,18854216 Belum Efisien
10 -78518,112 1.320.000 -0,059483418 Tidak Efisien

Sambungan Tabel 5.10


Harga Px
Responden NMPXi (Rp) Efisiensi Harga Keterangan
11 85519,98473 2027000 0,042190422 Belum Efisien
12 29175,40141 1817500 0,01605249 Belum Efisien
-
13 703888,0263 1370000 -0,513786881 Tidak Efisien
14 1412066,467 1422500 0,992665355 Belum Efisien
-
15 2130436,465 1406250 -1,514977042 Tidak Efisien
16 72624,02227 2800000 0,025937151 Belum Efisien
-
17 9497,040824 1950000 -0,004870277 Tidak Efisien
Rata-Rata 15248,86459 1700544,118 -0,005079001 Tidak Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

harga penggunaan pupuk pada tanaman wortel oleh petani yaitu NPMx / Px = -

0,005 di mana -0,005 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman

wortel tidak efisien dari segi harga.

Efisiensi ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi

harga. Efisiensi ekonomi (EE) dapat diperoleh dengan kriteria EE = ET.EH.

Dimana:

EE : Efisiensi Ekonomi

ET : Efisiensi Teknis

EH : Efisiensi Harga

Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :


1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien

2. EE >1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien

3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien

Efisiensi ekonomi merupakan perkalian efisiensi teknis dan efisiensi

harga/ alokatif. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk tanaman wortel pada Tabel 5.11, sebagai berikut :

Tabel 5.11 Analisis Efisiensi Ekonomi Pada Faktor Produksi Pupuk Wortel

Efisiensi Efisiensi Ekonomi Keterangan


Responden Efisiensi Teknis Harga ( ET X EH)
1 0,99926865 0 0 Tidak Efisien
2 0,99926917 0,01559105 0,015579656 Tidak Efisien
3 0,99926842 0 0 Tidak Efisien
4 0,99926594 0 0 Tidak Efisien
5 0,99927165 0,752120108 0,751572301 Tidak Efisien
6 0,99926928 -0,030072456 -0,030050481 Tidak Efisien
7 0,99926784 -0,025931249 -0,025912263 Tidak Efisien
8 0,99926874 0,029679573 0,02965787 Tidak Efisien
Tidak
9 0,99926923 0,18854216 0,188404379 Efisien
10 0,99926764 -0,059483418 -0,059439855 Tidak Efisien
11 0,99926985 0,042190422 0,042159617 Tidak Efisien
12 0,99927196 0,01605249 0,016040803 Tidak Efisien
13 0,99926687 -0,513786881 -0,513410208 Tidak Efisien
Tidak
14 0,99927262 0,992665355 0,99194331 Efisien
15 0,99926682 -1,514977042 -1,513866291 Tidak Efisien
16 0,99926855 0,025937151 0,025918179 Tidak Efisien
17 0,99926778 -0,004870277 -0,004866711 Tidak Efisien
Tidak
Rata-Rata 0,999268883 -0,005079001 -0,005074688 Efisien
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat dilihat bahwa efisiensi

ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman wortel oleh petani yaitu -0,005 di

mana -0,005 < 1 yang artinya penggunaan input pupuk pada tanaman wortel

tidak efisien secara ekonomi.


5.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pupuk Oleh

Petani Pada Tanaman Sayuran

Uji statistik dilakukan dengan metode Regresi Linier Berganda untuk

melihat pengaruh harga pupuk, harga sayuran dan pengalaman petani terhadap

dosis pupuk yang digunakan. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan

alat bantu software spss 17. Setelah data diolah menggunakan spss 17, maka

dilakukan interpretasi hasil.

5.1.1 Kubis

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi petani kubis di dalam pemberian

pupuk bagi tanaman. Faktor pengalaman bertani salah satunya di mana tentu ada

perbedaan antara satu petani dengan petani yang lain. Pengalaman yang berbeda-

beda tentu menjadi pembelajaran tersendiri bagi masing-masing petani di dalam

memberikan pupuk. Dari segi harga pupuk dan harga sayuran juga menjadi salah

satu pertimbangan. Keadaan harga pupuk sedang mahal dengan keadaan harga

pupuk sedang murah tentu hal yang berbeda yang perlu disikapi petani ketika

memberikan pupuk. Kemampuan modal petani yang berbeda-beda di dalam

menghadapi perubahan harga pupuk tentu akan memberikan perbedaan di dalam

pemberian perlakuan pemupukan untuk tanaman sayuran.

Pada Tabel 5.11 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, harga sayuran kubis,

dan pengalaman bertani kubis berdasarkan informasi 20 responden.

Tabel 5.11 Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis, dan
Pengalaman Bertani Kubis
Dosis Harga
Pupuk Pupuk Harga Kubis Pengalaman Bertani
Responden ( kg) X (Rp) ( Rp) ( Tahun)
1 500 3.000.000 700 7
2 550 3.162.500 2.000 25
3 550 4.300.000 1.200 13
4 550 3.762.000 1.200 8
5 550 3.975.000 900 5
6 550 3.425.000 700 11
7 550 3.514.500 700 4
8 550 3.700.000 900 9
9 550 3.602.500 700 20
10 550 2.750.000 1.200 14
11 600 4.450.000 500 4
12 600 4.134.000 1.200 25
13 650 4.777.500 1.200 20
14 660 4.290.000 700 6
15 660 2.700.000 1.200 3
16 660 4.020.000 1.200 35
17 660 4.470.000 1.500 20
18 665 5.080.000 1.200 20
19 720 3.312.000 1.200 36
20 840 5.352.000 700 7
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Y = 357,514 + 5,976 X1 - 0,009 X2 + 1,864 X3

Berdasarkan persamaan berikut maka dapat diinterpretasikan:

1. Apabila harga pupuk sama dengan nol, harga kubis sama dengan nol,

pengalaman petani sama dengan nol maka dosis penggunaan pupuk pada

tanaman kubis sebanyak 357,514 kg/0,25Ha.

2. Apabila terjadi peningkatan harga pupuk sebesar Rp 1, maka terjadi

peningkatan terhadap dosis penggunaan pupuk oleh petani kubis sebesar 5,976

Kg/ 0,25 Ha.


3. Apabila terjadi peningkatan harga kubis sebesar Rp 1, maka akan mengurangi

penggunaan pupuk sebesar 0,009 kg/0,25Ha oleh petani kubis.

4. Apabila terjadi peningkatan pengalaman petani kubis sebesar 1 tahun, maka

akan meningkatkan penggunaan pupuk sebesar 1,864kg/0,25Ha oleh petani

kubis.

5.1.1.1 Uji Determinan (R2)

R2 = 0,355 Artinya, bahwa variabel dependen ( Penggunaan Dosis Pupuk )

pada model dijelaskan oleh variabel independen (harga pupuk, harga kubis, dan

pengalaman petani) secara bersama-sama sebesar 35,5% dan sisanya sebesar

64,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.

5.2.1.2 T-hitung

Kriteria uji :

3. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil Uji-T dari pengolahan data melalui SPSS 17 untuk

menguji seberapa besar faktor harga pupuk berpengaruh terhadap penggunaan

pupuk pada kubis, diperoleh hasil Signifikansi 0,017 < 0,05 α maka, H0 ditolak,

H1 diterima. Artinya, ada pengaruh nyata antara harga pupuk terhadap


penggunaan pupuk pada tanaman kubis. Dengan kata lain, harga pupuk

berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis.

Hasil pengujian Uji-T faktor harga kubis terhadap penggunaan pupuk pada

kubis diperoleh hasil Signifikansi 0,882 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1 ditolak.

Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara harga kubis terhadap penggunaan pupuk

pada tanaman kubis. Dengan kata lain, harga kubis tidak berpengaruh nyata

terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis.

Hasil pengujian Uji-T faktor pengalaman petani terhadap penggunaan

pupuk pada kubis diperoleh Signifikansi 0,356 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1

ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman petani terhadap

penggunaan pupuk pada tanaman kubis. Dengan kata lain, pengalaman petani

tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis.

5.2.1.3 F-hitung

Uji F-hitung dilakukan untuk menguji seberapa besar pengaruh antara

berbagai variabel bebas (independen) secara bersama-sama terhadap variabel

terikat (dependen).

Kriteria uji :

2. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima


- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS 17 diperoleh

nilai signifikansi F 0,065 > 0,05 α, maka, H0 diterima, H1 ditolak. Artinya, tidak

ada pengaruh nyata harga pupuk, harga kubis dan pengalaman petani secara

bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis.

5.1.2 Kubis Bunga

Pada umumnya yang terjadi di lapangan, penggunaan pupuk oleh petani

berbeda-beda sesuai dengan target produksi yang ingin petani tersebut capai.

Namun, selalu ada yang disebut keterbatasan yang pada prosesnya menghambat

tercapainya target produksi yang telah ditetapkan tersebut.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi petani kubis bunga di dalam

pemberian pupuk bagi tanaman, antara lain harga pupuk, harga kubis bunga dan

pengalaman petani kubis bunga.

Pada Tabel 5.12 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, harga kubis bunga,

dan pengalaman bertani kubis bunga berdasarkan informasi 43 responden.

Tabel 5.12 Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Kubis Bunga,
dan Pengalaman Bertani Kubis Bunga
Dosis Pupuk Harga Pupuk Harga Kubis Bunga Pengalaman Bertani
Responden (kg) X (Rp) (Rp) ( Tahun)
1 300 2.580.000 4.500 10
2 440 2.585.000 4.200 8
3 440 3.685.000 4.300 5
4 480 3.624.000 4.200 20
5 480 2.850000 4.500 4
6 480 2.808.000 4.200 15
7 520 3.581.500 4.200 12
8 540 3.840.000 4.000 2
9 540 3.210.000 4.500 2
10 540 3.900.000 4.500 12
11 550 4.070.000 4.500 15
12 560 2.240.000 4.200 8
13 560 3.780.000 4.600 7
14 600 3.750.000 4.200 25
15 600 4.344.000 4.200 4
16 605 3.960.000 4.500 8
17 605 4.537.500 4.500 10
18 650 4.745.000 3.500 25
19 660 2.550.000 4.200 6
20 660 4.080.000 5.200 36
21 660 3.120.000 4.000 13
23 700 4.039.000 3.800 3
24 720 3.750.000 5.500 14
25 720 3.810.000 4.500 4
26 720 3.360.000 4.500 11
27 720 6.400.000 4.000 20
28 720 5.010.000 5.000 3
29 720 4.920.000 4.500 5
30 750 5.005.000 4.500 20
31 780 3.570.000 3.000 5
32 780 5.430.000 3.000 15
33 780 3.750.000 4.000 10
34 780 5.520.000 4.000 7
35 780 4.962.000 4.500 5
36 780 6.300.000 4.000 7
37 800 4.010.000 4.500 35
38 800 5.760.000 5.000 30
39 810 5.619.000 4.500 20
40 840 6.600.000 4.000 4
41 840 4.650.000 4.500 4
42 900 6.084.000 4.000 3
43 960 6.480.000 4.500 7
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Y = 326,886 + 8,873 X1 – 0,009X2 – 0,010X3

Berdasarkan persamaan berikut maka dapat diinterpretasikan:

1. Apabila harga pupuk sama dengan nol, harga kubis bunga sama dengan nol,

pengalaman petani sama dengan nol maka dosis penggunaan pupuk pada

tanaman kubis bunga sebanyak 326, 886 kg/0,25 Ha.

2. Apabila terjadi peningkatan harga pupuk sebesar Rp 1, maka terjadi

peningkatan terhadap dosis penggunaan pupuk oleh petani kubis bunga

sebesar 8,873 Kg/ 0,25 Ha.

3. Apabila terjadi peningkatan harga kubis bunga sebesar Rp 1, maka akan

mengurangi penggunaan pupuk sebesar 0,009 kg/0,25Ha oleh petani kubis.


4. Apabila terjadi peningkatan pengalaman petani kubis bunga sebesar 1 tahun,

maka akan mengurangi penggunaan pupuk sebesar 0,010 kg/0,25Ha oleh

petani kubis bunga.

5.1.2.1 Uji Determinan (R2)

R2 = 0,536 Artinya, bahwa variabel dependen ( Penggunaan Dosis Pupuk )

pada model dijelaskan oleh variabel independen (harga pupuk, harga kubis bunga,

dan pengalaman petani) secara bersama-sama sebesar 53,6 % dan sisanya sebesar

46,4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.

5.2.1.2 T-hitung

Kriteria Uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil Uji-T dari pengolahan data melalui SPSS 17 untuk

menguji seberapa besar faktor harga pupuk terhadap penggunaan pupuk pada

kubis bunga diperoleh Signifikansi 0,000 < 0,05 α maka, H0 ditolak, H1

diterima. Artinya, ada pengaruh nyata antara harga pupuk terhadap penggunaan
pupuk pada tanaman kubis bunga. Dengan kata lain, harga pupuk berpengaruh

nyata terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga.

Hasil pengujian Uji-T faktor harga kubis bunga terhadap penggunaan

pupuk pada kubis bunga diperoleh Signifikansi 0,783 > 0,05 α maka, H0

diterima, H1 ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara harga kubis

bunga terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga. Dengan kata lain,

harga kubis bungan tidak berpengaruh nyata pada tanaman kubis bunga.

Hasil pengujian Uji-T faktor pengalaman petani terhadap penggunaan

pupuk pada kubis bunga diperoleh Signifikansi 0,996 > 0,05 α maka, H0

diterima, H1 ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman petani

terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga. Dengan kata lain,

pengalaman petani tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk pada

tanaman kubis bunga.

5.2.1.3 F-hitung

Kriteria uji :

3. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0

- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS 17 diperoleh

nilai signifikansi F 0,000 < 0,05 α, maka, H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada
pengaruh nyata harga pupuk, harga kubis bunga dan pengalaman petani secara

bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman kubis bunga.

5.1.3 Wortel

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi petani kubis di dalam

memberikan pupuk bagi tanaman. Faktor-faktor yang diduga memiliki pengaruh

antara lain, harga pupuk, harga sayuran dan pengalaman petani.

Pada Tabel 5.13 disajikan dosis pupuk, harga pupuk, harga kubis bunga,

dan pengalaman bertani kubis bunga berdasarkan informasi 17 responden.

Tabel 5.13 Data Primer Dosis Pupuk, Harga Pupuk, Harga Wortel, dan
Pengalaman Bertani Wortel

Pengalaman
Dosis Pupuk Harga Pupuk Harga Wortel Bertani
Responden (kg) Y (Rp) (Rp) ( Tahun)
1 141 1.280.500 2.000 9
2 150 1.320.000 1.800 5
3 150 1.370.000 3.500 12
4 150 1.290.000 5.000 5
5 152,5 1.406.250 2.000 7
6 165 1.492.500 2.000 20
7 175 1.422.500 2.500 13
8 179,5 1.568.000 2.500 25
9 180 1.667.500 2.000 6
10 185 1.737.500 4.500 20
11 190 1.570.000 2.000 8
12 222,5 1.817.500 2.000 8
13 227 1.950.000 2.000 20
14 229 2.027.000 1.200 25
15 230 1.910.000 1.800 8
16 240 2.280.000 3.200 20
17 330 2.800.000 2.000 4

Sumber : Data Primer Diolah 2015


Y = 9,440 + 0,000 X1 – 0,003X2 – 0,489X3

Berdasarkan persamaan berikut maka dapat diinterpretasikan:

1. Apabila harga pupuk sama dengan nol, harga wortel sama dengan nol,

pengalaman petani sama dengan nol maka dosis penggunaan pupuk pada

tanaman kubis bunga sebanyak 9,440 kg/0,25 Ha.

2. Apabila terjadi peningkatan harga pupuk sebesar Rp 1, maka tidak terjadi

peningkatan dan penurunan terhadap dosis penggunaan pupuk oleh petani

wortel.

3. Apabila terjadi peningkatan harga wortel sebesar Rp 1, maka akan

mengurangi penggunaan pupuk sebesar 0,003 kg/0,25Ha oleh petani wortel.

4. Apabila terjadi peningkatan pengalaman petani wortel sebesar 1 tahun, maka

akan mengurangi penggunaan pupuk sebesar 0,489 kg/0,25Ha oleh petani

wortel.

5.2.3.1 Uji Determinan (R2)

R2 = 0,966 Artinya, bahwa variabel dependen (Penggunaan Dosis Pupuk)

pada model dijelaskan oleh variabel independen (harga pupuk, harga kubis bunga,

dan pengalaman petani) secara bersama-sama sebesar 96,6 % dan sisanya sebesar

3,4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.

5.2.3.2 T-hitung

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel

- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0


- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil Uji-T dari pengolahan data melalui SPSS 17 untuk

menguji faktor harga pupuk terhadap penggunaan pupuk pada wortel diperoleh

Signifikansi 0,000 < 0,05 α maka, H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada

pengaruh nyata antara harga pupuk terhadap penggunaan pupuk pada tanaman

wortel. Dengan kata lain, harga pupuk berpengaruh nyata terhadap penggunaan

pupuk pada tanaman wortel.

Hasil pengujian Uji-T faktor harga wortel terhadap penggunaan pupuk

pada wortel diperoleh Signifikansi 0,275 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1 ditolak.

Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara harga wortel terhadap penggunaan

pupuk pada tanaman wortel. Dengan kata lain, harga wortel tidak berpengaruh

nyata terhadap penggunaan pupuk pada tanaman wortel.

Hasil pengujian Uji-T faktor pengalaman petani terhadap penggunaan

pupuk pada wortel diperoleh Signifikansi 0,173 > 0,05 α maka, H0 diterima, H1

ditolak. Artinya, tidak ada pengaruh nyata antara pengalaman petani terhadap

penggunaan pupuk pada tanaman wortel.

5.2.3.3 F-hitung

Kriteria uji :

1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F- hitung dan F- tabel

- F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0


- F-hitung < F-tabel α/2 (n-p), maka terima H0

2. Berdasarkan Nilai Signifikansi

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak

Dari hasil pengolahan data menggunakan software SPSS 17 diperoleh

nilai signifikansi F 0,000 < 0,05 α, maka, H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada

pengaruh nyata harga pupuk, harga wortel dan pengalaman petani secara

bersama-sama terhadap penggunaan pupuk pada tanaman wortel.

5.3 Penentuan Dosis Optimal Berdasarkan Teori The Law of Diminishing

Returns (LDR)

Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisien dapat diketahui

apabila Average Product (AP) berada di titik maksimum dan ketika Average

Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) sampai ketika Marginal

Product (MP) berada dititik 0 dan Total Product (MP) berada di titik maksimum.

5.3.1 Kubis

“Bila satu faktor produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris

paribus, maka mula-mula terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu

menurun, lalu kenaikan hasil nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.

The Law Of Diminishing Return merupakan hukum kenaikan hasil yang

semakin berkurang. Hukum ini populer dipakai dalam sektor pertanian, di mana di

dalam sektor pertanian penambahan faktor produksi akan meningkatkan hasil.

Namun peningkatan hasil memiliki batas yang justru dalam jangka panjang faktor
produksi ditambah malah tidak memberikan hasil yang meningkat dan bahkan

cenderung menurun. Pada Tabel 5.14 disajikan dosis penggunaan pupuk, produksi

kubis, AP, MP berdasarkan informasi 20 responden.

Tabel 5.14 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis


Dosis Produksi Dosis Produksi
Respon Pupuk Kubis Pupuk Kubis AP MP EP Daerah
Den ( kg) X (Kg) Y ( kg) Ln X (Kg) Ln Y Rasional

1 500 4.000 6,2146080 8,29404964 1,3346054 0 0 III

2 550 4.400 6,3099182 8,38935982 1,3295512 1 0,005 II

3 550 8.000 6,3099182 8,98719682 1,4242968 0 III

4 550 5.720 6,3099182 8,65172408 1,3711309 0 III

5 550 4.000 6,3099182 8,29404964 1,3144464 0 III

6 550 4.000 6,3099182 8,29404964 1,3144464 0 III

7 550 3.960 6,3099182 8,28399930 1,3128536 0 III

8 550 4.000 6,3099182 8,29404964 1,3144464 0 III

9 550 4.400 6,3099182 8,38935982 1,3295512 0 III

10 550 4.400 6,3099182 8,38935982 1,3295512 0 III

11 600 4.000 6,3969296 8,29404964 1,2965672 -1,0954 -0,001 III

12 600 6.720 6,3969296 8,81284343 1,3776677 0 III

13 650 5.200 6,4769726 8,55641390 1,3210514 -3,2037 -0,006 III

14 660 4.800 6,4922398 8,47637119 1,3056158 -5,2427 -0,007 III

15 660 5.760 6,4922398 8,65869275 1,3336988 0 III

16 660 5.760 6,4922398 8,65869275 1,3336988 0 III

17 660 7.200 6,4922398 8,88183630 1,3680696 0 III

18 665 4.400 6,4997870 8,38935982 1,2907130 -65,253 -0,129 III

19 720 5.280 6,5792512 8,57168137 1,3028354 2,2943 0,007 I

20 840 5.760 6,7334018 8,65869275 1,2859313 0,5644 0,0006 II


Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 5.14, maka dapat diperoleh

kurva penggunaan pupuk pada tanaman kubis seperti berikut ini :


5.3.1.1 Kurva Produksi Kubis

Produksi Kubis
Ln Y Produksi Kubis
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
8.4
8.3
Ln X
8.2
6.15 6.2 6.25 6.3 6.35 6.4 6.45 6.5 6.55 6.6 6.65 6.7 6.75 6.8

5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5 MP
0
-0.5 6.15 6.2 6.25 6.3 6.35 6.4 6.45 6.5 6.55 6.6 6.65 6.7 6.75 6.8 AP
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
-4
-4.5
-5
Gambar 5.1 Kurva Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis

Produksi kubis tertinggi adalah ketika dosis pupuk yang digunakan 550

kg/0,25 Ha, namun pada dosis 600 kg/0,25 Ha produksi kembali menurun. Pada

dosis 660 kg/0,25 Ha produksi kubis kembali meningkat dan kembali menurun

pada dosis 665 kg/0,25 Ha. Sebagian besar petani kubis yang diteliti, tidak

optimal dalam pemberian dosis pupuk sehingga penggunaan dosis pupuk harus
dikurangi. Hal ini dikarenakan, penambahan jumlah dosis pupuk yang dilakukan

oleh petani kubis tersebut, ternyata tidak mempengaruhi peningkatan jumlah

produksi yang diperoleh atau penambahan outputnya termasuk kecil. Penggunaan

pupuk secara optimal berdasarkan data tersebut dapat dilihat ketika Average

Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) atau ketika AP bersinggungan

dengan MP atau dengan melihat Ep (Elastisitas Produksi) di mana apabila Ep

mendekati 1 serta AP > MP , maka termasuk ke daerah efisien. Dosis pupuk yang

masuk ke daerah efisien yaitu ketika penggunaan pupuk 550 kg/0,25 Ha dengan

produksi 4.400 kg/0,25 Ha. Dengan dosis optimal adalah 550 kg/0,25 Ha. Dengan

kata lain, apabila penggunaan pupuk pada kubis lebih besar dari nilai dosis

optimal berdasarkan Teori The Law of Diminishing Returs (LDR), maka

penggunaan pupuk tidak optimal dan dosis penggunaan pupuknya perlu dikurangi.

Tetapi apabila penggunaan pupuknya di bawah titik optimal, maka penggunaan

pupuk masih belum optimal. Dengan kata lain, input pupuk harus ditambah.

5.3.2 Kubis Bunga


Pada Tabel 5.15 disajikan dosis penggunaan pupuk, produksi kubis bunga,

AP, MP berdasarkan informasi 43 responden.


Tabel 5.15 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga

Responden Dosis Produksi Pupuk ( Kg) Produksi AP MP Ep Daerah


Kubis ( Kg) Kubis (Kg) Ln
Y LnX Y Rasional
1 300 4.800 5,703782475 8,476371197 1,4860965 0 0 III
2 440 6.600 6,08677473 8,794824928 1,444907 0,831489 0,011 II
3 440 6.600 6,086774727 8,794824928 1,4449073 0 III
4 480 4.800 6,173786104 8,476371197 1,3729616 -3,659909 -0,035 III
5 480 7.200 6,173786104 8,881836305 1,4386369 0 III
6 480 7.200 6,173786104 8,881836305 1,4386369 0 III
7 520 5.200 6,253828812 8,556413905 1,3681881 -4,065609 -0,04 III
8 540 4.800 6,29156914 8,476371197 1,3472587 -2,12088 -0,018 III
9 540 7.200 6,29156914 8,881836305 1,4117045 0 III
10 540 8.400 6,29156914 9,035986985 1,4362056 0 III
11 550 4.400 6,309918278 8,38935982 1,3295513 -35,24019 -0,326 III
12 560 8.400 6,327936784 9,035986985 1,4279515 35,886837 0,608 I
13 560 8.400 6,327936784 9,035986985 1,4279515 0 III
14 600 4.800 6,396929655 8,476371197 1,3250687 -8,111211 -0,077 III
15 600 7.200 6,396929655 8,881836305 1,388453 0 III
16 605 5.200 6,405228458 8,556413905 1,3358484 -39,21317 -0,034 III
17 605 6.600 6,405228458 8,794824928 1,3730697 -0,079 III
18 650 4.400 6,476972363 8,38935982 1,2952595 -5,651561 0 III
19 660 4.800 6,492239835 8,476371197 1,3056159 5,6991345 0 III
20 660 7.200 6,492239835 8,881836305 1,3680697 0 III
21 660 7.200 6,492239835 8,881836305 1,3680697 0 III
22 670 7.200 6,50727771 8,8818363 1,3649081 0 0 III
23 700 7.200 6,55108033 8,8818363 1,3557819 0 0 III
24 720 4.800 6,57925121 8,47637119 1,2883489 -14,39305 -0,178 III
25 720 4.800 6,57925121 8,47637119 1,2883489 0 III
26 720 4.800 6,57925121 8,47637119 1,2883489 0 III
27 720 5.600 6,57925121 8,63052187 1,3117787 0 III
28 720 7.200 6,57925121 8,8818363 1,3499767 0 III
29 720 8.400 6,57925121 9,03598698 1,3734065 0 III
30 750 7.200 6,6200732 8,8818363 1,3416522 -3,776167 -0,03 III
31 780 4.800 6,65929392 8,47637119 1,2728633 -10,33803 -0,073 III
32 780 4.800 6,65929392 8,47637119 1,2728633 0 III
33 780 4.800 6,65929392 8,47637119 1,2728633 0 III
34 780 7.200 6,65929392 8,8818363 1,3337504 0 III
35 780 7.200 6,65929392 8,8818363 1,3337504 0 III
36 780 7.200 6,65929392 8,8818363 1,3337504 0 III
37 800 4.800 6,68461172 8,47637119 1,2680424 -16,01501 -0,152 III
38 800 8.400 6,6846117 9,03598698 1,3517594 0 III
39 810 4.800 6,69703424 8,47637119 1,2656902 -45,04849 -0,305 III
40 840 7.200 6,73340189 8,8818363 1,3190711 11,149061 0,06 I
41 840 4.800 6,73340189 8,47637119 1,2588541 0 III
42 900 4.800 6,80239476 8,47637119 1,2460863 0 0 III
43 960 4.800 6,86693328 8,47637119 1,234375 0 0 III
Sumber : Data Primer Diolah 201
5.3.1.2 Kurva Produksi Kubis Bunga

Produksi Kubis Bunga Produksi Kubis Bunga


9.2
9.1
9
8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
8.4
8.3
5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7

LN Y
30
25 AP
20
15 MP
10
5
0 LN X
-5 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7
-10
-15
-20
-25
-30
-35
-40
-45
-50

Gambar 5.2 Kurva Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kubis Bunga

Produksi kubis bunga tertinggi adalah ketika dosis pupuk yang digunakan

540 kg/0,25 Ha, namun pada dosis 600 kg/0,25 Ha produksi kembali menurun.

Sebagian besar petani kubis bunga yang diteliti, tidak optimal dalam pemberian

dosis pupuk sehingga penggunaan dosis pupuk harus dikurangi. Hal ini berarti,

penambahan jumlah dosis pupuk yang dilakukan oleh petani sayuran tersebut,
ternyata tidak mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang diperoleh atau

penambahan output produksinya kecil. Pengurangan dosis pupuk yang berlebihan

tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya (cost) yang

dianggap tidak terlalu memberikan dampak besar bagi jumlah produksi. Dan dana

yang diperoleh dari pengoptimalan pupuk dapat dialokasikan untuk biaya

pengadaan faktor produksi lain.Penggunaan pupuk secara optimal berdasarkan

data tersebut dapat dilihat ketika Average Product (AP) sama dengan Marginal

Product (MP) atau ketika AP bersinggungan dengan MP. Salah satu cara untuk

melihat titik optimal ialah dengan melihat dan membandingkan nilai Elastisitas

produksinya (Ep). Di mana apabila nilai Ep, hampir mendekati 1, maka nilai itu

mendekati nilai efisien itu sendiri. Titik optimal ketika penggunaan pupuk 440

kg/0,25 Ha dengan produksi 6600kg/0,25 Ha. Dengan dosis optimal adalah 440

kg/0,25 Ha. Hal ini menunjukkan, apabila penggunaan pupuk di atas 440 kg/0,25,

maka penggunaan pupuk tidak optimal serta perlu dilakukan pengurangan dosis

pupuk dan apabila penggunaan pupuk di bawah 440 kg/0,25 Ha, maka

penggunaan pupuk belum optimal dan penggunaan pupuk perlu ditambah.


5.3.3 Wortel
Pada Tabel 5.16 disajikan dosis penggunaan pupuk, produksi wortel, AP,

MP berdasarkan informasi 17 responden.

Tabel 5.16 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel


Produksi Produksi
Respon Dosis Wortel Dosis Pupuk Wortel AP MP Ep Daerah
Pupuk
Den (kg) X (Kg) Y ( kg) Ln X (Kg) Ln Y Rasional
1 141 4.000 4,94875989 8,29404964 1,6759855 0 0 III
2 150 4.300 5,010635294 8,366370302 1,6697225 1,1688111 0,0156 II
3 150 4.000 5,010635294 8,29404964 1,655289 0 III
4 150 3.150 5,010635294 8,055157732 1,6076121 0 III
5 152,5 5.500 5,027164596 8,612503371 1,713193
33,718643 0,7521 I
-
6 165 4.500 5,105945474 8,411832676 1,6474584 2,5472006 -0,03 III
-
7 175 4.000 5,164785974 8,29404964 1,6058845 2,0017341 -0,026 III
8 179,5 4.400 5,190175208 8,38935982 1,6163924 3,7539604 0,0297 I
9 180 4.620 5,192956851 8,438149984 1,624922 17,540053 0,1885 I
-
10 185 4.000 5,220355825 8,29404964 1,5887901 5,2593335 -0,059 III
11 190 5.000 5,247024072 8,517193191 1,6232426 8,3673873 0,0422 I
12 222,5 6.500 5,404927102 8,779557456 1,6243619 1,6615531 0,0161 I
-
13 227 4.000 5,424950017 8,29404964 1,5288712 24,247608 -0,514 III
14 229 7.000 5,433722004 8,853665428 1,6293924 63,795791 0,9927 I
-
15 230 4.000 5,438079309 8,29404964 1,52518 128,43162 -1,515 III
16 240 4.800 5,480638923 8,476371197 1,5466027 4,28391 0,0259 I
17 330 4.000 5,799092654 8,29404964 1,4302323 -0,572521 -0,005 III

Sumber : Data Primer Diolah 2015


5.3.1.3 Kurva Produksi Wortel

Ln Y Produksi Wortel ( Kg) Produksi Wortel ( Kg)


8.9
8.8
8.7
8.6
8.5
8.4
8.3
8.2
8.1
Ln X
8
4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35 5.4 5.45 5.5 5.55 5.6 5.65 5.7 5.75 5.8 5.85

15
14 AP
13
12 MP
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35 5.4 5.45 5.5 5.55 5.6 5.65 5.7 5.75 5.8 5.85
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10

Gambar 5.3 Kurva Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Wortel

Produksi wortel tertinggi adalah ketika dosis pupuk yang digunakan 229

kg/0,25 Ha, namun pada dosis 222,5 kg/0,25 Ha produksi kembali menurun.

Sebagian besar wortel yang diteliti, belum optimal dalam pemberian dosis pupuk

sehingga penggunaan dosis pupuk harus ditambah. Hal ini berarti, penambahan
jumlah dosis pupuk yang dilakukan oleh petani masih memiliki peluang potensial

untuk memperoleh hasil yang optimal. Penggunaan pupuk secara optimal

berdasarkan data tersebut dapat dilihat ketika Average Product (AP) sama dengan

Marginal Product (MP) atau ketika AP bersinggungan dengan MP atau ketika Ep

( Elastisitas Produksi) mendekati 1 dan rasional dimana AP>MP yaitu ketika

penggunaan pupuk 150 kg/0,25 Ha dengan produksi 4300 kg/0,25 Ha. Dengan

dosis optimal adalah 150 kg/0,25 Ha. Hal ini menunjukkan, apabila penggunaan

pupuk di atas 150 kg/0,25, maka penggunaan pupuk tidak optimal serta perlu

dilakukan pengurangan dosis pupuk dan apabila penggunaan pupuk di bawah

150kg/0,25 Ha, maka penggunaan pupuk belum optimal dan penggunaan pupuk

perlu ditambah.

5.4 Perbandingan Penggunaan Pupuk Yang Seharusnya Berdasarkan Teori

Efisiensi Dengan Penggunaan Pupuk Oleh Petani.

Salah satu yang penting untuk diperhatikan ialah bagaimana perbandingan

antara penggunaan pupuk yang efisien menurut teori efisiensi dengan penggunaan

pupuk oleh petani sayuran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien berdasarkan

teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan penggunaan pupuk oleh

petani dengan menggunakan uji One Sample T-test yaitu dengan menggunakan

software SPSS 17.

5.4.1 Kubis

Untuk mengetahui perbedaan signifikan antara dosis penggunaan pupuk

efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dan penggunaan

pupuk oleh petani kubis, maka diperlukan data penggunaan pupuk yang efisien
berdasarkan teori dan data penggunaan pupuk oleh petani kubis. Tabel 5.17 dosis

pupuk efisien berdasarkan teori dan dosis pupuk oleh petani kubis berdasarkan

informasi 20 responden.

Tabel 5.17 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis


Responden Dosis pupuk efisien Dosis pupuk oleh
berdasarkan teori (kg) petani kubis (kg)

1 550 500
2 550
3 550
4 550
5 550
6 550
7 550
8 550
9 550
10 550
11 600
12 600
13 650
14 660
15 660
16 660
17 660
18 665
18 720
20 840
Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data Tabel 5.17 tersebut diolah, maka diperoleh hasil T-test

dengan kriteria uji sebagai berikut :

Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak


Tabel 5.18 Hasil Analisis Statistik Kubis
One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper


Dosis Pupuk Petani 33.636 19 .000 608.25000 570.4010 646.0990
Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan Tabel 5.18 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Di

mana signifikansi 0,000 < 0,005 α, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada

perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan

penggunaan pupuk oleh petani kubis, dengan rata-rata perbedaan sebesar 608,25

kg/0,25ha.

5.4.2 Kubis Bunga

Untuk mengetahui perbedaan signifikan antara dosis penggunaan pupuk

efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dan penggunaan

pupuk oleh petani kubis bunga, maka diperlukan data perbandingan antara dosis

pupuk yang sesuai dengan teori dan data penggunaan pupuk yang telah diberikan

petani kubis bunga. Tabel 5.19 disajikan dosis pupuk efisien berdasarkan teori dan

dosis pupuk oleh petani kubis bunga berdasarkan informasi 43 responden.


Tabel 5.19 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Kubis Bunga
Responden Dosis pupuk efisien Dosis pupuk
berdasarkan teori(kg) oleh petani kubis bunga(kg)
1 440 300
2 440
3 440
4 480
5 480
6 480
7 520
8 540
9 540
10 540
11 550
12 560
13 560
14 600
15 600
16 605
17 605
18 650
18 660
20 660
21 660
22 670
23 700
24 720
25 720
26 720
27 720
28 720
29 720
30 750
31 780
32 780
33 780
34 780
35 780
36 780
37 800
38 800
39 810
40 840
41 840
42 900
43 960
Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan data Tabel 5.19 diolah, maka diperoleh hasil T-test dengan

kriteria uji sebagai berikut :

Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak.

Tabel 5.20 Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of


the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Dosis Pupuk Petani 31.089 42 .000 663.72093 620.6365 706.8054

Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan Tabel 5.20 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Di

mana signifikansi 0,000 < 0,005 α, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada

perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan

penggunaan pupuk oleh petani kubis bunga, dengan rata-rata perbedaan sebesar

663,72 kg/0,25ha.

5.4.3 Wortel

Untuk mengetahui perbedaan signifikan antara dosis penggunaan pupuk

efisien berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns (LDR) dan penggunaan

pupuk oleh petani wortel, maka diperlukan data sebagai berikut. Tabel 5.21

disajikan dosis pupuk efisien berdasarkan teori dan dosis pupuk oleh petani kubis

berdasarkan informasi 17 responden.

Tabel 5.21 Data Primer Penggunaan Pupuk Pada Wortel


Responden Dosis pupuk efisien Dosis pupuk oleh
berdasarkan teori (kg) petani Wortel (kg)
1 150 141
2 150
3 150
4 150
5 152,5
6 165
7 175
8 179,5
9 180
10 185
11 190
12 222,5
13 227
14 229
15 230
16 240
17 330

Sumber : Data Primer Diolah 2015

Berdasarkan data Tabel 5.21 diolah, maka diperoleh hasil T-test dengan

kriteria uji sebagai berikut :

Nilai Signifikansi (α =0,05)

- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima

- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak.

Tabel 5.22 Hasil Analisis Statistik Wortel

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Dosis Pupuk Petani 16.595 16 .000 193.82353 169.0632 218.5839

Sumber : Data Primer Diolah 2015


Berdasarkan Tabel 5.22 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Di

mana signifikansi 0,000 < 0,005 α, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya, ada

perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien dengan

penggunaan pupuk oleh petani wortel, dengan rata-rata perbedaan sebesar 193,82

kg/0,25ha.

5.5 Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk untuk Tanaman Sayuran oleh

Petani Sayuran Di Daerah Penelitan

Berdasarkan kuissioner yang telah diberikan kepada responden petani

sayuran sebanyak 80 orang di daerah penelitian mengenai penentuan penggunaan

dosis pupuk untuk tanaman sayuran oleh petani, ternyata terdapat perbedaan-

perbedaan pendapat bagaimana mereka menemukan informasi yang digunakan di

dalam melakukan pemupukan.

Untuk mempermudah pengelompokan pendapat, maka kepada responden

diberikan berbagai alternatif pilihan yang biasa dijadikan acuan oleh petani di

dalam memberikan informasi cara pemupukan.

Pilihan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Arahan Penyuluh Pertanian

2. Petunjuk Pada Kemasan Pupuk

3. Mengira saja tanpa ada aturan yang jelas

4. Metode pemupukan lain

5. Berdasarkan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun


Berikut Tabel 5.17 mengenai jumlah responden petani sayuran yang

memberikan keterangan mengenai bagaimana petani menentukan dosis

pemupukan di daerah penelitian :

Tabel 5.17 Data Primer Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis

Penggunaan Pupuk untuk Sayuran

No Penentuan Dosis Pemupukan Jumlah Petani

1 Arahan Penyuluh Pertanian 13

2 Petunjuk Pada Kemasan Pupuk 16

3 Mengira saja tanpa aturan yang jelas 25

4 Metode Pemupukan Lain 3

5 Berdasarkan Tradisi Secara Turun-Temurun 23

Jumlah Keseluruhan Petani 80

Sumber : Data Primer Diolah 2015

Arahan
Penyuluh
Pertanian

Petunjuk Pada
16% Kemasan
29%
Pupuk
20%
Mengira saja
tanpa aturan
yang jelas
4% 31%
Metode
Pemupukan
Lain

Gambar 5.4 Grafik Jumlah Responden Berdasarkan Penentuan Dosis


Penggunaan Pupuk untuk Sayuran.
Sumber : Data Primer Diolah 2014
Berdasarkan Gambar 5.4 diperoleh informasi bahwa sebanyak 25 petani

(31%) menentukan informasi pemupukan berdasarkan inisiatif sendiri dengan

mengira saja tanpa aturan yang jelas, 23 petani (29%) berdasarkan tradisi secara

turun-temurun, 16 petani (20%) berdasarkan petunjuk pada kemasan pupuk, 13

petani (16%) berdasarkan arahan dari penyuluh pertanian dan 3 petani (4%)

menggunakan metode pemupukan lain di dalam memberikan dosis pupuk pada

tanaman sayuran.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan, maka

pada penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan pupuk pada kubis, kubis bunga dan wortel tidak efisien baik

secara teknis, harga dan ekonomis.

2. Uji T-hitung dan F-Hitung yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan dosis pupuk oleh petani sayuran, yakni sebagai

berikut :

a. Harga pupuk berpengaruh nyata terhadap penentuan penggunaan dosis

pupuk pada tanaman sayuran (Kubis, Kubis Bunga dan Wortel).

b. Harga sayuran tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan dosis

pupuk oleh petani pada tanaman sayuran (Kubis, Kubis Bunga dan

Wortel).

c. Pengalaman petani tidak berpengaruh nyata terhadap penggunaan dosis

pupuk oleh petani pada tanaman sayuran ( Kubis, Kubis Bunga dan

Wortel).

d. Harga pupuk, harga sayuran dan pengalaman petani secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap penentuan dosis pupuk tanaman

kubis bunga dan wortel, sedangkan harga pupuk, harga sayuran dan

pengalaman petani secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap penentuan dosis pupuk tanaman kubis.


3. Penggunaan pupuk optimal berdasarkan teori The Law of Diminishing

Returns (LDR) pada Kubis yaitu 550 kg/0,25ha, pada Kubis bunga yaitu 440

kg/0,25ha, dan pada Wortel yaitu 150 kg/0,25ha. Apabila penggunaan dosis

pupuk di bawah nilai pupuk yang optimal, maka penggunaan dosis pupuk

termasuk belum optimal dan penggunaan pupuk perlu ditambah. Sedangkan

apabila penggunaan dosis pupuk di atas nilai pupuk yang optimal, maka

penggunaan dosis pupuk termasuk tidak optimal dan penggunaan pupuk perlu

dikurangi untuk mencapai tingkat yang optimal.

4. Ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk secara efisien

berdasarkan analisis The Law of Diminishing Returns (LDR) dengan

penggunaan pupuk yang dibuat oleh petani kubis, kubis bunga dan wortel saat

kajian dibuat.

5. Penentuan Penggunaan Dosis Pupuk untuk Tanaman Sayuran oleh Petani

Sayuran Di Daerah Penelitan. Sebanyak 25 petani (31%) menentukan

informasi pemupukan berdasarkan inisiatif sendiri dengan mengira saja tanpa

aturan yang jelas, 23 petani (29%) berdasarkan tradisi secara turun-temurun,

16 petani (20%) berdasarkan petunjuk pada kemasan pupuk, 13 petani (16%)

berdasarkan arahan dari penyuluh pertanian dan 3 petani (4%) menggunakan

metode pemupukan lain di dalam memberikan dosis pupuk pada tanaman

sayuran.

6.2 Saran

1. Petani Kubis Bunga, Kubis dan Wortel di Kecamatan Tigapanah Kabupaten

Karo sebaiknya lebih memperhatikan penggunaan faktor produksi pupuk agar

efisiensi pupuk dapat tercapai. Sehingga diharapkan tidak ada faktor produksi
2. pupuk yang terbuang percuma hanya demi meningkatkan produksi Kubis

Bunga, Kubis maupun Wortel.

3. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan pendistribusian pupuk subsidi

karena akan sangat membantu petani sayuran dikarenakan fakta di lapangan

petani harus membayar lebih mahal untuk pupuk non-subsidi dan hal ini

berdampak sulitnya efisiensi secara ekonomi diperoleh petani sayuran. Di sisi

lain pemerintah melalui penyuluh pertanian seharusnya melakukan sosialisasi

pengarahan mengenai penggunaan pupuk pada tanaman sayuran kepada para

petani sayuran.

4. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan efisiensi penggunaan peupuk

berdasarkan dosis penggunaan sesuai aturan guna menjaga kesuburan tanah

dan aspek efisiensi penggunaan tenaga kerja pada usahatani sayuran.


DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius (Aak), 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran.


Kanisius. Yogyakarta

BPS. 2013. Karo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo

Cahyono, Bambang. 2002 Kubis bunga & brocoli : teknik budi daya dan analisis
usaha tani. Kanisius. Yogyakarta
Coelli, T.J. (1992), “A Computer Program for Frontier Production Function
Estimation: FRONTIER, Version 2.0.
Darwanto. 2009. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Di Jawa Tengah (Penerapan
Analisis Frontier). (Skripsi). Universitas Diponegoro. Semarang

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Izhar, Lutfi. 2010. Rekomendasi Pemupukan Hara Spesifik Lokasi ( PHSL)


Tanaman Sayuran. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau

Kalangi, Bintang. 2011. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

Koperindag Kabupaten Karo.2013. Ekspor Komoditi Kabupaten Karo. Dinas


Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karo

Mubarok, Nurul.2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan


di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kananga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu. (Skripsi). UIN Jakarta. Jakarta

Pindyck, R.2007. Mikroekonomi. PT Indeks. Jakarta

Pracaya. 2001. Bertanam Sayuran Organik Di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta

Rukmana, Rahmat. 1995. Budidaya Kubis Bunga dan Brokoli. Kanisius.


Yogyakarta

Soekartawi.1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis


Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press. Jakarta

.1993. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press. Jakarta

Sunaryo, T. 2001. Ekonomi manajerial : aplikasi teori ekonomi mikro. Erlangga.


Jakarta

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Ekesperimen. Rineka Cipta.
Jakarta
Susantun, I. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb- Douglas Dalam Pendugaan Efisiensi
Ekonomi Realtif. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 5 No.2.
Susilowati, Sri Hery. 2012. Analisis Efisiensi Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tim Prima Tani Balitsa.2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung
LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Petani Kubis Bunga Kecamatan Tigapanah Kabupaten
Karo 2015
Pengalaman Bertani Jumlah
Responden Nama ( Tahun) Usia Pendidikan Tanggungan
1 Diamon Pelawi 20 42 SMA 5
2 Tommi 20 45 SMP 4
3 Robin 9 40 SMA 3
4 Andarias Sinuhaji 20 50 SMA 3
5 Indra Tarigan 3 25 SMP 1
6 Ulina Br Sinuhaji 25 40 SMA 5
7 Demo Depari 30 46 SMA 4
8 Mama Petro 35 49 SD 4
9 Gindo Ginting 15 29 SMP 0
10 Sariwangi 25 43 SMA 8
11 Hendra Sembiring 8 38 SMA 2
12 Diamon Bukit 6 27 SMP 2
13 Irawati Br Ginting 8 29 SMA 3
14 Endia Pandia 12 33 SMA 2
15 Sarjani Sembiring 4 30 SMP 3
Mamak Margareta
16 Pandia 20 52 SD 4
17 Edi Syahputra Sembiring 4 34 SMA 1
18 Armut Br Ginting 14 46 S1 1
19 Rela Ginting 36 56 SMA 2
20 Eko Diska Barus 4 26 SMA 1
21 Junanda Purba 7 37 S1 2
22 Nurboti Br Ginting 5 39 SMP 3
23 Ridwan Parangin-angin 12 40 SMP 3
24 Fitri Br Barus 8 30 SMA 1
25 Reksa Ginting 5 66 SMA 4
26 Jasmin Kemit 10 50 SMA 4
27 Lela Br Purba 2 35 SMA 3
28 Dolat J. Ginting 11 41 S1 2
29 Lekson Br Tarigan 4 59 SD 3
30 Ratna Br Tarigan 4 33 SMA 1
31 Ahmadi Sukapiring 5 48 SMA 2
32 Rolianta Br Sinuhaji 7 42 STM 1
33 Andi Ginting 10 35 SMA 3
34 Dafit Sinuhaji 15 39 SMA 4
35 Auri 5 25 SD 3
36 Lesna Sembiring 15 36 SMP 5
37 Supardi Pandia 13 39 SMA 6
38 Heuvaruati Purba 10 32 SMA 6
39 Eka Susanti 3 25 SMA 2
40 M. Sulaiman Lubis 3 26 STM 2
41 Hanni Sembiring 7 33 STM 3
42 Muklis 2 26 SMP 1
43 B. Tarigan 7 34 SMP 3
Lampiran 2. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis
Bunga dengan Menggunakan Frontier
Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal


data file = kbunga2.txt

Error Components Frontier (see B&C 1992)


The model is a production function
The dependent variable is logged

the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.92847007E+01 0.97371410E+00 0.95353459E+01


beta 1 -0.90486142E-01 0.15032059E+00 -0.60195441E+00
sigma-squared 0.50613133E-01

log likelihood function = 0.41558474E+01

the estimates after the grid search were :

beta 0 0.93245333E+01
beta 1 -0.90486142E-01
sigma-squared 0.49845671E-01
gamma 0.50000000E-01
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.41534686E+01


0.93245333E+01-0.90486142E-01 0.49845671E-01 0.50000000E-01
gradient step
iteration = 5 func evals = 82 llf = 0.41552714E+01
0.93001347E+01-0.89060270E-01 0.48844630E-01 0.19896535E-01
iteration = 10 func evals = 169 llf = 0.41557122E+01
0.92963826E+01-0.89880951E-01 0.48483387E-01 0.76795660E-02
iteration = 15 func evals = 260 llf = 0.41558062E+01
0.92976571E+01-0.90814751E-01 0.48381277E-01 0.37400678E-02
iteration = 20 func evals = 366 llf = 0.41558321E+01
0.92942767E+01-0.90729811E-01 0.48328384E-01 0.20800485E-02
iteration = 25 func evals = 473 llf = 0.41558406E+01
0.92909240E+01-0.90515510E-01 0.48295611E-01 0.11642015E-02
iteration = 30 func evals = 582 llf = 0.41558446E+01
0.92894035E+01-0.90491248E-01 0.48280869E-01 0.70296009E-03
iteration = 35 func evals = 692 llf = 0.41558462E+01
0.92881178E+01-0.90466119E-01 0.48271095E-01 0.40647642E-03
iteration = 40 func evals = 786 llf = 0.41558467E+01
0.92874175E+01-0.90470059E-01 0.48266578E-01 0.25704662E-03
iteration = 45 func evals = 882 llf = 0.41558471E+01
0.92868379E+01-0.90475667E-01 0.48263616E-01 0.15710852E-03
iteration = 50 func evals = 994 llf = 0.41558472E+01
0.92862804E+01-0.90478859E-01 0.48261506E-01 0.85761481E-04
iteration = 51 func evals = 1002 llf = 0.41558472E+01
0.92862804E+01-0.90478859E-01 0.48261506E-01 0.85761482E-04

the final mle estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.92862804E+01 0.95513210E+00 0.97225090E+01


beta 1 -0.90478859E-01 0.12560763E+00 -0.72032932E+00
sigma-squared 0.48261506E-01 0.10748162E-01 0.44902099E+01
gamma 0.85761482E-04 0.74630451E-01 0.11491486E-02
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

log likelihood function = 0.41558472E+01

LR test of the one-sided error = 0.451275292E+02


with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]

number of iterations = 51

(maximum number of iterations set at : 100)

number of cross-sections = 43

number of time periods = 1

total number of observations = 43

thus there are: 0 obsns not in the panel

covariance matrix :

0.91227733E+00 -0.87263769E-01 -0.16101983E-03 0.38545930E-01


-0.87263769E-01 0.15777277E-01 0.21367388E-03 0.17211083E-02
-0.16101983E-03 0.21367388E-03 0.11552300E-03 0.13543686E-03
0.38545930E-01 0.17211083E-02 0.13543686E-03 0.55697043E-02
technical efficiency estimates :

firm eff.-est.

1 0.99836971E+00
2 0.99838072E+00
3 0.99838072E+00
4 0.99837104E+00
5 0.99838367E+00
6 0.99838367E+00
7 0.99837377E+00
8 0.99837138E+00
9 0.99838400E+00
10 0.99838876E+00
11 0.99836870E+00
12 0.99838886E+00
13 0.99838886E+00
14 0.99837167E+00
15 0.99838429E+00
16 0.99837420E+00
17 0.99838162E+00
18 0.99836918E+00
19 0.99837194E+00
20 0.99838456E+00
21 0.99838456E+00
22 0.99838460E+00
23 0.99838472E+00
24 0.99837219E+00
25 0.99837219E+00
26 0.99837219E+00
27 0.99837700E+00
28 0.99838480E+00
29 0.99838956E+00
30 0.99838492E+00
31 0.99837242E+00
32 0.99837242E+00
33 0.99837242E+00
34 0.99838503E+00
35 0.99838503E+00
36 0.99838503E+00
37 0.99837249E+00
38 0.99838986E+00
39 0.99837252E+00
40 0.99838523E+00
41 0.99837263E+00
42 0.99837282E+00
43 0.99837300E+00

mean efficiency = 0.99837881E+00


Lampiran 3. Karakteristik Petani Kubis Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo
Tahun 2015
Pengalaman Bertani Jumlah
Responden Nama ( Tahun) Usia Pendidikan Tanggungan
1 Diamon Pelawi 20 42 SMA 5
2 Demo Depari 25 46 SMA 4
3 Ulina Br Sinuhaji 25 40 SMA 5
4 Supardi Pandia 13 39 SMA 6
5 Andarias Sinuhaji 20 50 SMA 3
6 Indra Tarigan 3 25 SMP 1
7 Mamak Petro 35 49 SD 4
8 Hendra Sembiring 8 38 SMA 2
9 Rolianta Br Sinuhaji 7 42 STM 1
10 Ahmadi Sukapiring 5 48 SMA 2
11 Lekson Br Tarigan 4 59 SD 3
12 Dolat J. Ginting 11 41 S1 2
13 Sarjani Sembiring 4 30 SMP 3
14 Diamon Bukit 6 27 SMP 2
15 Tommi 20 45 SMP 4
16 Rela Ginting 36 56 SMA 2
17 Armut Br Ginting 14 46 SMA 1
18 Margareta Pandia 20 52 SD 4
19 B. Tarigan 7 34 SMP 3
20 Robin 9 40 SMA 3

Lampiran 4. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Kubis


dengan Menggunakan Frontier

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal


data file = kubis2.txt

Error Components Frontier (see B&C 1992)


The model is a production function
The dependent variable is logged

the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.41203495E+01 0.23884521E+01 0.17251129E+01


beta 1 0.68578412E+00 0.37296380E+00 0.18387418E+01
sigma-squared 0.41795538E-01

log likelihood function = 0.44244919E+01

the estimates after the grid search were :

beta 0 0.41555165E+01
beta 1 0.68578412E+00
sigma-squared 0.38852704E-01
gamma 0.50000000E-01
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.44135626E+01


0.41555165E+01 0.68578412E+00 0.38852704E-01 0.50000000E-01
gradient step
iteration = 5 func evals = 66 llf = 0.44233333E+01
0.41499697E+01 0.68365001E+00 0.37780841E-01 0.92670158E-02
iteration = 10 func evals = 167 llf = 0.44244119E+01
0.41244564E+01 0.68610175E+00 0.37577950E-01 0.15732328E-02
iteration = 15 func evals = 271 llf = 0.44244774E+01
0.41202560E+01 0.68636365E+00 0.37611530E-01 0.54269376E-03
iteration = 20 func evals = 376 llf = 0.44244892E+01
0.41240107E+01 0.68554286E+00 0.37616181E-01 0.18620835E-03
iteration = 25 func evals = 469 llf = 0.44244911E+01
0.41210118E+01 0.68589885E+00 0.37615449E-01 0.80039171E-04
iteration = 30 func evals = 577 llf = 0.44244917E+01
0.41213495E+01 0.68576924E+00 0.37617525E-01 0.33658171E-04
iteration = 35 func evals = 684 llf = 0.44244918E+01
0.41209642E+01 0.68578973E+00 0.37616408E-01 0.17667934E-04
iteration = 40 func evals = 779 llf = 0.44244919E+01
0.41206752E+01 0.68578958E+00 0.37616694E-01 0.54371723E-05
iteration = 41 func evals = 797 llf = 0.44244919E+01
0.41206718E+01 0.68578953E+00 0.37616711E-01 0.52981596E-05

The final mle estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.41206718E+01 0.21339311E+01 0.19310238E+01


beta 1 0.68578953E+00 0.30573054E+00 0.22431175E+01
sigma-squared 0.37616711E-01 0.12584465E-01 0.29891388E+01
gamma 0.52981596E-05 0.18684141E-01 0.28356453E-03
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

log likelihood function = 0.44244919E+01

LR test of the one-sided error = 0.4935062E+01


with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]

number of iterations = 41

(maximum number of iterations set at : 100)

number of cross-sections = 20

number of time periods = 1


total number of observations = 20

thus there are: 0 obsns not in the panel

covariance matrix :

0.45536621E+01 -0.63328903E+00 -0.74676150E-02 0.18217557E-01


-0.63328903E+00 0.93471162E-01 0.36356294E-03 -0.13343168E-02
-0.74676150E-02 0.36356294E-03 0.15836875E-03 -0.18797657E-03
0.18217557E-01 -0.13343168E-02 -0.18797657E-03 0.34909712E-03

technical efficiency estimates :

firm eff.-est.

1 0.99964373E+00
2 0.99964379E+00
3 0.99964494E+00
4 0.99964429E+00
5 0.99964361E+00
6 0.99964361E+00
7 0.99964359E+00
8 0.99964361E+00
9 0.99964379E+00
10 0.99964379E+00
11 0.99964349E+00
12 0.99964449E+00
13 0.99964389E+00
14 0.99964372E+00
15 0.99964407E+00
16 0.99964407E+00
17 0.99964449E+00
18 0.99964354E+00
19 0.99964378E+00
20 0.99964375E+00

mean efficiency = 0.99964390E+00

Lampiran 5. Karakteristik Petani Wortel Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo


Tahun 2015

Pengalaman
Bertani Jumlah
Responden Nama ( Tahun) Usia Pendidikan Tanggungan
1 Tommi 20 45 SMP 4
2 Demo Depari 25 46 SMA 4
3 Diamon Bukit 6 27 SMP 2
4 Ahmadi Sukapiring 5 48 SMA 2
5 Andarias Sinuhaji 20 50 SMA 3
6 Diamon Pelawi 20 42 SMA 5
7 Robin 9 40 SMA 3
8 Fitri Br Barus 8 30 SMA 1
9 Hendra Sembiring 8 38 SMA 2
10 Reksa Ginting 5 66 SMA 4
11 Ulina Br Sinuhaji 25 40 SMA 5
12 Irawati Br Ginting 8 29 SMA 3
13 Ridwan Parangin-Angin 12 40 SMP 3
14 Supardi Pandia 13 39 SMA 6
15 Rolianta Br Sinuhaji 7 42 STM 1
16 Edi Syahputra Sembiring 4 34 SMA 1
17 Bersih Sembiring 20 65 SMP 0

Lampiran 6. Hasil Analisis Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk pada Wortel


dengan Menggunakan Frontier

Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)

instruction file = terminal


data file = wortel2.txt

Error Components Frontier (see B&C 1992)


The model is a production function
The dependent variable is logged

the ols estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.65305367E+01 0.10558076E+01 0.61853476E+01


beta 1 0.36092867E+00 0.20124336E+00 0.17934936E+01
sigma-squared 0.33424173E-01

log likelihood function = 0.58289771E+01

the estimates after the grid search were :


beta 0 0.65616754E+01
beta 1 0.36092867E+00
sigma-squared 0.30461539E-01
gamma 0.50000000E-01
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.58245533E+01


0.65616754E+01 0.36092867E+00 0.30461539E-01 0.50000000E-01
gradient step
iteration = 5 func evals = 82 llf = 0.58283720E+01
0.65406749E+01 0.36202889E+00 0.29710860E-01 0.13323183E-01
iteration = 10 func evals = 184 llf = 0.58289173E+01
0.65365943E+01 0.36118280E+00 0.29533496E-01 0.28517551E-02
iteration = 15 func evals = 272 llf = 0.58289660E+01
0.65345644E+01 0.36091369E+00 0.29503519E-01 0.78963395E-03
iteration = 20 func evals = 377 llf = 0.58289746E+01
0.65332090E+01 0.36090344E+00 0.29497272E-01 0.33567707E-03
iteration = 25 func evals = 483 llf = 0.58289762E+01
0.65324855E+01 0.36090929E+00 0.29497128E-01 0.18187694E-03
iteration = 30 func evals = 573 llf = 0.58289770E+01
0.65314715E+01 0.36092271E+00 0.29495277E-01 0.43396786E-04
iteration = 35 func evals = 648 llf = 0.58289771E+01
0.65312182E+01 0.36093906E+00 0.29491805E-01 0.28503070E-04
iteration = 36 func evals = 651 llf = 0.58289771E+01
0.65312182E+01 0.36093906E+00 0.29491805E-01 0.28503069E-04

the final mle estimates are :

coefficient standard-error t-ratio

beta 0 0.65312182E+01 0.11383015E+01 0.57376872E+01


beta 1 0.36093906E+00 0.17432521E+00 0.20704926E+01
sigma-squared 0.29491805E-01 0.89833335E-02 0.32829467E+01
gamma 0.28503069E-04 0.41731250E-01 0.68301498E-03
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero

log likelihood function = 0.58289771E+01

LR test of the one-sided error = 0.60275292E+02


with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]
number of iterations = 36

(maximum number of iterations set at : 100)

number of cross-sections = 17

number of time periods = 1

total number of observations = 17

thus there are: 0 obsns not in the panel

covariance matrix :

0.12957304E+01 -0.17957990E+00 0.99145237E-04 0.28736304E-01


-0.17957990E+00 0.30389281E-01 0.27913850E-03 -0.15218485E-02
0.99145237E-04 0.27913850E-03 0.80700281E-04 0.12060702E-03
0.28736304E-01 -0.15218485E-02 0.12060702E-03 0.17414972E-02

technical efficiency estimates :

firm eff.-est.

1 0.99926865E+00
2 0.99926917E+00
3 0.99926842E+00
4 0.99926594E+00
5 0.99927165E+00
6 0.99926928E+00
7 0.99926784E+00
8 0.99926874E+00
9 0.99926923E+00
10 0.99926764E+00
11 0.99926985E+00
12 0.99927196E+00
13 0.99926687E+00
14 0.99927262E+00
15 0.99926682E+00
16 0.99926855E+00
17 0.99926778E+00

mean efficiency = 0.99926888E+00


Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Sayuran
Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Kubis Bunga

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Dosis Pupuk (Y) 6.6372E2 139.99614 43

Harga Pupuk (X1) 4.2508E6 1.15015E6 43

Harga Kubis Bunga (X2) 4.2953E3 463.91373 43

Pengalaman Bertani (X3) 11.3488 8.73113 43

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Pengalaman
Bertani (X3),
Harga Pupuk
. Enter
(X1), Harga
Kubis Bunga
(X2)a

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Model Summaryb

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of the Sig. F


Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Change
1 .732a .536 .500 98.99632 .536 14.998 3 39 .000

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis Bunga (X2)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk Y

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 440944.035 3 146981.345 14.998 .000a

Residual 382210.617 39 9800.272

Total 823154.651 42

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis Bunga (X2)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 326.886 157.927 2.070 .045

Harga Pupuk (X1) 8.873E-5 .000 .729 6.632 .000

Harga Kubis Bunga (X2) -.009 .034 -.031 -.278 .783

Pengalaman Bertani (X3) -.010 1.792 .000 -.006 .996

a. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)


Descriptive Statistics
Lampiran 8. Hasil
Mean Std. Deviation N Analisis Statistik
Dosis Pupuk (Y) 6.0825E2 80.87149 20 Kubis
Harga Pupuk (X1) 3.8888E6 7.35078E5 20

Harga Kubis (X2) 1.0400E3 354.51969 20

Pengalaman Bertani (X3) 14.6000 10.10159 20

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Pengalaman
Bertani (X3),
Harga Pupuk . Enter
(X1), Harga
Kubis (X2)a

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Model Summaryb

Change Statistics
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .596a .355 .234 70.75871 .355 2.940 3 16 .065

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis
(X2)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 44155.028 3 14718.343 2.940 .065a

Residual 80108.722 16 5006.795

Total 124263.750 19

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Pupuk (X1), Harga Kubis (X2)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 357.514 107.465 3.327 .004

Harga Pupuk (X1) 5.976E-5 .000 .543 2.653 .017

Harga Kubis (X2) -.009 .056 -.037 -.151 .882

Pengalaman Bertani (X3) 1.864 1.961 .233 .950 .356

a. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Lampiran 9. Hasil Analisis Statistik Wortel

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Dosis Pupuk (Y) 1.9382E2 48.15760 17

Harga Pupuk (X1) 1.7005E6 4.04216E5 17

Harga Wortel (X2) 2.4706E3 1012.27757 17

Pengalaman Bertani (X3) 12.6471 7.36496 17

Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Pengalaman
Bertani (X3),
Harga Wortel . Enter
(X2), Harga
Pupuk (X1)a

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Model Summaryb

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F


Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change

1 .983a .966 .958 9.89227 .966 122.064 3 13 .000

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk
(X1)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk Y

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 35834.330 3 11944.777 122.064 .000a

Residual 1272.141 13 97.857

Total 37106.471 16

a. Predictors: (Constant), Pengalaman Bertani (X3), Harga Wortel (X2), Harga Pupuk (X1)

b. Dependent Variable: Dosis Pupuk (Y)

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part

1 (Constant) 9.440 13.810 .684 .506

Harga Pupuk (X1) .000 .000 .975 18.386 .000 .978 .981 .944
Harga Wortel (X2) -.003 .003 -.060 -1.140 .275 -.266 -.302 -.059

Pengalaman
-.489 .339 -.075 -1.443 .173 .055 -.371 -.074
Bertani (X3)

a. Dependent Variable: Dosis Pupuk


(Y)

Lampiran 10. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis


One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dosis Pupuk Petani 20 6.0825E2 80.87149 18.08341

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of


the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Dosis Pupuk Petani 33.636 19 .000 608.25000 570.4010 646.0990

Lampiran 11. Hasil Analisis One Sample T-Test Kubis Bunga


One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dosis Pupuk Petani 43 6.6372E2 139.99614 21.34921

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Dosis Pupuk
31.089 42 .000 663.72093 620.6365 706.8054
Petani
Lampiran 12. Hasil Analisis One Sample T-Test Wortel

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Dosis Pupuk Petani 17 1.9391E2 48.13952 11.67555

One-Sample Test

Test Value = 0

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

Dosis Pupuk Petani 16.608 16 .000 193.91176 169.1607 218.6628

Anda mungkin juga menyukai