Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA ANAK

Disusun oleh :

Devina aprilia

Ilmi sobaniah

Intan putri I

Neneng Srihandis

Nurhasanah

Rindang ASF

Risa irsanty

Sinta perandani

Winda widiyawati

Wulan aprilia

Yayu

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang Materi dan asuhan
keperawatan DHF pada anak.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerika saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Garut , 15 april 2021

Penyusun

Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR ………………………… ………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………….....iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… ………………………1

A. Latar Belakang …………………………………………..…………………………………………………………2

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan ……………………………………….…………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………..........…. 3

A. Pengertian DHF ……………………………………………………………………………………………......… 3

B. Anatomi dan Fisiologi ……………………………………..……………………………………............. 3

C. Etiologi ………………………………………..…………………………………………………………………………6

D. Manisfestasi klinik ……………………………….……………………………………………………….......6

E. Klasifikasi …………………………….…………………………………………………………………………......7

F. Fatofisiologi………………………..………………………………………………………………………….........8

G. Pemeriksaan penunjang ………………………………………………………………………………………10

H. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………………….........11

I. Komplikasi………………………………………………………………………………………………………………...14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………………

A. Pengkajian……………………………………………………

B. Diagnosa keperawatan …………………………………………………………

C. Intervensi ………………………………………………………

D. Implementasi dan evaluasi ……………………………………

BAB IV PENUTUP
BAB 1 PENDAHULUAN

A. latar Belakang

Mufidah (2012), berdasarkan data World Health Organization (WHO), diperkirakan 500.000
pasien DBD membutuhkan perawatan di rmah skit dalam setiap tahunnya dan sebagian besar
penderitanya adalah anakanak. Ironisnya, sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut
diperkirakan meninggal dunia. Penyebaran penyakit DBD semakin besar ketika musim hujan
atau pancaroba tiba. Hampir bisa dipastikan terjadi peningkatan jumlah masyarakat yang
terjangkit DBD (Mufidah, 2012). Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada
tahun 2008 jumlah Incident Rate (IR) 59,02 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate
(CFR) 0,86%. Sedangkan di tahun 2009 jumlah Incident Rate (IR) 68,22 per 100.000 penduduk
dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,89%. Dan pada tahun 2010 jumlah Incident Rate (IR) 65,70
per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,87% (Kemenkes RI, 2011)

Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus Dengue Hemorhagic Fever, karena tempat
hidup nyamuk hamper seluruhnya adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas
hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan
ibukota provinsi yang padat penduduknya. Data kementrian kesehatan ( Kemenkes )

Republik Indonesia mencatat jumlah kasus Dengan Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009
mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cendrung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus Demam
Berdarah Dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat
kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89%. Pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada tahun
2010. Berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat Demam Berdarah Dengue pada 2009 dan
sekitar 1.317 korban tewas pada tahun 2010. ( pramudiarja, 2011 )

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu DHF?

2. Bagaimana DHF menyerang anak-anak?

C. Tujuan penulisan

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) yang dirawat di ruang Anak RSUD Dr Achmad Mochtar.
BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian DHF

Demam Dengue Fever ( DHF ) atau DBD adalah penyakit infeksi yng disebabkan oleh virus
dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukpenia,
ruam,limfa denopati, trombosit opnia dan diathesis hmoragic. Pada DBD terjadi pembesaran
plasma yang ditandai dengan hmokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue syoksyndrome) adalah demam
berdarah yang ditandai oleh renjatan/syokk(Sudowo et al, 2009).

DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam
tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang dtandai dengan empat
gejala klnis utama yaitu demam tinggi, pendarahan,hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbul rejatan (sndrom rejatan dngue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian(Padila, 2013).

B. Anatomi dan Fisiologi

a. Pembuluh Darah

Pembuluh darah ada 3 yaitu :

1. Arteri
merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah keseluruh
bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari
ventrikel Sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3lapisan. Asuhan Keperawatan pada arteri yang paling
besar didalam tubuh yaitu orta dan arteri pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3cm.
Arteri ini mempunyai cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriolayang
akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut(kapiler). Arteri mendapat darah dari
darah yang mengalir di dalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan umtuk
lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yng disebut vasavasorum.
2. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian/alat-alat utbuh masuk kedalam jntung. Tentang bentuk susunan dan juga
pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena sama dngan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya umtuk mencegah darah
agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kavadan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil yang disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler.
3. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Diameternya kira-kira 0,008mm. Asuhan Keperawatan pada dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu: rambut,kuku, dan
tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan.
Oleh Karena itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes kecairan jaringan antarsel.

b. Darah

Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam
tubuh yaitu fungsi transportasi dalam tubuh yaitu membawa nutrisi, oksigen dari usus dan
paru-paru untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh. Darah mempunyai 2 komponen yaitu
komponen padat dan komponen cair. Darah berwarna merah, warna merah tersebut
keadaannyaa tidak tetap, tergantung kepada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya. Apabila
kandungan O2 lebih banyak maka warnanya akan menjadi merah . Sedangkan Darah juga
pembawa dan penghantar hormon. Hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Darah
mengangkut enzim, elektrolit dan berbagai zat kimiawi untuk di distribusikan keseluruh tubuh.
Peran penting yang dilakukan darah yaitu dalam pengaturan suhu tubuh, karena dengan cara
konduksi darah membawa pnas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk
didistribusikan ke seluruh tubuh dan permukaan tubuh yang ada akhirnya pelepasannya dalam
upaya homeostasis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung dari
berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.

1. Sel-sel darah :

A. Eritrosiit

Eritrosit dibuat didalam sumsum tulang, di dalam sumsum tulang masih berainti, inti dilepaskan
sesaat sebelum dilepaskan / keluar. Pada proses pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12,
asam folat dan rantai globlin yang merupkan senyawa protein.

Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3, pada perempuan 4,8 juta sel/mm3. Di
dalam sel eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa kimiawi yang tediri dari atas molekul hem
yang mempunyai ion Fe (besi) yang terait dengan rantai globulin (suatu senyawa protein).
Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada
perempuan 12-14 gr%.

B. Leukosit

Fungsi utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen
(kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil, eosinoofil, basofil, limfosit,
monosit.

Jumah nomal leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlanya berkurang disebut leukopenia. Jika
tubuh tidak membuat lekosit sama sekali disebut agraanulasitosis.

C. Trombosit

Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk keping yang merupkan bagian-bagian kecil
dari sel besar yang membuatnya yaitu megakaryosit, di sumsum tulang dan lien. Ukurannya
sekitar 2-4 mikron, dan umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan
untuk melakukan :

 daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)


 daya adhesi (melekat)
 daya agregasi (berkelompok)

Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya sebagai hemostasis dan pembekuan darah.

2. Plasma
Plasma merupkan bagian cair dari darah. Plasma membentuk sekitar 5% dari berat badan
tubuh. Plasma adalah sebagai media sirkulasi elmen-elemen darah yang berbentuk (sel-sel
darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma juga berfungsi sebagai media transportasi
bahan-bahan organik dan anorganik dari satu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain.

C. Etiologi

Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)

disebabkan oleh :

A. Virus Dengue.

Virus dengue yg Menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbvirus (Arthropodborn
virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus
dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yg lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam gens flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat
berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang bersal dari sel –
sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel
aedes Albopictuus.

B.Vektor.

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti,
nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor
yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkn antibodi seumur
hidup terhadap serootipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jeniis
yang lainnya.

D. Manisfetasi klinik

Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :

1. Demam.

Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak berlangsung
selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri
punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

2.Perdarahan.
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif. Perdarahan biasanya
terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji
torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia ( bintik-
bintik merah akibat perdarahan intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di kulit ),
epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada
saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja berwarna
hitam karena adanya perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri
perut yang hebat.

3.Anoreksia

4.Mual muntah

5.Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut

6.Nyeri kepala

7.Nyeri otot dan sendi

8.Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )

9. Hepatomegali.

10. Syok( Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki srta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yg buruk).

E. Klasifikasi

WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4

derajat, yaitu sebagai berikut:

1.Derajat I

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan(ujitourniquiet


positif).

2.Derajat II

Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan perdarhan lain.

3.Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan darah
meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab.

4.Derajat IV

Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.

F. Patofisiologi dan WOC

a. Patofisiologi

Menurut Huda dan Kusuma 2015

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan klien mengalami viremia.
Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vaskuler. Pada
penderita DBD, terdapat kerusakan yng umum pada sistem vaskuler yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding
vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan
berat. Volume plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi.

Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat menyebabkan hipokisia
jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat berakibat fatal yaitu kematian. Virmia
jaga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga menyebabkan trombositopeni yang
Berpengaruh pada proses pembekuan plasma darah. Pubahan fungsioner pembuluh darah
akibat kebocoran plasma yng berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun
saluran cerna biasanya menimbulkn tanda seprti munculnya perpura, petekie, hematemesis,
atapun melenaa

PATHWAY DHF
G. Pemeriksaan Penunjang

a) Darah
 Trombosit menurun
 Hb Meningkat lebih 20 %
 Ht Meningkat Lebih 20 %
 Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
 Protein darah rendah
 Ureum PH bias meningkat
 Na dan Cl rendah

b) Rontgen thorax

c) Uji tourniket ( Positif)

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)

a. Keperawatan

Masamalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko terjadi
pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.

 Kegagalan sirkulasi darah


Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan
ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terliht pada tubuh
pasien mnjadi sebab (edema) dan darah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi,
TD, suhu dan pernafasan) perlu dilakukan secara kontinu, bila perlu setiap jam.
Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan
apakah pasien kencing / tidak.
 Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus
gastrointestinal. Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut
yang hebat atau daerah retrosternal.
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena melihat
seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum
pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera dipasang.
Formulir permintaan darah disediakan.Perawatan selanjutnya seperti pasien yang
menderita syok.
Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta
waktu terjadinya pendarahan.Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal
biasanya dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
 Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7
dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang.
Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan
pemberian antipiretika dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan
mencegah agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai berkeringat banyak
sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala
renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik dan
memberitahu dokter.
 Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat
tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan
darah Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadihematom,
serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.Untuk megurangi penderitaan
diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika
terjadi hematom segera oleskan trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien
datang sudah kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari
vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika sudah musim banyak
pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005)

b.Medis

Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif

 DHF tanpa renjatan


Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan harus.
Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat
diberikan teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Caramemberikan minum
sedikit demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika
anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde
karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan
obat anti piretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti
konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg
IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menitkejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30
mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya
secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan
turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu,
pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan
trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1sampai 2 hari.
Nilai hematokrit itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
 DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai penganti
cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer
Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander,
banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infus
harus diguyur dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah teratasi, nadi
sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan
tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam,
maka pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda
vital telah baik. Pada pasien renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central
Venous Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau
vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien
dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan
gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilaihemoglobin dan hematokrit menurun
sedangkan perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi
klinik yang telah disebut, maka dengan keadaan ini dianjurkan pemberian darah.

I. Komplikasi

Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:

a. Gagal ginjal.

b. Efusi pleura.

c. Hepatomegali.

d. Gagal jantung
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang
tua.

2. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan anak lemah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak
semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade

III, IV), melena atau hematesis.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF
dengan tipe virus yang lain.

5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien

6. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindari

7. Riwayat gizi Status gizi anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

8. Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
yang mengenang dan gantungan baju di kamar).

9.Pola kebiasaan

•Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu
makan menurun.

•Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi. Sementara
DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.

•Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak.
Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

•Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

•Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung
terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

•Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

10. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1) •Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi
lemah.

•Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

•Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak
teratur, serta tensi menurun. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.

2). Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV),
tekanan darah menurun ( sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi (diatas
37,5oC)

3). Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri, muka tampak
kemerahan karena demam.

4). Mata Konjungtiva anemis

5). Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III, IV.

6).Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran.

7). Mulut

Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.

8). Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
9). Dada / thorak

I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.

Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama

Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru

A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade

III, dan IV.

10). Abdomen

I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.

Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)

Per : Terdengar redup

A : Adanya penurunan bising usus

11). Sistem integument

Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet. Turgor kuit menurun,
dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan
diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5
menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).

12). Genitalia Biasanya tidak ada masalah

13). Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tida
14). Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

•Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

•Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

•Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).

•Ig. D. dengue positif.

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :

•hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

•Urium dan pH darah mungkin meningkat.

•Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.

•SGOT / SGPT mungkin meningkat.

Diagnosa Keperawatan

A. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan permeabilitas


kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering

B. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan ditandai
dengan berat badan menurun

C. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan kurang
informasi

D. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi

(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia

D. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal

E. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan mengeluh lelah
TINJAUAN KASUS

Pengkajian

Tanggal Pengambilan Data : 21 Juni 2019

MRS : 20 Juni 2019

Ruang : Inap anak

Reg : 522707

I. Identitas Pasien

Nama : An.D

Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 29 Februari 2006

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah / Ibu : Dalimin / Sariyus Mahera

Pekerjaan Ayah : Petani

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga ( IRT )

Alamat : Jorong Bateh Sariak , Nagari Nan Tujuah Kecamatan


Palupuah, Kabupaten Agam.

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Biaya Ditanggung Oleh : BPJS

2. Alasan Masuk

Klien datang ke IGD tanggal 20 Juni 2019 jam 12.30 dengan keluhan demam sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, mimisan satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit, muntah 2 kali,
dan BAB susah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu
klien mengatakan klien buang air besar tidak ada sejak hari minggu sebelum masuk rumah
sakit, klien mengatakan terasa pusing saat duduk dan berdiri, klien mengatakan badan terasa
letih,ibu klien mengatakan nafsu makan menurun, minum kurang, ibu klien mengatakan
trombosit klien menurun.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat pada umur 4 tahun di RSUD Achmad Mochtar
dengan penyakit ssama.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan keluarga klien ada yang sedang mengalami penyakit yang sama yaitu
kakak klien, ibu mengatakan ibu memiliki penyakit vertigo, dan tidak ada keluarga lainnya yang
memiliki penyakit hipertensi, DM, jantung dan penyakit lainnya.

6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

 Prenatal

Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan 1 x 1 bulan ke
bidan. Ibu klien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan saat hamil.

 Natal

Ibu klien melahirkan klien secara normal di RS. Achmad

Mochtar, usia kehamilan saat lahir 9 bulan 15 hari. Berat

Badan 4 Kg, Panjang Badan 47 cm.

 Post Natal

Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami perdarahan, ASI ibu dapat keluar dan
banyak.

7. Riwayat Sosial

1) Yang mengasuh : klien tinggal di kos bersama kakaknya, kakaknya saying dengan
adiknya dan orang tua klien sering ke kosan klien dan orang tua klien sangat saying
dengan klien
2) Hubungan dengan keluarga : saat di rumah sakit ibu dan ayah klien selalu nemanin klien
dan anggota keluarga yang lain bergntian untuk menjaga klien seperti adik dari ibunya
klien.
3) Hubungan dengan teman sebaya : baik
4) Pembawaan secara umum : pada saat komunikasi dengan perawat klien tampakk malu
tapi klien sangat kooperatif dan mudah akeab
5) Lingkungan rumah : Bersih, aman dan nyaman

8. Kebutuhan Dasar

 Makanan yang disukai / tidak disukai


Klien mengatakan suka makan ayam, ikan, nasi goring, manga, pisang, dan makanan
yang tidak disukai klien nenas.
 Pola Tidur
Klien mengatakan tidur siang hanya 4 jam semenjak sakit dan tidur malam hanya 6 jam.
 Mandi
Klien saat sehat rajin mandi,klien mandi 2 kali sehari tetapi semenjak sakit klien tidak
ada mandi atau hanya di lap dengan waslap basah.
 Aktivitas Bermain
Klien waktu sehat sering bermain dengan teman sebayanya, tapi saat sakit sekarang
klien tidak ada bermain.
 Eliminasi
BAB : Klien belum ada BAB semenjak sakit ini. BAK : buang air kecil klien lancar,
frekuensi 4x sehari, bau pesing,warna kuning, konsistensi cair dan tidak ada kesulitan
dalam BAK.

9. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M6V5 = 15

BB / TB : 45 Kg / 130 Cm

Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg

N : 64 x/m

P : 20 x/m

S : 36,5 ˚C
1) Kepala

 Rambut
I : Rambut klien tampak hitam, rambut klien berminyak dan lepek, tidak ada ketombe,
tidak ada kutu
P : Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan pada kepala
 Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan.
 Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
 Hidung
Bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip, tidak ada gangguan
penciuman.
 Mulut dan Gigi
Bersih, mukosa bibir kering, , gigi rapi, bibir simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan.

2). Leher

Tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tida ada kelainan pada leher.

3). Thorak

 Paru – Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan otot bantu
pernafasan.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fremitus sama, tidak ada oedem
P : Sonor
A : Irama pernafasan vesikuler
 Jantung
I : simetris kiri dan kanan, Ictus cordis Terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus Cordis
P : Suara jantung vesikuler
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup

4). Abdomen

I : Perut klien tampak simetris, Tidak ada bekas operasi, tidak ada lesi

A : Bising usus 12 x/menit


P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem atau masa, pembesaran hepar tidak ada

P : Tympani

Punggung : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan pada punggung

5). Esktremitas

Atas : CRT < 2 detik, Klien terpasang infus RL 30 tts/m ditangan sebelah kiri.

Bawah : Klien tidak terpasang kateter

Kekuatan otot :

5555 5555

5555 5555

Genetalia tampak bersih, tidak ada kelainan pada genetalia

Integument warna kulit sawo matang, kulit ada bintik-bintik merah, turgor kulit jelek.

10. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

 Kemandian dan Bergaul


Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu mandi atau memakai pakaian
sendiri dan berinteraksi dengan keluarga secara baik.
 Motorik Halus
Klien mampu membaca,menggambar dan belajar sendiri
 Motorik Kasar
Klien mampu berjalan mundur dan melangkah, klien mampu bermain aktif saat sehat
dan tidak ada kendala saat berjalan dan bermain.
 Kognitif dan Bahasa
Klien mampu menjawab dengan benar dan berbahasa Indonesia atau bahasa minang
dengan benar. Klien mampu mengucapkan kata-kata lebih dari 2 kata atau
mengucapkan dengan baik.

12. Data Pengobatan

a. Paracetamol tablet 3x500 mg


b.Infus RL 30 tts/menit

13. Data Fokus

a. Data Subjektif

1) Ibu klien mengatakan klien kurang minum


2) Ibu klien mengatakan klien letih
3) Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik
4) Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun
5) Klien mengatakan pusing saat berdiri dan duduk
6) Ibu klien mengatakan klien tadi siang muntah
7) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari tidak BAB
8) Ibu klien mengatakan kurang pengatuhuan tengtang penyakitnya
9) Ibu tampak mengatakan kurang informasi tentang penyakit anaknya
10) Ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun
11) Klien mengatakan lemah

b. Data Objektif

 Klien tampak letih


 Klien tampak ada bintik-bintik merah di tangan klien, pada tangan ( + )

TD : 100/70 P : 24 x/m

N : 64 x/m S: 36,5 ˚C

Input : 1170 cc

Output : urine : 1300 cc

IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam = 110,8 cc

Balance Cairan : - 240,8 cc

 Klien tampak tidak nafsu makan


 Klien hanya menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan
 Mukosa bibir klien tampak pucat
 Ibu klien tampak bingung
 Ibu klien tampak sering bertanya tentang penyakit anaknya
 Trombosit : 19* [10^3/uL]
Diagnosa Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan
ditandai dengan berat badan menurun
c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan
kurang informasi
d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan trombosit)
ditandai dengan trombositopenia

Anda mungkin juga menyukai