ASKEP DBD - Docx Reviiiiiiiiiiiiisi
ASKEP DBD - Docx Reviiiiiiiiiiiiisi
OLEH :
DEVI RISMAWATI
EFANDRI FINNUFUS
KELOMPOK 7
2019
1
LEMBAR KONSUL
2
LEMBAR PENGESAHAN
MENGETAHUI
3
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas kami ucapkan kepada Allah
SWT yang karena bimbingan-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “
Askep pada Ny. N dengan masalah keperawatan hipertermi”
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu kami dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami berharap pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
COVER
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 6
A. Definisi .............................................................................................................................. 9
B. Etiologi ................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 53
Kesimpulan........................................................................................................................... 53
Saran ................................................................................................................................. 53
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD namun sekarang
DBD menjadi penyakit endemic lebih dari 100 negara , di antaranya adalah afrika, amerika,
mediterania timur, Asia tenggara dan pacifik barat memiliki angka tertinggi DBD. Jumlah
kasus di amerika, asia tenggara dan pasifik barat telah melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008
dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta
kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat (WHO, 2014)
Adapun komplikasi yang timbul akibat dari penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu
Enseflopati, Miokarditis, Kelainan hati, Latrogenik, Edema paru, Gagal ginjal Akut. (vivin,
2015)
Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 peenderita DBD di 34 provinsi
di Indonesia, dan 1.229orang di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi
dibadingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907
penderita meninggal dunia pada tahun 2014. Hal ini dapat di sebabkan oleh perubahan iklim
dan rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan. Di provinsi Lampung pada
tahun 2012 didapatkan data penderita DBD sebanyak 76,52. (kementrian kesehatan,2016)
Berdasarkan dari data diatas , maka penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus
tentang “Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Demam Berdarah”
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata
mengenai Asuhan Keperawatan pada Ny. N dengan Demam Berdarah
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata tentang:
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
7
Makalah ini bermanfaat bagi penulis untuk dapat mengaplikasikan teori yang didapat di
semester 5 sehingga mendapat gambaran tentang asuhan keperawatan pada kasus Demam
Berdarah Dengue
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penulis
Makalah ini dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada RSUD khususnya
di ruang Anyelir terutama untuk asuhan keperawatan pada pasien DBD
Makalah ini juga dapat digunakan oleh STIKes Muhamdiyah Pringsewu sebagai
kajian pustaka untuk pengembangan ilmu pengetahuan program studi DIII
keperawatan
d. Bagi Keperawatan
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untk melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien DBD
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
Demam Berdarah Dengue
A. Definisi
Demam dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV
yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus. (Soegijanto, 2006 )
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja
atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan bintik-
bintik pendarahan (petekie) spontan. (Hendrawanto, 2004 )
Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus.
Dikenal bermacam-macam jenis virus penyebab penyakit demam berdarah, tetapi di
Indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu virus dengue dan
virus chikungunya. Diantara kedua jenis virus yang terdapat di negeri kita, virus dengue
merupakan penyebab terpenting dari demam berdarah. Oleh karena itu, penyakit demam
berdarah yang kita kenal tepatnya bernama demam berdarah dengue, sesuai dengan nama
virus penyebabnya.Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh
nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada
tungkai,danruam(Brooker,2001)
Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau
orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai
leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang
hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia
ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan(Noer,dkk, 1999).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti(Suriadi&Yuliani,2001).
9
B. Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family / suku / grup flaviviridae dan dikenal ada empat
serotipe.
Penyebab penyakit DBD ini adalah “Virus Dengue” termasuk group BArthropodborn
Virus (Arbovirusses) dan sekarang dikenal sebagai genus flavinus,family flaviridiae dan
mempunyai 4 serotype, yaitu: DEN I, DEN II, DEN III, dan DEN IV. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadapserotype yang lain (Demam Berdarah
Dengue, FK UI, Hal 80).
E.PATOFISIOLOGI
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuhmanusia
melalui gigitan nyamuk tersebut. Setelah manusia terkontaminasi olehvirus tersebut maka
akan terjadi infeksi yang pertama kali yang dapat memberikan gejala sebagai DBD. DBD
dapat tejadi bila seorang yang telah terinfeksi pertamakali dapat infeksi berulang virus
dengue lainnya. Virus akan bereplikasi dinoduslimpatikus regional dan menyebar kejaringan
lain, terutama ke sistemretikuloendotelial dan kulit secara brobkogen maupun hematogen.
Tubuh akanmembentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga
akanmengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilaktoksin C3adan
Csa sehingga permeablitas dinding pembuluh darah meningkat dan akanterjadi juga agregasi
trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskanvasoaktif yang bersifat meningkatkan
permeabilitas kapiler dan melepaskantrombosit. Faktor-faktor yang merangsang koagulasi
intravaskuler. Terjadinya
10
terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalahviremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam dan
bintik-bintik merah pada kulit (petechie)dan hal-hal yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa. Peningkatan
Permeabilitasdinding kapiler mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi,hemokensentrasi (peningkatan hematokrit 20%) menunjukkan adanya
kebocoran(perembesan) plasma sehingga hematokrin menjadi lebih penting untuk
menjadiukuran patokan pemberian cairan intravena. Setelah pemberian cairan intravena
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasisehingga
pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnyauntuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairanyang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengakibatkanrenjatan.Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama,
maka akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik.Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor
yaitu:1.Perubahan vaskuler 2.Trombositopenia3.Gangguan koagulasi
11
buruk bahkan bisa mengakibatkanrenjatan.Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama,
maka akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
diatasi dengan baik.Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor
yaitu:1.Perubahan vaskuler 2.Trombositopenia3.Gangguan koagulasi
C. MANIFESTASI KLINIS
Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih.
Manifestasi klinis sebagai berikut :
Nyri kepala
Nyeri retro-artralgia
Mialgia/atralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
Leukopia
Pe,eriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
Berdasarkan kriteria who 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
terpenuhi :
Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari. Biasanya bersifat bifalsik
Manifestasi pedarahan yang biasanya berupa :
Uji tourniquet positif
Petekie, ekimosis atau prpura
Perdarahan mukosa(epistaksis. Perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
Hematemesis atau melena
Trombositopenia <100.00/ul
Kebocoran plasma yang ditandai dengan
Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
12
Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat
Sindrom syok dengue
Seluruh criteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
WHO memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis demam berdarah secara
dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit Klinis :
Pemeriksaan Diagnostik
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi Laboratorium:
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
13
Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
Air Seni, mungkin ditemukan albuminnya ringan
Uji Serologi memakai serum ganda yaitu:serum diambil pada masa akut
dankonvalesen yaitu uji peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi (MT),
dan ujidengue Blok. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi (antidengue)
minimal 4x4.Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah Klien dan jaringan
Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan DBD bersifat supportif yaitu mengatasi
kehilangancairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan. Untuk merawat Klien DBD dengan baik, diperlukan dokter dan perawat yang
terampil, sarana laboratorium yang memadai, serta bank darah yangsenantiasa siap jika
diperlukan. (Demam Berdarah Dengue, FK, UI. Hal. 104).
Menurut WHO:
DBD derajat I
DBD derajat II
DBD derajat IV
Infus RL / Asering tetapi diguyur atau dicor terlebih dahulu sampai naditeraba
dan tekanan darah sudah mulai terukur
Bila ada panas atau demam berikan kompres hangat dan paracetamol
Bila ada perdarahan, tes Hb, jika Hb < 10 berikan PRC(Pack
RedCell/Eritrosit) sampai Hb lebih dari 10.
Bila terdapat infeksi sekunder atau renjatan yang berulang-ulang
berikanantibiotik
14
Bila terjadi kesadaran menurun dengan kejang-kejang berikandexamethasone
15
bersih, tidak ada pemasangan alat jalan
sianosis dan dyspneu nafas buatan
-mampu - Pasang mayo
mengeluarkan bila perlu
sputum, bernafas - Lakukan
dengan mudah, tidak fisioterapi dada jika
ada pursed lips. perlu
Menunjukkan - Keluarkan
jalan nafas yang sekret dengan batuk
paten-klien tidak atau suction
merasa tercekik, - Auskultasi
irama nafas, suara nafas, catat
frekuensi pernafasan adanya suara
dalam rentang tambahan
normal, tidak ada - Lakukan
suara nafas abnormal. suction pada mayo
Tanda Tanda Vital - Berikan
dalam rentang normal- bronkodilator bila
tekanan darah, nadi, perlu
pernafasan. - Berikan
pelembab udara Kassa
basah atau le,bab
- Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor
respirasi dan status O2
Oxygen therapy
- Bersihkan
mulut, hidung dan
secret trakea
- Pertahankan
16
jalan nafas yang paten
- Atur peralatan
oksigenasi
- Monitor aliran
oksigen
- Pertahankan
posisi pasien
- Onbservasi
adanya tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor
adanya kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign monitoring
- Monitor TD,
nadi, suhu dan Catat
adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS
saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
- Monitor TD,
nadi, sebelum, selama
dan setelah aktiVitas
- Monitor
kualitas dari nadi
- Monitor
frekuensi dan irama
pernapasan
17
- Monitor suara
paru
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor suhu,
karna, dan
kelembaban kulit
- Monitor
sianosis perifer
- Monitor
adanya cushing triad -
tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik.
- Identifikasi penyebab
dari perubahan Vital sign
2 hipertermia b.d NOC NIC
proses infeksi Thermoregulation Fever treatment
virus dengue Kroteria hasil: - Monitor suhu
Suhu tubuh sesering mungkin
dalam rentang - Monitor IWL
normal - Monitor warna
Nadi dan RR dan suhu kulit
dlam rentang - Monitor
normal tekanan darah, nadi,
Tidak RR
ada perubahan - Monitor
warna ku;it penurunan tingkat
dan tidak ada kesadaran
pusing - Monitor WBC,
Hb, Hct
- Monitor intake
dan output
18
- Berikan
antipiretik
- Berikan
pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam
- Selimuti
pasien
- Lakukan tapid
sponge
- Kolaborasi
pemberian cairan intra
vena
- Kompres
pasen pada lipat paha
dan aksila
- Tingkatkan
sirkulasi udara
- Berikan
pengobatan untuk
mencegah terjadimya
menggigil
Temperature
regulation
- Monitor susu
minimal 2 jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD,
nadi, dan RR
- Monitor warna
dan suhu kulit
19
- Monitor tanda
tanda hipertermi dan
hipotermi
- Tingkatkan
cairan dan nutrisi
- Selimuti
pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada
pasien untuk
mencegah keletihan
akinbat panas
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negative dari kedinginan
3 ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan Circulation Peripheral sensation
perifer b.d status manajemen
kebocoran Tissue - Monitor
plasma darah perfusion : cerebral adanya daerah tertentu
Criteria hasil: yang hanya peka
terhadap
Mendemonstr panas/dingin/tajam/tu
asikan status sirkulasi mpul
yang ditandai dengan - Monitor
Tekanan sistol adanya paratese
dan diastole dalam - Instruksikan
rentang yang keluarga untuk
diharapkan mengobservASI kulit
Tidak ada jika ada lesi atau
otospatik hipertensi laserasi
20
Tidak ada - Gunakan
tanda tanda sarung tangan untuk
peningkatan tekanan proteksi
intracranial - Monitor
Mendemonstrasikan kemampuan BAB
kemampuan kognitif - Kolaborasi
yang ditandai dengan pemberian analgesic
: - Monitor
adanyan
Berkomunika tromboplebitis
si dengan jelas dan - Diskusikan mengenai
sesuai dengan perubahan sensasi
kemampuan
Menunjukan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi
Membuat
keputusan dengan
bemar
Menunjukan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ruang : Anyelir
No. medical record : 00.57.37.94
A. DATA DASAR
1. DATA DEMOGRAFI
Nama : Ny. N
Umur : 40 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Bahasa yang digunakan : Sunda/Indonesia
Alamat rumah : Jl. My salim, kec. Teluk betung utara
Sumber Biaya : Jamkesmas
Tanggal masuk rumah sakit : 21 Desember 2018
Diagnosa medis saat ini : DBD
Sumber Informasi
Nama : Tn. W
Umur : 49 tahun
Hubungan dengan klien : Suami
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. My salim, kec. Teluk betung utara
22
2. RIWAYA KESEHATAN
a. Riwaya kesehatan masuk Rumah sakit
Pasien masuk RSUD Dr. H. Abdoel Moelok pada tanggal 21 Desember 2018
pukul 20:30 WIB dengan keluhan utama Demam,demam dirasakan sejak 3
hari yang lalu pasien megatakan tubuhnya sering menggigil terdapat bintik-
bintik merah disebelah tangan kiri pasien ,didapatkan pemeriksaan fisik
kesadaran umum : Composmetis GCS15 E4 V5 M6 dengan TD :
130/80mmHg , N: 82x/menit, RR: 20x/menit, S: 38,2 C obat yang diberikan di
Ugd yaitu Paracetamol 3x500mg,Ranitidin 2x25mg terpasang cairan infuse
RL dengan 20 tetes permenit dalam 500ml
23
d. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
Pasien adalah anak pertama dari empat bersaudara. Keluarga mengatakan, Ny.
N tidak memiliki riwayat keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi dan
penyakit keturunan lainnya.
e. Riwayat Psikososial-Spiritual
1. Psikologis
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang tidak disukai dari anggota
tubuhnya. Keluarga pasien mengatakan peran pasien sebagai ibu rumah
tangga tetapi semenjak sakit pasien tidak bisa menjalakan perannya,
keluarga pasien mengatakan pasien agar cepat sembuh dan dapat
beraktifitas kembali seperti biasanya ,pasien cemas terhadap kondisi
penyakitnya
2. Sosial
24
Keluarga pasien mengatakan kakak, adik ,anak, dan keluarga hanya
mendukung atas kesembuhannya untuk menjalani proses perawatannya
pasien sulit berkomunikasi
3. Spiritual
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien beribadah sholat dan
mengikuti pengajian dekat rumah nya saat sakit pasien hanya bisa berdoa
dan jarang beribadah
f. Pengetahuan pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengatakan belum memahami tentang perawatan
penyakit yang dialami pasien dan belum mengetahui tentang tindakan medis
terhadap kondisi penyakit nya
g. Lingkungan
Keluarga pasien mengatakan rumahnya bersih terdapat ventilasi disekitar
ruangan mempunyai wc dan sumber air bersih untuk kebutuhan rumah pasien
jauh dari polusi dan hal-hal yang membahayakan
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan BAK 3-4 kali/hari dengan waktu
yang tidak menentu ,warna urin kuning pekat ,berbau dengan jumlah urin
1500ml
BAB
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan BAB 2-3 kali/hari dengan
waktu yang tidak menentu konsistensi padat dan berwarna kuning
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi lembekberwarna kekuningan berbau khas dengan jumlah 500gr
26
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan
kesadaran ,dan pasien hanya tertidur dan susah untuk membuka matanya
Pengkajian Fisik
1. Pengkajian umum
a. Kesadaran :Samnolen, GCS : 8, E2 V3 M3
b. Tekanan darah : 130/80 mmHg
c. Nadi : 82x/menit
d. Pernafasan : 23x/menit
e. Suhu : 38,2℃
f. TB/BB : 140 cm/ 50 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. System penglihatan
27
Posisi mata simetris kanan dan kiri, pergerakan mata normal,
konjungtiva ananemis, tidak terdapat tanda tanda radang pada
mata, pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
b. System pendengaran
Posisi telingan pasien simetris kanan dan kiri, kondisi telinga
bersih, tidak ada cairan yang keluar dari telinga pasien, pasien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
c. System wicara
Pasien tidak dapat diajak berbicara, karna terjadinya penurunan
kesadaran.
d. System pernapasan
Pernafasan pasien 22x/menit, irama pernafasan teratur,
kedalaman pernafan pasien normal, tidak ada sumbatan pada
jalan nafas pasien, tidak menggunakan alat bantu
pernafasan/oksigen.
e. System kardiovaskuler
- Sirkulasi perifer
Nadi 82x/menit, irama nadi pasien teratur, tidak ada distensi
vena jagularis, temperature hangat.
- Sirkulasi jantung
f. System neurologis
Tingkat kesadaran pasien composmetis, tidak ada peningkatan
intra cranial.
g. System pencernaan
Keadaan mulut pasien kotor, pasien mual muntah, pasien
kesulitan menelan, bising usus 12x/menit tidak ada asites.
Nyeri perut dibagain ulu hati sebelah kiri terdapat sekala nyeri
5 ( sedang )
h. System imunologi
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
i. System endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid.
j. System urogenital
28
Tidak terdapat distensi kandung kemih, pasien tidak
menggunakan kateter.
k. System integument
Keadaan rambut pasien kotor, rambut bewarna hitam putih,
kuku pasien bersih dan tidak panjang, tidak ada sianosis, kulit
pasien elastic, warna pucat. Terdapat bintik bintik merah pada
lipatan tangan kiri.
l. System muskoloskeletal
pasien hanya tiduran saja diatas diatas bed, pasien mengalami
kesulitan beraktivitas karna demam dan nyeri.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Nama : Ny. N
No. RM : 00.57.37.94
Umur : 48 Tahun
29
-Easinofil 1 2–4 %
-Batang 0 3–5 %
-Segmen 80 50 – 70 %
-Limfosit 13 25 – 40 %
-Monosit 6 2–8 %
Nama : Ny. N
No. RM : 00.57.37.94
Umur : 48 Tahun
Nama : Ny. N
No. RM : 00.57.37.94
Umur : 48 Tahun
30
Nama : Ny. N
No. RM : 00.57.37.94
Umur : 48 Tahun
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Paracetamol 3x500mg
Ranitidine 2x1 ampul
RL infuse 20 tetes/menit
Tamoly paracetamol 1000 mg
b. Penatalaksanaan keperawatan
Mandiri :
Observasi TTV
Kompres hangat
Observasi perdarahan di bawah kulit
Kolaborasi
31
Mengobservasi kadar gula darah (ada riwayat DM)
Mengobservasi nilai haemoglobin, trombosit, leukosit, hematocrit
DATA FOKUS
A. Data subjektif
1. Keluarga pasien mengatakan pasien demam sejak 3 hari
yang lalu
2. Pasien mengatakan nyeri
3. Keluarga mengatakan mual, muntah, nyeri ulu hati, lemes.
4. Riwayat menggigil
5. Keluarga mengatakan nyeri ulu hati karena sering mual
muntah
6. Keluarga mengatakan nyeri di ulu hati di kuadran kiri atas
7. Keluarga pasien mengatakan pasien masih demam
8. Keluarga mengatakan pasien hanya minum satu gelas
perhari dengan volume 240 ml
B. Data objektif
1. Suhu pasien 38,3 ℃
2. Skala nyeri 5
3. Ptekie positif di lengan kiri
4. Lab : Dengue viver Ig G positif
32
5. Trombosit : 73.000
6. Bibir mukosa kering
7. Balance cairan = - 170 cc
8. Sesekali tampak memegang area perut yang sakit
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1 Data subjektif Hipertermi Proses
Keluarga mengatakan penyakit(DHF)
pasien demam sejak 3 hari
yang lalu
Riwayat menggigil
Keluarga mengatakan
mual, muntah, nyeri ulu
hati, lemes.
Data objektif
Suhu pasien 38,3℃
Ptekie positif di lengan kiri
Lab : Dengue viver Ig G
positif
Trombosit : 73.000
33
Data objektif
Bibir mukosa
kering
Suhu 38,3℃
Klien tampak lemah
Balance cairan = -
170 cc
3 Data subjektif Nyeri Penekanan intra
• Keluarga abdomen
mengatakan nyeri di ulu
hati di kuadran kiri atas
• Keluarga
mengatakan nyeri ulu hati
karena sering mual muntah
Data objektif
• Skala nyeri 5
• TTV : Tekanan
darah :
130/80 mmHg,
Nadi:82x/menit,
Pernafasan:23x/menit,
Suhu :38,2℃
• Sesekali tampak
memegang area perut yang
sakit
Diagnose keperawatan
34
O keperawata
n
1 Hipertermi Setelah dilakukan Fever treatment 1. Untuk
b.d proses asuhan keperawatan 1. Monitor suhu mengetahu
penyakit selama 3x24 jam sesering i apakah
(DHF) masalah keperawata mungkin adanya
hipertemia b.d 2. Monitor suhu peningakat
proses penyakit minimal tiap 2 an suhu
(DHF) dapat teratasi jam tubuh
dengan criteria hasil 3. Monitor IWL 2. Untuk
: 4. Monitor mengetahu
1. TTV dalam tekanan darah, i
batas normal rr, nadi kehilangan
2. Ridak ada 5. Monitor cairan
perubahan penurunan 3. Untuk
warna kulit tingkat mengetahu
dan tidak ada kesadaran i apakah
pusing 6. Kolaborasi adanya
pemberian peningkata
cairan n suhu
intravena tubuh
7. Kolaborasi 4. Untuk
pemberian mengetahu
antipiretik i tanda
tanda vital
5. Untuk
mengetahu
i nilai GCS
pasien
6. Untuk
membantu
intake
cairan
35
7. Utnuk
menurunka
n suhu
tubuh
pasien
2 Resiko Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. Agar
kekuranga asuhan keperawatan catatan intake intake dan
n volume selama 3x24 jam dan output output
cairan b.d masalah yang akurat tetap stabil
peningkata keperawatan Resiko 2. Monitor 2. Agar
n suhu kekurangan volume setatus hidrasi mengetahu
cairan b.d ( kelembapan i adanya
peningkatan suhu membaran dehidrasi
dapat teratasi dengan mukosa, nadi atau tidak
criteria hasil : adekuat 3. Untuk
1. Mampu tekanan darah mempertah
mempertahan ortostaltik), ankan
kan urine jika diperlukan intake
output sesuai 3. Monitor cairan dan
dengan usia masukan nutrisi
dan BB, Bj makananan / 4. agar tidak
urine normal, cairan terjadi
HT normal 4. Dorong kekuranga
2. Tekanan masukan oral n nutria
darah, nadi, 5. Monitor TTV kurang
suhu tubuh 6. Kolaborasi dari
dalam batas pemberian kebutuhan
normal cairan IV tubuh
3. Tidakada 5. untuk
tanda tanda mengetahu
dehidrasi i tanda
elastisitas tanda vital
turgor kulit pasien
36
baik 6. untuk
membrane mempertah
mukosa ankan
lembab cairan
tidakada rasa pasien
haus yang
berlebihan
3 Nyeri b.d Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Untuk
penekanan asuhan keperawatan pengkajian mengetahu
intra selama 3x24 jam nyeri secara i skala
abdomen masalah komperhesif nyeri
keperawatanNyeri termasuk 2. Untuk
b.d penekanan intra lokasi, mengetahu
abdomendapat karakteristik, i
teratasi dengan durasi, pengalama
criteria hasil : frekuensi, n nyeri di
1.Mampu kualitas dan masa
mengontrol factor lampau
nyeri (tahu presipitasi 3. Utnuk
penyebab 2. Evaluasi mengurang
nyeri, pengalaman i nyeri
mampu nyeri dimasa dengan
menggunaka lampau cara
n tehnik 3. Control farmakolo
nonfarmakol lingkungan gi atau non
ogi untuk yang dapat farmakolo
mengurangi mempengaruhi gi
nyeri) nyeri seperti 4. Tehnik
2. suhu ruangan, relaksasi
Melaporkan pencahayaan, untuk
bvahwa nyeri kebisingan mengurang
berkurang 4. Pilih dan i nyeri
dengan lakukan dengan
37
menggunaka penanganan relaksasi
n manajmeen nyeri nafas
nyeri (farmakologi, dalam
3. nonfarmakolog 5. Untuk
Mam i, mengurang
pu mengenali interpersonal) i nyeri
nyeri (skala, 5. Ajarkan pasien dengan
intensitas, tehnik mengguna
frekuensi, relaksasi nafas kan
dan tanda dalam analgesic
nyeri) 6. Berkolaborasi 6. Untuk
4. pemberian mengurang
Menyatakan analgesic i nyeri
rasa nyaman untuk
setelah nyeri mengurangi
berkurang nyeri
7. Berkolaborasi
dalam
pemberian anti
emetic
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
38
H : TD : 100/70 O : suhu 38℃
mmHg, nadi A : hipertermi b.d
89x/menit, rr 21 proses penyakit
x/menit, suhu belum teratasi
38℃ P : lanjutkan
Menghitung intervensi
IWL -monitor suhu tiap
R : pasien 2 jam sekali
bersedia untuk -
dihitung IWL
H : IWL Ny. N
15x50/24 jam =
750 cc
2. Berkolaborasi
pemberian
cairan intravena
R : pasien
bersedia untuk
dilakukan
pemberian
cairan intravena
H : cairan RL
masuk 20
tts/mnt
2 Resiko 3 januari 1. Pertahankan S : pasien
volume 2019 catatan intake mengatakan masih
kekurangan dan output yang terasa kering dan
cairan b.d akurat haus
peningkata R : pasien O: terlihat dari
n suhu bersedia bibir mukasa
H : intake pasien kering
cairan pasien A: masalah belum
kurang teratasi mengenai
39
2. Monitor setatus resiko kekurangan
hidrasi ( volume cairan b.d
kelembapan peningkatan suhu
membaran P : lanjutkan
mukosa, nadi intervensi
adekuat tekanan 1. Monitor
darah setatus
ortostaltik), jika hidrasi (
diperlukan kelembapa
R: pasien n
bersedia untuk membaran
di monitor mukosa,
H : mukosa nadi
bibir pasien1. adekuat
kering, nadi tekanan
89x/menit, darah
100/70 2. Monitor
3. Monitor masukan
masukan makananan
makananan / / cairan
cairan 3. Dorong
R : pasien masukan
bersedia untuk oral
dimasukan 4. Monitor
cairan TTV
H: cairan yang 5. Kolaborasi
masuk cairan pemberian
infus lewat iv cairan IV
4. Dorong
masukan oral
R: pasien
bersedia untuk
dimasukan
40
cairan oral
H : cairan oral
masuk hanya
satu gelas
setengah
5. Monitor TTV
R: pasien
bersedia di
monitor TTV
H: TD : 100/70
mmHg, nadi
89x/menit, rr 21
x/menit, suhu
38,3℃
6. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
R: pasien
bersedia untuk
diberikan cairan
lewat IV
H: cairan yang
masuk cairan
RL
3 Nyeri b.d 1. Lakukan S : pasien
penekanan pengkajian mengeluh
intra nyeri secara kesakitan pada
abdomen komperhesif bagian abdomen
termasuk atas
lokasi, O : skala nyeri 5,
karakteristik, pada bagian
durasi, abdomen atas
41
frekuensi, A : masalah belum
kualitas teratasi mengeni
R: pasien nyeri b.d
menahan nyeri penekanan intra
H : nyeri di abdomen
bagian abdomen P : lanjutkan
atas, nyeri intervensi
dengan skala 5 1. Lakukan
2. Evaluasi pengkajian nyeri
pengalaman secara komperhesif
nyeri dimasa termasuk lokasi,
lampau karakteristik,
R: keluarga durasi, frekuensi,
pasien kualitas
merespon dan 2.Evaluasi
menceritakan pengalaman nyeri
H : keluarga dimasa lampau
pasien 3.Control
mengatakan, lingkungan yang
pasien serimg dapat
mengalami mempengaruhi
nyeri nyeri seperti suhu
3. Control ruangan,
lingkungan pencahayaan,
yang dapat kebisingan
mempengaruhi 4.Pilih dan lakukan
nyeri seperti penanganan nyeri
suhu ruangan, (farmakologi,
pencahayaan, nonfarmakologi,
kebisingan interpersonal)
R: keluarga 5.Ajarkan pasien
pasien tehnik relaksasi
mengatakan nafas dalam
42
lingkungan nya 6.Berkolaborasi
tenang pemberian
H: lingkungan analgesic untuk
disekitar pasien mengurangi nyeri
tidak
mempengaruhi
rasa nyeri
pasien
4. Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi
, interpersonal)
R: pasien
bersedia untuk
dilakukan
penanganan
non
farmakologi
H: pasien
diberikan
kompres hangat
5. Ajarkan pasien
tehnik relaksasi
nafas dalam
R: pasien
kurang
merespon
H: pasien tidak
dapat
melakukannya
43
6. Berkolaborasi
pemberian
analgesic untuk
mengurangi
nyeri
R: pasien
bersedia
diberikan
analgesic
H: analgesic
masuk melalui
IV
44
jam= 31,25/jam
3. Berkolaborasi
pemberian cairan
intravena
R : pasien bersedia
untuk dilakukan
pemberian cairan
intravena
H : cairan IV masuk
menggunakacairan RL
2 Resiko 04 1. Pertahankan catatan S : pasien
kekuranga januari intake dan output yang mengatakan
n cairan 2019 akurat mukosa bibir
b.d R : pasien bersedia masih kering
peningkata H : intake cairan dari O : suhu
n suhu infus dan minum padsien 37,8℃,
2. Monitor setatus hidrasi mukosa bibir
( kelembapan pasien kering
membaran mukosa, A : masalah
nadi adekuat tekanan belum teratasi
darah ortostaltik), jika mengenai
diperlukan kekurangan
R: pasien bersedia volume cairan
untuk di monitor b.d peningkatan
H : mukosa bibir suhu
pasien kering, nadi P : lanjutkjan
86x/menit, 100/60 intervensi
3. Monitor masukan 1.Pertahankan
makananan / cairan catatan intake
R : pasien bersedia dan output yang
untuk dimasukan akurat
cairan 2.Monitor
H: cairan yang masuk setatus hidrasi (
45
cairan infus lewat iv kelembapan
4. Dorong masukan oral membaran
R: pasien bersedia mukosa, nadi
untuk dimasukan adekuat tekanan
cairan oral darah
H : cairan oral / ortostaltik), jika
masuk hanya 2 gelas diperlukan
air putih mineral 3.Monitor
5. Monitor TTV masukan
R: pasien bersedia di makananan /
monitor TTV cairan
H: TD : 100/60 4.Dorong
mmHg, nadi masukan oral
86x/menit, rr 22 5.Monitor TTV
x/menit, suhu 37,8℃ 6.Kolaborasi
pemberian
6. Kolaborasi pemberian cairan IV
cairan IV
R: pasien bersedia
untuk diberikan cairan
lewat IV
H: cairan yang masuk
cairan RL dan
paracetamol
3 Nyeri b.d 04 1. Lakukan pengkajian S : pasien
penekanan januari nyeri secara mengatakan
intra 2019 komperhesif termasuk nyeri
abdomen lokasi, karakteristik, O : pasien
durasi, frekuensi, meringis
kualitas kesakitan
R: pasien meringis dengan skala 4
kesakitan A : masalah
H : nyeri di bagian belum teratasi
46
abdomen atas, nyeri mengenai nyeri
dengan skala 4 b.d penekana
2. Evaluasi pengalaman intra abdomen
nyeri dimasa lampau P : lanjutkan
R: keluarga pasien intervensi
mengatakan nyeri pada 1.Lakukan
abdomen sudah lama pengkajian
H : pasien sampai saat nyeri secara
ini masih merasakan komperhesif
yeri termasuk
3. Control lingkungan lokasi,
yang dapat karakteristik,
mempengaruhi nyeri durasi,
seperti suhu ruangan, frekuensi,
pencahayaan, kualitas
kebisingan 2.Evaluasi
R: keluarga pasien pengalaman
mengatakan nyeri dimasa
lingkungan nya tenang lampau
H: lingkungan 3.Control
disekitar pasien tidak lingkungan
mempengaruhi rasa yang dapat
nyeri pasien mempengaruhi
4. Pilih dan lakukan nyeri seperti
penanganan nyeri suhu ruangan,
(farmakologi, pencahayaan,
nonfarmakologi, kebisingan
interpersonal) 4.Pilih dan
R: pasien mengatakan lakukan
melakukan kompres penanganan
hangat pada saat nyeri nyeri
timbul (farmakologi,
H: pasien diberikan nonfarmakologi
47
kompres hangat , interpersonal)
5. Ajarkan pasien tehnik 5.Ajarkan
relaksasi nafas dalam pasien tehnik
R: pasien kurang relaksasi nafas
sedikit merespon dalam
H: pasien 6. 6.
melakukannya dengan Berkola
bantuan borasi
6. Berkolaborasi pemberian
pemberian analgesic analgesic untuk
untuk mengurangi mengurangi
nyeri nyeri
R: pasien bersedia
diberikan analgesic
H: analgesic masuk
melalui IV
48
1x50/24 jam = 750/24 proses penyakit
jam= 31,25/jam P : hentikan
3. Berkolaborasi intervensi
pemberian cairan
intravena
R : pasien bersedia
untuk dilakukan
pemberian cairan
intravena
H : cairan IV masuk
menggunakacairan RL
Resiko 05 1. Pertahankan catatan S :keluarga
kekurangan januari intake dan output yang pasien
cairan b.d 2019 akurat mengatakan
peningkatan R : pasien bersedia mukosa bibir
suhu H : intake cairan pdari sudah mulai
infus dan minum lembab
2. Monitor setatus hidrasi O : mukosa
( kelembapan bibir pasien
membaran mukosa, lembab
nadi adekuat tekanan A : masalah
darah ortostaltik), jika teratasi
diperlukan sebagian
R: pasien bersedia mengenai
untuk di monitor kekurangan
H : mukosa bibir volume cairan
pasien lembab, nadi b.d
86x/menit, 100/70 peningkatan
3. Monitor masukan suhu
makananan / cairan P lanjutkan
R : pasien bersedia inter
untuk dimasukan 1.Pertahankan
cairan catatan intake
49
H: cairan yang masuk dan output
cairan infus lewat iv yang akurat
4. Dorong masukan oral 2.Monitor
R: pasien bersedia setatus hidrasi (
untuk dimasukan kelembapan
cairan oral membaran
H : cairan oral / masuk mukosa, nadi
hanya 3 gelas air putih adekuat
mineral tekanan darah
5. Monitor TTV ortostaltik),
R: pasien bersedia di jika diperlukan
monitor TTV
H: TD : 100/70 mmHg,
nadi 86x/menit, rr 20
x/menit, suhu 37,5℃
6. Kolaborasi pemberian
cairan IV
R: pasien bersedia
untuk diberikan cairan
lewat IV
H: cairan yang masuk
cairan RL dan
paracetamol
Nyeri b.d 05 1. Lakukan pengkajian S : pasien
penekanan januari nyeri secara mengatakan
intra 2019 komperhesif termasuk nyerinya sudah
abdomen lokasi, karakteristik, berkurang
durasi, frekuensi, O : nyeri
kualitas berkurang,
R: pasien meringis skala nyeri 3
kesakitan A : masalah
H : nyeri berkurang , teratasi
50
nyeri dengan skala 3 sebagian
2. Evaluasi pengalaman mengenai nyeri
nyeri dimasa lampau b.d penekanan
R: keluarga pasien intra abdomen
mengatakan nyeri pada P : lanjutkan
abdomen sudah lama intervensi
H : pasien sampai saat 1.Pilih dan
ini masih merasakan lakukan
yeri penanganan
3. Control lingkungan nyeri
yang dapat (farmakologi,
mempengaruhi nyeri nonfarmakolog
seperti suhu ruangan, i,
pencahayaan, interpersonal)
kebisingan 2.Berkolaboras
R: keluarga pasien i pemberian
mengatakan analgesic untuk
lingkungan nya tenang mengurangi
H: lingkungan disekitar nyeri
pasien tidak
mempengaruhi rasa
nyeri pasien
4. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)
R: pasien mengatakan
melakukan kompres
hangat pada saat nyeri
timbul
H: pasien diberikan
kompres hangat
51
5. Ajarkan pasien tehnik
relaksasi nafas dalam
R: pasien kurang
sedikit merespon
H: pasien
melakukannya dengan
bantuan
6. Berkolaborasi
pemberian analgesic
untuk mengurangi
nyeri
R: pasien bersedia
diberikan analgesic
H: analgesic masuk
melalui IV
52
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja
atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan
dan bintik-bintik pendarahan (petekie) spontan.. yang ditandai dengan Demam atau
riwayat demam akut antara 2-7 hari Biasanya.
2. Saran
Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit demam berdarah ini, dilakukan
dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup yang
sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi diharapkan tidak yang melihat
enaknya saja tetapi juga mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan
tersebut, menjaga lingkungan dan jangan membiarkan genangan air karna dapat
menjadi tempat bertelur dari nyamuk aedes aegepti.
53
DAFTAR PUSTAKA
54