Anda di halaman 1dari 20

BUKU PANDUAN PENULISAN JURNAL

ANTARA KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ABDI NUSANTARA JAKARTA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Menulis karya ilmiah merupakan bagian dari kehidupan peneliti untuk


mempublikasikan karya ilmiahnya. Buku Panduan penuliasan Karya Ilmiah ini
disusun sebagai rujukan bagi peneliti yang ingin mempublikasikan karya ilmiahnya ke
Jurnal Antara Kebidanan. Dengan hadirnya panduan yang jelas, diharapkan
terciptanya keseragaman tatacara penulisan karya ilmiah oleh peneliti yang sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku dan diakui dalam dunia publikasi.

Buku Panduan ini menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan penelitian bagi
dosen perguruan tinggi. Dengan penerbitan Buku Panduan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas peneliti untuk mengembangkan petunjuk penulisan karya ilmiah
yang sifatnya lebih detail dan spesifik yang sesuai dengan kekhasan penulisan karya
ilmiah di STIKes Abdi Nusantara Jakarta.

Atas terbitnya Buku Panduan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua anggota tim penyusun atas
sumbangsih yang telah diberikan mulai dari menggagas dan menyusun sampai dengan
penerbitan.

Jakarta, Juli 2015

TIM
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Tujuan dari penyusunan Pedoman Penelitian ............................................................... 2

BAB II TATACARA PENULISAN

A. Tata Cara Penulisan ........................................................................................... 3

B. Lembar Evaluasi Oleh Petugas Jurnal ............................................................... 6

C. Lembar evaluasi Manuskrip oleh Reviewer ...................................................... 7


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perguruan tinggi, dosen mempunyai peran penting berkaitan dengan mutu
pendidikan yang diberikan oleh perguruan tinggi tersebut. Peran tersebut dilaksanaakan dalam
tiga fungsi dosen yang dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi
Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat.

Di antara ketiga fungsi dosen tersebut, penelitian mempunyai peran cukup vital,
karena melalui penelitian, dosen dapat mengembangkan pengetahuan baru dan
mengaplikasikannya dalam berbagai fenomena yang terjadi. Hasil penelitian ini akan
memperkaya khasanah keilmuan dosen dan meningkatkan kualitas pengajaran dosen di kelas.

Bagi perguruan tinggi, penelitian dosen selain menambah referensi pengetahuan, juga
akan meningkatkan citra perguruan tinggi, menjadikan perguruan tinggi tersebut dikenal
sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Perguruan tingi diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam memecahkan problema-problema pembangunan dalam
memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan penelitian harus
terus dipacu baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Secara ringkas, sebuah Jurnal Ilmiah memiliki beberapa bagian yang penting
diketahui. Umumnya sebuah Jurnal memiliki nama jurnal, nama organisasi penerbit, nama
penanggung jawab, nama Dewan Editor, nama Redaksi Pelaksana, dan nama Mitra Bestari
atau sering disebut reviewer. Tentu setiap orang yang terlibat dalam pengelolaan jurnal
mempunyai tugasnya masing-masing. Nama organisasi yang mengeluarkan jurnal tersebut
bisa berasal dari suatu institusi pendidikan, institusi penelitian, dan bisa juga organisasi
profesi. Yang terakhir ini banyak bermunculan saat ini seiring dengan kebutuhan akan
peningkatan kualitas anggota dari setiap organisasi profesi.

Umumnya setiap jurnal mempunyai visi dan misi serta sasaran pembacanya. Jenis
artikel yang dimuat dalam Jurnal biasanya ditentukan sesuai dengan target pembacanya. Tugas
para Dewan Editor ini menyeleksi artikel yang masuk dan disesuaikan dengan visi misi jurnal.
Frekuensi penerbitan jurnal dalam setiap tahun juga berbeda-beda dari setiap jurnal. Ada yang
terbit setiap bulan, ada yang setiap 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, dan 6 bulan. Kadang ada
juga yang terbit di luar frekuensi yang telah ditetapkan yang sering disebut dengan edisi
Suplemen.

-1-
Yang paling penting dalam setiap jurnal adalah “Petunjuk Bagi Penulis” yang
biasanya diletakkan dalam kulit halaman bagian dalam atau di bagian terakhir suatu jurnal.
Umumnya bagian ini ada pada setiap terbitan namuan kadang hanya pada awal tahun terbitan.
Bagian ini menjadi sangat penting karena nantinya akan digunakan oleh penulis untuk menjadi
format yang harus diikuti. Walaupun setiap Jurnal mempunyai “Petunjuk Bagi Penulis” yang
berbeda-beda, namun pada dasarnya memiliki format umum sama.

B. Tujuan dari penyusunan Pedoman Jurnal

1. Menyusun prosedur penelitian dosen yang terstandarisasi

2. Memberikan persepsi yang sama bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian

-2-
BAB II
TATACARA PENULISAN

A. Tata Cara Penulisan

Penulisan manuskrip pada OJS STIKes Abdi Nusantara Jakarta menggunakan


spasi 1,5 dengan ukuran kertas 210 x 297 mm (kertas A4) dengan jarak tepi
(margins) 2,5 cm. Jumlah halaman maksimal 15 halaman.
1. Judul Manuskrip
a. Bahasa Indonesia : Jenis huruf Times New Romance, Ukuran font 13,
Bold, UPPERCASE, italic & center, jarak 1 spasi
b. Bahasa Inggris : Jenis huruf Times New Romance, Ukuran font 13, Bold,
UPPERCASE, italic & center, jarak 1 spasi
2. Identitas Penulis
a. Nama penulis : Jenis huruf Times New Romance, ukuran font 12, jarak 1
spasi, italic
b. Nama Instansi : Jenis huruf Times New Romance, ukuran font 12, jarak 1
spasi, italic
c. Alamat email penulis : Jenis huruf Times New Romance, ukuran font 12,
jarak 1 spasi, italic
3. Abstrak
a. Bahasa Indonesia : Jenis huruf Times New Romance, ukuran font
10, jarak 1 spasi
b. Bahasa Inggris : Jenis huruf Times New Romance, ukuran font 10, italic,
jarak 1 spasi
4. Teks
Jenis huruf Times New Romance, ukuran font 12, jarak 1,5 spasi
5. Daftar Pustaka
Jenis huruf Times New Romance, ukuran font 12, jarak 1 spasi
6. Tabel
Jenis huruf Times New Romance, dengan spasi 1, font 10, Nomor tabel di
urutkan sesuai dengan penyebutan pada manuskrip. Kolom di dalam tabel
tidak diberi garis vertical. Tabel diberi judul dan sub judul secara singkat.
-3-
Judul tabel Times New Romance, dengan spasi 1, font 12, Bold, Capitalizer
Each World, antara tabel dan judul diberi jarak 1 spasi.
Jika ada keterangan tabel maka ditulis dengan font 10, spasi 1, dengan jarak
antara tabel dan keterangan tabel diberi jarak 1 spasi.
7. Daftar pustaka
Daftar pustaka ditulis sesuai dengan penulisan Harvard, diurutkan
berdasarkan abjad, cantumkan semua penulis jika tidak lebih dari 6 penulis.
Bila lebih dari 6 penulis, tulis nama 6 penulis selanjutnya ditulis dkk/et al.
Daftar pustaka terdiri dari 60% jurnal.

Contoh cara penulisan daftar pustaka dari berbagai jenis rujukan;

1. Manuskrip jurnal standard

Moore D. & Rhodes T. (2004). Social theory in drug research, drug policy and
harm reduction. International Journal of Drug Policy, 15(5):323- 325.

2. Organisasi sebagai penulis

The Cardiac Society of Australia and New Zealand. (1996). Clinical exercise
stress testing. Safety and performance guidelines. Medical Journal of
Australia, 164:282-284

3. Tanpa nama penulis

Cancer in South Africa [editorial]. (1994). South African Medicine, 84:15

4. Manuskrip tidak dalam bahasa inggris

Fatimah S., Hadju V., Bahar B. & Abdullah Z. (2011). Pola konsumsi dan kadar
haemoglobin pada ibu hamil di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Makara Kesehatan, 15:31-36

5. Edisi tanpa volume

Turan I., Wredmark T. & Fellander-Tsai L. (1995). Arthroscopic ankle


arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clinical Orthopaedic,
(320):110- 114

6. Organisasi sebagai penulis


Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. (2009). Pembelajaran Penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesia. Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional.

-4-
7. Laporan ilmiah

Smith P. & Golladay K. (1994). Payment for durable medical equipment billed
during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. Of
Health and Human Services (US), Office of evaluation and inspection.
Report No.: HHSIGOE169200860

8. Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Yunus I. (2011). Hubungan pola makan, asupan energi dan zat gizi macro dan
aktifitas fisik terhadap status gizi lansia di Desa Manuba Kecamatan
Mallusetasi, Kabupaten Baru (Skripsi). Makassar: Universitas
Hasanuddin.

Nurjaya. (2011). Hubungan pola pengasuhan dengan kejadian stunting (pendek)


pada anak usia 6-23 bulan di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi
Tengah (Tesis). Makassar: Universitas Hasanuddin.

Russeng S.S. (2010). Status gizi dan kelelahan kerja: kajian pada pengemudi bus
malam di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Disertasi). Makassar:
Universitas Hasanuddin.

9. Manuskrip Jurnal dalam format elektronik

Morse S.S. (1995). Factors in the emergence of infections diseases. Emrg infect
Dis (serial online) Jan-Mar diunduh 5 Juni 1996. Available from: URL:
HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm.

-5-
B. Lembar Evaluasi Oleh Petugas Jurnal

LEMBAR EVALUASI OLEH PETUGAS JURNAL

Identitas

Nama Peneliti 1.
2.
3.
4.
5.
Nama program studi
Institusi
Alamat Istitusi
Judul

Tanggal pemasukan I
Tanggal Pemasukan II
Tanggal pemasukan III

-6-
C. Lembar evaluasi Manuskrip oleh Reviewer

LEMBAR EVALUASI MANUSKRIP OLEH REVIEWER

1. Identitas

Nama Lengkap Reviewer

No. HP Reviewer
E-mail Reviewer
Alamat Institusi Reviewer

Judul manuskrip yang di


review

Penulis manuskrip yang di 1.


review 2.
3.
4.
5.
Tanggal dievaluasi : (Tanda tangan)

..................................................

Tanggal dikembalikan (Tanda tangan)

..................................................

-7-
2. Komentar Reviewer

Bagian Komponen Komentar


Halaman Judul bersifat informatif dan
Judul mencerminkan masalah yang
dibahas

Abstrak Abstrak menggambarkan


secara ringkas isi tulisan
secara proporsional
(pendahuluan, tujuan, metode,
hasil, dan kesimpulan)

Pendahuluan Memuat rasional penelitian,


landasan teori, hasil-hasil
penelitian sebelumnya dan
tujuan penelitian di paragraf
terakhir

Metode Memuat desain penelitian


lengkap dengan lokasi,
sampel, atau
responden/informan. Memuat
metode pengumpulan data
untuk setiap variable
penelitian serta metode
analisis data. Ditulis dalam
jumlah yang cukup memadai
dan proporsional
Hasil Memuat hasil yang diperoleh
Penelitian dari analisis data atau
pengujian hipotesis, dan
menjawab pertanyaan
penelitian

Pembahasan Menjelaskan hasil yang


diperoleh berdasarkan
referensi terakhir
Menafsirkan temuan-temuan
Mengintegrasikan temuan dari
penelitian ke dalam kumpulan
pengetahuan yang telah ada
Menyusun teori baru atau
memodifikasi teori yang
sudah ada

-8-
Kesimpulan Berisi simpulan yang berupa
dan saran jawaban atas permasalahan
dalam penelitian.
Berisi saran (bila ada), yang
mengacu pada hasil penelitian
dan berupa tindakan praktis,
dan ditulis dalam bentuk
essay.
Daftar Ditulis secara lengkap, sesuai
Pustaka dengan rujukan dalam teks
dan minimal 60% berupa
artikel jurnal baik nasional
maupun internasional.

3. Rekomendasi

1) Diterima tanpa revisi


2) Memerlukan sedikit revisi
3) Memerlukan revisi sedang
4) Memerlukan revisi cukup banyak
5) Ditolak dengan alasan:
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………..

-9-
DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Jurnal Universitas Hasanuddin

2. Pedoman Penelitian Dosen STIKes Abdi Nusantara Jakarta

- 10 -
Contoh Manuskrip

PERBANDINGAN KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE-9 PADA PERSALINAN


PRETERM DAN ATERM

The Comparison Matrix of the Levels Metalloproteinase-9 in Preterm Delivery and Aterm Delivery

1
Andi Asadul Islam, 2Nasrudin AM, 3Resi Galaupa,

1
Bagian Bedah Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin,
Makassar (Email: andiasadul@yahoo.com)
2
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim
Indonesia, Makassar, (Email: ernase@yahoo.co.id)
3
Bagian Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara,
Jakarta (email: ressigalaupa@yahoo.com)

ABSTRAK

Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) adalah MMP utama yang terlibat dalam persalinan normal dan juga memainkan
peran penting dalam proses-proses patologis yang menyebabkan persalinan preterm.Penelitian ini bertujuan
membandingkan kadar MMP-9 serum pada persalinan preterm dan aterm. Metode yang digunakan adalah observasi
analitik dengan pendekatan cross sectional Sampel adalah ibu dengan persalinan preterm sebanyak 18 orang dan aterm
sebanyak 20 orang. Kadar MMP-9 diperiksa dengan metode ELISA. Data dianalisis menggunakan uji normalitas
Shapiro-Wilk, uji Mann-Withney, dan uji chi- Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar MMP-9 serum
kelompok preterm, yaitu 2242,84 ± 1131,76 ng/L, sedangkan rerata kadar MMP-9 serum kelompok aterm, yaitu
1315,94 ± 376, 96 ng/L. Berdasarkan uji analisis kadar serum MMP-9 pada persalinan, preterm lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan aterm. Perbedaan ini secara statistik bermakna dilihat danri hasil p 0,002 (p 0,05).

Kata kunci: MMP-9, persalinan, preterm, aterm

ABSTRACT

Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) is the major MMP involved in normal delivery and also plays an important role in
pathological processes leading to preterm delivery. This research aimed to compare the levels of Matrix
Metalloproteinase-9 (MMP-9) in pre-term and A-term deliveries. The research method used was
observationallanalytical method with the cross sectional approach. The samples comprised 18 mothers with pre-term
delivery and 20 mothers with a-term delivery. The levels of MMP-9 were examined using ELISA method, and the data
were analyzed using Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney test, and Chi square test. The research results
indicated that he mean level of MMP-9 serum in preterm group was 2242.84 ± 1131.76 ng/L, while the mean level of
MMP-9 serum in a-term group was 1315.94 ± 376.96 ng/L. Tus, the result of the analysis test, the level of MMP-9
serum in pre-term delivery was higher compared to that in a-term delivery. This difference, statistically, was significant
since the value of p 0.002 (p<0.05).

Keywords: MMP-9, delivery, pre-term, aterm

64
Contoh Artikel

PENDAHULUAN membran. Ekspresi MMP-9 meningkat di partus,


Persalinan preterm merupakan salah satu mendegradasi kolagen tipe IV, kolagen utama
penyebab utama mortalitas dan morbiditas komponen dari membran basement ketuban, dan
perinatal, baik di negara maju maupun negara dapat menyebabkan apoptosis (Yoram et al.,
berkembang. Kejadian persalinan preterm disetiap 2010)
negara berbeda. Menurut data Organisasi Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9)
Kesehatan Dunia (WHO), 44 % kematian bayi di adalah MMP utama yang terlibat dalam persalinan
dunia pada 2012 terjadi pada 28 hari pertama normal dan juga memainkan peran penting dalam
kehidupan (masa neonatal). Penyebab terbesar proses-proses patologis yang menyebabkan
(37%) ialah kelahiran prematur. Prematur menjadi persalinan preterm. Matrix Metalloproteinase-9
penyebab kematian kedua tersering pada balita (MMP-9) adalah MMP yang paling aktif di
setelah pneumonia (Rohsiswatmo, 2014). amnion, dan ditemukan meningkat secara
Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo signifikan dalam membran ketuban setelah
Jakarta yang menjadi pusat rujukan nasional, timbulnya kontraksi (Sulistyowati et al., 2016).
jumlah kematian bayi prematur 42,44% pada Meskipun penyebab ekspresi gen yang
tahun 2013. Dari jumlah itu, kematian terkait berat berubah ini tidak diketahui, polimorfisme
badan lahir rendah (BBLR) 37,5%. Berdasarkan fungsional terletak di MMP-1 dan MMP-9 daerah
profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan promotor mungkin menjadi faktor penyebabnya
pada tahun 2012 terdapat kelahiran prematur (Pereza et al., 2014)
sebanyak 1.098 (39,9%) bayi. Di Rumah Sakit Ibu Ekspresi yang berlebihan serta aktivasi
dan Anak (RSIA) Sitti Khadijah 1 Makassar beberapa jenis MMP sebelum persalinan dapat
periode Januari-Desember 2015 didapatkan berakibat terjadinya apoptosis sel-sel membran
persalinan preterm 8-12% dari seluruh persalinan, desidua. Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9)
sedangkan pada periode Januari-Agustus 2016 merupakan anggota kelompok enzim MMP yang
didapatkan data rata-rata 6% persalinan preterm mampu mendegradasi sebagian besar komponen
dari seluruh kelahiran (RSIA Sitti Khadijah 1 matriks ekstraselular pada membran desidua.
Makassar, 2016). Proses degradasi komponen matriks ekstraselular
Berdasarkan alur patogenesis kelahiran yang dilakukan oleh Matrix Metalloproteinase-9
preterm jalur utama penyebab kelahiran preterm (MMP-9) selanjutnya akan diikuti oleh proses
akan memberikan pengaruh pada kondisi apoptosis (Johanes et al., 2011).
membran desidua dengan jalur akhir yang sama, Penelitian ini secara umum bertujuan
yaitu peningkatan produksi siklooksigenase, untuk mengetahui perbandingan kadar Matriks
prostaglandin, dan atau perubahan pada serviks Metalloproteinnase-9 (MMP-9) serum pada
serta pecahnya selaput ketuban akibat peningkatan persalinan preterm dan aterm.
aktivitas Matrix Metalloproteinase (MMP) pada
membran desidua (Johanes et al., 2011). BAHAN DAN METODE
MMPs adalah keluarga dari homolog Lokasi dan Rancangan Penelitian
zinc-dependent endopepti-dases yang Pelaksanaan penilitian ini akan dilakukan
diklasifikasikan berdasarkan struktur dan di RSIA Sitti Khadijah 1 dan RSKDIA Pertiwi
fungsinya sebagai kolagenase, gelatinases, Makassar. Penelitian ini direncanakan akan
stromelysins dan jenis membran MMP (Deepali et dilakukan pada bulan Februari - Juni 2017.
al., 2012). Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
Metalloproteinase (MMPs) adalah study. Dalam penelitian ini akan membandingkan
keluarga enzim zinc-dependent ampuh milik kelas 2 kelompok yaitu kelompok preterm dan aterm.
metalloproteinase. Mereka disintesis oleh berbagai Populasi dan Sampel
jenis sel yang ditemukan di amnion, korion, dan Populasi dalam penelitian ini adalah
desidua. Mereka menurunkan makromolekul dari seluruh ibu bersalin yang di RSIA Sitti Khadijah 1
komponen Matrix Ekstraseluler (ECM), dan dan RSKDIA Pertiwi Makassar. Sampel dalam
memiliki peran sangat penting dalam memelihara penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang
dan memecah Matrix Ekstraseluler (ECM) dari datang ke Ruang Bersalin RSIA Sitti Khadijah 1
membran janin, menyebabkan pecahnya dan RSKDIA Pertiwi Makassar yang mengalami

65
Contoh Artikel

persalinan preterm dan aterm yang memenuhi terbanyak yaitu 21-35 tahun yaitu 12 orang
kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden (66,6%) pada persalinan preterm dan 18 orang
dengan menandatangai informed consent yang (90%) pada persalinan aterm. Dilihat dari jumlah
telah dikeluarkan oleh Komite Etik Fakultas paritas, pada persalinan preterm ibu yang
Kedokteran Universitas Hasanuddin. multipara lebih banyak dari pada ibu primipara
Metode Pengumpulan Data yaitu 10 orang (55,6%), pada persalinan preterm
Dalam penelitian ini, akan dipilih ibu jumlah ibu primipara ssebanding dengan ibu
dengan persalinan aterm dan preterm yang akan multipara yaitu masing-masing sebanyak 10
diambil sampel darahnya sebanyak 3cc pada vena responden (50%). Pada jarak kehamilan,
cubiti. Pengukuran kadar MMP-9 menggunakan kelompok persalinan preterm didominasi oleh ibu
Human Matrix Metalloproteinase-9 ELISA Kit. yang baru pertama kali hamil yaitu sebanyak 8
Analisis Data responden (44,4%), ibu yang memiliki jarak
Dalam penelitian ini distribusi data kehamilan kurang dari 2 tahun sebanyak 7
normal dengan menggunakan uji statistik Shapiro- responden (38,9%) dan yang lebih dari 2 tahun
Wilk. Uji analisis menggunakan Mann-Withney sebanyak 3 responden (16,7%). Sedangkan pada
dan Chi-square diolah dengan menggunakan SPSS kelompok persalinan aterm, ibu primipara
For Windows 21. sebanyak 9 responden (45%), ibu yang jarak
kehamilannya kurang dari 2 tahun sebanyak 6
HASIL responden (30%) dan ibu dengan jarak kehamilan
Karakteristik Sampel lebih atau sama dengan 20 tahun sebanyak 5
Tabel 1 menunjukkan distribusi responden (25%).
karakteristik responden bahwa kelompok umur

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

Persalinan Persalinan
Karakteristik Preterm (%) Aterm (%) p
(n = 18) (n = 20)
Umur
 ≤20 thn 3 16,7 2 10
 21–35 thn 12 66,6 18 90
0,446**
 > 35 thn 3 16,7 0 0
Paritas
 Primipara 8 44,4 10 50
 Multipara 10 55,6 10 50 0,732*

Jarak Kehamilan
 Hamil pertama 8 44,4 9 45
 < 2 tahun 7 38,9 6 30
0,813**
 ≥ 2 tahun 3 16,7 5 25

Hasil Uji Prasyarat Parametrik sedangkan pada persalinan aterm data


Tabel 2 hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan nilai p>0,05 (p=0,182). Sehingga
diperoleh data kadar MMP-9 pada persalinan dapat disimpulkan data dari kadar MMP-9 pada
preterm dan aterm menunjukkan nilai p-value persalinan peterm dan aterm tidak terdistribusi
pada persalinan preterm p<0,05 (p=0,003) normal.

66
Contoh Artikel

Tabel 2. Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Variabel n P
Persalinan Preterm 18 0,003
Kadar MMP-9
Persalinan Aterm 20 0,182

Perbandingan Kadar serum MMP-9 pada kelompok persalinan aterm yaitu 1315,94±376,96
Persalinan Preterm dan Aterm ng/L. Pada tabel diatas dapat lihat bahwa kadar
Tabel 3 hasil uji Mann-Withney MMP-9 lebih tinggi pada persalinan preterm
menunjukkan bahwa rerata kadar MMP-9 serum dibandingkan persalinan aterm dengan hasil uji
kelompok persalinan preterm 2242,84±1131,76 p<0,05 (p=0,002).
ng/L sedangkan rerata kadar MMP-9 serum

Tabel 3. Perbandingan Rerata Kadar Serum MMP-9 pada Persalinan Preterm dan Persalinan Aterm

Rerata Kadar MMP-9 Median P


n
(ng/L)
Persalinan
18 2242,84 ± 1131,76 1667,18
Preterm 0.002
Persalinan Aterm 20 1315,94 ± 376,96 1314,43

Faktor Resiko tingginya Kadar MMP-9 pada responden kelompok persalinan aterm mayoritas
Persalinan Preterm kadar MMP-9 yang tinggi sebanyak 8 responden
Tabel 4 menentukan cut off point (40%) dan yang rendah sebanyak 12 responden
berdasarkan uji kurva ROC yaitu 1402,70 ng/L, (60%). Selanjutkan berdasarkan hasil uji analisis
dengan nilai sensitivitas 77,8% dan nilai spesifitas juga menunjukkan nilai p<0,05 (p=0,019) yang
sebesar 60% sedangkan untuk mengetahui berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna
hubungan antara kadar MMP-9 yang tinggi antara kedua variabel dengan nilai OR = 5,25.
dengan kejadian persalinan preterm digunakan uji Hasil ini menyatakan bahwa kadar MMP-9 yang
Chi-Square. Data menunjukkan bahwa dari 18 tinggi 5,25 kali lebih berisiko terjadi persalinan
responden kelompok persalinan preterm mayoritas preterm pada ibu yang memiliki kadar MMP-9
dengan kadar MMP-9 yang tinggi pada kelompok yang tinggi dibandingkan ibu yang memiliki kadar
persalinan preterm sebanyak 14 responden MMP-9 yang rendah dengan Convidence Interval
(77,8%) dan kadar MMP-9 yang rendah sebanyak (CI 95%= 1,26 – 21,86).
4 responden (22,2%). Sedangkan dari 20

Tabel 5. Faktor Resiko Tingginya Kadar MMP-9 pada Persalinan Preterm

Persalinan Convidence
Preterm Aterm p OR Interval
n % n % (CI) 95%

Kadar Tinggi 14 77,8 8 40 0,019 5,25 1,26 – 21,86


MMP-9 4 22,2 12 60
Rendah
Total 18 100 20 100

67
Contoh Artikel

PEMBAHASAN responden (31,7%). Dari 217 ibu tidak prematur


Berdasarkan hasil penelitian ini yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun ada 142
Kelompok persalinan preterm memiliki rerata responden (68,3%). Ibu yang memiliki jarak
yaitu 25.78 ± 6.16 sedangkan pada kelompok kehamilan <2 tahun mempunyai 1,025 kali untuk
persalinan aterm didapatkan rerata yaitu 26.56 ± kejadian persalinan prematur dibandingkan
5.04. Sehingga dapat disimpulkan secara statistik dengan ibu yang tidak mengalami persalinan
tidak ada perbedaan yang bermakna diantara prematur namun secara statistik tidak bermakna p
kedua kelompok tersebut p>0,05 (p=0,446). > 0,05 (p=1,00), (95%Cl: 0,622 – 1,689).
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal Dari hasil tersebut peneliti dapat
ini faktor umur tidak menjadi kendala untuk menyimpulkan bahwa interval kehamilan pendek
terjadinya persalinan preterm. atau kurang dari 2 tahun tidak memiliki hubungan
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang signifikan untuk melahirkan bayi preterm.
Wijayanti dkk (2011), dalam penelitiaanya dari 89 Berdasarkan penelitian yang telah
ibu yang mengalami persalinan prematur terdapat dilakukan 18 responden preterm dan 20
12 ibu (13,5%) yang usianya >35 tahun dan responden atem peneliti mendapatkan hasil
terdapat 77 ibu (86,5%) dalam kategori usia distribusi kasus pada kedua kelompok bahwa
reproduksi sehat/tidak beresiko (20-35 tahun). rerata kadar matrix metalloproteinase–9 (MMP-9)
Pada data statistik didapatkan taraf signifikansi pada kelompok ibu hamil dengan persalinan
0,05 adalah 3,481, hal ini berarti bahwa Ho preterm adalah 2242,84 ± 1131,76 ng/L dan rerata
diterima dan nilai p-value 0,0983 sehingga p>0,05 kelompok kehamilan aterm adalah 1471,92 ±
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara 731,73 ng/L. Analisis kemaknaan dengan uji
paritas dengan kejadian persalinan prematur. Mann Withney menunjukkan nilai p<0,005
Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal (p=0,002).
ini faktor paritas tidak menjadi kendala untuk Berdasarkan Cut Off Point uji Kurva
terjadinya persalinan preterm. ROC yaitu 1546,61 ng/L menunjukkan bahwa dari
Penelitian ini sejalan dengan hasil 38 responden (100%) mayoritas dengan kadar
penelitian Dwi dkk (2014), yang menunjukkan MMP-9 yang tinggi pada kelompok persalinan
bahwa paritas ibu bersalin di Kabupaten Bantul preterm sebanyak 12 responden (66,67%).
tahun 2014, pada responden yang mengalami Sedangkan mayoritas kadar MMP-9 yang rendah
persalinan preterm, masing – masing 50% pada kelompok persalinan aterm sebnayak 4
merupakan paritas berisiko dan paritas tisak responden (20%). Kemudian hasil analisis juga
beresiko. Responden yang mengalami persalinan menunjukkan nilai p = 0,01 (<0,05) yang berarti
cukup bulan, sebagian besar merupakan paritas bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tidak beresiko, yaitu 22 responent (57,9%). kedua variabel dan nilai OR = 0,125 yang berarti
Berdasarkan hasil penelitian jarak kadar MMP-9 yang tinggi 0,125 kali lebih
kehamilan preterm hamil pertama 8 responden berisiko terjadi persalinan preterm pada ibu yang
(44,4%), < 2 tahun 7 responden (38,9%), ≥ 2 memiliki kadar MMP-9 yang tinggi dibandingkan
tahun 3 responden (16,7%). Sedangkan jarak ibu yang memiliki kadar MMP-9 yang rendah
kehamilan pada persalinan aterm hamil pertama 9 dengan Convidence Interval (CI 95%= 0,029 –
responden (45%), < 2 tahun 6 responden (30%), ≥ 0,544).
2 tahun 5 responden (25%). Rerata jarak Hal ini sesuai dengan penelitian yang
kehamilan pada persalinan preterm 0,73±0,75 telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa
sedangkan rerata pada persalinan aterm 0,80±0,83 rata-rata ekpresi MMP-9 dalam membran lebih
dan didapatkan p>0,05 (p=0,813). Sehingga tinggi pada persalinan prematur dengan ketuban
peneliti menyimpulkan bahwa dalam hal ini faktor pecah dini (8,6 ± 3,1%/lapangan) dibandingkan
jarak kehamilan tidak menjadi kendala untuk pada persalinan prematur tanpa ketuban pecah
terjadinya persalinan preterm. dini (5,5 ± 2,3%/lapangan). Patogenesis
Data diatas sesuai dengan penelitian yang persalinan prematur dikaitkan dengan sitokin,
pernah dilakukan oleh Meliati (2014), yang matriks metalloproteinase, dan prostaglandin
menyatakan bahwa dari 100 ibu bersalin preterm (Sulistyowati et al., 2016).
yang memiliki persalinan <2 tahun ada 66

68
Contoh Artikel

Sulistyowati et al (2016), mengungkapkan hanya dilakukan pemeriksaan panjang servik saja.


juga bahwa Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Tetapi nilai sensitifitas dan spesitifitas meningkat
adalah MMP utama yang terlibat dalam persalinan menjadi sensitifitas 90,9% dan spesitifitas 98.3%
normal dan juga memainkan peran penting dalam ketika kedua pemeriksaan tersebut dilakukan. Jadi
proses-proses patologis yang menyebabkan kadar plasma proMMP-9 dapat digunakan untuk
persalinan preterm. Matrix Metalloproteinase-9 memprediksikan persalinan preterm bila fasilitas
(MMP-9) adalah MMP yang paling aktif di USG tidak ada. Dalam penelitian ini menunjukkan
amnion, dan ditemukan meningkat secara hasil dari pengukuran kadar MMP-9 pada
signifikan dalam membran ketuban setelah persalinan preterm dan aterm terhadap 38
timbulnya kontraksi. respondent terdapat perbedaan yang signifikan.
Adapun penelitian yang telah dilakukan Dari 18 orang yang mengalami persalinan preterm
oleh Deepali et al (2012), meneliti kadar MMP-1 memiliki mean rank sebesar 25,31% lebih tinggi
dan MMP-9 diselaput janin dan air ketuban baik dibandingkan dengan ibu yang mengalami
di persalinan pervaginam spontan dan prematur persalinan aterm dengan mean rank sebesar
menunjukkan peran mereka dalam persalinan. 14,28%. Hal ini membuktikan ibu yang
Dalam penelitian ini MMP-1 secara signifikan melahirkan persalinan preterm memiliki kadar
meningkat pada persalinan prematur menunjukkan MMP-9 lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
bahwa MMP-1 pada plasenta terlibat dalam yang aterm (Klein & Bischoff, 2011)
renovasi ektraseluler plasenta dalam persalinan
prematur. Hasil ini konsisten dengan penelitian KESIMPULAN DAN SARAN
sebelumnya yang menunjukkan peningkatan Kadar serum MMP-9 pada persalinan
MMP-1 dalam cairan ketuban dalam persalinan preterm lebih tinggi dibandingkan persalinan
prematur. Selanjutnya kadar MMP-9 di plasenta aterm. Perbedaan ini secara statistik bermakna
prematur meningkat dibandingkan dengan wanita dilihat dari hasil p=0,002 (p< 0,05). Ibu inpartu
yang menjalani persalinan pervaginam spontan. yang mengalami peningkatan kadar serum MMP-
Tingkat MMP-9 lebih rendah pada plasenta 9 yang tinggi (Cut Off Point 1546,61 ng/L) 0,125
prematur dibandingkan pada wanita yang kali berisiko mengalami persalinan preterm
menjalani operasi caesar. dibandingkan ibu inpartu yang memiliki kadar
Pada studi yang pernah dilakukan MMP-9 yang rendah. Perlu dilakukan penelitian
sebelumnya bahwa kadar Neutrophil Gelatinase lebih lanjut pada kehamilan trimester 2 dan 3
Associated Lipocalin (NGAL) pada air ketuban sebelum ibu mengalami inpartu sehingga dapat
pada usia kehamilan normal menunjukkan hasil dijadikan prediktor pada persalinan preterm. Perlu
yang normal. Sedangkan pada kehamilan dengan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
komplikasi Intra-Amniotic Infection/Inflamation penanganan dan pengobatan untuk menurunkan
(IAI) sekunder terhadap infeksi kadar MMP-9 kadar MMP-9 dalam upaya prediksi persalian
pada cairan ketuban, NGAL dan NGAL, NGAL- preterm untuk mencegah terjadinya persalinan
MMP-9 kompleks terdeteksi. Amnioncorion preterm sehingga dapat menurunkan kejadian
mengekspresi NGAL konstitutif di desidua, mortalitas dan morbiditas perinatal.
amnion, dan sel trofoblas ekstravili. Dalam
kehamilan dengan komplikasi IAI dan DAFTAR PUSTAKA
korionamnionitis histologi, ekspresi peningkatan Deepali P. et al. (2012). Matrix
NGAL dari neotrofil mengilfiltrat tidak hanya Metalloproteinase-1 dan -9 in Human
menambah aktivitas collagenolytic MMP-9 tetapi Placenta during Spontaneous Vaginal
juga memodulasi tanggapan terhadap bakteri Delivery and Caesarean sectioning in
menyerang (Rood et al., 2016). Preterm Pregnancy. Plos One: January 12,
Penelitian ini pun sejalan dengan yang 2012; vol. 7 (1)
pernah dilakukan menilai panjang servik dan Dwi U.A. dkk. (2014). Hubungan Antara Usia
kadar plasma proMMP-9 untuk memprediksi dan Paritas dengan Kejadian Persalinan
kelahiran preterm pada wanita hamil dengan Preterm.
ancaman persalinan, mendapatkan nilai Johanes C. et al. (2011). MMP-9 Gene
sensitifitas 81.1% dan spesitifitas 92.1% jika Polimorfisme, MMP-9 Expression and

69
Contoh Artikel

Cervical Apoptotic Index on 21-36 Week of


Pregnancy. MKB: 2011; vol. 43, no. 4: 199-
206
Klein T. & Bischoff R. (2011). Physiology and
Pathofisiology of matrix Metalloprotease.
Departemen of Pharmacy Analitical
Biochemistry, University of Gromingen.
Netherland.
Meliati L. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Persalinan
Prematur Di Rsup NTB. Jurnal Kesehatan
Prima Vol. 8 No. 2
Pereza N. et al. (2014). Fungsional
Polymorphisms of Matrix
Metalloproteinases 1 and 9 Genrs in
Women with Spontaneous Preterm Birth.
Hindawi Publishing Corporation Disease
Markers: October 28, 2014
Rohsiswatmo. (2014). Penyebab Kematian Bayi
Prematur. Jakarta: Universitas Indonesia
Rood M. et al. (2016). Evidence for Participation
of Neutrophil Gelatinase-Associated
Lipocalin/Matrix Metalloproteinase-9
(NGAL MMP-9) Complex in The
Inflammatory Response to Infection in
Pregnancies Complicated by Preterm Birth.
American Journal of Reproductive
Immunology. March 4, 2016; 1-10
RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar. (2016). Rekam
Medik.
Sulistyowati et al. (2016). High MMP-9 and TNF-
α expression increase in preterm premature
rupture of membrane. Universa Medicina:
January-April 2016; vol. 35, no.1
Wijayanti dkk. (2011). Hubungan Usia dan
Paritas dengan Kejadian Partus
Prematurus. Jurnal Kebidanan Panti Wilasa.
Vol: 2 No. 1
Yoram S. et al. (2010). Maternal Serum
Interleukin-6, C-Reactive Protein, and
Matrix Metalloproteinase-9 Concentrations
as Risk Factors for Preterm Birth < 32
Weeks and Adverse Neonatal Outcomes.
Am J Obstet Gynecol: November 9, 2010;
vol. 27 (8), 631-640

70

Anda mungkin juga menyukai