Anda di halaman 1dari 4

Silvikultur

Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut

REHABILITASI HUTAN/LAHAN
03
RAWA GAMBUT BEKAS TERBAKAR

Selain menyebabkan polusi,


kerusakan ekosistem dan
kehilangan biodiversitas,
kebakaran pada rawa
gambut juga menyebabkan
penurunan permukaan
gambut dan gangguan tata
air tanah gambut. Keadaan Hutan rawa gambut bekas terbakar
di dusun Muara Puning, Kalimantan Tengah
ini pada akhirnya
menyebabkan pemulihan Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab utama kerusakan hutan tropis di Indonesia.
ekosistem gambut bekas Pada tahun 1997/98 tercatat sekitar 2.124.000 ha hutan rawa gambut di Indonesia terbakar
kebakaran melalui proses (Tacconi, 2003). Bahkan banyak sekali dijumpai kasus terbakarnya kembali lokasi yang sama
hingga beberapa kali. Sebagian besar kebakaran yang terjadi di hutan gambut tergolong berat
suksesi alami menjadi mengingat karakteristik gambut itu sendiri yang tersusun dari serasah bahan organik dengan
terganggu dan bahkan vegetasi diatasnya, dan berpotensi sebagai bahan bakar. Karenanya, pada hutan gambut dikenal
terhambat. Oleh karena istilah ground fire, yaitu kebakaran di bawah permukaan yang sangat berdampak buruk terhadap
itulah kegiatan rehabilitasi lingkungan. Kebakaran tersebut bisa juga terjadi secara serempak pada bagian bawah maupun
yang tepat sangat atas permukaan gambut, sehingga tidak heran jika setelah kebakaran, vegetasi di atas
permukaan gambut maupun lapisan tanah gambutnya menghilang dan pada musim hujan lokasi
dibutuhkan dalam ini akan tergenang air yang menyerupai danau.
memulihkan keadaan
ekosistem hutan/lahan Secara alami, areal gambut bekas terbakar memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya
rawa gambut. dengan cara suksesi (sekunder) alami. Suksesi ini biasanya ditandai oleh hadirnya jenis-jenis
tumbuhan pionir yang pada akhirnya akan membentuk vegetasi semak belukar. Beberapa
tumbuhan pionir yang sering muncul setelah lahan gambut terbakar adalah Senduduk
Melastoma malabathricum, Pakis Stenochlaena palustris, Putri malu Mimosa pigra, Mahang
Macaranga spp., Alang-alang Imperata cylindrica, dan berbagai jenis herba dan rumput lainnya.
ISI:
Kemunculan kembali jenis pepohonan asal sulit sekali dijumpai pada areal bekas terbakar.
! Tahapan-tahapan Berdasarkan survei yang dilakukan Tim BMP (Best Management Practice) dari proyek CCFPI
rehabilitasi Wetlands International - Indonesia Programme di Sumatera dan Kalimantan tahun 2002,
kehadiran benih Pulai Alstonia pneumatophora sering dijumpai pada areal bekas terbakar.
! Penilaian terhadap
Sementara itu, terdapat juga beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh kembali (resprouting)
areal yang akan setelah terbakar, misalnya: Perepat Combretocarpus rotundatus, Jelutung Dyera lowii, dan Gelam
direhabilitasi Melaleuca leucadendron.
! Pemilihan jenis
tanaman yang tepat Intervensi manusia sangat diperlukan dalam upaya untuk memperbaki kondisi hutan yang rusak
! Persiapan lahan akibat kebakaran. Upaya perbaikan (restorasi) yang bisa dilakukan adalah melalui rehabilitasi
! Waktu penanaman lahan dengan penanaman kembali (replanting). Melalui rehabilitasi diharapkan akan terjadi
! Penanaman perbaikan kualitas lahan, yaitu dari areal kosong menjadi areal bervegetasi, atau dari areal yang
! Pemeliharaan miskin vegetasi akan menjadi areal yang kaya akan keanekaragaman hayati.
! Proses suksesi rawa
gambut bekas Tahapan-tahapan rehabilitasi
terbakar setelah Kegiatan rehabilitasi harus dilandasi suatu persiapan dan perencanaan yang matang serta
direhabilitasi memperhatikan beberapa tahapan untuk menunjang keberhasilannya. Tahapan-tahapan
tersebut meliputi penilaian terhadap areal yang akan direhabilitasi, pemilihan jenis tanaman
yang tepat, penyiapan lahan, waktu penanaman, penanaman, dan pemeliharaan.

1
Penilaian terhadap areal yang ! Jelutung rawa Dyera lowi
akan direhabilitasi ! Pulai Alstonia pneumatophora
· Perepat Combretocarpus rotundatus
Survei terhadap lokasi yang akan
direhabilitasi harus dilakukan untuk Untuk lokasi yang telah/masih
menilai karakteristik lokasi tersebut. bervegetasi, jenis-jenis berikut ini bisa
Dalam penilaian ini, terdapat dua dijadikan alternatif pilihan:
parameter penting yang harus · Meranti rawa Shorea pauciflora
diperhatikan, yaitu: · Jelutung rawa Dyera lowii
a. Kondisi awal penutupan lahan oleh · Pulai Alstonia pneumatophora
vegetasi · Punak Tetramerista glabra
Informasi mengenai kondisi awal · Perepat Combretocarpus rotundatus
Gundukan buatan (artificial mound)
penutupan lahan oleh vegetasi · Rengas Melanorrhoea walichii
sangat penting untuk · Ramin Gonystylus bancanus
menentukan jenis tanaman yang permukaan tanah tertutup air
nantinya akan dipilih untuk paling tinggi. Dalam upaya
Sementara itu, beberapa tanaman yang
ditanam. mengatasi genangan air,
disarankan untuk tujuan perbaikan
sebaiknya dibuat gundukan
ekologis (misal: sebagai habitat burung)
buatan (artificial mound) sebelum
dan penutupan lahan, diantaranya
penanaman bibit dilakukan.
adalah:
Tingginya gundukan harus
mempertimbangkan tinggi · Jambu-jambu/Temasam Eugenia
genangan air (saat puncak musim spicata
hujan) di lokasi penanaman. · Ara Ficus microcarpa
Gundukan yang terlalu rendah · Putat Barringtonia racemosa
akan menyebabkan bibit
tenggelam saat musim hujan dan Hal lain yang harus diperhatikan dalam
Areal terbuka (open area) pemilihan jenis tanaman adalah hindari
menjadi busuk. Sedangkan
untuk mencegah tercerabutnya jenis tanaman asing (eksotik).
bibit dari gundukan (misal oleh Contoh tanaman eksotik yang sering
arus air yang kuat), bibit dapat dikembangkan dalam skala luas adalah:
diikatkan pada tiang/ajir sebagai Akasia Acacia mangium, Acacia
pemegang bibit. crassicarpa, dan Kelapa sawit Elaeis
guineensis Jack. Jenis-jenis ini selain
Pemilihan jenis tanaman yang kurang menguntungkan dari sisi ekologis
tepat juga tidak menunjang keanekaragaman
hayati yang memadai.
Areal dengan penutupan vegetasi Pemilihan jenis tanaman yang tepat
disesuaikan dengan kondisi lokasi Penyiapan lahan
b. Potensi genangan yang akan direhabilitasi, sesuai
dengan petunjuk diatas. Tanaman Penyiapan lahan meliputi dua kegiatan
Potensi genangan suatu lokasi utama, yaitu:
bisa diketahui setelah yang dipilih sebaiknya merupakan
jenis lokal, yaitu jenis yang pernah a. Penentuan jarak tanam
mengetahui kondisi topografinya. Jarak tanam yang sering dipakai
Dalam hal ini perlu dihindarkan ada di lokasi tersebut. Selanjutnya,
tanaman terpilih harus disesuaikan adalah 5 x 5 m atau 5 x 10 m.
penanaman pada lokasi yang Sementara itu, pada kawasan
rendah atau cekungan. karakteristiknya dengan kondisi fisik
areal yang akan ditanami. konservasi, kegiatan rehabilitasi
Hal praktis yang bisa dilakukan disarankan tanpa jarak tanam/secara
untuk menduga potensi acak.
genangan adalah dengan Untuk lokasi terbuka, jenis tanaman
yang dipilih sebaiknya: b. Pembuatan gundukan buatan
melakukan survei saat puncak
musim hujan, yaitu dikala

Bibit Jelutung Dyera lowii Bibit Meranti rawa Bibit Ramin Bibit Rengas Bibit Punak

2
a. Penyulaman yaitu penanaman
Mengingat tanah gambut tersusun
kembali terhadap bibit yang
oleh serasah/serat-serat yang tidak
telah mati/hilang dengan
kompak (mudah tercerai berai),
tanaman baru yang sehat.
maka sebaiknya di sekeliling
b. Pembersihan piringan/gundukan,
gundukan yang dibangun diberi
yaitu pembersihan gundukan
pembatas “tembok/dinding” berupa
dari vegetasi liar (seperti: semak,
kayu (misalnya dengan Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian hortikultura
belukar, herba, pemanjat) dan
menggunakan potongan-potongan
material lain di sekitar bibit yang
kayu sisa-sisa kebakaran). Ukuran bertujuan untuk segera
mengganggu pertumbuhan
tinggi gundukan sangat tergantung menghentikan rusaknya lahan gambut
tanaman. Tujuan utama kegiatan
pada tinggi genangan air di atas dengan adanya usaha-usaha
ini adalah untuk mengurangi
permukaan tanah saat musim pengelolaan yang berkelanjutan.
persaingan hara dan
penghujan. Sementara itu,
mendapatkan ruang yang cukup
gundukan sebaiknya dibangun 1-2 Pada bulan April 2003 yang lalu, di
untuk pertumbuhan bibit.
bulan sebelum musim penghujan Narathiwat, Thailand telah
agar gundukan menjadi kompak dan diselenggarakan seminar tentang
tidak mudah terkikis/tercerai berai Proses suksesi rawa pengelolaan lahan gambut
oleh air hujan. gambut bekas terbakar berkelanjutan yang dihadiri oleh
setelah direhabilitasi peserta dari negara-negara ASEAN.
Waktu penanaman Dari seminar tersebut selanjutnya
Rehabilitasi hutan rawa gambut yang dihasilkan Pernyataan Narathiwat
Waktu penanaman bibit diusahakan pada telah rusak sangat berbeda dengan yang didalamnya tersirat beberapa
saat menjelang musim penghujan. Tapi rehabilitasi pada jenis hutan lainnya. tindakan-tindakan penting untuk
jika lokasi penanaman merupakan Selain dibutuhkan jenis bibit yang mendukung program rehabilitasi dan
daerah rawan banjir, maka waktu khusus, pada hutan rawa gambut itu pengelolaan lahan gambut secara
penanaman sebaiknya dilakukan ketika sendiri dijumpai banyak hambatan bijaksana sebagai berikut:
air mulai rendah atau menjelang akhir seperti genangan, aksesibilitas, dan 1. Membuat dan mengembangkan
musim hujan. rawan terbakar. Mengingat rencana pengelolaan terpadu bagi
keterbatasan dan hambatan tersebut masing-masing kawasan gambut
Penanaman maka kegiatan rehabilitasi di lahan yang meliputi hutan, air dan
gambut memang sangat mahal, menajemen kebakaran;
Kegiatan penanaman diawali dengan memerlukan waktu yang panjang, 2. Membangun suatu model yang
pembuatan lubang tanam terlebih dahulu dan harus melibatkan banyak pihak. tepat bagi rehabilitasi dan
di atas gundukan. pengelolaan gambut;
Saat penanaman, sebaiknya polybag Proses suksesi yang terjadi pada 3. Mengendalikan sistem drainase di
dilepaskan terlebih dahulu secara hati- suatu areal hutan/lahan dipengaruhi lahan gambut dan memperbaiki
hati. Bibit diletakkan pada bagian tengah oleh tingkat kerusakan yang terjadi serta mempertahankan tinggi
lubang tanam dan selanjutnya ditimbun pada areal tersebut. Proses suksesi muka air di dalam lahan gambut
dengan galian lubang. Posisi batang pada hutan rawa gambut bekas dan sekitarnya;
harus diusahakan lurus dan teguh, bila terbakar berbeda dengan proses 4. Mengelola lahan gambut dengan
perlu diikatkan pada ajir. suksesi pada hutan rawa gambut menggunakan pendekatan DAS
tidak terbakar, dan berbeda juga (Daerah Aliran Sungai);
Pemeliharaan dengan lahan rawa gambut yang 5. Memberikan pelatihan kepada
beberapa kali terbakar. Karena pada masyarakat tentang berbagai jenis
Pemeliharaan bibit setelah penanaman kondisi setelah beberapa kali alternatif kegiatan di lahan gambut
harus dilakukan secara teratur untuk terbakar hanya jenis-jenis tertentu yang mampu meminimalkan
menunjang keberhasilan rehabilitasi. saja yang dapat bertahan hidup. dampak negatif dari kegiatan
terhadap keberadaan lahan
Aktifitas utama yang harus dilakukan Formasi hutan rawa gambut yang gambut;
dalam rangka pemeliharaan adalah: telah direhabilitasi mungkin tidak 6. Melibatkan masyarakat dalam
akan pernah pulih kembali seperti membuat keputusan penggunaaan
pada formasi awalnya. Meskipun lahan gambut;
demikian, dengan adanya kegiatan 7. Menggunakan panduan yang
rehabilitasi, keberhasilan suksesi yang tepat dalam pengelolaan lahan
maksimal dan keseimbangan gambut;
ekosistemnya yang baru akan dapat 8. Menciptakan proyek-proyek
dicapai. Kegiatan rehabilitasi di lahan percontohan dan demplot-
gambut memang sangat mahal, demplot yang menggambarkan
memerlukan waktu yang panjang, pengelolaan lahan gambut yang
dan melibatkan banyak pihak. berkelanjutan.
Persiapan gundukan dan penanaman bibit
di atas gundukan Kegiatan rehabilitasi di rawa gambut

3
Rehabilitasi di Taman Nasional Berbak, Jambi

Kegiatan rehabilitasi telah dilakukan oleh Proyek CCFPI di dalam kawasan Taman Nasional Berbak, Jambi
pada areal lahan gambut bekas terbakar. Jumlah bibit yang ditanam adalah sekitar 20.000 bibit dan terdiri
atas jenis-jenis tumbuhan asli (seperti Meranti, Jelutung dan Ramin). Faktor yang sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan tumbuh dan berkembangnya tanaman rehabilitasi di lokasi ini terutama
diakibatkan oleh adanya genangan air pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Oleh sebab
itu teknik penanamannya (khususnya untuk mengantisipasi banjir) ditentukan sebagai berikut:
· Bibit ditanam di atas gundukan setinggi 50 sampai dengan 100 cm di atas rata-rata permukaan tanah
(untuk mencegah dampak genangan terhadap tanaman di musim hujan);
· Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (sekitar bulan September/Oktober) sehingga pada
musim kemarau yang akan datang bibit sudah cukup kuat untuk menghadapi kekeringan;
· Untuk mengganti bibit-bibit yang mati akibat hujan/banjir dilakukan penyisipan/penyulaman bibit-bibit
baru setelah banjir berakhir;
· Bibit yang akan ditanam di sepanjang tepian sungai dipilih dari jenis-jenis yang paling tahan genangan
dan ukurannya sudah tinggi. Kondisi lokasi penanaman
pada awal musim penghujan di TNB, Jambi
Sedangkan tahap-tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut:
· Pada akhir musim kemarau sebelum turun hujan dibuat gundukan tanah gambut yang jumlahnya sesuai
dengan jumlah bibit yang akan ditanam (dalam hal ini sebanyak 20.000 gundukan). Jika gundukan
dibuat pada saat musim hujan, maka tanah gambut yang di gundukan akan sulit menyatu atau tercerai
Berai;
· Untuk menghindari gundukan gambut runtuh, maka setiap
gundukan diberi pembatas (kotak) berbentuk segi empat atau 50 - 100 cm
segi tiga berukuran 1 x 1 meter. Pembatas ini dapat dibuat
dengan menggunakan sisa-sisa onggokan kayu di lapangan
(lihat gambar);
· Setelah hujan turun selama satu minggu bibit-bibit mulai
100 cm
ditanam pada lubang yang dibuat di atas gundukan;
· Setelah banjir reda, diperkirakan bulan Maret mendatang
dilakukan penyisipan/penyulaman bibit-bibit yang mati. 100 cm

(Sumber: Arinal, 2004) Gundukan tempat menanam

Suksesi hutan hasil kegiatan rehabilitasi


di Sungai Rambut, Jambi

Daftar Pustaka Tim Produksi:


Tacconi, L. 2003. Kebakaran hutan di Penyusun : Iwan Tricahyo
Indonesia: Penyebab, biaya dan Wibisono, Labueni
implikasi kebijakan. CIFOR. Siboro & INN
Bogor. Indonesia. Suryadiputra
Foto : Iwan Tricahyo
Arinal, I. dan INN. Suryadiputra. 2004. Wibisono,
Kegiatan Penanaman Kembali PT DHL Jambi, Jill
(Rehabilitasi) Berbagai Jenis Heyde, Wim Giesen,
Tanaman Kehutanan pada Lahan Alue Dohong,
Gambut Bekas Terbakar di dalam Yus Rusila Noor & Faizal
Kawasan Taman Nasional Berbak- Parish
Jambi. CCFPI. Wetlands Ilustrasi : Indra Arinal
Rehabilitasi lahan gambut di Sei Aur, Jambi International - Indonesia Desain/
Programme. Jambi. Indonesia. Tata Letak : Vidya Fitrian
terkena bencana banjir (Desember 2003)

Head Office: Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI),


Wetlands International-Indonesia Programme merupakan proyek yang berkaitan dengan serapan karbon (carbon
Jl. Ahmad Yani No 53-Bogor 16161 sequestration) dan dibiayai melalui Dana Pembangunan dan
PO. Box 254/BOO-Bogor 16002 Perubahan Iklim Kanada. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan
Tel:+62-251-312189; Fax: +62-251-325755 pengelolaan berkelanjutan pada hutan dan lahan gambut di
co_ccfpi@wetlands.or.id OR sec_ccfpi@wetlands.or.id Indonesia agar kapasitasnya dalam menyimpan dan menyerap
karbon meningkat serta mata pencaharian masyarakat di sekitarnya
Sumatra Office: Kalimantan Office: menjadi lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
Jl. H. Samsoe Bahroem No. 28 Jl. Teuku Umar No 45 proyek ini, baik di tingkat lokal maupun nasional, dikaitkan dengan
RT 24/VIII-Jambi 36135 Palangka Raya 73111 - Kal Teng usaha-usaha perlindungan dan rehabilitasi hutan dan lahan gambut.
Tel/Fax: +62-741-64445 Tel/Fax: +62-536-38268 Dalam pelaksanaannya di lapangan, proyek ini menerapkan
ccfpi_ssc@telkom.net OR aluedohong@yahoo.com OR pendekatan-pendekatan yang bersifat kemitraan dengan berbagai
sec_ccfpiss@yahoo.com alue_dohong@hotmail.com pihak terkait (multi stakeholders) dan dengan keterlibatan yang kuat
dari masyarakat setempat.

The Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) Project is


undertaken with the financial support of the Government of Canada provided through
The Canadian International Development Agency (CIDA)
Canadian International Agence canadienne de
Development Agency développement international

Anda mungkin juga menyukai